Anda di halaman 1dari 7

TUGAS REVIEW BUKU

BAHASA & PRODUK HUKUM

Disusun untuk memenuhi tugas individu

Matakuliah : Bahasa Indonesia

Dosen : Lilis Hartini, M.HUM

Disusun Oleh :

Nama : Resi Jaya Wijaya

Npm : 214301171

Kelas : C
Judul : Bahasa & Produk Hukum

Penulis : Lilis Hartini, M.HUM

Penerbit : PT Refika Aditama

Tahun Cetak : Pertama, September 2014

Tebal : 254 Halaman

Tentang Pengarang

Lilis Hartini, M.HUM. Merupakan salah satu peneliti bahasa hukum. Lahir di Bandung, pada
17 Juni 1965. Menyelesaikan strata satu di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung Jurusan
Bahasa Indonesia (bidang studi linguistik) pada tahun 1990 dan Strata Dua di Program Studi
Linguistik (non pendidikan) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada tahun
2011. Dan sekarang bekerja di Sekolah Tinggi Hukum Bandung sebagai tenaga edukatif tetap
yayasan sejak tahun 1991 sampai sekarang dan editor lepas dari tahun 2004 sampai sekarang.

Tentang Buku

Bahasa dan produk hukum karya ibu Lilis Hartini,M.HUM merupakan buku pengembangan
materi dari buku Bahasa Dalam Praktik Hukum yang diharapkan bisa menambah wawasan
berbahasa bagi para praktisi hukum dan akademis hukum. Buku ini juga menawarkan
bagaimana membuat bahasa hukum lebih sederhana, bertaat asas terhadap standardisasi
bahasa, dan bisa di mengerti oleh masyarakat, karena selama ini bahasa hukum diangggap
sebagai bahasa yang begitu rumit dan berbelit.

Buku setebal 245 halam ini sangat di rekomondasikan untuk dibaca. Di buku ini penulis
memaparkan sekelumit masalah-masalah dan memberikan solusi yang sesuai dengan kaidah
standardisasi bahasa. Buku ini di bagi kedalam bebebeapa bab yaitu :

Isi buku

1. Peranan bahasa untuk ilmu hukum

Dalam bab ini penulis memaparkan peranan bahasa diberbagai ranah, dalam buku ini tertulis
bahasa sebagai alat yang komunikasi paling efektif dalam seluruh kegiatan manusia baik
dalam kegiatan bersosialisasi maupun dalam pencapaian suatu tujuan seperti menambah
wawasan. Komunikasi dalam bahasa dibagi menjadi dua :

• Komunikasi verbal

Komunikasi yang di sampaikan secra lisan maupun tulisan

• Komunikasi non verbal

Komunikasi yang disampaikan menggunakan gerakan tubuh yang disebut bahasa isyarat.

Dengan adanya komunikasi verbal dan non verbal dalam hukum sangan penting dimana
komunikasi verbal penting karena naskah perundang-undangan itu tertulis. Sedangkan
komunikasi non verbal dapat membantu hukum dalam mengaktualisasikan pesan yang
disampaikan produk hukum dalam aturan-aturan yang berlaku. Bahasa selain alat untuk
komunikasi, bahasa juga menjadi bahasa alat untuk bernalar, karena tanpa peran bahasa ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya didalam
pengembangan daya nalar, bahasa sebagai prasana berfikir modern. Oleh karena itu, jika kita
cermat dalam menggunakan bahasa kita akan cermat pula dalam berfikir. Di bab ini juga
dijelaskan bahasa selingkung yaitu istilah bahasa untuk ragam bahasa, dimana bahasa
selingkung ini digunakan sebagai alat komunikasi di antara para pemakai bahasa dalam
lingkungan ilmu yang bersangkutan. Bahasa selingkung harus taat pada kaidah standardisasi
bahasa. Adapun fungsi bahasa indonesia dalam ilmu hukum yaitu sebagai bahasa resmi
kenegaraan, bahasa persatuan, sekaligus identitas bagi negara indonesia. Jadi Bahasa dan
hukum tidak bisa dilepaskan karena mempunyai kaitan yang erat. Hukum tanpa bahasa tidak
akan ada. Baik bahasa maupun hukum merupakan penjelasan kehidupan manusia dalam
masyarakat dan merupakan sebagian dari penjelmaan suatu kebudayaan pada suatu tempat
dan waktu. Bahasa dan hukum itu saling berhubungan, saling pengaruh, bahkan dianggap
sebagai penjelmaan masyarakat dan kebudayaan, yang sebaliknya pula dipengaruhi baik oleh
bahasa maupun oleh hukum. Hukum merupakan salah Satu sarana untuk menciptakan
keteraturan dan ketertiban sosial masyarakat. Ketentuan hukum tersebut utamanya
dirumuskan melalui bahasa, khususnya bahasa hukum.

