Anda di halaman 1dari 17

Nama : Nifta Gina Safira

Nim : 211160050
Mata Kuliah : Bhs.Indonesia

1. Pengertian Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan resmi diseluruh indonesia. Ini
merupakan bahasa komunikasi resmi, diajarkan disekolah dan digunakan untuk disiarkan
dimedia elektronik dan digital. Sebagai negara dengan tingkat multilingual teratas didunia,
mayoritas orang indonesia juga mampu bertutur dalam bahasa daerah atau bahasa suku
mereka sendiri, dengan paling banyak dituturkan adalah bahasa jawa dan sunda yang juga
memberikan pengaruh besar kedalam elemen bahasa indonesia itu sendiri
2. Fungsi Bahasa Indonesia
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Terdapat tiga fungsi utama bahasa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut adalah fungsi bahasa tersebut:
a) Sebagai Alat Komunikasi
Bahasa merupakan kata-kata yang memiliki makna. Setiap kata memiliki makna dan
hubungan abstrak dengan suatu konsep atau objek yang diwakilinya. Melalui bahasa, setiap
individu dapat melakukan komunikasi dua arah yang dapat dimengerti oleh masing-masing
individu.
b) Sebagai Alat Pemersatu Bangsa
Bahasa berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa karena penggunaannya sebagai alat
untuk berkomunikasi. Setiap warga suatu bangsa dapat menyampaikan pemikirannya dengan
menggunakan bahasa yang bisa dimengerti. Komunikasi masyarakat dengan menggunakan
bahasa yang sama dan dapat dimengerti satu sama lain akan mempersatukan bangsa menjadi
lebih kuat.
c) Sebagai Identitas Suatu Suku atau Bangsa
Setiap bangsa atau suku pasti memiliki bahasa yang berbeda-beda, hal ini bisa
menjadikan bahasa sebagai identitas dan keunikan tersendiri bagi suatu bangsa atau suku.
3. Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempuyai kedudukan sangat penting, seperti tercantum pada ikrar
ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi kami putra dan putrid Indonesia menjunjung
bahasa persatuan bahasa Indonesia.Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional; kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai
kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928; kedua, bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
4. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang di kawasan Asia Tenggara.Dengan
letak geografis Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau ,mengakibatkan Indonesia
memiliki banyak sekali perbedaan. Budaya yang berbeda dan bahasa yang berbeda menjadi
keunikan tersendiri bagi Negara Indonesia itu sendiri. Apabila ditinjau dari prespektif historis
Negara Indonesia, bahasa Indonesia diadopsi dari prototipe bahasa Melayu. Bahasa Melayu
merupakan salah satu bahasa daerah yang berada di Negara Indonesia. Bahasa Melayu telah
dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air
kita.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan, seperti: prasasti yang ditemukan di
Palembang, Jambi dan Bangka, dapat diambil sebuah analisia bahwa bahasa Melayu sudah
dipergunakan sejak dulu di beberapa wilayah Indonesia khususnya di wilayah-wilayah
sumatera dan terdapat beberapa kerajaan besar yang berpengaruh pada saat itu. Kerajaan
Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar yang terletak di wilayah Sumatera. Seiring
dengan kejayaan kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu mengalami perkembangan yang
signifikan. Perubahan sosio kultural pada tata kehidupan masyarakat terus berlangsung searah
dengan perkembangan zaman, termasuk perubahan kedudukan bahasa Melayu bagi bangsa
Indonesia. Pada saat perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia memerlukan alat pemersatu
dalam berinteraksi antar suku bangsa yang ada di Indonesia. Dipilihlah bahasa Melayu
sebagai bahasa pemersatu bangsa di Indonesia.
Pada peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 ditetapkan bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia. Penetapan itupun merupakan awal bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia pertama kali di akui sebagai bahasa nasional
bertepatan dengan sebuah peristiwa bersejarah dalam perjalanan Bangsa Indonesia, peristiwa
tersebut sering kita kenal dengan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Tujuan dari lahirnya bahasa Indonesia pada saat sumpah pemuda pada dasarnya agar
bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia
melalui bahasa yang dilatar belakangi oleh banyaknya bahasa daerah yang ada. Sebelum
adanya bahasa Indonesia, belum ada bahasa yang memiliki fungsi untuk mempersatukan
bangsa dalam prespektif persatuan dan kesatuan bangsa. Seiring diikrarkan Sumpah para
pemuda nusantara pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta, menjadi titik awal perkembangan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
yang digunakan di Negara Republik Indonesia (NKRI).
Pada perkembangannya, dengan semakin pesatnya arus globalisasi, modernisasi, ilmu
pengetahuan, teknologi, Bahasa Indonesia harus dapat menjadi sebuah instrumen dalam
melakukan komunikasi utama di Indonesia. Melihat keadaan tersebut, berbagai steakholder
harus mempunyai inovasi agar Bahasa Indonesia dapat senantiasa beradaptasi mengikuti
perkembangan zaman agar bahasa Indonesia memiliki kedaulatannya tersendiri di Negara
Indonesia. Upaya untuk terus menjaga dan mengembangkan Bahasa Indonesia dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satu cara untuk terus menjaga dan mengembangkan bahasa
Indonesia yaitu dengan diadakannya beberapa kongres bahasa Indonesia. Pada dasarnya
kongres-kongres yang dilaksanakan merupakan wujud dari eksistensi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional yang harus tetap berkembang sesuai dengan perkembangan zaman
dari masa ke masa. Dari kongres yang telah dilaksanakan telah menghasilkan beberapa
inovasi yang ditunjukan untuk eksistensi bahasa Indonesia seiring dengan perkembangan
zaman dan teknologi.
5. Konsep Pengunaan Bahasa Indonesia
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa
yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.
Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis
terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu
pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama.
Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus
dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa
seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari
sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan
menjadi tidak baik.

Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku Contoh :
Apakah kamu ingin menyapu rumah bagian belakang ?
Apa yang kamu lakukan tadi?
Misalkan ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang siswa
Pak guru  :  Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
Rino          :  sudah saya kerjakan pak.
Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat komunikasi,
bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Karenanya, bahasa
laras yang dipilih pun harus sesuai.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat
keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.

1. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara
pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat
resmi, dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada
transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan
oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang
sangat akrab dan intim.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah
untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah
sebagai berikut.
1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat
yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang
dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa
Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti
aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal
baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah
lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya:
/atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa
bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi
efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca
persis sesuai maksud aslinya.
6. Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia
Kaidah adalah rumusan asas yang menjadi hukum, merupakan sebuah aturan yang
sudah pasti dan dapat dijadikan patokan atau dalil bagi siapapun yang memakainya.
Sementara ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi baik kata, frasa,
kalimat, dan lainnya ke dalam bentuk tulisan atau huruf-huruf serta aturan mengenai tanda
baca. Secara etimologis, definisi ejaan ini lebih menekankan pada segi historisnya yakni
dengan mempertahankan unsur yang tidak direalisasikan dalam sistem bunyi suatu bahasa.
Secara singkat, pengertian kaidah ejaan adalah keseluruhan peraturan yang melambangkan
bunyi ujaran, penataan kata meliputi pemisahan dan penggabungan kata, penulisan atau tata
kata secara rinci termasuk unsur serapan, huruf, dan tanda baca.
1. Penulisan Huruf
Pada bagian ini akan diekskripsikan kaidah-kaidah yang berlaku mengenai pemakaian
huruf dalam bahasa indonesia, yakni pemakaian huruf kapital dan huruf miring.
1. Huruf Kapital
Istilah huruf kapital sering juga diganti dengan huruf besar, huruf ini dipakai sebagai
huruf pertama.
a. Kata awal pada kalimat
b. Petikan langsung yang utuh (yang utuh)
c. Dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk
kata ganti untuk tuhan
d. Nama gelar kehorhmatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang
(Mahaputera Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Amir)
e. Nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
f. Nama orang
g. Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
h. Nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah
i. Nama khas dari geografi
j. Nama badan resm, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen
resmi
k. Nama semua kata dalam judul buku, majalah, surat kabar, kecuali kata partikel,
seperti di, ke, dari, untuk, yang, dan yang terletak pada posisi awal
l. Singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan
m. Kata petunjuk hubungan kerabatan, seperti bapak, ibu, adik, paman yang dipakai
sebagai kata ganti sapaan.
2. Huruf Miring
Huruf miring adalah huruf yang posisinya dimiringkan dalam cetakan. Huruf miring
dipakai untuk :
a. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan,
contoh : Dia mendengar berita dari kompas.
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata, contoh :
Seluruh karyawan diwajibkan menghadiri acara tersebut.
c. Menuliskan kata atau ungkapan asing, kata nama ilmiah, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya, contoh : Hari-harinya padat dengan facebook.
2. Pemakaian Huruf
a. Huruf Abjad (cukup jelas)
b. Huruf Vokal (cukup jelas)
c. Huruf Konsonan (cukup jelas)
d. Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan
dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
e. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu
bunyi konsonan.
f. Huruf Kapital
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Contoh: Wakil
Presiden Jusuf Kalla; Sekretaris Jenderal Kementerian Agama; Gubernur
Sulawesi Selatan
2) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Contoh: Ayah
berteriak, “Tutup pintu itu!”
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh: Amerika
Utara; Gunung Merapi; Selat Sunda; Terusan Suez, Kecamatan Pasar Rebo;
Gang Kelinci
g. Huruf Miring
1) Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama
surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Contoh:
Kami sudah membaca novel Layar Terkembang karangan Sultan Takdir
Alisjahbana; Berita heboh itu muncul dalam koran Republika.
2) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Contoh: Huruf terakhir kata abad
adalah d; Dalam bab ini tidak dibahas penggunaan alat komunikasi.
3) Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing. Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia
mangostana; Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan
asing yang berkunjung ke Aceh.
h. Huruf Tebal
1) Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Contoh: Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
2) Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian- bagian karangan, seperti
judul buku, bab, atau subbab. Contoh: Latar Belakang dan Masalah Latar Belakang
Masalah
3. Penulisan Kata
a. Kata Dasar (cukup jelas)
b. Kata Berimbuhan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya. Contoh: berlari;gemetar; lukisan
2) Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya Contoh:
dwiwarna; pascasarjana; nonkolaborasi Catatan: Bentuk terikat yang diikuti oleh
katayang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan
dengan tanda hubung (-). Misalnya: pro-Barat; anti-PKI, non-AC
c. Bentuk Ulang
Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang
berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Contoh: ibu-ibu; sayur
mayur; serba-serbi; tunggang-langgang
d. Gabungan Kata
1) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
ditulis terpisah. Contoh: kambing hitam; cendera mata; rumah sakit jiwa

2) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat
awalan atau akhiran. Contoh: bertanggung jawab; garis bawahi; sebar luaskan
3) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Contoh: mempertanggungjawabkan; menggarisbawahi; disebarluaskan
4) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Contoh: kacamata; segitiga;
saputangan; beasiswa; dukacita; apalagi
e. Pemenggalan Kata (cukup jelas)
f. Kata Depan Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
1) Kain itu disimpan di dalam lemari.
2) Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
3) Ia berasal dari Pulau Penyengat.
g. Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
a) Bacalah buku itu baik-baik!
b) Siapakah gerangan dia?
c) Apatah gunanya bersedih hati?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
a) Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
b) Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.
Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
a) Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
b) Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
c) Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
h. Singkatan dan Akronim
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution Suman Hs. Suman Hasibuan M.B.A. master of
business administration M.Hum. magister humaniora Sdr. saudara Kol. Darmawati
Kolonel Darmawati
2) Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya: hlm. halaman sda. sama dengan di atas ybs. yang bersangkutan
dkk. dan kawan-kawan
3) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik. Misalnya: cm sentimeter kVA kilovolt-ampere kg kilogram
Rp rupiah
4) Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik. Misalnya: BIN Badan Intelijen Negara LIPI Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara PASI Persatuan Atletik
Seluruh Indonesia
5) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Bappenas Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Kowani Kongres Wanita Indonesia
Kalteng Kalimantan Tengah Suramadu Surabaya Madura
6) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: iptek ilmu pengetahuan dan
teknologi pemilu pemilihan umum rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran
i. Angka dan Bilangan
1) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
a) Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b) Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
c) Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan
5 orang abstain.

2) Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf
supaya lebih mudah dibaca. Misalnya:
a) Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
b) Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
c) Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4) Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
a) abad XXI
b) abad ke-21
c) abad kedua puluh satu
3) Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
a) Tigaraksa
b) Rajaampat
c) Simpanglim
j. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
1) Rumah itu telah kujual.
2) Majalah ini boleh kaubaca.
3) Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
k. Kata Sandang Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
1) Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
2) Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
3) Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
4) Dalam cerita itu si Buta berhasil menolong kekasihnya.
Catatan: Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur
nama Tuhan. Misalnya:
1) Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
2) Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.
4. Singkatan dan Akronim
Singkatan dan Akronim dapat dikatakan serupa tapi tak sama, maksudnya ada
kesamaannya dan ada perbedaannya. Kesamaan kedua istilah tersebut sama-sama
memperpendek sebuah kata atau frasa. Sedangkan perbedaannya adalah, kalau sigkatan
berupa gabungan huruf yang diucapkan atau dibaca satu per satu dan untuk akronim dapat
berupa gabungan huruf, gabungan suku kata atau bagian yang lain yang dapat dibaca atau
diucapkan sebagai kata.
Singkatan adalah hasil menyingkat (memendekkan), berupa huruf atau gabungan
huruf sedangkan akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata
atau bagian lain yang ditulis.
Kaidah penulisan singkatan dan akronim dalam pedoman umum ejaan bahasa
indonesia sebagai berikut :
1. Singkatan nama orang,gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik
pada setiap unsur singkatan itu.
2. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi serta nama dokumen resmi
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yanng bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat menyurat
masing-masing huruf diikuti oleh tanda titik.
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan
suku kata ditulis dengan huruf kecil.
8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata
gabungan suku kata ditulis degan hurufkecil.
5. Penulisan Angka
1.Angka arab atau angka romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
 Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000),
-
V (5.000),
-
M
(1.000.000)
2.Tentang penulisan angka
Angka yang menunjukan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
lebih mudah dibaca.
 Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
 Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
 Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya 10 triliun rupiah.
Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, isi, luas, dan waktu serta (b)
nilai uang.
 0,5 sentimeter
 5 kilogram
 4 herktare
 10 liter
 2 tahun 6 bulan 5 hari
 1 jam 20 menit
 Rp5.000,00
 US$3,50
 5,10
 100
Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen atau kamar.
 Jalan tanah abang I no.15
 Jalan wijaya no. 14
 Hotel mahameru, kamar 169
 Gedung samudera, lantai ll, ruang 201
Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
 Bab X, pasal 5, halaman 252
 Surah yasin : 9
 Markus 16:15-16
Penulisan angka yang mendapat akhiran –an dilakukan dengan cara berikut:
 Lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
 Tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ra-tus lima puluhan)
 Uang 5.000-an (uang lima ribuan)
6. Lambang Bilangan
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya :
 Mereka menonton drama itu sampai tiga kali
 Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku
 Diantara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju , 15
 Orang tidak setuju, dan 5 orang abstain
 Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri
 Atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya :
 Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah
 Tiga pemenang seyembara itu diundang ke jakarta.
Penulisan bilangan dengan huruf dibagi menjadi 2 kategori, yaitu bilangan utuh dan
bilangan pecahan. Penulisannya dilakukan dengan cara:
1. Bilangan utuh
 dua belas (12)
 tiga puluh (30)
 lima ribu (5.000)
2. Bilangan pecahan
 setengah atau seperdua
 seperenam belas
 tiga perempat
 dua persepuluh
 tiga dua-pertiga
 satu persen
 satu permil

Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara :


 abad XX
 abad ke-20
 abad kedua puluh
 perang dunia II
 perang dunia ke-2
 perang dunia kedua
Penulisan bilangan denngan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undagan, akta, dan kuitansi.
Misalnya: Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan,sebagaimana
dimaksud dalam pasal 23 ayat (2), pidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
dan pidana denda paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000.00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu
rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
 Kelapadua
 Kotonanampek
 Rajaampat
 Simpanglima
 Tigaraksa.
7. Penulisan Tanda Baca
Penggunaan tanda baca titik (.)
1. Penanda berakhirnya kalimat
2. Tanda dalam penulisan bagan, ikhtisar, atau daftar
3. Pemisahan angka jam, menit, dan detik
4. Menunjukan jangka waktu
5. Berperan dalam sumber referensi
6. Memperjelas jumlah
7. Tidak boleh digunakan pada akhir judul
8. Tidak boleh digunakan pada kepala surat

Penggunaan tanda baca koma (,)


1. Digunakan ditengah kalimat
2. Perbandingan kalimat
3. Memisahkan anak dan induk kalimat
4. Dibelakang kata penghubung antarkalimat
5. Pemisah partikel
6. Memisahkan petikan langsung
7. Di identitas yang ditulis berurutan
8. Penulisan daftar pustaka
9. Pada catatan kaki
10. Penulisan gelar
11. Dalam penulisan bilangan
12. Pada kalimat bertingkat
13. Menghindari salah baca
14. Tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung

Penggunaan tanda baca tanya (?)


1. Tanda untuk menanyakan sesuatu
2. Digunakan dalam tanda kurung

Penggunaan tanda baca seru (!)


1. Digunakan pada kalimat perintah
2. Menunjukan ekpresi kaget

Penggunaan tanda titik koma (;)


1. Memisahkan bagian kalimat
2. Memisahkan kalimat yang setara

Penggunaan tanda titik dua (:)


1. Akhir suatu pernyataan lengkap
2. Sesudah kata atau ungkapan
3. Pada teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku
4. Diantara identitas penerbit

Penggunaan tanda hubung


1. Menyambung suku
2. Menyambung unsur-unsur kata ulang
3. Menyambung huruf kata
4. Memperjelas hubungan
5. Merangkal kata depan dengan huruf kapital
6. Merangkal unsur bahasa indonesia dengan bahasa asing
Penggunaan tanda pisah (- -)
1. Membatasi penyisipan kata
2. Menegaskan adanya keterangan aposisi
3. Tanda pisah dua bilangan

Penggunaan tanda ellipsis/titik-titik (...)


1. Penulisan kalimat yang terputus putus
2. Menunjukan ada naskah yang dihilangkan

Penggunaan tanda kurung ((..))


1. Tambah keterangan
2. Mengapit keterangan
3. Mengapit huruf
4. Mengapit angka

Penggunaan tanda kurung siku ([..])


1. Mengapit huruf, kata, atau kelompok
2. Mengapit keterangan

Penggunaan tanda petik (“..”)


1. Petikan langsung
2. Mengapit judul
3. Mengapit istilah ilmiah
4. Penutup kalimat

Penggunaan tanda petik tunggal (‘..’)


1. Mengapit petikan dalam petikan lain
2. Mengapit makna

Penggunaan tanda miring (/)


1. Dipakai dalam nomor surat dan kalimat
2. Pengganti kata hubung
Penggunaan tanda baca apostrof (‘)
1. Menunjukan penghilang bagian kata
2. Penggunaan kata khusus.

DAFTAR PUSTAKA

Ari Welianto, Nibras Nada Nailufar (2019), Bahasa Indonesia : Sejarah dan
Perkembanngannya, https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/25/150000269/bahasa-
indonesia-sejarah-dan-perkembangannya, 15:00 WIB.

Budi Kayamara (2015), Penggunaan Bahasa Indonesia Degan Baik dan Benar,
https://www.kompasiana.com/budikayamara/penggunaan-bahasa-indonesia-dengan-baik-dan-
benar-55d9099a5b761f818b5f765, 06:45 WIB.

Anis Suwarti, S.Pd.M.Pd. (2018), Kaidah Penulisan Singkatan dan Akronim,


https://jatengpos.co.id/kaidah-penulisan-singkatan-dan-akronim/arif/, 13:53 WIB.

Anda mungkin juga menyukai