Anda di halaman 1dari 43

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE PEMBELAJARAN

PROBLEM SOLVING SISWA KELAS VI DI SD NEGERI PASANGGRAHAN


KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh :

AGUS SALIM, S.Pd


PPG DALAM JABATAN ANGKATAN III
PROGRAM STUDI GURU KELAS SD
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2020

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS


MELALUI METODE PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING SISWA KELAS VI
DI SD NEGERI PASANGGRAHAN
KABUPATEN TASIKMALAYA

2. Peneliti :
a. Nama Lengkap : AGUS SALIM
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. Mata pelajaran : IPS
d. Sekolah : SDN Pasanggrahan
e. Alamat : Desa Mekarjaya, Kecamatan Sukaraja,
: Kabupaten Tasikmalaya
f. Lama Penelitian : Satu Bulan (Oktober s.d. November 2020)
Kepala Sekolah, Peneliti,

YUCE, S.Pd.SD DIAN CAHYANI, S.Pd


NIP. 19651230 198610 1 004
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.


Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul " Peningkatan Hasil
Belajar IPS Melalui Metode Pembelajaran Problem Solving Siswa Kelas VI DI SD Negeri
Pasanggrahan Kabupaten Tasikmalaya”

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Peneliti menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran perbaikan dari pihak manapun sangat peneliti harapkan.
Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan
membutuhkan referensi dalam pembuatan laporan yang sejenis.

Tasikmalaya, November 2020

Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional yang terus menerus


dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, misalnya pengembangan kurikulum nasional
dan lokal, peningkatan kompetensi guru, pengadaan media pembelajaran seperti buku dan
alat pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.

Untuk itu penulis merasakan pengembangan pembelajaran perlu ditingkatkan baik


dari segi perencanaan, penggunaan model, alat peraga maupun kemampuan guru dalam
mengembangkan kurikulum serta kemampuan sikap percaya diri dan penguasaan konsep
pembelajaran.

Secara umum di Kelas VI SDN Pasanggrahan Tasikmalaya dalam proses


pembelajaran guru masih mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi, dan
belum menggunakan model pembelajaran Problem solving. Semua itu terkendala pada
metode pengajaran yang digunakan guru, maka kondisi tersebut tidak akan meningkatkan
kemampuan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa secara optimal. Masalah yang dihadapi
dalam pembelajaran adalah keterkaitan dengan guru yang berperan sangat dominan dalam
kegiatan pembelajaran (Teacher Center) sehingga siswa tidak diberikan kesempatan untuk
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya memberikan pembelajaran dan
penyampaian materi dengan metode ceramah saja tanpa memperhatikan tingkah laku dalam
proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan oleh guru masih
terpaku pada metode ceramah. Guru masih bersikap malas untuk kreatif dalam pembelajaran
dengan metode lain yang menunjang proses belajar mengajar. Hal tersebut menyebabkan
rendahnya sikap percaya diri dan hasil belajar siswa, sehingga anak tidak mempunyai sikap
percaya diri.

Selain itu aktivitas siswa tidak optimal. Hal ini terlihat siswa kurang perhatian
dalam kegiatan pembelajaran, siswa memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, siswa
memiliki keyakinan lemah pada kemampuan dirinya, siswa memiliki pengetahuan yang
kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya, siswa cenderung malu dan takut salah
dalam mengutarakan pendapatnya dalam proses pembelajaran, siswa kurang diberi
kesempatan untuk berpartisipasi aktip dan saling berinteraksi langsung antar teman dalam
proses pembelajaran dikelas. Akibatnya hasil pembelajaran siswa pun menjadi rendah, siswa
tidak bisa menerapkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan harus mampu
melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan tidak menjadi beban pembangunan
masyarakat, yaitu sumber daya manusia yang menjadi sumber kekuatan bagi seluruh proses
pembangunan dan kehidupan masyarakat. Sekolah meberikan peran yang sangat penting
sebagai dasar pembentukan sumber daya manusia bermutu sehingga anak belajar untuk
mengetahui dan membangun keahlian serta membangun karakteristik mereka sebagai bekal
menuju kedewasaan.

Pemilihan model pembelajaran yang ditetapkan dalam pembelajaran tematik


terpadu pada kurikulum 2013 antara lain : project based learning, problem based learning,
problem solving dan discovery learning dapat mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa
bahwa muatan pelajaran tematik tidak selalu membosankan. Dilihat dari hasil ulangan
harian, sebagian besar nilai pelajaran IPS Kelas VI SDN Pasanggrahan Kecamatan Sukaraja
Tasikmalaya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.

Penyesuaian pendidikan dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi


memerlukan tenaga pendidik yang dinamis dan kreatif, serta dengan menggunakan
model pembelajaran yang dapat memacu peningkatan sikap percaya diri dan hasil
belajar siswa dengan kehidupan sehari-hari, dan guru mampu mempergunakan model
pembelajaran setiap proses pembelajaran dengan siswa, jangan sampai siswa merasakan
jenuh dan bosan dengan menggunakan model yang sama setiap pembelajaran tanpa
memperhatikan sikap dan hasil belajar siswa dengan subtema yang di ajarkan. Berdasarkan
pengamatan yang peneliti lakukan di SDN Pasanggrahan pada kegiatan pembelajaran belum
menggunakan model pembelajaran yang menarik, sehingga masih banyak siswa yang
bercakap- cakap dengan teman sebangkunya, yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran.
Hanya sebagian siswa yang memperhatikan yaitu siswa yang duduk di depan. Sedangkan
siswa yang duduk di belakang lebih banyak bermain dengan teman sebangkunya, bahkan ada
yang mengganggu teman yang lain.

