Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : REGA RAHMAT ABZA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044049372

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4202/Hukum Perdata

Kode/Nama UPBJJ : 19/BENGKULU

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Pertanyaan:
• Menurut anda apakah Zulham dapat membela dirinya dari tuduhan ingkar janji? Berikan
alasan hukumnya!

Jawaban:
Berikut alasan yang Anda bisa gunakan untuk membela diri bila dituduh atau dinyatakan wanprestasi,
sebagai berikut:
a. Mengajukan adanya keadaan memaksa (overmacht).
Menurut Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) dalam keadaan
memaksa atau overmacht debitur tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban karena keadaan ingkar
janji timbul di luar kemauan atau kemampuan debitur (Pasal 1244 KUHPer)
Selengkapnya Pasal 1245 KUHPer berbunyi:
“tidaklah biaya ganti rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau
lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan memberikan atau membuat sesuatu yang
diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang”

b. Mengajukan bahwa kreditor sendiri sebelumnya telah lalai (exeptio non adimpleti cintractus)
Menurut Riduan Syahrani, “Exceptio non adimpleti contractus adalah tangkisan yang
menyatakan bahwa ia (debitur) tidak melaksanakan perjanjian sebagaimana mestinya justru karena
kreditur sendiri tidak melaksanakan perjanjian itu sebagaimana mestinya. Bilamana debitur selaku
tergugat dapat membuktikan kebenaran tangkisannya maka ia tidak dapat dimintakan
pertanggungjawaban apa-apa atas tidak dilaksanakannya perjanjian itu”
Selanjutnya J Satrio berpendapat prinsip exceptio non adimpleti contractus adalah suatu
tangkisan, yang menyatakan bahwa kreditor sendiri belum berprestasi dan karenanya kreditor tidak
patut untuk menuntut debitor berprestasi. Tangkisan ini dikemukakan untuk melawan tuntutan
kreditor akan pemenuhan perjanjian. Sudah bisa diduga, bahwa tangkisan ini hanya berlaku untuk
perjanjian timbal balik saja
Adapun prinsip exceptio non adimpleti contractus ini diatur dalam Pasal 1478
KUHPerdata menyebutkan bahwa: “si penjual tidak diwajibkan menyerahkan barangnya, jika si
pembeli belum membayar harganya, sedangkan si penjual tidak telah mengizinkan penundaan
pembayaran kepadanya”.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip exceptio non adimpleti
contractus hanya berlaku pada perjanjian yang sifatnya timbal-balik, dan debitur tidak dapat
dimintakan pertanggungjawaban atas tindakan wanprestasi bila faktanya kreditur yang telah lebih
dulu wanprestasi.

c. Mengajukan pembelaan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi
(rechsverwerking)
Secara prinsip, yang dimaksud pihak kreditur melepaskan haknya atas tuntutannya kepada
pihak debitur adalah bahwa pihak kreditur telah mengetahui bahwa ketika pihak debitur
mengembalikan barang yang diperjanjikan, pihak kreditur telah mengetahui bahwa waktu
pengembalian barang sudah terlambat selama seminggu. Akan tetapi atas keterlambatan tersebut
pihak kreditur tidak mengajukan keberatan ataupun sanksi maka terhadap debitur yang terlambat
mengembalikan barang, dapat diartikan bahwa pihak kreditur telah melepaskan haknya untuk
menuntut si debitur yang sudah jelas wanprestasi.
Melepaskan hak juga bisa dikaitkan dengan daluwarsa untuk menuntut yang mengakibatkan
hapusnya hak disatu pihak atau diperolehnya hak dipihak lain. Hal ini sering terjadi dalam kasus
kepemilikan tanah ataupun harta benda. Hal ini diantaranya diatur dalam Pasal1963 KUH
Perdata menyatakan:
“segala tuntutan hukum, baik yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat perseorangan, hapus
karena daluwarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun, sedangkan siapa yang menunjukan akan
adanya daluwarsa itu tidak usah mempertunjukan suatu alas hak, lagipula tak dapatlah dimajukan
terhadapnya suatu tangkisan yang didasarkan kepada itikadnya yang buruk”
Jadi Zulham dapat membela dirinya dari tuduhan ingkar janji atas dasar Pasal 1245 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) dalam keadaan memaksa atau overmacht debitur
tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban karena keadaan ingkar janji timbul di luar
kemauan atau kemampuan debitur (Pasal 1244 KUHPer)
Selengkapnya Pasal 1245 KUHPer berbunyi:
“tidaklah biaya ganti rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa
atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan memberikan atau membuat
sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang
terlarang”

