Anda di halaman 1dari 13

BAHASA INDONESIA HUKUM

“PENGEMBANGAN HUKUM NASIONAL PERLU


DIDUKUNG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA HUKUM
YANG BAIK DAN BENAR”

DOSEN PENGAMPU : Dr. Sariban, M.Pd.

Kelompok 9 :

1. CENT KING GALUH MUHAMMAD TIGER IBRAHIM


NIM (22313010)
2. RANGGA BAGOS MADANI
NIM (22313008)

FAKULTAS HUKUM / ILMU HUKUM

UNIVERSITAS SUNAN BONANG


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “PENGEMBANGAN HUKUM NASIONAL
PERLU DIDUKUNG PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA HUKUM YANG
BAIK DAN BENAR”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang


“PENGEMBANGAN HUKUM NASIONAL PERLU DIDUKUNG PENGGUNAAN
BAHASA INDONESIA HUKUM YANG BAIK DAN BENAR”. dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Tuban , 15 November 2022

Penulis

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | ii


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Bahasa Hukum Indonesia.....................................................................................6
2.2 Bahasa Hukum Indonesia dan Permasalahannya...................................................................6
2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam..............................................................................9
2.4 Penggunaan Bahasa dalam Produk Hukum..........................................................................10
BAB III................................................................................................................................................12
KESIMPULAN...................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | iii


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan bahasa Indonesia dalam bidang hukum sampai saat
i n i m a s i h j a u h d a r i harapan. Bahasa Indonesia yang dituangkan dalam peraturan
perundangan dan berbagai putusand i b i d a n g h u k u m k e r a p m e n g u n d a n g
m u l t i t a f s i r d a n t a k l u g a s . H a l i t u t e r j a d i k a r e n a p a r a  pembuat aturan
dan penegak hukum kurang menguasai bahasa Indonesia secara baik. Di samping itu,
minimnya padanan kosakata bahasa Indonesia membuat berbagai dokumen hukumyang
ada masih menggunakan bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan Belanda. Untuk itu,
para pakar bahasa Indonesia dan pemangku kepentingan harus duduk bersama untuk
merumuskan bahasa hukum yang baku, lugas, singkat, modern, dan mudah dicerna
secara jelas, tegas dantepat.Peraturan yang multitafsir merupakan gambaran dari
kelemahan penguasaan bahasa Indonesia oleh para pembuat aturan dan
penegak hukum. Salah satu contohnya adalah putusan hakim yang sering
menimbulkan ketidakpastian bagi para pihak yang berperkara. Keputusan
hakim malah menimbulkan perdebatan. Seharusnya hakim,
jaksa, dan pengacara bisa merumuskan semua tuntutan, pandangan,
pertahanannya, dalam bahasa Indonesia yang baik dan t i d a k m e n i m b u l k a n
banyak interpretasi yang dapat menimbulkan kesalah
pahaman.
Ketidakmampuan menggunakan bahasa Indonesia juga tampak
d a l a m p r o s e s l e g i s l a s i a t a u  pembuatan produk hukum Kalau masih ada
peraturan yang multitafsir berarti penguasaan bahasanya yang perlu diperhatikan.
Untuk mengatasi persoalan, perlu adanya antisipasi yangd i m u l a i d a r i m a h a s i s w a
hukum diwajibkan mengambil mata kuliah bahasa Indonesia
d a n kemahiran bantuan hukum. Mahasiswa diajarkan dasar-dasar penulisan
akademik yang benar,dari sisi gramatikal, tata kalimat, serta memahami
makna dari kata-kata kunci. Meski masihdianggap kurang, penambahan
mata kuliah itu akan membuat lulusannya lebih paham bahasa h u k u m .
Pendidikan yang bias dikatakan tinggi bidang hukum harus

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | 4


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
memandang b a h a s a Indonesia setara dengan bahasa asing. Dengan
demikian diharapkan setiap produk hukum bias mengandung kepastian dan
keadilan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja Bahasa Hukum Indonesia dan Permasalahannya ?
2. Apa itu Bahasa Hukum Indonesia Sebagai Bahasa Tulis Ilmiah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui penggunaan Bahasa dalam Produk Hukum.
2. Mengetahui Hukum Indonesia sebagai Bahasa Tulis Ilmiah.

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | 5


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa Hukum Indonesia

Bahasa Indonesia dalam hukum di Indonesia hubungannya


s a n g a t e r a t , t i d a k d a p a t dipisahkan karena bahasa dengan hukum saling
mengkait baik dalam arti dan penggunaanny a, tidak tepat dalam
penempatan kata dan penulisan maka akan mempengaruhi arti dalam suatu
kalimat hukum, hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap
penerapan hukum yang sesungguhnya. Jika kita ingin
m e n g e m b a n g k a n H u k u m N a s i o n a l m a k a d i p e r b a i k i terlebih dahulu
Bahasa Indonesia Hukum yang saat ini masih banyak multitafsir dan
terapkan bahasa Indonesia yang benar, sehingga terbentuk hukum sebagai salah satu
sarana untuk menciptakan keteraturan dalam kehidupan sosial masyarakat,
sedangkan bahasa merupakan sarana komunikasi dan penerapan hukum itu
sendiri kepada masyarakat. Hukum hanya dapat  berjalan dengan efektif
manakalah dirumuskan dengan bahasa yang tegas dan benar sertamempunyai nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat serta dapat dikomunikasikan dengan
baik d i t e n g a h masyarakat, apabila tidak dapat pahami oleh
m a s y a r a k a t m a k a a k a n b e r d a m p a k   terhadap penegakan hukum itu sendiri.

2.2 Bahasa Hukum Indonesia dan Permasalahannya


Sesuai dengan pokok persoalannya, ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam bidang hukum disebut bahasa hukum Indonesia. Manurut Prof.
Mahadi SH (1983:215), bahasa hukum Indonesia adalah bahasa Indonesia yang corak
penggunaan bahasanya khas dalam dunia hukum. Perhatian yang besar terhadap
pemakaian bahasa hukum Indonesia sudah dimulai sejak d i a d a k a n K o n g r e s
Bahasa Indonesia II tanggal 28 Oktober – 2 November 1954 di
Medan. Bahkan, dua puluh tahun kemudian, tahun 1974, Badan
Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) menyelenggarakan simposium bahasa dan
hukum di kota yang sama, Medan. Simposium tahun 1974 tersebut menghasilkan

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | 6


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
empat konstatasi berikut (Prof. Mahadi dan Drs. Sabarudin Ahmad 1979 dalam
Sudjiman 1999).
1. Bahasa hukum Indonesia (BHI) adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan
dalam bidang hukum, yang mengingat fungsinya mempunyai
karakteristik tersendiri. oleh karena itu bahasahukum Indonesia
haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
2. Karakteristik bahasa hukum terletak pada kekhususan istilah, komposisi, serta
gayanya.
3. BHI sebagai bahasa Indonesia merupakan bahasa modern yang
penggunaannya harus tetap, terang, monosemantik, dan memenuhi syarat
estetika.
4. Simposium melihat adanya kekurang sempurnaan di dalam bahasa
hukum yang sekarang dipergunakan, khususnya di dalam semantik kata,
bentuk, dan komposisi kalimat.

Terungkapnya kekurang sempurnaan di dalam bahasa hukum, seperti


terdapat dalam konstatasi keempat di atas, yang tercermin dalam penulisan
dokumen-dokumen hukum dapatditelusuri dari sejarahnya. Sejarah
membuktikan bahwa bahasa hukum Indonesia, terutama  bahasa undang-
undang, merupakan produk orang Belanda. Pakar hukum Indonesia saat itu banyak
belajar ke negeri Belanda karena hukum Indonesia mengacu pada hukum Belanda.
Para pakar banyak menerjemahkan langsung pengetahuan dari bahasa Belanda ke
dalam Bahasa Indonesia tanpa mengindahkan struktur bahasa Indonesia
(Adiwidjaja dan Lilis Hartini 1999:1 —2). Di samping itu, ahli hukum pada
masa itu lebih mengenal bahasa Belanda dari pada bahasa asing lainnya (Inggris,
Perancis, atau Jerman) karena bahasa Belanda wajib dipelajari, sedangkan bahasa
Indonesia tidak tercantum di dalam kurikulum sekolah (Sudjiman 1999).
Menurut Mahadi (1979:31), hukum mengandung aturan-
a t u r a n , k o n s e p s i - k o n s e p s i , ukuran yang telah ditetapkan oleh penguasa
pembuat hukum untuk :
1. Disampaikan kepada masyarakat.
2. Dipahami/disadari maksudnya.
3. Dipatuhi. Namun, kenyataannya sebagai sarana komunikasi, bahasa
Indonesia di dalam dokumen-dokumen hukum sulit dipahami oleh

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | 7


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
masyarakat awam. Pemakaian bahasa Indonesia d a l a m b i d a n g h u k u m
masih perlu disempurnakan (Mahadi 1979:39). Banyak
istilah asing (Belanda atau Inggris) yang kurang dipahami
maknanya dan belum konsisten, diksinya belum tepat, kalimatnya
panjang dan berbelit-belit (lihat Mahadi 1979).
Senada dengan Mahadi, Harkrisnowo (2007) menambahkan bahwa
kalangan hokum cenderung (a.) Merumuskan atau menguraikan sesuatu dalam
kalimat yang panjang dengan anak kalimat. (b.) Menggunakan istilah khusus
hukum tanpa penjelasan. (c.) Menggunakan istilah ganda atau samar-samar.
(d.) Menggunakan istilah asing karena sulit mencari padanannya dalam bahasa
Indonesia. (e.) Enggan bergeser dari format yang ada (misalnya dalam akta notaris).
Hal-h a l tersebut menempatkannya dalam dunia tersendiri
s e a k a n t e r l e p a s d a r i d u n i a b a h a s a Indonesia umumnya. Tidak heran
jika dokumen hukum, seperti peraturan perundang-undangan, s u r a t edaran
lembaga, surat perjanjian, akta notaris, putusan pengadilan, dan
b e r i t a a c a r a  pemeriksaan, sulit dipahami masyarakat awam.
Akan tetapi, sebagian orang menganggap semua itu merupakan
karakteristik bahasa hukum dalam hal kekhususan istilah, kekhususan
komposisi, dan kekhususan gaya bahasa. Meskipun diakui bahasa hukum
Indonesia memiliki karakteristik tersendiri dalam hal istilah, komposisi,
dan gaya bahasanya, bukan berarti hanya dapat dimengerti oleh ahli hukum
atau orang-orang yang berkecimpung di dalam hukum (Natabaya 2000:301).
Bahkan, sebetulnya dikalangan praktisi hukum sendiri masih timbul
perbedaan penafsiran terhadap bahasa hokum ( l i h a t M u r n i a h 2 0 0 7 ) .
Begitu penting peran bahasa dalam pembuatan dokumen
h o k u m ditekankan pula oleh Suryomurcito (2009). Ia mengatakan
bahwa banyak layanan p r o d u k   hukum yang berbasis bahasa, seperti
korespondensi dengan klien atau dengan ditjen HKI, surat teguran/somasi, iklan
peringatan, laporan polisi, gugatan, permohonan pendaftaran (merek, hak cipta, paten,
dan sebagainya), dan penerjemahan jenis barang/jasa, draf perjanjian.
Jika bahasa hukum membingungkan masyarakat, tentu saja
masyarakat akan dirugikan padahal merekalah yang terikat dan terbebani
kewajiban untuk mematuhi dokumen hukum yang dihasilkan (Murniah 2007). Karena
semua itu ditujukan untuk dimanfaatkan dan diinformasikan kepada masyarakat

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | 8


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
umum, sudah selayaknya penulisannya dalam bahasa Indonesia yang
baik d a n benar mendapat perhatian besar. Putusan
simposium 1974 waktu itu sudah tepat: memasukkan bahasa
Indonesia dalam kurikulum di fakultas hukum dan melibatkan ahli bahasa
Indonesia di dalam penyusunan rancangan peraturan-peraturan
h u k u m . D e n g a n k a t a l a i n , dibutuhkan penulis dokumen hukum yang
memahami ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasannya,
tetapi juga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan menulis
dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam


Tidak berbeda dengan bidang ilmu lainnya, bahasa hukum Indonesia memiliki
ciri-ciri bahasa keilmuan (Moeliono 1974 dalam Natabaya 2000), yakni :
1. Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan.
2. Objektif dan menekan prasangka pribadi.
3. Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat, dan kategori
yang diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran.
4. Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran yang bersensasi.
5. M e m b a k u k a n m a k n a k a t a - k a t a n y a , u n g k a p a n n y a , d a n g a y a
p a p a r a n n y a b e r d a s a r k a n konvens.
6. Bercorak hemat, hanya kata yang diperlukan yang dipakai.
7. Bentuk, makna, fungsi kata ilmiah lebih mantap dan stabil daripada
yang dimiliki kata biasa.
Bahasa hukum Indonesia dalam surat-menyurat khususnya,
m e n u r u t S u r y o m u r c i t o (2009), perlu memperhatikan tata bahasa yang benar,
istilah yang tepat, kosakata yang beragam,kalimat yang singkat dan jelas, kalimat
yang mengandung satu pokok pikiran, dan tanda baca yang benar. Dengan kata lain,
supaya masyarakat lebih mudah memahaminya, disarankan untuk menghindari
kalimat yang bertele-tele, jangan mengulang-ulang, jangan menggunakan
istilah yang tidak sesuai dengan yang digunakan di dalam undang-undang, jangan
salah menggunakan tanda baca, dan jangan salah ketik. Seperti hanya bahasa tulis
ilmiah dalam bidang ilmu lainnya, d a l a m d o k u m e n h u k u m d i b u t u h k a n
penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | 9


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
menunjukkan intelektualitas penulisnya dalam menyampaikan aturan
hukum di dalam ejaan yang tepat dan benar serta rangkaian pesan yang tersusun
dalam kalimat yang efektif.

2.4 Penggunaan Bahasa dalam Produk Hukum

Pada produk hukum seperti, Putusan, Surat Perjanjian, Akta Notaris, Surat
Kuasa, Surat Kontrak dan sebagainya, kalau dicermati dan
d i s e s u a i k a n d e n g a n p e n g g u n a a n B a h a s a Indonesia yang benar maka
masih banyak ditemukan penggunaan dan pemakaian bahasa yang tidak
benar, yang meliputi pemakaian ejaan dan tanda baca, pemakaian bentuk
jamak diikuti pengulangan kata, pemakaian kata yang bersinonim, pemakaian
bahwa di depan subyek, ini mungkin pengaruh unsur bahasa Inggris, pemakaian kata
yang bersinonim, pemakaian bahwa didepan Subjek, pemakaian bentuk kata yang
tidak sejajar, pemakaian kalimat yang panjang, dan pemakaian Dalam Hal 
dan Maka.

M e n g i n g a t B a h a s a I n d o n e s i a a d a l a h b a h a s a i l m i a h , hendaknya
memperhatikan penulisan ejaan dan tanda baca yang benar. Penulisan
ejaan dantanda baca yang benar mena ndakan penulis memperhatikan
kaidah-kaidah kebahasaan danmampu menggunakannya secara tepat
untuk menyatakan maksudnya. Kadang kala pemakaian tanda baca yang
tidak tepat dapat mengakibatkan makna yang disampaikan berubah. Salah satutanda
baca yang sering digunakan di dalam bahasa hukum, khususnya di dalam surat
perjanjian adalah titik koma. Untuk menyempurnakan Bahasa Hukum Selain bahasa
Inggris dan bahasa asing lainnya, bahasa Indonesia mutlak diajarkan di fakultas
hukum, terutama pada jurusan yang mencetak l e g a l d r a f t e r . J i k a s e o r a n g
sarjana hukum memiliki penguasaan. bahasa Indonesia
m a u p u n  bahasa asing yang baik, tingkat pemahaman dan kompetensi pengetahuan
hukumnya pasti lebih baik, agar pengajaran bahasa Indonesia bukan hanya pada
struktur bahasa, tetapi juga makna yang sesuai konteks. Contohnya penggunaan kata
ulang. Dalam struktur bahasa Indonesia, kata berulang diartikan dilakukan beberapa
kali. Namun dalam bahasa hukum, belum tentu diartikan begitu, bergantung pada
kalimatnya. Memang bahasa Indonesia diperlukan mahasiswa fakultas h u k u m .

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | 10


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
Tapi bukan mempelajari bagaimana struktur kalimat, seperti
z a m a n s e k o l a h d u l u , melainkan membahas bagaimana memaknai bahasa
hukum. Memahami hukum bukan hanya dengan membaca undang-undang,
melainkan memaknainya secara hukum pula. Jika semua pihak, baik pemerintah,
DPR, akademisi, praktisi hukum, maupun masyarakat, mauterus bekerja keras,
bukan tidak mungkin semua bahasa hukum yang digunakan sehari-
harin a n t i n y a hanya mengacu dan berlandaskan pada bahasa
I n d o n e s i a s a j a . D e n g a n d e m i k i a n ,  bahasa hukum mudah dimengerti dan
Masyarakat juga menjadi melek hukum.

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | 11


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
BAB III

KESIMPULAN

3.1Kesimpulan
Hukum dibuat untuk disampaikan, dipahami/disadari dan dipatuhi
oleh masyarakat. Namun kenyataannya sebagai sarana komunikasi, bahasa Indonesia
di dalam dokumen-dokumen h u k u m sulit dipahami oleh masyarakat
a w a m . P e m a k a i a n b a h a s a I n d o n e s i a d a l a m b i d a n g hukum masih perlu
disempurnakan. Banyak istilah asing (Belanda atau Inggris) yang kurang
dipahami maknanya dan belum konsisten, diksinya belum tepat,
k a l i m a t n y a p a n j a n g d a n  berbelit-belit. Dalam pengembangan hukum nasional
yang pertama diperbaiki adalah penggunaan/penerapan bahasa Indonesia dalam draft
hukum itu sendiri, dengan harapan terbentuknya hukum sebagai salah satu sarana untuk
menciptakan keteraturan dalam kehidupan sosial masyarakat, bahasa
merupakan sarana komunikasi dalam penerapan hukum kepada
masyarakat. Hukum hanya dapat berjalan dengan efektif manakalah dirumuskan
dengan bahasa yang tegas dan benar serta mempunyai nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat serta dapat dikomunikasikan dengan baik dan benar,
apabila tidak dapat pahami oleh masyarakat maka akan berdampak terhadap
penegakan hukum itu sendiri.

Bahasa Indonesia hukum mempunyai ciri-ciri khas tersendiri karena


dipengaruhi oleh bahasa asing (Belanda, Inggris dan Prancis), ditengah kekhasnya
inilah banyak masyarakat yang sulit mengerti dan memahami bahasa Indonesia
hukum terutama pada produk-produk hukum. Dengan demikian dalam rangka
pengembangan ilmu hukum perlu didukung oleh pengembangan Bahasa Indonesia
hukum yang benar dan mudah dimengeri serta dipahami oleh segenap lapisan
masyarakat. Untuk menghindari penapsiran yang berbeda terhadap
produk hukum dan mencapai konsep rumusan hukum yang seragam
dan benar, maka perlu disetiap Fakultas Hukum diseluruh Indonesia
m e n j a d i k a n b a h a s a I n d o n e s i a h u k u m s e b a g a i m a t e r i p e l a j a r a n  pokok
atau wajib.

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | 12


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/117079103/Bahasa-Indonesia-Hukum

FAKULTAS HUKUM / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM | 13


UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN

Anda mungkin juga menyukai