Saat ditanya mengenai materi yang baru disampaikan, sebagian dari mereka tidak
dapat menjawab, jika guru memberi kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan tentang
materi pelajaran, tidak ada yang bertanya bahkan kelas menjadi hening. Hal tersebut
membuktikan bahwa aktifitas belajar mereka masih sangat rendah. Mengamati
permasalahan tersebut, peneliti akan menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar
hasil belajar siswa meningkat menjadi lebih baik. Model pembelajaran yang tepat,
pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, inovatif, dan menyenangkan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis merasa perlu diadakan penelitian


tindakan kelas, untuk meningkatkan hasil belajar pada pelajaran IPS yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan minimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada pelajaran IPS kelas VI SDN Pasanggrahan Tahun Pelajaran
2020/2021 adalah dengan memilih menggunakan model problem solving dalam proses
pembelajaran guru untuk memingkatkan hasil belajar siswa. Diharapkan dengan adanya
model pembelajaran yang tepat, pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif,
inovatif, dan menyenangkan. Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan
mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Harapan
siswa dapat memperoleh pengetahuan yang optimal melalui penemuan mereka sendiri.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan dilakukan perbaikan proses dan hasil
pembelajaran maka penulis memilih model problrm solving memiliki kelebihan : Metode
pembelajaran yang mengaktifkan dan melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah dan
dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu. dengan menggunakan
model problem solving diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran IPS. Melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Problem Solving Kelas VI di SDN
Pasanggrahan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diidentifikasikan masalah pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa Kelas VI di SDN Pasanggrahan rendah.
2. Penggunaan model dan media pembelajaran yang kurang bervariasi.
3. Belum pernah menerapkan model pembelajaran project based learning dalam proses
pembelajaran di kelas.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : Belum adanya penggunaan model pembelajaran yang menarik pada siswa Kelas VI
di SDN Pasanggrahan Kabupaten Tasikmalaya. Dengan demikian permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving dapat
meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa Kelas VI di SDN Pasanggrahan Kabupaten
Tasikmalaya?
2. Bagaimana penerapan moetode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar IPS
siswa Kelas VI di SDN Pasanggrahan Kabupaten Tasikmalaya?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui model pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas belajar IPS
siswa Kelas VI di SDN Pasanggrahan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya.
2. Untuk mengetahui model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan
hasil belajar IPS siswa Kelas VI di SDN Pasanggrahan Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Tasikmalaya.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
mengharapkan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan gambaran yang jelas tentang penggunaan model Pembelajaran
project based learning sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa di kelas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Peningkatan hasil belajar IPS siswa.
2. Termotivasi sehingga bersemangat dan senang dalam mengikuti proses
belajar.
3. Memupuk pribadi yang aktif dan kreatif.
b. Bagi Guru
1. Sebagai referensi bagi peneliti untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
khususnya Kelas VI SDN Pasanggrahan.
2. Model pembelajaran problem solving akan mempermudah guru dalam
mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa baik kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran IPS di SDN Pasanggrahan Kecamatan sukaraja Kabupaten
Tasikmalaya.
d. Bagi Peneliti
1. Menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas.
2. Peningkatan pengetahuan dan penguasaan menggunakan model
pembelajaran problem solving pada pembelajaran tematik.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Tentang Penelitian Tindakan Kelas


a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas disingkat PTK atau Classroom Action Research
adalah bentuk penelitian yang terjadi di dalam kelas berupa tindakan tertentu yang
dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar
yang lebih baik dari sebelumnya.
Penelitian tindakan kelas dapat dipakai sebagai implementasi berbagai
program yang ada di sekolah, dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses
dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa atau keberhasilan proses dan hasil
implementasi berbagai program sekolah.
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah perilaku mengajar
guru, perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran,
dan atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas yang diajar oleh
guru tersebut sehingga terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam menangani
proses pembelajaran.
Berikut definisi dan pengertian penelitian tindakan kelas dari beberapa sumber
buku:
 Menurut Arikunto, dkk (2006), penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. 
 Menurut Supardi (2006), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mampu
menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat
kondisi siswa. 
 Menurut Aqib (2011), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.
 Menurut O’Brien (Mulyatiningsih, 2011), penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi
permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk
mengatasinya.
 Menurut Kemmis dan Taggart (Padmono, 2010), penelitian tindakan kelas adalah
suatu penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan
praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktek itu dan
terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktek tersebut.

b. Karakteristik dan Prinsip Penelitian Tindakan Kelas 


Karakteristik utama penelitian tindakan kelas adalah adanya partisipasi dan
kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan kelas
harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara
positif. Apabila dengan tindakan justru membawa kelemahan, penurunan atau
perubahan negatif, berarti hal tersebut menyalahi karakter penelitian tindakan kelas.
Adapun karakteristik yang menunjukkan ciri dari penelitian tindakan kelas adalah
sebagai berikut:

1. Inkuiri reflektif. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan


pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi, kegiatan
penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practise driven) dan pengambilan
tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven). 
2. Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan
sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan siswa.
Penelitian tindak kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk
mewujudkan perbaikan yang diinginkan.
3. Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas khusus, yaitu sikap reflektif
yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering
mengutamakan pendekatan empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih
menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.
Penelitian tindakan kelas dapat berjalan dengan baik apabila dalam
perencanaan dan pelaksanaannya menerapkan enam prinsip, yaitu sebagai berikut
(Hopkins,1993):

1. Tugas pertama dan utama guru di sekolah adalah mengajar siswa sehingga apapun
metode penelitian tindakan kelas yang akan diterapkan tidak akan mengganggu
komitmen sebagai pengajar. 
2. Metode pengumpulan data yang di gunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan
dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. 
3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya dan
memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang di
kemukakannya. 
4. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang
merisaukannya. Bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, guru sendiri
memiliki komitmen yang diperlukan sebagai motivator intrinsik bagi guru untuk
bertahan dalam pelaksanaan kegiatan yang jelas-jelas menuntut lebih dari yang
sebelumnya diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pengajarnya. 
5. Dalam menyelenggarakan penelitian tindakan kelas, guru harus selalu bersikap
konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak,
penelitian tindakan kelas juga hadir dalam suatu konteks organisasional sehingga
penyelenggaraannya harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. 
6. Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas sejauh mungkin digunakan classroom excedding
perspektive, artinya permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas
atau mata pelajaran tertentu,melainkan dalam perspektif yang lebih luas ini akan
berlebih-lebih lagi terasa urgensinya apabila dalam suatu penelitian tindakan kelas
terlibat dari seorang pelaku.

c. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas 


Menurut Hopkins (1993), penelitian tindakan kelas diawali dengan
perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan
mengevaluasi proses dan hasil tindakan (Observation and evaluation). Sedangkan
prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan
tercapai (kriteria keberhasilan). Gambar dan penjelasan langkah-langkah penelitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

