Anda di halaman 1dari 3

NAMA : AKMALUDIN

NIM : 045072304

MATA KULIAH : FILSAFAT HUKUM DAN ETIKA PROFESI

Kasus:

Saat ini Indonesia sedang melakukan vaksinasi Covid-19. Presiden Joko Widodo atau Jokowi
pun menjadi orang yang pertama disuntik. Nantinya secara bertahap seluruh warga negara
Indonesia akan melakukan vaksinasi Covid-19. Bahkan Presiden Jokowi juga telah
menggratiskannya. Yang terbaru, Jokowi memastikan bahwa pemerintah akan memberikan
kompensasi berupa santunan apabila penerima vaksin Covid-19 mengalami kecacatan atau
meninggal dunia usai disuntik vaksin. Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 14 tahun 2021 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi Covid-19. "Dalam hal terdapat kasus kejadian ikutan pasca
vaksinasi yang dipengaruhi oleh produk Vaksin Covid-19 berdasarkan hasil kajian kausalitas
dan kasus tersebut menimbulkan kecacatan atau meninggal, diberikan kompensasi oleh
pemerintah," bunyi Pasal 15B ayat 1 sebagaimana dikutip Liputan6.com dari salinan Perpres,
Sabtu, 13 Februari 2021. Tak hanya itu, Jokowi juga mengeluarkan peraturan presiden yang
isinya antara lain mengatur mengenai penerapan sanksi administratif maupun pidana bagi
orang yang menolak melaksanakan vaksinasi Covid-19.

1. Jelaskankah bagaimana konsep pengaturan tentang Vaksinasi Covid-19 sebagai


keberlakuan hukum terkini dalam kajian ilmu filsafat hukum!
Dalam kajian ilmu filsafat hukum, pengaturan tentang vaksinasi Covid-19
sebagai keberlakuan hukum terkini dapat dilihat sebagai implementasi dari konsep
negara sebagai pemberi perlindungan bagi warga negaranya. Konsep ini mengacu
pada pemikiran Thomas Hobbes tentang negara sebagai leviathan atau raksasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan.
Dalam konteks pandemi Covid-19, negara dianggap memiliki tanggung jawab
untuk melindungi warganya dari penyebaran virus dan memberikan akses terhadap
vaksinasi sebagai upaya pencegahan. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 14 tahun 2021 tentang Pengadaan Vaksin
dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19 untuk
mengatur pelaksanaan vaksinasi dan memberikan perlindungan bagi warga negara
yang menerima vaksin.
Selain itu, pengaturan ini juga mencerminkan konsep keadilan sosial dalam
hukum, yaitu bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
perlindungan dan akses terhadap kesehatan. Dalam hal ini, pemerintah memberikan
vaksinasi secara gratis dan memberikan kompensasi bagi mereka yang mengalami
kecacatan atau meninggal dunia setelah disuntik vaksin.
Namun, pengaturan ini juga menimbulkan kontroversi terkait hak individu
untuk menentukan keputusan kesehatannya sendiri. Konsep hak asasi manusia
menjadi relevan dalam hal ini, di mana setiap individu berhak untuk menentukan
pilihan terkait kesehatannya sendiri tanpa campur tangan negara. Oleh karena itu,
pengaturan sanksi bagi orang yang menolak untuk melakukan vaksinasi Covid-19
juga harus mempertimbangkan hak individu ini.
Secara keseluruhan, pengaturan tentang vaksinasi Covid-19 sebagai
keberlakuan hukum terkini mencerminkan konsep negara sebagai pemberi
perlindungan dan keadilan sosial dalam hukum, namun juga memicu pertimbangan
terkait hak individu dalam membuat keputusan kesehatan.

2. Jelaskanlah analisis Anda berdasarkan ajaran Socrates dan Plato terkait


kebijakan vaksinasi covid-19 yang diatur dalam Perpres No. 14 Tahun 2021 ?
Ajaran Socrates dan Plato berkaitan dengan etika dan keadilan dalam
pemerintahan. Dalam konteks kebijakan vaksinasi Covid-19 yang diatur dalam
Perpres No. 14 Tahun 2021, terdapat pertimbangan moral dan etika yang harus
diperhatikan.
Socrates mengajarkan pentingnya refleksi moral individu untuk mencapai
kebijakan yang baik dalam pemerintahan. Dalam hal ini, kebijakan vaksinasi Covid-
19 yang diatur dalam Perpres No. 14 Tahun 2021 merupakan tindakan moral dan etis
untuk melindungi warga negara Indonesia dari penyebaran virus Covid-19 dan
meminimalisir risiko kesehatan yang diakibatkan oleh virus tersebut. Dalam
pandangan Socrates, tindakan moral harus didasarkan pada pengetahuan yang benar
dan refleksi diri yang baik.
Sementara itu, Plato mengajarkan pentingnya keadilan dalam pemerintahan.
Dalam hal ini, kebijakan vaksinasi Covid-19 yang diatur dalam Perpres No. 14 Tahun
2021 dapat dianggap sebagai tindakan yang adil karena memberikan kesempatan yang
sama bagi seluruh warga negara Indonesia untuk mendapatkan vaksinasi secara gratis
dan melindungi diri mereka sendiri dan masyarakat luas dari penyebaran virus Covid-
19. Dalam pandangan Plato, keadilan adalah kunci untuk mencapai harmoni dan
stabilitas dalam pemerintahan.
Dalam kesimpulannya, kebijakan vaksinasi Covid-19 yang diatur dalam
Perpres No. 14 Tahun 2021 dapat dipertimbangkan sebagai tindakan moral dan etis
yang didasarkan pada pengetahuan yang benar dan refleksi diri yang baik, serta
tindakan yang adil untuk mencapai harmoni dan stabilitas dalam pemerintahan.

3. Kemukakanlah bagaimana sudut pandang aliran Realisme Hukum (Legal


Realism) terhadap sanksi pidana yang diberlakukan bagi yang menolak
melaksanakan vaksinasi Covid-19?
Aliran Realisme Hukum (Legal Realism) adalah aliran pemikiran dalam ilmu
hukum yang menekankan bahwa hukum adalah hasil dari kebijaksanaan manusia dan
dibentuk oleh kepentingan-kepentingan sosial, ekonomi, dan politik yang ada di
masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan sanksi pidana bagi orang yang menolak
melaksanakan vaksinasi Covid-19 dapat dianalisis dari sudut pandang Legal Realism.
Menurut Legal Realism, hukum adalah suatu instrumen yang digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan sosial tertentu. Dalam konteks ini, pemberlakuan sanksi
pidana bagi yang menolak melaksanakan vaksinasi Covid-19 merupakan bentuk
upaya dari pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan sosial, yaitu melindungi
kesehatan masyarakat dan memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
Namun demikian, Legal Realism juga menekankan bahwa hukum tidak bisa
dipisahkan dari konteks sosial, politik, dan ekonomi yang ada di masyarakat. Oleh
karena itu, dalam pemberlakuan sanksi pidana bagi yang menolak melaksanakan
vaksinasi Covid-19, perlu dipertimbangkan faktor-faktor kontekstual yang ada di
masyarakat, seperti tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya vaksinasi dan
kepercayaan masyarakat terhadap efektivitas dan keamanan vaksin.
Selain itu, Legal Realism juga menekankan bahwa hukum harus responsif
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu,
pemerintah perlu melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap kebijakan sanksi
pidana bagi yang menolak melaksanakan vaksinasi Covid-19, dengan
mempertimbangkan efektivitasnya dalam mencapai tujuan-tujuan sosial yang
diinginkan serta dampaknya terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai