BAHASA
INDONESIA
Modul 2
Bahasa Indonesia yang
Baik dan Benar
02
U001700008
BAHASA
MKCU
INDONESIA
Ade Siti Haryanti, M.Pd
Abstract Kompetensi
Di dalam modul ini akan dibahas Setelah mempelajari materi pada bab
tentang kaidah-kaidah dalam Bahasa ini, diharapkan mahasiswa dapat
Indonesia. Kaidah ini sebagai standar memahami kaidah-kaidah dalam
bahwa bahasa Indonesia tersebut bahasa Indonesia.
benar secara keilmuan.
MODUL 2
BAHASA INDONESIA YANG
BAIK DAN BENAR
2. 1 Standar Kompetensi
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan mahasiswa dan memahami Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
2. 2 Kompetensi Dasar
(1) Mahasiswa mampu memahami pengertian bahasa
(2) Mahasiswa mampu memahami penggunaan bahasa
(3) Mahasiswa mampu memahami bahasa Indonesia yang baik
(4) Mahasiswa mampu memahami bahasa Indonesia yang benar.
(5) Mampu menggunakan bahasa Indonesia secara lisan
(6) Mampu menggunakan bahasa Indonesia secara tulisan
2.3 Indikator
(1) Mampu menjelaskan pengertian Bahasa
(2)mampu memahami penggunaan bahasa
(3) Mampu menjelaskan bahasa Indonesia yang baik
(4) Mampu menjelaskan bahasa Indonesia yang benar
(5) Mampu menggunakan bahasa Indonesia secara lisan
(6) Mampu menggunakan bahasa Indonesia secara tulisan
2. 4 Pengertian Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasi diri.
Abdul Chaer dan Leonie mendefinisikan bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat
untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
perasaan.
Sebagai makhluk sosial, manusia akan bergaul atau berinteraksi dengan orang lain.
Dengan kata lain, manusia akan senantiasa berkomunikasi dan bekerja sama dengan
orang lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan diciptakannya alat komunikasi berupa bahasa maka manusia dapat melakukan
kontak-kontak sosial dengan manusia lainnya secara lebih intensif dan efektif.
Lebih lanjut Abdul Chaer mendefinisikan Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa
dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat
dikaidahkan.Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa
melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.Karena setiap lambang bunyi itu
memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa
setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi”
melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan
pokok’.
2. 5 Penggunaan Bahasa
Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan
interaksi sosial dengan sesamanya.Bahasa bersifat arbitrer.Oleh karena itu, bahasa sangat
terkait dengan budaya dan sosial ekonomi suatu masyarakat penggunanya. Hal ini
memungkinkan adanya diferensiasi kosakata antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Perkembangan bahasa tergantung pada pemakainya.Bahasa terikat secara sosial,
dikontruksi, dan direkonstruksi dalam kondisi sosial tertentu daripada tertata menurut
hukum yang diatur secara ilmiah dan universal. Oleh karena itu, bahasa dapat dikatakan
sebagai keinginan sosial (Kompas.com: 2006).
Di awal abad ke20 para pejuang kemerdekaan Indonesia sudah menyadari pentingnya
kebutuhan satu bahasa nasional yang mampu menyatukan seluruh rakyat Indonesia jika
negera ini ingin merdeka dari penjajahan Belanda.
Dengan Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober 1928, sekelompok pemuda tersebut
bersumpah satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Bahasa
Indonesia adalah bahasa persatuan yang lahir karena suatu keputusan dan
Sejak jaman sebelum kemerdekaan, berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bahasa
persatuan Indonesia telah dilakukan.Mulai dari perubahan ejaan, pengembangan
peristilahan, penyusunan kamus besar bahasa Indonesia, hingga perumusan tata bahasa
agar dicapai suatu bahasa yang standar yang dapat menjadi patokan seluruh jajaran
masyarakat.Idealnya, bangsa Indonesia dari segala generasi harus mampu menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.
Hal ini sangat penting, mengingat Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang
memersatukan negeri ini.Otomatis, bahasa nasional ini harus dipakai dalam segala
kegiatan yang bersifat formal dan kelembagaan, termasuk segala kegiatan di bidang
pendidikan. Namun kenyataan yang terjadi adalah bahasa gaul yang seharusnya hanya
menjadi bahasa pergaulan telah masuk ke ruang praktis pendidikan.
Peran dan Fungsi Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang
berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi.
Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan.
Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar
menjadi prioritas utama.
Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh
adanya bahasa gaul. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia
film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal
dengan bahasa gaul.
Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial, hal
ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk.Kemajemukan
ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keseragaman tersebut.Di sinilah fungsi
Proses adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu
sama lainnya mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dalam pemakaian bahasa Indonesia,
termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah
yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan. Bahasa
Indonesia telah ditetapkan oleh UUD 1945 menjadi bahasa negara.
