Anda di halaman 1dari 12

Mahasiwa/i yang saya cintai setelah Anda mempelajari bahasan atau materi diatas

mari kita diskusikan kasus di bawah ini:

Mei baru saja menikah di catatan sipil di Australia dengan seorang Pria Warga
Negara Asing, mereka disana menikah karena berbeda agama. Namun
beberapa bulan kemudian ia berniat untuk mendaftarkan pernikahannya di
Indonesia. Apakah pernikahan tersebut sah di mata hukum Indonesia!

Diskusikan jawaban Anda dengan teman-teman Anda.

Jawaban tidak perlu berdasarkan ahli atau pendapat orang lain, tapi murni dari hasil
pemikiran anda sendiri".

Terima kasih, silahkan berargumentasi

Ijin menanggapi, sesuai yang saya baca pada BMP HKUM4202, berikut tanggapan
saya,
Perkawinan yang dilakukan Mei di luar negeri adalah sah selama dilakukan dan
tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku di Australia. Tapi dengan catatan
harus secepatnya melaporkan dan mendaftarkan status/surat bukti perkawinanya ke
lembaga catatan sipil di wilayah mereka akan tinggal di Indonesia. Hal ini didasari
oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, pada Pasal 56 ayat
(1) disebutkan bahwa “perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara dua
orang warganegara Indonesia atau seorang warganegara Indonesia dengan
warganegara Asing adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum yang berlaku di
negara dimana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi warganegara Indonesia tidak
melanggar ketentuan-ketentuan Undang-undang ini.” Lalu, penjelasan lebih lanjut
pada ayat (2) dijelaskan “dalam waktu 1 (satu) tahun setelah suami isteri itu kembali
di wilayah Indonesia, surat bukti perkawinan mereka harus didaftarkan di Kantor
Pencatatan Perkawinan tempat tinggal mereka.”
Jadi, kesimpulannya pernikahan yang dilakukan oleh Mei tersebut dianggap sah di
mata hukum Indonesia, karena telah menjalankan syarat-syarat yang disebutkan
dalam Pasal 56 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dan tidak melanggar ketentuan waktu yang diatur dalam Pasal tersebut.
Terimakasih.
Sumber :
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
BMP Hukum Perdata HKUM4202/Modul 3 dan 4
PPT Materi Sesi 2
1. Uraikan dan jelaskan maksud dari operasi pemerintahan terkait praktik
negara kesejahteraan!
2. Uraikan maksud dari “teori residu” sebagai penjelasan dari ruang lingkup
HAN!

Ijin menanggapi, sesuai yang saya baca pada Modul ADPU4332/Modul 2, berikut
tanggapan saya,
1. Untuk melaksanakan tugas menciptakan negara kesejahteraan (bestuurzorg),
negara (dalam hal ini pemerintah) melakukan beberapa kegiatan utama yang
meliputi (1) membuat peraturan; (2) membuat keputusan; (3) melakukan
perbuatan materiil. Dalam hal penyelenggaraan fungsi dan tugas negara
kesejahteraan yang dilakukan oleh pemerintah, dilakukan dengan
menggunakan beberapa model atau pola operasi yang mencapai tujuan akhir
dan yang diharapkan tersebut. Adapun pola operasi pemerintah tersebut,
menurut Muchsan, meliputi beberapa jenis atau pola operasi yang dapat
dilakukan, seperti (1) operasi langsung/direct operation yang berarti
pemerintah langsung aktif melakukan kegiatan yang dimaksudkan.
Contohnya penciptaan keluarga kecil yang sejahtera, pemerintah
melaksanakan program KB; (2) pengendalian langsung/direct control yang
berarti langkah pemerintah diwujudkan dalam bentuk penggunaan perijinan,
lisensi, penjatahan, dsb; (3) pengendalian tak langsung/indirect control yang
berarti lewat peraturan perundang-undangan yang ada, pemerintah dapat
menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk terlaksananya suatu
kegiatan tertentu. Contohnya penggunaan devisa tertentu atau untuk
melakukan poligami; (4) pemengaruhan langsung/direct influence berarti
intervensi yang dilakukan dengan cara persuasif, pendekatan ataupun nasihat
agar masyarakat mau bertingkah laku seperti yang dikehendaki oleh
pemerintah. Contohnya penyuluhan agar masyarakat petani mau berkoperasi
atau masyarakat mau melakukan transmigrasi; (5) pemengaruhan tak
langsung/indirect influence yang berarti bentuk involvement yang paling
ringan, tetapi tujuannya tetap mengiring masyarakat agar berbuat seperti
yang dikehendaki pemerintah. Contohnya pemberian informasi, penjelasan
kebijaksanaan pemerintah.
2. Teori residu sendiri merupakan teori yang dikemukakan oleh Van
Vollenhoven. Maksud dari teori ini adalah secara tegas membedakan ruang
lingkup hukum administrasi negara (HAN) dan hukum tata negara (HTN)
karena memiliki perbedaan yang sangat prinsipil. Lapangan hukum
administrasi negara (HAN) adalah “sisa atau residu” dari lapangan hukum
setelah dikurangi hukum tata negara, hukum pidana materiil, dan hukum
perdata materiil. Adanya teori residu ini memperjelas perbedaan antara
hukum administrasi (HAN) dan ilmu lainnya, terutama hukum tata negara
(HTN). Lapangan hukum administrasi negara (HAN) mempunyai wilayah yang
tidak dibahas dalam lapangan hukum perdata, hukum pidana, ataupun hukum
tata negara (HTN). Lapangan atau cakupan hukum administrasi negara
(HAN) menurut teori residu ini meliputi (1) hukum pemerintah/bestuur recht;
(2) hukum peradilan yang meliputi hukum acara pidana, hukum acara perdata
dan hukum peradilan administrasi negara; (3) hukum kepolisian; (4) hukum
proses perundang-undangan/regelaarsrecht.

Terimakasih.

Sumber :
BMP Hukum Administrasi Negara ADPU4332/Modul 1 dan 2 Hal. 1.24-1.27 dan
2.10-2.17
PPT Inisiasi 2 ADPU4332
Menurut pendapat Anda, upaya apakah yang paling tepat dilakukan oleh
Pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak? 

Silahkan Anda diskusikan pertanyaan tersebut bersama dengan rekan


Mahasiswa lainnya. Dalam forum diskusi ini tidak terdapat jawaban yang
benar ataupun salah. Penilaian dilakukan atas kemampuan Anda dalam
menyampaikan argumentasi yang mendukung pendapat Anda.

Ijin menanggapi, sesuai yang saya baca pada BMP HKUM4407, berikut tanggapan
saya,
Sebelum mengemukakan upaya yang tepat dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan kepatuhan dari wajib pajak, alangkah baiknya kita mengetahui syarat-
syarat dari pemungutan pajak. Pajak sendiri haruslah dipungut berdasarkan suatu
keadilan. Pemungutan pajak dapat disebut adil apabila dipungut secara umum dan
merata kepada seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan ketentutan perundang-
undangan yang berlaku. Jadi, jelasnya pajak harus mengabdi kepada keadilan, dan
keadilan inilah yang merupakan asas pemungutan pajak menurut falsafah hukum.
Keadilan perpajakan yang dimaksud meliputi dua sisi, yaitu (1) keadilan sejajar atau
horizontal yaitu keasamaan dalam besaran kewajiban membayar pajak terhadap
orang yang mempunyai kemampuan ekonomis yang sama; (2) keadilan tegak lurus
atau vertikal yaitu ketidaksamaan dalam membayar pajak walaupun mempunyai
ekonomis sama, tetapi kondisinya berbeda.
Yang jadi pertanyaan sekarang, apakah keadilan ini sudah diaplikasikan dengan
baik? Saya sendiri merasa, masih belum terlalu baik dikarenakan masih banyak
yang “bermain” dalam hal keadilan dalam pemungutan pajak ini. Lalu kembali lagi
dengan pertanyaan upaya dari pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan dari wajib
pajak. Saya bisa menyimpulkan yang menjadi upaya paling tepat untuk
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dari wajib pajak adalah salah satunya
meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak tersebut. Partisipasi dan kepatuhan
wajib pajak akan semakin meningkat jika didukung oleh meningkatnya pelayanan
kepada wajib pajak itu sendiri. Pelayanan yang dimaksud bisa dengan cara
mempermudah akses untuk mengetahui info pajak seperti pelaporan, pembayaran,
dll. Lalu pelayanan lain mungkin bisa berupa dengan penghargaan kepada para
wajib pajak yang berprestasi atas kepatuhannya untuk membayar pajak. Lalu, bisa
juga dengan cara kerja sama yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka
pengumpulan data para wajib pajak, contohnya kerja sama dengan bank karena
bank memiliki data secara elektronik para wajib pajak yang mungkin tidak
melaporkan kegiatan usahanya dan uang yang dimilikinya kepada lembaga
pemungutan pajak. Hal terakhir yang bisa dilakukan oleh pemerintah tentu saja
dengan cara menjalin hubungan yang baik antara pemerintah dan masyarakat
karena dibutuhkan kesadaran yang tinggi dari para wajib pajak untuk melapor ke
lembaga terkait. Caranya bisa dengan mengoptimalkan sosialisi edukasi tentang
ajakan atau seruan mengenai kegunaan dari pemungutan pajak tersebut dan benefit
yang didapat oleh para wajib pajak. Karena pada dasarnya pajak berfungsi sebagai
sarana partisipasi masyarakat terhadap pembangunan negara karena pajak tidak
sekedar kewajiban, tetapi lebih dari itu adalah merupakan hak warga negara untuk
ikut berpartisipasi dalam membangun negara yang sejahtera. Tentu dengan catatan,
masyarakat atau para wajib pajak tersebut diberi akses info untuk mengetahui
kegunaan dari pajak yang mereka setorkan itu untuk apa. Dan ini menjadikan para
wajib pajak merasa punya hak untuk mengawasi penggunaan dari pajak tersebut.
Terimakasih.

Sumber :
BMP Hukum Pajak dan Acara Perpajakan HKUM4407/Modul 1 Hal. 1.29-1.33
Pada  diskusi kedua ini, teman-teman diminta menjelaskan dalam rangka
mencapai tujuan negara yaitu mencapai   kesejahteraan umum/
kemakmuran dikenal ada 2 (dua) aliran yaitu liberalis kapitalis dan solidaris
sosial. Bagaiman konsep negar dalam mencapai kemakmuran dari 2 aliran
tersebut dan berikan contoh negara yang menganut aliran tersebut, dan
bagaimana dengan Indonesia?

Ijin menanggapi, sesuai yang saya baca pada BMP HKUM4209/Modul 1 dan 2,
berikut tanggapan saya,
Aliran Liberalis Kapitalis
Menurut aliran liberalis kapitalis, kesejahteraan akan terwujud apabila setiap individu
diberikan kemerdekaan. Kemerdekaan disini menghendaki persaingan bebas dan
sistem liberal. Melalui sistem perekonomian yang bebas maka akan terbuka peluang
dan kesempatan kerja yang lebih luas sehingga pendapatan rakyat bertambah dan
rakyat akan sejahtera dengan sendirinya.
Contoh negara yang menganut aliran ini adalah Amerika Serikat, Belanda, Jerman
Inggris.
Aliran Solidaritas Sosialis
Menurut aliran solidaritas sosialis, kesejahteraan akan terwujud bilamana
masyarakat mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang patut untuk kehidupannya
dan dijamin hak-hak mereka oleh undang-undang. Hal ini bertolak belakang dengan
sistem liberal, aliran ini menuntut pendapatan yang merata di dalam masyarakat.
Akibatnya, terjadi pengurangan dan pengekangan hak-hak pribadi. Alat-alat produksi
dan distribusi menjadi milik negara supaya terjadi pemerataan.
Contoh negara yang menganut aliran ini adalah China, Kuba, Korea Utara.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia. Menurut pendapat saya, Indonesia tidak
menganut sistem aliran dari kedua aliran penjelasan di atas, karena Indonesia dalam
hal mencapai kesejahteraan umum/kemakmuran mempunyai pilihan tersendiri yang
kesannya mencampurkan kedua aliran di atas. Ditambah Indonesia memiliki dasar
negara berupa Pancasila dan sistem negara demokrasi. Jadi, tidak bisa ditentukan
dengan jelas aliran yang dianut oleh Indonesia.
Terimakasih.
Sumber :
BMP Ilmu Negara HKUM4209/Modul Hal. 2.32-2.33
Forum ini akan membahas dua permasalahan utama
yakni pertama, beberapa norma dalam masyarakat.

