Anda di halaman 1dari 42

TUGAS RESUME

BUKU BAHASA HUKUM INDONESIA


RESUME BUKU BAHASA HUKUM INDONESIA

Judul buku : Bahasa Hukum Indonesia

Tahun terbit : 2018

Penulis : Prof. H. Hilman Hadikusuma, S.H.

Desain sampul : Tim Alumni

Penerbit : P.T. Alumni

Alamat Penerbit : Bandung

Jumlah halaman : 192 halaman, 8 Bab

Cetakan : Ke-5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Bahasa Indonesia

Salah satu kebanggan bangsa Indonesia dan yang merupakan kekaguman dari

bangsa-bangsa lain adalah dikarenakan bangsa kita yang terjadi dan berbagai macam

suku bangsa yang berbeda-beda bahasa dan kebudayaannya ini memiliki bahasa

nasional, yaitu bahasa Indonesia.

Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan di dalam masyarakat, ia merupakan

bahasa ilmu pengetahuan, ia dipakai di lembaga pendidikan dan pengajaran, ia


dipakai di sekolah-sekolah, mulai dari sekolah taman kanak-kanak, sampai perguruan

tinggi, dan kota-kota besar sampai ke berbagai pelosok tanah air.

Kemudian bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang dipakai dalam

menjalankan roda pemerintahan negara. Di dalam pasal 36 Undang-Undang Dasar

1945 dikatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Peraturan

perundangan negara dibuat dalam satu bahasa, bahsa hukum indonesia, sehingga tidak

sulit bagi rakyat membaca dan mengetahuinya.

1.2 Bahasa hukum Indonesia

Bahasa indonesia yang khusus dipakai dalam teori dan praktek hukum, didalam

bentuk aturan tidak tertulis dan aturan tertulis, didalam hukum adat atau hukum

perundangan, yang bersifat khas hukum dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya,

termasuk dalam lingkup bahasa hukum Indonesia.

Jadi Bahasa Hukum Indonesia adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan dalam

bidang hukum, yang mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh

karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah-

kaidah bahasa Indonesia.

Karakteristik bahasa Hukum Indonesia terletak pada istilah-istilah, komposisi serta

gaya bahasanya yang khusus dan kandungan artinya yang khusus. Bahasa hukum

adalah bahasa aturan dan peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban
dan keadila, untuk mempertahankan kepentingan umum dan kepentingan pribadi di

dalam masyarakat.

1.3 Kegunaan mempelajari bahasa hukum

Mempelajari asas-asas dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia bagi kalangan hukum

bertujuan untuk mengatasi kekurang kesempurnaan dalam penggunaan bahasa hukum

dalam berbicara atau mengemukakan pendapat tentang hukum, di dalam membuat

karangan-karangan ilmiah tentang hukum, di dalam membuat aturan-aturan hukum,

perjanjian, keputusan, dan sebagainya.

1.4 Maksud dan Tujuan

Searah tujuan dengan maksud dan tujuan symposium tersebut maka uraian

sederhana ini dimaksudkan untuk mengantarkan mahasiswa yang dipersiapkan utnuk

mempelajari ilmu pengetahuan hukum agar dapat menguasai bahasa hukum

Indonesia.
BAB II

BEBERAPA PENGERTIAN

2.1 Pengertian Bahasa

Bahasa adalah kata-kata yang digunakan sebagai alat bagi manusia untuk

menyatakan atau melukiskan sesuatu kehendak perasaan, pikiran, pengalaman,

terutama dalam hubungannya dengan manusia lain. Jika manusia menyatakan kata-

kata dengan ucapan, kita sebut bahasa lisan. Jika kata-kata itu dilukiskan dalam

bentuk tulisan dengan sebutan bhasa tulisan. Jika lukisan kata-kata itu berbentuk

gambar atau tanda, maka kita sebut bahasa perlambang atau bahasa pertanda.

Dan berbagai macam seperti bahasa keluarga atau bahasa ibu, bahasa daerah,

bahasa asing, bahasa sekolah, bahsa komunikasi resmi, bahasa sehari-hari, bahasa

pengantar, dan bahasa yang dipelajari dan dipakai dalam dunia ilmu pengetahuan

adalah bahasa ilmiah atau bahasa keilmuan.

2.2 Semantik Hukum

Semantik berasal dari bahasa Inggris “semantics” yang disebut juga semasiology.

Semantik hukum adalah ilmu pengetahuan hukum yang menyelidiki makna atau arti

kata-kata hukum, perhubungan dan perubahan arti kata-kata itu dari zaman ke zaman

menurut waktu tempat dan keadaan.


2.3 Kaidah Hukum

Berbeda dari kata-kata yang terurai dalam kalimat sastra umum yang sifatnya

menyatakan sesuatu perasaan atau fikiran, yang mungkin menunjukkan sebab dan

akibat dari apa yang dialami, maka kata-kata itu terurai dalam bentuk kaidah hukum,

bukan hanya menyatakan dan memberikan penilaian tetapi juga bersifat imperatif.

Jadi kaidah hukum itu mengandung kata-kata perintah dan larangan, apa yang harus

dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, tidak sedikit yang mengandung

paksaan.

2.4 Konstruksi Hukum

Sifat ilmu pengetahuan hukum atau singkatnya ilmu hukum adalah dogmatisdan

sistematis, Dogmatis artinya berprasangka baik, berpedoman pada cara dan pendirian

tertentu yang dianggap baik, sistematis artinya kebulatan pengertian dimana yang satu

bertautan dengan yang lain, ada hubungan fungsi antara yang satu dan yang lain.

2.5 Fiksi Hukum

Fiksi hukum adalah sesuatu yang khayal yang digunakan di dalam ilmu hukum

dalam bentuk kata-kata, istilah-istilah yang berdiri sendiri atau dalam bentuk kalimat

yang bermaksud untuk memberikan suatu pengertian hukum.


2.6 Pembentukan Hukum

Pembentukan hukum lebih banyak mengandung hal-hal yang bersifat seni,

menggunakan kata-kata yang indah dalam bentuk puisi atau prosa, lukisan atau

lambang pepatah atau peribahasa. Pada masyarakat modern cara-cara lama itu sudah

tidak sesuai lagi dengan keadaan masyarakatnya.

2.7 Penafsiran hukum

Tidak semua kata, istilah dan kalimat yang menunjukkan suatu kaidah hukum,

baik yang dikemukakan dengan lisan atau dinyatakan dengan tertulis dalam bentuk

perundangan itu sudah jelas dan mudah dipahami. Oleh karenanya di dalam ilmu

pengetahuan hukum dikenal beberapa cara penafsiran hukum, yaitu cara penafsiran

menurut tata bahasa, sistem, sejarah, sosiologis dan otentik.