1. Perencanaan (Planning), yaitu persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan


Penellitian Tindakan Kelas, seperti: menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dan pembuatan media pembelajaran. 
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan,
skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan serta prosedur tindakan
yang akan diterapkan. 
3. Observasi (Observe), Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan semua
rencana yang telah dibuat dengan baik, tidak ada penyimpangan-penyimpangan
yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Kegiatan observasi dapat dilakukan dengan cara memberikan lembar
observasi atau dengan cara lain yang sesuai dengan data yang dibutuhkan. 
4. Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau
hasil yang diperoleh atas yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang
telah dirancang. Berdasarkan langkah ini akan diketahui perubahan yang terjadi.
Bagaimana dan sejauh mana tindakan yang ditetapkan mampu mencapai perubahan
atau mengatasi masalah secara signifikan. Bertolak dari refleksi ini pula suatu
perbaikan tindakan dalam bentuk replanning dapat dilakukan.
2. Kajian Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
a. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari
konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi,
dan ekonomi. Puskur (Kasim, 2008:4). Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan
disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan
wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah, sedangkan
sejarah memberikan kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari
berbagai priode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan
nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik,
ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya
terpilih. Ilmu ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-
aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu
tentang prilaku seperti konsep peran kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol
sosial.
Kosasi Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan ilmu
pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu
lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktif untuk
dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa "Secara
mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala
tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan
usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan
kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan
dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan
kehidupan masyarakat manusia.
Sedangkan menurut Leonard (Kasim, 2008:4) mengemukakan bahwa IPS
menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam
lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau
rukun warga, desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten, profinsi, Negara dan dunia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin ilmu sosial
ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial.

b. Tujuan IPS
Mata pelajaran IPS disekolah dasar marupakan program pengajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial
yang terjadi dimasyarakat, memilki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari
baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut
dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara
baik.
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum bahwa
tujuan IPS adalah :
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memilki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.
Sedangkan tujuan khusus pengajaran IPS disekolah dapat dikelompokkan
menjadi empat komponen yaitu:
a. Memberikan kepada Siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam
kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan
mengolah informasi.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai / sikap demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian / berperan serta
dalam bermasyarakat.
c. Ruang Lingkup IPS
Pada ruang lingkup mata pelajaran IPS SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Manusia, tempat dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.
c. Sistem Sosial dan Budaya.
d. Perilku Ekonomi dan Kesehjahteraan.

3. Kajian Tentang Metode Pembelajaran.


a. Pengertian Metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret berupa
langkah-langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Iskandarwassid dan Sunendar
(2011, hlm. 56) yang mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja yang
sistematis untuk memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang diinginkan atau ditentukan.
Sementara itu, Sutikno (2014, hlm. 33) berpendapat bahwa pengertian “metode”
secara harfiah berarti “cara”, metode adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja sistematis
yang memudahkan pelaksanaan pembelajaran berupa implementasi spesifik langkah-
langkah konkret agar terjadi proses pembelajaran yang efektif mencapai suatu tujuan
tertentu seperti perubahan positif pada peserta didik.

b. Pengertian Metode Problem Solving


Model pembelajaran problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan
dengan cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri
atau secara bersama – sama (Alipandie, 1984:105). Menurut N.Sudirman (1987:146)
model pembelajaran problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam
usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Sedangkan menurut Purwanto (1999:17) Problem solving adalah suatu proses
dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru,
agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan.Selain itu Zoler
(Sutaji, 2002:17) menyatakan bahwa pengajaran dimulai dengan pertanyaan – pertanyaan
yang mengarahkan kepada konsep, prinsip, dan hukum, kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan memecahkan masalah disebut sebagai pengajaran yang menerapkan model
pemecahan masalah.
Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving
adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan
pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Menurut Syaiful Bahri Djamara
(2006 : 103) bahwa, Model pembelajaran problem solving (metode pemecahan masalah)
bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir,
sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari
data sampai kepada menarik kesimpulan.
Hidayati (2008), berpendapat bahwa model pembelajaran Problem Solving
(metode pemecahan masalah) didasarkan pada kesadaran terhadap kenyataan, bahwa
mengajar bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan ilmu pengetahuan kepada
siswa. Tetapi, mengajar adalah untuk meneliti dengan seksama, mencari, menyelidiki,
memikirkan, menganalisis, dan sampai menemukan.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214) menyatakan pada metode
pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber
dari peristiwa – peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Model
Pembelajaran Problem Solving merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama.sama. Orientasi
pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah. (Hamdani, 2011:84).
Crow dan Crow (Hamdani, 2011:84) menyatakan model pembelajaran
pemecahan masalah / Problem Solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan
mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam
rangka pencapaian tujuan pengajaran.
Metode Problem Solving menurut Suprijono (2012:46) ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Sedangkan, Arends (Suprijono, 2012:46) menyatakan model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas.
Dengan demikian model pembelajaran problem solving adalah metode
pembelajaran yang mengaktifkan dan melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah
dan dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu.

c. Tahapan Problem Solving


Menurut Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap strategi
operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut:
1. I can (Saya mampu/ bisa): tahap membangkitkan motivasi dan
membangun/menumbuhkan keyakinan diri siswa.
2. Define (Mendefinisikan): membuat daftar hal yang diketahui dan tidak diketahui,
menggunakan gambar grafis untuk memperjelas permasalahan.
3. Explore (Mengeksplorasi) : merangsang siswa untuk mengajukan
pertanyaanpertanyaan dan membimbing untuk menganalisis dimensi-dimensi
permasalahan yang dihadapi.
4. Plan (Merencanakan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk menganalisis
masalah dan menggunakan flochart untuk mengambarkan permasalahan yang
dihadapi.
5. Do it (Mengerjakan): membimbing siswa secara sistematis untuk memperkiraan
jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah.
6. Check (Mengoreksi kembali): membimbing siswa untuk mengecek kembali jawaban
yang dibuat, mungkin ada beberapa kesalahan yang dilakukan.
7. Generalize (Generalisasi): membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Langkah-langkah / Sintak Model Pembelajaran Problem Solving ( Dewey dalam
W.Gulo, 2002:115)
Sintak model pembelajaran problem solving terdiri dari 6 tahap, yaitu sebagai
berikut.
1. Merumuskan masalah
Kemampuan yang diperlukan adalah : mengetahui dan merumuskan masalah secara
jelas.
2. Menelaah masalah
Kemampuan yang diperlukan adalah : menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3. Merumuskan hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah : berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,
sebab akibat dan alternatif penyelesaian.
4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan mencari dan menyusun data.
Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar atau tabel.
5. Pembuktian hipotesis
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, serta keterampilan mengambil
keputusan dan kesimpulan.
6. Menentukan Pilihan Penyelesaian.
Kemampuan yang diperlukan adalah : kecakapan membuat alternatif penyelesaian,
kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada
setiap pilihan.
Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat dilakukan
melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut (W.Gulo
2002 : 117):
1. Mendifinisikan Masalah
2. Mendiagnosis masalah
3. Merumuskan Altenatif Strategi
4. Menentukan dan menerapkan Strategi
5. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi
d. Tujuan dan Manfaat Problem solving
Tujuan model pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.
1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian
menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
3. Potensi intelektual siswa meningkat.
4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan
penemuan.
Manfaat dari penggunaan model pembelajaran problem solving pada proses
belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Menurut
Djahiri (1983:133) model pembelajaran problem solving memberikan beberapa manfaat
antara lain :
1. Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta
dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa
kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah.
3. Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi
atau keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai
macam ragam altenatif.
4. Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir
objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok.

e. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving


Kelebihan model pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut:
1. Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.
2. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
3. Berpikir dan bertindak kreatif.
4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
5. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
6. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
7. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan tepat.
8. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,khususnya dunia
kerja
9. Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.
10. Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
11. Mendidik siswa percaya diri sendiri.
Kelemahan model pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.
1. Memerlukan cukup banyak waktu.
2. Melibatkan lebih banyak orang.
3. Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.
4. Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.
5. Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.

4. Kajian Belajar dan Pembelajaran


a. Pengertian Belajar
Dalam konteks pendidikan, hampir semua aktivitas yang dilakukan
adalah aktivitas belajar. Sumadi Suryabrata (2003:5) menjelaskan pengertian belajar
dengan menidentifikasikan ciri-ciri yang disebut belajar, yaitu belajar adalah aktivitas
yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baika aktual maupun
potensial, perubahan itu pada pokoknyaadalah diperolehnya kemampuan baru, yang
berlaku dala waktu relatif lama, perubahan itu terjadi karena usaha. Belajar
merupakan komponen dari ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan tujuan
menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Sudirman (2004:380)
menyatakan belajar adalah mencari makna, makna diciptakanoleh peserta didik dari
apa yang mereka lihat, mereka dengar dan dari yang dirasakan dan alami, jadi
belajar sangat dipengaruhi oleh pengalaman objek dengan dunia fisik dan
lingkungannya. Slameto (2003:2) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Menurut Slameto (2004:5) jenis-jenis belajar sebagai berikut :
a. Belajar Bagian, dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar
yang bersifat luas. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran
menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri.
b. Belajar Dengan Wawasan, belajar seperti ini mereorganisasi pola-pola tingkah
laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya
dengan penyelesaian suatu persoalan.
c. Belajar Diskriminatif, suatu usaha untuk memilih beberapa sifat dan
kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
b. Teori Belajar
Teori Belajar dapat digolongkan kedalam aliran yang dianggap besar dan
sangat dominan dalam memenuhi praktek pembelajaran yaitu, behavioristik,
kognitifistik,humanistik,konstruktivistik, dancybernetic.
a. Teori Behavioristik
Belajar menurut pandangan Teori Behavioristik pada hakikatnya
adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan
kecendrungan untuk bertindak atau bubungan antara stimulus dan respon. Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
menekankan pada terbentuknya perilaku yang nampak sebagai hasil belajar.
b. Teori Kognitifistik
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada proses belajar yang
dilakukan individu. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi dan aspek kejiwaan lainnya.
c. Teori Humanistik
Teori Belajar Humanistik memandang bahwa proses belajar harus
berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Menurut teori Humanistik,
tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Teori belajar
Humanistik cenderung bersifat eklektif dalam arti memanfaatkan teknik
belajar apapun, asal tujuan belajar siswa tercapai. Dalam prakteknya prosesa
belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungan dan dirinya
sendiri.
d. Teori Konstruktivistik
Teori Konstruktivistik memahami belajar sebagai proses
pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh siswa itu sendiri. Pengetahuan ada
didalam diri siswa yang sedang mengetahui. Menurut aliran konstruktivistik.
pengetahuan dipahami sebagai suatu pembentukan terus menerus oleh seorang
yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman pemahaman
baru.
e. Teori Cybernetiame
Teori Cybernetisme memandang otak manusia aktif memproses
informasi seperti halnya teknologi informasi atau komputer, namun manusia aktif
mencari bukan hanya pasif menerima. Peserta didik menangkap rangsangan
melalui panca inderanya, baik dalam bentuk objek benda, data maupun peristiwa
kemudian memperhatikan atau mengabaikan, memilih sebagian atau menerima
seluruhnya, dan membuat reaksi dengan membuat respons-respons. Fungsi
pengajar adalah menarik perhatian peserta didik agar pikiran, fisik dan sikapnya
tertuju pada materi pembelajaran yang akan dibahas. Kesiapan peserta didik
untuk belajar di bangun seawwal mungkin dalam sutu proses pembelajaran.

c. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik atau murid (Syaiful Sagala,2008:15). Sudjana (2004:28)
pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan sengaja untuk
menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatifantara dua pihak, yaitu antara
peserta didik dan pendidikyang melakukan kegiatan pembelajaran.
Warsita (2008:85) pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat
peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.
d. Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan.
Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam
belajar. berakhirnya suatu proses pembelajaran, makas iswa akan memperoleh
suatu hasil belajar. Hasil belajar merupaka hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang
seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. hasil belajar merupakan hal
yang tidak dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan guru. Merujuk pemikiran
Gagne (dalam Suprijono Agus,2010:5) Hasil Belajar berupa :
1. Informasi verbal yaitu mengungkapkan pengetahuan dalam bentukbahasa,
baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkanaktivitas
kognitifnya sendiri
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerakjasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkanpenilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Mulyono (2001 : 26), aktivitas artinya kegiatan/keaktifan.
Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Belajar menurut Hamalik
(2001 : 28), adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan. Sedangkah Sudirman (2003 : 22) menyatakan :
Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan
lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori.
Jadi peniliti berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang
dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan
belajar.
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian, ulangan
tengah semester, dan nilai ulangan semester. Dalam penilaian tindakan kelas ini
yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil nilai ulangan harian yang
dilakukan setelah proses pembelajaran dalam kompetensi tertentu.
Menurut Anni (2004 : 4), hasil belajar merupakan perilaku yang
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkah
Hamzah (2007 : 213)menyatakan bahwa : hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi
seseorang dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian hasil belajar tersebut
dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung
pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar.S.Nasution
(Kusnandar,2010:276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan
pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga
membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang
belajar. Hamalik (2001:30)menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti.
Perubahan perilaku tersebut mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, efektif, dan
psikomotor.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua
faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar. Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar :
a. Faktor Internal, Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri
seseoang dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. faktor- faktor
internal ini meliputi faktor fisiologi dan psikologi.
b. Faktor Eksternal, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari
lingkungan luar, pada umumnya berasal dari faktor keluarga, faktor sekolah,
dan faktor masyarakat.