Permasalahan adalah:

Dalam ilmu pengetahuan perundang-undangan, terdapat beberapa norma


dalam masyarakat seperti norma agama, norma kesusilaan, norma
kesopanan dan norma hukum dan lain-lain. Jelaskan hal apa saja yang
membedakan norma hukum dengan norma lainnya?

Ijin menanggapi, sesuai yang saya baca pada BMP HKUM4403/Modul 2, berikut
tanggapan saya,
Norma dalam definisinya dikenal sebagai ukuran yang harus dipatuhi oleh
seseorang dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya. Pengertian norma
dapat diartikan sebagai rangkaian aturan yang dibuat oleh suatu masyarakat untuk
ditaati dengan tujuan pasti yaitu untuk menimbulkan rasa aman dan sejahtera
diantara masyarakat. Dalam lingkup masyarakat di Indonesia, dikenal beberapa
norma yang masih terasa menjadi pedoman berperilaku di Indonesia, antara lain
norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum, norma adat dan lain-lain.
Lalu disebutkan secara umum dari sifat dan hakikatnya, norma-norma tersebut
dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok norma yaitu norma hukum dan
norma-norma lainnya. Perbedaan yang menjadi dasar norma hukum dan norma-
norma lainnya antara lain :
1. Norma hukum itu bersifat heteronom, karena norma hukum itu berasal dari
norma yang ada di luar diri individu. Sedangkan norma lainnya memiliki sifat
otonom, karena norma lainnya ini dibentuk dan berasal dari dalam diri sang
individu sendiri.
2. Norma hukum itu dapat dilekati dengan sanksi pemaksa secara fisik seperti
sanksi pidana, sedangkan norma lainnya tidak dapat dilekati dengan sanksi
pemaksaan fisik atau sanksi pidana karena balik terhadap individu tersebut
bisa menerima atau menghidarinya.
3. Norma hukum memiliki sistem dan tata cara bagaimana pelaksanaan sanksi
fisik atau sanksi pidana itu dijatuhkan dan juga terdapat aparat yang
melaksanakannya seperti polisi, jaksa, serta hakim. Sedangkan untuk norma
lainnya tidak terdapat aparat ataupun sistem tata cara untuk melaksanakan
sanksi, karena sanksi pelanggaran pada norma lainnya ini datang dari diri
sendiri seperti rasa bersalah, perasaan berdosa, malu, dan lain-lain.
4. Norma hukum diatur dan dibuat oleh negara/lembaga yang memiliki otoritas
dan jelas. Sedangkan norma lainnya, ada atau terbentuk dari masyarakat itu
sendiri, tidak ada ketentuan yang jelas.
Terimakasih.
Sumber :
BMP Ilmu Perundang-Undangan HKUM4403/Modul 2 Hal. 2.3 – 2.11
PPT Materi 2 Sesi 2
Seorang nenek asal bernama Minah divonis pidana penjara 1 bulan 15 hari dengan
masa percobaan selama 3 bulan, karena dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar Pasal 362 KUHP tentang pencurian.

Kasus tersebut berawal saat Minah memetik 3 buah kakao yang sudah ranum di
perkebunan  PT Rumpun Sari Antan  (PT. RSA). Setelah dipetik 3 buah kakao
diletakan begitu saja di bawah pohon kakao dan tidak disembunyikan. Namun, apa
yang dilakukan Minah diketahui mandor PT RSA. Dia pun menegur Minah dan
menanyakan perihal kakao yang dicurinya. Minah pun mengatakan jika buah kakao
yang dipetiknya akan dijadikan bibit. Setelah mendengar penjelasan Minah, Tarno
mengatakan, kakao di kebun PT RSA  dilarang dipetik oleh masyarakat. Dia juga
menunjukkan papan peringatan yang terpasang pada jalan masuk perkebunan.
Dalam papan tersebut tertulis petikan Pasal 21 dan Pasal 47 Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, yang menyatakan bahwa setiap orang tidak
boleh merusak kebun maupun menggunakan lahan kebun hingga mengganggu
produksi usaha perkebunan.

Minah yang buta huruf itupun segera meminta maaf kepada Tarno sembari
menyerahkan tiga butir buah  kakao tersebut untuk dibawa mandor itu. Kendati
telah meminta maaf, dia sama sekali tidak menyangka jika perbuatannya justru
berujung ke pengadilan.

