Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN BAHASA 1.

Pendahuluan
INDONESIA YANG BAIK DAN
Bahasa sebagai sebuah sistem sangat
BENAR DALAM PEMBUATAN
berperan dalam mengungkapkan suatu
UNDANG-UNDANG gagasan secara tertulis maupun secara
lisan. Pemahaman terhadap suatu
gagasan akan mudah dilakukan jika
Sandro Njanjak masa pengungkapan gagasan itu ditata secara
teratur, rapi, dan lugas. Demikian
*@andoknjanjak.gmail.comp mm halnya dengan bahasa Indonesia yang
l digunakan sebagai pengungkap
gagasan dalam berbagai ragam, baik
dalam ragam hukum maupun dalam
ragam lain juga akan mudah dipahami
jika diungkapkan secara teratur, rapi,
Abstrak
dan lugas. Penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa Indonesia yang Indonesia yang baik dan benar dalam
baik dan benar dalam pembuatan undang- pembuatan undang-undang sangat
undang sangat penting untuk memastikan penting untuk memastikan bahwa teks
bahwa teks undang-undang tersebut mudah undang-undang tersebut mudah
dipahami, tegas, dan tidak menimbulkan
keraguan atau interpretasi yang salah. dipahami, tegas, dan tidak
Berikut adalah beberapa prinsip dan menimbulkan keraguan atau
pedoman dalam menggunakan bahasa interpretasi yang salah.
Indonesia yang baik dan benar dalam 1.1. Rumusan masalah
pembuatan undang-undang yaitu a. Bagaimana peran Bahasa Indonesia
penggunaan bahasa yang baku. Dalam b. Bagaimana penggunaan Bahasa
penggunaan Bahasa baku terdapat aspek
Indonesia dalam produk undang-
yang perlu diperhatikan yaitu penggunaan
kata, tata bahasa, dan ejaan sesuai dengan undang saat ini
aturan bahasa Indonesia yang baku. Hindari c. Bagaimana penggunaan Bahasa
penggunaan bahasa gaul, istilah slang, atau Indonesia yang baik dan benar
kata-kata yang ambigu atau tidak jelas. dalam produk undang-undang
Pertahankan konsistensi dalam penggunaan
istilah dan frasa yang digunakan dalam
2. Pembahasan
undang-undang. Pastikan bahwa istilah
yang sama merujuk pada konsep atau objek
yang sama di seluruh teks undang-undang. 2.1. Peran bahasa Indonesia
Hindari penggunaan frasa atau kalimat yang Dalam pasal 36 UUD tahun
rumit atau ambigu. Ungkapkan konsep dan 1945 dituliskan bahwa bahasa negara
ketentuan hukum secara jelas dan adalah bahasa Indonesia. Oleh karna
terstruktur sehingga mudah dipahami oleh itu bahasa Indonesia mempunyai peran
pembaca yang beragam latar belakang.
yang sangat penting. Salah satunya
Hapus kata-kata yang tidak memberikan
kontribusi penting dalam menyampaikan menjadi bahasa pemersatu bangsa.
