Anda di halaman 1dari 22

TUGAS RESUME BUKU

BAHASA & PRODUK HUKUM


( LILIS HARTINI, M. Hum.)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Hukum
Dosen : Wulandari Anwar, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Nama : Ekkyn Hartanta
Npm : 1906200240
Kelas : A2 (sore) Semester Satu

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATRA UTARA
2019/2020
Identitas Buku

 Judul Buku : Bahasa & Produk Hukum

 Penulis : Lilis Hartini, M. Hum.

 Penerbit : PT Refika Aditama

 Kota Terbit : Bandung

 Alamat Terbit : Jl. Mengger Girang No.98

 Tahun Terbit : 2015

 ISBN : 978-602-7948-40-2
BAB I
PERANAN BAHASA UNTUK ILMU HUKUM
A. Bahasa Sebagai Alat Untuk Bernalar
Bahasa Indonesia di dalam struktur budaya memiliki kedudukan, fungsi dan peran
ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana
berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan Bahasa
sebagai prasarana berpikir modern.
EraGlobalisasi merupakan tantangan bagi Bahasa Indonesia untuk dapat
mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit.
Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan harus bangga
menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses berfikir,
Bahasa selalu hadir Bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi dan
simpulan. Segala kegiatan yang menyangkut perhitungan atau kalkulasi, pembahasan
atau analisis, bakan berangan-angan atau berkhayal.
Bahasa indoensia merupakan alat yang digunakan sebagai Bahasa media massa
untuk menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi. Bahasa
Indonesia yang benar adalah Bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten.
Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan pemikiran
yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa Bahasa Indonesia sebagai wujud
identitas Bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern.
Ilmu hukum merupakan salah satu ilmu yang mengutamakan bernalar dalam
setiap produknya. Produk hukum dibuat menggunakan Bahasa, baik itu Bahasa secara
lisan maupun Bahasa tulisan. Hukum yang dibuat dalam bentuk lisan adalah kata-kata
atau kalimat yang diucapkan para praktisi hukum, begitu juga dengan tulisan.
B. Bahasa Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi, Bahasa memegang peran yang sangat dominan. Bahasa
adalah suatu sistem lambing bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi adalah :
 Untuk bersosialisasi antarsesama agar dapat saling berhubungan satu sama
lain.
 Mencerminkan sikap dan perilaku seseoarang.
 Sebagai cermin kepribadian bangsa dan negara.
 Mencerminkan tingkat Pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat
pendidikannya maka daya nalarnya pun akan semakin tinggi.
 Memberi andil dalam mencari dan memahami ilmu pengetahuan dan
teknologi yang kian berkembang
 Sebagai kekuatan hukum
 Dapat dijadikan dalam pembelajaran berpolitik
 Mencerminkan kedudukan sosial seseorang
 Sebagai alat penerang dalam kehidupan agar tidak tersesat
 Dapat menghargai sejarah
Bahasa ilmiah tidaklah sama dengan Bahasa sehari-hari yang digunakan
masyarakat pada umunya. Komunikasi yang ilmiah mengantarkan ilmuwan
berbahasa secara ilmiah pula. Bahasa yang ilmiah, berbahasa tidak hanya harus
mengikuti gramtikalnya saja tetapi juga segi semantiknya harus diperhatikan.

C. Bahasa Selingkung
Kaidah Bahasa Indonesia yang masih berlaku sampai sekarang, yaitu kaidah
Bahasa Indonesia yang disempurnakan atau disingkat dengan EYD. Kaidah ini sudah
dipergunakan sejak mulai bias membaca dan menulis di sekolah yang paling rendah
tingkatannya. Oleh karena itu, kita sudah terbiasa menggunakan Bahasa yang
berkaidah EYD.
Para linguistic pun mengklasifikasikan berbagai Bahasa keilmuan itu kedalam
ragam Bahasa keilmuan atau ragam Bahasa selingkung. Oleh karena itu, sekarang
adanya ragam Bahasa hukum, ragam Bahasa politik, ragam Bahasa komunikasi,
ragam Bahasa ekonomi, ragam Bahasa ITE, ragam Bahasa sastra dan lain-lain.
Semua ragam Bahasa tersebut, baik digunakan secara lisan maupun tertulis harus
tunduk tehadap kaidah pembakuan Bahasa Indonesia, sebagai Bahasa persatuan
bangsa Indonesia.

