Anda di halaman 1dari 3

Jawaban Diskusi Sesi 8 ( Hukum Dagang & Kepailitan)

Soal 1

a. Tahapan Intervensi
Sekalipun keterlibatan negara dalam penyehatan perusahaan dapat bersifat masif dan berskala
besar, ini tidak berarti bahwa seluruh paket intervensi dilakukan secara serentak dalam waktu yang
bersamaan. Justru yang sering dan seharusnya terjadi berbagai paket intervensi tersebut dilakukan
secara bertahap, melalui urutan (sequence) yang relatif ketat. Umumnya dikenal ada tiga tahapan,
yakni (1) negara merumuskan kebijaksanaan ekonomi makro dan hukum yang diperlukan sebagai
landasan penyehatan perusahaan; (2) negara menyehatkan sektor keuangan terlebih dahulu agar
dengan ini perbankan memiliki kekuatan, keberanian, dan insentif yang cukup untuk membantu
penyehatan perusahaan; dan (3) barulah intervensi negara dalam penyehatan perusahaan dimulai,
setelah terlebih dahulu
b. Penyiapan Landasan Penyehatan
Ketidaksehatan perusahaan yang masif hampir pasti terjadi bukan saja karena telah demikian banyak
manajemen yang melakukan kesalahan dalam mengelola perusahaan secara serentak. Memang
benar adanya bahwa manajemen memiliki sumbangan signifikan terhadap ketidaksehatan
perusahaan tersebut, akan tetapi mengatakan bahwa kesalahan manajemen merupakan satu-
satunya sebab adalah diagnosis yang salah yang dapat memiliki implikasi ikutan berupa terapi yang
juga salah. Ketidaksehatan perusahaan yang masif hanya dapat terjadi jika disaat itu lingkungan
bisnis yang tersedia jelas-jelas tidak lagi menyediakan peluang bisnis. Lingkungan bisnis, khususnya
lingkungan ekonomi, hukum, dan politik, hanya menjadi sumber ancaman bisnis yang sama sekali
tidak menyisakan peluang pertumbuhan perusahaan. Negara harus melihat bahwa ketidaksehatan
perusahaan yang sistemik yang terjadi di saat ekonomi dalam keadaan krisis sebagai sebuah
momentum untuk melakukan perbaikan semua distorsi struktural yang selama ini telah terbangun
secara akumulatif. Negara harus bersedia mengakui kesalahan yang selama ini telah terjadi dan lebih
penting dari pada itu adalah kesediaan membangun satu era baru (new era) yang berisi koreksi
rumusan dan implementasi kebijaksanaan lingkungan bisnis (Borsuk, 1999: 138). Reformasi
lingkungan bisnis, dengan demikian, disengaja dibuat untuk membangun sesuatu yang berbeda
dengan karakter yang selama ini telah dimiliki sebagai landasan penyehatan perusahaan, agar
perusahaan tersebut kembali memiliki keunggulan bersaing yang lebih berkelanjutan. Berbagai
distorsi tersebut biasanya berkaitan dengan restorasi stabilitas ekonomi makro dan reformasi sektor
keuangan termasuk didalamnya penguatan kelembagaan keuangan, pengetatan regulasi dan
supervisi perbankan, penciptaan transparansi hubungan peran antara negara, bank, dan perusahaan.
Sederhananya, tujuan yang hendak dicapai dengan reformasi lingkungan bisnis adalah menjadikan
mekanisme pasar dapat bekerja lebih baik.
Untuk keperluan tersebut negara biasanya menyiapkan sejumlah paket kebijaksanaan baru yang
memiliki spektrum yang cukup luas yang hampir pasti memiliki keterkaitan antar sektor. Pertama dan
ini yang paling penting dibanding yang lain, negara perlu memberikan jaminan stabilitas politik dan
keamanan. Tanpa ada kepastian politik yang sesungguhnya berintikan pada kejernihan visi
pemerintah dalam usaha membangun kembali lingkungan bisnis, kepercayaan bisnis (business
confidence) dari komunitas bisnis, nasional dan global, tidak hendak terbangun kembali. Disamping
stabilisasi politik, negara juga harus dengan segera berhasil melakukan stabilisasi ekonomi makro:
moneter dan fiskal. Stabilitas moneter jauh lebih mendesak dibanding kepastian pembiayaan
anggaran negara. Biasanya stabilitas moneter lebih diutamakan karena berkaitan langsung dengan
pemulihan kepercayaan masyarakat bisnis
Soal 2

Memburuknya kondisi perbankan nasional pada masa orde baru memasuki fase reformasi salah satu
penyebabnya adalah lemahnya struktur permodalan bank. Modal adalah dana yang diinvestasikan
oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan
usaha bank di samping memenuhi peraturan yang ditetapkan. Penguatan struktur permodalan
menjadi salah satu alasanbank-bank kecil melakukan merger dan akuisisi. Penggabungan usaha
(merger) bank sendiri bukan merupakan hal yang baru, penggabungan bank yang pernah dilakukan,
tidak hanya untuk bank-bank swasta nasional, tetapi juga pada bank-bank pemerintah. Merger
(penggabungan usaha) bank tidak selalu menghasilkan bank yang sehat. Pelaksanaan merger bank
guna mencapai suatu sinergi tidaklah mudah, banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan
(menghasilkan bank yang sehat), yaitu, mencari patner yang komplementer, sinergis dan mematuhi
peraturan perundang-undangan.
Merger dalam bidang usaha perbankan BUMN, dimana sampai dengan tahun Dalam bidang
perbankan Indonesia pada tahun 1999 empat bank milik negara yaitu Bank Dagang Negara, Bank
Ekspor Impor Indonesia, Bank Bumi Daya, dan Bank Pembangunan Indonesia melakukan
menggabungkan diri (merger) menjadi PT. Bank Mandiri.2008, terdapat 5 (lima) Bank Persero (Bank
BUMN) yaitu Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara
dan Bank Ekspor Indonesia. Namun pada tahun 2009, Bank Ekspor Indonesia berubah bentuk badan
hukumnya menjadi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia berdasarkanUU Nomor 2 Tahun 2009,
sehingga perakhir Desember 2011 terdapat 4 bank BUMN yang seluruhnya telah listed.
Dalam bidang perbankan Indonesia pada tahun 1999 empat bank milik negara yaitu Bank Dagang
Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Bumi Daya, dan Bank Pembangunan Indonesia
melakukan menggabungkan diri (merger) menjadi PT. Bank Mandiri.
Upaya penyelamatan dari bankbank yang masih bertahan kemudian tertolong dengan dijalankannya
kebijakan “restrukturisasi finansial” dan strategi “merger dan akuisisi”. Proses merger dan akuisisi di
industri perbankan memang memiliki baik dampak yang positip maupun dampak yang negatip,
tergantung dari perspektif kita memandangnya. Keberhasilan upaya merger dan akuisisi memerlukan
keuletan dan jalan yang cukup berliku bagi berbagai pihak yang ingin sukses menerapkan kebijakan
ini.
Selain aspek makro ekonomi dan mikro ekonomi yang dipertimbangkan dalam suatu keputusan
merger,pihak pemerintah sering sekali memperhatikan aspek-aspek yang bersifat struktural, yang
meliputi tiga aspek. Pertama, aspek kesehatan dan keamanan. Artinya perusahaan baru hasil merger
tersebut harus menjadi perusahaan yang sehat dan aman. Apabila perusahaan lama ada yang tidak
sehat, maka harus bisa diupayakan agar penyakit lama tersebut tidak boleh menular ke perusahaan
hasil merger; Kedua, aspek kompetisi dan konsentrasi. Penggabungan perusahaan tidak boleh
berakibat pada semakin terkonsentrasinya bisnis dalam industri karena tidak bisa mendorong
efisiensi didalam bisnis tersebut; dan Ketiga, aspek pelayanan kepada masyarakat. Penggabungan
usaha tidak harus mengurangi kualitas pelayanan bank kepada masyarakat luas.
Prosedur Merger atau Konsolidasi dan Akuisisi :
1.nama dan tempat kedudukan dari setiap perusahaan yang akan melakukan
penggabungan ;
2.alasan serta penjelasan direksi perushaan yang akan melakukan
penggabungan dan persyaratan penggabungan ;

3. tata cara penilaian dan konversi saham perusahaan yang akan menggabungkan diri terhadap
saham perusahaan yang menerima penggabungan
4.rancangan perubahan anggaran dasar perusahaan menerima penggabunga
apabila ada ;
5.laporan keuangan yang meliputi 3 tahun buku terakhir dari setiap perusahaan
yang akan melakukan Penggabungan ;
6.rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari perusahaan yang
akan melakukan penggabungan ;
7.neraca proforma perusahaan yang menerima penggabungan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia ;
8.Cara penyelesaian status , hak dan kewajiban anggota direksi , dewan komisaris
dan karyawann perusahaan yang akan menggabungkan diri ;
9.cara penyelesaian hak dan kewajiban perusahaan yang akann menggabungkan
diri terhadap pihak ketiga
10.cara penyelesaian hak pemegang saham yang disetujui terhadap
penggabungan perusahaan ;

Anda mungkin juga menyukai