Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 3 HKUM4301/HUKUM TELEMATIKA

Permasalahan Nama Domain

Sengketa nama domain bukanlah hal baru di Indonesia. Sejak kemunculan dan perkembangan
internet yang semakin pesat telah mendorong pihak pelaku usaha untuk mendaftarkan nama
domain sesuai dengan merek yang telah terdaftar. Namun, banyak yang ternyata menyalahgunakan
nama domain tersebut untuk itikad tidak baik. Kasus pendaftaran nama domain Mustika Ratu,
kasus nama domain klikBCA, kasus ebay.co.id adalah sejumlah kasus klasik yang pernah terjadi
di Indonesia.

SOAL
1. Jelaskan bagaimana pengaturan nama domain di Indonesia.
Jawab :
Domain Name System (DNS) atau biasa dikenal dengan sebutan Nama Domain adalah nama
unik yang diberikan untuk mengindentifikasi server komputer agar lebih mudah diingat
daripada menggunakan IP (Internet Protocol) address. Agar website/aplikasi online dapat
diakses dengan mudah oleh pengunjung website. Untuk pengaturan nama domain di Indonesia
sejauh ini tidak ada satu peraturan di Indonesia yang sacara khusus mengatur masalah domain
name. Sampai dengan hari ini bisa dibilang kita masih tunduk pada pengaturan yang dipakai
oleh dunia internasional ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Numbers),
otoritas internet yang berwenang menangani masalah IP Addres, serta manajemen sistem
domain name. Sehingga segala akibat hukum yang timbul dari penggunaan nama domain
sudah sepatutnya tunduk pada ketentuan yang telah ditetapan oleh badan tersebut. Jika terjadi
sengketa nama domain maka tunduk pada UDRP (Uniform Dispute Resolution), yang
merupakan ketentuan ICANN tentang penyelesaian sengketa domain name.
Nama domain diartikan sebagai nama lain atau nama alias dari IP address(Internet Protocol).
Nama domain ini dapat merupakan sebagai nama unik yang mewakili seseorang, suatu
organisasi atau badan hukum dimana nama itu akan digunakan oleh pemakai internet untuk
menghubungkan ke seseorang, suatu organisasi atau badan hukum tersebut. Nama domain
terdiri dari 2 bagian, yaitu identitas organisasi dan identifier yang menjelaskan organisasi
tersebut (.com, .edu, .mil, .net, .org, dll). Indonesia telah memiliki UU ITE yang mengatur
tentang nama domain dalam ketentuan umum dan pada ketentuan tertentu di bab VI, tetapi
pengaturan tentang kejahatan nama domain tidak diatur dalam UU ITE tersebut sebagaimana
sudah diamanatkan dalam naskah akademik RUU ITE yang telah mencantumkan norma nama
domain beserta sanksi pidananya. Ketiadaan pengaturan norma nama domain dalam UU ITE
ini menimbulkan permasalahan dengan registrant yang dengan sengaja mendaftarkan nama
domain beritikad tidak baik dengan melanggar persyaratan nama domain, pendekatan hukum
pidana akan sulit diterapkan berkaitan kejahatan nama domain tersebut dan menjadi salah satu
kelemahan dalam UU ITE. Pendaftaran Nama Domain Internet di Indonesia menggunakan
prinsip pelayanan first-come-first-served, artinya artinya siapa yang mendaftarterlebih dahulu
maka dialah yang berhak atas nama domain internet, hal initidak hanya di atur di dalam
perjanjian internasional, namun juga diaturpada Pasal 23 ayat (1) Undang-undangNomor 11
tahun 2008 tentangInformasi dan Transaksi Elektronik. Pemilikan dan penggunaan
NamaDomain internet harus didasarkan pada itikad baik, tidak melanggarprinsip persaingan
usaha secara sehat, dan tidak melanggar hak Orang lain.Nama Domain terkaithak merek yang
didaftarkan di Indonesia terdiri atasdua jenis nama domain internet, yaitu nama domain internet
generik ataugTLDs dan nama domain internet negara atau ccTLDs. Nama domaingenerik
adalah nama domain yang registrarnya berada di luar negaraIndonesia, sedangkan nama
domain negara Indonesia (ccTLDs) domain idregistrarnya berada di Indonesia.