D. Ragam Bahasa Hukum


Bahasa Indonesia ragam hukum adalah salah satu ragam Bahasa Indonesia yang
digunakan sebagai alat komunikasi dalam bidang hukum. Bahasa hukum digunakan
orang-orang yang berkecimpung dalam bidang hukum atau mendalami ilmu hukum.
Ragam Bahasa hukum, seperti juga ragam-ragam Bahasa lainnya meruapakan Bahasa
ilmiah, jadi harus memperhatikan struktur atau kaidah Bahasa Indonesia baku. Oleh
karena itu, Bahasa hukum tidak mengutamakan gaya Bahasa tetapi mengutamakan
kepastian hukum.
Todung Mulya Lubis (2002) mengatakan bahwa hukum yang membingungkan itu
menumbuhkan keangkuhan professional hukum. Jika mempertahankan Bahasa
hukum seperti saat ini, berarti kita mempertahankan keangkuhan profesi hukum. Hal
yang penting dalam berbahasa itu adalah terciptanya komunikasi dua arah.
Maksudnya, apa yang diucapkan atau dituliskan oleh pembicara/penulis dapat
dipahami oleh orang yang mendengarkan/membaca.

E. Fungsi Bahasa Indonesia dalam Ilmu Hukum


Bahasa Indonesia adalah satu-satunya Bahasa resmi yang dipakai dalam segala
ranah bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa Indonesia berfungsi
sebagai Bahasa resmi kenegaraan, Bahasa persatuan, sekaligus menjadi identitas
bangsa Indonesia.
Bahasa hukum adalah Bahasa aturan dan peraturan yang bertujuan untuk
mewujudkan ketertiban dan keadilan, untuk mempertahankan kepentingan umum dan
kepentingan pribadi di dalam masyarakat. Namun karena Bahasa hukum adalah
bagian dari Bahasa Indonesia yang modern. Ilmu hukum sebagai salah satu disiplin
ilmu di Indonesia banyak mengambil istilah-istilah asing sebagai salah satu ciri khas
Bahasa hukum. Pengadopsian tersebut, disamping memperkaya kosakata Bahasa
Indonesia, juga merusak standardisasi Bahasa Indonesia.
Penguasaan Bahasa merupakan salah satu hal penting yang diperhatikan oleh
professional hukum karena profesi hukum tidak akan terlepas dari Bahasa. Produk-
produk hukum ditulis dengan menggunakan Bahasa.
BAB II
Pengaruh Perusakan Bahasa Terhadap Nalar Bahasa
A. Pengaruh Masyarakat Bahasa terhadap Penegakan Hukum
Indonesia adalah Negara yang paling kaya ragam budaya dan bahasanya.
Masyarakatnya yang heterogen mempunyai karakter yang berbeda-beds dalam
mengungkapkan hasil pemikirannya. Masyarakat modern adalah masyarakat yang daya
intelektualnya lebih tinggi dan lebih menghargai bahasanya sendiri. Bahasa adalah alat
komunikasi yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat. Pleh karena itu, setiap
bahasa harus diatur penggunaannya supaya tidak merusak bahasa yang bersangkutan.
Jika mau taat asas terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar maka
hal seperti tersebut tidak akan terjadi lagi. Tanamkan dalam jiwa untuk selalu
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
1. Pengadopsian Bahasa Umum oleh Bahasa Hukum
Pengadopsian jika dilakukan untuk kepentingan ilmu dan teknologi itu emang
dibenarkan dalam pedoman EYD. Bahkan, ada pedoman dalam mengadopsi istilah-
istilah asing yang masuk ke dalam pembendaharaan bahasa Indonesia, yaitu pedoman
pembentukan istilah. Bahasa hukum sebagai salah satu ragam keilmuan dalam bahasa
Indonesia, banyak mengadopsi istilah-istilah asing, terutama istilah-istilah bahasa
inggris dan belanda. Hal itu sah-sah saja sepanjang istilah tersebut diadopsi sesuai
dengan perkembangan masyarakat Indonesia dan tunduk terhadap Pedoman Umum
Pembentukan Istilah, sehingga bahasa yang di adopsi sesuai dengan struktur pedoman
EYD.
Bahasa Hukum Indonesia tidak lugas dan fleksibel malah berputar-putar
sehingga jika tidak dibaca dengan cermat dan berkali-kali, maknanya bias jadi berbeda
dengan makna hukum yang dimaksud. Pengulangan dengan kalimat yang panjang
perlu diperbarui dengan segera. Jika budaya kalimat panjang dibiarkan maka akan
merugikan penegakan hukum itu sendiri.
2. Kontaminasi Bahasa
Bahasa merupakan cerminan budaya suatu bangsa, Indonesia yang
mengidentitaskan diri sebagai bangsa yang berbudaya hendaknya dapat memelihara
bahasanya dengan santun. Oleh karena semakin tinggi kemajuan ilmu pengetahuan
maka budaya berbahasanya pun harus semain baik. Media massa merupakan salah satu
penyebab menjamurnya perusakan bahasa selayaknya berperan serta juga dalam
pembinaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang taat asas terhadap
pembakuan bahasa Indonesia harus disosialisasikan kepada masyarakat pengguna
bahasa Indonesia melalui televise maupun radio. Media massa merupakan sarana
komunikasi yang paling menentukan dalam perilaku berbahasa bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, hampir seluruh masyarakat Indonesia melihat dan mendengar ragam bahasa
yang dipakai dalam acara-acara yang di tayangkan atau di dengarkan.

