Anda di halaman 1dari 11

KAITAN BAHASA DENGAN HUKUM

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Thofa Nurkholis, S.Pd

Disusun oleh: Kelompok 2


1. Ghozie (20191200210012)
2. Hanang Nur Wicaksono (20191200210038)
3. Ilham Addurunnafis (20191200210043)
4. Mochammad Dzaki Naufal (20191200210054)
5. Mohammad Mahmudi (20191200210056)
6. Mohammad Mahdi Ibnu Hamid (20191200210058)
7. M. Shofyan Hasyim (20191200210073)
8. Muhammad Sofyan (20191200210074)
9. Rifki Zaki Firdaus (20191200210086)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALI BIN ABI THALIB
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pengasih


lagi Maha Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada al-ustadz Thofa Nurkholis, S.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia, sekaligus pembimbing
dalam penyelesaian tugas makalah ini. Kami juga ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada pihak yang telah mendorong dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah yang berjudul "Kaitan Bahasa Dengan Hukum" ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Keberadaan bahasa Indonesia
dalam hukum Indonesia sudah jelas sangat krusial. Yang mana bahasa Indonesia
dan hukum merupakan sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
wawasan, ilmu pengetahuan, sekaligus menjadi inspirasi dalam penulisan makalah
lainnya.

Surabaya, 12 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4

A. Antara Hukum Dan Bahasa................................................................4

B. Problematika Bahasa Hukum Indonesia............................................5

BAB III PENUTUP......................................................................................6

A. Kesimpulan........................................................................................6

B. Saran...................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, bahasa memegang peranan yang sangat penting. Memasuki
dunia globalisasi yang di dalamnya terdapat banyak dinamika sosial,
menyebabkan manusia tanpa sengaja telah membangun era komunikasi modern.
Dengan demikian, dalam dunia hukum pun dituntut dalam penggunaan bahasa
yang tepat untuk mengantisipasi terhadap dinamika sosial masyarakat. Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945
(amandemen) Pasal 1 ayat (3), “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Hukum sebagai suatu sistem norma untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
secara efektif. Oleh karena itu, Dunia hukum identik dengan regulasi terhadap
perilaku. Regulasi terhadap perilaku tidak bisa dibangun, diterapkan, dan
diapresiasi tanpa bahasa yang logis dan argumentatif. Muncul pandangan bahasa
hukum mempunyai kaidah bahasa sendiri. Pandangan ini dapat menyesatkan
tatkala pandangan ini mengabaikan kaidah pemakaian bahasa Indonesia, terutama
yang berkaitan dengan hal semantik, pilihan kata, dan formulasi kalimat.
Hal yang perlu untuk diketahui sebelumnya yaitu mengani pengertian
Bahasa. Semua manusia, dari mana pun dia berasal tentu mempunyai bahasa.
Bahasa menjadi suatu perkara yang penting lagi mendasar bagi manusia, sama
halnya seperti bernafas yang begitu mendasar dan sangat diperlukan dalam
kehidupan manusia. Jika kita tidak mempunyai bahasa, maka kita akan kehilangan
kemanusiaan kita. Kita tidak lagi dapat berfungsi sebagai makhluk yang
berpengetahuan.
Pengertian Bahasa menurut para ahli, seperti yang dikemukaan oleh
Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2014:32), yaitu bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer yaitu bersifat sewenang-wenang atau yang
digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,
dan mengidentifikasikan diri. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat perantara antar anggota
2

