Anda di halaman 1dari 20

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

dan Pembelajaran Kovensional

Oleh
MARGARETHA FRANSISCA
DIANRA ARIEN FATINA
NIS : 2495
NIS

SMA ISLAM AS-SHOFA


JL.T.TAMBUSAI UJUNG
PEKANBARU- RIAU
T.P. 2023 / 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Perbedaan Hasil Belajar Siswa Melalui Model


Pembelajaran Jigsaw dan Pembelajaran
Konvensional

Nama Penulis Margaretha Fransisca, Diandra Arien Fatina

Nama Sekolah dan Alamat SMA Islam As-Shofa, Jl.Tuanku Tambusai

TIM PENGUJI

Penguji I Penguji II

i
KATA PENGANTAR

Allhamdullillah wa syukurillah. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan KTI ini yang berjudul ‘Perbedaan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Jigsaw dan

Model Konvensional’.

Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada ;

1. Bapak Budi Asri Ritonga, S.Sos.I, M.Pd selaku kepala sekolah SMA Islam As-Shofa

2. Bapak M.Hadrawi, S.Ag, M.Sh sebagai pembimbing penulis

Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan KTI ini. Penulis

berharap semoga KTI ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

ii

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
ABSTRAK...............................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................6
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..6

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….7

BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................8
2.1 Model Pembelajaran Jigsaw………………………………………………...8

2.2 Pembelajaran Konvensional…………………………………………………9

BAB III..................................................................................................................11
METODE PENELITIAN.......................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................14
PEMBAHASAN....................................................................................................14
4.1 Metode Pembelajaran Model Kooperatif tipe jigsaw siswa siswi SMA Islam As-
Shofa…………………………………………………………………………..14

4.2 Mata Pelajaran yang cocok dengan Metode Model Jigsaw & yang cocok dengan Metode
Model Konvensional…………………………………………………………..15

4.3 Cara Guru membuat Kreativitas dalam Model Jigsaw…………………….17

BAB V....................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………..19

5.2 Saran………………………………………………………………………19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii
ABSTRAK

Margaretha Fransisca, Diandra Arien Fatina : Perbedaan Hasil Belajar Siswa Melalui

Model Jigsaw dan Model Konvensional.

Salah satu faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa adalah metode pembelajaran.

Model pembelajaran konvensional memberi tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan

model kooperatif. Model pembelajaran konvensional memberikan peran besar terhadap guru

dan siswa cenderung pasif, sedangkan model pembelajaran kooperatif memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif dalam memberikan kontribusi kepada

kelompoknya. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang

menerapkan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggai daripada

model pembelajaran konvensional siswa siswi SMA Islam As-shofa Pekanbaru. Jenis

penelitian ini adalah kuesioner. Subyek individu yang mengisi kuesioner di penelitian ini

adalah siswa siswi SMA Islam As-Shofa Tahun Pelajaran 2023/2024.

Kata kunci: Konvensional, Kooperatif Tipe Jigsaw, Hasil Belajar

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan usaha dasar untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu,

kreatif, berakhlak mulia, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembentukan individu dan

masyarakat yang berkualitas. Dalam konteks pendidikan, model pembelajaran menjadi

salah satu faktor kunci yang mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran dan hasil

belajar siswa. Model pembelajaran Jigsaw dan pembelajaran konvensional adalah dua

pendekatan yang umum digunakan dalam pengajaran di berbagai tingkat pendidikan.

Keduanya memiliki ciri khas dan metode yang berbeda dalam menyajikan materi

pembelajaran kepada siswa.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan oleh suatu

guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau dalam tutorial,

dan juga untuk memnentukan perangkat perangkat pembelajaran termasuk komputer,

buku, laptop, film, kurikulum.

Model pembelajaran Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson pada tahun 1971

sebagai respons terhadap kebutuhan untuk meningkatkan kerjasama antar siswa dalam

pembelajaran. Pendekatan ini mengarah pada pembagian kelas menjadi kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari anggota-anggota yang memiliki peran dan tanggung

jawab tertentu. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari suatu

bagian materi dan kemudian mengajarkan kepada anggota lain dalam kelompok yang
berbeda. Dengan demikian, setiap siswa memiliki kesempatan untuk belajar dan

mengajar, sehingga mempromosikan kolaborasi dan tanggung jawab bersama.

