Anda di halaman 1dari 14

ROTE NDAO

JEFFERSON SHALOM ALLO


KELAS IV

18
ROTE NDAO

Kabupaten Rote Ndao merupakan kabupaten yang terletak paling selatan di Negara Republik
Indonesia dan merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara
Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 dan memiliki luas
wilayah 1280,10 km2. Ibukota kabupaten ini terletak di Ba’a.

ASAL-USUL
Sebagian besar penduduk yang mendiami Pulau Rote dan Mado menurut tradisi tertua
adalah suku-suku kecil, seperti: Rote Nes, Bara Nes, Keo Nes, Poli Nes, dan Fole Nes. Suku-
suku tersebut mendiami wilayah kesatuan adat yang disebut Nusak.

Menurut para tookh adat di Rote, mereka selalu menyebut Pulau Seram dan Tidore
sebagai tempat asal nenek moyang orang Rote. Para leluhur tersebut datang secara bergelombang
dengan menyingahi Kabupaten Belu. Sebagian dari rombongan tersebut menetap di Rote,
sebagian lainnya meneruskan perjalanan ke Pulau Sabu dan menetap di sana.

Kisah para leluhur orang Rote ini tidak terlepas dari kisah tiga bersaudara, yaitu Belu
Mau, Sabu Mau, dan Ti Mau. Ketiga bersaudara ini datang dari Malaka melalui Seram dan
Tidore. Belu Mau menetap di Belu dan keturunannya merupakan sebagian besar orang Belu,
terutama Belu Selatan. Si bungsu, Ti Mau berlayar ke barat dan menetap di Rote, terutama di
Nusak Thie, Kecamatan Rote Barat Daya. Sedangkan Sabu Mau meneruskanperjalanannya dan
menetap di Pulau Sawu.

Menurut cerita yang lain, dikisahkan bahwa untuk pertama kalinya nenek moyang orang
Rote menetap di suatu tempat di Rote Timur yang kini bernama Nusal Bilba. Kata Bilba berasal
dari bahasa Belu, yaitu Belu-ba, artinya sahabat datang. Pada waktu itu, para leluhur menyebut
Pulau Rote sebagai Pulau Kale, dengan julukan Nusa Ne do Lino, artinya negeri tenang dan
damai.

Para tua-tua adat menyatakan bahwa nama Rote sebenarnya berasal dari suatu keluarga di
Rote Timur. Nama ini kemudian menjadi nama pulau, sesuai cacatan dalam peta orang Portugis
yang pernah singgah di salah satu pantai di Rote Timur, yaitu Pantai Rote.

Menurut cerita adat, di pantai ini pernah disinggahi sebuah misi pelayaran Portugis.
Orang-orang Portugis itu bertemu dengan seorang nelayan dan bertanya kepada nelayan yang
tersebut tentang apa nama pulai ini. Nelayan itu mengira namanya yang ditanya sehingga ia
menjawab Rote. Nama Rote inilah yang dicatat dalam peta yang di bawa oleh misi Portugis itu.
Dan peta ini pula yang dipakai oleh Belanda ketika datang ke Rote. Demikianlah, nama pulau
Rote terus dipergunakan dalam administrasi pemerintahan Belanda hingga sekarang.
Dewasa ini orang-orang Rote banyak menghuni daerah-daerah pantai di PulauTimor,
termasuk kota Kupang. Orang-orang Rote ini diusingkan oleh Pemerintah Belanda. Para
pengungsi ditempatkan mulai dari Tanjung Noesinas di Kupang Barat, sampai Pampaun di
Amfoang Utara.

MATA PENCAHARIAN
1. Petani.
Masyarakat Pulau Rote sangat identik dengan pohon lontar. Pohon lontar merupakan
bagian dari roda kehidupan warga masyarakat Pulau Rote, mulai dari zaman nenek
moyang sampai saat ini. Warisan-warisan leluhur nenek moyang yang berkaitan dengan
pohon lontar tetap dilestarikan hingga kini. Salah satunya teknik atau cara menyadap nira
lontar yang telah diwariskan secara turun-temurun ini telah menjadi sebuah kebiasaan
dan profesi bagi sebagian besar warga masyarakat Rote.

Rote juga memiliki daerah yang subur dan hamparan lahan-lahan yang luas menjadikan
wilayah Pulau Rote cocok untuk ditanami oleh berbagai jenis tanaman. Itulah yang
membuat pulau ini selalu menyediakan bahan pangan tersendiri mulai dari beras, jagung,
kacang-kacangan dan sebagainya. Tidak mengherankan pula banyak sekali lahan-lahan
persawahan yang terhampar luas segenap penjuru pulau ini. Dan orang Rote pun banyak
yang menekuni dunia tani dan kebun.

2. Nelayan
Mengingat letak Pulau Rote yang terpisah tersendiri dan dikelilingi laut, ada sebagian
warga masyarakat Rote yag memilih pekerjaan sebagai nelayan, terutama warga yang
tinggal di wilayah pesisir. Daerah-daerah pesisir di Pulau Rote antara lain pesisir Rote
Timur, Pantai Baru, Batutua, Della (Nemberala), Litianak, Boni, Ndao, Nuse, Landu, dan
Oeseli.

3. Peternak
Sebagian warga masyarakat Pulau Rote juga menghidupi suatu usaha yang telah digeluti
sejak dulu dengan beternak. Jenis ternak besar yang cukup menonjol di wilayah ini
adalah kambing, kuda, domba, babi, sapi dan kerbau. Sedangkan ternak kecilnya adalah
ayam dan itik. Untuk ternak sapi, daerah sentra produksi tersebar di Kecamatan Rote
Timur, Pantai Baru, Rote Tengah dan Lobalain. Kerbau banyak terdapat di Kecamatan
Rote Tengah dan Rote Barat Laut. Sedangkan kuda banyak terdapat di Kecamatan Rote
Barat Daya dan Rote Barat Laut. Populasi domba, kambing dan babi tersebar hampir
merata di seluruh wilayah Kabupaten Rote Ndao.

4. Penenun
Di Pulau Rote, perbedaan peran wanita dan lelaki sangat kentara. Pekerjaan seperti
membuat rumah dan menyadap lotar, membajak sawah dan membuat perhiasan logam
hanya dilakukan oleh kaum lelaki. Sementara wanita mengerjakan pekerjaan feminin,
salah satunya adalah menenun. Bagian wanita Rote, pekerjaan menenun telah dilakukan
sejak zaman dulu. Dalam menenun, biasanya kaum hawa harus ulet dan terampil dalam
setiap tahap dari pekerjaan menenun kain, mulai dari mengolah benang sampai
mempelajari motif-motif yang sesuai dengan adat dan nilai budaya daerah setempat.

Seni menenun di NTT sebagian besar hanya dapat ditemukan di daerah Rote Ndao dan
Pulau Sabu. Berdasarkan catatan sejarah, sebenarnya penduduk Pulau Sabu masih
keturunan orang Rote. Sebab itu, kesenian dari kedua daerah ini pun hampir sama, salah
satunya seni tenun.

BUDAYA
Pakaian Adat

Menelusuri perkembangan Teknologi Tenun lkat di Pulau Rote, diperkirakan sejak masa
sejarah orang Rote sudah mengenal teknologi menenun. sebelum mengenal kapas, mereka
membuat Kain Tenun dari bahan serat gewang. Tenunan yang dihasilkan berupa sarung yang
disebut lambi tei dan selimutyang disebut Lafe tei, dipakai sebagai pakaian harian maupun
pakaian pesta. Tahun 1994 Tim Survei dan pengadaan Koleksi Museum mengunjungi Pulau
Rote, Pada saat itu masih dijumpai seorang Nenek di Kampung Boni- Kec. Rote Barat Daya
yang masih menggunakan kain dari bahan serat gewang. Begitu dalamnya kecintaan sang nenek
terhadap kain tenun dari serat gewang, Hingga akhirnya nenek tersebut pun enggan bahkan tidak
mau menggunakan kain tenun dari benang kapas.

Masuknya Bangsa-bangsa luar ke Pulau rote, membawa perubahan pada berbagai aspek
budaya termasuk teknologi Tenun. Penggunaan serat-serat tumbuhan mulai terganti dengan serat
kapas yang diperkenalkan oleh para lmigran, seperti : serat kapas, dll. serat kapas merupakan
serat terpopuler di dunia' kain yang terbuat dari serat ini disebut kain katun. serat kapas berasal
dari tanaman Gossypium, sejenis belukar dengan tinggi antara 120-180 cm' Pada awalnya
tanaman ini ditemukan di lndia sekitar tahun 5000 SM kemudian menyebar ke Barat dan Timur
hingga ke wilayah Nusantara' sampai abad 19 wilayah Nusantara berswasembada lahan katun.
Dengan diterapkannya politik Tanam paksa oleh Kolonial Belanda, maka pembudidayaan kapas
mulai merosot dan sejak itu benang katun Amerika dan lndia menguasai pasar Nusantara'
Di atas adalah busana pakaian adat Rote,mereka memakai sarung dan selempang dari
tenun ikat yang buat dan di tambah dengan beberapa asesori-asesoris yang mereka gunakan,
seperti bulak molik,habas,pending(ikat pinggang),ti'i langga.