Menurut pendapat anda:

apakah perilaku nenek Minah memenuhi konsep kejahatan jika ditinjau dari
sudut pandang normatif, sosiologis dan psikologis?.

Ijin menanggapi, sesuai yang saya baca pada BMP SOSI4302, berikut tanggapan
saya,
Kejahatan adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh undang-undang atau
kegagalan untuk melakukan suatu perbuatan yang diharuskan oleh undang-undang,
yang dapat diberikan pidana dalam bentuk denda atau hukuman, dihilangkan
kemerdekaannya, dibuang ke luar daerah/diisolasi, dipidana seumur hidup, dipidana
mati, dan sebagainya. Tingkah laku kriminal sendiri merupakan tingkah laku yang
melanggar hukum pidana.
Sudut Pandang Normatif
Dilihat dari sudut pandang Normatif, nenek Minah telah memenuhi unsur pencurian
dimana pencurian tersebut mengambil sesuatu yang bukan haknya dan tanpa
sepengetahuan dari pemiliknya. Dan ini merupakan suatu tindak kejahatan.
Sudut Pandang Sosiologis
Dari sudut pandang sosiologis, kejahatan disini merupakan salah satu perbuatan
yang antisosial dan amoral serta tidak dikehendaki oleh masyarakat, karena
merugikan dan menjengkelkan, sehingga tidak boleh dibiarkan dan secara sadar
harus ditentang. Dari sudut pandang ini juga, nenek Minah secara tegas telah
memenuhi unsur yang dapat dikatakan melakukan perbuatan kejahatan, karena
telah merugikan dan menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan dan secara
tegas harus ditentang.
Sudut Pandang Psikologis
Dalam sudut pandang psikologis, kejahatan merupakan cerminan dari perilaku
manusia di dalam masyarakat, berkaitan dengan kegiatan kejiwaan individu yang
tidak selaras dengan norma-norma pergaulan masyarakat. Jika dipandang dari
sudut pelakunya maka penampilan perilaku abnormal ini terjadi karena beberapa
kemungkinan, misalnya karena faktor psikopatologik, yakni perilaku kejahatan pada
penderita sakit jiwa atau kelainan kejiwaan karena faktor rendahnya kondisi IQ-nya,
dan sebagainya. Dari penjelasan disaat, maka perbuatan nenek Minah telah
memenuhi unsur untuk dapat dikatakan melakukan perbuatan kejahatan karena
nenek Minah memiliki faktor kondisi IQ yang keterbelakangan, dan juga kondisi
nenek Minah yang buta huruf.
Walaupun semua unsur telah dipenuhi, nenek Minah secara tegas tidak memiliki niat
jahat dari lubuk hati yang paling dalam, karena ketidaktahuan nenek Minah akan
tulisan larangan untuk mencuri dikarenakan kondisi nenek Minah yang buta huruf.
Setelah diketahui pun, nenek Minah langsung mengembalikan barang yang
dicurinya dan meminta maaf. Tapi perbuatan kejahatan merupakan tindakan yang
dilarang, dan oleh karenanya nenek Minah mendapatkan hukuman yang diputuskan
oleh hakim dalam pengadilan.
Terimakasih.
Sumber :
BMP Teori Kriminologi SOSI4302/Modul 2 Hal. 2.2 – 2.16
PPT Sesi 2 Kejahatan serta Arti dan Status Penjahat
Wilayah laut Indonesia merupakan salah satu Sumber daya yang sangat besar
manfaatnya bagi kehidupan bangsa Indonesia, namun saat ini pengelolaan sumber
daya kelautan belum begitu maksimal.

dari hal tersebut upaya upaya apa saja yang perlu dilakukan oleh pemerintah dalam
pemenafaatan Sumber daya kelautan tersebut guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, dimungkinkan dalam pengelolaan tersebut membutuhkan dana yang
cukup besar, dengan teknologi yang mendukung..silahkan diskusikan !!!

