Anda di halaman 1dari 3

Kasus Hate speech di Indonesia

Kasus hate speech atau ujaran kebencian di media sosial bukanlah hal baru di Indonesia. Banyak
yang sudah terjerat hukum akibat ujaran kebencian yang dilontarkan para pelaku di media sosial.
Diantaranya kasus ujaran kebencian yang dilakukan oleh musisi Indonesia, Ahmad Dhani dalam
tweeter pribadinya, kasus Jonru Ginting dalam facebooknya, kasus grup Saracen, sebuah grup
bayaran yang dapat dipesan untuk memposting berita, informasi dan foto palsu yang memuat
fitnah, propaganda dan ujaran kebencian dan masih banyak kasus yang berkaitan dengan hate
speech.

Pertanyaan :

1. Klasifikasikan apa saja yang termasuk ujaran kebencian dan apa dasar hukumnya.
Jelaskan.
2. Jika seseorang memberikan komentar negatif terhadap suatu konten di media sosial,
apakah termasuk ke dalam ujaran kebencian (hate speech). Berikan pendapat saudara
disertai dengan dasar hukumnya.
3. Termasuk ke dalam delik apakah ujaran kebencian? Apakah sama antara ujaran
kebencian dengan pencemaran nama baik? Jelaskan dan berikan dasar hukumnya.

JAWAB :

Berdasarkan Surat Edaran Kepala Kepolisian Negara Nomor SE/6/X/2015 Tahun 2015 tentang
Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech) (“SE KAPOLRI 6/2015”) dijelaskan bahwa ujaran
kebencian dapat berupa tindak pidana yang diatur dalam KUHP dan ketentuan pidana lainnya di
luar KUHP, yang berbentuk:

1. penghinaan;
2. pencemaran nama baik;
3. penistaan;
4. perbuatan tidak menyenangkan;
5. memprovokasi;
6. menghasut;
7. penyebaran berita bohong; dan semua tindakan di atas memiliki tujuan atau bisa
berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik
sosial.

Selanjutnya, bahwa ujaran kebencian sebagaimana dimaksud di atas, bertujuan untuk menghasut
dan menyulut kebencian terhadap individu dan/atau kelompok masyarakat dalam berbagai
komunitas yang dibedakan dari aspek:

1. suku;
2. agama;
3. aliran keagamaan;
4. keyakinan/kepercayaan;
5. ras;
6. antargolongan;
7. warna kulit;
8. etnis;
9. gender;
10. kaum difabel (cacat);
11. orientasi seksual.

Menurut hemat kami, jika ada netizen yang berkomentar di dalam postingan yang
membandingkan SDM Indonesia kurang pantas jika dibandingkan dengan SDM negara maju, hal
tersebut tidak serta-merta dapat dikategorikan sebagai penyebaran ujaran kebencian.

Sejak Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (“UU
ITE”) diundangkan Pada tanggal 21 April 2008, telah diatur mengenai sanksi
terhadap hate speech yang dilakukan di media sosial, yaitu di Pasal 45 ayat (2) jo. Pasal 28 ayat
(2) UU ITE. Namun UU ITE telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik (“UU 19/2016”). Pengenaan sanksi hate speech yang dilakukan di media
sosial dapat didasarkan pada Pasal 45A ayat (2) UU 19/2016 sebagai berikut:

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Selain itu, penegakan hukum atas dugaan terjadinya tindak pidana ujaran kebencian juga dapat
mengacu pada ketentuan Pasal 16 jo. Pasal 4 huruf b angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis (“UU 40/2008”) yang mengatur
mengenai tindakan diskriminatif ras dan etnis berupa menunjukkan kebencian atau rasa benci
kepada orang karena perbedaan ras dan etnis yang berupa perbuatan membuat tulisan atau
gambar untuk ditempatkan, ditempelkan, atau disebarluaskan di tempat umum atau tempat
lainnya yang dapat dilihat atau dibaca oleh orang lain. Sanksinya adalah pidana penjara paling
llama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500 juta.

Menurut hemat kami, jika ada netizen yang berkomentar di dalam postingan yang
membandingkan SDM Indonesia kurang pantas jika dibandingkan dengan SDM negara maju, hal
tersebut tidak serta-merta dapat dikategorikan sebagai penyebaran ujaran kebencian.

2. ujaran kebencian dapat berupa tindak pidana yang diatur dalam KUHP dan ketentuan pidana
lainnya di luar KUHP, yang berbentuk:

1. penghinaan;
2. pencemaran nama baik;
3. penistaan;
4. perbuatan tidak menyenangkan;
5. memprovokasi;
6. menghasut;
7. penyebaran berita bohong; dan semua tindakan di atas memiliki tujuan atau bisa
berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik
sosial.

3. Surat Edaran Kapolri yang paling dapat diterapkan dalam mengartikan ujaran
kebencian adalah point 1 sampai 3 yang sebenarnya merujuk pada satu delik saja
yaitu delik penghinaan.
Jika pencemaran nama baik menyerang nama dan kehormatan orang lain atau suatu
kelompok, tetapi ujaran kebencian menyerang harkat dan martabat manusia.

Anda mungkin juga menyukai