Oleh
MARGARETHA FRANSISCA
DIANRA ARIEN FATINA
NIS : 2495
NIS
TIM PENGUJI
Penguji I Penguji II
i
KATA PENGANTAR
Allhamdullillah wa syukurillah. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan KTI ini yang berjudul ‘Perbedaan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Jigsaw dan
Model Konvensional’.
1. Bapak Budi Asri Ritonga, S.Sos.I, M.Pd selaku kepala sekolah SMA Islam As-Shofa
Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan KTI ini. Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
ABSTRAK...............................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................6
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..6
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................8
2.1 Model Pembelajaran Jigsaw………………………………………………...8
BAB III..................................................................................................................11
METODE PENELITIAN.......................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................14
PEMBAHASAN....................................................................................................14
4.1 Metode Pembelajaran Model Kooperatif tipe jigsaw siswa siswi SMA Islam As-
Shofa…………………………………………………………………………..14
4.2 Mata Pelajaran yang cocok dengan Metode Model Jigsaw & yang cocok dengan Metode
Model Konvensional…………………………………………………………..15
BAB V....................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………..19
5.2 Saran………………………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
iii
ABSTRAK
Margaretha Fransisca, Diandra Arien Fatina : Perbedaan Hasil Belajar Siswa Melalui
Salah satu faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa adalah metode pembelajaran.
Model pembelajaran konvensional memberi tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan
model kooperatif. Model pembelajaran konvensional memberikan peran besar terhadap guru
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif dalam memberikan kontribusi kepada
kelompoknya. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang
menerapkan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggai daripada
model pembelajaran konvensional siswa siswi SMA Islam As-shofa Pekanbaru. Jenis
penelitian ini adalah kuesioner. Subyek individu yang mengisi kuesioner di penelitian ini
iv
BAB I
PENDAHULUAN
agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu,
kreatif, berakhlak mulia, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
salah satu faktor kunci yang mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa. Model pembelajaran Jigsaw dan pembelajaran konvensional adalah dua
Keduanya memiliki ciri khas dan metode yang berbeda dalam menyajikan materi
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan oleh suatu
guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau dalam tutorial,
Model pembelajaran Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson pada tahun 1971
sebagai respons terhadap kebutuhan untuk meningkatkan kerjasama antar siswa dalam
kelompok kecil yang terdiri dari anggota-anggota yang memiliki peran dan tanggung
jawab tertentu. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari suatu
bagian materi dan kemudian mengajarkan kepada anggota lain dalam kelompok yang
berbeda. Dengan demikian, setiap siswa memiliki kesempatan untuk belajar dan
Dalam pembelajaran terjadap siswa pasti terjadi masalah yang menghambat proses
sering terjadi pada siswa siswi SMA Islam As-Shofa dalam proses pembelajaran adalab
kelas yang kurang kondusif dikarenakan siswa yang jenuh karena pembelajaran masih
berpusat kepada guru atau guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional.
Apa benar siswa siswi SMA Islam As-Shofa lebih memilih metode pembelajaran
Apa saja mata pelajaran yang cocok dengan metode model jigsaw & yang cocok
yang mendalam tentang materi pelajaran. Model ini dikembangkan oleh Elliot Aronson
pada tahun 1971 sebagai respons terhadap kebutuhan untuk mengatasi konflik antar
Model ini mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Setiap
siswa memiliki peran yang penting dalam pembelajaran dan merasa bertanggung jawab
tanggung jawab, model ini mengurangi persaingan antar siswa dalam kelas. Sebaliknya,
siswa saling mendukung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang berulang antara siswa, model
belajar tidak hanya dari guru, tetapi juga dari satu sama lain. Model ini membantu dalam
dan empati. Siswa belajar untuk mendengarkan dan menghargai sudut pandang orang
lain.