Dalam pembelajaran terjadap siswa pasti terjadi masalah yang menghambat proses

pembelajaran, sehingga dapat memengaruhi hasil belajar siswa, seperti kesehatan,

psikologis, merasa jenuh, minat, ketidakmampuan memotivasi siswa. Masalah yang

sering terjadi pada siswa siswi SMA Islam As-Shofa dalam proses pembelajaran adalab

kelas yang kurang kondusif dikarenakan siswa yang jenuh karena pembelajaran masih

berpusat kepada guru atau guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari karya tulis ilmiah ini adalah:

 Apa benar siswa siswi SMA Islam As-Shofa lebih memilih metode pembelajaran

model kooperatif tipe jigsaw?

 Apa saja mata pelajaran yang cocok dengan metode model jigsaw & yang cocok

dengan metode model konvensional

 Bagaimana cara guru membuat kreativitas dalam model jigsaw?


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang

dirancang untuk meningkatkan kerjasama antar siswa dan mempromosikan pemahaman

yang mendalam tentang materi pelajaran. Model ini dikembangkan oleh Elliot Aronson

pada tahun 1971 sebagai respons terhadap kebutuhan untuk mengatasi konflik antar

kelompok dan meningkatkan pengertian antar individu.

Model ini mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Setiap

siswa memiliki peran yang penting dalam pembelajaran dan merasa bertanggung jawab

terhadap kesuksesan kelompoknya. Mengurangi Persaingan: Dengan membagi tugas dan

tanggung jawab, model ini mengurangi persaingan antar siswa dalam kelas. Sebaliknya,

siswa saling mendukung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang berulang antara siswa, model

Jigsaw mempromosikan pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran. Siswa

belajar tidak hanya dari guru, tetapi juga dari satu sama lain. Model ini membantu dalam

pengembangan kemampuan sosial siswa, seperti kemampuan berkomunikasi, kerja tim,

dan empati. Siswa belajar untuk mendengarkan dan menghargai sudut pandang orang

lain.

Dengan demikian, Model Pembelajaran Jigsaw dapat menjadi alat yang efektif

untuk meningkatkan hasil belajar siswa, mempromosikan kerjasama antar siswa, dan

menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan berpusat pada siswa.


2.2 Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pendekatan pembelajaran yang telah lama

diterapkan dalam sistem pendidikan. Dalam pembelajaran konvensional, peran utama

dalam penyampaian materi dan pengelolaan pembelajaran dimiliki oleh guru. Dalam

pembelajaran konvensional, guru berperan sebagai sumber utama informasi. Mereka

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui ceramah, presentasi, atau

pembacaan langsung dari buku teks.

Siswa berperan sebagai penerima informasi dalam pembelajaran konvensional.

Mereka mendengarkan penjelasan guru dan mencatat informasi yang disampaikan untuk

dipelajari lebih lanjut di rumah atau untuk menghadapi ujian. Fokus utama dalam

pembelajaran konvensional adalah pada pengajaran yang didominasi oleh guru. Guru

memimpin proses pembelajaran, memilih materi, merancang pengalaman belajar, dan

mengevaluasi kemajuan siswa.

Interaksi antara siswa sering kali terbatas dalam pembelajaran konvensional.

Siswa jarang memiliki kesempatan untuk berkolaborasi atau berdiskusi secara mendalam

dengan sesama siswa tentang materi pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran

konvensional sering kali didasarkan pada tes atau ujian yang diujikan pada akhir periode

pembelajaran. Siswa dinilai berdasarkan kemampuan mereka untuk mengingat,

memahami, dan menerapkan informasi yang diberikan oleh guru.

Meskipun pembelajaran konvensional telah menjadi pendekatan yang umum

dalam sistem pendidikan, pendekatan ini juga memiliki kritik. Beberapa kritik terhadap

pembelajaran konvensional mencakup kurangnya interaksi siswa, kurangnya

pengembangan keterampilan sosial dan kritis, serta kurangnya motivasi intrinsik siswa

karena kurangnya keterlibatan aktif dalam pembelajaran.


Meskipun demikian, pembelajaran konvensional masih memiliki peran penting

dalam pendidikan dan sering kali digunakan dalam situasi di mana pembelajaran berbasis

guru diperlukan, seperti pengajaran materi yang kompleks atau pengajaran dalam skala

besar. Selain itu, pembelajaran konvensional dapat diperkuat dengan pendekatan

tambahan yang mendorong interaksi siswa, keterlibatan aktif, dan pengembangan

keterampilan sosial dan kritis.


BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian yang menggunakan metode kualitatif memiliki pendekatan yang

berfokus pada pemahaman mendalam tentang fenomena yang diteliti. Dalam konteks

penelitian ini, metode kualitatif digunakan untuk mengeksplorasi aspek-aspek subjektif,

kompleks, dan kontekstual dari fenomena yang sedang diselidiki. Beberapa karakteristik

penelitian menggunakan metode kualitatif dalam konteks ini mungkin meliputi:

1. Pendekatan Deskriptif

Penelitian akan berfokus pada deskripsi dan interpretasi fenomena yang sedang

diteliti dari perspektif partisipan dalam konteks yang sesungguhnya.

2. Pengumpulan Data

Penelitian akan melibatkan pengumpulan data yang mendalam melalui teknik-

teknik seperti wawancara mendalam, observasi partisipatif, atau analisis dokumen. Dalam

penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan beragam dan dipilih

berdasarkan karakteristik penelitian serta tujuan yang ingin dicapai. Berikut adalah

beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan dalam penelitian kualitatif:

a) Wawancara: Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang melibatkan interaksi

langsung antara peneliti dan responden. Wawancara dapat bersifat terstruktur, semi-

struktur, atau tidak terstruktur, tergantung pada tingkat kebebasan yang diberikan

kepada responden untuk menjawab pertanyaan. Wawancara mendalam biasanya

digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman,

persepsi, dan sudut pandang responden terkait dengan topik penelitian.

b) Observasi: Observasi melibatkan pengamatan langsung terhadap subjek penelitian di

lingkungan mereka alami. Observasi dapat dilakukan dengan atau tanpa partisipasi
peneliti dalam aktivitas yang diamati. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk

mengamati perilaku, interaksi, dan konteks sosial yang mungkin tidak dapat

diungkapkan melalui wawancara atau kuesioner.

c) Analisis Dokumen: Analisis dokumen melibatkan pengumpulan dan analisis

dokumen yang relevan dengan topik penelitian, seperti catatan, laporan, buku, atau

materi media lainnya. Dokumen tersebut dapat memberikan wawasan tentang konteks

historis, kebijakan, atau tren terkait dengan topik penelitian.

3. Analisis Kualitatif

Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara kualitatif untuk mengidentifikasi

pola, tema, dan makna yang muncul dari data. Pendekatan analisis yang digunakan akan

bergantung pada tujuan penelitian dan jenis data yang dikumpulkan.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif melibatkan proses pengorganisasian,

pemahaman, dan interpretasi data untuk mengidentifikasi pola, tema, dan makna yang

muncul. Pendekatan analisis data kualitatif dapat bervariasi, termasuk analisis isi, analisis

naratif, analisis tematik, atau analisis grounded theory, tergantung pada pendekatan

penelitian dan jenis data yang dikumpulkan. Analisis data ini bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang sedang diteliti dan

memperoleh temuan yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini akan memungkinkan untuk

mengeksplorasi aspek-aspek yang kompleks dan kontekstual dari fenomena yang sedang
diteliti, memberikan pemahaman mendalam yang dapat menjadi dasar untuk pemahaman

dan peningkatan lebih lanjut dalam bidang tersebut.


BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Metode Pembelajaran Model Kooperatif tipe jigsaw siswa siswi SMA Islam As-
Shofa
Siswa-siswi SMA Islam As-Shofa lebih memilih metode pembelajaran model

kooperatif tipe Jigsaw memerlukan data yang lebih rinci dan penelitian yang lebih

mendalam untuk memberikan jawaban yang tepat. Namun, saya dapat memberikan

beberapa pertimbangan yang mungkin mempengaruhi preferensi siswa terhadap metode

pembelajaran tertentu.

Pertama, karakteristik siswa dan kebutuhan pembelajaran mereka dapat

memengaruhi preferensi terhadap metode pembelajaran. Metode kooperatif seperti model

Jigsaw menekankan kolaborasi, interaksi sosial, dan tanggung jawab bersama. Siswa

yang cenderung lebih menyukai pembelajaran dalam kelompok, mendapatkan dukungan

dari teman sebaya, dan lebih aktif dalam proses belajar mungkin cenderung lebih

memilih metode ini.

Kedua, pengalaman sebelumnya dengan metode pembelajaran tertentu dapat

memengaruhi preferensi siswa. Jika siswa telah memiliki pengalaman positif dengan

model kooperatif tipe Jigsaw, baik dalam hal pencapaian akademis maupun kepuasan

belajar, mereka mungkin lebih cenderung untuk memilihnya kembali.

Selain itu, pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan

metode pembelajaran juga dapat memengaruhi preferensi siswa. Guru yang mampu

menghadirkan metode pembelajaran secara menarik, mengkaitkan materi dengan

kehidupan sehari-hari, dan memberikan dukungan yang cukup kepada siswa dalam

menjalankan metode pembelajaran tertentu mungkin akan membuat siswa lebih tertarik

dan nyaman dengan metode tersebut.


