Anda di halaman 1dari 20

KEBUDAYAAN TIONGHOA INDONESIA

Makalah
Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar

Dosen Pembimbing : Sitti Rahma, S.Pd M.Si

Disusun Oleh :
SELLA YATI
PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS
STBA-PIA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena dengan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Budaya Tionghoa
Indonesia “. Makalah yang saya susun ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Saya menyadari, makalah yang saya susun ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat
saya harapkan dari berbagai pihak. Sebagai manusia biasa, saya berusaha dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin, dan sebagai manusia biasa juga saya tidak luput dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam menyusun
makalah ini.Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada ibu Sitti Rahma S.Pd.M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan sudi membagi ilmunya
kepada saya sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Tak lupa juga saya ucapakan terima kasih
kepada rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
saya selesaikan tepat pada waktunya.Untuk menyempurnakan makalah ini, saya dengan senang hati akan
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Sehingga di kemudian hari saya dapat
menyempurnakan makalah ini dan saya dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah saya lakukan. Akhirnya
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kita dan umumnya bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Medan, 09 Januari 2019

Penyusun

i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ..........................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................................................................1
C. TUJUAN.............................................................................................................................................................1
D. MANFAAT ........................................................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN..........................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN BUDAYA,ORANG, DAN KEBUDAYAAN TIONGHOA ............. 3
B. BUDAYA IMLEK ....................................................................................................... 4
C. BUDAYA CAP GO MEH ........................................................................................... 5
D. BUDAYA CHENG BENG .......................................................................................... 6
E. BUDAYA PEH CUN/CIAK BAKCANG ................................................................... 7
F. BUDAYA TIONG CIU PIA/KUE BULA................................................................... 8
G. BUDAYA TANG CIE/MAKAN ONDE ..................................................................... 9
BAB III: PENUTUP .......................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN ............................................................................................................ 18
B. SARAN ........................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berakenaragaman kebudayaan, etnis dan suku. Kebudayaan
Tionghoa sekarang pun menjadi kebudaaan yang terdapat di negara Indonesia. Banyaknya
sekarang mulai terhilangnya Budaya Tionghoa terhadap masyarakat beretnis tionghoa di Indonesia
yang di pengaruhi oleh beberapa-beberapa faktor seperti perkembangan jaman, teknologi, tempat-
tempat atau lingkungan sosial masyarakat yang berminoritas tionghoa, bahkan ada beberapa
kepercayaan yang dapat menimbulkan mereka meninggalkan kebudayaaan tersebut yang sudah
turun-tenurun. Serta tidak tahunya kebudayaan tionghoa tersebut dari orang tua mereka dimana
orang tuanya tidak memberikan kebudayaannya karna sudah terjadi nya perkawinan campur.
Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan warisan budaya di dalamnya. Salah satu
diantaranya adalah warisan dari kebudayaan masyarakat Tionghoa. Di Indonesia
banyak penduduk yang berkebangsaan Tionghoa, jadi disini budaya Tionghoa juga sangat
mewarnai kebudayaan yang ada di Indonesia ini. Oleh karena itu kebudayaan Tionghoa perlu di
lestarikan sehingga masyarakat tahu dan tidak lupa akan warisan budaya yang ada di Indonesia.
Suku bangsa Tionghoa (biasa disebut juga Cina) di Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia.
Biasanya, mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu),
atau Thongnyin (Hakka).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas saya menentukan permasalahan sebagai berikut :
1) Jelaskan apa pengertian dari budaya, orang dan kebudayaan tionghoa?
2) Jelaskan macam macam kebudayaan tionghoa yang ada!
3) Sebutkan apa saja makanan yang wajib menjadi sajian saat Imlek?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang :
1) Untuk mengenalkan budaya-budaya Tionghoa yang berkembang di Indonesia,
terutama untuk mengenalkan kembali budaya-budaya tionghoa terhadap masyarakat
tionghoa.

2) Para pembaca diharapkan mampu mengetahui kebudayaan tionghoa di Indonesia.


3) Mengetahui apa saja dan bagaimana kebudayaan masyarakat Tionghoa
4) Menambah pengetahuan pembaca akan kebudayaan tionghoa
1
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini bagi mahasiswa dan seluruh orang yang membacanya yaitu :
1) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kebudayaan tionghoa.
2) Untuk mengetahui dan menganalisis Kebudayaan Tionghoa di Indonesia.
3) Untuk kita agar dapat melestarikan kebudayaan tionghoa yang hampir hilang.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya,Orang, dan Kebudayaan Tionghoa
a. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana
juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasidengan orang-orang yang berbeda budaya, dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
b. Orang Tionghoa adalah sebutan di Indonesia untuk orang-orang dari suku atau
bangsa Tiongkok. Kata ini dalam bahasa Indonesia sering dipakai untuk
menggantikan kata "Cina" yang kini memiliki konotasi negatif. Kata ini juga dapat
merujuk kepada orang-orang Tiongkok yang tinggal di luar Republik. Biasanya,
mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang(Hokkien), Tengnang(Tiociu), atau
Thongnyin(Hakka).
c. Kebudayaan Tionghoa adalah budaya maha karya orang Tionghoa dalam sejarah
perkembangannya yang sangat begitu panjang,dan merupakan kristalisasi
kecerdasan serta daya cipta orang Tionghoa. Budaya Tionghoa merupakan budaya
yang paling tua dan kompleks di dunia. Di Indonesia, warga negara keturunan
Tionghoa, dapat ditemui hampir di semua kota di Indonesia. Karena orang
Tionghoa sudah banyak tersebar di Indonesia, maka tidak heran kebudayaan
Tionghoa banyak dikenal luas. Terlebih lagi, banyak klenteng yang dibangun di
berbagai kota yang membuat semua lapisan masyarakat lama kelamaan mulai
mengerti ritual dan budaya Tionghoa.Budaya warga Tionghoa yang telah dkenal
baik di Indonesia mencakup kuliner, kesenian, musik, alat musik, perayaan-
perayaan, bahasa, dan pakaian.

3
B. Budaya Imlek
Budaya Imlek adalah kebudayaan
Tionghoa untuk menyambut pergantian
tahun china sesuai dengan kalender china.
Biasa nya sebelum memasuki tahun baru
china atau imlek terlebih dahulu
membersihkan rumah secara total
sebelum jam 12 malam karna saat
perayaan tahun baru china atau imlek
tidak di perkenakan untuk membersihkan
rumah sebelum jam 12 siang. Pada saat malam sebelum imlek biasa nya keluarga mengadakan
makan malam besar untuk merayakan tahun baru china. Makanan yang biasa di sajikan yaitu ikan,
mie, cutu (lambung babi), dan sebagai nya. Makanan tersebut melambangkan kerejekian. Dan saat
malam imlek biasa nya melakukan sembayang malam imlek yang di lakukan setelah makan malam
imlek. Sembayang dapat di lakukan di rumah ataupun di Vihara.
Pada saat hari H- imlek, oarng yang sudah menikah memberi uang dalam amplop merah yang di
sebut ampau ke saudara-saudara nya yang belum menikah, dan melakukan tradisi mengunjungi
rumah-rumah ke orang saudara yang lebih tua atau yang di tuakan tujuan nya untuk menghormati
orang yang lebih tua. Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan
Tahun Baru Imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (penanggalan Tionghoa) dan berakhir
dengan Cap Go Meh di tanggal ke lima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek
dikenal sebagai Chuxi yang berarti "malam pergantian tahun". Biasanya dirayakan dengan
menyulut kembang api. Di Indonesia pada tahun 1965 hingga 1998 perayaan tahun baru Imlek
dilarang dirayakan di depan umum.
Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan
Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek. Masyarakat
keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek
pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967.
Kemudian Presiden Megawati Soekarnoputri menindaklanjutinya dengan mengeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 19/2002 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari
libur nasional. Mulai 2003, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional.
Macam-macam makanan yang wajib menjadi sajian saat Imlek yaitu :

4
1. Siu Mie (Mie Panjang)
Siu Mie adalah makanan yang wajib hadir saat malam
tahun baru Imlek. Siu Mie memiliki bentuk panjang
dengan tekstur kenyal dan rasa yang gurih. Siu mie
menjadi simbol panjang umur, kebahagiaan, dan rejeki
yang melimpah. Cara menyantapnya pun haruslah
dimakan secara utuh hingga ujung terakhir mie. Siu
mie ini sebenarnya sama seperti mie goreng pada
umumnya, namun isiannya sangat lengkap. Isian siu mie antara lain: sawi, kol, udang,
cumi, bakso, irisan daging ayam, dan bisa juga sosis.
2. Ayam,Ikan, dan Babi

Daging ayam, ikan dan


babi merupakan hidangan yang kerap hadir dalam sajian Imlek. Ketiga daging ini
disajikan sebagai lambang agar orang yang menyantapnya tidak memiliki sifat ketiga
hewan tersebut. Babi memiliki sifat pemalas dan ayam bersifat serakah. Sementara ikan
memiliki dualism makna. Di satu sisi, sisiknya disandingkan dengan ular yang jahat,
sementara di sisi lain ikan pun menjadi lambang rejeki dan keberuntungan. Hidangan
ayam dan ikan harus disajikan secara utuh sebagai simbol keutuhan dan kemakmuran
yang berlimpah.
3. Teh Telur
Teh telur (tea leaf egg) mungkin terdengar aneh di telinga
kita, namun teh telur yang dapat menambah stamina ini
rasanya enak. Telur direbus hingga setengah matang, lalu
cangkangnya diretakkan sehingga teh yang telah dicampur
kecap asin pun merembes masuk ke dalam telur. Selain
kecap asin, teh juga dicampur dengan kayu manis dan lada

5
hitam. Wanginya harum dengan citarasa asin yang khas. Teh telur ini melambangkan
kesuburan.
4. Yusheng
Yusheng atau yee sang merupakan sajian Imlek berupa
salad ikan segar yang ditambah irisan sayuran segar seperti
lobak dan wortel. Ikan yang digunakan adalah ikan tuna
atau salmon yang direndam campuran minyak goreng,
minyak wijen, dan merica. Sementara saus yusheng terbuat
dari campuran minyak wijen dengan saus buah prem, gula
pasir dan kayu manis. Menurut tradisi, ketika diaduk
dengan saus, ikan dan sayuran harus diangkat tinggi-tinggi
di atas piring. Semakin tinggi yusheng terangkat, dipercayai peruntungan pada tahun yang baru
pun semakin baik. Yusheng diaduk bersama-sama oleh orang yang duduk satu meja sambil saling
mengucapkan selamat tahun baru Imlek. Tradisi mengaduk yusheng dan mengangkatnya tinggi-
tinggi disebut lo hei.
5. Jiaozi
Menu “jiaozi” mungkin masih asing di telinga
Klikers, namun saya yakin Klikers pasti kenal
dengan Kuo Tie. Jiaozi – yang juga dikenal sebagai
Kuo Tie – merupakan pangsit yang diisi daging
babi, sayuran, dan udang cincang. Bentuk bulat
jiaozi mirip dengan uang cina kuno
sehingga jiaozi pun menjadi simbol kelimpahan
rejeki. Jiaozi juga melambangkan kebersamaan
karena disantap bersama-sama seluruh keluarga.
6. Kue Keranjang
Kue keranjang (Nian Gao) hanya dibuat setahun sekali menjelang
Imlek. Penganan yang terbuat dari tepung ketan dan gula merah
ini memiliki rasa manis dengan tekstur lengket. Secara adat, kue
keranjang yang juga sering disebut dodol cina ini digunakan untuk
upacaya sembahyang leluhur. Kue keranjang memiliki bentuk
bulat sebagai harapan keluarga dapat terus bersatu, rukun dan
bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang. Kue keranjang sering disusun tinggi atau
6
bertingkat. Makin ke atas ukurannya makin kecil. Hal ini melambangkan peningkatan rejeki atau
kemakmuran. Teksturnya yang lengket juga menjadi simbol agar keluarga menjadi semakin lengket
(akrab). Biasanya bagian puncaknya ditaruh kue mangkok merah yang melambangkan rejeki yang
semakin mekar. Selain disajikan langsung, kue keranjang dapat disajikan dengan cara digoreng dengan
tepung terigu dan telur. Dapat juga dikukus dan dimakan hangat-hangat dengan kelapa parut.
7. Lapis Legit
Kue basah ini memang nikmat disantap sebagai
cemilan. Begitu pula ketika Tahun Baru Imlek
datang, kue legit yang satu ini menjadi makanan
yang wajib disediakan. Seperti yang kita tahu, kue
lapis legit bentuknya berlapis-lapis. Lapisan kue
ini menyimbolkan rezeki yang berlapis-lapis.
Karena terdiri dari lapisan-lapisan, maka di tahun
yang akan datang sehingga dapat merasakan hidup yang lebih manis atau legit.
8. Jeruk Mandarin
Jeruk mandarin menjadi salah satu sajian Imlek
yang wajib ada. Sebisa mungkin jeruknya masih
memiliki daun pada tangkainya. Jeruk mandarin
yang berwarna kuning keemasan ini menjadi
lambang kemakmuran dan kekayaan yang selalu

bertumbuh. Selain jeruk mandarin, buah lain yang


kerap hadir dalam perayaan Tahun Baru Imlek
adalah pisang raja. Buah-buahan yang berduri seperti
durian dan salak dihindari saat Imlek.