f. Aktifitas Belajar
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi
siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Sadirman (2003:95) prinsip belajar
adalah berbuat sesuatu untuk merubah tingkah laku atau melakukan kegiatan
untuk merubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas,
sebab aktifitas merupakan prinsip atau asas yangs angat penting didalam
interaksi belajar mengajar. Aktifitas belajar juga bersifat fisik maupun mental
dan saling terkait. Nasution (2003:85) mengatakan bahwa aktifitas belajar adalah
segala tringkah laku atau usaha manusia atau apa saja yang dikerjakan, diamati,
oleh seseorang yang mencakup kerja pikiran dan badan. Hal ini menunjukkan
bahwa semua yang dipikirkan dan dilakukan oleh siswa dalam proses belajar
merupakan aktifitas.

BAB III
METODOLOGI TINDAKAN
1. Subyek Penelitian
Berdasarkan judul penelitian yaitu “Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Metode
Pembelajaran Problem Solving Siswa kelas VI SD Negeri Pasanggrahan Kabupaten
Tasikmalaya” dengan siswa berjumlah 20 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan dengan latar belakang pekerjaan orang tua mayoritas buruh tani dan buruh
dagang.

2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan di SD Negeri Pasanggrahan yang
terletak di Desa Mekarjaya, Kecamatan Sukaraja , Kabupaten Tasikmalaya.
Waktu kegiatan penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada semester
ganjil, yaitu pada minggu ke 5 bulan Oktober sampai dengan minggu ke 1 dan minggu ke 2
bulan November 2020.

3. Deskripsi Per Siklus


Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
difokuskan pada situasi kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa jadi meningkat (Aqib, Zainal:2010).
Terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
Pada pembelajaran IPS Kompetensi dasar 3.3 Menganalisis posisi dan peran
Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan
pendidikan dalam lingkup ASEAN. IPK 3.3.1 Mengidentifikasi posisi dan peranan Indonesia
di bidang ekonomi dalam lingkup ASEAN, di kelas VI SDN Pasanggrahan setelah siswa
diberikan evaluasi di akhir pembelajaran, ternyata hasil belajar siswa sangat rendah. Dari 20
siswa, hanya 7 siswa (35 %) yang mendapat nilai diatas KKM. Hal tersebut jauh dari
indikator keberhasilan yang diharapkan.
Berdasarkan kejadian diatas, guru melaksanakan penelitian yang berkonsep pada
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Hasil awal pembelajaran siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1
Hasil Pembelajaran Awal
Nama Sekolah : SDN Pasanggrahan
Kelas/semester : VI/1
Mata pelajaran : IPS
KKM : 70

No Nama Siswa Nilai Awal Keterangan


1 Abdul Naim 50 Belum tuntas
2 Adbul Roup 40 Belum tuntas
3 Agung setiawan 75 Tuntas
4 Ai Rika Siti Lutfiah 80 Tuntas
5 Asya Sahila 85 Tuntas
6 Herdiana 65 Belum tuntas
7 Ira 75 Tuntas
8 Julfan Alfaisal 80 Tuntas
9 Muhamad Gian M. 70 Tuntas
10 Muhammad Hasbi M. 60 Belum tuntas
11 Muhamad Noufal A. 80 Tuntas
12 Muhamad Rendi A. S 60 Belum tuntas
13 Nazwa Naura F. 60 Belum tuntas
14 Reni Nuraeni 65 Belum tuntas
15 Ripal Pahri Agutian 60 Belum tuntas
16 Risna Liani 50 Belum tuntas
17 Salman Alfarizy 55 Belum tuntas
18 Siti Anisa Riyanti 50 Belum tuntas
19 Siti Nuralifah 60 Belum tuntas
20 Yopi Abdul Ropi 50 Belum tuntas
Rata-rata 61,50

Berdasarkan tabel diatas, dari 20 siswa, yang mendapat nilai diatas KKM berjumlah

7 orang (35%). Hasil tersebut sangat jauh dibawah KKM. Kemudian peneliti melakukan

refleksi yang dibantu oleh teman sejawat.


Berdasarkan hasil yang didapat siswa diatas, maka peneliti akan melakukan

perbaikan pembelajaran yang dilakukan melalui 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.

