Anda di halaman 1dari 5

ADBI4336

NASKAH TUGAS MATA


KULIAH UNIVERSITAS
TERBUKA SEMESTER: 2020/21.2
(2021.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu


Politik Kode/Nama MK : ADBI4336/Hukum Ketenagakerjaan
Tugas 2

No. Soal
1. Dina merupakan Karyawan PT. ABC dengan status outsorching PT. Mundur Banget. Setelah bekerja 2
tahun Dina di PHK karena masa kontrak habis. Atas dasar PHK tersebut Dina berencana melakukan
tindakan hukum karena tidak menerima PHK yang dialaminya.

Uraikan langkah-langkah apa yang dapat dilakukan oleh Dina atas kasusnya tersebut!

2. Seorang security pada Bank ABC telah bekerja dengan status sebagai karyawan outsorching pada Bank
ABC dengan sistem perjanjian kerja berlaku 1 tahun, yang memilih domisili hukum di Pengadilan Negeri
Medan. Berdasarkan hasil evaluasi, Security tersebut tidak diperpanjang kontraknya. Atas dasar tidak
dilanjutkan kontrak tersebut, tenaga security membuat pengaduan di Dinas Tenaga kerja untuk
memperoleh pesangon.

Jika tenaga security diatas ingin menuntut haknya di Pengadilan Hubungan Industrial,
Pengadilan manakah yang berwenang memeriksa gugatannya? Jelaskan beserta dasar
hukumnya dan uraikan persyaratan administratif yang harus dilengkapi untuk mendaftar gugatan
di Pengadilan!

3. Karim merupakan seorang karyawan perkebunan PT. Sawit Subur yang bercabang di Kabupaten
Labuhan Batu, Sumatera Utara. Karim telah bekerja selama 2, 5 tahun sebagai tata usaha pada kantor
perkebunan dengan gaji bersih Rp. 3.009.700,- . Suatu ketika Karim mendapat promosi dan dimutasi ke
perkebunan PT. Sawit Subur yang terletak di Provinsi Jambi. Promosi yang diperoleh Karim ditolak oleh
Karim karena terlalu jauh dan jauh dari keluarga, namun keputusan Perusahaan tidak dapat diganggu
gugat. Atas tindakan Karim tersebut, Karim melakukan tindakan mogok kerja selama 2 bulan dan
akhirnya Karim di PHK oleh PT. Sawit Subur.
Oleh karena Karim mengalami PHK, Karim mengajukan gugatan di Pengadilan Hubungan Industrial
dengan menuntut Pesangon sebesar Rp. 1 Milyar.

Berdasarkan kasus diatas, uraikan komponen hak-hak yang seharusnya diperoleh Karim
berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan!

JAWABAN
SOAL 1
LANGKAH-LANGKAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH DINA
Dalam kasus ini Dina merupakan karyawan dengan status outsourcing. Outsourcing adalah
perjanjian pemborongan pekerjaan. Perusahaann kerja memborongkan sebagian dari pekerjaan kepada
perusahaan pemborong atau perusahaan penyedia tenaga kerja melalui perjanjian pemborongan pekerjaan
atau penyedia jasa pekerja. Hubungan kerja antara pekerja outsourcing dengan perusahaan pemborong
pekerjaan atau penyedia jasa pekerjaan dapat dengan status Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau
Pekerjaan Kerja Waktu Tidak Tentu (PKWTT). Hal ini ada diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 Pasal 59
ayat 2. Masa kontrak Dina disini berakhir dalam waktu 2 tahun.
Dina dapat mencoba langkah-langkah dalam tahapan PHK diatur dalam ketentuan Pasal 151 UU
No. 13 Tahun 2003 menetapkan tiga tahapan yang harus ditempuh dalam hal pengusaha berkehendak untuk
memutuskan hubungann kerja dengan buruh/pekerja. Pertama, Pengusaha, pekerja/buruh, serikat
pekerja/serikata buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi
pemutusan hubungan kerja. Kedua, dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan
kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha
dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. Ketiga, dalam hal perundingan tersebut benar-benar
tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh
setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Dalam kasus ini berakhirnya hubungan kerja adalah dikarenakan jangka waktu kontrak kerja telah
berakhir sesuai dengan Pasal 1 angka 14 UU No.13 Tahunn 2003. Sehingga dalam kasus ini perlu melihat
bagaimana bentuk perjanjian kerjasama antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan outsourcing, apakah
langkah PHK sesuai dengan isi perjanjian perihal masa kontrak kerja. Bila sesuai masa kontrak kerja maka
tidak akan terjadi masalah, sepanjang pemberi pekerjaan tetap memberikan hak mereka, saat kontrak
diberhentikan melalui tindakan PHK.

SOAL 2
PENGADILAN YANG BERWENANG MEMERIKSA GUGATAN
Pengadilan yang berwenang memeriksa gugatan dari seorang security dari Bank ABC adalah kepada
Pengadilan Hubungan Industial.
Mengenai penyelesaian perselisihan hubungan industrial diatur dalam UU No. 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (“UU 2/2004”). Setiap perselisihan hubungan
industrial wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara
musyawarah untuk mencapai mufakat (Pasal 3 ayat [1] UU 2/2004). Apabila dengan cara perundingan
bipartit tidak menyelesaikan perselisihan, maka salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan kepada
instansi ketenagakerjaan setempat bahwa telah dilakukan perundingan bipartit tetapi tidak berhasil (Pasal 4
ayat [1] UU 2/2004)
Setelah menerima pencatatan, instansi ketenagakerjaan setempat wajib menawarkan kepada para
pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian melalui konsiliasi atau melalui arbitrase (Pasal 4 ayat [3]
UU 2/2004). Jika pekerja dan pengusaha tidak memilih proses konsilisasi atau arbitrase, maka instansi
ketenagakerjaan akan menyerahkan kepada mediator. Apabila proses ini juga tidak berhasil, barulah salah
satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Hubungan Industrial. 
Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus yang berada pada lingkungan
peradilan umum (Pasal 55 UU 2/2004). Untuk perkara perselisihan hak, Pengadilan Hubungan Industrial
berwenang memeriksa dan memutus untuk tingkat pertama (Pasal 56 huruf a UU 2/2004). 
Gugatan perselisihan hubungan industrial diajukan kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja (Pasal 81 UU 2/2004).
Apabila Gugatan melibatkan lebih dari satu penggugat dapat diajukan secara kolektif dengan memberikan
kuasa khusus (Pasal 84 UU 2/2004). 
Apabila salah satu pihak tidak menerima putusan Pengadilan Hubungan Industrial, maka dapat
mengajukan upaya hukum kasasi (Pasal 108 jo. Pasal 110 UU 2/2004). 
Jadi, demikianlah proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Perselisihan hubungan
industrial tidak bisa langsung diajukan gugatan kepada pengadilan, tetapi harus melewati serangkaian
tahapan sebelumnya.

DASAR HUKUM
Dasar hukum outsourcing adalah pada Pasal 64 UU Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa
perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya
melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa karyawan yang dibuat secara
tertulis.
Berdasarkan Pasal 79 ayat (1) jo ayat (2) huruf b UU Ketenagakerjaan pengusaha wajib
memberi waktu istirahat mingguan (weeklyrest) kepada pekerja/buruh, masing-masing:
1. satu hari untuk pola waktu kerja 6:1, dalam arti enam hari kerja dan satu hari istirahat mingguan
2. dua hari untuk pola waktu kerja 5:2, dalam arti lima hari kerja dan dua hari istirahat minggua
Mengenai hak-hak pekerja outsourcing tentunya tertulis dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yang dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Hak atas uang lembur pada saat melakukan kerja dihari libur maupun hari besar
2. Memahami dan mengikuti segala peraturan perusahaan yang sesuai dengan kontrak
Menurut peraturan, kontrak pekerja outsourcing ada dua jenis:
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
Walaupun dalam sistem kerja outsourcing tidak disebutkan akan adanya perjanjian tertulis,
sebaiknya perusahaan tersebut tetap membuatnya. Pendaftaran kepada instansi setempat dengan maksimal
tiga puluh hari kerja terhitung saat penandatanganan juga diperlukan, untuk menghindari pencabutan izin
operasional apabila ada hal yang tidak berkenan.
Pada umumnya pekerjaan outsourcing adalah pekerjaan yang tidak memerlukan pemutusan hal
penting dalam suatu perusahaan. Dalam pelaksanaannya bidang pekerjaan outsourcing dibatasi hanya untuk
pekerjaan : Cleaning Service, Security, Transportasi, Catering dan pemborongan pada industri
pertambangan sebagaimana diatur Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun
2012.
Perjanjian kerja berakhir apabila:
1. Pekerja/buruh meninggal dunia ;
2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
3. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan penetapan atau penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;atau
4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan
yang di sebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah. Artinya hubungan hukum yang timbul sebagai akibat
perjanjian kerja itu akan tetap ada walaupun pengusaha/majikan yang mengadakan perjanjian tersebut
meninggal dunia, kemudian hak-hak dan kepentingan pekerja/buruh tetap harus terpenuhi sesuai dengan isi
perjanjian oleh pengusaha yang baru/ pengganti, atau kepada ahli waris pengusaha tersebut.

PERSYARATAN ADMINISTRATIF YANG HARUS DILENGKAPI UNTUK MENDAFTAR


GUGATAN DI PENGADILAN
Pendaftaran Gugatan Perkara PHI :
1. Surat gugatan (asli dan fotocopy);
2. Softcopy gugatan;
3. Risalah Bipartit;
4. Anjuran mediasi dari Depnaker;
5. Risalah mediasi;
6. Surat Kuasa (bila memakai kuasa hukum);
Keterangan:
 Jika nilai gugatan kurang dari Rp.150 juta maka tidak ada panjar biaya;
 Jika nilai gugatan lebih dari Rp. 150 juta maka ada panjar perkara sesuai SK Ketua Pengadilan.
 