9. Manisan Segi Delapan

7
Manisan segi delapan atau dikenal juga sebagai
“tray of togetherness” atau “prosperity box”
merupakan sajian Imlek yang sarat makna. Kotak
segi delapan ini berisi manisan, buah yang
dikeringkan, dan biji-bijian untuk camilan. Setiap
makanan di dalam kotak ini memiliki makna
simbolis, misalnya seperti jeruk kumkuat yang menjadi simbol kemakmuran, biji teratai
yang melambangkan kesuburan, atau leci sebagai lambang ikatan keluarga yang kuat.
Angka 8 sendiri melambangkan keberuntungan dalam tradisi China.
10. Kuaci
Kuaci bukan hanya menjadi teman ngemil
sembari mengobrol bersama keluarga tercinta.
Kuaci pun menjadi simbol kesuburan atau
lekas mendapatkan keturunan. Selain kuaci,
sering disajikan pula kacang dan permen.
Kuaci ada beberapa warna yaitu kuaci hijau,
kuaci putih dan kuaci hitam. Ada beberapa
makanan lain yang pantang disajikan saat
tahun baru imlek. Bubur yang melambangkan kemiskinan, bihun yang cepat hancur, dan
aneka makanan warna putih lainnya dilarang menjadi sajian Imlek. Begitu juga dengan
paria yang rasanya pahit. Walaupun kadang simbolisasi ini kurang masuk logika kita,
namun inilah adalah wujud harapan dan doa kita akan tahun yang baik dan penuh rejeki.