Kain Tenun tradisional pulau Rote memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat
Nusa Tenggara Timur, termasuk Orang Rote-Ndao. Pada masa lampau mereka mengenal adanya
pengakuan terhadap kemampuan menenun bagi seorang penenun. Pengakuan tersebut berkaitan
dengan layak tidaknya seorang wanita untuk dipinang oleh seorang pemuda.Bagi orang Rote-
Ndao,kedewasaan seorang wanita tidak saja ditentukan oleh usia semata. Kedewasaan tersebut
diukur dari apakah sang gadis sudah dapat mengikat motif, mencelup, dan menenun. Apabila hal
tersebut sudah bisa dipenuhi, maka sang gadis sudah pantas mempersiapkan diri menuju
kehidupan berumah tangga. Kain tenun dibuat tidak saja untuk memenuhi kebutuhan akan
pakaiah, tetapi lebih dari itu, kain tenun memiliki peranan penting dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat tradisional.
Rumah Adat Rote

Kabupaten Rote Ndao NTT sebelumnya adalah bagian dari Wilayah Pemerintahan
Kabupaten Daerah Tingkat II Kupang, terbentuk pada tahun 2001 dengan ibukota terletak di
Ba’a. Berikut ini adalah gambar rumah adat Rote NTT

Rumah Musalaki
Rumah Temukung

Makanan Khas

Pulau Rote juga terkenal dengan pohon kelapa dan lontarnya. Warga Nembrala mengolah
daging kelapa menjadi Virgin Coconut Oil (VCO), tempurung dijadikan briket, dan limbahnya
dijadikan hiasan. Warga Nembrala juga membuat kerajinan tangan berbahan dasar tali gewang
yang berasal dari pohon aren, seperti tas, topi dan tempat minum. Di Desa Batutua, kerajinan
tangan yang terkenal adalah aksesoris dari kulit penyu yang dapat diolah menjadi gelang, kalung,
dan liontin. Warga Rote pandai membuat tenun ikat dengan berbagai corak dan ukuran. Mereka
menjual kain tersebut dengan harga berkisar dari Rp 50.000 – 250.000 tergantung corak, ukuran,
dan tingkat kesulitannya.Selain pohon kelapa, ada pula pohon lontar atau pohon tuak. Topi
Ti’ilangga dan alat musik Sasando adalah dua contoh jenis kerajinan tangan berbahan dasar daun
lontar. Daun lontar juga biasa digunakan sebagai alat pengangkut air. Air nira yang berasal dari
pohon lontar dapat diolah menjadi gula semut, gula lempeng, gula air, dan Sopi, minuman keras
khas Rote. Meskipun belum diteliti, konon Sopi bisa mengandung alkohol sampai 70%. Saat
kami datang, di pantai Desa Batutua sedang dibangun dermaga yang nantinya dapat melayani
angkutan kapal barang dari Surabaya dan akan selesai sekitar lima tahun lagi. Keberadaan
dermaga tersebut menyimpan potensi besar bagi masyarakat.
Masyarakat Rote tidak hanya memanfaatkan tanaman ini sebagai sumber kehidupan,
yaitu sebagai penghasil tuak, sopi (minuman tradisional), gula lempeng, gula air, gula semut,
tikar, haik, sandal, topi atap rumah maupun bahan bangunan, tetapi lebih dari itu, masyarakat
sudah menganggap tanaman ini memiliki nilai lebih karena sudah menginspirasi lahirnya alat
musik sasando. Sampai sekarang daun pohon lontar ini masih tetap dipertahankan sebagai
resonator alat musik ini.