Dengan demikian, Model Pembelajaran Jigsaw dapat menjadi alat yang efektif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa, mempromosikan kerjasama antar siswa, dan
dalam penyampaian materi dan pengelolaan pembelajaran dimiliki oleh guru. Dalam
Mereka mendengarkan penjelasan guru dan mencatat informasi yang disampaikan untuk
dipelajari lebih lanjut di rumah atau untuk menghadapi ujian. Fokus utama dalam
pembelajaran konvensional adalah pada pengajaran yang didominasi oleh guru. Guru
Siswa jarang memiliki kesempatan untuk berkolaborasi atau berdiskusi secara mendalam
konvensional sering kali didasarkan pada tes atau ujian yang diujikan pada akhir periode
dalam sistem pendidikan, pendekatan ini juga memiliki kritik. Beberapa kritik terhadap
pengembangan keterampilan sosial dan kritis, serta kurangnya motivasi intrinsik siswa
dalam pendidikan dan sering kali digunakan dalam situasi di mana pembelajaran berbasis
guru diperlukan, seperti pengajaran materi yang kompleks atau pengajaran dalam skala
berfokus pada pemahaman mendalam tentang fenomena yang diteliti. Dalam konteks
kompleks, dan kontekstual dari fenomena yang sedang diselidiki. Beberapa karakteristik
1. Pendekatan Deskriptif
Penelitian akan berfokus pada deskripsi dan interpretasi fenomena yang sedang
2. Pengumpulan Data
teknik seperti wawancara mendalam, observasi partisipatif, atau analisis dokumen. Dalam
penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan beragam dan dipilih
berdasarkan karakteristik penelitian serta tujuan yang ingin dicapai. Berikut adalah
beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan dalam penelitian kualitatif:
langsung antara peneliti dan responden. Wawancara dapat bersifat terstruktur, semi-
struktur, atau tidak terstruktur, tergantung pada tingkat kebebasan yang diberikan
lingkungan mereka alami. Observasi dapat dilakukan dengan atau tanpa partisipasi
peneliti dalam aktivitas yang diamati. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk
mengamati perilaku, interaksi, dan konteks sosial yang mungkin tidak dapat
dokumen yang relevan dengan topik penelitian, seperti catatan, laporan, buku, atau
materi media lainnya. Dokumen tersebut dapat memberikan wawasan tentang konteks
3. Analisis Kualitatif
pola, tema, dan makna yang muncul dari data. Pendekatan analisis yang digunakan akan
4. Analisis Data
pemahaman, dan interpretasi data untuk mengidentifikasi pola, tema, dan makna yang
muncul. Pendekatan analisis data kualitatif dapat bervariasi, termasuk analisis isi, analisis
naratif, analisis tematik, atau analisis grounded theory, tergantung pada pendekatan
penelitian dan jenis data yang dikumpulkan. Analisis data ini bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang sedang diteliti dan
mengeksplorasi aspek-aspek yang kompleks dan kontekstual dari fenomena yang sedang
diteliti, memberikan pemahaman mendalam yang dapat menjadi dasar untuk pemahaman
kooperatif tipe Jigsaw memerlukan data yang lebih rinci dan penelitian yang lebih
mendalam untuk memberikan jawaban yang tepat. Namun, saya dapat memberikan
pembelajaran tertentu.
Jigsaw menekankan kolaborasi, interaksi sosial, dan tanggung jawab bersama. Siswa
dari teman sebaya, dan lebih aktif dalam proses belajar mungkin cenderung lebih
memengaruhi preferensi siswa. Jika siswa telah memiliki pengalaman positif dengan
model kooperatif tipe Jigsaw, baik dalam hal pencapaian akademis maupun kepuasan
metode pembelajaran juga dapat memengaruhi preferensi siswa. Guru yang mampu
kehidupan sehari-hari, dan memberikan dukungan yang cukup kepada siswa dalam
menjalankan metode pembelajaran tertentu mungkin akan membuat siswa lebih tertarik
preferensi siswa terhadap metode pembelajaran. Sekolah dengan budaya yang mendorong
As-Shofa lebih memilih metode pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw, diperlukan
penelitian empiris yang melibatkan pengumpulan data langsung dari siswa, seperti survei
atau wawancara, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan akurat.
4.2 Mata Pelajaran yang cocok dengan Metode Model Jigsaw & yang cocok dengan
Metode Model Konvensional
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran tertentu sangat
siswa. Berikut adalah pemikiran mengenai mata pelajaran yang cocok dengan metode
1. Bahasa Asing: Mata pelajaran seperti bahasa asing sangat cocok dengan metode model
kecil yang bertanggung jawab untuk mempelajari dan mengajar bagian-bagian tertentu
dari materi, seperti tata bahasa, kosakata, atau percakapan. Ini memungkinkan siswa
2. Studi Sosial: Studi sosial mencakup sejarah, geografi, dan ilmu politik, di mana berbagai
sudut pandang dan topik seringkali kompleks. Metode Jigsaw memungkinkan siswa
untuk memperdalam pemahaman mereka tentang topik-topik ini dengan menyelidiki
aspek-aspek tertentu secara mendalam dan berbagi pengetahuan mereka dengan anggota
kelompok lainnya.
3. Ilmu Alam: Mata pelajaran ilmu alam, seperti biologi atau fisika, dapat diintegrasikan
dengan metode model Jigsaw untuk mempromosikan kolaborasi antar siswa dalam
yang lebih terstruktur dan formal. Metode konvensional yang melibatkan penyampaian
langsung dari guru dan latihan-latihan terstruktur dapat lebih efektif dalam membantu
siswa memahami konsep matematika yang abstrak dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah.
2. Bahasa dan Sastra: Mata pelajaran yang memerlukan pemahaman teks, analisis sastra,
atau penulisan kreatif mungkin lebih cocok dengan metode konvensional. Guru sering
menjadi sumber utama informasi dalam pembelajaran bahasa dan sastra, sementara siswa
fokus pada penerimaan dan pemahaman materi melalui metode tradisional seperti diskusi
3. Ilmu Pengetahuan Sosial: Mata pelajaran seperti ekonomi atau sosiologi mungkin lebih
teori, konsep, dan prinsip-prinsip dasar yang terkait dengan bidang studi ini.
Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa penggunaan metode pembelajaran tertentu
tidaklah bersifat mutlak dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar siswa
bagi guru, karena model ini menekankan kolaborasi dan keterlibatan aktif siswa dalam
pembelajaran. Berikut adalah beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru untuk
a) Pemilihan Materi yang Menarik: Pilihlah materi pembelajaran yang menarik, relevan,
dan bervariasi untuk diperoleh oleh siswa. Materi yang menarik dapat
membangkitkan minat siswa dan memotivasi mereka untuk lebih terlibat dalam
proses pembelajaran.
mencampur siswa dengan latar belakang, kemampuan, dan minat yang berbeda.
c) Memberikan Keterlibatan yang Aktif: Dorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif
dalam diskusi kelompok dan presentasi mereka. Berikan ruang bagi ide-ide baru dan
pemikiran kreatif untuk muncul, dan dorong siswa untuk berpikir di luar batas-batas
konvensional.
kompleks kepada setiap kelompok untuk diselesaikan bersama. Ajak siswa untuk
mencari solusi yang inovatif dan kreatif, dan berikan ruang bagi eksperimen dan
penemuan.
kebebasan dalam cara mereka menyajikan hasil pembelajaran mereka kepada kelas.
Misalnya, mereka dapat menggunakan drama, poster, cerita bergambar, atau media
siswa. Berikan akses kepada siswa untuk menggunakan perangkat lunak atau aplikasi
g) Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif: Berikan umpan balik yang mendalam
dan konstruktif kepada setiap kelompok tentang kualitas presentasi mereka dan
pemahaman materi. Dorong mereka untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas
karya mereka.
tentang apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki untuk pembelajaran
selanjutnya.
menjadi fokus utama. Dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dan
memberikan tanggung jawab kepada setiap anggota kelompok untuk mempelajari dan
aktif dalam proses pembelajaran. Guru memiliki peran penting dalam menciptakan
lingkungan yang merangsang kreativitas siswa dan mendukung proses pembelajaran yang
efektif.
5.2 Saran
1. Guru perlu memberikan dukungan yang memadai kepada siswa dalam menerapkan
model Jigsaw dengan memberikan arahan yang jelas, mendukung kolaborasi antar
2. Penting bagi guru untuk terus melakukan evaluasi terhadap efektivitas model Jigsaw
3. Guru perlu mendorong keterlibatan aktif siswa dalam setiap tahap pembelajaran, baik
pembelajaran. Ini akan membantu memastikan bahwa setiap siswa merasa memiliki
Jigsaw Pada Mata Pelajaran Kimia Di Madrasah Aliyah. Lantanida Journal, 5 (1).
Cipta.
Education. 6 (1).
Teams Achievement Division (STAD) Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Utama.
Fauhah, Homroul dan Brillian Rosy (2021). Analisis Model Pembelajaran Make A