C. Budaya Cap Go Meh

8
Budaya Cap Go meh yaitu budaya melambangkan
hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan
Imlek bagi komunitas Tionghoa. Pada tanggal ini
juga merupakan bulan penuh pertama dalam
Tahun Baru tersebut. Perayaan ini dirayakan
dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Cap
go meh disebut juga hari penutup perayaan tahun
baru china. Biasa nya masyarakat tionghoa
melakukan sembayang cap go, sembayang
terakhir hari raya imlek. Umumnya cap go meh di
lakukan dengan mengadakan festival yang terdiri
dari seperti : tarian barongsai, bela diri wushu, tarian naga(liong). Biasanya saat Cap Go Meh,
ribuan lampion memenuhi setiap sudut ruangan atau pun jalan, di mana banyak
orang Tionghoa yang tinggal.
Festival Cap Go Meh ini dilakukan upacara kirab
atau turun ke jalan raya dengan menggotong
Kio/usungan yang diisi/dimuat arca para Dewa.
Bahkan, di beberapa kota di tanah air, seperti di
daerah Jakarta dan di Manado, ada atraksi ‘lok
thung’ atau ‘thang sin’, dimana ada seseorang
yang menjadi medium perantara, dimana biasanya
akan melakukan beberapa atraksi sayat lidah,
memotong lengan/badannya dengan sabetan
pedang dan dipercaya telah dirasuki roh
Dewa/iuntuk memberikan berkat. Dimana disini
ada banyak lampion yang di terbangkan festival inilah yang menandai berakhirnya perayaan tahun
baru Imlek. Festival ini biasanya dirayakan secara luas di Tiongkok, Taiwan, Hongkong dan
negara-negara yang terdapat komunitas Tionghoa.
D. Budaya Cheng Beng atau Ziarah
Budaya Cheng Beng atau ziarah yang bisa
di sebut juga Festival Qingming adalah
kebudayaan yang di tetapkan pada tanggal
5 april tanggalan Masehi. Warga Tionghoa
biasanya akan dating ke makam orangtua
atau leluhur untuk membersihkannya dan
sekalian sembahyang atau disebut Paisin di
makam tersebut dengan membawa buah-
buahan, kue-kue. Cheng beng di lakukan
untuk menghormati para leluhur yang di
9
lakukan di kuburan baik kuburan rumah abu ataupun pemakaman. Untuk menghormati
para leluhur biasa nya di lakukan sembahyang-sembahyang untuk para leluhur dengan cara
menyajikan beberapa jenis makanan serta kertas-kertas sembahyang dan juga uang-an serta
terkadang ada yang membeli mobil atau motor yang terbuat dari kertas untuk dibakar
diberikan kepada orantua atau leluhur mereka. Walaupun terdapat berbeda agama atau
kepercayaan, bukan berarti sudah tidak perlu datang untuk berziarah ke makam orang tua
dan leluhur. Jika berpendapat seperti itu artinya Anda salah. Ziarah ke kuburan orang tua
dan leluhur tidak berarti Anda melakukan pemujaan terhadap orang yang sudah meninggal
atau berhala akan tetapi disini diajarkan untuk kita selalu mengingat orang tua dan leluhur
kita walaupun sudah meninggal sangat lama. Karena tanpa orang tua dan leluhur kita tidak
mungkin hidup di dunia saat ini. Luangkanlah waktu karena Ceng Beng hanya setahun
sekali. Zairah dapat disesuaikan sesuai dengan keyakinan masing-masing orang.Ada yang
berpendapat juga jika pegang hio/dupa tidak diperbolehkan bagi yang menganut agama
tertentu. Hal ini tidak jadi masalah, sebenarnya memegang hio bukan ajaran agama tertentu
tetapi merupakan adat Tionghoa, tentunya tidak masalah hanya untuk sekedar pegang hio
memberikan penghormatan kepada orang tua atau leluhur. Karena semua agama pasti
mengajarkan untuk menghormati orang tua. Tidak hanya orang tua yang masih hidup tetapi
yang sudah meninggal pun masih harus kita hormati untuk mengingat kasih sayang mereka
kepada kita keturunannya.Jika terdapat kuburan yang sudah terlihat rusak, akan diperbaiki,
di cat ulang kembali bahkan dibangun dan diperindah demi menghormati para leluhurnya.
Karena, menjaga nama baik para leluhur merupakan harga mati yang tak bisa ditawar lagi.
Untuk itulah, tradisi Cheng Beng ini diadakan untuk mengingatkan terus bahwa menjaga
nama baik para leluhur merupakan hal yang harus selalu dijunjung dalam kehidupan
bermasyarakat.Pada intinya untuk menghormati leluhur-leluhur yang sebelum nya telah
mendahului kita.

E. Budaya Peh Cun atau Ciak Bakcang

10
Budaya Peh Cun atau yang di kenal Festival
Duan Wu yaitu budaya makan bakcang dan
melakukan perlombaan perahu naga yang di
lakukan oleh etnis tionghoa pada bulan ke-5
tanggal ke-5 kalender china. Hari Bakcang di
Barat dikenal sebagai Festival. Perahu Naga
atau Dumpling. Bakcang terdapat dua varian
yaitu bakcang yang berarti berisi bak (daging
babi) dan kicang yang terbuat dari pulut yang
direndam air abu. Karena, balap perahu
berbentuk seperti naga dan konsumsi kue
beras adalah dua elemen utama festival ini.
Bisa juga disebut Double Kelima Festival
karena diadakan pada hari 5 bulan 5 kalendar
lunar China. Kadang juga disebut Festival
Extreme Yang karena menurut metafisika
China, di Hari Bakcang merupakan hari di
mana energi Yang keluar paling kuat. Sebutan lain untuk Hari Bakcang adalah Festival
Bulan Kelima, Festival Hari Kelima, Festival Summer, dan Festival Duan Wu. Qu
Yuan disukai karena ia pandai bekerjasama secara diplomatik dengan kerajaan lain
demi melawan agresi negara Qin. Hingga suatu saat, ia difitnah dan dibuang ke
pengasingan setelah menteri korup lainnya meyakinkan raja agar percaya terhadap
tuduhan palsu yang menimpa Qu Yuan. Tahun 278 SM, Qu Yuan mendengar bahwa
pasukan Qin menyerbu Ying (ibukota Chu), ia menulis puisi Ratapan untuk Ying, lalu
ia menenggelamkan diri di Sungai Miluo.
Salah satu asal usul dari festival Peh Cun atau Duan Wu ini adalah untuk mengenang
patriot Qu Yuan yang mati bunuh diri dengan terjun ke sungai karena kecintaan dan
kesetiaannya pada negara/dinasti Chu.