2. Pengaruh masyarakat bahasa terhadap penegakan hukum

Dalam bab ini dijelaskan oleh penulis pengadopsian bahasa umum oleh bahasa hukum. Ada
beberapa kata yang di adopsi kedalam bentuk peraturan, kata yang di adopsi bukan hanya
dari bahasa asing, namun dari bahasa pergaulan masyarakat pada umumnya. Di bab ini juga
dijelaskan banyaknya masalah dalam perkembangan bahasa indonesia, di era globalisasi ini
banyak bahasa yang terkontaminasi, banyak penyimpangan dan juga kesenjangan dalam
penggunanaan bahasa dan kesenjangan dalam nalr bahasa. Banyaknya kata-kata pelesetan
yang digunakan menyebabkan hilangnya makna kata, frasa, atau kalimat. Perusakan kata-kata
itu menghilangkan logika berbahasa seseorang bahkan dapat menghancurkan kaidah
pembakuan bahasa. Dalam kesenjangan nalar berbahasa dimana membuat bahasa ilmiah
menjadi rusak. Adapun pengaruh kosakata bersaing,merupakan kata kembar yang
penggunaannya bisa tertukar antara kosakata yang baku dan non baku. Dijelaskan juga
pedoman pembentukan istilah asing kedlaam bahasa indonesia, merupakan cara untuk
memudahkan para pemakai bahasa dalam menyerap istilah asing. Bahasa indonesi juga
menyerap berbagai bahasa lain, baik bahasa daerah maupun asing.

3. Bahasa hukum dan bahasa politik

Di bab ini penulis menjelaskan bagaimana perbandingan antra bahasa hukum dan bahasa
politik, bahasa hukum yang bernuansa politik juga. Dalam buku ini dijelaskan

bahasa hukum itu tidak mengutamakan gaya bahasa tetapi mengutamakan kepastian bahasa.
Bahasa hukum itu tidak boleh bersifat ambigu (mengandung multimakna), jika terjadi
keambiguan maka akan terjadi ketidakpastian hukum. Bahasa hukum juga sulit dimengerti,
bahasa hukum hanya bisa dimengerti oleh mereka yang mempelajarinya saja .

Bahasa politik merupakan ragam keilmuan yang mempunyai ciri bersifat reteorika, bahasa
yang mempunyai kekuatan untuk memengaruhi atau bahasa yang digunakan sebagai
kekuasaan. Dalam politik bahasaa digunakan sebagai srana bidang politik supaya membuat
kesan yang dapat di percaya, baik untuk politisi maupun seluruh partai politik.

Dalam buku ini tertulis ciri simbol-simbol politik sebagai berikut:

Ciri simbol-simbol politik adalah sebagai berikut:

1.Menggunakan akronim atau singkatan, seperti Pemilu, Bawaslu, DPR Capres, KPK,
Timses. Semboyan, misalnya "NKRI harga mati", "Esa hilang dua terbilang",

2. "Nomor 1 Jokowi sekali lagi", "Bersama Prabowo-Sandi Indonesia adil makmur".

3. Ketorika (kalimat pertanyaan yang tidak memerlukan Jawaban), misalnya ketika


berkampanye Timses Jokowi menyatakan apakah ada larangan presiden dua periode?
4 Kata majemuk yang sering dikontradiksikan, seperti kambing hitam, akal busuk, politik
otot, rahasia umum, mayoritas tunggal, bebas bersyarat, relawan politik, dana talangan,
kebijakan publik, penjernihan masalah, kebekasan terbatas, momentum pembenahan, kerja
sama politik, penistaan agama, anarkisme sosial, rekayasa politik, relawan politik.

