Anda di halaman 1dari 2

NAMA : WAHYUNI

NIM 041758554
MATA KULIAH : HUKUM KETENAGAKERJAAN
DISKUSI :6
PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM
UPBBJ PALANGKA RAYA

SOAL:

Gadis bekerja di Perusahaan Maju Terus Pantang Mundur, dalam perjalanannya bekerja
di perusahaan tersebut terkadang Gadis meminta izin ke atasannya untuk tidak masuk
kerja karena ada urusan keluarga yang harus diselesaikan, dan hal itu sering dilakukan
oleh Gadis selama bekerja karena banyak urusan keluarga yang harus diselesaikan
sampai dikemudian hari Gadis di PHK oleh perusahaan tanpa sepengetahuannya dan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada Gadis. Coba anda diskusikan perselisihan tersebut
termasuk katagori perselisihan apa? Bagaimana pula cara menyelesaikan perselisihan
itu?

JAWABAN:
Kasus tersebut termasuk ke perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dimana
PHK tersebut dilakukan secara sepihak oleh perusahaan. PHK Sepihak adalah keputusan
yang dibuat oleh perusahaan tanpa melalui proses hukum atau penetapan Lembaga
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. PHK Sepihak merupakan momok yang
sangat menakutkan bagi pekerja/karyawan, karena hanya dengan selembar surat
keterangan PHK yang dikeluarkan oleh perusahaan, semua hak pekerja mulai dari
upah/gaji hingga jaminan sosial akan hilang.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan dapat dilakukan apabila


pekerja/karyawan melakukan pelanggaran terhadap Perjanjian Kerja, Perjanjian Kerja
Bersama (PKB), ataupun Peraturan Perusahaan. Syaratnya, perusahaan wajib
memberikan surat peringatan selama 3 kali berturut-turut sebelum melakukan PHK
terhadap pekerja/karyawan. Perusahaan juga dapat memberikan sanksi sesuai jenis
pelanggaran yang dilakukan. Untuk jenis pelanggaran tertentu, perusahaan bisa langsung
mengeluarkan SP3 atau langsung mem-PHK nya.

Telah diterangkan dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 bab Ketenagakerjaan Pasal 151 ayat
(1,2,3), pasal 155 ayat (1) dan pasal 170 bahwa tidak ada yang namanya PHK Sepihak.
Menurut ketentuan pasal 151 ayat (1) yang menerangkan bahwa pengusaha,
pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus
mengusahakan agar tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pasal 151 ayat (2)
juga menguraikan bahwa jika Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak bisa dihindarkan
wajib dilakukan perundingan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau
dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota
serikat pekerja/serikat buruh. Selanjutnya, menurut pasal 151 ayat (3) apabila dalam
perundingan tersebut tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat
melakukan PHK setelah memperoleh penetapan dari lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial (PPHI).

Adapun lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) yang dimaksud


adalah Mediasi Ketenagakerjaan, Arbitrase Ketenagakerjaan, Konsiliasi Ketenagakerjaan,
dan Pengadilan Hubungan Industrial. Hal-hal mengenai Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial telah diatur lebih jauh di dalam UU No. 2 Tahun 2004.

Dari ketiga pasal di atas dapat disimpulkan bahwa PHK Sepihak tanpa penetapan
Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial batal demi hukum dan
pengusaha wajib mempekerjakan kembali dan membayar upah serta hak-hak
pekerja/karyawan. Artinya, secara hukum PHK tersebut dianggap belum terjadi. Dan
selama lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial belum mengambil
keputusan, baik pengusaha maupun pekerja/karyawan harus tetap melaksanakan segala
kewajibannya. Karyawan yang bernama Gadis tersebut sehatusnya diberikan surat
panggilan atau pemberitahuan terkait PHK yang dilakukan perusahaan sehingga kedua
belah pihak sama-sama dapat mempedomani dasar pemutusan Hubungan kerja. Tanpa
menimbulkan perdebatan karena pihak perusahaan secara sepihak dan tanpa
pemberitahuan terkait PHK.

Jika terjadi tuntutan dari pihak yang di PHK secara sepihak maka dapat berpedoman
pada aturan hukum yang telah mengatur ketenagakerjaan. Berdasarkan Pasal 178 ayat
(1) UU Ketenagakerjaan, apabila perusahaan melakukan PHK Sepihak atau sewenang-
wenang, maka langkah yang dapat ditempuh pekerja/karyawan adalah dengan
melaporkan perusahaan kepada Instansi Ketenagakerjaan Pemerintah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Pusat yang notabenenya merupakan Pengawas
Ketenagakerjaan. Dan, apabila tetap tidak menemukan penyelesaian yang baik, barulah
kemudian pekerja/ karyawan dapat menempuh langkah dengan memperkarakan PHK
Sepihak ke Pengadilan Hubungan Industrial sebagaimana diatur dalam UU Nomor 2
Tahun 1004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI).

Anda mungkin juga menyukai