Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar”. Makalah ini berisikan tentang penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan masalah.............................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................7
BAB II..........................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..........................................................................................................................8
A. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar..........................................................................10
1. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar........................................................10
B. Bahasa Indonesia Baku...................................................................................................12
1. Pengertian.......................................................................................................................12
C. Kesalahan Umum Penggunaan Bahasa Indonesia..........................................................13
a) Kesalahan struktur..........................................................................................................14
b) Kesalahan diksi..............................................................................................................16
c) Kesalahan ejaan..............................................................................................................17
D. Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari...................................................18
BAB III......................................................................................................................................20
PENUTUP..................................................................................................................................20
A. Simpulan........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bangsa indonesia yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam berbagai aspek kehidupan. Namun dalam penerapan masih
banyak orang yang jauh dari berbahasa indonesia yang baik dan benar dalam
komunikasi sehari-hari. Kita sering mendengar ungkapan berbahasa indonesia dengan
baik dan benar. Selain itu juga anjuran pakailah bahasa indonesia yang baik dan benar.
Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa secara resmi juga menghimbau agar kita
berbahasa indonesia dengan baik dan benar. Akan tetapi apakah kita telah mengetahui
atau memahami apa yang dimaksud dengan bahasa indonesia yang baik dan benar.

Oleh karena itu makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai
bagaimana berbahasa indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia sebagai salah
satu lambang negara yang menunjukkan identitas bangsa. Bahasa sebagai alat
komunikasi yang paling efektif, mutlak diperlukan setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa
tidak akan mungkin berkembang dan dapat menggambarkan dan menunjukkan dirinya
secara utuh dalam dunia pergaulan dengan bangsa lain. Fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan mengalami perkembangan menjadi bahasa yang dipergunakan sebagai
bahasa kenegaraan, bahasa dalam hubungan yang bersifat formal baik dalam lembaga
pemerintahan maupun swasta, bahasa yang dipergunaan dalam sekolah-sekolah sebagai
bahasa formal dan penyampaian ilmu dan penyebaran pengetahuan. Keempat dalam
kaitan dengan penggunaan bahasa sebagai mana tersebut pada bagian ketiga di atas
fungsi bahasa dalam muncul secara bersama-sama atau hanya sebagaian saja.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dibuktikan dengan penggunaan
bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. [1]

Sejak saat itu bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Selanjutnya, Bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara juga dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar di lembaga pendidikan 2 dari taman kanak-kanak hingga perguruan
tinggi, baik lembaga pendidikan negeri maupun swasta, sehingga materi pelajaran yang
berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Selain buku ajar yang ditulis
oleh penulis dalam negeri, berbagai buku yang ditulis menggunakan bahasa asing
dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Cara ini sangat membantu dalam
meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan
teknolologi (IPTEK). Penggunaan dan memanfaatkan bahasa yang digunakan untuk
merencakan dan membagikan ilmu pengetahuan dilakukan dengan bahasa resmi yaitu
Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia jug digunakan dalam penulisan karya tulis dan
penulisan serta melakukan pengalihbahasaan dalam buku yang berkaiatan dengan ilmu
pengetahuan dalam lembaga pendidikan formal dan informal. Sehinga dari fungsi-
fungsi tersebut bahasa dapat menggunakan bahasa Indonesia dan tidak hanya selalu
berfokus dengan penggunaan bahasa asing.

Pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi harus menjadi
tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyat Indonesia harus memiliki rasa
kebangaan dalam menggunakan Bahasa Indonesia, dan berusaha untuk menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap kesempatan sehingga akan timbul
suatu rasa enggan jika menggunakan Bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa
asing. Demikian pula dengan Bahasa Indonesia yang berbelit-belit yang seakanakan
menimbulkan kesan elit sesungguhnya menandakan bahwa pengguna bahasa belum
sepenuhnya memahami Bahasa Indonesia. Sebaliknya, seseorang yang menggunakan
bahasa dengan teratur, jelas, dan bersistem, menunjukkan cara berpikir yang teratur dan
jelas pula. Oleh sebab itu, sudah seharusnya setiap orang Indonesia menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah sehingga menunjukkan jalan
pikiran dan jati diri orang Indonesia sebagai pemilik dan penutur bahasa.