maksud undang-undang. Gunakan kata-kata karna jika melihat latar belakang
yang tepat dan sederhana untuk bangsa Indonesia yang terbentuk dari
menghindari kebingungan dan masyarakat yang tersebar di berbagai
mempermudah pemahaman. pulau yang memiliki keberagaman dan
keunikannya tersendiri. Keberagaman
ini juga membuat masyarakat tertulis. Dalam sistem hukum civil law,
Indonesia memiliki bahasa daerah yang istilah “code(undang-undang) adalah
banyak. Dimanah tiap daerah memiliki sekumpulan klausa dan prinsip hukum
bahasanya tersendiri. Supaya adanya umum otoritatif, komprehensif, dan
komunikasi antar masyarakat yang sistematis yang dimuat dalam kitab
berbeda daerah dan bahasa maka atau bagian yang disusun secara logis
hadirlah bahasa Indonesia sebagai sesuai dengan hukum terkait. Oleh
bahasa pemersatu. karena itu, peraturan civil law
Selain sebagai pemersatu dianggap sebagai sumber hukum
bahasa, bahasa Indonesia juga menjadi utama, sedangkan sumber hukum
identitas bangsa Indonesia. Sebagai lainnya menjadi subordinatnya dan
identitas bangsa, bahasa Indonesia sering kali dalam masalah hukum
memiliki ciri khasnya tersendiri. Hal tertentu, peraturan civil law menjadi
ini membuat bangsa lain tertarik untuk satu-satunya sumber hukumnya. Untuk
mempelajarinya. Bahasa Indonesia itu dalam pembentukan “code”
sudah dikenal luas oleh berbagai (undang-undang) diperlukan bahasa
negara dan dijadikan sebagai yang baku agar tidak menimbulkan
pembelajaran Seperti Vietnam, Jepang, masalah baru atau tafsiran ganda.
Ukraina, dan Korea Selatan. Hal ini
Hadikusuma (2006:3)
tentu menjadi kebanggaan tersendiri
mengatakan bahwa bahasa hukum
bagi kita.
yang kita pakai masih bergaya orde
2.2. Penggunaan bahasa Indonesia
lama dan kurang sempurna. Banyak
dalam produk undang-undang saat
kata dan bentuk komposisi kalimatnya
ini
juga masih terdapat istilah-istilah yang
Dalam pasal 1 ayat 3 UUD tidak tetap dan kurang jelas. Hal ini
tahun 1945 mengatakan bahwa negara karena para sarjana pada masa dulu
Indonesia adalah negara hukum. tidak mendapatkan pelajaran bahasa
Prinsip negara hukum hukum khusus dan tidak pula
mengindikasikan bahwa ada Ketegasan memperhatikan dan mempelajari
sikap bahwa Negara Indonesia dalam syarat-syarat dan kaidah-kaidah bahasa
menjalankan sistem kekuasaan harus Indonesia. Menurut Harini (2014:25)
berdasarkan pada sistem hukum yang bahwa bahasa hukum Indonesia tidak
teraktualisasikan melalui pembentukan lugas dan fleksibel malah berputar-
peraturan perundang-undangan. putar, sehingga apabila tidak dibaca
Dalam sejarahnya, sistem hukum civil dengan cermat dan berkali-kali,
law pertama kali diperkenalkan oleh maknanya bisa berbeda dengan makna
negara Prancis yang kemudian, dibawa hukum yang dimaksud. Pengulangan
oleh negara Belanda ke Indonesia dengan kalimat panjang perlu
melalui imperialisme dan kolonialisme. diperbarui dengan segera. Jika budaya
Hal ini kemudian banyak kalimat panjang ini terus diterapkan
mempengaruhi perkembangan hukum maka akan merugikan penegak hukum
di Indonesia. Dalam penerapannya, itu sendiri. Dalam tradisinya,
sistem hukum di Indonesia secara garis Indonesia karakter hukum yang
besar menggunakan sistem hukum civil bercirikan pada aspek-aspek peraturan
law. Hal ini membuat kepastian hukum yang bersifat tertulis. Hukum tertulis
di Indonesia bergantung pada hukum inilah yang kemudian mempengaruhi
penerapan hukum di Indonesia tentang melanggar kesusilaan juga
