Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

KASUS

Seorang warga Tangerang Selatan Mustolih Siradj, 36 tahun, menggugat jaringan toko
Alfamart, PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk (SAT) ke Komisi Informasi Pusat (KIP). KIP
mengabulkan semua permohonan Mustolih dengan mewajibkan Alfamart memberikan informasi
terbuka mengenai donasi yang diterima dari masyarakat. Menurut Mustholih, dia mengajukan
gugatan sengketa informasi publik ke KIP karena telah mencoba meminta data laporan keuangan
kepada Alfamart, namun tak diindahkan.

Mustolih adalah seorang konsumen yang berbelanja di Alfamart, sebuah toko yang
dikelola PT SAT. Sedangkan PT SAT adalah pelaku usaha di bidang ritel. Baik Mustolih
maupun PT SAT, keduanya tunduk pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Sebagai konsumen, Mustolih memiliki hak atas informasi yang benar,
jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Sebagai pelaku usaha, berdasarkan pasal 7 butir b UU Nomor 8 Tahun 1999, PT SAT
berkewajiban untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan . Oleh karena itu, hasil dari jasa pengumpulan donasi yang dilakukan oleh PT SAT
melalui kasir Alfamart wajib dilaporkan penggunaannya secara benar, jelas, dan jujur. Tidak ada
penjelasan lebih lanjut tentang maksud benar, jelas, dan jujur dalam UU Nomor 8 Tahun 1999.

Mustholih merupakan salah satu pelanggan yang kerap berbelanja di Alfamart. Setiap
kali berbelanja, petugas kasir menawarkan uang kembaliannya digunakan sebagai donasi secara
sukarela. Awalnya, ia selalu menyumbang karena jumlahnya relatif kecil dari Rp100 hingga
Rp400. Dalam kasus sengketa dengan PT SAT, Mustolih ingin menggunakan haknya untuk
mengetahui informasi mengenai penggunaan uang kembalian yang didonasikan melalui Alfamart
kepada beberapa yayasan sosial. Memang uang kembalian tersebut tidak dikategorikan sebagai
barang yang dikonsumsi. Namun upaya Alfamart untuk menjadi penghubung antara yayasan
sosial dengan konsumen yang ingin berdonasi dapat dikategorikan sebagai jasa.

Dalam pasal 1 butir 5 UU Nomor 8 Tahun 1999, jasa didefinisikan sebagai layanan yang
berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Peran
yang dijalankan PT SAT sebagai media pengumpulan sumbangan sukarela adalah bentuk
pelayanan yang disediakan oleh PT SAT kepada konsumen, di samping PT SAT juga menjual
barang kebutuhan sehari-hari pada konsumen. SAT mengatakan tidak bisa memenuhi permintaan
Mustolih. Dalam surat dua lembar itu, SAT menyebutkan legalitas pengumpulan donasi dan
pelaporannya telah diatur oleh Kementerian Sosial. Selain itu SAT mengatakan telah
mempublikasikan laporan donasi serta penyalurannya secara transparan kepada publik melalui
berbagai media dan website perusahaan.
Tak puas dengan jawaban pihak Alfamart, dia kembali berkirim surat yang isinya
keberatan kepada pejabat pengelola informasi dan dokumentasi SAT pada 30 November 2015.
Surat tersebut tidak dijawab oleh SAT. Akhirnya, Mustolih memutuskan mengajukan
permohonan penyelesaian sengketa informasi publik ke KIP pada 3 Maret 2016. Tuntutannya
adalah meminta SAT mempublikasikan dana donasi yang diperoleh dari masyarakat. Hal lain
yang mendorong Mustolih untuk menggugat karena Alfamart mengatasnamakan sumbangan
donasi masyarakat itu sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility). Padahal, dana CSR, menurut Mustolih, seharusnya diambil dari keuntungan
perusahaan.

Dari pengumpulan donasi masyarakat sepanjang 2015 lalu, SAT telah menyalurkan
senilai lebih dari Rp33 miliar melalui 9 program yang dikelola bersama 8 yayasan. Dana donasi
yang terkumpul dari 1 Januari hingga 30 September 2016 mencapai Rp21,1 miliar. SAT telah
melakukan lima kerja sama dengan lima yayasan untuk menyalurkan dana donasi konsumen
sepanjang tahun 2016. KIP menyatakan, SAT sebagai badan publik dan gerai toko Alfamart
wajib memberikan informasi terbuka mengenai donasi yang diterima dari masyarakat. Atas
putusan tersebut, SAT mengajukan keberatan. PT SAT melayangkan gugatan kepada KIP dan
juga Mustolih untuk menyelesaikan perkara diatas.

Sidang perkara keberatan PT Sumber Alfaria Trijaya terhadap Mustolih Siradj di


Pengadilan Negeri Tangerang masih berlangsung. Alfa mengajukan keberatan lantaran tak
terima putusan Komisi Informasi yang mengabulkan permohonan penyelesaian sengketa
informasi yang diajukan Mustolih (Putusan KIP No. 011/III/KIP-PS/A/2016).

Dalam putusan yang diwarnai dissenting opinion, Komisi Informasi Pusat (KIP)
mengabulkan permohonan Mustolih agar Alfa membuka informasi mengenai donasi atau
sumbangan yang diterima perusahaan dari masyarakat. Majelis mendasarkan putusannya pada
UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Putusan itulah yang kini dilawan
Alfa di Pengadilan Negeri Tangerang. Mustolih menjadi Tergugat II, sedangkan Tergugat I
adalah Komisi Informasi Pusat. Majelis hakim PN Tangerang akan menguji apakah putusan KIP
sudah tepat atau tidak. Majelis harus mendengarkan argumentasi para pihak sebelum mengambil
putusan. Salah satunya keterangan dari Mustolih.

Harapan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau lebih dikenal dengan Alfamart sebagai
penggugat kandas di meja hijau. Gugatan yang diajukan Alfamart oleh majelis hakim Pengadilan
Negeri Tangerang ini dinyatakan tidak dapat diterima. Demikian intisari putusan majelis hakim
yang diketuai I Gede Suarsana yang dibacakan di Pengadilan Negeri Tangerang. Dalam
pertimbangannya, majelis hakim berpendapat merujuk UU No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2
Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Informasi Publik di Pengadilan dinilai
telah menyebut secara limitatif para pihak dalam sengketa informasi publik. Dengan begitu,
eksepsi Komisi Informasi Publik (KIP) sebagai tergugat I diterima, sebaliknya gugatan
penggugat tidak dapat diterima.

Putusan PN Tangerang secara tidak langsung menguatkan putusan KIP Nomor


011/III/KIP-PS-A/2016 di penghujung tahun 2016 lalu. Nah, putusan KIP ini, mewajibkan PT
Sumber Alfaria Trijaya Tbk untuk memberikan informasi yang diminta kepada Pemohon sejak
putusan tersebut berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Dalam putusan KIP itu,
Majelis Komisioner KIP dalam pertimbangan putusannya berpandangan kendati Alfamart berupa
perkumpulan berbadan hukum usaha berbentuk perseroan. Namun, PT Sumber Alfaria Trijaya
Tbk melakukan kegiatan di luar kegiatan usaha yakni mengumpulkan sumbangan dari
masyarakat.

Berdasarkan SK Kementerian Sosial No. 22/HUK-PS/2016 tentang Pemberian Izin


Penyelenggaraan Pengumpulan Sumbangan Kepada Panitia Bakti Sosial Alfamart di Tangerang,
maka persentase sebesar 10 persen dari dana yang terkumpul diperuntukan biaya operasional
pengumpul sumbangan. Karena itulah, kegiatan PT Sumber Alfaria Trijaya terkait kegiatan
pengumpulan sumbangan dari konsumen maka dapat disebut sebagai badan publik
nonpemerintah yang wajib tunduk terhadap UU KIP.

Tak hanya itu, putusan KIP menyebutkan, Alfamart menggabungkan penggunaan dana
donasi dengan laporan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility
(CSR) seperti tertuang dalam laporan tahunan perusahaan periode 2015 lalu. Masih menurut
putusan KIP, laporan tahunan tentang CSR PT Sumber Alfaria Trijaya itu memasukkan
penggunaan donasi konsumen sebagai bentuk CSR. Baca juga: Alfamart Tolak Dikategorikan
Sebagai Badan Publik

PT Sumber Alfaria Trijaya pun menguraikan kegiatan donasi konsumen dengan berbagai
pihak yang menerima. Namun, hasil sumbangan mestinya dilaporkan secara terpisah dari laporan
CSR PT Sumber Alfaria Trijaya seperti diatur UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas. KIP prinsipnya mendukung siapapun yang mengumpulkan,
mengelola, dan serta menyalurkan donasi ke pihak yang berhak dan membutuhkan sepanjang
aturan yang berlaku. Karena itu agar kepercayaan publik tetap terjaga mesti diimbangi dengan
laporan secara transparan dan akuntabilitas ke publik sebagai penyumbang dana. “Mereka berhak
atas semua informasi seputar donasi tersebut,”.

Sebelumnya, Pengacara Alfamart, Yusril Ihza Mahendra, menilai aneh putusan majelis
hakim karena seharusnya Komisi Informasi bisa dijadikan pihak atas putusan yang dia
keluarkan. Alfamart masih berpikir untuk melakukan upaya hukum lain atas putusan PN
Tangerang atau sebaliknya karena masih memiliki waktu selama 14 hari untuk mengajukan
upaya hukum.

Anda mungkin juga menyukai