Di beberapa negara, bahasa Indonesia telah dipelajari. Namun, tidak berarti bahwa
keberadaan bahasa Indonesia bukan tanpa masalah. Munculnya bahasa gaul terjadi
karena dinamika kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi komunikasi yang pesat
turut mendorong perkembangan bahasa.Ditambah lagi dengan kemunculan situs jejaring
sosial di dunia maya. Awal tahun 2000 menjadi titik penting,dikenalnya istilah bahasa
gaul, terutamadi kalangan anak muda.
Ada tiga penting yang perlu diperhatikan jika kita berbicara tentang perkembangan
bahasa. Ketiga kriteria itu adalah: (1) media yang digunakan, (2) latar belakang penutur,
dan (3) pokok persoalan yang dibicarakan.
Berdasarkan media yang digunakan untuk dapat menghasilkan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar dapat menggunakan Bahasa Indonesia secara lisan dan menggunakan
Bahasa Indonesia secara tulisan.
Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi.Sebagai alat komunikasi,
bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara.
Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus sesuai.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat
keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
1) Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan
upacara pernikahan.
2) Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada
pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3) Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat
pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah
dan di pasar.
4) Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik
kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam bahasa
baku adalah sebagai berikut.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa
yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang
betul.
Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan
akrab dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan
situasi. Hal seperti ini menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak
baik dan tidak tepat tempatnya.
Contoh di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi
tidak baik dan tidak efektif sebab tidak sesuai dengan situasi pemakaian kalimat-
kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, berikut penggunaan bahasa indonesia
yang lebih tepat.
Penjual : cari apa bu ?
Pembeli : saya lagi nyari tahu, tahu dari sumedang bang, ada gak ?
Penjual : oh, ada bu, nih bu harganya Rp. 50.000.
Pembeli : mahal amat bang, murahinlah bang.
Setiap tahun kita melihat hampir di setiap sudut kota, desa, gedung pemerintahan,
jalan kampung dihiasi kata dirgahayu dalam menyambut Hari Ulang Tahun
kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus. Perhatikan dengan
seksama tulisan (kalau boleh disebut kalimat) berikut ini :
Penggunaan kata dirgahayu pada kalimat di atas tidak tepat karena kata tersebut
di tempatkan di depan kata hari ulang tahun (HUT). Jika kita mau membuka
KUBI (kamus Umum Bahasa Indonesia) Poerwadarminta, kita kan menemukan
makna kata dirgahayu, yaitu (mudah-mudahan) berumur panjang; mudah-
Yang didoakan panjang umur bukan negara Republik Indonesia tetapi hari ulang
tahunnya. Padahal, usia hari ulang tahun itu hanya sehari. Yang kita serukan hidip
bukanlah negara Republik Indonesia, melainkan hari ulang tahun yang ke-65.Jadi,
penggunan kata dirgahayu pada contoh kalimat di atas tidak tepat.
Agar penggunaan kata dirgahayu tepat, mari kita perhatikan yang berikut ini :
Kriteria penggunaan Bahasa yang benar adalah kaidah. Kaidah Bahasa itu meliput:
a)Fonetik
b)Fonemik
Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah
terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa.Yang
lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita
hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal).
3) Kosa kata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut
untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa
membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik
tulis maupun lisan.
Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika
lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara
lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam
pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini disebut
gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai
bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam
ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh melalui
proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan
penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas
pergaulannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau
penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi
atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan
bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa
yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin
rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
4) Ejaan
5) Makna
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa
yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan
topik apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara
(kalau lisan) atau orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat
pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa
bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.
Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian dengan tiga macam
sikap batin penutur bahasa, yaitu:
Sehingga dengan demikian makna baik dan benar dapat diformulasikan sebagai
berikut:
- Korek
- Bersistem
Benar - Kaidah
- Aturan
Penjelasan:
1) Struktur : frase ini hari merupakan bahasa yang baik di kalangan makelar, tetapi
bukan bahasa yang benar, karena letak kata dalam frase ini terbalik susunannya,
seharusnya hari ini.
2) Leksikal: Rambut nenek saya gundul, susunan kalimatnya baik tetapi secara
leksikal tidak benar karena rambut tidak pernah gundul, tetapi kepalalah yang
gundul, rambut yang gugur. Banyak rumah rakyat tergenang karena banjir.Baik
tetapi tidak benar.Karena rumah tidak tergenang, yang menggenang adalah air.
Yang benar adalah: a. Rumah terendam air. b. Rumah digenangi (oleh) air.
3) Variasi ujaran Pergeseran bunyi dapat ditolerir sepanjang tidak merobah makna,
umpamanya dalam kata selamat yang seharusnya diujarkan /ә/ dijadikan /e/. Tetapi
pasangan kata teras – teras /tәras/ - /teras/ tidak boleh diujarkan terbalik.
5) Situasional Pemakaian kata anda untuk seorang pejabat umpamanya pada gubernur
dengan “anda mau ke mana” tidaklah etis seharusnya “Bapak mau ke mana”.