sehingga memiliki karakteristik yang harus diperjelas apakah sama dengan
mengacu pada aturan tertulis. Hal ini yang dimaksud dalam KUHP. Maksud
kemudian berimbas pada penerapan unsur “melanggar kesusilaan” dalam
penegakan hukum di Indonesia. UU ITE menjadi persoalan karena
Namun, tidak hanya itu, karakter dalam UU ITE tidak memasukkan
hukum civil low yang melahirkan definisi dan petunjuk mengenai unsur
bentuk hukum tertulis yang bergantung ini dalam penjelasannya. Penafsiran-
pada naskah teks tertulis, sehingga penafsiran yang ada simpang siur dan
adanya kemungkinan terjadinya memang menjadi polemik dikalangan
kesalahan penafsiran pada pasal atau praktisi hukum, aparat Kepolisian
peraturan perundang-undangan karna maupun masyarakat. Majelis Hakim
salah dalam memahami setiap kalimat dalam memutus perkara menyangkut
yang ada didalam-Nya. Hal ini akan pasal tersebut yaitu salah satunya
berimbas pada Kurangnya penegakan dalam Putusan
hukum yang maksimal. Penggunaan No.2191/Pid.B/2014/PN.Sby. Majelis
bahasa yang baku merupakan salah Hakim memberikan pengertian tentang
satu solusi yang tepat untuk maksud melanggar kesusilaan adalah
menghindari permasalahan dalam tindakan yang dilakukan oleh setiap
memahami esensi yang terkandung orang dimana perbuatan itu dianggap
dalam undang-undang. telah melanggar norma yang
berhubungan dengan kesusilaan,
Contoh pasal yang sering
misalkan penyebarluasan suatu konten
menimbulkan multiafsir yaitu pasal 27
menggunakan beberapa media baik
ayat 1 undang undang-undang nomor
komunikasi ataupun pertunjukan yang
11 tahun 2008 tentang informasi dan
ditampilkan di muka umum, memiliki
transaksi elektronik yang berbunyi
muatan bertentangan dengan norma
sebagai berikut:
kesusilaan yang ada.
Setiap Orang dengan sengaja
Setelah kita cermati dengan saksama
dan tanpa hak mendistribusikan
rumusan Pasal 27 ayat 1 UU ITE
dan/atau mentransmisikan dan/atau
terdapat banyak penafsiran didalam-
membuat dapat diaksesnya Informasi
Nya. Menurut pendapat Barda
Elektronik dan/atau Dokumen
Nawawi, harusnya undang-undang
Elektronik yang memiliki muatan yang
khusus tidak hanya merumuskan dan
melanggar kesusilaan.
menjelaskan tentang tindak pidananya
Dalam ayat 1 Pasal 27 UU ITE tidak saja tetapi juga harus membuat aturan
jelas mendefinisikan tentang apa itu yang bersifat umum yang dapat
mendistribusikan atau dijadikan pedoman atau hukum
mentransmisikan muatan yang payung.
melanggar kesusilaan, karena apakah
2.3. Bahasa Indonesia yang baik dan
ketika itu mengarah ke khalayak umum
benar dalam produk udang-undang
atau ranah privat, dan apabila pembuat
Kalimat efektif
itu hanya untuk kepentingan pribadi,
apakah pembuat juga bisa dikenakan
Kalimat efektif mempunyai
pasal ini, walau hanya didistribusikan
ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan
ke pasangannya. Dan arti atau definisi
Struktur, keparalelan bentuk, ketegasan berpredikat ganda pada BAB III,
makna, kehematan kata, Kepaduan Pasal 9, ayat (1) adalah sebagai
gagasan (kohesi dan koherensi), berikut:
kevariasian, dan kelogisan bahasa, pula Dalam hal suatu Undang-Undang
ketepatan ejaan dan diksi/pilihan kata. diduga bertentangan Dengan
Akan tetapi, dalam dokumen Undang- Undang-Undang Dasar Negara
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Republik Indonesia Tahun 1945,
pembentukan Peraturan Perundang- pengujiannya dilakukan oleh
undangan ditemukan kalimat yang Mahkamah Konstitusi.