2. Bagaimana keterkaitan antara hukum merek dengan nama domain? Apakah memiliki
kesamaan atau perbedaan dalam prosedur dan mekanisme pendaftarannya? Jelaskan
Jawab :
keterkaitan antara hukum merek dengan nama domain, Nama domain memiliki keterkaitan
yang sangat erat dengan merek, tetapi perlu ditegaskan bahwa Nama Domain tidak identik
dengan merek karena meskipun keduanya sama-sama merupakan jati diri suatu produk barang
dan jasa, atau suatu nama perusahaan atau badan hukum lainnya, tetapi memiliki sistem dan
syarat-syarat pendaftaran serta pengakuan eksistensinya secara berbeda. Persoalan Nama
domain telah menjadi konflik dalam Merek. Alasan utama dari persoalan tersebut adalah
kurangnya hubungan antara sistem dalam pendaftaran merek dengan sistem dalam pendaftaran
nama domain. Sistem hukum merek dagang adalah sistem yang berlaku secara territorial untuk
wilayah tempat pendaftarannya/wilayah yang di tunjuk, sedangkan sistem Nama Domain
adalah sistem hukum yang dapat ditegakkan secara global. Karena merek dagang itu bersifat
territorial maka merek tersebut hanya dapat dilindungi dimana tempat tersebut memberlakukan
daya pembeda atas barang dan jasa. Sehingga, Hukum Merek dapat mentolerir merek yang
identik ataupun mirip di wilayah yang berbeda, bahkan jika merek tersebut memiliki kelas
barang dan jasa yang sama. Nama Domain, dengan sebaliknya memiliki sifat dasar yang unik
dan global. Menurut pendaftaran Nama Domain, hanya satu entitas di dunia yang dapat
memiliki suatu hak untuk menggunakan Nama Domain tertentu yang dapat diakses secara
global nama domain yang di akhiri dengan “com” dibuat oleh pihak swasta dengan prinsip first
come first served. Tidak ada jaminan bahwa nama domain dan merek dagang terkenal dapat di
daftarkan secara bersamaan oleh pemegang merek dagang terkenal. Kurangnya pengaturan dan
pengawasan mengenai Nama Domain menyebabkan berkembangnya pendaftaran Nama
Domain dengan itikad buruk. Dalam konteks merek, terdapat hak eksklusif yang diberikan
oleh undang-undang kepada pemilik merek tersebut, termasuk untuk menggunakan merek
tersebut sebagai pengidentifikasi bisnis di dunia maya melaluipenggunaan nama domain. Oleh
karena itu,hak atas nama domain yang didasarkan pada hak kontraktual, tidak boleh
bertentangan atau melanggar hak orang lain, apalagi hak yang berasaldariundangundang
seperti hak atas merek.Lebih lanjut, berdasarkan keterkaitan antara merek dan nama domain
dalam konteks daring, dapat disimpulkan pula bahwa adanya perselisihan atau sengketa
terhadap nama domain, pada prinsipnya merupakan ekses dari penggunaan merek di dunia
maya. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa penyelesaian perselisihan nama domain yang
berkaitan dengan merek,pada dasarnya adalah penyelesaian sengketa merek dalam konteks
daring, yakni berkaitan dengan penggunaan merek sebagai nama domain.
Aspek yang tidak sinkron dalam UU ITE dan UU Merek adalah karena perbedaan konsep
kepemilikan hak merek dan hak nama domain. Nama domain dirasa kurang tepat jika
dikategorikan seperti halnya merek karena nama domain merupakan objek yang berbeda
karena merek merupakan hak milik dan nama domain hanya merupakan obyek yang
disewakan. Kedua, asas pendaftaran yang berbeda antara Asas firstfile first serve pada nama
domain dan asas first to file pada merek menjadikan pemegang nama domain sulit untuk
mendapat perlindungan hukum tidak seperti halnya merek yang menganut asas konstitutif
dalam perlindungan hukum kekayaan intelektual. Kelemahan prinsip pendaftar pertama suatu
nama domain adalah pihak registrar tidak melakukan pengecekan secara nyata atas kompetensi
si pendaftar. Prinsip inilah yang membedakan pendaftaran nama domain dengan pendaftaran
merek dagang.

3. Bagaimana proses penyelesaian sengketa nama domain di Indonesia? Termasuk ke dalam


ranah perdata atau pidana? Jelaskan
Jawab :
Penyelesaian sengketa nama domain di Indonesia adalah sebagai berikut: - Pertama, Lembaga
alternatif penyelesaian sengketa nama domain merek terkenal di internet bisa dilakukan
melalui PANDI, namun penyelesaian perselisihan pengelolaan nama domain merek terkenal
di internet di Indonesia saat ini belum memadai. Meskipun kebijakan PANDI mengadopsi
kebijakan UDRP yang dibuat oleh ICANN namun tidak bersifat komprehensif, karena hingga
saat ini belum memiliki kebijakan terkait penyelesaian perselisihan nama domain tingkat
global atau Global Top Level Domain (GTLD). - Kedua,Implementasi penyelesaian sengketa
dari berbagai peraturan perundangundangan yang ada di Indonesia memperlihatkan adanya
pengadopsian hukum dalam penyelesaian sengketa merek terkenal di internet dari tindakan
cybersquatting berdasarkan kebijakan UDRP yang dibuat ICANN. UndangUndang Merek
mengatur pemegang merek dalam hal ini termasuk nama domain merek terkenal untuk
mempertahankan haknya melalui gugatan perdata, berupa gugatan gantikerugian ke
pengadilan niaga. - Bahwa dalam Naskah Akademik RUU ITE telah mencantumkan norma
nama domain beserta sanksi pidananya yaitu setiap orang yang mendaftarkan nama domain
dengan didasarkan pada itikad tidak baik, melanggar prinsip persaingan usaha secara sehat,
dan melanggar hak orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 bulan dan atau
denda paling banyak Rp.100.000.000,- . Tindak pidana sebagaimana ini hanya dapat dituntut
atas pengaduan dari orang yang terkena tindak pidana. Berdasarkan penjelasan di atas proses
penyelesaian sengketa nama domain di Indonesia bisa masuk ke ranah perdata atau pidana
tergantung pada jenis kasusnya.

Anda mungkin juga menyukai