a. Siklus I

Tahap perencanaan
1. Kompetensi Dasar
Menganalisis posisi dan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi,
politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN.
2. Indikator
Mengidentifikasi posisi dan peranan Indonesia di bidang ekonomi dalam lingkup
ASEAN.
3. Materi
Posisi dan peran Indonesisa di bidang ekonomi dalam lingku ASEAN.
4. Hipotesis Tindakan
Upaya meningkatkan hasil belajar dengan materi Posisi dan peran Indonesisa di
bidang ekonomi dalam lingku ASEAN, dapat ditempuh dengan penerapan metode
problem solving yang didahului denngan metode ceramah.
Peningkatan hasil belajar pada materi Posisi dan peran Indonesisa di bidang ekonomi
dalam lingku ASEAN dengan menerapkan metode problem solving dapat dibuktikan
dengan membandingkan antara nilai rata-rata tes akhir siklus I dengan nilai rata-rata
nilai ulangan awal siswa kelas VI.
Tahap Pelaksanaan
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, melakukan presensi secara
singkat dan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Sebelum guru menyampaikan materi pembelajaran, terlebih dahulu guru
menjelaskan metode pembelajaran yang akan diterapkan, kemudian menyampaikan
tata cara siswa melakukan kegiatan dalam pembelajaran tersebut.
3. Guru mengarahkan siswa dalam pembentukan kelompok. Masing-masing kelompok
terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Kemudian guru memberikan
tugas kepada setiap kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan yang telah
dipaparkan oleh guru. Siswa dengan anggota kelompoknya bekerja sesuai dengan
aturan pembelajaran metode problem solving. Setiap kelompok yang sudah selesai
lalu maju untuk mempresentasikan hasil diskusi.
4. Siswa dengan bimbingan guru, melaksanakan rencana belajar yang telah disepakati
dengan memanfaatkan sumber belajar dan mengumpulkan informasi dan fakta yang
relevan.
5. Persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh beberapa kelompok yang dirasa
siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain memberi tanggapan
terhadap hasil diskusi yang sedang dibahas.
6. Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru tidak menyimpulkan hasil presentasi dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti tentang materi yang telah dipelajari. Beberapa siswa menanyakan hal-hal
yang belum dimengerti, kemudian guru menjelaskan secara klasikal. Setelah tanya
jawab guru dengan siswa berakhir.
7. Kegiatan akhir, mengerjakan soal latihan dan evaluasi, melaksanakan refleksi,
mengadakan revisi dengan pemberian apresiasi pada siswa, tindak lanjut. Dari hasil
evaluasi, diperoleh data hasil belajar siswa yang disajikan dalam tabel dibawa ini:

Tabel 3.2
Hasil Pembelajaran Awal
Nama Sekolah : SDN Pasanggrahan
Kelas/semester : VI/1
Mata pelajaran : IPS
KKM : 70
No Nama Siswa Nilai Siklus 1 Keterangan
1 Abdul Naim 75 Tuntas
2 Adbul Roup 50 Belum tuntas
3 Agung setiawan 90 Tuntas
4 Ai Rika Siti Lutfiah 85 Tuntas
5 Asya Sahila 85 Tuntas
6 Herdiana 70 Tuntas
7 Ira 80 Tuntas
8 Julfan Alfaisal 80 Tuntas
9 Muhamad Gian M. 80 Tuntas
10 Muhammad Hasbi M. 60 Belum tuntas
11 Muhamad Noufal A. 90 Tuntas
12 Muhamad Rendi A. S 70 Tuntas
13 Nazwa Naura F. 60 Belum tuntas
14 Reni Nuraeni 80 Tuntas
15 Ripal Pahri Agutian 60 Belum tuntas
16 Risna Liani 65 Belum tuntas
17 Salman Alfarizy 70 Tuntas
18 Siti Anisa Riyanti 60 Belum tuntas
19 Siti Nuralifah 75 Tuntas
20 Yopi Abdul Ropi 65 Belum tuntas
Rata-rata 72,50
Tahapan Observais
Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. Pada pertemuan pertama ini jumlah siswa yang
masuk sebanyak 20 siswa (100%) dari 20 siswa. Aktivitas siswa pada pertemuan
pertama ini masih rendah atau belum sesuai dengan yang diharapkan. Siswa masih pasif
dalam mengikuti pembelajaran. Masalah yang dihadapi yaitu siswa sibuk sendiri dan
mengobrol dengan teman-temannya pada saat diskusi berlangsung, siswa ada yang
melamun, siswa dalam bertanya dan menjawab asal-asalan. Pada pertemuan pertama ini
tidak semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas karena
keterbatasan waktu. Hasil observasi pada pertemuan pertama ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.3 Aktivitas siswa pada pertemuan 1,siklus I

Aspek yang diamati f f%

1. Mengajukan pertanyaan 4 20

2. Menanggapi respon siswa lain 5 25

3. Menjawab pertanyaan guru 6 30

4. Memperhatikan penjelasan guru 16 80

5. Diskusi kelompok 11 55

6. Diskusi kelas 13 65

Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa siswa yang mengajukan pertanyaan
sebesar 4 siswa (20%), menanggapi respon siswa lain sebesar 5 siswa (25%), menjawab
pertanyaan guru sebesar 6 siswa (30%), memperhatikan penjelasan guru sebesar 16
siswa (80%), diskusi kelompok sebesar 11 siswa (55%), diskusi kelas sebesar 13 siswa
(65%).

Tahap Refleksi
Pada pertemuan pertama ini guru belum melakukan apersepsi. Guru sudah
menjelaskan materi pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan. Selain
itu guru menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Guru terlihat belum dapat
mengelola diskusi dengan baik, sehingga masih banyak siswa yang asyik ngobrol
dengan temannya. Guru selalu menganjurkan agar siswa bekerjasama dalam diskusi,
tetapi pada kenyataanya siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri. Pada pertemuan
pertama ini guru belum merangkum dan menyimpulkan masalah karena waktu yang
diberikan untuk diskusi melebihi dari waktu yang telah direncakan.
Tabel 3.4. Aktivitas guru pada pertemuan 1, siklus I.

Aspek yang diamati Ya Tidak

1. Melakukan apersepsi √

2. Menjelaskan materi √

3. Mengajukan pertanyaan √

4. Menjawab pertanyaan siswa √

5. Memberi komentar siswa √

6. Memunculkan masalah √

7. Menyimpulkan diskusi √

8. Membentuk kelompok √

9. Menentukan waktu lamanya



diskusi

10. Mengarahkan √

11. Memantau kerja siswa √

b. Siklus II
Tahap perencanaan
1. Kompetensi Dasar
Menganalisis posisi dan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi,
politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN.
2. Indikator
Mengidentifikasi posisi dan peranan Indonesia di bidang ekonomi dalam lingkup
ASEAN.
3. Materi
Posisi dan peran Indonesisa di bidang ekonomi dalam lingku ASEAN.
4. Hipotesis Tindakan
a. Upaya meningkatkan hasil belajar dengan materi Posisi dan peran Indonesisa di
bidang ekonomi dalam lingku ASEAN, dapat ditempuh dengan penerapan metode
problem solving yang didahului denngan metode ceramah.
b. Peningkatan hasil belajar pada materi Posisi dan peran Indonesisa di bidang ekonomi
dalam lingku ASEAN dengan menerapkan metode problem solving dapat dibuktikan
dengan membandingkan antara nilai rata-rata tes akhir siklus II dengan nilai rata-rata
siklus I siswa kelas VI.