tidak efektif, pilihan kata yang tidak Kalimat pada BAB III,
tepat, dan penerapan ejaan yang salah. Pasal 9, ayat (1) tersebut memiliki
kalimat tersebut tidak efektif dua predikat, yaitu predikat 1
disebabkan oleh Ketidaksepadanan adalah diduga bertentangan dan
struktur, ketidaksejajaran bentuk, predikat 2 adalah dilakukan. Agar
Ketidakhematan kata, dan kalimat tersebut tidak berpredikat
ketidaklogisan makna kata. Sementara ganda diperlukan penambahan
itu, ketidaktepatan diksi disebabkan partikel yang di depan frasa diduga
oleh ketidaktepatan makna, bertentangan. Partikel yang dipakai
Ketidakcocokan penggunaan kata, untuk menyatakan bahwa kata atau
kerancuan makna kata. Sedangkan kalimat berikutnya diutamakan
ketidaktepatan penggunaan ejaan atau dibedakan dari yang lain
disebabkan oleh kesalahan penggunaan (KBBI 2016:1566). Berdasarkan
huruf dan kesalahan penggunaan tanda argumentasi tersebut, perbaikan
baca. kalimat pada BAB III, Pasal 9, ayat
(1) adalah sebagai berikut.
2.3.1. Kalimat Tidak efektif pada Dalam hal suatu undang-undang
undang-undang nomor 12 tahun yang diduga bertentangan dengan
2011 tentang pembentukan Undang-Undang Dasar Negara
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia Tahun 1945,
pengujiannya dilakukan oleh
Ketidakefektifan kalimat yang Mahkamah Konstitusi.
ditemukan pada Undang-Undang Fungsi-fungsi sintaksis
Nomor 12 Tahun 2011 tentang kalimat tersebut adalah sebagai
pembentukan peraturan perundang- berikut. Subjek pada kalimat
undangan disebabkan oleh beberapa tersebut adalah pengujiannya,
hal, yaitu ketidaksepadanan bentuk predikatnya adalah dilakukan,
(kalimat berpredikat ganda yang objeknya adalah oleh Mahkamah
disebabkan oleh kekuranglengkapan Konstitusi. Kalimat tersebut
unsur kalimat, kekurangpaduan berpola S-P-O. Dengan demikian,
gagasan, dan kalimat bersubjek ganda). kalimat pada BAB III, Pasal 9, ayat
2.3.1.1. Kalimat Berpredikat (1) memenuhi syarat sebagai
Ganda kalimat yang efektif.
Berdasarkan temuan hasil 2.3.1.2. Kalimat Bersubjek dan
penelitian ditemukan kalimat Berpredikat Ganda
berpredikat ganda, yaitu pada BAB Pada BAB V, Pasal 52, ayat
III, Pasal 9, ayat (1). Kalimat (4) ditemukan kalimat bersubjek
dan berpredikat ganda. Berikut ini 2.3.1.3. Kekuranglengkapan
kalimat yang dimaksud. kalimat
(4) Dalam hal Peraturan Kekuranglengkapan
Pemerintah Pengganti struktur kalimat terdapat pada BAB
UndangUndang mendapat IV, Pasal 23, ayat (2), sehingga
persetujuan DPR dalam rapat kalimat tersebut tidak berterima.
paripurna, Peraturan Pemerintah Selain Itu, penggunaan kata dan
Pengganti Undang-Undang tidak diperlukan karena sudah
tersebut ditetapkan menjadi diwakili dengan tanda baca (;).
Undang-Undang. Berikut ini kalimat yang dimaksud.
Kalimat tersebut bersubjek (2) Dalam keadaan tertentu, DPR
ganda, yaitu subjek 1 adalah atau Presiden dapat mengajukan
persetujuan DPR dalam rapat Rancangan Undang-Undang di
paripurna dan subjek 2 adalah luar Prolegnas mencakup:
Peraturan Pemerintah Pengganti a. Untuk mengatasi keadaan luar
Undang-Undang tersebut dan biasa, keadaan konflik, atau
berpredikat ganda, yaitu predikat 1 bencana alam; dan
adalah mendapat dan predikat 2 b. Keadaan tertentu lainnya yang
adalah ditetapkan. Agar kalimat memastikan adanya urgensi
tersebut berterima diperlukan nasional atas suatu Rancangan
penambahan partikel yang di depan Undang-Undang yang dapat
kata kerja mendapat. Berdasarkan disetujui oleh alat kelengkapan
argumentasi tersebut perbaikan DPR yang khusus menangani
kalimat pada BAB V, Pasal 52, ayat bidang legislasi dan Menteri
(4) adalah sebagai berikut. yang menyenggarakan urusan
(4) Dalam hal Peraturan pemerintahan di bidang
Pemerintah Pengganti Undang- hukum.
Undang yang mendapat
Pembetulan kalimat pada
persetujuan DPR dalam rapat
BAB IV, Pasal 23, ayat (2) tersebut
paripurna, Peraturan Pemerintah
yang efektif adalah sebagai berikut.
Pengganti Undang-Undang
tersebut ditetapkan menjadi (2) Dalam keadaan tertentu, DPR
Undang-Undang. atau Presiden dapat mengajukan
Fungsi-fungsi sintaksis kalimat Rancangan Undang-Undang di
tersebut adalah sebagai berikut. luar Prolegnas yang mencakupi:
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang tersebut berfungsi a. Untuk mengatasi keadaan luar
sebagai subjek, ditetapkan menjadi biasa, keadaan konflik, atau
berfungsi sebagai predikat, dan bencana alam;
undang-undang berfungsi sebagai b. Keadaan tertentu lainnya yang
pelengkap. Pola kalimat tersebut memastikan adanya urgensi
adalah S-P-Pel. Jadi, kalimat pada nasional atas suatu Rancangan
BAB V, Pasal 52, ayat (4) Undang-Undang yang dapat
memenuhi syarat sebagai kalimat disetujui oleh alat kelengkapan
yang efektif. DPR yang khusus menangani
bidang legislasi dan menteri
yang menyenggarakan urusan Ketidaksejajaran bentuk ini
pemerintahan di bidang hukum terdapat pada BAB II, Pasal 6, ayat
2.3.1.4. Kekurangpaduan (1). Berikut ini temuan kalimat
Gagasan yang dimaksud.
Kepaduan diperlukan untuk
Materi muatan Peraturan
mendukung gagasan agar jelas,
Perundang-undangan harus
tidak terpecah-pecah, sehingga
mencerminkan asas:
informasi yang disampaikan jelas,
tidak membingungkan, dan tidak a. Pengayoman;
salah tafsir. Kepaduan menurut b. Kemanusiaan;
Yanti dkk. (2016:96-97) adalah c. Kebangsaan;
pernyataan dalam kalimat sehingga d. Kekeluargaan;
yang disampaikan tidak terpecah- e. Kenusantaraan;
pecah. Sementara itu, f. Bhineka tunggal ika;
kekurangpaduan gagasan karena g. Keadilan;
menyisipkan kata-kata tertentu h. Kesamaan kedudukan dalam
berdasarkan temuan hasil hukum dan pemerintahan; dan
penelitian ditemukan kalimat yang kepastian hukum; dan/atau;
kurang padu. Hal ini terdapat BAB i. Keseimbangan, keserasian, dan
V, Pasal 46, ayat (1). Berikut ini kelarasan.
kalimat yang dimaksud.
Rancangan Undang-Undang dari Ketidaksejajaran bentuk ini
DPR diajukan oleh anggota DPR, terdapat pada butir (f), yaitu frasa
komisi, gabungan komisi atau alat bhineka tunggal ika. Kata yang
kelengkapan DPR yang khusus sama penting dan sama fungsinya
menangani bidangn legislasi atau ditempatkan ke dalam bentuk yang
DPD. sejajar, yaitu dengan penambahan
afiks ke-an. Selain itu, penggunaan
Ketidakefektifan kalimat
kata dan pada butir (h) tidak
pada BAB V, Pasal 46, ayat (1)
diperlukan karena sudah
disebabkan penempatan frasa atau
menggunakan tanda baca (;) dan
DPD disela oleh frasa lain,
kata atau sebagai kata pilihan tidak
sehingga kesatuan gagasannya
diperlukan karena bukan pilihan.
kurang padu dan menyebabkan
Berdasarkan argumentasi
maknanya kurang jelas. Perbaikan
tersebut, perbaikan kalimat pada
kalimat pada BAB V, Pasal 46, ayat
BAB II, pasal 6, ayat (1) tersebut
(1) Adalah sebagai berikut.
adalah sebagai berikut.
Rancangan Undang-Undang dari
Materi muatan Peraturan
DPR diajukan oleh anggota DPR,
Perundang-undangan harus
komisi, gabungan komisi atau alat
mencerminkan asas:
kelengkapan DPR atau DPD yang
khusus menangani bidang a. Pengayoman;
legislasi. b. Kemanusiaan;
c. Kebangsaan;
2.3.1.5. Ketidaksejajaran Bentuk
d. Kekeluargaan;
e. Kenusantaraan;
f. Kebhinekatunggalikaan 2.3.1.7. Ketidaklogisan Gagasan
;
Yang dimaksud dengan
g. Keadilan;
kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu
h. Kesamaan kedudukan
dapat diterima oleh akal dan
dalam hukum dan
penulisannya sesuai ejaan yang berlaku
pemerintahan;
(Arifin dan Tasai 2000:97). Kelogisan
kepastian hukum;
atau penalaran dalam berbahasa
i. Keseimbangan,
berkaitan erat dengan penguasaan tata
keserasian, dan
bahasa yang memadai, selain
kelarasan.
penguasaan masalah yang ingin
2.3.1.6. Ketidakhematan
dikemukakan. Hasil analisis atas
Pada BAB V, Pasal 52, ayat (5) terjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun
pemborosan kata, yaitu penggunaan 2011 tentang Proses Pembentukan
pengulangan kata yang sama Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana kalimat berikut. ditemukan beberapa pasal yang tidak
logis. Contoh berikut, yaitu pada BAB
Dalam hal Peraturan Pemerintah
III, Pasal 8, ayat (1) merupakan
Pengganti Undang-Undang tidak
kalimat yang tidak logis. Pada pasal ini
mendapat persetujuan DPR dalam
terjadi ketidaklogisan bahasa,
rapat paripurna, Peraturan
pemborosan kata, juga ketidaktepatan
Pemerintah Pengganti Undang-
pilihan kata.
Undang tersebut harus dicabut dan
harus dinyatakan tidak berlaku. Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kalimat pada BAB V, Pasal 52, ayat
diakui keberadaannya dan mempunyai
(5) mempunyai dua Predikat Predikat 1
kekuatan hukum mengikat sepanjang
adalah tidak mendapat dan predikat 2
diperintahkan oleh Peraturan
adalah harus dicabut dan harus
Perundang-undangan yang lebih
dinyatakan tidak berlaku, sehingga
tinggi atau dibentuk berdasarkan
tidak mempunyai kesatuan dan
kewenangan.
kepaduan gagasan. Agar kalimat
tersebut efektif dibutuhkan kata tugas Pada kalimat tersebut penggunaan
yang di depan frasa tidak frasa sepanjang iperintahkan kurang
mendapat.Berdasarkan argumentasi tepat. Kata sepanjang dalam KKBI
tersebut, kalimat pada BAB V, Pasal (2016:825) bermakna sejauh, menurut
52, Ayat (5) yang berterima adalah panjang, sesuai dengan, sedangkan
sebagai berikut. kata diperintahkan dari verba
terperintah yang bermakna dikuasai.
Dalam hal Peraturan Pemerintah
Pilihan kata/diksi yang tepat dan demi
Pengganti Undang-Undang tidak
penghematan untuk menggantikan
mendapat persetujuan DPR dalam
frasa sepanjang diperintahkan adalah
rapat paripurna, Peraturan
sesuai dengan. Artinya, bahwa
Pemerintah Pengganti Undang-
Peraturan Perundang-undangan tidak
Undang tersebut harus dicabut dan
bertentangan dengan undang-undang
dinyatakan tidak berlaku.
atau Peraturan Daerah. Selain itu,
ketidaklogisan kalimat tersebut
terdapat pada frasa sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Dari uraian di atas dapat saya
Perundang-undangan. Peraturan simpulkan bahwa, penggunaan Bahasa
Perundang-undangan tidak bisa Indonesia yang baik dan benar sangat
memerintah, yang bisa memerintah diperlukan dalam produk undang-undang.
adalah yang membuat undang-undang hal ini sangat berperan pada kepastian
tersebut. Dengan demikian, hokum. Karena pada dasarnya Indonesia
pembetulan kalimat pada BAB III, adalah negara hukum yang menerapkan
Pasal 8, ayat (1) adalah sebagai system hukum civil law, dimana kepastian
berikut. hukum akan ditentukan dari hukum
tertulis.
Peraturan Perundang-undangan
Sebagai warga negara Indonesia sudah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sepatutnya kita menggunakan Bahasa
diakui keberadaannya dan mempunyai
Indonesia yang baku. Agar ide atau
kekuatan hukum mengikat sesuai
gagasan yang disampaikan, dapat
dengan Peraturan Perundang-
dimengerti oleh orang yang
undangan yang lebih tinggi atau
mendengarnya.
dibentuk berdasarkan kewenangan
4. Daftar pustaka
2.3.1.8. Kata/Diksi Junaidi, Muhammad, dan Rati Riana.
Bahasa Indonesia Baku dalam
Ketepatan pilihan kata Perundang-Udangan. Semarang: CV
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata Istana Agensi, 2018.
untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang
Desmirasari, R. dan Oktavia Y. 2022.
tepat pada imajinasi pembaca atau
Pentingnya Bahasa Indonesia Di
pendengar, seperti apa yang dipikirkan
Perguruan Tinggi. VOL 02(01), 201-206
atau yang dirasakan oleh penulis atau
pembicara (Keraf 2000:87). Pilihan kata Suliyono, A.(2015). Pemahaman Tentang
atau diksi dipergunakan untuk menyatakan Pasal Multafsir di Undang-undang
kata-kata mana yang tepat dan cocok informasi dan transaksi elektronik utuk
dipakai untuk mengungkapkan ide atau mengantisipasi ancaman atau tindakan
gagasan. Matanggui (2015:72) pidana dalam berprilaku di media social
menjelaskan bahwa dalam berbagai VOL 15 (1), 68
kegiatan berbahasa, termasuk dalam
Putrayasah, IGNK. (2017), fungsi dan
merumuskan produk hukum dan peraturan
peran Bahasa Indonesia dalam
perundangundangan, kemampuan memilih
pembangunan bangsa.
kata menjadi sesuatu yang sangat penting
karena kata lambang dari sesutu (konsep), Asikin, Zainal. 2013. Pengantar Tata
dsb.) yang diungkapkan. Karena produk Hukum Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
hukum dan peraturan perundangundangan Persada.
harus jelas, benar, lugas dan tidak ambigu
(tidak bermakna ganda), kata yang Andrea liwina, alRagam Malasan Orang
digunakan harus benar-benar yang Menggunakan Media Sosial, Ware soci,
diperlukan dengan cermat dan saksama 2021
untuk melambangkan pikiran, keadaan L. Heru sujarmawardi, 2018, Analisis
gagasan yuridis pasal 27 ayat 1 Undang-undang
3. Penutup informasi dan transaksi elektronik,
dialogue luridicia ilmu hukum, VOL 9 NO
2, April 2018.

Anda mungkin juga menyukai