B. Kesenjangan Budaya dan Nalar Berbahasa


1. Kesenjangan Budaya Bahasa
Kesenjangan budaya berbahasa membuahkan bahasa Indonesia yang tidak taat
asas terhadap pembakuan bahasa. Banyak data bahwa masyarakat Indonesia
menghasilkan kalimat-kalimat yang boros. Problematika bahasa akan terus berlanjut
jika para pengguna bahasa Indonesia terus melakukan bidaya berbahasa seperti
sekarang. Akan tetapi, jika masyarakat memilah dan memilih kapan menggunakan
bahasa pergaulan dan kapan menggunakan bahasa secara ilmiah, maka problematika
tersebut akan segera diatasi. Rasa peduli terhadap bahasa Indonesia mengantarkan
bangsa Indonesia menjadi vbangsa yang ingin mempertahankan keberadaan bahasa
Indonesia sebagai salah satu pemersatu budaya.
2. Kesenjangan Nalar Bahasa
Problematika kesenjangan nalar bahasa dipicu dengan ketidakcintaan terhadap
bahasa nasionalnya, yaitu bahasa Indonesia. Menurut data yang diperoleh, kaum
intelektual, yang tentu saja bernalar tinggi, mempunyai kecendrungan untuk
meremehkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang berpedoman kepada EYD. Mereka
kurang mengindahkan aturan pembakuan bahasa. Keadaan seperti ini mengakibatkan
kalimat-kalimat yang dipergunakan tidak bernalar. Kesenjangan nalar bahasa ini,
membuat bahasa ilmiah menjadi rusak. Keacuan yang dipergunakan dalam membuat
kalimat-kalimat yang tidak bernalar akan menghancurkan pembakuan bahasa
Indonesia.

C. Pengaruh Kosa Kata Bersaing dalam Bahasa Hukum


Kosa kata bersaing merupakan salah satu masalah dalam pemakaian bahasa
Indonesia, sehingga diperlukan standardisasi atau pembakuan yang jelas terhadap kata-
kata bersaing tersebut. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dipergunakan sebagai
alat pemersatu bagi seluruh rakyat Indonesia. Disamping itu, bahasa Indonesia dipakai
sebagai alat komunikasi ilmiah bagi disiplin ilmu yang ada di Indonesia. Sebagai
bahasa keilmuan, bahasa Indonesia haruslah ilmiah dan keilmiahan pemakai bahasa
tersebut haruslah taat atas terhadap kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Hal ini
sesuai dengan pedoman umum ejaan bahasa yang disempurnakan (EYD).
Bahasa itu bersifat konvensional sehingga kosa kata yang sering muncul pada
masyarakat itulah yang sering dilakukan oleh ahli bahasa yang berada di pusat bahasa.
Hal ini sering membuat struktur pembakuan bahasa menjadi tidak konsisten karena
kemudian akan terjadi kosa kata yang meragukan atau banyaknya pengecualian dalam
standardisasi.
D. Pengadopsian Istilah-Istiah Hukum
1. Pedoman Pembentukan Istilah Asing ke dalam Bahasa Indonesia
Pedoman pembentukan istilah asing kedalam bahasa Indonesia merupakan
suatu cara untuk memudahkan para pemakai bahasa dalam mengadopsi istilah-istilah
asing yang bermunculan di masyarakat. Pedoman ini menuntun para pemakai bahasa
dalam menyerap istilah asing tersebut sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di Indonesia.
Dalam buku tata bahasa baku bahasa Indonesia (1988;422-427), kosa kata bahasa asing
adalah kosakata yang diserap setelah tidak terdapat padanan dari bahasa Indonesia dan
bahasa serumpun, maupun bahasa daerah. Penyerapan unsur-unsur kata ke dalam
bahasa Indonesia ini disebut juga dengan pengadopsian kata.

