NIM : 043863629
Pertanyaan
1. Analisislah pemaknaan penegak hukum sebagai profesi officium nobile bagi profesi
hakim yang banyak tertangkap KPK seperti diuraikan dalam kasus diatas! Jelaskan!
2. Menurut anda, dari wacana diatas dan banyaknya kasus-kasus yang melibatkan oknum
hakim di Indonesia, bagaimana idealnya tanggung jawab moral bagi profesi hakim
tersebut? Jelaskan!
3. Jelaskanlah nilai-nilai yang wajib ditaati oleh profesi hakim dalam pelaksanaan tugas
sebagai profesi hukum !
Jawaban :
1. Pemaknaan penegak hukum sebagai profesi officium nobile bagi profesi hakim yang
banyak tertangkap KPK seperti diuraikan dalam kasus diatas adalah sebagai
berikut.
Officium nobile dapat diartikan sebagai profesi yang luhur yang memiliki makna untuk
memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat bukan hanya semata-mata untuk
mencari nafkah, tetapi motivasinya untuk melayani manusia. Untuk menjamin pelayanan
masyarakat tertentu diperlukan yang namanya kode etik yang berisi tentang prinsip-prinsip
yang wajib ditegakkan oleh anggota dari komunitas profesi tertentu. Ada 3 hal ciri
moralitas yang tinggi yaitu :
Berani berbuat sesuai dengan tekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi
Sadar akan kewajibannya
Memiliki idealisme yang tinggi.
Berdasarkan kasus diatas, kita dapat melihat bahwa para penegak hukum khususnya
yang berprofesi sebagai hakim masih belum memberikan pelayanan yang prima
kepada masyarakat karena masing melakukan berbagai tindakan yang merusak harkat
dan martabat profesinya sendiri. Pepatah Romawi kuno berbunyi“quid leges sine
moribus (apa arti hukum bila tanpa moral) bisa menjadi bahan resonansi sekaligus
refleksi sampai sejauh mana kualitas penegakan hukum (law enforcement) kita. Moral
adalah roh dari supremasi hukum, bahkan dalam Japanese law system (system hukum
jepang) hukum itu adalah moral (law is morality). Tetapi banyaknya hakim yang
tertangkap oleh KPK menggambarkan rendahnya moral aparat penegak hukum kita.
Hakim salah memutus perkara itu manusiawi, apalagi hakim memang memiliki hak
berpendapat, sesuai ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-undang No. 48 tahun 2009
tentang kekuasaan kehakiman. Tetapi bila kekuasaan untuk memutuskan perkara itu
dimanipulasi karena factor non hukum, seperti terima suap atau ada hubungan secara
personal dengan para pihak itu adalah salah satu bentuk penistaan terhadap profesi
hakim yang notabene adalah “Wakil Tuhan di dunia”. Memang di dunia tidak ada
yang sempurna namun, kita sebagai manusia yang memiliki hati nurani dan
mempunyai kewenangan dalam hal tertentu harus berpikir jernih dengan berdasarkan
kebenaran dan keadilan dalam mengambil sebuah keputusan atau dalam memutuskan
sesuatu. Tidak hanya berorientasi dengan uang atau sogokan ayng membuat hati dan
pikiran menjadi goyang sehingga keputusan yang dibuat semata-mata demi uang.
2. Tanggung jawab moral bagi profesi hakim tersebut adalah sebagai berikut :
Menurut Frans Magnis-Suseno ada 5 kriteria nilai moral yang kuat yang mendasari
kepribadian profesional hukum :
Kejujuran dalam artian tidak munafik,licik, dan penuh tipu daya
Autentik (menunjukkan diri dengan keaslian/pribadi yang sebenarnya)
Bertanggung jawab
Kemandirian moral (tidak mudah terpengaruh)
Keberanian moral.
Tanggung jawab moral hakim sesuai dengan kode etik yaitu sebagai berikut :
Sebagai pejabat hukum, hakim harus memiliki etika kepribadian antara lain :
Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang maha Esa
Menjunjung tinggi citra, wibawa, dan martabat hakim
Berkelakuan baik dan tidak tercela
Menjadi teladan bagi masyarakat
Menjauhkan diri dari perbuatan asusila dan kelakuan yang dicela masyarakat
Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim
Bersikap jujur ,adil dan penuh rasa tanggung jawab
Berkepribadian, sabar ,bijaksana dan berilmu
Bersemangat ingin maju (meninggkatkan nilai peradilan)
Dapat dipercaya
Berpandangan luas.
3. Nilai-nilai yang wajib ditaati oleh profesi hakim dalam pelaksanaan tugas sebagai
profesi hukum adalah sebagai berikut :
a. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan dalam hukum acara yang
berlaku
b. Tidak dibenarkan bersikap yang menunjukkan memihak atau bersimpati atay antipati
terhadap pihak-pihak yang berperkara
c. Harus bersikap sopan, tegas, dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam
ucapan maupun perbuatan
d. Harus menjaga kewibawaan dan kekhidmatan persidangan
e. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan. Sementara itu, terhadap
profesinya sendiri, seorang hakim juga harus menjaga perilakunya, baik kepada
atasan sesama rekan maupun bawahan.
Memelihara dan mempupuk kerja sama yang baik antar sesama rekan
Memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa, dan saling menghargai antar sesama
rekan
Memiliki kesadaran, kesetiaan, dan penghargaan terhadap korps hakim
Menjaga nama baik dan martabat rekan-rekan, baik didalam maupun diluar
kedinasan
Begitu pula terhadap bawahan atau pegawai, setiap hakim selayaknya bersikap :
Harus mempunyai sifat kepemimpinan
Membimbing bawahan untuk mempertinggi kecakapan
Harus mempunyai sikap sebagai seorang bapak/ibu yang baik
Memelihara sikap kekeluargaan atara bawahan dan hakim
Memberi contoh kedisplinan.
Setiap hakim dituntut mampu mempertanggungjawabkan tindakannya sebagai
profesional bidang hukum, baik didalam maupun diluar kedinasan, secara materi
dan formil. Oleh karena itu, hakim dituntut untuk memahami secara mendalam
atauran-aturan mengenai hukum acara di persidangan.
Sumber referensi :
Modul HKUM4103
Terimakasih .....