BAB III

BAHASA KEILMUAN HUKUM

Bahasa keilmuan hukum atau jelasnya bahasa keilmuan tentang hukum adalah

bahasa hukum teoritis, yaitu bahasa hukum yang bersifat ilmiah yang digunakan

dalam mempelajari hukum sebagai ilmu pengetahuan. Bahasa keilmuan ini meliputi

berbagai istilah hukum yang dipakai oleh para pengajar ilmu hukum, di dalam

berbagai peraturan perundang undangan dan keputusan keputusan yang berisi hukum

yang dipelajari secara ilmiah.

Dilihat dari pemakaiannya bahasa hukum itu dapat dibedakan antara bahasa

keilmuan yang bersifat ilmiah semata-mata dan bersifat ilmiah praktis. Bahasa hukum

yang terdapat keputusan-keputusan, peraturan-peraturan perundangan yang lebih

banyak dipakai di dalam praktek kita disebut bahasa hukum praktis. Bahasa hukum

praktis terdiri dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur kehidupan manusia, dan

masyarakat.

Didalam uraian ini kita akan bicarakan adalah bahasa hukum teoritis yaitu istilah-

istilah hukum yang memberikan pengertian hukum secara teoritis yang diantaranya

telah kita uraikan dalam Bab II tentang beberapa pengertian diatas. Bahasa hukum

teoritis ini dipelajari dalam mata pelajaran pengantar ilmu hukum, dibawah ini kita

hanya membicarakan beberapa istilah hukum dimaksud dan kebanyakan merupakan

terjemahan dan istilah-istilah hukum belanda.

1. Kebiasaan dan adat

Istilah kebiasaaan adalah terjemahan dari bahasa belanda gewoonte, sedangkan

istilah adat berasal dari bahasa arab adah, yang maksudnya juga kebiasaan. Jadi

istilah kebiasaan dan istilah adat mempunyai maksudnya juga kebiasaan. Namun

menurut ilmu hukum, kebiasaan dan adat itu dapat dibedakan pengertiannya.
Perbedaan itu dapat dilihat dan segi pemakaiannya sebagai peri-laku atau tingkah-laku

manusia.

Mengucapkan salam adalah kebiasaan perorangan sedangkan menjawab salam

merupakan tidak saja kebiasaan perorangan tetapi juga kebiasaan masyarakat. Apabila

kebiasaan tersebut itu selalu dilakukan orang banyak maka kebiasaan itu menjadi

adat. Jadi adat adalah kebiasaan pribadi yang diterima dan dilakukan masyarakat.

Tetapi sejarah perundangan di Indonesia membedakan pemakaian istilah

kebiasaan dan adat itu, ada kebiasaan di luar perundangan dan ada kebiasaan yang

diakui oleh perundangan. Sedangkan adat selalu diartikan diluar perundangan. HAl

mana menyebabkan ada istilah hukum kebiasaan, hukum adat yang merupakan

hukum tidak tertulis dan tertulis.

2. Hukum adat dan perundangan

Istilah hukum adat berasal dan istilah arab huk’m dan adah. Kata

huk’m(jama’:ahkam) mengandung arti perintah atau suruhan, sedangkan kata adah

berarti kebiasaan. Dari kedua kata itu lahirlah istilah hukum adat yang mengandung

arti aturan kebiasaan. Dalam perkembangan istilah hukum adat tidak saja

mengandung arti hukum kebiasaan yang tradisional, yang juga disebut hukum

adat(dalam arti sempit) tetapi juga termasuk hukum kebiasaan yang modern. Pada

umumnya hukum adat(dalam arti luas) tidak tertulis dalam bentuk perundangan dan

tidak dikodifikasi, jadi tidak tersusun secara sistematis dan tidak dihimpun dalam

bentuk kitab perundangan. Bentuk hukum adat tidak teratur, keputusannya tidak

memakai konsideran, pasal-pasal aturannya tidak sisterhatis dan tidak mempunyai

penjelasan, bahkan kebanyakan tidak ditulis atau dicatat. Jadi yang dimaksud dengan

istilah hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis dalam bentuk perundangan
negara, termasuk pula hukum kebiasaan. Dengan demikian maka hukum adat dapat

dibedakan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Semua peraturan yang tertulis dalam

bentuk keputusan yang dibuat dengan sistem tertentu, terutama oleh pemerintah

negara dan adakalanya dalam bentuk kodifikasi kita sebut perundang undangan. Jadi

undang undang dasar, ketetapan MPR, undang undang, peraturan pemerintah,

keputusan presiden, keputusan mentri, peraturan daerah, keputusan gubernur,

keputusan bupati, keputusan hakim dan sebagainya merupakan perundangan.

3. Hubungan hukum dan hak

Istilah hukum mengandung arti aturan,yaitu aturan yang mengatur hubungan

antara orang yang satu dan yang lain, antara orang dengan masyarakat antara

masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain hubungan-hubungan yang diatur oleh

hukum itu disebut hubungan hukum sebagai terjemahan dari bahasa Belanda

rechtsbetrekking.

istilah hubungan hukum menunjukkan adanya dua segi yang tarik menarik yaitu

adanya hak dan kewajiban, bagi hak dan kewajiban yang sifatnya satu pihak saja

maupun yang dua pihak yang satu pihak saja.

Hak dan kewajiban dalam hubungan hukum itu diatur dalam peraturan hukum

misalnya dalam jual-beli sebagaimana diatur dalam pasal 1475 KUH Pendata

dikatakan “jual beli adalah persetujuan dimana pihak yang satu mengikat diri untuk

menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah

disepakati”.

Sifat pasal tersebut merupakan kaidah hukum yang mengatur hubungan

kemasyarakatan, hubungan antara yang satu dan yang lain didalam masyarakat. Jadi

ditunjukkan kepada semua orang yang melakukan hubungan jual-beli aturan demikian
itu dalam ilmu hukum disebut ilmu objektif yaitu yang menunjukkan aturan hukum.

Apabila aturan hukum itu dikaitkan dengan para pelaku yang mengadakan hubungan

hukum sehingga karena terjadinya hubungan itu menimbulkan hak maka disebut

hukum subjektif. Dalam hal ini hukum mengandung arti Hak. Di dalam bahasa hukum

Belanda baik hukum sebagai aturan maupun hukum sebagai hak disebut recht.

Istilah hak tidak saja mengandung arti kekuasaan tunggal tetapi juga kekuasaan

ganda oleh karena itu suatu hak dapat merupakan serangkaian serangkaian kekuasaan

atau kewenangan.