2. Penyesuaian Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Penyerapan unsur asing di usahakan
pengucapan dan penulisannya disesuailan dengan kaidah bahasa Indonesia. Unsur
serapan dalam bahasa Indonesia dibagi atas dua golongan besar
1. Unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam Indonesia. Unsur ini di
pakai dalam konteks bahasa Indonesia tapi pengucapan dan penulisannya masih
mengikuti cara asing.
2. Unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia dan diubah sepenuhnya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
BAB III
BAHASA HUKUM DAN BAHASA POLITIK
A. Bahasa Hukum
Perbedaan bahasa hukum dengan bahasa keilmuan lainnya mengakibatkan
produk bahasa hukum menjadi ambiguitas. Hukum selalu berhadapan dengan masalah-
masalah yang berkembang di masyarakat, perkembangan ini menuntut hukum
mengadopsi masalah-masalah tesebut ke dalam aturan-aturan hukum. Sementara itu,
pakar-pakar hukum kesulitan mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia sehingga
belum siap mentransfer istilah-istilah hukum ke dalam bahasa Indonesia. Akhirnya,
kajian hukum seolah-olah berada diluar bahasa. Hal ini terbukti dengan menebarnya
istilah-istilah hukum yang hanya dimengerti oleh pakar-pakar hukum saja.

Bahasa hukum tidak mengutamakan gaya bahasa, tetapi mengutamakan


kepastian bahasa. Pembuatan produk peraturan-peraturanperundang-undangan
mempunyai dasar berpijak kebhasaan yang mantap untuk menunjang kepastian dan
kebenaran hukum para pembuat undang-undang hendaknya melengkapi dan merujuk
Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI) dan Kamus Istilah Bidang Ilmu Hukum dan
kamus bidang ilmu lain diluar bidang ilmu hukum, yang berhubungan langsung dengan
hukum.

B. Bahasa Politik
Bahasa politik adalah bahasa yang digunakan oleh para politisi dalam
menjalankan kekuasaannya, baik di pemerintah maupun di partai-partai politik. Bahasa
politik sering juga disebut dengan bahasa kekuasaan karena digunakan sebagai alat
kekuasaan bagi orang-orang yang mempunyai kepentingan seseorang atau sekelompok
orang.
Bahasa politik memang saling memengaruhi. Bahasa politik adalah salah satu ragam
bahasa keilmuan yang mempunyai ciri bersifat retorika, bahasa yang mempunyai
kekuatan (Power) untuk memengaruhi, atau bahasa yang digunakan sebagai kekuasaan.
C. Politik Bahasa
Berbeda dengan bahasa politik, politik bahasa adalah suatu aturan bahasa yang
dikemukakan oleh pakar bahasa yang berwenang untuk mengatur bagaimana cara
berbahasa yang disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Politik
bahasa digunakan untuk membatasi penggunaan bahasa yang beragam dalam
kehidupan social politik di Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bagi
bangsa Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan ejaan. Perubahan tersebut
dilakukan atas dasar perkembangan bahasa Indonesia berdasarkan masanya. Ejaan
yang masih berlaku samapi sekarang adalah ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD). Ejaan ini masih tetap berlaku karena EYD bersifat dinamis.
Fungsi dan peran EYD digunakan sebagai keperluan ilmiah atau segala sesuatu
yang bersifat formal. Upaya standardisasi bahasa, sejak EYD diberlakukan, menjadi
sia-sia karena semakin lama bahasa Indonesia menjadi carut-marut dan sering tidak
beraturan.
Tiga hal yang mungkin menyebabkan kondisi bahasa Indonesia seperti itu, yaitu :
 Perangkat pembakuan/standardisasi bahasa yang tidak tegas dan
konsisten.
 Manusia yang memang enggan berurusan dengan perangkat
pembakuan/standardisasi tersebut.
 Perangkat pembakuan yang lemah dan manusia yang malas.