Kerajinan dan Kesenian

Masyarakat pulau Rote sangat pintar dan kreatif mereka tidak kehilangan akal untuk
mengolah pohon lontar,selain untuk di konsumsi nira dan buah lontar, para masyarakat Rote
memanfaatkan daun lontar untuk membuat anyaman-anyaman misalnya seperti:

1. Sasando

Sasando adalah alat musik khas dari pulau Rote yang sangat terkenal dan sudah go
internasional, sasando yang di buat dari daun lontar,bambu dan tali senar. Setiap petikan sasando
menghasilkan bunyi dan melodi yang sangat indah untuk di dengar. Sejarah alat musik sasando
Menurut Meok, ada berbagai versi mengenai sejarah tentang alat musik ini, diantaranya konon
ada seorang pemuda bernama Sangguana pada tahun 1650-an terdampar di Pulau Ndana.
Sangguana memiliki bakat seni, sehingga penduduk membawanya ke istana, kemudian putri
istana terpikat dan meminta Sangguana menciptakan alat musik. Sangguana pun bermimpi pada
suatu malam sedang memainkan alat musik yang diciptakannya, kemudian diberi nama sandu
(bergetar).

Karena alat musik yang telah dipasang dalam haik itu beresonansi, maka disebut sandu
atau sanu yang mempunyai arti bergetar atau getaran. Alat ini kemudian disebut sebagai sasandu
yang berasal dari kata ulang sandu-sandu atau bergetar berulang- ulang. Dengan perkembangan
yang terjadi, maka sasandu ini lebih dilafalkan menjadi sasando, sehingga terbawa sampai saat
ini. Namun, ucapan ini tidak mengubah bentuk dan suara dari alat musik ini.
2. Ti’i Langga

Ti'i Langga adalah topi yang di atasnya terdapat antene,yang di ayaman dari daun lontar.
Biasanya topi ini di gunakan oleh kaum adam dalam acara-acara kebudayaan.Bagi orang Rote
topi ti'i langga melambang jiwa kepemimpinan, kewibawaan dan percaya diri.

Tari – Tarian

Salah satu tarian dari Rote adalah tradisional teotona. Tarian perang tradisional teotona
ini, penarinya terdiri dari pria dan wanita yang menarikan dari tarian ini adalah mereka
melakukan gerakannya secara bersamaan. Tarian ini menceritakan tentang peperangan, ketika
perang telah usai dan tiba saatnya bagi para pahlawan perang dari suku Rote Oenale ini untuk
pulang kembali ke wilayah mereka, maka yang pertama kali menyambut kedatangan kembali
para pahlawan perang ini adalah tarian teotona . Kegembiraan begitu ekspresif terpancar dari
mimik dan gerak para penarinya.

Tarian TEOTONA

Orang-orang Rote-Ndao gemar menari. Tari-tarian yang ada didaerah ini beraneka ragam.
Keramaian tari-tarian itu biasanya terlihat pada waktu upacara adat, seperti Limbe (Penerimaan
orang-orang besar atau kematian). Jika dikelompokkan, maka di wilayah Rote terkenal tari-tarian
hiburan perang/tarian pahlawan.

Tarian hiburan yang diikuti juga wanita seperti berikut ini.


a. Tarian Anaka didikodi

b. Tarian Dio DoE

c. Tarian Koa dau-dau

d. Tarian Koda DiloE

e. Tarian Lope

f. Tarian Koni

g. Tarian Memoto apak

h. Tarian Mefo too

i. Tarian Kalabai

Sedangkan yang termasuk dalam tarian perang/pahlawan seperti berikut ini.

a. Tarian baki kodi

b. Tarian kaka baa

c. Tarian kaka musuh

d. Tarian kaka talaE

e. Tarian keki doE

f. Tarian Tabelak

g. Tarian teo Renda

h. Tarian Teo Tono

Semua tarian ini diiringi gong dan gendang. Irama cepat dan lambat sangat tergantung
pada pukulan gendangnya dengan irama yang diatur. Setiap jenis bunyi dan hentakan melukiskan
satu ragam gerak tertentu. Masyarakat Rote sangat menekuni music tradisional yaitu sasandu.

Ruang gema suaranya tergantung dari besar kecilnya timbalontar (haik) di antara ujung
lengkungan itu, disambung bambu dan diberi tali senar plastik. Tali senar plastik itu yang
memberikan nada suara seperti kecapi. Tali senar plastik itu yang memberikan nada suara seperti
kecapi dan dapat dimainkan dengan suara solo yang merdu.
Seni Suara

Lagu-lagu daerah Rote yang terkenal adalah antara lain sebagai berikut.