Tahap Pelaksanaan
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, melakukan presensi secara
singkat dan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Sebelum guru menyampaikan materi pembelajaran, terlebih dahulu guru
menjelaskan metode pembelajaran yang akan diterapkan, kemudian menyampaikan
tata cara siswa melakukan kegiatan dalam pembelajaran tersebut.
3. Siswa membentuk kelompok dengan angota yang sebagian besar sama dengan
anggota kelompok pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru memberikan tugas
kepada setiap kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan yang telah
dipaparkan oleh guru. Siswa dengan anggota kelompoknya bekerja sesuai dengan
aturan pembelajaran metode problem solving. Setiap kelompok yang sudah selesai
lalu maju untuk mempresentasikan hasil diskusi.
4. Siswa dengan bimbingan guru, melaksanakan rencana belajar yang telah disepakati
dengan memanfaatkan sumber belajar dan mengumpulkan informasi dan fakta yang
relevan.
5. Persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh beberapa kelompok yang dirasa
siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain memberi tanggapan
terhadap hasil diskusi yang sedang dibahas.
6. Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru menyimpulkan hasil presentasi dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti tentang materi yang telah dipelajari. Beberapa siswa menanyakan hal-hal
yang belum dimengerti, kemudian guru menjelaskan secara klasikal. Setelah tanya
jawab guru dengan siswa berakhir, guru kemudian menutup pelajaran sambil
memotivasi siswa untuk lebih giat dalam menyelesaikan tugasnya di pertemuan
berikutnya. Kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.

Tabel 3.5
Hasil Pembelajaran Awal
Nama Sekolah : SDN Pasanggrahan
Kelas/semester : VI/1
Mata pelajaran : IPS
KKM : 70

No Nama Siswa Nilai Siklus 1 Keterangan


1 Abdul Naim 75 Tuntas
2 Adbul Roup 75 Tuntas
3 Agung setiawan 90 Tuntas
4 Ai Rika Siti Lutfiah 85 Tuntas
5 Asya Sahila 85 Tuntas
6 Herdiana 80 Tuntas
7 Ira 85 Tuntas
8 Julfan Alfaisal 80 Tuntas
9 Muhamad Gian M. 90 Tuntas
10 Muhammad Hasbi M. 80 Tuntas
11 Muhamad Noufal A. 90 Tuntas
12 Muhamad Rendi A. S 75 Tuntas
13 Nazwa Naura F. 80 Tuntas
14 Reni Nuraeni 80 Tuntas
15 Ripal Pahri Agutian 75 Tuntas
16 Risna Liani 80 Tuntas
17 Salman Alfarizy 75 Tuntas
18 Siti Anisa Riyanti 80 Tuntas
19 Siti Nuralifah 80 Tuntas
20 Yopi Abdul Ropi 75 Tuntas
Rata-rata 80,75

Tahap Observasi
Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap
aktivitas siswa dalam pembelajaran geografi. Pada pertemuan pertama ini jumlah siswa
yang masuk sebanyak 27 (90%). Aktivitas siswa pada pertemuan kedua ini masih relatif
rendah atau belum sesuai yang diharapkan, walau sudah ada peningkatan beberapa
nomor item. Pertemuan kedua ini siswa mulai terlihat agak memperhatikan dalam
mengikuti pelajaran. Pada saat diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang
ngobrol dengan temannya, sementara siswa yang lain sedang mengerjakan tugas. Dalam
diskusi kelompok sudah nampak kerjasama yang baik, saling menghargai dan
mendukung antara anggota kelompok. Hasil observasi pada pertemuan kedua ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6 Aktivitas siswa pada pertemuan 2, siklus I.

Aspek yang diamati f f%


1. Mengajukan pertanyaan 16 80
2. Menanggapi respon siswa 17 85
3. Menjawab pertanyaan guru 15 75
4. Memperhatikan penjelasan 20 100
guru
5. Diskusi kelompok 18 90
6. Diskusi kelas 20 100

Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa siswa yang mengajukan


pertanyaan sebesar 16 siswa (80%), menanggapi respon siswa lain sebesar 17 siswa
85%), menjawab pertanyaan guru sebesar 15 siswa (75%), memperhatikan penjelasan
guru sebesar 20 siswa (100%), diskusi kelompok sebesar 18 siswa (90%), diskusi kelas
sebesar 20 siswa (100%).

Pada pertemuan ke dua ini guru sudah melakukan apersepsi. Guru sudah
berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan.
Guru sudah bisa memunculkan dan merumuskan masalah, guru sudah bisa mengarahkan
dan memantau kerja diskusi siswa, dengan berputar dari kelompok satu ke kelompok
yang lainnya. Guru menyimpulkan hasil diskusi dan memberi tugas karena waktu yang
tidak mencukupi. Pada akhir pertemuan ini guru hanya mengingatkan siswa agar mau
belajar di rumah sehingga pada pertemuan berikutnya mereka dapat lebih aktif lagi dalam
diskusi kelompok.
Tabel 3.6 Aktivitas guru pada pertemuan 2, siklus II

Aspek yang diamati Ya Tidak


1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya

diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √

Tahap refleksi
Setelah selesai kegiatan pembelajaran peneliti kembali melaksanakan refleksi
bersama Kepala Sekolah. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS tentang Posisi dan
peran Indonesisa di bidang ekonomi dalam lingku ASEAN. meningkat dan mendapatkan
hasil yang sangat memuaskan. Seluruh siswa mendapat nilai diatas KKM.
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, jelas metode guru dalam memberikan
pembelajaran pada anak sangat berpengaruh pada hasil belajar anak.

Pembahasan Pada Siklus I dan Siklus II


Kegiatan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi anak. Dalam
kegiatan pembelajaran peran guru sangat penting dalam memberikan pembelajaran
pada siswa. Keterampilan guru dalam pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil
belajar siswa, salah satunya adalah penggunaan metode yang digunakan guru dalam
pembelajaran.
Khususnya dalam pembelajaran IPA tentang bagian-bagian bunga dan
fungsinya di kelas 4 SDN Puspasari pada akhir pembelajaran didapat hasil belajar siswa
sangat rendah. Oleh karena itu guru dibantu oleh teman sejawat dan kepala sekolah
mengadakan penelitian yang berkonsep pada Penelitian Tindakan Kelas untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan hasil pembahasan terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada
siklus 1 dan siklus 2 dengan menggunakan metode penggunaan media real. Hasil
pembelajaran kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arends (2008). Model Problem Solving. Jakarta: Pustaka Buku.


Djamarah, S. B., & Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Majid, A. (2009). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Polya (2002). Model Problem Solving dalam Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Buku.
Pranata (2005). Penerapan Problem Solving. Bandung: Sanata Dharma.
Prawiro (1986). Model Problem Solving. Jakarta: Quantum Teaching Center.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Sudjana, N. (1987). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Lampiran 2
Tabel 3.2
Hasil Pembelajaran Awal
Nama Sekolah : SDN Pasanggrahan
Kelas/semester : VI/1
Mata pelajaran : IPS
KKM : 70

No Nama Siswa Nilai Siklus 1 Keterangan


1 Abdul Naim 75 Tuntas
2 Adbul Roup 50 Belum tuntas
3 Agung setiawan 90 Tuntas
4 Ai Rika Siti Lutfiah 85 Tuntas
5 Asya Sahila 85 Tuntas
6 Herdiana 70 Tuntas
7 Ira 80 Tuntas
8 Julfan Alfaisal 80 Tuntas
9 Muhamad Gian M. 80 Tuntas
10 Muhammad Hasbi M. 60 Belum tuntas
11 Muhamad Noufal A. 90 Tuntas
12 Muhamad Rendi A. S 70 Tuntas
13 Nazwa Naura F. 60 Belum tuntas
14 Reni Nuraeni 80 Tuntas
15 Ripal Pahri Agutian 60 Belum tuntas
16 Risna Liani 65 Belum tuntas
17 Salman Alfarizy 70 Tuntas
18 Siti Anisa Riyanti 60 Belum tuntas
19 Siti Nuralifah 75 Tuntas
20 Yopi Abdul Ropi 65 Belum tuntas
Rata-rata 72,50

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Satuan Pendidikan : SD Negeri Pasanggrahan


Kelas / Semester : 6 /1
Tema : Wirausaha (Tema 5)
Sub Tema : Kerja Keras Berbuah Kesuksesan (Sub Tema 1)
Muatan Terpadu : IPS, IPA
Pembelajaran ke : 1
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit
MUATAN IPS

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

3.3 Menganalisis posisi dan peran Indonesia 3.3.1 Mengidentifikasi posisi dan peranan
dalam kerja sama di bidang ekonomi, Indonesia di bidang ekonomi dalam lingkup
politik, sosial, budaya, teknologi, dan ASEAN.
pendidikan dalam lingkup

ASEAN.

4.3 Menyajikan hasil analisis tentang posisi dan


peran Indonesia dalam kerja sama di bidang
ekonomi, politik, sosial, budaya,teknologi,
dan pendidikan dalam lingkup ASEAN. 4.3.2 Menuliskan hasil laporan tentang
pengamatan posisi dan peranan Indonesia di
bidang ekonomi

MUATAN IPA

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

3.5 Mengidentifikasi sifat-sifat magnet 3.5.1 Mengetahui macam- macam magnet.


dalam kehidupan sehari-hari.

4.5 Membuat laporan hasil percobaan


tentang sifat-sifat magnet dan
penerapannya dalam kehidupan 4.5.2 Menyajikan hasil eksplorasi tentang
sehari-hari. macam-macam magnet.

A. TUJUAN
1. Melalui tayangan video dan berdiskusi, siswa mampu mengidentifikasi posisi dan peranan
Indonesia di bidang ekonomi dalam lingkup ASEAN secara terperinci.
2. Melalui tayang video, berdiskusi, dan mencari informasi dari berbagai sumber, siswa mampu
menuliskan laporan tentang posisi dan peranan Indonesia di bidang ekonomi dalam lingkup
ASEAN secara terperinci.
3. Melalui tayangn video, siswa mampu membedakan macam-macam magnet secara benar.
4. Melalui tayangan dideo, siswa mampu menyajikan hasil eksplorasi tentang macam-macam
magnet secara benar.
.
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Kegiatan 1. Melakukan Pembukaan dengan Salam dan Dilanjutkan Dengan 10


Membaca Doa
Pendahuluan 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran menit
3. Guru melakukan apersepsi
Kegiatan  Peserta didik menyimak video tentang posisi dan peran 45
Indonesia di bidang ekonomi dalam lingkup ASEAN.
Inti  Menyampaiakan materi yang akan dibahas menit
 Peserta didik mendengarkan penjelasan materi mengenai
(posisi dan peran Indonesia di bidang ekonomi dalam lingkup
ASEAN)
 Peserta didik menyimak video tentang posisi dan peran
Indonesia di bidang ekonomi dalam lingkup ASEAN.
 Peserta didik mendiskusikan tentang materi yang akan di
bahas (posisi dan peran Indonesia di bidang ekonomi dalam
lingkup ASEAN) dari berbagia sumber
 Mendiskusikan secara kelompok dan merumuskan hasil
diskusinya pada peta konsep yang terdapat pada LKPD.
 Memberi kesempatan pada seorang peserta didik tiap
kelompok mengutarakan pendapat materi yang membahas
tentang posisi dan peran Indonesia di bidang ekonomi dalam
lingkup ASEAN
 Mengarahkan hasil pendapat siswa dan memberi tambahan
materi yang belum dibahas

 Setelah melihat video pembelajarantentang berbagai macam


magnet, siswa menjawab pertanyaan yang terdapat dalam
LKPD.
 Kemudian, siswa menuliskan apa saja yang mereka ketahui
tentang magnet.
 Siswa menuliskan jenis-jenis magnet.
 Siswa menuliskan penjelasan tentang arti simbol U dan S
yang terdapat pada magnet.
 Siswa menjelaskan perbedaan bentuk masing-masing
magnet.
Kegiatan  Dengan bimbinganm guru, peserta didik membuat resume 15
tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan
Penutup pembelajaran tentang materi yang baru dilakukan. menit
 Siswa mengerjakan soal evaluasi.
 Guru menutup kegiatan pembelajarn dengan membaca
hamdalah dan doa.

C. Penilaian
Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari pengamatan sikap,
tes pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil karya/projek dengan rubric penilaian.
Mengetahui 27 Oktober 2020
Kepala Sekolah, Guru Kelas 6

YUCE, S.Pd.SD AGUS SALIM


NIP. 19651230 198610 1 004 NIP. -

Anda mungkin juga menyukai