11
Menurut legenda, ia melompat ke
sungai pada tanggal 5 bulan 5.
Penduduk desa pun berusaha
mencari tubuhnya di sungai
menggunakan perahu. Mereka
mendayung perahu sambil
memukul drum untuk menakuti-
nakuti ikan dan roh-roh jahat agar
tidak mengganggu tubuh Qu
Yuan. Mereka juga melempar bungkus beras ke dalam sungai agar dimakan ikan dan
ikan tidak memakan tubuh Qu Yuan. Pelemparan bungkus beras itu juga dimaksudkan
sebagai persembahan untuk roh Qu Yuan.. Kemudian untuk menghindari makanan
tersebut dari naga dalam sungai tersebut maka mereka membungkusnya dengan daun
sutra atau dau-daunan yang kita kenal sebagai bakcang sekarang. Sehingga, hal ini
memunculkan kebiasaan tradisional balap perahu naga dan makan kue beras pada
peringatan kematian Qu Yuan yang jatuh setiap hari 5 bulan 5 kalendar lunar China.

F. Budaya Tiong Ciu Pia atau Kue

Budaya Tiong Ciu Pia atau yang lebih di kenal


dengan budaya makan Kue Bulan adalah
budaya yang di lakukan pada saat bulan ke-8
tanggal 15 kalender china. Perkataan Tiong
Chiu sendiri berasal dari kata "Tiong" berarti
tengah dan "Ciu" berarti musim rontok, jadi
boleh dikatakan sebutan Tiong Ciu arti secara
harafiahnya berarti pertengahan musim rontok.
12
Namun demikian masyarakat lebih kenal dengan sembahyang Tiong Chiu Pia, walaupun
sebenarnya penyebutan ini tidak tepat namun kenyataan dalam kebiasaan masyarakat tetap
demikian. Pada saat itu di negeri china mengalami musim gugur dan adanya panen. Perayaan
tersebut biasanya dilakukan pada tanggal 15 bulan ke-8. Menurut rakyat Tionghoa, pada tanggal
ini adalah suatu masa dimana bulan paling dekat dengan bumi, berdampingan dengan batas langit
dan bersinar kemerahan, yang melambangkan bersatunya pria (matahari) dengan wanita (bulan),
seperti Yin dan Yang dalam tradisi China. Dasarnya kue bulan itu berbentuk bulat, yang
melambangkan kebulatan dan keutuhan. Namun seiring perkembangan zaman, bentuk-bentuk
lainnya muncul menambah variasi dalam komersialisasi kue bulan. Kue bulan merupakan kue
klasik tradisional dalam budaya Tionghoa. Biasa dimakan selama Mid-Autumn Festival yang
merupakan salah satu dari empat festival China yang paling penting. Moon Cake Festival
mengambil nama dari fakta bahwa momen ini selalu dirayakan pada tengah musim gugur. Namun,
perayaan ini juga dikenal sebagai Festival Bulan seperti pada bulan ini saat sedang bulan purnama
dan terlihat begitu terang. Kue bulan dengan makna kesatuan dan kelengkapan dan penting dalam
budaya Tionghoa memang biasa dibagikan di antara keluarga untuk menandakan kesatuan
keluarga.
Kue tradisional masyarakat Tionghoa yang menjadi sajian wajib pada perayaan Festival Musim
Gugur setiap tahunnya ini di Indonesia, biasanya dikenal dalam bahasa Hokkian-nya, gwee pia
atau tiong chiu pia. Kue bulan bermula dari penganan sesajian pada persembahan dan
penghormatan kepada leluhur pada musim gugur biasanya merupakan masa panen yang
dianggap penting dalam kebudayaan Tionghoa yang berbasis agrikultural. Dalam rasa, kue bulan
memang variatif. Ada manis, asin, dan pedas. Sementara dari segi isi, ada kuning telur satu atau
dua butir telur, tausa atau kacang merah, buahbuahan, kacang hijau, durian dan es krim.
Kemudian, menurut bahan kulit ada yang terbuat dari tepung gandum, gula, dan es.