1. Bahasa Baku
Bahasa baku adalah bahasa yang pemakaiannya berterima karena telah
mengikuti aturan dalam kaidah pembakuan bahasa. Oleh karena itu, bahasa bahasa
baku harus selalu digunakan dalam situasi resmi. Bidang-bidang yang dilakukan
adalah tulisan, ejaan, kosa kata, tata bahasa, dan lafal. Pembakuan dibidang tata
bahasa juga terus dilakukan pusat bahasa. Pembakuan dalam bidang ini berhubungan
dengan pembendaharaan kosa kata bahasa Indonesia. Pembakuan dalam bidang tata
bahasa ini melibatkan penggunaan secara tepat dan jelas.
2. Bahasa NonBaku
Bahasa nonbaku adalah bahasa yang dipergunakan dalam kegiatan yang tidak
formal, sehingga bahasa nonbaku disebut juga bahasa yang tidak resmi. Sebaliknya
dari bahasa baku, bahasa nonbaku tidak diperkenankan digunakan dalam situasi resmi,
baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tertulis. Bahasa nonbaku bahasa yang tidak
taat asas atau konsisten sehingga pemakaiannya pun tidak terikat oleh kaidah
pembakuan bahasa. Bahasa nonbaku perkembangannya lebih cepat dibandingkan
dengan bahasa yang baku.

D. Perbandingan Bahasa Hukum dengan Bahasa Politik


Bahasa merupakan sarana komunikasi yang menjebatani segala aktivitas
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Memerhatikan perkembangan bahasa yang
dipakai secara reaktif telah mebudaya dalam khazanah pemikiran, perkataan, dan
perbuatan sebagia elite masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan ketertiban hukum
dan keadilan harus diciptakan terlebih dahulu seperangkat kaidah peraturan hukum
tertulis yang berlaku umum. Peraturan hukum tersebut dibuat oleh wakil-wakil rakyat
yang berada di DPR. Tentunya dengan menggunakan bahasa baku bahasa Indonesia.

E. Bahasa Hukum Yang Bernuansa Politik


Ketika masyarakat bergerak untuk mereformasi keadaan bangsa ini agar
menjadi lebih baik, bahkan UUD 1945 pun diamandemen, kita belum melihat
reformasi di bidang bahasa. Di ketahui bahwa selama ini sudah terjadi penyimpangan
pemakaian bahasa Indonesia. Kekuatan bahasa poltik membuat masyarakat terbiasa
untuk melihat kebohongan yang dilakukan pejabat dan membiarkannya karena bahasa
mereka lebih kuat dari pada bahasa rakyat. Bahasa politik seakan sudah kokoh
menapaki struktur birokrasi kekuasaan.
F. Politik Pencitraan pada Praktik Hukum
Fauzi mengatakan bahwa pencitraan positif seorang penguasa akan terus
berjalan sebagai strategi yang ampuh dalam meraup dukungan publik secara luas, pola
kerjanya mengedepankan peranan media dan kecanggihan teknologi sehingga terbuka
pula kesempatan dan peluang bagi praktik kekuasaan yang mengedepankan
penguasaan atas symbol dan juga kekerasan secara simbolik.

BAB IV
PENGGUNAAN BAHASA DALAM PRAKTIK HUKUM
A. Kekeliruan Penggunaan Bahasa Dalam Praktik Hukum
1. Bentukan di dengan di-
a. Kata Tugas di
dalam bahasa Indonesia dikenal empat kelas kata, yaitu nomina, verba,
adjectiva dan adverbial.
b. Imbuhan di- Sebagai Kata Kerja Pasif
Proses imbuhan atau afiksasi adalah proses perubahan leksem menjadi kata
kompleks.
2. Cara Menguji Perbedaan di Sebagai Kata Depan Dengan di- Sebagai Kata
Berimbuhan

KATA DEPAN di

1. Pada umumnya berupa 2. Penulisan selalu terpisah dari kata


keterangan tempat yang mengikutinya
cth: - di samping cth: - di muka
- di sudut - di atas
- di Bandung - di pengadilan

AWALAN di-

1. Pada umumnya berupa 1. Pada umumnya berupa


keterangan tempat
3. Bentuk Kata Tanya keterangan tempat
cth: - di samping cth: - di samping
- di sudut - di sudut
- di Bandung - di Bandung
Bentuuk kata Tanya dalam bahasa indonesia dimasukkan ke dalam klasifikasi
pronominal.