4. Penggunaan bahasa dalam praktik hukum

Dalam bab ini memaparkan banyak kekeliruan bahasa dalam praktik hukum. Selain itu juga
ada bahasa dalam praktik hukum dalam bekas perkara, bahasa dalam surt lerjanjian, bahasa
hukum kontrak merupakan salah satu bagian dari bahasa hukum selalu dituangkan dalam
bentuk tertulis. Bahasa hukum kontrak sama dengan bahasa tulisan hukum lainnya teliti dan
teliti dan jelas. Kemudian bahasa akta notaris, sampai sekarang belum diubah dengan lebih
fleksibel, taat asas terhadap pembakuan bahasa yang sederhana dan dinamis. Ada juga bahasa
dalam produk perundang-undangan dan cara pembentukan kalimat dengan tepat dengan
beberapa cara diantaranya

• Kalimat tunggal
• Kalimat majemuk
• Kalimat sederhana

Dijelaskan juga makna praduga tak bersalah atau jaawaban sementara yang di sebut hipotesis
diartikan bulum adanya putusan bersalah terhadp subjek hukum yang bermasalah dalam suatu
perkara.

5. Semiotika dalam penafsiran hukum

Dalam bab ini dijelaskan bahasa hukum adalah bahasa yang memiliki ciri khas tertentu yaitu
dominasi tanda-tanda kebahasaan. Sementara itu setiap kata dalam kajian semiotika dapat
mempunyai makna yang sesuai dengan kebutuhan pemakai bahasa secara sosial maupun
budaya. Hukum sangat kental dengan nuansa semiotika karena hukum dituntut untuk mampu
memberikan jawaban dan argumentasi keilmuan dalam memechkan berbagai persoalan dan
semiotikan memberikan alternatif itu. Semiotika yang berrti tanda. Pergeseran dan perubahan
makna terdapat dalam bahasa hukum yng mengandung multiinterpretasi. Juga di jelaskan
definisi Hermaneutik menurut beberap ahli.

6. Bahasa sebagai produk hukum


Hukum tanpa bahasa bisa mati, tidak akan ada hukum jika tidak ada bahasa yang menjadi
fasilitator dalam menjual produk-produk hukum, baik itu produk hukum berupa naskah-
naskah tertulis maupun lisan. Ada beberapa struktur bahasa hukum yang esensial untuk
proses berfikir yang tertulis dalam buku ini diantaranya :

• Menuliskan peristiwa secara kronologis


• Menuliskan tataletak dengan jelas
• Melukiskan hal yang umum dan yang khusus, dinyatakan secara spesifik
• Klasifikasi atau pengelompokan
• Membndingkan dan membedakan
• Mengelompokan yang di perluas
• Sebab akibat
• Menjelaskan
• Daur dan reaksi berantai
• Analogi
• Prediski
• Definisi
• Hipotesis
• Usulan atau saran
• Pendapat pribadi
• Penolakan
• Diskusi atau debat

Kesimpulan

Dalam buku bahasa dan produk hukum ini dapat kita ketahui ternyata bahasa mempunyai
yang sangat penting dalam mengembangkan ilmu dan teknologi juga berpengaruh dalam
ranah hukum. Juga dalam berbahasa banyak masyarakat yang membuat bahasa menjadi
banyak terkontaminasi. Jadi bahasa merupakan salah satu sarana utama dalam penegakan
hukum dan kepastian hukum karena hukum tanpa bahasa tidak akan ada.

Komentar

Buku ini memiliki kelebihan diantaranya bahasa dalam buku ini sangat mudah dimengerti.
Dalam buku ini juga tidak hanya memaparkan masalah-masalah yang terjadi namun, tiap
perbab juga menyajikan berbagai solusi dan saran. Kekurangan dalam bab ini buku ini ada
sedikit pengulangan kalimat yang mungkin akan membuat bingung para pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai