Anda di halaman 1dari 8

1.

a) Berikan analisis Anda bahwa materi muatan konsitusi di Indonesia


sudah terkandung 3 muatan pokok konstitusi menurut J.G.
Steenbeek.
Jawab :
Menurut J.G. Steenbeek, setidaknya terdapat tiga muatan pokok
konstitusi, yaitu:
1) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga
negaranya;
2) Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang
bersifat fundamental;
3) Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang
juga bersifat fundamental.

Menurut saya Ya, materi muatan konstitusi di Indonesia sudah


terkandung 3 muatan pokok diatas dan diuraikan sebagai berikut:

Untuk menguraikan materi pokok yang diatur oleh konstitusi, kami


akan menguraikan berdasarkan pendapat J.G Steenbeek karena
cukup komprehensif untuk menjelaskan materi muatan yang
terdapat dalam UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik
Indonesia, yaitu:

a) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga


negara

Pasal-pasal yang mengatur adanya jaminan terhadap Hak Asasi


Manusia terdapat pada: Pasal 27, Pasal 28, Pasal 28 A – Pasal 28 J,
Pasal 29 ayat (2) dan Pasal 30 ayat (1), Pasal 31 dan Pasal 34 ayat (1).

b) Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang


bersifat fundamental

Di dalam UUD 1945 susunan ketatanegaraan yang fundamental


terdiri dari 8 kelembagaan, yaitu:

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat, diatur di dalam Pasal 2;


2) Dewan Perwakilan Rakyat, diatur di dalam Pasal 19, Pasal 20A
ayat (2) – ayat (4), dan Pasal 22B;
3) Dewan Perwakilan Daerah, diatur di dalam Pasal 22C dan Pasal
22D ayat (5)
4) Presiden dan Wakil Presiden, diatur di dalam Pasal 4 ayat (2),
Pasal 6, Pasal 6A dan Pasal 7; dalam kelembagaan ini termasuk
juga lembaga Kementerian yang keberadaaannya diatur di
dalam Pasal 17 ayat (1) dan ayat (4);
5) Badan Pemeriksa Keuangan, diatur di dalam Pasal 23E ayat (1)
Pasal 23F dan Pasal 23G;
6) Mahkamah Agung, diatur di dalam Pasal 24 ayat (2) Pasal 24A
ayat (2) – ayat (5);
7) Mahkamah Konstitusi, diatur di dalam Pasal 24C ayat (3) – ayat
(6);
8) Komisi Yudisial, diatur di dalam Pasal 24 B ayat (2) – ayat (4).

c) Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas


ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental

Pengaturan mengenai pembatasan dan pembagian kekuasaan


lembaga-lembaga negara dalam susunan ketatanegaraan yang
terdapat dalam UUD 1945:

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat, diatur Pasal 3, Pasal 7A,


Pasal 7B ayat (6) dan ayat (7), Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3);
2) Dewan Perwakilan Rakyat, diatur dalam Pasal 7B ayat (1) – ayat
(3), Pasal 11 ayat (2), Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 14
ayat (2), Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 20A, Pasal 21,
Pasal 22 ayat (2), Pasal 22A, Pasal 22B, Pasal 23 ayat (2), Pasal
23E ayat (2), Pasal 23F ayat (1), Pasal 24A ayat (3), Pasal 24B
ayat (3), Pasal 24C ayat (3)
3) Dewan Perwakilan Daerah, diatur dalam Pasal 22D ayat (1) –
ayat (3), Pasal 23 ayat (2), Pasal 23E ayat (2) dan Pasal 23F
4) Presiden, diatur dalam Pasal 4 ayat (1), Pasal 5, Pasal 6, Pasal
6A, Pasal 7, Pasal 7C, Pasal 8 ayat (1), Pasal 10, Pasal 11 ayat
(1) dan ayat (2), Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16
dan Pasal 17 ayat (2), Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4), Pasal 22
ayat (1), Pasal 23 ayat (2), Pasal 24A ayat (3), Pasal 24B ayat (3),
Pasal 24C ayat (3). Sedangkan kewenangan menteri diatur di
dalam Pasal 17 ayat (3)
5) Badan Pemeriksa Keuangan, diatur dalam Pasal 23 E ayat (1)
dan ayat (2)
6) Mahkamah Agung, diatur dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 24A
ayat (1)
7) Mahkamah Konstitusi, diatur dalam Pasal 7B ayat (4) dan ayat
(5), Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2)
8) Komisi Yudisial, diatur dalam Pasal 24B ayat (1).
b) Berikan analisis Anda bahwa dalam konstitusi atau undang-
undang dasar di Indonesia sudah menggambarkan bentuk negara,
bentuk kedaulatan, sistem pemerintahannya, dan suprastruktur
politik indonesia.

Jawab:

Pada Konstitusi atau UU dasar di Indonesia sudah menggambarkan


Pengaturan bentuk Negara untuk memperjelas bagaimana bekerjanya
Negara, tata hukum dan pengaturan kekuasaan Negara. Dilihat dari
bentuknya Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk
republik sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945,
penerapannya adalah tidak ada Negara dalam Negara maksudnya
adalah Indonesia tidak terdiri dari Negara-negara bagian melainkan
Indonesia terbagi atas daerah-daerah provinsi.

Penegasan pernyataan bentuk Negara Indonesia diatur pula dalam


pasal 18 UUD 1945 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan
daerah-daerah propinsi dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-
tiap propinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintah daerah,
yang diatur dengan undang-undang.

Mengenai pengaturan materi struktur Negara beserta pembatasan


dan pembagian kekuasaan bertujuan agar memperjelas struktur
organisasi Negara beserta tugas pokok dan fungsi lembaga-lembaga
yang terdapat dalam struktur Negara tersebut, selain itu pembagian
dan pemisahan kekuasaan juga perlu agar tidak
terjadinya overlapping (tumpang tindih kekuasaan).

Dan kemudian diatur secara jelas kewenangan dari masing-masing


kekuasaan seperti kekuasaan untuk membuat aturan/undang-
undang merupakan kewenangan lembaga legislatif, kekuasaan untuk
melaksanakan aturan/undang-undang merupakan kewenangan
eksekutif, dan lembaga yudikatif yang mempunyai kekuasaan
peradilan.

2. a) Berikan analisis anda teori kedaulatan mana yang digunakan


dalam negara yang susunannya berbentuk negara kesatuan, federal,
dan konfederal beserta penjelasannya secara singkat.
Jawab:
1) Teori Kedaulatan Rakyat Pada Negara Kesatuan
Menurut teori ini kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Maka
dari itu legitimasi kekuasaan pemerintah adalah berasal dari
rakyat. Teori kedaulatan rakyat menganggap kehendak rakyat
adalah satu-satunya sumber kekuasaan bagi pemerintah. Rakyat
memberikan kekuasaan pada para wakil rakyat yang menduduki
lembaga legislatif maupun eksekutif untuk melaksanakan
keinginan rakyat, melindungi hak-hak rakyat serta memerintah
berdasarkan hati nurani rakyat. Rakyat berhak mengganti
pemerintahan yang dipilih dan diangkatnya, bila pemerintah
tersebut tidak melaksanakan kehendak rakyat.

Praktik teori kedaulatan rakyat banyak dianut dan dijalankan


oleh negara-negara demokrasi modern, termasuk Indonesia.
Tokoh teori kedaulatan rakyat adalah Thomas Hobbes, Jean-
Jacques Rousseau dan John Locke.

2) Teori Kedaulatan Negara pada Negara Federasi


Dalam wilayah suatu negara hanya negara itu yang berdaulat
penuh. Tidak ada seorang yang berhak menentang kehendak
negara. Sehingga kekuasaan negara tidak ada yang membatasi.
Negara mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas. Artinya negara
berhak mengatur semua warga negara dan harus taat, patuh
terhadap kehendak dan keinginan negara. Negara mempunyai
kekuasaan tertinggi yang berasal dari negara itu sendiri. Tidak ada
yang lebih tinggi dari negara, termasuk hukum karena hukum
merupakan buatan negara. Hukum dibuat untuk kepentingan
negara dan negara tidak dibatasi oleh hukum.

Teori ini berkembang pada abad XV-XIX dengan tokoh Georg


Jellinek. Penerapan kedaulatan ini dilakukan oleh para pejabat
negara, yang menjadi simbol kekuasaan negara. Contoh negara
adalah Rusia pada masa pemerintahan Stalin.

3) Teori Kedaulatan Hukum pada Negara Konfederasi


Kedaulatan hukum adalah kedaulatan yang berasal dari hukum
yang berlaku di suatu negara. Hukum yaitu pernyataan yang
timbul dari kesadaran manusia dan hukum merupakan sumber
kedaulatan. Hukum merupakan kekuasaan yang derajatnya lebih
tinggi. Maka negara, pemerintah, pengadilan dan rakyat
seluruhnya harus tunduk pada hukum. Hukum di atas segalanya.
Hukum dipandang sebagai sumber dari segala sumber kekuasaan
dalam negara. Negara hanya sebagai organisasi sosial yang tunduk
kepada hukum. Kekuasaan negara harus berpijak dan
berlandaskan hukum. Maksudnya kekuasaan yang dimiliki oleh
pemerintah itu didapat atau diatur oleh hukum yang berlaku di
negara itu. Sehingga kekuasaan itu sah berdasarkan hukum yang
berlaku. Hukum harus dijunjung tinggi oleh segenap warga negara
dan pemerintah, maka semuanya harus menghormati dan
mematuhi hukum yang berlaku. Pelanggar hukum harus
dikenakan sanksi, tanpa kecuali.
Tokoh teori kedaulatan hukum adalah Hugo Krabbe, Immanuel
Kant dan Roelof Kranenburg.

b) Berikan analisis Anda hubungan pemerintah pusat dan daerah


pada negara dengan susunan kesatuan, federal, dan konfederal.
Jawab:
a) Negara Kesatuan
Dalam negara kesatuan pemerintah daerah langsung di bawah
pemerintah pusat. Dalam negara kesatuan, pemerintah daerah
adalah dependent dan subordinate terhadap pemerintah pusat.
Pemerintah daerah hanya bagian atau subsistem dari sistem
pemerintah nasional. Karena pemerintah daerah merupakan
bagian dari sistem pemerintah nasional, maka antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah terdapat hubungan
antar pemerintah yang saling terjalin sehingga membentuk satu
kesatuan pemerintahan nasional.
Jika demikian, maka dalam suatu pemerintah nasional
terdapat dua subsistem. Yakni subsistem pemerintahan pusat
dan subsistem pemerintahan daerah. Dalam subsistem
pemerintahan daerah terdapat subsistem pemerintahan daerah
yang lebih kecil. Seperti contoh, Indonesia terdapat subsistem
pemerintahan pusat yang terdiri atas presiden dan para
menteri. Di daerah terdapat subsistem pemerintahan provinsi
yang terdiri atas gubernur dan DPRD Provinsi.

b) Negara Federal
kekuasaan dalam negara itu dibagi antara Pusat dan
Daerah/Bagian sedemikian rupa sehingga masing-masing
Daerah/Bagian dalam negara itu bebas dari campur tangan
satu sama lain dan hubungannya sendiri-sendiri terhadap
Pusat. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah/Bagian
dianggap mempunyai kekuasaan yang sama dan sederajat.
Salah satu persoalan hukum dalam negara federal ( serikat )
adalah bagaimana “pembagian kekuasaan” antara pusat (
negara federal ) dan daerah ( negara-negara bagian ) itu
dilakukan. Secara konseptual dikenal dua cara mengenai hal
ini :
Pertama, apa yang menjadi kewenangan negara-negara bagian
dirumuskan dalam konstitusi. Jadi konstitusi hanya mengatur
kewenangan-kewenangan negara bagian, selebihnya tidak
diatur dan ditetapkan masuk kewenangan federal.

Kedua, kekuasaan federal secara rinci ditulis dalam konstitusi,


di luar itu masuk kewenangan negara-negara bagian.
Pembagian seperti yang terakhir ini memberikan kekuasaan
yang lebih besar kepada negara bagian karena memiliki
“wewenang sisa” yang bisa dikembangkan lebih luas sesuai
dengan perkembangan jaman.

c) Negara Konfederal
Konfederasi (juga dikenal sebagai persekutuan atau liga) adalah
persatuan kelompok atau negara berdaulat yang bersatu untuk
tujuan aksi bersama. Biasanya dibuat dengan perjanjian,
konfederasi negara cenderung didirikan untuk menangani
masalah-masalah kritis, seperti pertahanan, hubungan luar
negeri, perdagangan internal atau mata uang, dengan
pemerintah pusat dituntut untuk memberikan dukungan
kepada semua anggotanya. Konfederalisme merupakan bentuk
utama dari intergovernmentalisme, yang didefinisikan sebagai
segala bentuk interaksi di sekitar negara-negara yang terjadi
atas dasar kemerdekaan atau pemerintahan yang berdaulat.

Sifat hubungan di antara negara-negara anggota yang


membentuk konfederasi sangat bervariasi. Demikian juga,
hubungan antara negara-negara anggota dan pemerintah
umum serta distribusi kekuasaan di antara mereka bervariasi.
Beberapa konfederasi yang lebih longgar mirip dengan
organisasi internasional. Konfederasi lain dengan aturan yang
lebih ketat mungkin menyerupai sistem federal.

3. a) Apakah sistem pemerintahan parlementer hanya digunakan pada


negara yang berbentuk monarkhi?
Jawab:
Ya, Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang
parlemennya memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam
hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana
menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu
dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya.
Monarki parlementer adalah sistem kerajaan yang di dalam
pemerintahannya terdapat parlemen atau dewan perwakilan rakyat.
Para menteri, baik secara individu maupun keseluruhan,
bertanggung jawab kepada parlemen tersebut.

Dalam sistem pemerintahan monarki parlementer, raja merupakan


lambang kesatuan negara, tidak dapat diganggu gugat, dan
kedudukannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud
tidak dapat dipertanggungjawabkan adalah the king can do no wrong
atau raja tidak melakukan kesalahan.

b) Berikan analisis anda mengapa sistem pemerintahan presidensial


memiliki stabilitas tinggi? Berikan alasannya.
Jawab:
Sistem presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional,
merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana
kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan
kekuasaan legislatif.
Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini
harus memiliki tiga unsur yaitu:
 Presiden yang dipilih rakyat
 Presiden secara bersamaan menjabat sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan dan dalam jabatannya ini mengangkat
pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
 Presiden harus dijamin memiliki kewenangan legislatif oleh UUD
atau konstitusi.

Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat


dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti
rendahnya dukungan politik. Namun masih ada mekanisme untuk
mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran
konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah
kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan
karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil
presiden akan menggantikan posisinya.

C) Berikan analisis anda sistem pemerintahan semi apa yang pernah


diterapkan di Indonesia!
Jawab:
Sistem semi-presidensial adalah bentuk pemrintahan negara yang
mencoba mengatasi kelemahan-kelemahan sistem parlementer mau
pun sistem presidensial. Kelemahan pokok sistem parlementer ialah
sifatnya yang sangat tidak stabil karena setiap saat pemerintah, baik
seluruh kabinet mau pun setiap menteri, dapat menerima mosi tidak
percaya dari parlemen. Akibatnya pemerintah jatuh dan terjadi
pergantian pemerintah. Selama 4 tahun menggunakan sistem
parlementer, Indonesia mengalami pergantian pemerintah sebanyak
33 kali (Feith, 1962).

Sistem presidensial mengandung kecenderungan konflik permanen


antara cabang legislatif dan cabang eksekutif, terutama bila presiden
terpilih tidak didukung oleh partai mayoritas yang berkuasa di
parlemen. Padahal negara-negara baru yang tradisi demokrasinya
belum terkonsolidasi dengan mantap selalu menghadapi kondisi
seperti ini. Selain itu, kekuasaan yang besar ditangan presiden
sebagai pemegang kekuasaan eksekutif tunggal, selalu menggoda
presiden untuk memperpajang masa jabatannya, yang kemudian
berkembang menjadi kekuasaan otoriter

Kalau kita perhatikan uraian yang diberikan oleh Dr. Sukiman pada
rapat BPUPK pada tanggal 15 Juli 1945 dan keteranga Prof. Soepomo
pada rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 beberapa saat menjelang
pengesahan UUD 1945, jelas sekali sistem pemerintahan negara
Indonesia yang diikuti oleh UUD pertama Indonesia tersebut adalah
sistem semipresidensial.

Anda mungkin juga menyukai