Penggunaan bahasa yang memunculkan sikap negatif, tidak menggunakan tata bahasa
yang baik dan benar berdampak pada pemakaian bahasa yang kurang baik. Bahasa
hanya digunakan sebagai media komunikasi yang bertujuan “asal orang mengerti”,
artinya sebatas kesepahaman antara penutur dan mitra tutur tanpa memperhatikan
kaidah berbahasa yang baik dan benar. Umumnya bahasa yang digunakan berbeda
dengan Bahasa Indonesia, sehingga muncullah jenis bahasa lain merupakan akibat dari
penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak baku. Pemakaian jenis-jenis
bahasa tersebut tidak mendukung dan tidak mempedulikan pembinaan Bahasa
Indonesia. Ungkapan “bahasa menunjukkan bangsa”, berarti bahwa apa yang ada
dipikirkan oleh pengguna bahasa akan terlihat pada saat berututr kata dalam bahasa
tertentu. Dalam hal ini apabila munculk ketidak teraturan dan kekacauan dalam
berbahasa, berarti pengguna bahasa tersebut juga sedang mengalami kekacauan dan
ketidak teraturan dalam berpikir. Sikap bangsa Indonesia terhadap bahasa Indonesia
cenderung mengacu pada dua pemahaman. Di satu sisi, bahasa Indonesia diharapkan
mampu menjadi bahasa yang mengikuti perkembangan zaman dan menjadi media
dalam merekam ilmu serta teknologi global. Akan tetapi, pilihan ini secara tidak
langsung akan membuat jati diri bahasa sebagai identitas bangsa perlahan luntur karena
bahasa asing lebih diapresiasi sebagai bahasa ilmu dan teknologi global. [2]

Bahasa asing lebih populer sehingga lebih banyak dipilih dan digunakan sebagai bahasa
pergaulan sehari-hari. Kecenderungan penggunaan bahasa asing dan ragam bahasa lain
selain bahasa Indonesia terutama terjadi di kalangan remaja. Tren yang berkembang
sebagai salah satu wujud kreativitas dalam berbahasa adalah munculnya ragam bahasa
prokem dan bahasa plesetan. Jenis-jenis bahasa plesetan dan prokem akan
memunculkan istilah-istilah yang umumnya disebut dengan bahasa gaul. Bahasa gaul
adalah bahasa yang mencampur-aduk antara huruf, angka, tanda baca yang tidak
digunakan sesuai kaidah dan gambar sehingga yang dihasilkan adalah deretan kata-kata
kacau. Kekacauan bahasa itu terlihat dari penempatan huruf, angka, tanda baca yang
tidak digunakan sesuai kaidah dan gambar yang seenaknya. Para pengguna jejaring
sosial dan situs-situs yang ada di dunia maya memang kreatif dalam menggunakan
bahasa. Umumnya mereka mampu menuangkan bahasa lisan menjadi bahasa tulis
dalam tulisan yang variatif, misalnya saja penulisan good luck menjadi gudluck. Satu
hal yang perlu diperhatikan bahwa penggunaan bahasa yang kreatif tersebut akhirnya
merusak dan melanggar kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kerusakan
bahasa tersebut menyebabkan berubahnya jati diri sehingga melahirkan suatu generasi
yang lebih mementingkan diri sendiri dan anti kemapanan. [3]

Dalam rangka menuju ke arah peradaban modern, kita perlu memahami, menguasai, dan
mengembangkan konsep-konsep ipteks modem, yang pada umumnya masih tertulis
dalam baliasa asing, khususnya bahasa Inggris. Tujuannya, agar konsep-konsep ipteks
modem tidak hanya diserap oleh mereka yang memahami baliasa asing yang jumlahnya
tentu tidak sebanding dengan jumlah anggota masyarakat Indonesia yang
memerlukannya. Apalagi dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
penyebarluasan konsepkonsep ipteks modern itu harus dilakukan dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Dalam rangka lebih memasyarakatkan peristilahan modem itu,
istilahistilah yang telah berhasil disusun, kemudian diolah lebih lanjut menjadi berbagai
kamus istilah. Tentu saja, selain mengandung padanan istilah dalam bahasa Indonesia,
kamus istilah itu juga mencantumkan rumusan atau penjelasan setiap istilah yang
dicantumkan. Sampai sekarang, telah berhasil disusun tidak kurang dari 40 buah kamus
istilah. Penerbitan daftar dan kamus istilah itu sangat penting dan bemanfaat dalam
rangka memasyarakatkan dan menyebarluaskan perangkat istilah yang sudah
dibakukan. Jika upaya penerbitan dan publikasi itu tidak dilakukan, hasil penyusunan
dan pembakuan istilah itu akan tetap tertinggal sebagai harta karun. Dalam hal ini para
ilmuwan dari berbagai disiplin diharapkan menggunakan istilah yang telah dibakukan
itu dengan taat asas. Selain itu, harus pula diupayakan adanya arus balik yang dapat
dimanfaatkan sebagai masukan dalam proses pengembangan bahasa selanjutnya.

Di samping itu dipandang dari segi pembinaan dan pengembangan bahasa, masuknya
istilah-istilah yang sudah dibakukan itu ke dalam buku ajar, makalah, laporan penelitian,
jurnal-jurnal ilmiah, karangan-karangan ilmiah lainnya, dan media komunikasi dan
informasi (baca: komputer) merupakan langkah berikutnya yang tidak dapat ditawar-
tawar lagi. Bahasa Indonesia memiliki dua sifat utama yang menguntungkan, yaitu (1)
bentuk yang sederhana sehingga mudah dipelajari dan (2) kelenturan (fleksibel) untuk
dikembangkan. Hal ini didukung oleh latar belakang sejarah kebahasaan yang kuat.
Kaum cerdik-cendekia yang hidup pada zaman kemerdekaan pun, pada umumnya yakin
bahwa bahasa Indonesia mempunyai kemampuan berkembang luas dengan cepat di
tanali air ini, dari Sabang sampai Merauke. Danzer Carr misalnya, berkeyakinan bahwa
bahasa Indonesia dapat menggantikan kedudukan bahasa Inggris di Asia. Bahasa
Indonesia tidak diragukan lagi kemampuannya untuk menjadi bahasa ipteks modern.
Pengembangan ipteks bahasa ragam ipteks itu harus hemat dan cermat karena
menghendaki respons yang pasti dari pendengar dan pembacanya. Kaidah-kaidah
sintaktis dan bentukan-bentukan bahasa dan ranah penggantinya hams mudah dipahami.
Kehematan penggunaan kata, kecermatan, dan kejelasan sintaktis yang berpadu dengan
penghapusan unsur-unsur yang bersifat pribadi dapat menghasilkan ragam ipteks yang
umum. [4]

Kalimat ipteks yang panjang-panjang hanya dapat direspons secara langsung oleh
pembaca yang terlatih. Pembaca dan penyimak ragam bahasa ipteks itu diharapkan tidak
memperoleh informasi yang keliru. Kelugasan, keobjektifan, dan keajegan/konsistensi
bahasa ipteks itulah yang membedakannya dengan bahasa ragam sastra yang subjektif,
halus, dan lentur sehingga interpretasi pembaca yang satu kerap kali sangat berbeda
dengan interpretasi dan apresiasi pembaca lainnya. Ihwal pengembangan bahasa
Indonesia ragam ipteks, hal itu dapat dihubungkan dengan klasifikasi bidang ihnu yang
lazim berlaku di Indonesia, yaitu ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan
ilmu pengetaliuan budaya. Namun, yang menjadi masalah sekarang adalah unsur ip
(ilmu pengetahuan). Apalagi sekarang ini telah berkembang teknologi komunikasi dan
informasi, seperti internet, e-mail, e-business, e-commerce, cybertechnology,
teleducation, cybercity, dan lain-lain. Berdasarkan pemakaian kata ilmu pengetahuan
sebagai padanan kata science (s) dengan muatan makna natural science, maka unsur ip
pada kata ipteks itu merujuk pada ilmu pengetahuan alam. Dengan demikian, bahasa
Indonesia ragam ipteks itu adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam bidang ilmu
pengetahuan alam dan teknologi (science and technology).

Upaya pengembangan konsep ipteks modern dalam bahasa Indonesia hanya mungkin
dapat dilakukan dengan baik apabila istilah-istilah yang biasa digimakan dalam bidang
ipteks itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Hal itu berarti, agar dapat
mengembangkan bahasa Indonesia menjadi ragam ipteks, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menyusun peristilahannya. Untuk keperluan itulah Pusat Bahasa yang
ada sekarang, dengan bantuan sejumlah pakar perguruan tinggi, lembaga-lembaga
penelitian di Indonesia telah berhasil menyusun peristilahan untuk berbagai bidang
ilmu, dengan memberikan prioritas pada empat bidang ilmu dasar, yakni fisika, kimia,
biologi, dan matematika. Keempat bidang ilmu dasar itu masing-masing diberi judul
Glosarium Fisika, Glosarium Kimia, Glosarium Biologi, dan Glosarium Matematika. Di
tengah perubahan sosial-politik dan teknologi informasi serta komunikasi yang ada
sekarang, apalagi menuju bahasa Indonesia menjadi peradaban modern, para pakar dari
berbagai disiplin ilmu harus bahu-membahu 8 menjadikan bahasa Indonesia sejajar
dengan bahasa asing lainnya, temtama bahasa Inggris.

B. Rumusan masalah
a. Apakah pengertian bahasa indonesia yang baik dan benar?

b. Pengertian bahasa indonesia baku?

c. Apa saja Ciri-ciri ragam bahasa baku?

d. Apa saja Fungsi bahasa baku?

e. Apa saja kesalahan umum penggunaan bahasa indonesia?

C. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui bagaimana langkah- langkah menyusun makalah yang baik
dan benar dalam bahasa Indonesia
2) Untuk mengetahui bagaimana langkah - langkah menyusun rangkuman yang
baik dan benar dalam bahasa Indonesia
3) Untuk Mengetahui bagaimana langkah -langkah menyusun buku yang baik dan
benar dalam bahasa Indonesia
4) Untuk mengetahui bagaimana teknik membaca untuk menulis akademik dalam
bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

Kedudukan bahasa Indonesia saat ini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik
dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Pemakaian bahasa Indonesia
mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi menunjukkan kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Namun, masih cukup banyak pemakaian
bahasa nasional yang belum dapat mempergunakan bahasa Indonesia secara baik dan
benar yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Bahasa Indonesia tidak semata-mata
sebagai alat komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan alat pertama dan utama serta alat
pokok fundamental dalam proses pendidikan Indonesia. Bahasa merupakan alat
komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa seseorang tidak dapat
berinteraksi dengan baik antar sesama. Tidak sebatas pada kemampuan berbicara saja,
bahasa juga merupakan alat komunikasi antar penulis dan pembaca melalui sebuah
tulisan. Sebuah tulisan berfungsi menyempurnakan informasi kepada pembaca, tanpa
bahasa yang baik dalam sebuah tulisan, maka informasi yang diharapkan pembaca
dalam suatu tulisan tidak akan tercapai. Seseorang yang bahasa tulisannya baik,
biasanya cara bicaranya pun baik.

Oleh karena itu, bahasa yang digunakan oleh penutur seharus baik dan benar agar
informasi yang di dapat oleh pendengar maupun pembaca dapat berjalan dengan baik.
Bahasa merupakan salah satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari etnis ataupun
kebudayaan kehidupan manusia, sehingga dapat 2 dikatakan bahwa bahasa itu adalah
milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Bahasa dapat diartikan alat
komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dilakukan oleh
alat ucap manusia. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis suku bangsa tidak
dapat lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa yang mereka gunakan dapat
berupa bahasa nasional dan bahasa daerah. Bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia
digunakan sebagai alat komunikasi antar suku, sedangkan bahasa daerah digunakan
sebagai alat komunikasi untuk warga sesuku. [5]
Keanekabahasaan menjadi perhatian para peneliti dan guru bahasa. Ketika seseorang
melanggar kaidah berbahasa Indonesia dengan memasukkan bahasa asing ataupun
bahasa daerah dalam tuturan bahasa Indonesia, tuturan mereka dianggap menyalahi
kaidah dalam berbahasa. Salah satu bahasa daerah yang mengalami kontak bahasa
tersebut adalah Bahasa Batak Toba (BBT), yang berada di daerah Kabupaten Samosir.
Kontak bahasa daerah (dalam hal ini bahasa Batak Toba) dengan bahasa Indonesia
tersebut diakibatkan adanya bilingualisme atau penguasaan dua bahasa. Bilingualisme
adalah kebiasaan menggunakan dua ragam bahasa atau lebih dalam situasi bertutur.
Bilingualisme merupakan fenomena yang tejadi diseluruh dunia. Menurut pengamatan
yang dilakukan di Indonesia fenomena bilingualisme merupakan salah satu fenomena
yang banyak terjadi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, adanya
kontak bahasa, adanya bahasa yang saling berdampingan, pendidikan bahasa asing,
pekerjaan, migrasi, dan urbanisasi.

Kegiatan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat
penting bagi murid. Keterampilan menulis dapat digunakan untuk menyatakan
keinginan, intelektual, emosional, dan moral. Pentingnya keterampilan menulis dalam
kegiatan pembelajaran sangat jelas terlihat dalam banyaknya kegiatan menulis murid,
seperti: keterampilan menulis karangan, pantun, sajak, surat pribadi, pengalaman, surat
resmi, teks, dan pengumuman. Keterampilan menulis karangan meliputi karangan
narasi, deskripsi, argumentasi, dan eksposisi. Kegiatan tersebut sebagai upaya untuk
meningkatkan keterampilan menulis murid. Kenyataan yang ada di lapangan berbeda
dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran BI yang diberikan selama ini ternyata masih
kurang. Hal ini terjadi karena guru lebih sering menekankan pada aspek pengetahuan
berbahasa. Upaya pembelajaran yang ada juga belum cukup dalam menghasilkan
karangan yang berkualitas. Dengan adanya kesalahan berbahasa pada tulisan, akan
terhambat proses komunikasi sehingga gagasan yang akan disampaikan oleh penulis
tidak dapat dipahami oleh pembaca. Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik,
penulis harus memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu sebagai (1)
keterampilan berbahasa, (2) keterampilan penyajian, dan (3) keterampilanperwajahan.
Keterampilan berbahasa sangat diperlukan sebab dalam keterampilanini penulis harus
dapat menggunakan ejaan, tanda baca, pemilihan kata,pembentukan kata, penggunaan
kalimat yang efektif, serta penyusunan paragrafyang baik. Penulis diharapkan mampu
menyusun tulisan secara sistematis dalammenyajikan sebuah keterampilan menulis.
Adapun keterampilan perwajahan yang meliputi penyusunan format, pemilihan ukuran
kertas, tipe huruf, penjilidan,penyusunan tabel, dan lain-lain ini diperlukan untuk
mendukung kesempurnaanserta kerapian tulisan. Penguasaan siswa terhadap ketiga
keterampilan dasar dalam menulis tersebut diharapkanakan siswa mampu
mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Sebab hasil tulisanyang baik akan
mempermudah orang lain untuk memperoleh informasi yang disajikan[6]

A. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

1. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Sesungguhnya dalam ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar terkandung dua
pengertian yang berkaitan satu sama lain. Pengertian pertama berkaitan dengan
ungkapan “bahasa Indonesia yang baik”. Sebutan baik atau tepat di sini berkaitan
dengan soal keserasian atau kesesuaian yaitu serasi atau sesuai dengan situasi pemakai.
Pengertian kedua berkaitan dengan istilah “bahasa Indonesia yang benar”. Sebutan
benar atau betul di sini berhubungan dengan soal keserasian dengan kaidah. Penggunaan
bahasa Indonesia yang benar adalah penggunaan bahasa indonesia yang menaati kaidah
tata bahasa. Sedang maksud kaidah di sini adalah kaidah bahasa Indonesia baku atau
yang dianggap baku. Maksudnya adalah bahasa yang telah distandardisasikan
berdasarkan hukum berupa keputusan pejabat pemerintah atau sudah diterima
berdasarkan kesepakatan umum yang wujudnya ada pada praktik pelajaran bahasa pada
khayalak.

Dengan penjelasan ini tampak bahwa bahasa yang kita gunakan, agar mengenai
sasarannya, tidak selalu beragam baku. Dalam tawar-menawar di pasar dan di warung,
misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keanehan, keheranan,
bahkan kecurigaan. Jadi pada asasnya, kita menggunakan bahasa yang baik, artinya
yang tepat tetapi tidak termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa
yang benar tetapi tidak baik penerapannya karena suasanya mensyaratkan ragam bahasa
yang lain.

Agar lebih jelas mengenai pengertian bahasa yang baik dan benar,sebagai berikut ini
contohnya :

Contoh 1:

Dalam tawar menawar di pasar, seorang pembeli akan cenderung menawar dengan
ucapan : “satu kilo berapa?”, “bisa ditawar?”daripada menggunakan kalimat yang
panjang seperti : “Berapakah harga satu kilo jeruk?”, “Bolehkah saya
menawarnya?.”(Bagaimanakah kira-kira reaksi penjual jeruk mendengar pertanyaan
dari seorang pembeli dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu?). Pemakaian ragam
bahasa baku (seperti kalimat yang kedua) akan menimbulkan kegelian, keheranan atau
kecurigaan. Kalimat tersebut sebagai contoh kalimat yang tidak baik tetapi benar.

Contoh 2:

Dalam rapat kantor, seorang pejabat fakultas memulai rapat resmi dengan pemakaian
bahasa Indonesia seperti kalimat berikut. “Bapak-bapak dan saudara-saudara sekalian,
ayo deh, kite mulai aje rapat kali ini, ntar keburu ujan”. Okey you dah pada siap kan?.
(Apa jadinya apabila pejabat fakultas memulai acara rapat formal dengan kalimat
seperti itu?) tentu saja akan merubah suasana menjadi tidak formal dan berwibawa.
Kalimat di atas merupakan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baik dan benar.
Karena kalimat yang digunakan tidak memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Contoh 3:

Dalam rapat di kantor, seorang pjabat Universitas memulai rapat resmi dengan
pemakaian bahasa Indonesia seperti kalimat berikut ini. “Bapak-bapak dan ibu-ibu,
acara rapat senat siang ini marilah kita buka bersama-sama dengan membaca basmalah.
“Kalimat tersebut benar, karena kalimat yang digunakan memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran.
B. Bahasa Indonesia Baku

1. Pengertian
Bahasa Indonesia terdiri atas berbagai ragam, tiap-tiap ragam itu memiliki kekhasan.
Akan tetapi, dari berbagai ragam itu masih dapat dikenali dan dimengerti sebagai
bahasa Indonesia karena masing-masing memiliki ciri umum yang sama, yang mengacu
pada salah satu ragam yang dianggap sebagai patokannya. Ragam yang dianggap
sebagai patokan inilah yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian ragam yang lain.
Dengan adanya tolok ini orang dapat mengetahui mana pemakaian bahasa yang benar
dan mana yang tidak benar. Ragam bahasa yang mengemban fungsi sebagai tolok
semacam itu disebut dengan bahasa baku atau bahasa standar. Dengan demikian,
bahasa Indonesia baku merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang berfungsi
sebagai tolok bandingan bagi pemakaian ragam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
baku disebut juga bahasa Indonesia yang formal, yaitu bahasa Indonesia yang dituturkan
dalam situasi resmi.[7]

Secara lebih rinci, ragam bahsa Indonesia baku dipakai dalam situasi berbahasa sebagai
berikut:

1. Untuk komunikasi resmi, seperti dalam upacara-upacara kenegaraan, rapat-rapat


dinas, surat-menyurat resmi,dan sebagainya.

2. Untuk wacana teknis, seperti laporan kegiatan, usulan proyek, lamaran


pekerjaan, karya ilmiah,dan sebagainya.

3. Pembicaraan di depan umum, misalnya pidato, ceramah, khotbah, pengajaran di


sekolah,dan sebagainya.

4. Berbicara dengan orang yang patut dihormati misalnya guru, pejabat


pemerintahan, atasan, atau orang yang belum atau baru saja dikenal.

a. Ciri-ciri

Ragam bahasa baku atau standar memiliki tiga ciri yaitu :


1. Kemantapan dinamis

Bahwa bahasa baku haruslah memiliki kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar
tidak dapat berubah setiao saat,jadi kaidah-kaidah haruslah konsisten.[8]

2. Kecendekiaan

Bahwa perwujudannya dalam kalimat, paragraph, dan satuan bahasa lain yang lebih
besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.

3. Keseragaman

Bahwa bahasa baku mempraanggapkan, adanya keseragaman kaidah.Akan tetapi, perlu


diingat bahwa yang terjadi adalah penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam
bahasa, atau penyeragaman ragam/variasi bahasa.[9]

b. Fungsi

Selain memiliki ciri-ciri, bahasa baku atau standar memiliki berbagai fungsi. Fungsi
yang dimaksud ada empat yaitu:

a. Fungsi pemersatu,

b. Fungsi pemberian kekhasan,

c. Fungsi pembawa kewibawaan, dan

d. Fungsi sebagai kerangka acuan.

C. Kesalahan Umum Penggunaan Bahasa Indonesia


Pembentukan kata, kelompok kata, dan kalimat bahasa baku selalu mengikuti kaidah
tata bahasa dari bahasa yang bersangkutan. Jadi, bahasa Indonesia baku adalah bahasa
Indonesia yang mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia.Pemilihan kata dalam rangka
penyusunan kalimat baku dilakukan secara cermat agar informasi yang hendak
disampaikan dapat diterima secara baik oleh pembaca atau mantra bicara.[10]
Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamran atau sejenis komunikasi lain, seluruhnya
harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan tulisan itu dapat
diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
telah dibakukan. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, maupun
salah tindakan. Untuk membuat atau menyusun kalimat dengan baik dan benar tidaklah
mudah. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan, ditemukan berbagai kesalahan
umum yang biasa dilakukan oleh para pemakai bahasa Indonesia dalam penyusunan
kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan-kesalahan itu menurut
Widjono (2005:153) dapat dirinci sebagai berikut:

a) Kesalahan struktur
1. Kalimat aktif tanpa subjek.

Contoh:

 Menurut ahli hokum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera


berakhir jika hukum ditegakkan. (salah)

 Ahli hukum menyatakan bahwa krisis ekonomi di Indonesia segera berahkhir


jika hokum ditegakkan. (benar)

2. Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah
fungsi menjadi keterangan.

Contoh:

 Di Pekalongan memiliki pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (salah)

 Di Pekalongan terdapat pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia. (benar)

3. Tanpa unsur predikat menempatkan kata yang di depan predikat, dengan kata
ini predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek.

Contoh:
 Dokter yang bekerja di rumah sakit. (salah)

 Dokter bekerja di rumah sakit. (benar)

4. Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja transitif


langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan.

Contoh:

 Mereka mendiskusikan tentang keselamatan di jalan. (salah)

 Mereka mendiskusikan keselamatan di jalan. (benar)

5. Menempatkan kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat.

Contoh:

 Ia rajin. Sehingga selalu mendapat juara kelas. (salah)

 Ia rajin belajar sehingga selalu mendapat juara kelas. (benar)

6. Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat.

Contoh:

 Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)

 Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja karas. (benar)

7. Salah urutan.

Contoh:

 Majalah itu saya baca. (salah)

 Saya sudah membaca majalah itu. (benar)


b) Kesalahan diksi
1. Diksi kalimat salah jika :

a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar- supaya,adalah -


merupakam, bagi- untuk, demi- untuk, naik- ke atas, turun- ke bawah, dan lain-
lain.Contoh:

 Ia selalu minum obat agar supaya penyakit yang sedang diderita sembuh. (salah)

 Ia selalu minum obat supaya penyakit yang sedang diderita sembuh. (benar)

b. Menggunakan kata Tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana,
bagaimana, mengapa, dan lain-lain.Contoh:

 Desa di mana kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah menjadi
kota. (salah)

 Desa tempat kami dilahirkan tiga puluh tahun yang lalu,kini telah menjadi kota.
(benar)

c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak


hanya – tetapi seharusnya tidak … tetapi atau tidak hanya – tetapi juga, bukan
hanya – tetapi juga seharusnya bukan hanya – melaikan juga.Contoh:

 Ia tidak hanya cantik melainkan juga sopan santun. (salah)

 Ia tidak hanya cantik tetapi juga sopan santun. (benar)

d. Menggunakan kata berpasangan (verba berpreposis) secara idiomatic yang tidak


sesuai.

Contoh:

 Model pakaian itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)

 Model pakaian itu sesuai dengan minat orang tersebuat. (benar)


e. Penempatan numeralia distrubituf

Kata setiap, tiap-tiap, dan masing-masing termasuk numeralia distributif.


Kata setiap atau tiap-tiap memiliki arti yang sangat mirip dengan kata masing-
masing. Perbedaannya adalah kata masing-masing berdiri sendiri tanpa nomina,
sedangkan kata setiap dan tiap-tiap tidak bisa berdiri sendiri tanpa nomina.
Contoh:

 Masing-masing mahasiswa dianjurkan memiliki buku ajar. (salah)

 Setiap mahasiswa dianjurkanmemiliki buku ajar. (benar)

2. Diksi atau kalimat kurang baik (kurang santun)

a. Menonjolkan akunya dalam suasana formal, misalnya: aku dan saya.

b. Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif, misalnya: menurut


pendapat saya… sebaiknya menggunakan data menunjukkan bahwa…
penelitian membuktikan bahwa…, pengalaman membuktikan bahwa…

c. Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya.

d. Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi.

e. Penolakan dan pembuktian tanpa makna yang pasti (eksak).

c) Kesalahan ejaan
Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya
memperkecil kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan
kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam
keseluruhan penulisan (lebih lanjut lihat Buku Ejaan Yang Disempurnakan).

Jenis kesalahan ejaan:

1. Penggunaan huruf capital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal,


2. Pemenggalan kata,

3. Penulisan kata baku,

4. Penulisan unsure serapan

5. Penulisan kata asing tidak dicetak miring,

6. Penggunaan tanda baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, tanda
petik satu(‘…’), tanda penyngkatan (‘…), dan lain-lain

7. Penulisan kalimat atau paragarf: induk kalimat dan anak kalimat,kutipan


langsung, kutipan tidak langsung,

8. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi

9. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat kabar,
majalah, jurnal,

10. Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian,

11. Penulisan: daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, dan bibliografi.

D. Peran Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari


Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, bahasa Indonesia
berperan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata dapat
memperkaya bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata untuk sebuah
konsep. Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai.
Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis
bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia
internasional. Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk
berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam
lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan control sosial.
Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan berikut ini.

1) Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa
untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap (kedua
orang tua). Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa
hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, tetapi juga untuk berkomunikasi dengan
lingkungan di sekitarnya.

2) Bahasa sebagai Alat Komunikasi Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari
ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna apabila ekspresi diri kita tidak diterima
atau dipahami oleh orang lain.

3) Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial Bahasa, di samping sebagai salah
satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-
pengalaman mereka, mempelajari, dan mengambil bagian dalam
pengalamanpengalaman itu serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-
anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa
sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap-tiap orang untuk merasa dirinya
terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua
kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokanbentrokan
untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya.

4) Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif.
Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat.
Setelah memahami fungsi bahasa tersebut, dapat kita ketahui bahwa sangat penting
menggunakan bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat negara Indonesia.
Oleh karena bangsa Indonesia memiliki kekayaan bahasa dalam setiap daerah dengan
ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, bahasa Indonesia sangat penting digunakan untuk
mempersatukan bangsa yang kaya ini.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di wilayah NKRI adalah sebagai bahasa
nasional dan baahsa negara. Dalam pembangunan bangsa yakni sebagai perisai
pemersatu yang belum pemah dijadikan sumber permasalahan oleh masyarakat
pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku daerah. Hal ini terjadi karena bahasa
Indonesia mampu menempatkan dirinya sebagai sarana komunikasi yang efektif,
berdampingan dan bersama-sama dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam
mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan, kebudayaan, termasuk
pengembangan bahasa-bahasa daerah. Bahasa Indonesia berperan penting dalam
pembagunan bangsa karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang
berperan penting dalam memajukan pembagunan masyarakat dalam berbagai aspek
kehidupan yang akhimya mendorong kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam
pembangunan bangsa.

Sebagai kaum intelektual kita harus menjaga bahasa Indonesia agar menjadi bahasa
yang dapat mempersatukan berbagai kelompok masyarakat. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengadakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia agar tercapai
pemakaian yang cermat, tepat, dan efisien. Dalam kehidupan berbangsa dan bemegara,
bahasa berperan sangat penting. Oleh karena bahasa merupakan simbol yang dihasilkan
oleh alat ucap yang biasa digunakan oleh sesama masyarakat. Dalain kehidupan sehari-
hari hampir semua aktivitas masyarakat menggunakan bahasa, baik berbahasa secara
lisan maupun tulis dan bahasa tubuh. Bahkan saat kita tidur pun tanpa sadar kita
menggunakan bahasa. Bahasa juga dapat diartikan sebagai sebuah simbol atau lambang
bunyi yang berfimgsi sebagai alat komunikasi antar individu. Masyarakat berinteraksi
satu sama lain dan bersosialisasi menggunakan bahasa itu sehingga begitu pentinganya
peranan bahasa dalam kehidupan bermasyarkat. Seiring perkembangan zaman, bahasa
terus berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan di bawah arus perkembangan
pemakaian bahasa pada era globaliasi. Pada lingkup kecil seperti keluarga dan
masyarakat kita menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi, tetapi pada lingkup
yang luas dan bersifat resmi digunakan bahasa Indonesia.

Dengan dicetuskannya bahasa Melayu-Riau sebagai dasar Bahasa Indonesia pada


Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu, perkembangan bahasa Indonesia terus
meningkat. Bahasa Indonesia semakin berkembang dan beradaptasi, tetapi di sisi lain
bahasa daerah pun tetap memiliki peranan dan jabatan yang penting dalam kehidupan
sehari – hari. Bahasa daerah tetap dijaga eksistensinya di balik arus permasalahan
kebahasaan yang terjadi di Indonesia. Menilik pemakaian bahasa Indonesia di kalangan
masyarakat. Terjadi fenomena – fenomena negatif di tengah – tengah masyarakat kita.
Misalnya, banyak orang Indonesia dengan bangga memperlihatkan kemahirannnya
menggunakan bahasa Inggiis walaupun mereka tidak mengusai bahasa Indonesia
dengan baik. Tidak sedikit pula orang malu tidak bisa berbahasa asing. Oleh karena itu,
sebagai bangsa yang besar kita harus mengetahui pentingnya fimgsi dan peran bahasa
Indonesia dalam pembangunan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

[1] I. G. N. K. Putrayasa, “Fungsi dan Peran Bahasa Indonesia dalam Pembangunan


Bangsa,” p. 2, 2017.

[2] S. Eti, “Bahasa Indonesia Keilmuan Dalam Karya Tulis Ilmiah,” Surya Pena
Gemilang, pp. 157–170, 2008.

[3] L. ode Madina, “Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Dalam
Berkomunikasi,” J. Dedication to Papua Community, vol. 2, no. 2, pp. 157–170,
2019, doi: 10.34124/jpkm.v2i2.47.

[4] J. Garing and D. G. Manuputty, “Pemakaian Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar pada Badan Publik di Kota Makassar,” Kongr. Bhs. Indones. Balai Bhs.
Sulawesi Selatan, pp. 1–14, 2018, [Online]. Available:
http://repositori.kemdikbud.go.id/10466/

[5] L. Yustiani and V. Rahayu, “Komunikasi Menggunakan Kalimat Bahasa


Indonesia Dengan Benar,” DIKBASTRA J. Pendidik. Bhs. dan Sastra, vol. 5, no.
2, pp. 1–11, 2022, [Online]. Available:
https://online-journal.unja.ac.id/dikbastra/article/view/20005

[6] K. A. Sukarto, “Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar: Suatu Ancangan
Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa,” Pujangga, vol. 4, no. 2, p. 84, 2019,
doi: 10.47313/pujangga.v4i2.702.

[7] P. Sarah and H. Hindun, “Pemakaian Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
Dalam Penyelesaian Kasus Persidangan Perdata,” J. Pembahsi (Pembelajaran
Bhs. Dan Sastra Indones., vol. 11, no. 2, pp. 89–100, 2022, doi:
10.31851/pembahsi.v11i2.6727.

[8] “Menggunakan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar sesuai dengan Kaidah
Bahasa Indonesia Dra. Hj. Waridah, M.Hum.,” pp. 1–13, [Online]. Available:
http://waridah.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/281/2017/06/
Menggunakan-Bahasa-Indonesia-yang-Baik-dan-Benar-sesuai-dengan-Kaidah-
abstrak-Inggris.pdf

[9] A. Puspitasari, “Tamaddun jurnal bahasa , sastra, dan budaya,” Menum. Bhs.
Indones. Yang Baik Dan Benar Dalam Pendidik. Dan Pengajaran, vol. 16 NO 2,
pp. 81–87, 2017.

[10] I. Lisnawati, A. S. Asriani, and F. Hakim, “Penggunaan Bahasa Indonesia oleh


Mahasiswa dalam Presentasi,” J. Metabasa, vol. 4, no. 1, pp. 20–34, 2022,
[Online]. Available: http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/mbsi/issue/view/84

Anda mungkin juga menyukai