B. Bahasa Dalam Praktik Hukum

1. Bahasa dalam Berkas Perkara


Gorys Keraff (1979:48-49) menyatakan bahwa struktur gramatikal yang baik
bukan merupakan suatu alat untuk merangkaikan sebuah pikiran atau maksud dengan
sejelas-jelasnya. Akan tetapi, ada unsur lalin yang harus diperhitungkan dalam
pemakaian suatu bahasa. Unsur lain ini adalah penalaran atau logika.
Sebenarnya kebakuan bahasa merupakan syarat utama bagi semua ragam bahasa ilmu,
jadi tidak saja untuk ilmu hukum.

2. Bahasa dalam Surat Perjanjian


Penguasa bahasa merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan
oleh professional hukum. Oleh karena itu, profesi hukum tidak akan terlepas dari
bahasa. Produk-produk hukum ditulis dengan menggunakan bahasa. Profesional
hukum dituntut untuk berbahasa lebih baik agar tercipta komunikasi dua arah antara
professional hukum dengan masyarakat pengguna hukum.

C. Bahasa Dalam Akta Notaris


Akta notaris merupakan produk hukum berupa perjanjian yang dibuat dan
digunakan oleh para notaris dalam melakukan profesinya di dalam masyarakat.
Ada beberapa kemungkinan mengapa bahasa notaris tidak mereka ubah. Pertama,
mereka meyakini bahwa ini adalah bahasa hukum yang sudah menjadi ciri khas bahasa
notaris. Kedua, profesi mereka memanfaatkan bahasa untuk menjual produknya.
4. Bahasa Dalam Produk Perundang-Undang
Bahasa dan hukum mempunyai hubungan yang tidak dapat dianggap sepele
karena hukum tanpa bahasa akan tumpul. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri
bahwa produk hukum dalam berbagai macam bentuknya dikemas atau dirumuskan ke
dalam bentuk bahasa.

C. Pembentukan Kalimat dengan Cara yang Tepat dan Gramatikal


Membuat kalimat yang dapat dimengerti orang lain tanpa mengabaikan struktur
bahasa yang baku memang sering kali menyusahkan. Oleh karena terbiasa berbahasa
tanpa mengindahkan gramatikal kebahasaan. Hal ini yang sering mengganggu logika
berbahasa seseorang. Kebiasaan mengadopsi bahasa sehari-hari

D. Makna Praduga Tak Bersalah pada Produk Perundang-undang


Fungsi bahasa praktisi hukum sangatlah vital, bahasa dijadikan sarana untuk
mengomunikasikan gagasan-gagasan tentang hukum, mengemas dan merumuskan
produk hukum. Sehingga dapat dikatakan bahwa hukum atau sistem hukum itu
merupakan suatu sistem komunikasi yang memanfaatkan bahasa. Bahasa umum
menjadi bahasa hukum ketika kata-kata dari bahasa umum dimasukkan atau digunakan
dalam rancangan suatu produk hukum oleh si pembuatnya.
Kata-kata bahasa umum yang digunakan sebagai istilah hukum mempunyai makna
yang berbeda dari arti kamus sepanjang hal itu memiliki alasan yang dapat ditafsirkan
oleh produk hukum yang dibuat. Apabila alas an itu tidak lagi maka hilang pula
maknanya dalam bahasa hukum.
 Bentuk kalimat yang bermakna hipotesis
Kalimat-kalimat hukum yang mengandung hipotesis berbentuk kalimat
mejemuk bertingkat, dengan posisi kata sambung di simpan pada awal kalimat.
 Hipotesis dalam pola pembuatan undang-undang
Kaidah hukum yang kategoris adalah bentuk kalimat perundang-undangan
yang isinya mengklasifikasikan suatu masalah hukum.
BAB V
SEMIOTIKA DALAM PENAFSIRAN HUKUM
A. Tanda Bahasa dalam Ilmu Hukum
Bahasa dan hukum merupakan satu kesatuan. Bahasa hukum harus memenuhi
syarat-syarat serta kaidah-kaidah bahasa karena bahasa hukum mempunyai
karakteristik sendiri yang menyebabkna sulitnya masyarkat untuk memahaminya.

B. Semiotika
Kata semiotika diturunkan dari bahasa inggris semiotics. Nama lain semiotika
adalah semiology, keduanya memiliki pengertian yang sama yaitu, ilmu tentang tanda.
Baik seiotika maupun semiology berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion, yang
berarti tanda.