4. Hak absolut dan Hak relatif

Sebagaimana telah dikemukakan di atas Istilah hak yang mengandung arti

kekuasaan atau kewenangan, namun sejauh mana batas ruang lingkup dari suatu hak

dibatasi oleh hak yang lebih tinggi yaitu kekuasaan yang mengatur hak-hak itu di

dalam atau di luar perundangan. Jelasnya hak-hak itu akan Tidak ada jika ia diberikan

oleh penguasa jika penguasa tidak memberikan hak-hak kepada warganya artinya jika

undang-undang itu tidak mengaturnya maka hak-hak itu tidak ada. Begitu pula

walaupun hak-hak itu diatur di dalam undang-undang, jika kenyataannya tidak

berlaku bahkan dilanggar oleh pihak penguasa sendiri maka hak-hak itu menjadi

Sima.

Jadi ada tidaknya suatu hak atau timbulnya suatu hak karena suatu peristiwa

hukum yang terjadi menurut ilmu hukum hak-hak itu dapat dibagi dalam dua

kelompok yaitu yang disebut dengan istilah hak absolut dan hak relatif. Hak Absolut

adalah hak yang mutlak diberikan kepada setiap subjek hukum untuk berbuat dalam

memperhatikan kepentingannya dan setiap subjek hukum yang lain berkewajiban

menghormati hak absolut seseorang. Hak relatif adalah hak yang diberikan oleh
hukum hanya kepada subjek hukum lain yang tertentu agar ia berbuat sesuatu tidak

berbuat sesuatu atau memberi sesuatu.

Baik hak Absolut maupun hak relatif masih dapat dibedakan dalam beberapa

macam hak. Hak Absolut dibedakan dalam hak asasi manusia, hak publik absolut, dan

hak privat Absolut. Hak relative dibedakan dalam hak publik relatif, hak keluarga

relatif, dan hak kekayaan relatif.

5. Subjek hukum dan objek hukum

Istilah subjek hukum dimaksudkan adalah orang yang mempunyai hak dan

kewajiban sedangkan istilah objek hukum dimaksudkan adalah sesuatu yang bernilai

dan bermanfaat bagi orang sebagai subjek hukum.

Subjek hukum yang mempunyai kekuasaan sebagai pendukung hak dan

kewajiban dapat dibedakan antara orang yang merupakan badan manusia yang

dilahirkan Tuhan ke muka bumi dan orang yang merupakan badan hukum yang dibuat

manusia karena kehendak manusia untuk melaksanakan hubungan-hubungan hukum.

Baik orang sebagai badan manusia dan orang sebagai badan hukum kesemuanya

adalah badan hukum yang mempunyai kekuasaan sebagai pendukung hak.

Badan hukum yang tidak bernyawa seperti manusia tidak mempunyai hak-hak

asasi seperti manusia, Ia hanya diadakan karena kebutuhan yang menyangkut harta

kekayaan di dalam pergaulan hukum. Perhimpunan-perhimpunan persekutuan

manusia perseroan, Yayasan begitu pula negara merupakan badan hukum dilihat dan

adanya harta kekayaan yang terpisah dari pengurus dan anggota anggotanya.
6. Peristiwa Hukum

Istilah peristiwa hukum adalah terjemahan dari istilah hukum Belanda rechtsfeit

yang mengandung arti kejadian yang diatur oleh hukum. Bagaimana dengan istilah-

istilah hukum yang telah diuraikan sebelumnya begitu pula istilah peristiwa hukum ini

dapat pula menimbulkan beberapa pengertian hukum dengan istilah-istilah hukum

yang lain. Peristiwa hukum adalah peristiwa kemasyarakatan yang diatur oleh hukum

yaitu merupakan kejadian-kejadian yang timbul karena perbuatan manusia di dalam

pergaulan bermasyarakat yang diatur dalam hukum.

BAB IV
BAHAS HUKUM KETATANEGARAAN

Hukum ketenagakerjaan adalah aturan-aturan tentang pemerintahan negara,

dan bahasa hukum hukum ketatanegaraan berarti bahasa yang dipakai dalam

membberikan pengertian tentang hukum ketatanegaraan, baik yang bersifat tertulis

maupun tidak tertulis.

Didalam uraian ini yang akan dibicarakan hanya beberapa pengertian istilah yang

dipakai dalam hukum ketatanegaraan pada umumnya, baik yang dipakai dalam ilmu

pengetahuan hukum maupun dalam hukum perundangan.

1. KONSTITUSI

Istilah konstitusi berasal dari istilah inggeris constitution yang maksudnya

adalah dasar hukum. Perbedaan antara konstitusi dan UUD adalah pada bentuknya

yang tertulis maupun tidak tertulis didalam suatu naskah tertentu. Apabila hukum

dasar itu tertulis dalam bentuk suatu naskah undang-undang tertentu maka ia

merupakan undang-undang dasar atau disebut konstitusi formal. Jika hukum dasar itu

terutama bersandar pada hukum tidak tertulis (konvensi), maka ia disebut konstitusi

atau dengan istilah konstitusi material.

2. KONVENSI

Istilah konvensi berasal dari bahasa prancis convention yang dalam hal itu

berarti kebiasaan atau kelaziman. Konvensi merupakan aturan-aturan yang antara lain

mengatur bagaimana hubungan antara pemerintah kabinet dengan parlemen yang

tidak tertulis dalam bentuk undang-undang dasar.


Didalam hukum acara perdata istilah konvensi dipakai untuk menyatakan

adanya suatu gugatan yang mula-mula diajukan penggugat.

Didalam hukum internasional istilah konvensi berarti persetujuan atau

perjanjian antara beberapa negara tentang suatu kkepentingan yang bukan

kepentingan politik, misalnya disebut konvensi bem (1886) tentang perlindungan hak

cipta, atau disebut convention for the protection of human rights and fundamental

freedoms, yang dicetuskan oleh majelis eropa (council of europe) pada tahun 1950.

3. BENTUK KETATANEGARAAN

Dikatakan bentuk ketatanegaraan apabila beberapa negara mempunyai ikatan

hubungan antara yang satu dan yang lain menurut kedudukan tertentu, misalnya

koloni, protektorat, konfederasi, persemakmuran dan uni. Selanjutnya dikatakan

bentuk pemerintahan apabila dilihat pada organisasi pelaksana jabatan pemerintahan

negaranya, misalnya yang disebut kerajaan, republik dan demokrasi.

a. Negara kesatuan

Dengan istilah negara kesatuan, yang dimaksud adalah suatu negara yang

daerahnya tidak terbagi-bagi dalam bebrerapa bagian yang berdiri sendiri, yang

mempunyai kekuasaan membuat undang-undang dasar sendiri (pouvoir constituant).


b. Negara serikat

Dengan istilah negara serikat atau disebut juga negara federasi (bondstaat), maka

yang dimkasud adalah suatu negara yang wilayahnya terdiri dari beberapa negara

bagian yang berserikat dalam bentuk satu negara.

c. Koloni dan protektorat

Istilah koloni berasal dari istilah inggris colony atau istilah belanda kolonie yang

artinya jajahan, yaitu suatu negara yang dijajah negara lain. Wilayah negara jajahan

merupakan bagian dari negara penjajah atau dapat juga sebgai wilayah sendiri.

d. Konfederasi dan kesemakmuran

Dikatakan pesemakmuran dikarenakan yang menjadi dasar persekutuan negara-

negara anggota adalah kerjasama secara sukarela dilapangan ekonomi, perdagangan

dan keuangan, sehingga negara-negara tersebut termasuk dalam kesatuan sterling

area, suatu lingkungan mata uang inggris.

e. Uni

Dikatakan uni rial artinya persatuan yang sesungguhnya apabila negara-negara

anggota dalam mengurus internasional dilaksanakan oleh suatu badan yang dibentuk

bersama, tetapi apabila masing-masing negara itu masih tetap mengurus urusan luar

negeri dan dalam negerinya sendiri, maka bentuk uni itu dikatakan uni personal.
f. Kerajaan

Istilah kerajaan atau istilah asingnya monarchi berarti suatu negara yang

diperintah oleh raja (monarch) sebagai kepala negara.

g. Republik

Istilah republik berasal dari bahasa latin respublica yang artinya kepentingan

hukum.

h. Demokrasi

Demokrasi berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Kehidupan

demokrasi adalah didasarkan pada keyakinan bahwa semua manusia adalah anggota

masyarakat yang merdeka dan mempunyai hak yang sama.

4. IDEOLOGI NEGARA

Pengertian ideologi negara adalah padangan hidup atau cita-cita hidup dari

negara. Untuk mengetahui ideologi suatu negaradapat dilihat dari konstitusinya, dan

apabila tidak disebut dalam konstitusi maka dapat diketahui dari golongan

penguasanya. Jadi apabila negara itu dikuasai golongan nasional atau agama , maka

pandangan hidupnya nasional atau agama, dan apabila negara itu dikuasai golongan

sosialis atau komunis, maka pandangan hidupnya adalah sosialis atau komunis.

5. KEDAULATAN

Istilah kedaulatan adalah suatu pengertian tentang sifat negara (kerajaan) yang

absolut dijaman dahulu. Dalam hukum ketatanegaraan istilah kedaulatan mengandung


arti kekuasaan pemerintahan yang tertinggi dan mutlak, dalam hukum internasional

kedaulatan berarti kemerdekaan suatu negara terhadap negara-negara lain.

6. TRIAS POLITICA

Istilah trias politica berasal dari doktrin (ajaran) montesquieu (1689-1755) yang

berarti tiga kekuasaan, maksudnya tiga kekuasaan yang terpisah, dimana alat-alat

perlengkapan negara dibagi menjadi kekuasaan legislatif (pembuat undang-undang),

kekuasaan eksekutif (pelaksana undang-undang), dan kekuasaan yudikatif (pelaksana

peradilan). Menurut montesquieu agar kemerdekaan rakyat, hak-hak asasi rakyat tidak

diperkosa, maka tiga kekuasaan itu harus dipisah. Istilah lain dari trias politica yang

juga dipakai adalah tripraja.

7. HAK-HAK ASASI MANUSIA

Hak-hak asasi manusia adalah paham kemanusiaan yang menggangap bahwa

sejak manusia lahir dimuka bumi dan hidup bermasyarakat telah memiliki dan

membawa hak-hak asasinya. Sebelum lahirnya piagam PBB itu indonesia sudah lebih

dahulu menempatkan hak-hak asasi warganegaranya ke dalam UUD 1945 yang lahir

pada tanggal 18 Agustus 1945. Hak-hak asasi tersebut adalah sebagai berikut:

*Pasal 27 (1) tentang kesamaan kedudukan warga negara didalam hukum dan

pemerintahan,

*pasal 27 (2) tentang hak tiap warganegara atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak,

*pasal 28 tentang kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran

dengan lisan dan tulisan.


*pasal 29 (2) tentang kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agama dan untuk

beribadah.

*pasal 31 (1) tentang hak tiap warganegara mendapat pengajaran.

8. PERUBAHAN KONSTITUSI

Yang dimaksud perubahan konstitusi atau perubahan undang-undang dasar

adalah perubahan dalam arti pembetulan atau perbaikan dari isi bab atau pasal-pasal

tertentu dari undang-undang dasar. Apabila perubahan itu menyangkut dasar atau

bentuk ketatanegaraanya, maka kita sebut penggantian undang-undang dasar.

9. HUKUM ADMINISTRASI

Hukum administrasi adalah hukum yang menata (mengatur) usaha (tugas jabatan)

pemerintahan untuk kepentingan umum, tidak termasuk tugas-tugas pembuatan

perundangan, pelaksaan pemerintahan dalam arti luas dan juga tidak termasuk tugas

tugas pemerintahan daerah yang bersifat swatantra. Singkatnya hukum administrasi

adalah hukum tata-usaha pemerintah pusat yang menentukan dan mengatur

penyelenggaraan kepentingan umum, yang didalam istilah belanda disebut

bestuurszorg.

10. HUKUM INTERNASIONAL

Sumber hukum internasional adalah seperti perjanjian-perjanjian internasional,

kebiasaan-kebiasaan internasional, asas-asas hukum yang umum berlaku,

yurisprudensi peradilan internasional dan pandangan para ahli hukum internasional.

Pada umumnya hukum internasional meliputi hukum publik internasional. Hukum

publik internasional, mengatur hubungan antara subjek-subjek hukum internasional


berdasarkan perjanjian internasional, hukum kebiasaan internasional, prinsip-prinsip

hukum pungut dan putusan-putusan mahkamah internasional dan mahkamah arbitrasi

internasional.
BAB V

BAHASA HUKUM KETATANEGARAAN ADAT

Istilah-istilah hukum ketatanegaraan yang telah dikemukakan di atas terdiri dari

berbagai istilah yang digunakan dalam ilmu pengetahuan hukum dan hukum

perundangan di Indonesia. Istilah-istilah tersebut ada yang telah terangkat menjadi

Bahasa nasional dan ada yang masih bersifat lokal.

1. PANCASILA

Pancasila adalah kata majemuk dari Panca yang artinya Lima dan Sila yang

artinya asas atau dasar. Untuk pertama kalinya kata Pancasila itu dikemukakan oleh

Bung Karno dalam pidatonya di hadapan siding Dokuritsu Junbi Kosakai (Badan

Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan), pada tanggal 1 Juni 1945 di Jakarta,

untuk menyatakan tentang lima dasar negara

2. BHINNEKA TUNGGAL IKA

Istilah Bhinneka Tunggal Ika berasal dari lontar Sutasoma karya Mpu

Tantular yang antara lain berbunyi “ Bhinneka Tunggal Ika, tan hana Dharma

mangrwa” maksudnya, berbeda itu satu, tidak ada kebenaran (agama) mendua.

3. SANG BHUMI RUWA JURAI

Kata-kata Sang Bhumi Ruwa Jurai tercantum dalam lambang daerah tingkat

1 Provinsi Lampung. Kata-kata Sang Bhumi Ruwa Jurai adalah bahasa daerah yang

terdiri dari kata sang artinya yang mulia, bumi artinya tanah kediaman, ruwa artinya

dua, jurai artinya garis keturunan. Jadi Sang Bhumi Ruwa Jurai maksudnya adalah

tanah kediaman mulia dari dua asal keturunan, yaitu masyarakat penduduk aslidan

penduduk pendatang (transmigrasi).


4. SWASTIKA

Menurut ajaran Hindu Bali kata Swastika itu terdiri dari kata su (baik) asti

(adalah) ke (menunjukkan sifat). Jadi Swastika bersifat baik. Kata-kata itu terjelma

pula dalam pergaulan, misalnya Ketika memberi salam dengan menyebut om

swastiastu, maksudnya om (aksana suci untuk Sang Hyang Widhi), swasti (adalah

baik), astu (mudah-mudahan).

5. MUSYAWARAH

Istilah musyawarah berasal dari bahasa Arab dan ajaran islam, misalnya di

dalam Al-Qur’an surah Asysyuraa (42) ayat 38. Peribahasa Melayu mengatakan

“Bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat” artinya bersatunya air karena ada

penyalur, bersatunya karena ada mufakat. Jadi mungkin saja di dalam

permusyawaratan terjadi perbedaan pendapat, namun dikarenakan saling pengertian di

antara pesertanya menimbulkan kesepakatan.

6. MASYARAKAT HUKUM ADAT

Persekutuan Hukum Adat dapat dibedakan antara bentuk persekutuan

kekerabatan (keluarga, marga, kerabat), persekutuan ketetanggan (kampung, dusun,

desa, kuria, nagari, marga) dan persekutuan keorganisasian (perkumpulan sosial

budaya-agama, sosial-ekonomi-politik). Istilah masyarakat hukum merupakan

terjemahan dari istilah asing Belanda rechtsgemeenschap, kemudian untuk

masyarakat hukum adat disebut adatrechtsgemeenschap.


7. PERSEKUTUAN KEKERABATAN

Dengan istilah persekutuan kekerabatan yang dimaksud adalah bentuk-

bentuk hubungan kekerabatan yang terjadi dikarenakan ikatan darah (genealogis)

berdasarkan keturunan melalui garis ayah (patrilineal), atau melalui garis ibu

(matrilineal) atau melalui garis kedua orang tua (parental, bilateral). Persekutuan-

persekutuan kekerabatan itu mempunyai tata-tertib adat sendiri dan pimpinan sendiri

bahkan ada kalanya mempunyai harta Bersama, milik Bersama, yang dikuasai secara

Bersama, untuk kepentingan Bersama.

8. PERSEKUTUAN KETETANGGAAN

Istilah ketetanggaan mengandung arti adanya hubungan bertentangan rumah,

yang ikatannya didasarkan atas rasa kekeluargaan antara sesame anggota dikarenakan

mendiami satu kesatuan tempat kediaman, di pendukuhan atau di desa. Pada

umumnya di Indonesia bentuk persekutuan ketetanggan dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu persekutuan yang organisasi kemasyarakatan berdasarkan kesatuan

wilayah semata-mata (territorial) dan persekutuan yang organisasi kemasyarakatannya

berdasarkan kesatuan wilayah dari kesatuan keturunan atau kekerabatan (territorial-

genealogis)

9. PERSEKUTUAN KEORGANISASIAN

Istilah keorganisasian yang dimaksud adalah hubungan keanggotaan dalam

satu organisasi atau perkumpulan, di mana para anggota nya terikat satu sama lain

berdasarkan rasa kekeluargaan dikarenakan terhimpun dalam satu kesatuan

organisasi. Organisasi atau perkumpulan itu dapat berbentuk sederhana yang tidak

begitu teratur dan dapat berbentuk modern yang teratur dengan memakai anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga yang tertulis. Misalnya perkumpulan keagamaan,

seni-budaya, muda-mudi,olah-raga, golongan ekonomi, golongan karya, golongan

politik dan sebagainya.


BAB VI

BAHASA HUKUM KEPERDATAAN

1.Kewargaan dan keluarga

A. Kewargaan

istilah kewargaan berasal dari kata dasar warga yang artinya anggota,

misalnya anggota keluarga, anggota perserikatan, warga kota artinya penduduk kota,

warga negara artinya anggota dari pada rakyat suatu negara.

Di dalam pasal 1KUH perdata dikatakan:

“Menikmati hak kewargaan tidaklah tergantung pada hak kenegaraan”

B. Keluarga

keluarga dalam arti sempit adalah orang seisi rumah, anak-isteri, batih;dalam arti

luas yaitu sanak saudara atau anggota kerabat dekat.

Meneurut pasal 31 ayat(3) UU Perkawinan no. 1 tahun 1974 dikatakan:

‘ Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga’

2.Anak

A. Anak kandung

anak kandung adalah anak sendiri, yaitu anak turunan hasil pencampuran antara

suami isteri. Jika perkawinan suami dan isteri itu sah maka anak-anak turunan mereka

adsalah anak kandung yang sah.

B.Anak pria dan anak wanita

sesungguhnya tidak ada beda antara anak pria dan anak wanita menurut hukum.

Tetapi dikalangan masyarakat indonesia dimana masih terdapat perbedaan struktur


masyarakat adatnya, maka nampak adanya perbdaan keududkan antara anak pria dan

anak wanita.

C. Anak sulung dan anak bungsu

anak sulung adalah anak tua atau anak terutua, yaitu anak yang lahir pertama dar

adik adiknya, sedangkan anak bungsu adalah anak termuda atau terakhir dari

kakaknya.

D. Anak tiri dan anak angkat

anak tiri adalah bukan anak sendiri.

E. Anak piara,anak pungut atau anak akuan

yaitu misalnya belum memeiliki keturunan, atau belum memiliki dari diri sendiri.

F. Anak kemenakan, anak pisang

ialah anak dari saudara atau kakak atau adik yang memiliki anak atau keturunan

di sebut kemenakan.

3.Perkawinan

A. Arti perkawinan

kata dasar kawin adalah jodoh.

Menurut pasal 1UU no. 1/1974

“perkawinan ilaha ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita untuk menjadi

sebuah keluarga”.

Menurut pasal 2 (1) UU no1/1974

“perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya

dan kepercayaannya itu”.


B. Suami istri

(pasal30 UU no. 1/1974)

Menurut UU no. 1/1974:

“hak kedudukan istri adalah seimbang dengan hak kedudukan suami dalam kehidupan

rumah tangga.

C. Harta perkawinan

menurut pasal 35 UU no.1/1974

1.harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

2.harta bawaan adalah harta yang berupa hadiah atau warisan.

D. Perkawinan campuran

menurut pasal 57 UU no. 1/1974

yang dimaksud perkawinan campur ialah perkawinan antara uda orang yang di

indonesia karena tunduk pada hukum berlainan. Karena perbedaan kewarganegaraan.

E. Perceraian

kata cerai artinya pisah.

Pasal 39 (1) UU no. 1/1974 menyatakan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di

depan sidang pengadilan yang berwenang.


4.Pewarisan

A. Arti pewarisan

istilah pewarisan adalah kata bentukan dari kata dasar waris yang berasal dari

bahasa arab. Jadi waris berarti orang yang mendapat harta warisan dari pewaris yang

telas wafat.

B. Harta peninggalan

sebenarnya yang dikatakan warisan itu adalah harta yang di TINGGALKAN

karena pewaris wafat.

C. Sistem pewarisan

yaitu terdiri dari:

1.sistem pewaris kolektif

2.sistem pewaris mayorat

3.sistem pewaris individual.

D. Pewaris dan waris

pewaris ialah orang yang mewariskan atau orang yang meneruskan harta

peninggalannya kepada waris.

Waris ialah orang yang mendapatkan bagian tersebut.


5.Perikatan

A. Arti perikatan

yang mengandung arti segala sesuatu yang ada hubungannya dengan ikatan.

B. Sah persetujuan

artinya menjadikan sah atau menyatakan sah.

C. Hapusnya perikatan

menghapus berarti menghilangkan, meniadakan, menyatakan tidak berlaku lagi.

D. Jual beli

adalah suatu persetujuan dimana pihak yang satu meningkatkan dirinya untuk

menyerahkan kebendaan dan pihak yang lain membayar harga yang telah di janjikan.

E. Sewa menyewa

adalah menyewakan atau meminjamkan sesuatu dalam jangka waktu tertentu .

F. Penitipan

ialah hal yang dititpkan dalam jangka waktu hingga di ambil kembali.

G. Perdagangan

Disebut perniagaan mengandung arti urusan berdagang atau urusan berniaga.

Berdagang artinya berniaga, berjual beli.

A. Pembukuan

adalah hal yang dilakukan untuk mengatur segala sesuatu yang terlah di lakukan

saat berniaga dalam buku buku.

B. Perseroan

artinya perserikatan dagang, kongsi atau juga disebut maskapai.


C. Persekutuan firma

adalah persekutuan dari beberapa orang firman, yaitu beberapa pesero atau sekutu

yang berusaha dengan nama bersama.

D. Persekutuan komanditer

dalam pasal 19 KUH dagang, adalah persekutuan dengan cara peminjaman uang

yang diadakan antara seorang sekutu atau lebih yang bertanggung jawab secara

pribadi dan untuk sluruhnya dengan seorang atau lebih sebagai pemberi uang(modal)

E. Perseroan terbatas

menurut pasal 36 KUH dikatakan perseroan terbatas tidak mempunyai firma dan

tidak memakai nama dari seseorang sekutunya atau lebih melainkan memakai nama

menurut tujuan perusahaannya.

F. Makelar

menurut pasal 62 KUH, makelar adalah perdagangan perantara yang diangkat

gubernur jenderal(baca presiden) atau pembesar yang berwenang untuk itu.

G. Komisioner

adalah membuat perjanjian atas nama sendiri atau firma, atau atas perintah dan

untuk tanggungan orang lain dengan mendapatkan upah tertentu atau provosi.
BAB VII

BAHASA HUKUM PIDANA

Istilah pidana berasal dari bahasa Hindu Jawa yang artinya hukuman, nestapa

atau sedih hati, dalam bahasa Belanda disebut straf, dipidana artinya dihukum,

kepidanaan artinya segala sesuatu yang bersifat tidak baik, jahat, pemidanaan artinya

penghukuman. Jadi hukum pidana sebagai terjemahan dari bahasa Belanda strafrecht

adalah semua aturan yang mempunyai perintah dan larangan yang memakai sanksi

(ancaman) hukuman bagi mereka yang melanggarnya.

1. ASAS HUKUM PIDANA

Asas hukum pidana adalah pokok dasar dalam aturan-aturan pidana, Asas

hukum pidanan di dalam KUH Pidana tercantum pada pasal 1 yang menyatakan,

“tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam

perundangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan” Asas ini berasal dari bahsa

Latin yang menyatakan “nullum delictum, nulla poena, sine previae, lege poenali”,

yang artinya tiada peristiwa pidana, tiada pidana tanpa adanya aturan pidana terlebih

dahulu.

2. PERISTIWA PIDANA

Dengan istilah peristiwa pidana atau juga disebut perbuatan pidana,

Tindakan pidana atau delik, yang dimaksud adalah semua peristiwa perbuatan yang

bertentangan dengan hukum pidana. Pelanggaran hukum yang diancam dengan

hukuman (pidana) itulah yang dikualifikasi sebagai peristiwa pidana di dalam bahasa

Belanda disebut strafbaarfeit.


3. PELAKU PERISTIWA PIDANA

Kata pelaku atau pembuat dalam hak ini berarti orang yang melakukan atau

orang yang membuat perbuatan salah dalam peristiwa pidana. Di dalam hukum

pidanan berlaku asaas “tiada hukuman tanpa kesalahan”. Asas ini berasal dari

keputusan Pengadilan Tinggi Negeri Belanda tanggal 14 Februari 1916. Jadi pelaku

dalam peristiwa pidana harus orang yang bertanggung jawab atas perbuatannya yang

salah.

4. KESALAHAN

Menurut hukum pidana kesalahan itu dalam arti luas dan dalam arti sempit.

Dalam arti kesalahan meliputi tiga analisir yaitu tentang pertanggung jawab, dari

pelaku, kesalahan dalam arti sempit yaitu kehilapan atau karena kesengajaan dan

perbuatannya dapat dipertanggung jawabkan kepada si pelaku.

5. HUKUMAN POKOK

Hukuman pokok itu ada lima macam, yaitu hukuman mati, hukuman penjara,

hukuman kurungan, hukuman denda, dan hukuman tutupan.

A. Hukuman Mati

Hukuman mati adalah hukuman yang dilaksanakan untuk menghilangkan

nyawa terhukum.

B. Hukuman Penjara

Hukuman penjara adalah hukuman seumur hidup atau waktu tertentu.


C. Hukuman Kurungan

Hukuman kurungan adalah hukuman terhadap kebebasan seseorang yang

lebih ringan dari hukuman penjara.

D. Hukuman Denda

Hukuman denda berarti hukuman yang berupa keharusan membayar dengan

uang atau juga dalam arti uang yang harus dibayarkan sebagai hukuman

karena melanggar hukum.

E. Hukuman Tutupan

Hukuman tutupan adalah hukuman yang digunakan untuk menutupi

terhukum dari perbuatan kesalahannya yang patut dihormati.

6. HUKUMAN TAMBAHAN

Hukuman tambahan adalah hukum yang ditambahkan terhadap hukuman

pokok bagi terhukum tertentu.

A. Pencabutan Hak

Menurut pasal 35 (1) KUH Pidana dikatakan bahwa Hak-Hak terhukum

dengan putusan hakim dapat dicabut dalam hal-hal yang ditentukan dalam

kitab undang-undang ini atau dalam aturan umum lainnya.

B. Perampasan Baran dan Pengumuman Putusan Hakim

Menurut pasal 39 Ayat 1-3 KUH Pidana dikatakan “Barang-barang

kepunyaan terpidana yang diperoleh dari kejahatan atau yang sengaja

dipergunakan untuk melakukan kejahatan dapat dirampas.


7. KEJAHATAN ATAS PELANGGARAN

Perbedaan kejahatan dan pelanggaran itu didasarkan pada perbedaan antara

delik hukum dan delik undang undang. Yang dimaksud delik hukum adalah semua

perbuatan yang tidak saja bertentangan dengan undang-undang tetapi juga

bertentangan dengan kesadaran hukum rakyat. Sedangkan delik Undang-undang

adalah semua perbuatan yang hanya bertentangan dengan ketentuan undang-undang.

8. PERBUATAN KEJAHATAN

A. Kejahatan Keamanan dan Ketertiban Umum

Dengan demikian kejahatan keamaan atau kejahatan terhadap keamaanan

berarti peristiwa pidana yang menganggu ketentraman, sedangkan kejahatan

ketertiban umum atau kejahatan terhadap ketertiban umum berarti peristiwa

pidana yang menganggu keadaan umum yang teratur.

B. Kejahatan Kesusilaan

Kejahatan kesusilaan artinya kejahatan terhadap keadaaban, yaitu kejahatan

terhadap kehalusan dan kebaikan budi pekerti atau tingkah laku.

C. Penghinaan

Perbuatan penghinaan adalah perbuatan yang dilakukan oleh siapa saja yang

dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan

menuduh sesuatu hal, yang dimaksudnya terang supaya diketahui umum.

D. Kejahatan Kebebasan

Kejahatan kebebasan yang dimaksud adalah kejahatan terhadap kebebasan

orang.
E. Pembunuhan

Perbuatan pembunuhan adalah perbuatan oleh siapa saja yang dengan

sengaja merampas nyawa orang lain.

F. Penganiayaan

Penganiayaan artinya perlakuan yang sewenang-wenang dengan penyiksaan,

penindasan, dan sebagainya terhadap teraniaya.

G. Pencurian

Menurut KUH Pidana, pencurian adalah perbuatan mengambil barang

sesuatu atau seluruhnya atau Sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud

untuk memiliki secara melawan hukum.

H. Pemerasan

Pemerasan artinya perbuatan atau hal memeras orang lain untuk

mendapatkan keuntungan dengan cara ancaman atau paksaan.

I. Penggelapan

Penggelapan adalah perbuatan oleh siapa saja yang dengan sengaja dan

melawan hukum mengakui sebagai milik sendiri, barang sesuatu yang

seluruhnya atau Sebagian kepunyaan orang lain yang berada dalam

kekuasaannya bukan karena kejahatan.

9. PERBUATAN PELANGGARAN

Jadi pelanggaran dalam arti umum ialah tubrukan, sedangkan dalam arti

hukum ialah perbuatan yang melanggar undang-undang. Hal mana berarti perbuatan

pelanggaran itu merupakan peristiwa pidana yang ringan jika dibanding kejahatan.
A. Kenakalan

Kenakalan itu terjadi apabila seseorang melakukan perbuatan nakal terhadap

orang atau barang yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian atau

kesusahan.

B. Pengemis dan Gelandangan

Pidana perbuatan mengemis di depan umum, diancam kurungan paling lama

enam minggu. Sedangkan pidana perbuatan bergelandangan tanpa pencarian,

diancam karena melakukan pergelandangan dengan hukuman kurungan

paling lama tiga bulan.

C. Gelar, Tanda Kehormatan, Pakaian dan Pesta

KUH Pidana barang siapa tanpa wewenang memakai gelar atau tanda

kehormatan Indonesia, tanpa izin menerima tanda kehormatan, title,pangkat,

atau derajat asing, atau Ketika ditanya oleh penguasa yang wenang tentang

Namanya memberikan nama palsu (Pasal 507 KUH Pidana)

D. Panggilan Resmi dan Pertolongan

Menurut KUH Pidana merupakan pelanggaran terhadap penguasa umum,

barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak datang

secara melawan hukum, diancam denda paling banyak enam puluh rupiah

(Pasal 512 KUH Pidana)

E. Perbuatan Amoral

Menurut KUH Pidana barang siapa di muka umum menyanyikan lagu-lagu

atau berpidato, atau membuat tulisan atau gambar yang melanggar kesusilaan

diancam hukuman kurungan paling lama tiga hari atau denda paling banyak

lima belas rupiah (Pasal 532 KUH Pidana)


BAB VIII

BAHASA HUKUM ACARA

Hukum acara yang juga disebut hukum formal atau hukum proses adalah aturan-

aturan yang mengatur cara mempertahankan dan melaksanakan hukum material. Jadi

hukum acara itu mengatur bagaimana cara menyelesaikan perkara dihadapan hakim

yang melaksanakan peradilan.

1. PERADILAN

Peradilan artinya segala sesuatu tentang perkara pengadilan, atau tentang cara

melaksanakan keadilan dalam menyelesaikan perkara, sedangkan keadilan berarti

sifat, perbuatan, perlakuan, yang adil, atau yang adil bagi kehidupan masyarakat.

2. HAKIM

Hakim berarti pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-

undang untuk mengadili.

3. PERSIDANGAN

Persidangan dalam hukum acara berartoi majelis hukum dan beberapa

anggota lainnya yang bersidang, memeriksa dan mengadili perkara dengan

bermusyawarah kemudian mengambil keputusan, bretempat di pengadilan negeri atau

di tempat yang ditentukan untuk itu.

4. BANTUAN HUKUM

Bantuan hukum artinya tenaga, pikiran hukum, karya hukum, yang

digunakan untuk membantu para pihak yang terpekara.


5. ACARA PERDATA

Perkara perdata menyangkut kepentingan orang yang satu dan orang yang

lain, baik sebagai pribadi maupun sebagai badan hukum. Istilah ini dikenal adalah

penggugat atau tergugat.

A. Gugatan

Menggugat artinya mengajukan perkara perdata kepada hakim, Tergugat

ialah orang lain, lawan perkara yang digugat, gugatan artinya sesuatu

yang digugat.

B. Verstek dan Verset

Istilah Verstek berasal dari bahasa Belanda maksudnya, pernyataan

bahwa tergugat tidak hadir pada waktu sidang pengadilan yang pertama,

walaupun tergugat atau juru kuasa nya telah dipanggil dengan

sepatutnya. Verset. yang artinya perlawanan menurut hukum,

menentang, memerangi, menyangkal, menyalahi.

C. Perdamaian

Perdamaian artinya penghentian permusuhan, pesengketaan atau

pemufakatan, menghentikan persengketaan.

D. Eksepsi

Kata eksepsi berasal dari bahasa Belanda yang artinya tangkisan,

maksudnya tolak, elak, bantah, tangkisan artinya perbuatan menangkis,

melawan, atau juga dalam arti perlawanan atau penolakan.

E. Rekovensi, Kumulasi, dan Interverensi

Rekovensi artinya gugatan kembali, gugatan balasan, tuntutan kembali,

atau tuntutan melawan. Kumulasi mengandung arti dikumpulkannya

beberapa gugatan menjadi satu gugatan untuk tujuan yang sama.


Interverensi adalah perbuatan ikut sertanya pihak ketiga dalam suatu

pemeriksaan perkara dikarenakan kepentingannya terlibat.

F. Kesaksian

Kesaksian artinya keterangan atau bukti pernyataan yang diberikan

kepada orang yang melihat, atau keterangan, atau pernyataan yang

diberikan saksi.

G. Sumpah

Sumpah berarti pernyataan yang diucapkan dengan resmi dan dengan

bersaksi kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggap suci bahwa apa yang

dikatakan atau dijanjikan itu benar dan berani melakukan sesuatu atau

menderita sesuatu kalua pernyataannya tidak benar.

H. Pembuktian Perdata

Berarti Perbuatan hakim dalam usahanya menyelidiki apakah suatu

hubungan hukum yang diperkarakan itu terbukti, artinya benar-benar ada

atau tidak. Untuk itu Hakim harus melihat bahan-bahan bukti dari kedua

pihak yang berperkara.

6. ACARA PIDANA

Didalam perkara pidana yang akan berhadapan dengan pengadilan bukan

antara para pihak yang berkepentingan yang disebut penggugat dan tergugat, tetapi

penuntut dan terdakwa

A. Tersangka

Tersangka menurut KUHAP adalah seseorang yang karena perbuatannya

atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai

pelaku tindak pidana (Pasal 1-45 KUHAP).


B. Penangkapan

Penangkapan menurut KUHAP adalah Tindakan polisi sebagai penyidik

yang berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau

terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyelidikian

atau penuntuttan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang

diatur dalam KUHAP (pasal 1-20).

C. Penahanan

Menurut KUHAP penahanan adalah penempatan tersangka atau

terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik (polisi) atau penuntut umum

(jaksa) atau oleh Hakim.

D. Polisi

Polisi adalah badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan

dan ketertiban umum atau, pegawai negara yang bertugas menjaga

keamanan dan sebagainya.

E. Jaksa

Menurut KUHAP Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.

F. Terdakwa

Menurut KUHAP Terdakwa adalah seseorang tersangka yang dituntut,

diperiksa dan diadili di sidang pengadilan.

G. Sidang Pidana

Setelah surat pelimpahan perkara diterima Pengadilan yang berwenang

untuk memeriksanya, Maka Ketua Pengadilan menunjuk Hakim untuk


menyidangkan dan menetapkan hari sidang serta memerintahkan Jaksa

penuntut umum supaya memanggil terdakwa dan saksi.

H. Pembuktian Pidana

Didalam acara pemeriksaan perkara pidana terdakwa tidak boleh

dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana dan dijatuhi pidana tanpa

sekurang-kurangnya ada dua alat bukti yang sah.

7. PUTUSAN PENGADILAN

Menurut hukum perundangan putusan pengadilan adalah pernyataan Hakim yang

diucapkan dalam sidang pengadilan yang terbuka untuk umum.

A. Putusan Perkara Perdata

Apabila pemeriksaan perkara sudah selesai Hakim Ketua dapat

menanyakan kepada para pihak yang berperkara apakah sudah boleh

diambil putusan. Jika penggugat atau tergugat atau para kuasanya telah

bersedia diambil putusan, maka Hakim menentukan waktu sidang

beriutnya atas persetujuan kedua pihak.

B. Putusan Perkara Pidana

Apabila pemeriksaan perkara dinyatakan Hakim telah selesai maka Jaksa

penuntut umum mengajukan tuntutan Pidana. Tuntutan atas pembelaan

dilakukan secara tertulis dan setelah dibaca segera diserahkan kepada

Hakim Ketua, sedangkan turunannya diserahkan kepada pihak yang

berkepentingan.

8. BANDING

Permintaan banding dalam arti luas berarti semua pernyataan keberatan tentang

suatu putusan dalam suatu perkara supaya putusan tadi diselidiki, ditinjau Kembali,

dan diperbaiki.
9. KASASI

Istilah kasasi artinya pembatalan atau pernyataan tidak sah oleh Mahkamah

Agung terhadap putusan Hakim karena keputusan itu bersalahan atau tidak sesuai

benar dengan undang-undang.

10. EKSEKUSI

Istilah eksekusi berasal dari bahasa asing, yang artinya adalah pelaksanaan, hal

melaksanakan putusan, atau hal melakukan hukuman. Hal melaksanakan putusan

dalam perkara yang pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Negeri, maka

pelaksanaanya dilaksanakan atas perintah dan dengan pimpinan Hakim Ketua yang

memeriksa perkara tersebut pada tingkat pertama (Pasal 195(1) HIR).

Anda mungkin juga menyukai