2. Pertanyaan:
• Apakah perbuatan zulham berhak dituntut untuk melakukan ganti kerugian?jelaskan!

Jawaban:
Ganti Rugi Tidak Dapat Dituntut Karena Adanya Suatu Keadaan Memaksa (Force Majure)
force majeur adalah keadaan tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh debitur karena terjadi peristiwa
yang tidak terduga yang mana debitur tidak dapat menduga akan terjadi pada waktu membuat
perikatan.Apabila mengacu pada KUHPerdata, force majure diatur dalam Pasal 1244 dan Pasal 1245
KUHPerdata:
Pasal 1244:
Jika ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum mengganti biaya, rugi, dan bunga apabila ia tak
dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan
itu, disebabkan suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya,
kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.
Pasal 1245:
Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran
suatu kejadian tak disengaja si berutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang
diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang.
Contoh keadaan Force Majure yakni: kebakaran, kecelakaan, banjir gempa, hujan badai, angin
topan, (atau bencana alam lainnya), pemadaman listrik, kerusakan katalisator, sabotase, perang,
invasi, perang saudara, pemberontakan, revolusi, kudeta militer, terorisme, nasionalisasi, blokade,
embargo, perselisihan perburuhan, mogok, dan sanksi terhadap suatu pemerintahan dst..

Jadi Zulham tidak dapat melaksanakan kewajibannya bukan karena itikad buruk atau tidak mau
melaksanakan kewajibannya, namun karena adanya keadaan Force Majure yaitu kecelakaan. Apabila
Tomy menuntut ganti rugi atas tidak terlaksananya atau terlambatnya kewajiban Zulham, maka
Zulham dapat mendalilkan pembelaan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1244 dan 1245
KUHPerdata.
Pada intinya keadaan force majure dapat didalilkan untuk pembelaan jika:
1. Peristiwa itu yang menyebabkan tidak terlaksananya kewajiban;
2. Peristiwa yang terjadi tidak dapat diperkirakan;
3. Salah satu pihak beritikad baik melaksanakan kewajibannya.

3. Pertanyaan:
• Apakah perjanjian sewa dapat digugurkan? Berikan analisis hukum anda!

Jawaban:
Berdasarkan dasar hukum sewa menyewa pasal 1338 ayat 2 Kitab Undang-undang Hukum
(KUH) Perdata, jawabannya tak bisa.Menurut peraturan tersebut, secara umum suatu perjanjian sewa
menyewa apa pun tak dapat diakhiri secara sepihak.Pasalnya, suatu perjanjian tak dapat ditarik
kembali, kecuali telah ada kesepakatan dari pihak pemberi sewa dan penyewa. Dasar hukum sewa
menyewa tersebut juga berlaku bagi peraturan sewa menyewa mobil, apalagi jika telah ada perjanjian
hitam di atas putih.
Bagaimana Jika Tak Ada Surat Perjanjian?
Menurut Pasal 1571 KUH Perdata, kegiatan sewa menyewa dapat diakhiri apabila salah satu
pihak menghentikan perjanjiannya. Secara hukum, hal ini tentu sangat berisiko. Pasalnya, pihak mana
pun diperbolehkan menghentikan perjanjian tanpa konsekuensi hukum. Baik pemberi sewa ataupun
penyewa dapat menghentikan masa sewa di luar jangka waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,
jika tak ada surat perjanjian sewa menyewa, Anda harus siap dengan semua risikonya. Berbeda
apabila ada perjanjian hitam di atas putih, semua peraturan akan mengacu pada isi perjanjiannya.
Hubungan sewa menyewa pun dapat diputuskan sebelum jangka waktu sewa berakhir, apabila salah
satu pihak tak menaati hak dan kewajibannya.

Berikut konsekuensi yang harus siap Anda terima apabila kontrak berakhir di luar jangka waktu sewa
yang telah disepakati.
 Jika yang dirugikan adalah penyewa, maka pemberi sewa berkewajiban untuk
mengembalikan uang sewa.
 Jika yang dirugikan adalah pemberi sewa, maka penyewa berkewajiban mengembalikan
rumah dengan baik seperti keadaan semula.
 Selain itu, penyewa juga tak dapat meminta kembali uang sewa yang telah dibayarkan.

Anda mungkin juga menyukai