C. Pergeseran Makna Dan Perubahan Tanda Dalam Bahasa Hukum


Bidang ilmu hukum menggantungkan diri pada pemahaman atas beberapa
istilah baku, perubahan dalam nilai kehidupan masyarakat yang serba cepat berakibat
juga terhadap pemakaian tanda bahasa dalam produk dan perdebatan hukum.

D. Hermaneutik
1. Definisi Hermaneutik
Hermaneutik (dalam artikel saleh lapadi, 2012) memiliki beragam definisi
antara lain dikemukakan oleh :
a. John Martin (1710-1759)
Menganggap bahwa ilmu-ilmu Hermaneutik berlandaskan seni tafsir dan
Hermaneutik adalah nama lainnya.
b. Frederick August Wolf
Ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat memaknai symbol-simbol.
2. Hukum dan Hermaneutika
Interpretasi atau penafsiran meruapakan salah satu metode penemuan hukum
yang memberi penjelasan mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaidah
dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu.
3. Sulitnya bagi Bahasa Hukum untuk Monotafsir
Sebagai metode, semiotika berfungsi sebagai pisau analisis suatu dialog guna
mengungkap pesan-pesan yang tengah di imbalbalikan oleh subjek yang terlibat dalam
dialog itu.
3. Sulitnya bagi Bahasa Hukum untuk Monotafsir
Sebagai metode, semiotika berfungsi sebagai pisau analisis suatu dialog guna
mengungkap pesan-pesan yang tengah di imbalbalikan oleh subjek yang terlibat dalam
dialog itu.
BAB VI
STRUKTUR BAHASA HUKUM

A. Bahasa sebagai Produk Hukum


Hukum tanpa bahasa bisa mati. Tidak aka nada hukum kalau tidak ada bahasa
yang menjadi fasilitator dalam menjual produk-produk hukum, baik itu produk hukum
berupa naskah-naskah tertulis maupun yang disampaikan secara lisan. Oleh karena itu,
bahasa dengan hukum selalu bersinggungan dab berdampingan.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena tanpa
bahasa semua komunikasi tidak akan pernah terjadi. Oleh karena itu, untuk mencapai
komunikasi yang terstruktur dan sistematis, dipelajarilah bahasa. Memang tampaknya
mempelajari bahasa itu tampak bosan sehingga pelajaran bahasa sering kali diabaikan.
Hal ini disebabkan ada anggapan bahwa tanpa memepelajari bahasa pun, manusia
sudah dapat berbahasa, sehingga manusia sudah terbiasa berbahasa sejak mereka mulai
belajar berbicara. Hal ini merupakan salah satu alasan manusia engga untuk belajar
bahasa secara formal karena terikat oleh rambu-rambu gramatikal kebahasaan.
Bahasa Indonesia hukum adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang
digunakan sebagai alat komunikasi dalam bidang hukum. Bahasa Indonesia hukum
digunakan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang hukum atau yang
mendalami ilmu hukum. Ragam bahasa hukum, seperti juga ragam bahasa lainnya,
merupakan bahasa ilmiah jadi harus memerhatikan ciri-ciri struktur atau kaidah-kaidah
bahasa Indonesia baku. Oleh karena itu, bahasa hukum tidak mengutamakan gaya
bahasa, tetapi menggunakan kepastian bahasa.

B. Struktur Bahasa Hukum


Struktur bahasa yang essensial untuk proses berpikir, langkah-langkahnya
sebagai berikut :
 Melukiskan peristiwa secara kronologis
Peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan waktu hendaknya diurutkan
secara kronologis. Kronologi sangat penting dalam pembuatan Berita Acara
Pemeriksaan. Kronologis juga mempunyai nilai praktis, yaitu dapat melukiskan
kasus-kasus yang terdapat dalam bidang hukum secara terstruktur atau
sistematis.
 Melukiskan tata letak
Melukiskan tata letak hampir sama dengan melukiskan kronologis, yaitu
pengungkapannya harus jelas, cermat, dan tepat agar bila menemui suatu kasus
(tindak pidana atau perdata) penyelidikannya akan benar-benar tergambarkan.

 Melukiskan hal yang umum dan hal yang khusus


Dalam bidang hukum ada suatu peristiwa yang harus dinyatakan secara umum
kemudian di rinci secara spesifik. Melukiskan hal yang umum dan yang khusus
itu sering terjadi dalam kasus-kasus yang berkembang di masyarakat.

