Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : KAHARUDDIN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043116692

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4103/Filsafat Hukum Dan Etika Profesi

Kode/Nama UPBJJ : 08 / MAKASSAR

Masa Ujian : -

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Jelaskankah bagaimana konsep pengaturan tentang Vaksinasi Covid-19 sebagai
keberlakuan hukum terkini dalam kajian ilmu filsafat hukum!

➢ Konsep pengaturan vaksinasi covid-19 sebagai keberlakuan hukum dari sudut pandang
filsafat hukum merupakan sebuah kajian tersendiri karena respon yang diberikan
masyarakat mengenai pro-kontra yang cukup ramai diperbicangkan dan masuk dalam
kajian teori obedience law dan disobedience law. Kepatuhan hukum atau obedience law
dalam pandangan filsafat merupakan pilihan yang dapat diambil masyarakat dalam
merespon kebijakan hukum yang lahir. Vaksinasi merupakan sebuah Langkah mitigasi
yang disepakati untuk dilakukan oleh pemerintah walaupun penolakan (disobedience law)
dari kelompok masyarkat akan tetap ada.

2. Jelaskanlah analisis Anda berdasarkan ajaran Socrates dan Plato terkait kebijakan vaksinasi
covid-19 yang diatur dalam Perpres No. 14 Tahun 2021 ?

➢ Socrates ialah seorang filsafat dengan karakter berani berbicara berdasarkan validitas
penalaran dalam menarik kesimpulan. Plato merupakan seorang filsafat yang mengajarkan
ilmu pengetahuan agar mendapatkan kebenaran yang asli.
Dasar hukum ditetapkannya Perpres 14/2021, yaitu:
a) Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6516); dan
c) Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID 19) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 227) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID19) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 66)
Hubungan ajaran Socrates dan plato dalam kebijakan vaksinasi yag diatur Perpres 14/2021
Dalam kasus vaksinasi covid-19 yang dilakukan secara massal ini, tentu ada hal-hal yang
perlu diperhatikan untuk memahami terlebih dahulu maksud dan tujuan diberikannya
vaksinasi massal. Secara garis besarnya peranan dari peraturan pelaksanaan vaksinasi ini
memiliki tujuan untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19 yang sudah menjadi
wabah secara global semenjak dua tahun terakhir, dan telah menyebabkan banyak kerugian
bagi masyarakat. Kepatuhan hukum merupakan pilihan yang dapat diambil dilakukan
karena merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan wabah covid-19 mengingat
banyaknya angka kesakitan dan kematian akibat covid-19 dan agar melindungi masyarakat
agar tetap produktif secara social dan ekonomi.

3. Kemukakanlah bagaimana sudut pandang aliran Realisme Hukum (Legal Realism)


terhadap sanksi pidana yang diberlakukan bagi yang menolak melaksanakan vaksinasi
Covid-19?
➢ Legal realism itu sendiri merupakan suatu teori yang berbeda signifikan dari
positivisme hukum yang merupakan suatu pemikiran yang bersifat mainstream.
Apabila dikaji, Pasal 5 ayat (3) undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan (merujuk pada Pasal 5) mengatakan bahwa “Setiap orang berhak secara
mandiri dan menentukan sendiri pelayanan kesehatan bagi dirinya”, yang secara
tidak langsung dapat memberi penjelasan bahwa dapat menjadi legitimasi apabila
vaksinasi ini bisa menjadi sebuah pilihan bagi seseorang dalam melakukan
pengobatan (hak pribadi). Namun dalam konteks penanganan wabah khususnya
dimasa pendemi covid-19 terdapat dua undang-undang lain yang menentukan
vaksinasi adalah hak dan kewajiban. Pertama adalah Pasal 14 Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular “ Barang siapa dengan
sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini diancam dengan pidana penjara selama 1 tahun dan
denda setingi-tingginya 1 juta rupiah. Kedua pasal 93 undang-undang nomor 6
tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan yang menyatakan setiap orang yang
tidak mematuhi penyelenggaraam kekarantinaan kesehatan sehingga
menyebabkan kedarutan kesehatan masyarakat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 tahun dang pidana denda paling banyak seratus juta rupiah.
Langkah pemerintah dalam hal ini cukup ekstrim, karena dalam PerPres Nomor
14 Tahun 2021 itu disebutkan adanya pemberian sanksi berupa
sanksiadministrative sampai pidana bagi setiap orang yang sudah ditetapkan
sebagai sasaran penerima vaksin covid-19 yang menolaknya. Jika mengingat
kembali, terhadap proses pembuatan vaksin yang notabenenya cepat,
dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai efek samping dalam jangka panjang.
akan tetapi, di dalam Undang-undang Penolakan yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap peraturan pelaksanaan vaksin (Disobedience law) bukan tanpa tujuan,
melainkan disebabkan oleh adanya ke-khawatiran terhadap efikasi vaksin yang
beredar. Namun penulis disisi lain sangat mengharapkan dengan adanya kebijakan
ini, mengingat kondisi pertambahan jumlah angka covid 19 yang semakin
meningkat setiap harinya, hingga sudah hampir satu bulan terhitung sejak tanggal
8 Januari 2021 pemerintah melakukan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat(PPKM) dan sangat berharap proses vaksinasi menjadi hal yang sangat
penting dalam memutus penularan covid-19, menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat covid-18, mencapai kekebalan kelompok (herd imunity).

Anda mungkin juga menyukai