6) Kontekstual Seorang ibu melihat pinggang dan perut anak gadisnya yang belum
menikah dari hari ke hari semakin membesar.Karena rasa gundah si ibu tak
tertahan lagi untuk menanyakan kepada anak gadisnya.Terbukalah rahasia rupanya
lahan sudah digarap sebelum keluarnya izin dan hak penggarapan lahan atau dari
sudut undang-undang lalu lintas sebelum adanya SIM untuk mengemudi dan
mengenderai kenderaan.Si ibu berkata “aduh bagaimana ini kan ibu malu “, jadi
secara kontekstual merupakan budaya malu sedangkan sebenarnya harus lebih
berkonteks budaya takut, umpamanya “apa kau tidak takut amarah atau hukuman
Tuhan”.Dalam perencanaan bahasa, upaya yang perlu dilaksanakan adalah
pembinaan dan pemasyarakatan bahasa, apakah bahasa ibu atau bahasa sasaran,
dengan bahasa yang baik dan benar.Maksudnya sesuai dengan kaidah dan aturan
kebahasaan serta serasi pula dengan situasi dan lingkungan pemakaian.
Ragam bahasa lisan merupakan ragam bahasa yang diungkapkan melalui media
lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu
pemahaman.Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan
tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan.
2. 11 Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis merupakan ragam bahasa yang pemakaiannya melalui media
tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur agar
dapat dipahami dengan mudah dan benar. Ragam bahasa tulis memiliki kaidah yang
baku dan teratur seperti tata cara penulisan (ejaan), tata bahasa, kosa kata, kalimat
dan lain-lain. Dapat dikatakan ragam bahasa tulis menuntut adanya adanya
kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,
ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca.
a) Santun, memenuhi kaidah-kaidah yang ada dan pilihan kata atau istilah yang
tepat dan cermat.
b) Efektif, hemat dan singkat, tetapi kena dalam hal maksud yang
diungkapkannya.
c) Bahasa disampaikan sebagai upaya komunikasi satu pihak, karena tak dapat
bertemu langsung, maka kita diharapkan dapat mengkomunikasikan segala
apa yang ada dengan harapkan orang yang menerima surat tidak salah
persepsi atau salah paham.
d) Ejaan digunakan sesuai dengan pedoman. Dalam penyampaian bahasa tulis,
memang ada pedoman yang harus digunakan atau dipatuhi agar tidak
menimbulkkan kesalahan dalam pemakaian atau penulisan kata.
Adapun beberapa hal yang menjadi pembeda antara ragam bahasa tulis dan lisan
misalnya:
a) Ragam lisan memerlukan orang kedua sebagai lawan berbicara sedangkan tulis tidak.
b) Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) tidak selalu dinyatakan dalam ragam lisan
karena memang dalam raga ini penggunaan bahasa sudah dibantu dengan situasi/
konteks, mimik pembicara, gerakkan, pandangan dan lain sebagainya, sedangkan
dalam ragam tulis hal tersebut tidak ada atau diperlukan fungsi gramatikal yang lebih
lengkap agar lawan bicara (pembaca tulisan) dapat memahami informasi yang
disampaikan dengan jelas dan benar.
c) Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu, sedangkan ragam
tulis tidak terikat.
d) Ragam lisan dipengaruhi oleh panjang pendek dan tinggi rendah suara sedangkan
ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf capital, huruf miring dan lain-lain.
2. 13 Kesimpulan
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dalam berinteraksi secara berbahasa secara
lisan maupun secara tulisan karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari
Tulislah huruf B jika jawaban itu Benar, S jika jawaban itu Salah
1. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti
alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
2. Bahasa formal juga bahasa yang digunakan sebagai media komunikasi di sekolah-
sekolah dan universitas-universitas serta acara-acara resmi lainnya.
3. DIRGAHAYU HUT RI KE-65 dan DIRGAHAYU HUT KE-65 RI
Penggunaan kata dirgahayu pada kalimat di atas tepat karena kata tersebut di
tempatkan di depan kata hari ulang tahun (HUT).
4. Fonetik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya
sebagai pembeda arti.
5. Bahasa ilmu tepat digunakan kata-kata yang bermakna denotatif (kata sebenarnya
tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu).
6. Bahasa yang benar bermakna etis, logis, rasional dan situasional dalam makna
dan penggunaan (situational and contextual).
7. Secara leksikal contoh kalimat ini baik tetapi tidak benar adalah Banyak rumah
rakyat tergenang karena banjir.
8. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat
bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan.
9. Ragam bahasa tulis memiliki kaidah yang baku dan teratur seperti tata cara
penulisan (ejaan), tata bahasa, kosa kata, kalimat dan lain-lain.
10. Situasional Pemakaian kata kamu untuk seorang yang tua tidaklah pantas contoh
kalimatnya: Nama kamu siapa?
b. Tugas:
1. Apa yang dimaksud dengan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar?
2. a) Sebutkan perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan?
b) Berikan contoh kalimat ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan?
Alwi, Hasan dan Dendy Sugondo. 2003. Politik Bahasa. Jakarta: Progres.
Bududu, Yus. 2010. Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Jakarta:
Gramedia.
Sugono, Dendy. 2002. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Kompas
Gramedia.
.