 Mengelompokkan atau klasifikasi


Perlunya seorang ahli hukum menyatakan gagasan dengan cara
pengelompokkan adalah agar mereka dapat membuat peraturan dengan baik
dan benar. Klasifikasi atau pengelompokkan selain diperlukan untuk
pembuatan Berita Acara Pemeriksaan.

 Membandingkan dan membedakan


Dalam membandingkan, pertama-tama harus melihat persamaannya. Adapun
dalam melihat perbedaan adalah apa perbedaanya. Seseorang yang berada
dalam ranah hukum harus mempunyai wawasan yang luas tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan perbandingan dan perbedaan.

 Mengelompokkan yang diperluas


Pengelompokkan yang diperluas adalah perluasan dan klasifikasi. Oleh karena
itu, penanda bahasa yang digunakannya juga sama dengan klasifikasi.

 Sebab dan akibat


Hukum ada karena sebab dan akibat. Sebab dan akibat merupakan masalah
yang terdapat dalam kasus-kasus hukum.

 Menjelaskan
Menjelaskan adalah menerangkan atau menguraikan secara gambling. Dalam
hukum proses menjelaskan sangat penting agar kalimat-kalimat hukum menjadi
jelas karena hukum berhubungan dengan kenyataan yang berdasarkan pada
fakta
 Daur dan reaksi berantai
Daur sama dengan siklus, yaitu peristiwa yang terjadi secara berulang.
Sedangkan reaksi terjadi karena sebelumnya ada aksi yang dilakukan
seseorang, jadi reaksi berantai adalah tindakan berkesinambungan dilakukan
atas dasar suatu peristiwa yang terjadi.

 Analogi
Analogi adalah mebandingkan dua hal atau dua benda yang tidak identic atau
tidak sama benar.

 Prediksi
Prediksi sama dengan ramalan atau perkiraan. Seseorang pakar hukum selalu
membuat prediksi karena masalah-masalah selalu timbul pada masa yang akan
datang.

 Definisi
Definisi sama dengan batasan, dalam kitab perundang-undangan kita sering
temukan definisi. Definisi diperlukan untuk memberi batasan-batasan dalam
hukum agar dapat dipahami degan jelas.

 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara. Hipotesis selalu digunakan dalam bidang
hukum. Hipotesis, praktiknya digunakan di siding pengadilan (diucapkan
secara lisan) dan dalam undang-undang tertulis.

 Ususlan atau saran


Usulan adalah perintah yang diperhalus, sehingga kadang-kadang kalimat-
kalimat yang digunakan tidak terlihat atau tidak terasa sebagai perintah. Dalam
hukum, usulan biasanya dilakukan para pengacara di muka siding pengadilan.
Jika kita membuat usulan, maka kita harus ingat bahwa dalam mengusulkan
sesuatu harus ada syarat yang di penuhi.

 Pendapat pribadi
Dalam kehidupan bermasyarakat perbedaan pendapat itu sering terjadi. Begitu
juga dalam bidang hukum. Oleh karena itu, jika ada dua orang ahli hukum
bertemu maka akan bermunculan sebagai pendapat yang berbeda.
 Penolakan
Penolakan sering juga disebut bantahan atau sanggahan. Pada dasarnya,
pengertian ketiga bentuk sama ini, yaitu tidak menerima atay menyangkal
pendapat orang lain. Penolakan adalah perbuatan menolak, bantahan atau
sanggahan. Adapaun sanggahan adalah penentangan atau protes.

 Diskusi atau debat


Diskusi adalah bertukar piker tentang suatu masalah. Adapaun debat adalah
bertukar pendapat tentang suatu masalah dengan saling memberi alasan untuk
mempertahankan pendapat masing-masing. Perundingan adalah bagian dari
diskusi atau debat. Seorang ahli hukum yang bijak kalau melakukan
perundingan selalu dengan pikiran yang tenang bahasa yang santun dan tidak
emosional.

Ketujuh belas langkah tersebut sebenarnya sudah mampu menunjang proses


berpikir manusia. Jika langkah-langkah di atas di terapkan dalam berpraktik hukum,
maka orang-orang yang berkecimpung di bidang hukum tidak akan kesulitan dalam
membaca, memahami dan bermasyarakatkan hukum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai