Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TU

GAS 2

Nama Mahasiswa : KAHARUDDIN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043116692

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4202/Hukum Perdata

Kode/Nama UPBJJ : 08 / MAKASSAR

Masa Ujian : -

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Dalam kasus ini pelu diperhatikan segala poin penting dalam pembagian hak ahli waris
apabila poligami
1) Ahli waris dapat diakui sepanjangan perkawinan poligami dilakukan
menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan perkawinan itu
tercatat di Lembaga Pencatat Perkawinan.
2) Apabila perkawinan poligami tidak tercatat di Lembaga Pencatat
Perkawinan, maka istri dan anak dari perkawinan poligami tidak punya
hak sebagai ahli waris kecuali Istri dari perkawinan poligami yang
bersangkutan harus mengajukan memohon isbat nikah melalui Pengadilan
Agama.
3) Dalam perkawinan poligami tidak pernah dilakukan perjanjian perkawinan
menyangkut status harta. Harta waris yang dapat dibagikan adalah harta
bersama dimana harta diperoleh masa perkawinan.
4) Harta waris yang dapat dibagikan adalah harta bersama dimana harta
diperoleh masa perkawinan.
Dengan kata lain kedudukan harta Istri yang kedua tidak mempunyai hak atas harta
waris yang telah ada sebelum perkawinan.

2. Pemberian harta warisan dalam kasus ini karena melakukan kesepakatan artinya telah
diakui berdasarkan ketentuan pengadilan. Pelaksanaan pembagian waris yang
dilakukan berdasarkan atas kesepakatan para ahli waris dalam perkawinan poligami,
yang artinya para pihak sepakat untuk melaksanakan pembagian waris dengan
kesepakatanya. Dalam pelaksanaan pembagian waris berdasarkan kesepakatan ini
mempunyai banyak nilai yang lebih baik dari pada pembagian waris melalui atas
berdasarkan ketentuan pengadilan. Dalam pembagian harta waris melalui musyawarah
ini dimana hubungan antar ahli waris tidak akan terputus dan tidak akan menimbulkan
dendam antar ahli waris dikemudian hari. Dalam pembagian waris terhadap ahli waris
dalam perkawinan poligami sebaiknya dilakukan dalam musyawarah mufakat dalam
keluarga, sehingga keadilan dan hubungan baik dalam keluarga tetap terjaga dengan baik
dan bermusyawarah ini dapat menyamping ketentuan hukum, baik hukum islam, hukum
adat dan hukum perdata. Tapi apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka
pembagian harta waris melalui pengadilan, apakah Pengadilan Agama dan Pengadilan
Negeri.

3. anak-anak dari istri kedua Vano yang notabene merupakan anak tiri tidak memiliki hak
waris atas harta peninggalan dari istri pertamanya, karena Prinsip dari pewarisan adalah
adanya hubungan darah di antara pewaris dan ahli waris dan istri pertama dari vano
memiliki anak dua orang yang pada dasarnya yang berhak mewaris ialah keluarga
sedarah dengan pewaris. Selanjutnya berdasarkan Pasal 852 KUH Perdata: Anak-anak
atau keturunan-keturunan, sekalipun dilahirkan dan berbagai perkawinan, me warisi
harta peninggalan para orangtua mereka, kakek dan nenek mereka, atau keluarga-
keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus ke atas, tanpa membedakan
jenis kelamin atau kelahiran yang lebih dulu. Mereka mewarisi bagian-bagian yang
sama besarnya kepala demi kepala, bila dengan yang meninggal mereka semua
bertalian keluarga dalam derajat pertama dan masing-masing berhak karena dirinya
sendiri; mereka mewarisi pancang demi pancang, bila mereka semua atas sebagian
mewarisi sebagai pengganti.

Anda mungkin juga menyukai