Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : REGA RAHMAT ABZA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044049372

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4101/Bahasa dan Terminologi


Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 19/BENGKULU

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Pertanyaan:
• Uraikan manfaat dari hasil mempelajari cara pemakaian kalimat dan/atau kosa-kata yang
benar dan baik dalam merumuskan norma hukum!

Jawaban:
Bahasa hukum Indonesia adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas
dalam dunia hukum. Perhatian yang besar terhadap pemakaian bahasa hukum Indonesia sudah
dimulai sejak diadakan Kongres Bahasa Indonesia II tanggal 28 Oktober –2 November 1954 di
Medan. Bahkan, dua puluh tahun kemudian, tahun 1974, Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN)
menyelenggarakan simposium bahasa dan hukum di kota yang sama, Medan. Simposium tahun 1974
tersebut menghasilkan empat konstatasi berikut (Mahadi dan Ahmad 1979 dalam Sudjiman 1999)

a. Bahasa hukum Indonesia (BHI) adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan dalam
bidang hukum, yang mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri; oleh
karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kadiah-
kaidah bahasa Indonesia.
b. Karakteristik bahasa hukum terletak pada kekhususan istilah, komposisi, serta
gayanya.
c. BHI sebagai bahasa Indonesia merupakan bahasa modern yang penggunaannya harus
tetap, terang, monosemantik, dan memenuhi syarat estetika.
d. Simposium melihat adanya kekurangsempurnaan di dalam bahasa hukum yang
sekarang dipergunakan, khususnya di dalam semantik kata, bentuk, dan komposisi
kalimat.

Terungkapnya kekurangsempurnaan di dalam bahasa hukum, seperti terdapat


dalam konstatasi keempat di atas, yang tercermin dalam penulisan dokumen-dokumen hukum dapat
ditelusuri dari sejarahnya. Sejarah membuktikan bahwa bahasa hukum Indonesia, terutama bahasa
undang-undang, merupakan produk orang Belanda. Pakar hukum Indonesia saat itu banyak belajar ke
negeri Belanda karena hukum Indonesia mengacu pada hukum Belanda. Para pakar banyak
menerjemahkan langsung pengetahuan dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia tanpa
mengindahkan struktur bahasa Indonesia (Adiwidjaja dan Lilis Hartini 1999:1—2). Di samping
itu, ahli hukum pada masa itu lebih mengenal bahasa Belanda daripada bahasa asing lainnya (Inggris,
Perancis, atau Jerman) karena bahasa Belanda wajib dipelajari, sedangkan bahasa Indonesia tidak
tercantum di dalam kurikulum sekolah (Sudjiman 1999).

Menurut Mahadi (1979:31), hukum mengandung aturan-aturan, konsepsi-konsepsi, ukuran-


ukuran yang telah ditetapkan oleh penguasa pembuat hukum untuk (a) disampaikan kepada
masyarakat (b) dipahami/disadari maksudnya, dan (c) dipatuhi. Namun, kenyataannya sebagai sarana
komunikasi, bahasa Indonesia di dalam dokumen-dokumen hukum sulit dipahami oleh masyarakat
awam. Pemakaian bahasa Indonesia dalam bidang hukum masih perlu disempurnakan (Mahadi
1979:39). Banyak istilah asing (Belanda atau Inggris) yang kurang dipahami maknanya dan belum
konsisten, diksinya belum tepat, kalimatnya panjang dan berbelit-belit (lihat Mahadi 1979).

Senada dengan Mahadi, Harkrisnowo (2007) menambahkan bahwa kalangan hukum


cenderung (a) merumuskan atau menguraikan sesuatu dalam kalimat yang panjang dengan anak
kalimat; (b) menggunakan istilah khusus hukum tanpa penjelasan; (c) menggunakan istilah ganda atau
samar-samar; (d) menggunakan istilah asing karena sulit mencari padanannya dalam bahasa
Indonesia; (e) enggan bergeser dari format yang ada (misalnya dalam akta notaris). Hal-hal tersebut
menempatkannya dalam dunia tersendiri seakan terlepas dari dunia bahasa Indonesia umumnya.
Tidak heran jika dokumen hukum, seperti peraturan perundang-undangan, surat edaran lembaga, surat
perjanjian, akta notaris, putusan pengadilan, dan berita acara pemeriksaan, sulit dipahami masyarakat
awam.
Akan tetapi, sebagian orang menganggap semua itu merupakan karakteristik bahasa hukum
dalam hal kekhususan istilah, kekhususan komposisi, dan kekhususan gaya bahasa. Meskipun diakui
bahasa hukum Indonesia memiliki karakteristik tersendiri dalam hal istilah, komposisi, dan gaya
bahasanya, bukan berarti hanya dapat dimengerti oleh ahli hukum atau orang-orang yang
berkecimpung di dalam hukum (Natabaya 2000:301). Bahkan, sebetulnya di kalangan praktisi hukum
sendiri masih timbul perbedaan penafsiran terhadap bahasa hukum (lihat Murniah 2007). Begitu
penting peran bahasa dalam pembuatan dokumen hukum ditekankan pula oleh Suryomurcito (2009).
Ia mengatakan bahwa banyak layanan produk hukum yang berbasis bahasa, seperti korespondensi
dengan klien atau dengan ditjen HKI, surat teguran/somasi, iklan peringatan, laporan polisi, gugatan,
permohonan pendaftaran (merek, hak cipta, paten, dan sebagainya), dan penerjemahan jenis
barang/jasa.