1. Bolelebo.

2. Mai falie.

3. Mama.

4. Malan Dengga Dea.

5. Ledo hawu.

6. Nusa mansuek.

7. Nusa lote fu funi.

8. Kedi tapis telu.

9. Fali Nusa Lote

WISATA

1. Pantai Nembrala

Obyek wisata ini sudah cukup dikenal bukan saja wisatawan asal Negara Kanguru
(Australia ) tapi juga dikenal secara luas oleh para wisatawan Amerika, Eropa dan sebagainya
Jarak tempuh dari ibu kota Ba’a + 30 Km dengan menggunakan Bus atau Mikrolet yang cukup
nyaman serta ditopang dengan kondisi jalan yang cukup memadai.
Panorama dan keistimewaan pantai Nembrala – Bo’a karena gelombang laut atau dikenal
dengan “Gelombang” yang sangat cocok untuk para wisatawan melakukan olah raga Surfing
(selancar) pecahannya ke kanan yang Barat Daya, pantai ini sangat dikenal dengan pasir putih
yang indah dan menawan serta ombaknya sangat bagus dan menarik dengan 8 kali gulungan
merupakan tantangan bagi peselancar dunia. Pemda Rote Ndao bekerjasama dengan organisasi
Bali melakukan lomba selancar bertaraf internasional yang dilaksanakan pada bulan September –
Oktober setiap tahunnya.

Desa wisata Nembrala. Desa ini menawarkan pemandangan pantai, rimbunan pohon
kelapa yang menjulang tinggi dengan daunnya yang meneduhkan. Benar-benar memanjakan
mata yang memandang.Desa yang terletak di Kecamatan Barat Daya Rote, Kabupaten Rote
Ndao, Nusa Tenggara Timur tersebut bak nirwana wisata yang tersembunyi. Jauh dari hiruk
pikuk kota dengan kesederhanaan dan keramahan penduduk sekitar. Di sekitar pantai Nembrala,
ada beberapa pilihan penginapan, mulai dari hotel hingga homestay dengan tarif puluhan ribu
rupiah hingga ratusan ribu rupiah per malam. Tetapi, saya memilih untuk menghabiskan waktu
beberapa jam saja untuk sekadar duduk-duduk di bibir pantai.

2. Pulau Do'o
Pulau Do’o Adalah sebuah pulau kecil di wilayah Kec. Rote Barat Laut yang terletak
dimulut Pantai Nemberala Tongga.

Pulau ini sangat indah dan menawan karena di kelilingi dengan pasir putih dan laut yang
sangat indah dan dapat dijangkau dengan perahu motor Spedbot + 30 menit. Pulau Do’o kini
sudah mulai dibangun beberapa tempat pariwisata oleh PT. Jasa Marga Pella

3. Batu Termanu

Ada dua Batu Termanu yaitu : Batu Hun dan Batu Suelay, merupakan obyek wisata alam
yang sangat memukau. Setiap perkunjungan wisatawan yang datang ke Kabupaten Rote Ndao.
Ketika kapal motor keluar dari pelabuhan Bolok Kupang yang melewati selat Pukuafu dan yang
pertama terlihat adalah Batu Termanu yang menjulang tinggi.

Disekitar perairan Batu Hun dijadikan obyek wisata Menyelan dan Memancing karena
terdapat terumbu karang Mutiara dan ikan kerapu yang cukup banyak. Batu termanu menurut
legenda masyarakat Rote terdiri atas dua buah yaitu yang satunya adalah jenis Pria berada
langsung di pinggir pantai leli dan satu lainnya jenis wanita terletak beberapa ratus meter sebela
kanan batu pria terletak agak kedalam laut.

Dikatakan pula bahwa batu Termanu adalah batu yang bisa berpindah - pindah tempat
dan berasal dari maluku. Suatu ketika batu ini tiba di Rote dan menetap disana, karena
keadaannya seperti itu maka oleh orang Rote di anggap sebagai Batu Keramat dimana pada saat
tertentu para tua – tua adat sering berdoa dikaki batu untuk memohon turunnya hujan.

4. Pulau Ndana

Pulau Ndana, sebuah kawasan wisata bahari, yang berada di pulau rote. panorama wisata
bahari di pulau ndana - rote ini, membuat pulau ndana, menjadi salah satu kawasan wisata
kepulauan di Pulau Rote.

Lokasi Pulau Ndana yang berada tidak lebih sepeminum teh dari lokasi Pantai Nembrala
- Bo'a jika ditempuh dengan menggunakan speedboat. menuju ke arah barat daya dari posisi
pulau rote dengan menggunakan speedboat, maka akan anda jumpai indahnya pulau ndana.
sebuah pulau kecil, dengan panorama yang menyajikan sejuknya alam yang masih asli dari
sebuah pulau yang terletak di mulut pantai selancar Bo'a - Nembrala.

Anda mungkin juga menyukai