Syarat pendaftaran kasasi :
1. Belum BHT (berkekuatan hukum tetap/ ingkrah).
2. Memori kasasi (yang mengajukan kasasi).
3. Surat kuasa (bila dikuasakan)
4. Fotocopy relaas pemberitahuan isi putusan PHI
Keterangan :
 Jika nilai gugatan kurang dari Rp.150 juta maka tidak ada panjar biaya;
 Jika nilai gugatan lebih dari Rp. 150 juta maka ada panjar perkara sesuai SK Ketua Pengadilan.
 Syarat pendaftaran eksekusi :
1. Permohonan eksekusi
2. Putusan PHI atau putusan kasasi atau perjanjian bersama yang sudahh BHT (berkekuatan hukum tetap
atau ingkrah).
3. Surat kuasa (apabila dikuasakan).
Keterangan :
 Jika nilai gugatan kurang dari Rp.150 juta maka tidak ada panjar biaya;
 Jika nilai gugatan lebih dari Rp. 150 juta maka ada panjar perkara sesuai SK Ketua Pengadilan.

SOAL 3
Dalam kasus ini Karim menolak mendapatkan promosi dan dimutasi, karena terlalu jauh dari
keluarga, namun keputusan perusahaan tidak dapat diganggu gugat. Sehingga Karim melakukan tindakan
mogok kerja selama 2 bulan dan akhirnya di PHK oleh PT Sawit Subur. Mengenai mutasi atau penempatan
pekerja ke tempat lain harus memperhatikan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”) yang berbunyi:
1. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara
tanpa diskriminasi.
2. Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai
dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat,
hak asasi, dan perlindungan hukum.
3. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan
penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan program nasional dan daerah.
Mengacu pada berita menolak dimutasi berarti menolak perintah kerja, Sehingga dapat dikualifikasi
mengundurkan diri sesuai  UU Ketenagakerjaan. Namun, pemutusan hubungan kerja dalam kasus ini
dilakukan dengan alasan karyawan mangkir selama 2 bulan. Pada kasus ini akibat Karim menolak promosi,
Karim melakukan tindakan mogok kerja selama 2 bulan dan akhirnya di PHK oleh PT Sawit Subur.
Adapun bunyi Pasal 168 UU Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:
1. Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 hari kerja atau  lebih berturut-turut tanpa keterangan secara
tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 kali secara patut
dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri.
2. Keterangan tertulis dengan bukti yang sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diserahkan
paling lambat pada hari pertama pekerja/buruh masuk bekerja.
3. Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pekerja/buruh yang bersangkutan
berhak menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) dan diberikan uang
pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
Dalam kasus ini terdapat peraturan perusahaan yang menyatakan perusahaan berwenang untuk
mengangkat, menetapkan, atau mengalihtugaskan satu jabatan ke jabatan lainnya atau satu tempat ke tempat
lainnya di lingkungan perusahaan serta sebelumnya karyawan yang bersangkutan telah menyatakan
kesediaannya untuk dimutasi. Oleh karena itu, perlu menilik kembali ketentuan dalam peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja antara Anda dengan perusahaan, karena pada umumnya dalam perjanjian kerja atau
peraturan perusahaan diatur bahwa perusahaan mempunyai kewenangan untuk melakukan mutasi terhadap
karyawannya. Jika memang demikian, menolak mutasi dapat diartikan sebagai menolak perintah kerja, dan
pelanggaran terhadap peraturan perusahaan atau perjanjian kerja. Selain itu, ketidakhadiran di tempat kerja
mutasi disamakan dengan mangkir sehingga dapat dikenakan sanksi berupa pemutusan hubungan kerja
(“PHK”) karena dikualifikasikan mengundurkan diri. 
Hak yang dapat diterima Karim atas penolakan mutasi tersebut adalah apabila melanggar ketentuan
dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan dapat di PHK setelah karyawan diberikan surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. Surat peringatan masing-masing berlaku untuk paling lama
6 bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Sehingga Karim yang mengalami PHK dengan alasan melanggar ketentuan perjanjian kerja atau peraturan
perusahaan di atas, memperoleh uang pesangon sebesar 1 kali, uang penghargaan masa kerja sebesar 1 kali
dan uang penggantian hak. Selain itu, PHK juga dapat dilakukan berdasarkan Pasal 168 UU
Ketenagakerjaan, yaitu karena pekerja/buruh mangkir selama 5 hari atau lebih berturut-turut dan telah
dipanggil 2 kali secara patut dan tertulis oleh perusahaan. PHK yang demikian dilakukan dengan anggapan
bahwa pekerja/buruh mengundurkan diri. Apabila demikian, maka hak yang Karim peroleh adalah uang
penggantian hak dan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
 
(Hardjoprajitno, Purbadi., dkk. 2020. ADBI4336 - Hukum Ketenagakerjaan. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka)

Anda mungkin juga menyukai