Dalam hal pemanfaatan sumber daya kelautan, pemerintah dapat memikirkan


langkah-langkah ataupun upaya-upaya untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat antara lain :

1. Pemerintah dapat mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, melakukan


konservasi dan keanekaragaman hayati laut yang ada di Indonesia.
2. Pemerintah harus mendorong integrasi antar pelabuhan, dan memperbanyak
frekuensi pelayaran antara pelabuhan utama dengan pelabuhan
perintis/terpencil yang memiliki potensi sumber daya alam untuk
meningkatkan konektivitas dan kemudahan logistik.
3. Pemerintah dapat meningkatkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan
budidaya hayati laut.
4. Pemerintah harus bisa memperbaiki daya saing produk kelautan dan
perikanan di pasar Internasional. Sistem logistik hasil kelautan dan perikanan
pun harus segera ditingkatkan.
5. Meningkatkan kapasitas SDM dan pemberdayaan masyarakat dalam hal
meningkatkan pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan
perikanan. Agar tidak ada lagi kapal-kapal asing yang melakukan tindakan
ilegal dalam kawasan perairan di Indonesia.
6. Pemerintah wajib mengembangkan inovasi iptek kelautan dan perikanan
seperti sistem perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil
perikanan, dan keamanan hayati ikan. Dan yang paling penting, membuat
regulasi atau aturan guna menegakkan hukum secara tegas.

Terimakasih.

Sumber :

BMP Pendidikan Kewarganegaraan MKDU4111


Jelaskan, mengapa Teori Receptie dikatakan sebagai usaha untuk meredam gerak
maju hukum Islam? dan bagaimana sebenarnya hubungan hukum Islam dan hukum
adat ?, berikanlah ungkapan-ungkapan yang menyatakan bahwa Hukum Islam
dijadikan sebagai pedoman penerapan hukum di beberapa daerah!
Teori Receptie merupakan periode dimana hukum Islam baru diberlakukan apabila
dikehendaki atau diterima oleh hukum adat. Mengapa teori ini dikatakan sebagai
usaha untuk meredam gerak majunya hukum Islam ? jawabannya karena teori ini
menjelaskan bahwa hukum Islam dapat diterapkan di suatu daerah apabila jika telah
menjadi bagian dari hukum adat setempat. Jadi saya dapat menyiimpulkan bahwa
teori ini mengandung makna hukum Islam harus mendapat persetujuan dari hukum
adat. Atau bisa pula dikatakan bahwa hukum Islam berada di bawah hukum adat.
Inilah yang menjadi alasan bahwa teori receptie sebagai penghalang untuk majunya
hukum Islam.
Hubungan antara hukum Islam dan hukum adat sendiri sebenarnya telah terjadi
cukup lama. Hukum Islam dan hukum adat berlaku sama kuat sepanjang dihormati
oleh masyarakat dan selama hal ini tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
Hukum Islam yang merupakan hukum yang berdasarkan Al-Quran yang mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan
benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Sedangkan hukum adat merupakan
hukum yang sudah ada turun temurun dari jaman nenek moyang kita sesuai dengan
nilai-nilai adat di suatu daerah tersebut. Jadi kedudukannya sejajar dan memiliki
peranan yang sama di masyarakat.
Ungkapan-ungkapan yang menyatakan bahwa hukum islam dijadikan sebagai
pedoman penerapan hukum di beberapa daerah diantaranya : (1) “Adatna di
uhomkon manise tu na disyariatkan” ungkapan ini berasal dari Tapanuli Selatan
yang berarti: Hukum Adat yang hendak diterapkan sebagai hukum, harus lebih dulu
dipertanyakan dan diujikan kepada Syariat Islam, apakah ketentuan Hukum Adat
yang hendak diterapkan dan diberlakukan itu tidak bertentangan dengan syariat.
Jika ternyata bertentangan, Hukum Adat tersebut harus disingkirkan. Dan untuk
menguji bertentangan atau tidaknya Hukum Adat yang hendak diterapkan dengan
Hukum Islam, para fungsionaris adat mempertanyakan dulu kepada ulama atau guru
agama setempat. (2) “Hukum ngon adat hantom cre, lagu zat ngon sepent”
ungkapan ini berasal dari daerah Aceh yang berarti: Hukum Islam dan Hukum Adat
tak dapat dipisahceraikan seperti hubungan zat dengan sifatnya.
Terimakasih.
Sumber :
BMP Sistem Hukum Indonesia ISIP4131/Modul 2 dan 3
PPT Sesi 2 Hukum Islam
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5add48d9a8a43/arti-teori-
ireceptio-a-contrario-i/

Anda mungkin juga menyukai