Faktor budaya dan lingkungan sekolah juga dapat memainkan peran dalam

preferensi siswa terhadap metode pembelajaran. Sekolah dengan budaya yang mendorong

kerjasama, partisipasi aktif siswa, dan penghargaan terhadap perbedaan individual

mungkin lebih cocok dengan metode kooperatif seperti model Jigsaw.

Namun, untuk memastikan kebenaran pernyataan bahwa siswa-siswi SMA Islam

As-Shofa lebih memilih metode pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw, diperlukan

penelitian empiris yang melibatkan pengumpulan data langsung dari siswa, seperti survei

atau wawancara, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan akurat.

4.2 Mata Pelajaran yang cocok dengan Metode Model Jigsaw & yang cocok dengan
Metode Model Konvensional
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran tertentu sangat

tergantung pada karakteristik materi pelajaran, tujuan pembelajaran, dan kebutuhan

siswa. Berikut adalah pemikiran mengenai mata pelajaran yang cocok dengan metode

model Jigsaw dan yang cocok dengan metode model konvensional:

Mata Pelajaran yang Cocok dengan Metode Model Jigsaw:

1. Bahasa Asing: Mata pelajaran seperti bahasa asing sangat cocok dengan metode model

Jigsaw. Dalam pembelajaran bahasa, siswa dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok

kecil yang bertanggung jawab untuk mempelajari dan mengajar bagian-bagian tertentu

dari materi, seperti tata bahasa, kosakata, atau percakapan. Ini memungkinkan siswa

untuk berinteraksi secara aktif dalam menggunakan bahasa target, memperkuat

pemahaman dan keterampilan bahasa mereka.

2. Studi Sosial: Studi sosial mencakup sejarah, geografi, dan ilmu politik, di mana berbagai

sudut pandang dan topik seringkali kompleks. Metode Jigsaw memungkinkan siswa
untuk memperdalam pemahaman mereka tentang topik-topik ini dengan menyelidiki

aspek-aspek tertentu secara mendalam dan berbagi pengetahuan mereka dengan anggota

kelompok lainnya.

3. Ilmu Alam: Mata pelajaran ilmu alam, seperti biologi atau fisika, dapat diintegrasikan

dengan metode model Jigsaw untuk mempromosikan kolaborasi antar siswa dalam

eksperimen, penelitian, atau diskusi tentang konsep-konsep ilmiah yang kompleks.

Mata Pelajaran yang Cocok dengan Metode Model Konvensional:

1. Matematika: Mata pelajaran matematika sering menggunakan pendekatan pembelajaran

yang lebih terstruktur dan formal. Metode konvensional yang melibatkan penyampaian

langsung dari guru dan latihan-latihan terstruktur dapat lebih efektif dalam membantu

siswa memahami konsep matematika yang abstrak dan menerapkannya dalam pemecahan

masalah.

2. Bahasa dan Sastra: Mata pelajaran yang memerlukan pemahaman teks, analisis sastra,

atau penulisan kreatif mungkin lebih cocok dengan metode konvensional. Guru sering

menjadi sumber utama informasi dalam pembelajaran bahasa dan sastra, sementara siswa

fokus pada penerimaan dan pemahaman materi melalui metode tradisional seperti diskusi

kelas dan analisis teks.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial: Mata pelajaran seperti ekonomi atau sosiologi mungkin lebih

cocok dengan pendekatan konvensional yang memberikan penekanan pada penyampaian

teori, konsep, dan prinsip-prinsip dasar yang terkait dengan bidang studi ini.

Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa penggunaan metode pembelajaran tertentu

tidaklah bersifat mutlak dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar siswa

serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sebaiknya guru mempertimbangkan


konteks dan karakteristik spesifik dari mata pelajaran serta kebutuhan siswa dalam

memilih metode pembelajaran yang paling sesuai.

4.3 Cara Guru membuat Kreativitas dalam Model Jigsaw

Membuat kreativitas dalam model Jigsaw merupakan tantangan yang menarik

bagi guru, karena model ini menekankan kolaborasi dan keterlibatan aktif siswa dalam

pembelajaran. Berikut adalah beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru untuk

merangsang kreativitas dalam implementasi model Jigsaw:

a) Pemilihan Materi yang Menarik: Pilihlah materi pembelajaran yang menarik, relevan,

dan bervariasi untuk diperoleh oleh siswa. Materi yang menarik dapat

membangkitkan minat siswa dan memotivasi mereka untuk lebih terlibat dalam

proses pembelajaran.

b) Pengaturan Kelompok yang Beragam: Dalam pembentukan kelompok, pastikan untuk

mencampur siswa dengan latar belakang, kemampuan, dan minat yang berbeda.

Kelompok yang beragam dapat memunculkan sudut pandang yang berbeda-beda

dalam memecahkan masalah dan merangsang kreativitas.

c) Memberikan Keterlibatan yang Aktif: Dorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif

dalam diskusi kelompok dan presentasi mereka. Berikan ruang bagi ide-ide baru dan

pemikiran kreatif untuk muncul, dan dorong siswa untuk berpikir di luar batas-batas

konvensional.

d) Mendorong Pemecahan Masalah Kreatif: Berikan tantangan atau masalah yang

kompleks kepada setiap kelompok untuk diselesaikan bersama. Ajak siswa untuk
mencari solusi yang inovatif dan kreatif, dan berikan ruang bagi eksperimen dan

penemuan.

e) Memberikan Kebebasan dalam Penyajian: Biarkan setiap kelompok memiliki

kebebasan dalam cara mereka menyajikan hasil pembelajaran mereka kepada kelas.

Misalnya, mereka dapat menggunakan drama, poster, cerita bergambar, atau media

digital lainnya untuk mengkomunikasikan pemahaman mereka.

f) Menggunakan Teknologi: Manfaatkan teknologi untuk meningkatkan kreativitas

siswa. Berikan akses kepada siswa untuk menggunakan perangkat lunak atau aplikasi

yang memungkinkan mereka untuk membuat proyek-proyek kreatif, presentasi

multimedia, atau karya seni digital.

g) Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif: Berikan umpan balik yang mendalam

dan konstruktif kepada setiap kelompok tentang kualitas presentasi mereka dan

pemahaman materi. Dorong mereka untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas

karya mereka.

h) Mendorong Refleksi dan Evaluasi: Ajak siswa untuk merefleksikan pengalaman

pembelajaran mereka dan mengevaluasi strategi yang mereka gunakan. Diskusikan

tentang apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki untuk pembelajaran

selanjutnya.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, guru dapat menciptakan lingkungan

pembelajaran yang merangsang kreativitas siswa dalam model Jigsaw, sehingga

memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis,

kolaborasi, dan inovasi yang lebih tinggi.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam model pembelajaran Jigsaw, kolaborasi dan keterlibatan aktif siswa

menjadi fokus utama. Dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dan

memberikan tanggung jawab kepada setiap anggota kelompok untuk mempelajari dan

mengajarkan materi kepada anggota kelompok lainnya, model ini mendorong

pengembangan keterampilan sosial, pemahaman konsep yang mendalam, dan keterlibatan

aktif dalam proses pembelajaran. Guru memiliki peran penting dalam menciptakan

lingkungan yang merangsang kreativitas siswa dan mendukung proses pembelajaran yang

efektif.

5.2 Saran
1. Guru perlu memberikan dukungan yang memadai kepada siswa dalam menerapkan

model Jigsaw dengan memberikan arahan yang jelas, mendukung kolaborasi antar

kelompok, dan memfasilitasi diskusi yang produktif.

2. Penting bagi guru untuk terus melakukan evaluasi terhadap efektivitas model Jigsaw

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan melakukan pemantauan secara berkala,

guru dapat mengidentifikasi area-area yang perlu perbaikan dan membuat

penyesuaian sesuai kebutuhan.

3. Guru perlu mendorong keterlibatan aktif siswa dalam setiap tahap pembelajaran, baik

dalam pembentukan kelompok, penyelidikan materi, maupun presentasi hasil

pembelajaran. Ini akan membantu memastikan bahwa setiap siswa merasa memiliki

tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ramli (2017). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Pada Mata Pelajaran Kimia Di Madrasah Aliyah. Lantanida Journal, 5 (1).

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Asyafah, Abas. (2019). Menimbang Model Pembelajaran (Kajian Teoritis-Kritis atas

Model Pembelajaran dalam Pendidikan Islam). Tarbawy: Indonesian Journal of Islamic

Education. 6 (1).

Bhoke, Wilbaldus (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas V SD Gugus 2 Kecamatan Bajawa Kabupaten Ngada- Flores.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 3 (1).

Depdiknas. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Esminarto, dkk (2016). Implementasi Model STAD Dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa. Jurnal Riset dan Konseptual, 1 (1).

Fauhah, Homroul dan Brillian Rosy (2021). Analisis Model Pembelajaran Make A

Match A Match terhadap Hasil Belajar Siswa.

Anda mungkin juga menyukai