Jika bahasa hukum membingungkan masyarakat, tentu saja masyarakat akan dirugikan
padahal merekalah yang terikat dan terbebani kewajiban untuk mematuhi dokumen hukum yang
dihasilkan (Murniah 2007). Karena semua itu ditujukan untuk dimanfaatkan dan diinformasikan
kepada masyarakat umum, sudah selayaknya penulisannya dalam bahasa Indonesia yang baik dan
benar mendapat perhatian besar. Putusan simposium 1974 waktu itu sudah tepat: memasukkan bahasa
Indonesia dalam kurikulum di fakultas hukum dan melibatkan ahli bahasa Indonesia di dalam
penyusunan rancangan peraturan-peraturan hukum. Dengan kata lain, dibutuhkan penulis dokumen
hukum yang memahami ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasannya, tetapi juga yang
memiliki keterampilan dan pengetahuan menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Setelah mengetahui hubungan antara bahasa dengan hukum beserta pengertiannya, maka semakin
jelas alasan untuk mempelajari bahasa antara lain sebagai berikut:
 Lebih mudah memahami aturan-aturan hukum
Bahasa hukum memiliki sifat-sifatnya yang khusus, tidak mudah dipahami oleh orang awam (orang
yang tidak mendalami bidang hukum). Kekhususan itu ada kalanya menyimpang dari ketentuan-
ketentuan yang ada di dalam bahasa Indonesia. Struktur kalimat yang terdiri dari unsur-unsur subjek,
predikat dan objek bisa tidak berlaku dalam bahasa hukum.
 Membekali mahasiswa untuk mempelajari ilmu pengetahuan hukum
Sebagaimana mata kuliah dasar lainnya di awal semester, pengajaran mata kuliah bahasa Indonesia
hukum ini menjadi landasan untuk memahami mata kuliah selanjutnya di semester atas. Banyak tugas
mandiri dan terstruktur yang harus disetorkan ke mahasiswa di tiap mata kuliah. Dan semuanya pasti
berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Pertanyaan:
• Temukan dalam pasal-pasal lainnya (pilihan pasal-pasal adalah bebas) yang melengkapi ke
6 identifier kekeliruan tersebut

Jawaban:
a. pemakaian huruf kapital-Undang-Undang Republik Indonesta Nomor I7 Tahun 2019
Tentang Sumber Daya Air
1)Pihak yang berkepentingan dapat mengajukan gugatan pembatalan kepada Pengadilan Niaga.
2)Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah,atau pngelola sumber daya air sesuai dengan kewenangannya.
Seharusnya
1a)Pihak yang berkepentingan dapat mengajukan gugatan pembatalan kepada pengadilan niaga.
2a)Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah,atau pngelola sumber daya air sesuai dengan kewenangannya.

b. penulisan kata/Syntax error- peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 1 tahun 2008
Perjanjian kerjasama adalah kesepakatan tertulis dalam rangka penyediaan infrastruktur dan bidang
lainnya antara instansi pemberi kontrak dengan badan usaha. Organisasi perangkat daerah dibentuk
berdasarkan pertimbangan:
a. kewenangan pemerintah yang dimiliki oleh daerah;
b. karakteristik, potensi, dan kebutuhan daerah;
c. kemampuan keuangan daerah;
d. ketersediaan sumberdaya aparatur;
e. pengembangan pola kerja sama antar daerah dan/atau dengan pihak ketiga.
Seharusnya
Perjanjian kerja sama adalah kesepakatan tertulis dalam rangka penyediaan infrastruktur dan bidang
lainnya antara instansi pemberi kontrak dengan badan usaha. Organisasi perangkat daerah dibentuk
berdasarkan pertimbangan:
a. kewenangan pemerintah yang dimiliki oleh daerah;
b. karakteristik, potensi, dan kebutuhan daerah;
c. kemampuan keuangan daerah;
d. ketersediaan sumber daya aparatur;
e. pengembangan pola kerja sama antardaerah dan/atau dengan pihak ketiga.
c. pemakaian tanda baca- Undang-Undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik
 Selain jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Akuntan Publik dapat memberikan
jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan dan manajemen sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
 Namun bahasa Peraturan Perundang-undangan mempunyai corak tersendiri yang bercirikan
kejernihan atau kejelasan pengertian, kelugasan, kebakuan, keserasian, dan ketaatan asas
sesuai dengan kebutuhanhukum baik dalam perumusan maupun cara penulisan.
Seharusnya
 Selain jasa asurans sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Akuntan Publik dapat memberikan
jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
 Namun, bahasa Peraturan Perundang-undangan mempunyai corak tersendiri yang bercirikan
kejernihan atau kejelasan pengertian, kelugasan, kebakuan, keserasian, dan ketaatan asas
sesuai dengan kebutuhanhukum, baik dalam perumusan maupun cara penulisan.

d. pemilihan kata- pasal 67 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2019


berhak dan berwenang:
 Pejabat penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk
melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan tentang adanya tindak pidana
sumber daya air.

e. pemakaian ungkapan penghubung - pasal 33 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang


Guru Dan Dosen
Pemakaian dan, atau, dan/atau:
 Olahragawan meliputi olahragawan amatir dan olahragawan profesional.
 Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan karier dosen pada satuan
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat ditetapkan dengan
peraturan menteri.

f. perincian yang tidak sejajar


Salah:
 Kami tidak dapat merubah keputusan yang diambil atasan kami.
Betul:
 Kami tidak dapat mengubah keputusan yang diambil atasan kami

Anda mungkin juga menyukai