G. Budaya Tang Cie atau Makan Onde

13
Budaya Tang Cue yaitu budaya yang bisa di sebut juga
budaya makan onde. ang Cie biasa di tanggal 22
Desember. Kecuali pada tahun kabisat justru jatuh pada
tanggal 21 Desember.Tang Cie berarti musim dingin tiba
( merupakan hari yang paling dingin ).
Tang Cie mempunyai makna yang khusus bagi
masyarakat Tionghoa. Seperti cerita 'dulu' dikatakan
hikayat Tang Cie : ada seseorang pemuda sbg tabib yg berbakat. Pada saat itu ia mencari ramuan
obat di hutan, karena suatu kesalahan yang tidak disengaja, racun tanaman menyebabkan kedua
matanya buta. Seseorang menemukannya terlantar di hutan, dan mengantarkannya kembali
kerumah. Ibunya yang sudah tua sangat mengasihi anaknya.
Pada saat anaknya tidur, ia rela mencongkel kedua matanya untuk diberikan kepada anaknya
yang telah buta. Setelah anaknya bangun dari tidurnya dan bisa melihat. Ia mengetahui bahwa
matanya adalah pemberian ibunya. Ia ingin mengembalikan mata tersebut kepada ibunya, tapi
ibunya menolak.
Ibunya memberikan petunjuk agar anaknya cukup membuat onde dari ketan dan dimasukan ke
kelopak matanya, dgn suatu keajaiban karena mata yang dibuat dari ketan, ibunya dapat melihat
kembali.Makna dari Onde adalah menunjukan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, yg rela
memberikan 2 mata yang paling berharga untuk anaknya.
Ini dicanangkan sebagai Mother’s Day yakni jatuh pada tanggal 22 Desember atau Hari Ibu.

Budaya ini sangat jarang di lakukan karna tidak begitu besar dari budaya-budaya lainnya.
Budaya ini merupakan budaya penutup bulan terahkir pada kalender china sebelum pergantian
tahun pada kalender china. Konsumsi onde melambangkan simbol persatuan dan keharmonisan
keluarga. Onde dibuat dari tepung ketan yang dicampur air dan pewarna dan onde ini juga ada
berbagai warna sesuai keinginan tersendiri. Dan juga onde ini bias saja berbagai bentuk ada yang
bulat bahkan ada yang berbentuk hewan.

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Begitu banyak kebudayaan tionghoa yang berkembang di indonesia yaitu budaya
imlek, cap go meh, cheng beng, peh cun, tiong ciu pia, dan tan cie. Budaya tersebut di
lakukan selama awal tahun kalender china hingga ahkir dari bulan kalender china.
Begitu banyak budaya yang dari negara china oleh etnis tiongkok yang juga
berkembang di negara Indonesia. Kebudayaan tionghoa pun juga dapat di terima di
masyarakat dengan baik hingga masyarakat non tionghoa pun mengikuti kemeriahan
beberapa kebudaan tionghoa sekarang. Dan etnis kebudayaan tionghoa pun menjadi
salah satu kebudayaan etnis suku tionghoa yang terdapat di Indonesia.
2. Kebudayaan Tionghoa harus dipelajari dan diajarkan kepada generasi muda.
3. Mempertahankan kebudayaan itu tidak sangat mudah apalagi di kota besar.
4. Kebudayaan dan kepercayaan setiap daerah berbeda dan kita harus saling
menghargai, agar tidak terjadi keributan.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan dari makalah ini adalah, kita sebagai generasi
muda janganlah kita melupakan kebudayaan – kebudayaan nenek moyang kita, karena
ada banyak sekali keunikan dari kebudayaan tersebut dan manfaat bagi kehidupan kita
nanti kelak. Jangan dikarenakan kita sudah ada yang dari pernikahan campuran walaupun
begitu kita tidak boleh melupakan apa yang telah ada dari nenek moyang.

15
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.tionghoa.info/8-festival-budaya-orang-tionghoa/
 http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/1876-pengertian-budaya--budaya-
tionghoa
 https://id.wikipedia.org/wiki/Peh_Cun
 http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=14269.0
 http://www.yukmakan.com/article/1041475/yuk-lebih-tau/makna-dan-asal-usul-kue-
bulan
 https://id.wikipedia.org/wiki/Festival_Qingming
 http://www.klikhotel.com/blog/10-makanan-yang-wajib-menjadi-sajian-imlek/

16

Anda mungkin juga menyukai