masyarakat dalam satu kelompok dan alat interaksi secara individu maupun
kelompok. Dengan singkat kata bahasa adalah alat komunikasi (Tarigan, 1987:22-
23).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi IV (2014:116), juga
dituliskan bahwa:
1. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer atau , yang
digunakan oleh anggota satu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri.
2. Bahasa merupakan percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun.
Hal yang perlu diketahui selanjutnya yaitu mengenai pengertian Hukum.
Seperti yang dikemukakan oleh Ernst Utrecht seorang pakar hukum asal
Indonesia, mengutip dari buku Dasar-Dasar Ilmu Hukum (2000) karya Prof.
Chainur Arrasjid menyatakan bahwa hukum menurut Ernest Utrecht adalah
himpunan petunjuk hidup (perintah atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam
suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan
tindakan dari pihak pemerintah dari masyarakat itu”. Bahasa merupakan alat
komunikasi yang biasa digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Dan hukum
merupakan seperangkat aturan yang membatasi tingkah laku manusia di dalam
kehidupannya sehari-hari.
Dalam ilmu hukum, banyak sekali kita temukan istilah-istilah asing seperti
penggunaan bahasa Belanda Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie atau sering
disebut sebagai BW yang diterjemahkan ke dalam Indonesia Kitab Undang-
undang Hukum Perdata. Dengan banyaknya istilah asing dalam ilmu hukum,
terjemahan bahasa Indonesia tentu sangat diperlukan agar dapat lebih mudah
memahami ilmu-ilmu hukum

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dikaji adalah
1. Apa kaitan antara bahasa dengan hukum ?
2. Bagaimana problematika bahasa hukum di Indonesia ?
3

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan keterkaitan antara bahasa dengan hukum.
2. Menelaah problematika bahasa hukum di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Antara Hukum Dan Bahasa


Bahasa dan hukum saling terkait satu sama lain. Hukum tidak dapat
disampaikan kepada masyarakat tanpa bahasa sebagai alat komunikasi. Sementara
itu, bahasa juga membutuhkan hukum untuk menciptakan sebuah standar yang
baku dalam berkomunikasi. Hal ini dapat kita lihat dalam bentuk sistem ejaan
yang berlaku di sebuah negara. Dalam bahasa Indonesia, hukum terkait tata
bahasa yang berlaku saat ini adalah pedoman umum ejaan bahasa Indonesia atau
PUEBI.
Sepertinya kita semua sudah tahu, bahwa Bahasa Indonesia dan hukum
merupakan sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan bahasa
Indonesia dalam hukum Indonesia sudah jelas sangat krusial. Mulai dari
pembentukan perundang-undangan atau aturan lainnya, pembuatan surat-surat
perjanjian atau hal lainnya yang berhubungan dengan hukum sudah pasti
menggunakan bahasa Indonesia yang pastinya baik dan benar.
Hal tersebut dijelaskan pada UU No. 24 tahun 2019 tentang Bendera,
Bahasa dan Lambang Negara, menetapkan pada pasal 26 yang berbunyi "Bahasa
Indonesia wajib digunakan pada peraturan perundang-undangan." Dengan pasal
ini kita sudah bisa melihat hubungan antara hukum dan bahasa Indonesia tidak
dapat dipisahkan. Pasal 27 juga menyebutkan bahwa bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam dokumen resmi negara. Lalu pada Perpres No. 63 tahun 2019
tentang Penggunaan Bahasa Indonesia pada pasal 4 ayat 2 dijelaskan lagi bahwa
dokumen resmi negara yang antara lain akta jual beli, surat perjanjian dan putusan
pengadilan wajib menggunakan bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, kita jadi tahu bahwa orang-orang yang berkecimpung
dalam dunia hukum harus memiliki kemampuan yang baik dalam berbahasa
Indonesia. Alasannya sudah cukup jelas, yang pertama untuk menaati undang-
undang, dan juga pastinya agar tidak terjadi kekeliruan dalam pembentukan
undang-undang atau aturan lainnya dan tidak terjadi kesalahpahaman.
5

B. Problematika Bahasa Hukum Indonesia


Terjemahan hukum tak berhenti pada penerjemahan istilah asing saja,
dokumen-dokumen hukum dari bahasa asing juga harus diterjemahkan. Namun
menerjemahkan dokumen hukum ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan
dengan sembarang orang, seorang penerjemah hukum harus memiliki kemampuan
bahasa yang baik dan berpengalaman dalam sistem hukum.
Indonesia mempunyai bahasa yang khusus digunakan dalam berbagai
bidang hukum, yang disebut sebagai Bahasa Hukum Indonesia. Bahasa Hukum
Indonesia ini memiliki karakteristik pada banyaknya istilah-istilah, komposisi dan
gaya bahasanya yang khusus.
Namun walaupun memiliki karakteristik khusus, Bahasa Hukum Indonesia
tetaplah bahasa umum yang harus mengikuti sistem gramatika atau tata bahasa
serta kaidah-kaidah bahasa Indonesia pada umumnya. Jadi, teks-teks hukum tidak
boleh asal dibuat, dan harus menyesuaikan dengan kaidah-kaidah yang ada.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Memahami peranan bahasa hukum sebagai bagian penting dalam
perumusan norma perundang-undangan akan memberi efisiensi dan efektifitas
serta validitas dalam merumuskan norma-norma hukum dalam upaya pencapaian
tujuan dan fungsi-fungsi hukum, Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut, syarat
mutlak yang harus dipenuhi adalah memahami bahasa hukum dengan baik bagi
ilmuan hukum Indonesia, dengan pemahaman bahasa Indonesia dengan baik
sebagai media bahasa hukum, seraya memperkaya diri dengan pemahaman
terutama bahasa-bahasa lokal di Nusantara, dan bahasa asing yang telah diserap
sebagai bahasa hukum Indonesia.
Oleh karena itu, kita jadi tahu bahwa orang-orang yang berpartisipasi dalam
dunia hukum harus memiliki kemampuan yang baik dalam berbahasa Indonesia.
Dengan alasan sesuai dengan yang telah dipaparkan dalam pembahasan di atas.

B. Saran
Perlunya mendalami kaidah-kaidah berbahasa dalam perumusan aturan
perundang-undangan sehingga hukum harus di pahami dengan baik, dan tidak
menimbulkan tafsir dengan alasan kekaburan makna dalam kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://yoursay.suara.com/news/2021/01/18/162242/bahasa-indonesia-dalam-
hukum
Fitriani, R. 2020. Pedoman Penulisan Makalah. Universitas Maritim Raja Ali
Haji.
Qamar, N., Djanggih, H. “Peranan Bahasa Hukum Dalam Perumusan Norma
Perundang-Undangan”. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum (JIKH), Vol. 11,
No. 3, 2017.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/03/100000869/10-pengertian-
hukum-menurut-para-ahli?page=all
Devianty, R. “Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan”. Jurnal Tarbiyah, Vol. 24,
No. 2, 2017.
Erna Noviana, "Gaya Bahasa Eufimisme Wacana Polhukan (Politik, Hukum dan
Kriminal) Media Massa Okezone. Com. Edisi Januari-April 2013 dan
Skenario Pembelajaran Pada Kelas X SMA, Jurnal Surya Bahtera, Vol.2,
No.11, 2014, hlm.1.
Dayanto, “Rekonstruksi Paradigma Pembangunan Negara Hukum Indonesia
Berbasis Pancasila”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 13, No. 3, September
2013,.hlm.498 dikutip juga Hardianto Djanggih, dan Kamri Ahmad,
Effectiveness of Indonesian National Police Function Police on Banggai
Regency Police Investigation (Investigation Case Study Year 2008-2017,
Jurnal Dinamika Hukum, Volume 17, Nomor 2, Mei 2017, hlm.152
Sri Mulyani,“"Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Ringan Menurut Undang-
Undang Dalam Perspektif Restoratif Justice”, Jurnal Penelitian Hukum De
Jure, Vol. 16, No. 3, September 2016, hlm.342 dikutip juga Hardianto
Djanggih, dan Yusuf Saefudin. "Pertimbangan Hakim Pada Putusan
Praperadilan: Studi Putusan Nomor: 09/PID. PRA/2016/ PN. Lwk Tentang
Penghentian Penyidikan Tindak Pidana Politik Uang." Jurnal Penelitian
Hukum De Jure, Vol. 17, No. 3, September 2017, hlm.414
8

Simon, “Bahasa Indonesia Ragam Bahasa Hukum", Jurnal Leksika, Vol. 3, No.1,
2009, hlm.37

Anda mungkin juga menyukai