1
c. tidak menimbulkan interprestasi ( penafsiran) yang berlainan
2
tulisandapat dilihat dalam aturan perundang-undangan berkas perkara
akta notaris dan lain-lain
C. Bahasa sebagai alat komunikasi
a. Pada akhirnya bahasa dijadikan alat yang efektif dalam
berkomunikasi bagi seluruh kegiatan manusia baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan pencapaian suatu
tujuan
b. bahasa digunakan bersosialisasi antar manusia agar kehidupan lebih
berwarna yang digunakan secara lisan maupun tulisan.
c. kedudukan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi adalah :
1). untuk bersosialisasi antar sesama agar dapat saling berhubungan
satu sama lain.
2). mencerminkan sikap dan perilaku seseorang
3). sebagai cermin kepribadian bangsa dan negara
4). mencerminkan tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi
tingkat pendidikannya, maka daya nalarnya pun akan semakin
tinggi.
5). memberikan andil dalam mencari dan memahami ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kian berkembang
6). sebagai kekuatan hukum, dengan kepandaian berbahasa
seseorang bisa membela dirinya untuk mempertahankan hak
7). dapat dijadikan dalam pembelajaran berpolitik, sebagai politikus
atau pengamat politik
8). mencerminkankedudukan sosial seseorang dengan bahasa ,
seseorang dapat merefleksi kedudukannya dalam masyarakat.
Kata Gorys Keraff (1997 : 4) bahwa komunikasi merupakan akibat yang lebih
jauh dari ekspresi diri , komunikasitidak akan sempurna bila ekspresi diri kita
tidak diterima atau difahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula, kita
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang
kita, serta apa yang dicapai oleh orang orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan maksud,
melahirkan perasaan dan kemungkinan menciptakan kerja sama dengan
3
sesama warga. Bahasa mengatur segalamacam aktivitas kemasyarakatan,
merencanakan dan mengerahkan masa depan.
D. Bahasa hukum
Bahasa Indonesia hukum merupakan Bahasa Indonesia yang dipergunakan
dalam bidang hukum, yang mengingat fungsinya mempunyai karakteristik
tersendiri. Atau dengan kata lain bahasa Indonesia hukum adalah salah satu
bagian dari bahasa Indonesia pada umumnya,yang tidak mengutamakan
gaya bahasa, tetapi mengutamakan kepastian hukumsebagaimana salah satu
daripada tujuan hukum itu sendiri.
Ragam bahasa hukum sebagaimana yang termaktub dalam : Konstitusi
(UUD NRI 1945) Ketetapan MPR Undang-Undang , PERPU, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah (Propinsi) dan
(Kabupaten Kota), KUHPidana, KUHPerdata KUHD, Produk Putusan Hakim.
Ragam baku tulisannya selalu memelihara ketertiban dan kecermatan
pilihan kata atau istilah yaitu : diksi dan susunannya yangsistematis Ciri khas
penulisan bahasa Hukumitu dapat dilihat dari penulisan Bab, Pasal, ayat
secara berurutan dalam undang-undang, kemudian penggunaan produk-
produk Pengadilan seperti kata mengingat....... menimbang....... dst.
Hukum menjadi tegak atau bungkam tergantung bagi para pengabdi
hukum menjalankan hukum itu sendiri, manakala hukum ditegakkan, maka
hukum itu berjalan sebagaimana mestinya,tetapi sebaliknya jika hukum tidak
ditegakkan, maka hukum itu menjadi bungkam, alias tidak berjalan.Bahasa
disini memegang peranan penting, artinya bahasa merupakan salah satu
4
sarana utama dalam penegakan hukum dan kepastian hukum, karena hukum
dibangun di atas bahasa, tanpa bahasa hukum tidak akan ada. Dengan
demikian tidak dapat dipungkiri bahwa hukum merupakan produk
pemikiran, Pemikiran baru stabil bila ditunjang oleh bahasa. Jelas sudah
bahwa mendalami ilmu hukum memerlukan kemahiran bahasa dan
kemampuan berbicara.
Ciri-ciri dan sifat bahasa ilmiah menurut Anton M.Moeliono sebagai
berikut :
1. lugas Dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan
2. obyektif dan menekan prasangka pribadi
3. memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan katagori
yang diselidikinya untuk menghindari kesimpangsiuran
4. tidak beremosi dan menjauhitafsiran yang bersensasi
5. cenderung membakukan makna kata-katanya,ungkapannya dan gaya
paparannya berdasarkan konvensi
6. tidak dogmatis atau fanatik
7. bercorak hemat, hanya kata yang diperlukan yang dipakai
8. bentuk, makna, dan fungsinya lebih mantap dan stabil daripada yang
dimiliki kata biasaestetika bahasa Indonesia.
Bahasa hukum adalah bahasa yang digunakan untuk merumuskan dan
menyatakan hukum dalam suatu masyarakat tertentu. hanya dapat berjalan
efektif jika dirumuskan melalui bahasa hukum yang tegas dan mencerminkan
nilai-nilai yang hidup dalam suatu masyarakat dan harus dapat
dikomunikasikan dengan baik pada subyek-subyek hukum.
Bahasa hukum adalah aturan dan peraturan yang bertujuan untuk
mewujudkan ketertiban dan keadilan untuk mempertahankan kepentingan
umum dan kepentingan pribadi didalam msyarakat. Namun karena bahasa
hukum, juga mengikatkan diri dalam kaidah bahasa Indonesia secara umum.
Hal tersebut dimaksudkan supaya tidak membuka peluang interprestasi
gandadan memenuhi syarat estetika bahasa Indonesiahukum sebagai bagian
dari bahasa Indonesia. Hal tersebut agar menjadikan bahasa tersebut
menimbulkan kepastian hukum.
Bahasa Indonesia Hukum banyak mengadopri bahasa asing khususnya
Belanda, hal ini akan semakin memperkaya kasanah kosa kata dalam bahasa
Indonesia hukum, namun demikian pengalih bahasanya tersebut harus dapat
5
dikomunikasikan kepada khalayak yang menggunakannya,jika tidak maka
menjadikan bahasa Indonesia hukum gagal dikomunikasi dalam masyarakat
Indonesia.
Dalam menunjang kepastian hukum, bahasa hukum mempunyai
beberapa fungsi :
1. sebagai aturan, hukum dibuat salah satunya untuk mengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara. Aturan hukum termaktub dalam
bentuk undang-undang dan peraturan pelaksanaan lainnya
2. Pemberi kekhasan, bahasa Hukum berbeda dengan bahasa keilmuan
lainnya. Hukum mempunyai ciri khas dari segi komposisi aturan. yang
rinci, adanya kronologis hubungan sebab akibat dan berusaha untuk
menjelaskan suatu masalah dalam sebuah wacana yang berbentuk
kalimat panjang serta gaya bahasa yang khusus dan kandungan artinya
yang khusus pula
3. pembawa kewibawaan hukum, bahasa hukum berisi perintah dan
larangan sanksi
4. kerangka acuan bagi profesional dan teoritisi hukum, ketika
berpraktek hukum aturan hukum berupa undang-undang dijadikan
acuan dalam menyelesaikan masalah-masalah hukum (karena itu
rumusanya harus pasti)
5. memperkaya kosa kata bahasa Indonesia , istilah-istilah hukum
diadopsi dari bahasa Belanda, Inggris, Arab dan daerah, sehingga
istilah-istilah itu dapat memperkaya perbendaharaan kata dalam
bahasa Indonesia.
6
B A B II
8
tersebutkarena kekurangcermatan berbahasa para pengguna
bahasa.
Kalimat untuk itu waktu dan tempat dipersilahkan.
persoalan yang mengedepan adalah, mengapa yang
dipersilahkan waktu dan tempat ?. bukankah yang seharusnya
dipersilahkan itu adalah orang ?. Jadi jelas kalimat tersebut pun
tidak logis karena yang dipersilahkan benda mati. Seharusnya
untuk itu, Bapak / Ibu/ Saudara kami persilahkan (bentuk kata
dipersilahkan tidak baku), bentuk kalimat aktif. Jadi kata
dipersilahkan diganti dengan kami (wewakili panitia)
dipersilahkan.
Contoh lain yang ditemukan dalam arena persidangan :
1. Untuk menyingkat waktu sidang segera dimulai. Ketidak
logisan dalam kalimat di atas terdapat dalam frasa
menyingkat waktu. Kita semua tahu bahwa 1 jam = 60 menit,
tidak mungkin 1 jam disingkat atau diperpendek menjadi 30
menit, maupun diperpanjang menjadi 90 menit. Logisnya
adalah memanfaatkan waktu, mengefektifkan waktu,
mengefisienkan waktu atau menggunakan waktu.
2. UU Perbankan No 7 Tahun 1992 telah dirubah dengan UU
No. 19 Tahun 1998 dikarenakan menghadapi perkembangan
perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat,
kompetitif, dan terintegrasi semakin maju, diperlukan
persesuaian kebijakan bidang ekonomi termasuk Perbankan
Kata dirubah dan kata dikarenakan dalam contoh kalimat
di atas tidaklah logis pula. Bentuk kata dirubah mempunyai
kata dasar rubah, yang diberi awalan di+rubah– dirubah.
Artinya adalah dijadikan seperti , Mengapa ini terus terjadi
dan digunakan dalam masyarakat ?. Memang mereka
membuat pembenaran dari kata berubah (ber+ubah =
berubah) Sebenarnya kata yang tepat adalah kalimat ke dua
yaitu di+ubah (ganti) = diubah.
3. kalimat yang sering didapatkan dalam persimpangan adalah
kalimat yg terdapat dalama UU Lalu Lintas yg sudah tidak
berlakulagi, tetapi sampai sekarang masih dipandang di
9
beberapa persimpangan di Kota Balikpapan. YaituKalimat
belok kiri jalan terus adalah kalimat yang tidak logis, Kalimat
tersebut sebenarnya untuk pejalan kaki, tetapi diterapkan
pada kendaraan ( coba bayangkan, jika kita membawa
kesadaran dan tepat dihadapannya adalah persimpangan
lalu lintas kita akan membelokkan kendaraan kita ke sebelah
kiri. dan ketika itu, kita membaca ke kiri jalan terus, maka
sudah seharusnya setelah belok kiri kita kendaraan dan
berjalan meninggalkan kendaraan karena maksud kalimat
tersebut demikian. Pengertian jalan terus untuk orang
bukan untuk benda mati seperti kendaraan walaupun
kendaraan tersebut dikemudikan oleh manusia.
Sebenarnya maksud dari kalimat “Belok kiri jalan terus”
tersebut dapat kitra mengerti, yaitu semua kendaraan yang
berada di lajur sebelah kiri, ketika berada di Traffic Light,
tidak boleh berhenti, tetapi harus melanjutkan laju
kendaraannya membelok ke sebelah kiri, akan tetapi
pengertian dari belok kiri jalan terus sebenarnya adalah
setelah kendaraan belok ke sebelah kiri, kedaraan itu
mesinnya dimatikan, orangnya keluar dari kendaraan, lalu
berjalan. Jadi yang lebih tepat untukkalimat tersebut
adalah“ Belok kiri langsung”.
PILIHAN KATA YANG KURANG TEPAT DAPAT MEMBUAT
KALIMAT-KALIMAT YANG DIHASILKAN MENJADI TIDAK
LOGIS. Kalimat-kalimat itu sudah umum didengar atau
dibaca, sehingga menjadi kebiasaan yang dapat memenuhi
daya nalar seseorang, hal ini disebabkan kekurangcermatan
berbahasa para pengguna bahasa.
B. Pengadobsian Bahasa Umum Oleh Bahasa Indonesia Hukum
Dalam ilmu pengetahuan pinjam-meminjam istilah yang
digunakan, adalah hal yang lumprah, karena tidak ada ilmu yang
berdiri sendiri dengan menggunakan bahasanya sendiri misalnya
dalam ilmu kesehatan digunakan Barometer untuk mengukur
panas badan seseorang. istilah tersebut diadopsi oleh ilmu hukum
yang artinya tolok ukur, penggunaan kata tersebut malah
10
menambah atau pengayaan pada ilmu hukum. atau menambah
kosa kata bahasa Indonesia yang sampai sekarang tergolong masih
sedikit dibandingkan dengan bahasa Inggris yang sudah sekian
ratus tahun penggunaannya yang semakin hari semakin
bertambanh dan berkembang.
Pengapdosian bahasa yang tidak diperkenalkan adalah
pengabdobsian bahasa gaul, atau bahasa sehari hari atau bahasa
masyarakat umum kedalam bahasa yang sudah baku . Mengapa
tidak diperbolehkan ?. Karena di samping merusak struktur
bahasa ilmiah juga mencemaribahasa Indonesia baik aspek
gramatikal, sintaksis, maupun semantik bahasa Indonesia.
C. Kontaminasi Bahasa
Dengan majunya Ilmu pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
memunginkan penggunaan bahasa yang tidak pada tempatnya,
atau tepat guna akan mengakibatkan tejadinya kontaminasi Bahasa
Indonesia Hukum yang sering didapatkan dengan mengadopsi
istilah asing Bahasa Inggris dan Belanda, sebagai akibat dari bekas
anak jajahan Belanda. Bahasa Indonesia mendapatkan imbas dari
media cetak dan elektronik, sehingga terkontaminasi yang tidak
sesuai dengan susunan bahasa yang baik dan benar. Sebagai
contoh nyata adalah banyaknya bahasa plesetan yang digunakan
oleh masyarakat luasmenambah runyamnya bahasa Indonesia yang
kadang kala tidak kita sadari. Misalnya agar kelihatan keren
digunakan “ gua lagi nggak fit, mahal banget, please deh dll.
D. Kesenjangan budaya Bahasa
Bangsa Indonesia yang sangat kaya keragaman budaya
masyarakat. Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena Indonesia terdiri
dari beribu ribu pulau (17.506), Pulau baik yang sudah ada
namanya maupun yang belum ada namanya, yang memiliki
keragaman bahasa daerah dan budaya. Keragaman tersebut patut
disyukuri manambah khasanah kekayaan sebagai salah satu alat
komunikasi nasional, yaitu bahasa Indonesia, beragam budaya
tersebut dapat memperkaya bangsa Indonesia di mata dunia.
Namun dampaknya berbagai macam kerancuan yang ada
dampaknya sangat sulit untuk memfilter atau menyaring ke dalam
11
bahasa Indonesia yang baik dan benar, jika tidak diantisipasi akan
menghilangnya jati diri bangsa.
Kesenjangan budaya berbahasa seperti itu membuahkan
bahasa Indonesia yang tidak taat asas terhadap pembakuan
bahasa, yang boros. Sebagai misalnya daftar antar frasa yang sering
dipakai tidak hemat, tetapi banyak dijumpai penggunaannya :
Daftar boros kata Daftar hemat kata
1. Sejak dari ................................... sejak atau dari
2. demi untuk ................................... demi atau untuk
3. demi untuk ................................... demi atau untuk
4. adalah merupakan .......................... adalah atau
merupakan
5. seperti ..., dan sebagainya ............. seperti atau sebagainya
6. misalnya... dan lain lain ................... misalnya atau dan lain-
lain
7. antara lain ... dan seterusnya .......antara lain atau dan
seterusnya
8. tujuan daripada ............................ tujuan tanpa daripada
9. mendiskripsikan tentang............. mendiskripsikan tanpa
tentang
Dalam naskah hukum, ada beberapa kata mubazir karena digunakan terlalu
berlebihan, contohnya sebagai berikut :
1. Tersebut di atas,
2. Agar supaya
3. Yang pada pokoknya sebagai berikut
4. adalah merupakan,
5. Sering kali disebabkan karena
6. seperti...... dan lain lain
12
Yang dimaksud dengan kesenjangan bernakar berbahasa adalah
kadang kala ditemukan sampaidengan sekarang masih ditemukan sebagian
kecil masyarakat yang buta berbahasa Indonesia, khususnya kaum tua yang
sudah rentan mereka masih didominasi dengan bahasa lokal atau daerah.
khususnya daerah yang jauh dari kota ( misal Jawa, Madura dll ). Akibatnya
menimbulkan kesenjangan dalam bernalar Berbahasa.
Kesenjangan nalar berbahasa ini dipicu lagi dengan ketidak cintaan
terhadap bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Kadang kala justru yang
memulai adalah kalangan intelektual sendiri, dengan meremehkan bahasa
dengan asumsi sejak kecil sudah menggunakan bahasa Indonesia, pada hal
sadar atau tidak dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan kosa kata
yang semakin bertambah akan membuat bahasa Indonesia Hukum
khususnya semakin baik dan sempurna.
Di samping itu ditemui para kaum remaja yang menggunakan bahasa
seenaknya sendiri, kadang kala ditemukan contohnya menggunakan bahasa
Indonesia walikan (Jawa) Balikan misalnya kata iya dibalik menjadi yoki,
danlain-lainutamanya masyarakat Malang dan Yogyakarta, yang sama-sama
Kota Pendidikan, mestinya tidak memberikan contoh yang tidak baik.
Bahasa kesenjangan nalar berbahasa seperti misalnya di bawah ini :
1.Arief, bang salomenya satu
2. wah, kemarin aliran jadi saya tidak bisa belajar
3. Dia adalah pengusaha wanita yang sangat sukses
Arief meminta salome satu, maksudnya satu porsi beserta saos dan
lomboknya dalam sebuah bungkus plastik biasanya isinya sebanyak 6 biji
salome.
Demikian kalimat yang kedua, yang dimaksud dengan aliran disini adalah
aliran listrik yang mati biasanya pada saat hujan yang disertai angin kencang.
13
saklek “ kata pengusaha wanita” memiliki arti pengusaha yang bergerak di
bidang jual beli wanita (germo, mucikari). Seharusnya wanita pengusaha.
Sama halnya dengan menggunakan hukum MD kata Polisi wanita ? . = dari
kata policeman (bahasa Inggris) = polisi yang menangani kasus-kasus wanita.
Polisi wanita dalam bahasa Indonesia menggunakan hukum DM = wanita
polisi artinya wanita yang berprofesi sebagai polisi.
14
Yang pasti penggunaan bahasa Indonesia hukum oleh para pakar hukum
tersebut selalu taat asas dalam pembakuan bahasa Indonesia hukum.
Walaupun demikan masih juga ditemukan persaingan penggunaan
kosa kata yang tidak sepakat seperti misalnya, penggunaan kosa kata
1. permukiman bersaing dengan kosa katapemukiman (tanper)
2. pelepasan bersaing dengan kata penglepasan(ng)
3. pelayanan bersaing dengan kata layanan (an)
4. tergantung pada dengan bergantung pada
5. keluar dengan kata keluar .
Bentukan tersebut tergolong baku, artinya benar apabila dipakai sesuai
dengan konteksnya.
Kata permukiman digunakan dalam konteks tempat bermukim,
atau daerah perumahan, sedangkan katapemukiman digunakan dalam
konteks “prosesmemukimkan “.
Contohnya sebagai berikut :
1. Keluarga Kinanti akan membeli rumah di permukiman taman Kopo
Indah
2. Pemerintah sedang memikirkan pemukiman kembali masyarakat
yang terkena dampak lumpur Lapindo Sidoharjo.
3. Kata pelepasan digunakan dalam konteks kalimat yang sifat negatif,
yaitu membuang kotoran. Sedangkan kata penglepasan digunakan
dalam konteks kalimat yang bersifat positif, yaitu Proses
melepaskan, misalnya penglepasan sarjanabaru (Isbadudu tahun
1980-an), akan tetapi, dalam kenyataannya yang terjadi di dalam
masyarakat sekarang ini adalah kata penglepasan tidak lagi
menunjukkan masing-masing arti di atas, tetapi sekarang. kata
pelepasan sudah netral sifatnya, yaitu digunakan untuk makna
positip maupun negatif.
4. kata frase diganti dengan terdiri atas. atau terdiri dari .Keduanya
terjadi persaingan tergantung dari konteksnya.
5. kata pelayanan digunakan dalam konteks “proses melayani”,
sedangkan kata layanan digunakan dalam konteks “hasil melayani”
6. Kesimpulan dan simpulan. Kata kesimpulan digunakan dalamkoteks
proses menyimpulkan, sedangkan kata simpulan digunakan dalam
konteks“hasil menyimpulkan (Zainal Arifin, 206)
15
Kedua kata kesimpulan dan simpulan ini di Pasca sarjana UNAIR
Surabaya dalam pembuatan Tesis (karya ilmiah Pascasarjana Ilmu
hukum sangat dominan dan benar-benar diperhatikan). Sebab
masing-masing Perguruan Tinggi ingin menunjukkah identitasnya.
16
9. anti tesa ............................................. antitesa
10.Apotik ............................................ Apotek
11.azas ............................................ asas
12.azasi ............................................ asasi
13.Berluit ........................................... beslit
14.cidera ........................................... cedera
15.beaya ........................................... biaya
16.dari pada .......................................... daripada
17.dasa sila ........................................... dasasila
18.dari pada ............................................ daripada
19. debet ............................................... debit
20. devisi ............................................... divisi
21. dwi fungsi ............................................... dwifungsi
22. dikarenakan ............................................... karena
23. ego sentris ............................................... egosentris
24.eksport ............................................... ekspor
25. ekstrim ............................................... ekstrem
26. elit ............................................... elite
27. ethis ............................................... etis
28.faham ............................................... paham
29. faidah ............................................... faedah
30. group ............................................... grup
31. hakekat ............................................... hakikat
32. has ............................................... khas
33. hasiat ............................................... khasiat
34. hipotesa .............................................. hipotesis
35. hirarkhi ............................................... hierarki
36. ijin ................................................ izin
37. ijasah ................................................ ijazah
38. ilmiawan ................................................ ilmuwan
39. import ................................................ impor
40. improfisasi ................................................ improvisasi
41. insidentil ................................................ insidental
42. insyaf ................................................ insaf
43. introgasi ................................................ interogasi
17
44. isteri ................................................ istri
45.jadual ................................................ jadwal
46. jamaah ............................................... jemaah
47. jaman ............................................... zaman
48. jendral ............................................... jenderal
49. juridis ............................................... yuridis
50. justeru ................................................ justru
51. daluarsa, kedaluwarsa ..................................... kadaluwarsa
52. kaedah ................................................ kaidah
53. kapling ................................................. kaveling
54. karir ................................................ karier
55.katagori ................................................ kategori
56. kawatir ................................................ khawatir
57. kerjapaksa ................................................ kerja paksa
58. kerjasama ................................................ kerja sama
59. klimak ................................................ klimaks
60. komersil ................................................ komersial
61. komplek ................................................ kompleks
62. kondite ................................................ konduite
63. kongkrit, kongkrit .............................................. kongkret
64. kongkrus ................................................ kongkurs
65. koekwen ................................................. konsekuen
66.kontek ................................................. konteks
67. kontraversi ................................................. kontraversial
68. kwalifikasi ................................................. kualifikasi
69. kwesioner ................................................. kuesioner
70.loka karya ................................................ lokakarya
71. madhab, madzhab .............................................. mazhab
72. managemen ................................................ manajemen
73. merubah, merobah ............................................ mengubah
74. medere ................................................ modern
75. monarkhi ................................................ monarki
76. motifasi ................................................ motivasi
77. mubajir ................................................ mubazir
78. nampak ................................................ tampak
18
79. nara pidana ................................................ narapidana
80. nasehat ................................................ nasihat
81. negatif ................................................ negatif
82. non aktif ................................................ nonaktif
83.non blok ................................................ nonblok
84. nopember ................................................ november
85. obyek ................................................ objek
86. otentik ................................................ autentik
87. atoktasi ................................................ otokrasi
88. panitra .................................pasif................. panitera
89. pasih ................................................ Fasih
90. pasif ................................................ fasif
91. pasport ................................................ paspor
92. pebruari ................................................ februari
93. pledoi ................................................ pledoi
94. positifisme ................................................ positivisme
95. positip ................................................ positif
96. praktek ................................................ praktik
97. pra peradilan ................................................ praperadilan
98. pra sangaka ................................................ prasangka
99. preambule ................................................. preambul
100. prematuur ................................................. prematur
101.primair ................................................. primer
102. provinsi ................................................. propinsi
103. provokatip ................................................. provokatif
104. putera puteri ................................................ putra putri
105.rapih ................................................. rapi
106. rahasia .................................................. rahazia
107. ratio .................................................. rasio
108. realisir .................................................. realisasi
109. rejeki .................................................. rezeki
110. residifis, residipis ................................................ residivis
111. robah, berobah, dirubah .......................... ubah, berubah,diubah
112.rohaniawan ................................................. rohaniwan
113. rubuh ................................................. roboh
19
114.sangsi hukum .............................................. sanksi hukum
115. sekedar ................................................. sekadar
116. seksama ................................................. saksama
117. sertipikat ................................................. sertifikat
118. special ................................................. spesial
119. silahkan ................................................. silakan
120. sintesa ................................................. sintesis
121.sistim ................................................ sistem
122. subyek ................................................ subjek
123.syah .................................................. sah
124. tandatangan ............................................. tanda tangan
125.tatanegara ............................................. tata negara
126. team ............................................. tim
127. tehnik ............................................. teknik
128.tentram ............................................. tenteram
129. teoritis ............................................. teoretis
130.terlentang ............................................. telentang
131. validiti ............................................. validitas
132.varitas ............................................. varietas
Terjadinya kosa kata bersaing, antara yang nonbaku dan baku, di masyarakat
terjadi salah kaprah tanpa mempedulikan, yang penting mereka tahu tujuan
lawan bicaranya, tetapi bagi penulisan hukum hal tersebut sangat penting
seperti di halaman depan sudah disebutkan akan menimbulkan ketidak
pastian hukum dan mempersulit penegagak hukumnya serta mengurangi
wibawa hukum itu sendiri. Jadi intinya harus hati-hati penggunaan kosa kata
tersebut yang tergantung dari situasional (tempat dan waktu) .
20
bahasa indonesia yang baik, karena mereka belajar berbahasa sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia .
21
setiap perkembangan kosa kata yang muncul dapat menyesuaikan dengan
ilmu yang berkembang.
1. Pedoman pembentukan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia
Prinsipnya jika dalam bahasa Indonesia maupun bahasa serumpun
tidak ditemukan istilah yang tepat, maka bahasa asing dapat dijadikan
sumber peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan
jalan menerjemahlan , menyerap, dan menyerap sekaligus,
menerjemahkan istilah asing (contoh Tsunami = Jepang).
2. Penyesesuai unsur serapan
Unsur penyerapan dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan besar
2.1. reshuffle, shuttle cock, long march unsur ini dipakai dalam
konstek bahasa Indonesia
2.2. unsur asing yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan
dengan bahasa Indonesia dan diubah sepenuhnya, sehingga
bentuk Indonesiannya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya.
aa ( belanda ) menjadi a
au tetap au
22
caustic .................................... kaustik
ai tetap ai
23
echelon ............................................. eselon
C (sanskerta) menjadi S
efficient efisien
KH (arab) tetap KH
OO (Belanda) menjadi O
OO (inggris) menjadi U
24
OO (vokal ganda) tetap OO
OU menjadi U lafalnya U
PH menjadi F
Q menjadi K
RH menjadi R
R di muka I menjadi S
UU menjadi U
25
prematuur ...................................... prematur
26
formal. formeel ............................ formal
ANT menjadi AN
IST menjadi IS
27
publicist .................................. publisis
28
serapan yang membingungkan misalnya
29
2.2. computer .......................................... komputer
3. Melalui penyesuaian lafal
3.1. design .......................................... desain
3.2. manager .......................................... manajer
30
BAB III
A. Bahasa Hukum
Bahasa hukum tidak mengutamakan gaya bahasa, tetapi
mengutamakan kepastian bahasa (arti kata). Tentu saja harus
kepastian, bahwa bahasa hukum itu tidak boleh lebih bersifat “
AMBIGU” (mengandung multi tafsir / makna atau mendua ) Jika terjadi
keambiguan penggunaan bahasa , maka akibatnya akan terjadi ketidak
pastian hukum. artinya lepas dari tujuan hukum ( keadilan, kepastian
dan kemanfaatan ).
Bahasa hukum dilihat dari segi lingguistik adalah metabahasa,
artinya ragam ini merupakan kajian atau produk pemikiran yang tidak
terbatas pada bahasa saja tetapi melibatkan ilmu lain. oleh sebab itu di
dalam praktik hukum kalimat-kalimatnya sebenarnya harus ditafsirkan
terlebih dahulu. Penafsiran-penafsiran tersebut bervariasi bergantung
dari sudut mana kepentingan hukum itu berlaku.
Bahasa yang ambigu dapat mengandung banyak penafsiran,
sehingga maksud yang dikemukakan kemungkinan tidak tercapai. Hal
ini jelas merugikan bagi seorang profesional hukum dan penegak
hukum.
Apa itu ambigu ?. adalah kata frase, atau kalimat yang
mempunyai lebih dari satu makna. Dalam linguistik disebut juga
31
POLISEMI . Sementara itu ambiguitas adalah sifat konstruksi yang
dapat diberi lebih dari satu tafsiran. Hukum menggunakan kata-kata
yang bersifat ambigu, sehingga banyak pengertian yang dapat
ditafsirkan . Dalam membuat suatu kalimat, bahwa bahasa Indonesia
mengenal dua macam :
1. Denotasi = dalam arti sebenarnya = normatif
2. konotasi = arti denotasi yang mendapatkan arti tambahan (denotasi
+) Pada umumnya jika ditelusuri kata-kata ilmiah dalam kamus,
makna kalimat tersebut, bukan berarti Pancasila dan UUD NRI 1945
menjadi aman, melainkan “ penguasalah yang menjadi aman. Disini
terlihat bahwa penguasa mempermainkan bahasa melalui kata
“MENGAMANKAN’ yang berkonatasi kekerasan untuk membatasi dan
menekankan kebebasan rakyat dalam menyatakan pikiran dan
perasaannya. Sementara itu hukum dijadikan alat untuk melegalkan
istilah-istilah tersebut.
32
Kesulitan untuk mengerti bahasa hukum adalah karena bahasa
hukum itu bersifat EKSOTERIS artinya bahwa bahasa hukum itu hanya
dapat dimengerti oleh mereka yang belajar hukum. Sulitnya bahasa
hukum juga seringkali membuat masyarakat, khususnya praktisi
hukum, berhadapan dengan masalah-masalah multiinterprestasi
(ambigu). (kalau begitu bisa dikatakan hukum itu sombong, karena
hanya bisa dimengerti terbatas pada mereka yang belajar hukum).
B. Bahasa Politik
33
1. ringkas
2. berani
3. mudah diingat
Tahun 2018 adalah tahun politik, sebab pada tahun tersebut
adanya beberapa calon presiden yang akan bermunculan menjadi
calon definitif merebutkan presiden periode 2019 –2024 (lima tahun
ke depan). Harapan kita semua semoga kampanye yang disajikan
bukan menyerang pribadi calon, tetapi lebih mengedepankan visi,misi
dan tujuan yang hendak dicapai. Walau demikian kita tidak bisa
memungkiri bahwa seperti yang dikatakan oleh Masawelli bahwa
untuk mencapai sebuah tujuan dalam berpolitik “tujuan
menghalalkan semua cara”.
Dalam memilih bahasa politik harus tepat sebagai misal slogan-
slogan yang pernah disampaikan para calon presiden :
1. yusuf Kalla ........... Makin cepat makin baik
2. Susilo B. Yudoyono ................ Lanjutkan
3. Susilo diserang ........... lanjutkan terus korupsi di semua lini
pemerintahan
4. lanjutkan terus kenaikan BBM
Istilah politik yang diplesetkan yang memilki arti negatif adalah :
1. Poli + tikus (banyak tikus)
2. UUD = ujung-ujungnya duwit
3. KKN = kanan kiri nuntun
4. KUHP = kasih uang habis perkara
5. ABS = asal bapak senang (yesman)
Seyogyanya dalam penggunaan bahasa politik maupun hukum
diusahakan menggunakan bahasa yang sudah baku, diketahui orang
banyak tidak menimbulkan interpretasi lain. Dalam bahasa baku
tersebut mendukung adanya 4 fungsi :
1. fungsi pemersatu
2. fungsi pembawa kewibawaan(menggunakan bahasa yg
konsisten)
3. fungsi pemberi kekhasan (perasaan kepribadian)
4. fungsi sebagai kerangka acuan
34
C. Perbandingan Bahasa Hukum dengan Bahasa Politik
Sampai dengan sekarang ini Bahasa politik masih mendominasi
bahasa hukum, sehingga adanya kesan bahwa “Politik menjadi
panglima”. Mestinya, bahasa hukum yang mendominasi politik, sebab
ketika berubah menjadi hukum, maka hanya ada satu kata ketaatan
yaitu hukum, bukan sebaliknya dibolak-balik.Realita di dalam
masyarakat sering terjadi misalnya sumbangan sukarela, berubah
menjadi wajib (dalam bahasa politik). dan bentuk-bentuk lainnya
yang pada hakekatnya adalah memplintir bahasa hukum menjadi
bahas politik.
D. Bahasa Hukum yang bernuansa Politik
Bahasa hukum yang bernuansa politik ini bisa kita lihatkan
dalam Pasal 7 UUD 1945 (sebelum perubahan) bahwa :
Frase tidak sekali-kali ( yang tidak diperbolehkan itu sekali saja, jadi kalau
berkali kali boleh dong) dalam pasal tersebut kental muatan politiknya.
35
Masyarakat menjadi mahfum negara kita termasuk negara terkorup di
dunia sebab sumpah jabatannya pun berbunyi sepert itu. Pantas saja KKN
sulit diberantas jika sumpah jabatan berkonotasi seperti itu. Sebaiknya
frase kata sekali-kali dihilangkan saja, Dalam bahasa hukum harus
dihindari nuansa politik sepertiitu karena penafsirannya akan mengubah
pandangan masyarakat tentang penegakan hukum . Kemudian bentuk
kata siapapun juga mengandung makna yang mubazir karena kata pun
dengan juga pengertiannya sama mengambil saja salah satu, yaitu
siapapun atau siapa juga.
Coba perhatikan bunyi alinea terakhir pada pasal yang sama “ saya
bersumpah / berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya
ini dengan jujur, saksama, dan dengan tidak membeda-bedakan orangdan
akan berlaku dalam melaksanakan kewajibansaya sebaik baiknya dan seadil-
adilnya seperti layaknya bagi seorang ketua, menegakkan hukum seadil-
adilnya. Frase dengan “tidak membeda-bedakan orang mengandung nuansa
politilk. Seorang hakim yang tidak jujur frase ini dapat dipermainkan .
Memang benar mereka tidak akan melanggar sumpah jabatannya jika
orangnya yang tidak dibeda bedakan, tetapi bagaimana dengan kedudukan,
atau jabatan seseorang ?. selama ini kita ketahui bahwa perbedaan
kedudukan atau jabatan seseorang dapat mempengaruhi keputusan dalam
pengadilan atau bahkan kasusnya tidak akan sampai ke pengadilan
(peristiwa mendagri Yogi SM tentang kasus pasar jayapura yang tidak dapat
diexecusi karena diintervensi Mendagri melalui Ketua Pengadilan selaku
bawahan Yogi SM selaku ketua Korpri). Dalam penjelasannya kembali
maksud frasa tesebut, agar tidak terjadi lagi penafsiran yang keliru dari
masyarakat, karena ketidakpercayaan terhadap penegagak hukum, ada
baiknya bahasa hukum dibenahi, agar lebih jelas maksud daripada
pembentuk undang-undang dan tidak menimbulkan multi tafsir.
36
Fauzi mangatakan bahwa pencitraan positif seorang penguasa akan
terus berjalan sebagai strategi yang ampuh dalam meraup dukungan publik
secara luas, pola kerjanya mengedepankan peranan media dan kecanggihan
teknologi, sehingga terbuka pula kesempatan dan peluang bagi praktik
kekuasaan yang mengedepankan penguasa atas simbol danjuga kekerasan
secara simbolis (misal film G.30S.PKI) sebagai pencitraan yang dapat
mengantarkan Soeharto berkuasa selama 32 tahun digunakan sebagai
propaganda kekuasaannya.
Telah menjadi keniscayaan sejarah bagi setiap ORDE kekuasaan untuk
menciptakan sistem simbol yang mencerminkan identitas yang khas seperti
misalnya rezim :
1. Orde lama Soekarno memproduksi wacana NASAKOM (nasional agama
dan Komunis) sebagai konsentrasi simbolik yang bertujuan
menyatukan komponen kekuatan politik
2. Orde Baru Soeharto menciptakan wacana “Pembangunan”
(developmentalism)
3. Susilo Bambang Yudoyono menciptakan good governance simbol
utama mempresentasekan cita-cita besar pemerintahan
4. rezim kekuasaan seringkali juga mencitrakan dirinya dengan bahasa-
bahasa simbolik seperti “Penyambung Lidah Rakyat, Ratu adil, bapak
pembangunan, orang terdepan dalam pemberantasan korupsi. dan
lain-lain.
Simbol mengandung kekuatan untuk membentuk wajah realitas, kaitan
itu tersimpan dalam proseskategorisasi, penilaian, dan pemaksaan ide-ide
tertentu kepada obyek yang ditafsirkan simbolis.
Politik pencitraan Hukum itu bisa membuat hukum menjadi kabur, karena
diopinikan pencitraan itu menjadi jelek. akibatnya bisa mempengaruhi
kemandirian hakim dalam membuat Keputusan. misalkan yang baru terjadi
penistaan agama oleh Mantan Guburnur DKI ( Ahok) yang menurut
obyektivitasnya tidak seburuk yang dicitrakan, dengan adanya tuntutan jaksa
pidana percobaan, tetapi hakim memutus 2 (dua) tahun penjara.
37
B A B IV
38
sendiri. Hukum merupakan produk pemikiran. Pemikiran baru
stabil apabila ditunjang oleh struktur bahasa.
Kebakuan bahasa merupakan syarat utama bagi semua ragam
bahasa ilmu, termasuk hukum kebakuan ini menunjang proses
berpikir yang logis, karena bahasa baku mengandung daya nalar
yang benar dan freksibel (luwes). Bahasa baku sendiri bukan harga
mati untuk selamanya (lihat akta notaris bisa berubah tergantung
dari kreatifitas notarisnya) . Setelah berjalan beberapa waktu
bahasa baku dapat ditinjau ulang atau diubah. Kefleksibelan
bahasa baku dapat kita lihat dalam ragam bahasa hukum. Hal ini
disebabkan ragam bahasa hukum mempunyai ciri khas yang
berbeda dengan bahasa pada umumnya.
Misalkan Undang-Undang merupakan salah satu contoh karya
praktisi hukum yang menggunakan pola pikir yang runtun.
Bahasatulis ini merupakan salah satu ciri khas bahasa hukum.
Terlihat pada sistimatika penulisannya. Mulai dari Bab, pasal, angka
(dalam Pasal 1,1, 2 ) dan ayat (1) dalam pasal berikutnya. Kata-kata
menimbang...(filosofis), mengingat.....(yuridis), memutuskan
(sosiologis), menetapkan, yang sering dijumpai dalam membuat
Surat Keputusan, maupun putusan pengadilan. Identitas seperti
inilah yang merupakan ciri dari bahasa hukum.
Problem bahasa hukum sebenarnya terletak pada proses
penyusunan aturan hukum. Bahasa hukum yang dipakai dalam teks
Bahasa hukum itu mengutamakan ketepatan makna. Yaitu makna
yang ditulis sama dengan makna yang dibaca oleh siapapun.
Akhirnya kalimat hukum yang diproduksi menjadi begitu panjang.
Kurang dimengerti maknanya menjadi kabur karena terlalu banyak
penafsiran. Apabila kalimat-kalimat hukum lebih sederhana
sebenarnya akan memudahkan dalam penegakan hukum.
Penafsiran hukum adalah salah satu jalan dalam memaknai arti dari
kata-kata yang dikandung dalam kalimat hukum yang diproduksi.
Misalkan dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) : barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama
sekali atau sebagian termasuk kepunyaan, dengan maksud akan
memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, kerena
39
pencurian, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900 ,oo
Kalimat tersebut adalah jelas yakni mengambil barang
orang, sebagian atau seluruhnya, dengan maksud untuk memiliki,
dengan melawan hak orang lain, dihukum karena pencurian.
Kadang kala ditemukan dalam bahasa hukum, terlalu panjang
dan berbelit yang sebenarnya bisa dibuat sederhana seperti
misalkan dalam surat kuasa berikut ini:
1. Advokat, Pengacara dan Penasehat hukum, baik bersama-
sama maupun sendiri-sendiri berkantor pada advokat &
pengacara Priyadi, SH & rekan di Balikpapan, setempat
dikenal umum, Jalan Wijaya Kusumah Balikpapan.
2. Untuk itu diberi kuasa, dikuasakan, untuk menghadap dan
menghadiri semua persidangan di Pangadilan Negeri
Kelas !A Balikpapan, menghadap pejabat-pejabat dan
hakim-hakim, instansi-instansi, meminta dan atau
memberikan segala sesuatu keterangan yang diperlukan
membuat, menandatangani dan mengajukan surat-surat,
permohonan-permohonan, jawaban-jawaban, mengajukan
gugatan balik (rekonvensi) dan segala sesuatu hal yang
berkaitan dengan rekonvensi tersebut. Kesimpulan-
kesimpulan (konkluasi-konklusi)mengajukan dan atau
menolak sanksi-saksi, meminta penetapan-penetapan,
putusan-putusan, mengadakan perdamaian dengan segala
syarat yang dianggap baik oleh yang diberi kuasa dan yang
tidak bertentangan dengan hukum dan undang-ndang,
melakukan segala sesuatu hal upaya dan atau pekerjaan
yang penting, perlu dan berguna yang umumnya dapat
dilakukan dan dikerjakan oleh kuasa/wakil dalam
menjalankan perkara tersebut di atas untuk dan atas nama
serta kepentingan pemberi kuasa tersebut diatas,
mengajukan memori maupun kontra memori, dalam
bidang banding maupun kasasi, dan upaya hukum
penijauan kembali (PK)............ apabila diperlukan suatu
40
kuasa yang lebih khusus dan terperinci, maka kata demi
kata dinyatakan telah termuat dalam kuasa ini.......
Pada penyebutan identitas penerima kuasa terbaca adanya kata-kata yang
rancu karena sulit untuk menangkap maksudnya, yaitu setempat dikenal
umum, jika yang dimaksud adalah untuk menunjukkan alamat kantor
advokattersebut seharusnya diganti saja dengan kata” depan di. kata
setempat berasal dari kata dasar tempat yang berarti ruang diberi awalan se
yang bila disusun berarti satu tempat atau satu ruangan. jadi kalau kata
setempat dikenal umum, itu dimaksudkan kedalam kalimat hukum tersebut
maka akan mempunyai maksud “ satu tempat dikenal umum” dan kelompok
kata ini tidak berhubungan dengan identitas penerima kuasa jadi kalimat
nya menjadi kurang nalar, yang dapat mengaburkanmaksud dari isi bahasa
hukum tersebut.
Kata diberi kuasa dengan dikuasakan, segala sesuatu hal, tersebut
diatas sebenarnya, jika dicermati kata diberi kuasa dengan dikuasakan
adalah dua hal yang maknanya berbeda, yaitu yang diberi kuasa adalah
orangnya (pengacara) dan yangdikuasakan adalah perkaranya, akan tetapi
bentuk kata dikuasakan diikuti dengan kata untuk menghadap, siapa
sebenarnya yang harus menghadap ?. (pengacara acau perkara) . Begitu juga
dengan segala sesuatu hal / itu menunjukkan bentuk kata yang berlebihan
karena maksud yang sama disatukan, yaitu segala sesuatu dan segala hal.
Apalagi kelompok kata segala sesuatu hal upaya. penambahan upaya ini
lebih boros kata lagi karena dengan menyebutkan segala upaya saja sudah
memenuhi makna yang dimaksud. Selanjutnya kelompok kata tersebut
diatas (seharusnya di atas), kedua kata ini mempunyai maksud yang sama
sebelumnya. Dalam pembakuan bahasa Indonesia kedua kata itu tidak
usah disatukan penulisannya, lebih baik salah satu saja yaitu : tersebut atau
di atas,karena tersebut pasti menunjuk di atas bukan sebaliknya di bawah
Ada beberapa kata yang mubazir dalam kalimat-kalimat hukum yang
lain karena digunakan terlalu berlebihan misalnya agar supaya, yang pada
pokoknya sebagai berikut, adalah merupakan’ Kata-kata ini maksudnya sama
jadi sebaiknya salah satu saja bukan keduanya digunakan dengan arti/makna
yang sama. untuk menghindari penggunaan kata-kata yang boros, kata-kata
yang demikian itu sering digunakan dalam prakti hukum dan beberapa
putusan pengadilan.
41
Kembali ke pasal 362 KUHP (adanya pemborosan kata ) :
barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian
termasuk kepunyaan, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan
melawan hak, dihukum, karena pencurian, dengan hukuman penjara selama-
lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,oo
Perbaikan menjadi kata yg tidak boros :
Menurut Badudu (1988 : 43), secara penuh mungkin kita tidak dapat
menghindar pengaruh bahasa Belanda, tetapi kita harus berusaha benar agar
pengalihannya kedalam Bahasa Indonesia. Kurangnya penguasaan bahasa
Indonesia yang baik oleh penterjemah menyebabkan terjemahannya dari
bahasa Belanda bersifsat terjemahan harafiyah, sehingga sering
“mengganggu” pemahaman tulisan itu.
Pada era abad sekarang ini (abad 21) sebenarnya hukum harus
dinikmati secara instan, maksudnya, semua produk hukum dapat dengan
mudah dimengerti, dipahami, dijalankan dan dapat meringankan pekerjaan
praktisi hukum.
42
Ada beberapa keuntungan jika kita mengembalikan bahasa pada posisi
sebenarnya :
1. sebagai aturan
2. pemberi khasanah
3. pembawa kewibawaan hukum (arti yang pasti)
4. kerangka acuan bagi profesional dan teori hukum serta
5. memerkaya kosa kata dalam bahasa Indonesia pada umumnya.
43
Dalam bahasa notaris mulai abad 20-21 sampai sekarang belum
pula mengalami perubahan menjadi bahasa yang fleksibel bahasa yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasar (masyarakat), masih bertumpu
pada bahasa hukum yang ragamnya itu-itu saja.
Ada beberapaan alasan mangapa bahasa hukum notaris tidak
mengalami perubahan :
1. mereka meyakini bahwa ini adalah bahasa hukum yang sudah
menjadi ciri khas bahasa notaris. anggapan ini hampir senada
dengan produk-produk hukum lainnya, yang sebetulnya
anggapan tersebut, sudah harus berubah segera karena salah
kaprah ;
2. mereka memanfaatkan bahasa untuk menjual produknya.
karena ada anggapan bahwa jika jumlah halamannya semakin
banyak, maka uang yang didapatpun semakin banyak.
3. sudah terbiasa, sehingga mereka tidak tahu bahwa bahasa yang
mereka gunakan tersebut adalah bahasa yang tidak taat asas.
4. kerja notaris seperti robot, tinggal meniru format dari
Kementerian Hukum dan HAMsepertinya harga mati, mereka
tidak sadar bahwa format yang ada belum tentu sempurna, dan
perlu koreksi menyesuaikan siatuasi dan kondisi’
Akibatnya bahasa hukum dianggap tidak mengungkapkan keasliannya
bahasa Indonesia, sehingga seolah-olah tidak sejalan dengan bahasa
umumyang digunakan oleh masyarakat.Dengan demikian bahasa
hukum menjadi bahasa yang sulitdipahami( sombong ). Anggapan
tersebut harus segera dikikis dan kita harus menyadari bahwa ilmu
yang sejati itu harus terbuka terhadap kritikan yang membangun atau
menyempurnakan termasuk bahasa hukum.
Hukum hanya dapat berjalan efektip manakala dirumuskan
dengan tegas mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam suatu
masyarakat ini harus dapat dikomunikasikan dengan baik pada subyek-
subyek hukum yang dituju. Apabila anggota masyarakat tidak
memahami makna ketentuan hukum yang dirumuskan , dapat diduga
bahwanakibatnya akan menyebabkan aturan hukum tersebut tidak
berjalan sesuai yang diharapkan. Demikian halnya apabila hukum tidak
dirumuskan dengan jelas dan para pelaksana di lapanganpun tidak
44
memahaminya, hal ini berpengarauh pada penegakan hukumnya
(polisi, jaksa, hakim, dan KPK , advokat).
Bahasa notaris dalam akta selalu berulang-ulang dengan
menyebut dirinya notaris yang dalam aspek penggunaaan bahasa
terlalu boros, mestinya hanya menyebut dirinya sekali saja dalam
kalimat berikutnya tidak lagi disebut hal ini sama dengan ciri khas
penulisan ilmiah yang hanya sekali menyebut untuk menghindari
kalimat yang boros. Hal inilah yang disebutkan notaris yang tidak
kreatip dan hanya menyalin format dari Kementerian MENKUMHAM
yang ada dari hari ke hari, tahun ke tahun tidak ada perubahan. Untuk
itu sementara orang mengatakan pekerjaan Notaris itu hanya meniru
saja yang sulit sebatas mencapai gelar Kenotariatannya.
untuk itulah mulai sekarang bahasa hukum dibuat semakin
sederhana tidak menimbulkan multitafsir, dan tidak menimbulkan
kebingungan masyarakat. Dengan demikian, para praktisi hukum
harus ikut serta memperbaiki keadaan ini, termasuk notaris.
45
sudah ditemukan padanannya, jika tidak ada apa boleh buat bahasa hukum
digunakan dengan bahasa lain seperti “ mengunduh” (Jawa) .
ayat......, dst.
Di setiap pasal KUHP selalu didahului kata kata “ Barang siapa “, kata-
kata barang siapa ini mengandung unsur hipotesa, karena jika ada seseorang
yang melakukan tidak kejahatan tersebut, masih disebut tersangka. Disini
pelaku belum dinyatakan bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang
memilki kekuatan hukum yang tetap (inkrach van kewijde) Proses
hukumlah yang membuat pelaku menjadi tersangka atau terpidana adapun
proses akhir dari hukum terhadap pelaku sesuai dengan ketukan palu hakim .
Vonis hakim inilah yang merupakan jawaban akhir untuk pelaku kejahatan
menjadi terpidana ataupun denda sebagai batasan pelaku melakukan pidana
atau tidak.
1. barang siapa
2. siapa saja
3. jika seandainya, apabila
4. atau bentuk kata aktif me
47
Sementara kata-kata yang sering digunakan praktisi hukum adalah patut
diduga, dugaan, tersangka, disangka dan lain-lain. Kata-kata penanda
hipotesis mempunyai pengertian khusus dalam hukum pidana yaitu praduga
tak bersalah, kata-kata tersebut adalah modalitas (cara) untuk menyatakan
hipotesis.
48
BAB V
49
Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa pekerjaan penafsiran
bukan semata-mata membaca peraturan dengan menggunakan logika
peraturan, melainkan juga membaca kenyataan atau apa yang tejadi di
masyarakat . Kedua pembacaan tersebut disatukan dan dari situ akan
muncul kreatifitas, inovasi, progresifisme . Di atas tafsir progresif
tersebut berisi paradigma hukum untuk manusia, yaitu hukum betul-
betul hadir untuk melayani manusia sebagai tuan bukan
memperbudak manusia dengan belitas semak belukar pasal-pasal
dalam undang-undang.
Contoh kasus, Seorang Perwira VS bintara dalam persidangan
Militer, dimana Bintara didakwa terbukti dan meyakinkan menembak
mati seorang yang dicurigai sebagai anggota Fretelin (Timtim)
Penembakan diluar prosedur hukum itu dilakukan dengan alasan
mematuhi perintah Perwira sebagai atasannya. Dalam persidangan
Bintara mengaku mendapatkan mandat agar soal ini “SEGERA
DIBERESIN”. Sebagai prajurit mendapatkan perintah dari perwira
sebagai atasannya, segera mengambil langkah siap melaksanakan apa
yang diperintahkan dengan kata diberesin. Dengan cara menembek
tawanan perang tersebut.
Ternyata, makna yang terekam dalam alam pikiran antara
Perwira dan Bintara tersebut berbeda.
1. Maksud Perwira yang diberesi adalah “urusannya”.
2. Maksud Bintara yang diberesi adalah orangnya (tembak mati)
Tentu saja Bintara tersebut menjadi seorang pembunuh karena
salah tafsir terhadap perkataan Perwiranya. Kata beresi, mengandung
makna “ ambiguitas” (multi tafsir) makna yang dibangun oleh kata
“diberesi” sangat dipengaruhi oleh konteks ruang dan waktu serta
kepentingan pewacana. Dalam hal ini Perwira dan Bintara memiliki
kepentingan yang sama untuk mendominasi satu sama lain dan
sesampainya di ruang sidang, pilihan rasional dijatuhkan pada arti “The
linguistic coordinating system yang yuridis daripada the linguistic
system yang militeristik, maka dengan mudah Perwira bergerak di aksi
kamus kata “ Beresi “ bukan bermakna dibunuh.
Jadi pengertian beresi mengandung makna “denotasi” arti
normatif yang sesungguhnya, akhirnya Bintara tersebut dikenakan
50
pidana penjara.sebab bintara tersebut menekankan yang sudah
manjadi tradisi di dunia peperangan beresin mengandung :
maknaditiadakan, dibinasakan, atau dibunuh.Sementara hakim dalam
pertimbangannya memaknai kata beresin menggunakan makna
“denotasi” makna yang berlaku umum yakni kamus.
Semiotika (kridalaksana) adalah salah satu bidang ilmu bahasa
yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda kebahasaan.
Masing-masing tanda merupakan hasil konseptualisasi wacana realitas
yang dilakukan oleh subyek yang terlibat. tanda bahasa dapat berupa :
1. kata-kata baik yang terucap maupun yang tertulis,
2. isyarat atau simbol (rambu-rambu lalin, kode morse,semapore,
gerakan anggota tubuh dalam pola tertentu)
B A B VI
52
MENAFSIRKAN DALAM ILMU HUKUM DAN BAHASA HUKUM
54
Adakalanya pembuat undang-undang itu sendiri memberikan
tafsiran tentang arti atau istilah yang digunakannya di dalam
perundang-undangan yang dibuatnya. Tafsiran yang demikian ini
disebut penafsiran otentik atau tafsiran resmi. Disini seorang hakim
tidak diperkenankan melakukan penafsiran dengan cara lain selain dari
apa yang telah ditentukan pengertiannya di dalam undang-undang itu
sendiri. Kongkritnya sebagaimana yang dilihat dalam undang-undang
Contoh kongkritnya, Pengertain malam dalam Pasal 98 KUHP
ditegaskan sebagai “ masa di antara mata hari terbenam dan matahari
terbit”.
Penafsiran tentang Tata Cara pelaksanaan hukuman mati di
Indonesia yang dalam hal Pasal 1 PENPRES Nomor 2 Tahun 1964
ditegaskan caranya yaitu dengan cara ditembak.
model dimana setiap Pasal 1 angka 1, 2, 3 selalu menggunakan
penjelasan istilah-istilah resmi yang digunakan dalam undang-undang
tersebut. Baru kemudian Pasal 2 dan seterusnya ayat ayatnya (...)
seterusnya secara sosiologis mengatur substansi undang-undangnya.
6. Penafsiran Interdisipliner
Penafsiran jenis ini biasa dilakukan dalam suatu analisis masalah
yang menyangkut beberapa disiplin ilmu hukum. Disini digunakan
logika lebih dari satu cabang ilmu hukum . misalnya adanya keterkaitan
asas-asas hukum dari satu cabang ilmu hukum. Misalnya hukum
perdata dengan asas-asas hukum Publik.
7. Penafsiran multidisipliner
Berbeda dengan penafsiran interdisipliner yang masih berada
dalam rumpun disiplin ilmu yang bersangkutan, dalam penafsiran
multidisipliner seorang hakim harus juga mempelajari suatu atau
beberapa disiplin ilmu lainnya di luar ilmu hukum. Dengan lain
perkataan, disini hakim membutuhkan verifikasi dan bantuan dan lain-
lain disiplin ilmu. Misalnya Ilmu ekonomi dalam hal pembagian
warisan. Dll
8. Penafsiran analogis
Yaitu penafsiran yang menganggap suatu hal yang belum diatur
dalam suatu hukum sebagai hal yang disamakan sebagai hal yangsudah
55
diatur didalam hukum tersebut. Karena hal ini memang bisa dan perlu
dilakukan.
9. Penafsiran ekstensif
Penafsiran yang bersifat memperluas isi pengertian suatu ketentuan
hukum dengan maksud agar dengan perluasan tersebut, hal-hal yang
tadinya tidak termasuk dalam ketentuan hukum tersebut, sedangkan
ketentuan hukum lainnyapun belum ada yang mengaturnya, dapat dicakup
oleh ketentuan hukum yang diperluas itu, akibatnya masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh hal-hal tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan
ketentuan hukum yang isinya telah diperluas melalui penafsiran ini, tidak
perlu repot-repot disusun suatu ketentuan hukum yang baru lagi, yang
khusus dibuat baru lagi, yang mengatur hal-hal yang baru itu.
11.Penafsiran a.contrario
Contoh lain seperti yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata (BW) tentang
sahnya perjajian ada 4 yakni :
B. Penemuan hukum
Apabila suatu perkara di bawa kepengadilan dan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku tidak ada ketentuan yang dapat
diterapkan sekalipun ditafsirkan menurut bahasa, sejarah, sistematis dan
sosiologis, sedang lain pihak hukum kebiasaan atau hukum adat pun tidak
ada peraturan yang dapat membawa hakim kepada penyelesaian perkara itu,
berarti persoalan ini terjadi adanya kekosongan hukum (vacuum). Dalam
sistem formal dari hukum. Untuk memenuhi ruang kosong ini, hakim harus
berusaha mengembalikan identitas antar sistem hukum formal dengan
sistem hukum material dari hukum.
Dalam hal ini hakim memeriksa kembali sistem materiil yang menjadi
dasar lembaga hukum yang bersangkutan. Beberapa ketentuan yang
mengandung persamaan, hakim membuat suatu pengertian hukum
(rechtsbegrip) dan menurut pendapatnya pengertian hukum itu adalah asas
hukum yang menjadi dasar lembaga hukum yang bersangkutan. Cara bekerja
atau proses berfikir hakim demikian dalam menentukan hukum disebut
“Kontruksi hukum yang terdiri dari kontruksi analogi.” kontruksi penghalusan
hukum dan kontruksi argumentasi a contrario.
Contoh kongkrit penemuan hukum oleh hakim dalam putusan
pengadilan di Indonesia berdasarkan surat permohonan Iwan Robianto
Iskandar (seorang laki-laki) kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan
Barat pada tanggal 3 September 1973 agar permohonan dapat diganti dan
diubah status hukumnya dari seorang pria yang bernama Iwan Robianto
Iskandar menjadi Vivian Rubyanti Iskandar, seorang wanita.
Permohonan pertama ini kemudian diubah oleh permohonan kedua
pada tanggal 1 Oktober 1973 dengan mengubah petitum (Permohonan
tuntutan, setiap gugatan (surat gugat) dimulai dengan mengutarakan dalil-
dalil dan diakhiri atau ditutup dengan mengajukan tuntutan (petitum)
permohonannya sbb :
58
1. agar permohonan semenjak tanggal 28 Juli 1973 disahkan sebagai
seorang wanita
2. Agar berdasarkan Pasal 93 dari Peraturan Catatan Sipil untuk golongan
Tionghoa (Stb. 1926 No. 558) pemohon diberi izin untuk mengganti
namanya sendiri (iegennaam) dari Iwan Robianto (Iskandar)
3. Agar berdasarkan Pasal 94 dari peraturan tersebut pengadilan
menyampaikan keputusannya kepada Pegawai Catatan Sipil untuk
Golongan Tionghua di Jakarta supaya didaftarkan dan dicacat pada
pinggir Akta Kelahiran yang bersangkutan.
59
hukum pidana seperti tersebut . Pengadilan akan menunjuk pada asas
hukum secara umum, yaitu :
a. setiap orang berhak mengajukan perkara-perkara di Pengadilan
mengenai hal-hal yang diatur maupun yang tidak diatur oleh suatu
undang-undang.
b. Hakim Pengadilan Negeri adalah hakim sehari-hari dari lingkungan
Peradilan Umum yang berarti, bahwa setiap orang mengenai hal-
halnya yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat
berhak memohon perlindungan hukum baginya
c. apabila terhadap soal yang menjadi persoalan itu belum ada
peraturan hukumnya, hakim harus memberikan putusan yang
selaras dengan susunan hukum adat, harus memberikan putusan
berdasarkan kenyataan sosial yang hidup dalam masyarakat
d. merupakan kenyataan sosial yang hidup dalam masyarakat bahwa
diantara dua jenis makluk Illahi ini laki-laki dan perempuan
terdapat pula golongan orang yang hidupnya diantara kedua
makluk tersebut di atas
e. perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu
kedokteran telah memungkinkan pada seseorang itu untuk dapat
disempurnakan jenisnya, dapat digolongkan sebagai laki-laki atau
wanita
f. adanya kenyataan bahwa tidak semua wanita itu dilahirkan
sempurna, karena ada wanita yang sejak lahirnya tidak mempunyai
peranakan, indung telur, tetapi wanita tersebut tetap disebut juga
sebagai wanita
g. bahwa agama apapun (kristen Protestan) memperbolehkan
penyempurnaan kelamin yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan
kedokteran tersebut, apabila ini merupakan satu-satunya jalan
untuk menolong penderita seseorang agar dapat hidup sebagai
manusia yang wajar
3. Dalam perkara ini ketetapan hakim hanya bersifat “deklaratoir” tidak
bersifat “konstitutif” karena dalam perkara ini hakim hanya
menyelidiki apakah benar setelah operasi ini telah terjadi hal-hal yang
hukum muncul seperti diuraikan dalam permohonan.
60
Setelah menyadari berbagai pertimbangan yang pokok, baik
berdasarkan pertimbangan atas hukum maupun pertimbangan
berdasarkan saksi-saksi (tim dokter ahli) saksi lainnya (saksi a charge)
pendeta agama Protestan. Pengadilan mengabulkan permohonan
untuk dinyatakan sebagai wanita dan memberikan izin kepada
pemohon untuk mengganti namanya dari Iwan Rubianto (Iskandar)
menjadi Vivian Rubyianti Iskandar setelah akta kelahiran Pemohon
diubah ketetapan Pengadilan ini dibuat pada hari Rabu tanggal 14
Nopember 1973.
Dalam kasus Vivian Rubyanti Iskandar ini kiranya dapat diambil
beberapa hal penting bagi pengembangan ilmu hukum dalam praktek
di Indonesia. Dilihat dari segi ilmu hukum seluk-beluk ganti kelamin
masih merupakan persoalan baru di bidang perkembangan hukumnya.
Adanya kepentingan persoalan hukum muncul setelah adanya
perkembangan di bidang ilmu kedoktera yang disebut
“operasikelamin” adanya penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
dan Barat Nomor 546/73.P tertanggal 14 Nopember 1973 tersebut
sebagai suatu era baru di bidang praktik Pengadilan di Indonesia dalam
mengisi kekosongan peraturan hukum. Di dalam dictum pertimbangan
hukumnya, Pengadilan menyadari bahwa memang peristiwa
perubahan status ini belum diatur oleh undang-undang kerena
pembuat undang-undang waktu itu tidak atau belum memperkirakan
terjadinya hal-hal seperti itu.
Apabila terhadap soal yang menjadi persoalan itu belum ada
peraturan hukumnya. Pengadilan pun menyadari bahwa hukum adat,
harus meberikan putusan berdasarkan kenyataan sosial yang hidup
dalam masyarakat, Kenyataan sosial telah membuktikan bahwa
diantara dua jenis makluk Tuhan yaitu laki-laki dan perempuan
terdapat pula segolongan orang yang hidupnya diantara kedua makluk
tersebut.
Dalam mengisi kekosongan hukum tentang perubahan kelamin
itu pertimbangan penetapan Pengadilan juga meninjau dari segi agama
yang disesuaikan dengan keyakinan si pemohon yaitu bahwa
perubahan kelamin tidak bertentangan dengan agama Kristen
Protestan. Hal demikian ini dijadikan bahwa pertimbangan hukum oleh
61
hakim setelah mendengar saksi Eka Dharmaputra, seorang pendeta
agama Protestan dari Dewan Gereja Indonesia (DGI) yang dibawah
sumpah pada pokoknya sependapat, bahwa Gereja tidak berkeberatan
apabila perubahan kelamin itu hanya satu-satunya jalan untuk
menolong penderitaan si pemohon, sehingga pemohon dapat hidup
berkembang sebagai manusia yang wajar.
Dari uraian tersebut dalam kasus Vivian Rubyanti Iskandar ini
dapat dikemukakan hal-hal sebarai berikut :
1. Ketetapan Pengadilan Jakarta Selatan dan Barat pada tanggal 14
Nopember 1973 adalah tepat yang sekalipun peraturan hukum
tertulisnya belum ada, tetapi hakim telah menciptakan hukum yang
sesuai dengan kebutuhan nyata.
2. Hakim telah berbuat sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
ketentuan Pasal 14 ayat (1) yo Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang
tahun 14 th 1970 (waktu itu) Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan
Kehakiman
3. Metode konstruksi hukum sebagai suatu proses berfikir dalam
menemukan atau menciptakan hukum (asas hukum) telah
dimanfaatkan oleh hakim
4. dapat ditarik suatu asas bahwa undang-undang hanya mengenal
dua pembagian jenis kelamin yaitu laki-laki dan wanita saja
62
BAB VII
A. Pengertian
64
adat Batak, hukum adat Jawa, Minangkabau, Hukum adat lampung,
Hukum adat Bali dsb. Sedangkan hukum adat yang modern berlaku dan
dipertahankan oleh masyarakat modern, dalam pergaulan hukum
masyarakat, dalam hubungan-hubungan hukum antara orang yg satu
dan yang lain, dalam lembaga-lembaga pemerintahan dan swasta.
Pada umumnya hukum adat (dalam arti luas) tidak tertulis dalam
bentuk perundang-undangan dan tidak dikodifikasi, jadi tidak tersusun
secara sistematis dan tidak dihimpun dalam bentuk kitab undang-
undang. Bentuk hukum adat tidak teratur, keputusannya tidak
memakai konsideran (menimbang, mengingat, memutuskan) pasal-
pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai penjelasan,
bahkan kebanyakan tidak ditulis atau dicacat.
Menurut hasil seminar di Yogyakarta tahun 1975 hukum adat
diartikan hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk
perundang-undangan Republik Indonesia yang disana-sini mengandung
unsur agama. Tentang istilah “Indonesia asli” menurut Prof Iman
Sudiyat,SH, dikatakan yang benar bukan Hukum Indonesia asli, tetapi
hukum asli Indonesia.
Simpulan, yang dimaksud dengan istilah hukum adat adalah hukum
yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan negara,
temasuk pula hukum kebiasaan. Dengan demikian maka hukum adat
dapat dibedakan dalam arti sempit dan dalam artri luas. Dalam arti
sempit menunjukkan hukum adat yang tradisional yang dipertahankan
dan berlaku di lingkungan masyarakat hukum adat tertentu, seperti
hukum adat Batak, Hukum adat Bali, dan sebagainya.
Dalam arti luas hukum adat meliputi hukum kebiasaan yang berlaku
dalam kehidupan masyarakat, dalam hubungan antara yang satu dan
lainnya, dalam lembaga-lembaga masyarakat dan lembaga-lembaga
kenegaraan, kesemuanya yang tidak tertulis dalam bentuk
perundangan.
Hukum kebiasaan adalah hukum yang berlaku sebagai kenyataan
yang dilakukan oleh orang-orang atau masyarakat, baik yang resmi
atau tidak resmi, yang merupakan perbuatan yang tetap dan dirasakan
harus berlaku. Misalnya kebiasaan pemilik penyewa di tempat
penyewaan, jadi bukan penyewa yang mengantarkan uang sewa ke
65
tempat pemilik rumah. tetapi pemilik rumahlah yang datang ke tempat
penyewaan. Contoh lain setiap tanggal 17 Agustus Presiden berpido di
hadan sidang pleno DPR untuk menyampaikan GBHN.
Semua peraturan yang tertulis disebut sebagai perundangan yang
kongkritnya seperti yang dapat dilihat di dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan peraturan Perundang-
Undangan dimulai dari UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 ,
Ketetapan MPR, Undang-undang atau PERPU, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden (PERPRES), PERDA Propinsi dan PERDA Kabupaten
dan Kota. dan peraturan desa (PERDES) Dari urutan yang paling bawah
(PERDA Kab/Kota) sampai ke UUD NRI 1945 dalam satu kesatuan
sistem satu sama lain tidak boleh bertentangan dengan konsekwensi
manakala terjadi pertentangan akibat hukumnya batal demi hukum
atau dapat dibatalkan.
Bahasa hukum perundang-undangan memiliki kepastian hukum dari
Konsideran, menimbang, mengingat, dan memutuskan menetapkan
serta materi pengaturannya yang tersebar dalam pasal demi pasal
merupakan bahasa hukum yang baku.
D. Hubungan Hukum dan Hak
Istilah Hukum mengandung arti aturan, yaitu aturan yang
mengatur hubungan antara orang yang satu dan yang lain, antara
orang dengan masyarakat, antara msyarakat yang satu dan
masyarakat yang lain. Hubungan-hubungan yang diatur oleh hukum itu
disebut hubungan hukum sebagai terjemahan dari bahasa Belanda
“Rechtsbetrekking “.
Istilah hubungan hukum menunjukkan adanya dua segi yang
tarik menarik, yaitu adanya hak dan kewajiban, baik hak dan
kewajiban yang sifatnya satu pihak saja maupun yang dua pihak.
Yang satu pihak saja misalnya :
1. Hubungan hukum antara anda dengan milik yang merupakan hak
milik
2. Hubungan hukum yang dilakukan petani ladang yang disebut
“Mebali” yaitu memberi tanda pada pohon di suatu tanah hutan
(batas). Perbuatan ini menimbulkan hak atas pohon dan hak atas
tanah sekitarnya serta kewajiban untuk mengurus pohon dan
66
mengusahakan tanah sekitarnya untuk dijadikan ladang. Sebaliknya
tidak ada hak dan kewajiban dari pohon atau tanah sekitarnya
untuk menuntut agar petani bersangkutan memenuhi
kewajibannya.
Hubungan hukum dua pihak misalnya :
1. peristiwa hukum jual beli, dimana sipembeli dan sipenjual tertarik
oleh hak dan kewajiban masing-masing pihak, dimana pihak
pembeli berhak menerima barang yang dibeli, dan berkewajiban
membayar harga yang telah disepakati, sedangkan pihak penjual
berhak menuntut pembayaran harga barangnya dan berkewajiban
menyerahkan barang itu kepada si pembeli. Di dalam pergaulan
hukum yang banyak menimbulkan peristiwa hukum adalah
hubungan hukum dua pihak yang sifatnya timbal balik.
2. Hak dan kewajiban dalam hubungan hukum itu diatur dalam
peraturan hukum misalnya : jual beli sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 1475 KUHPerdata : Jual beli adalah persetujuan,
dimana pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu
kebendaan dan pihak yang lain untukmembayarharga yang telah
disetujui .
Sifat pasal tersebut merupakan kaidah hukum yang mengatur
hubungan kemasyarakatan, hubungan antara yang satu dan yang
lain di dalam masyarakat. Yang ditujukan kepada semua orang yang
melakukan hubungan jual beli. Aturan demikian ini dalam ilmu
hukum disebut “ Hukum Obyektif” yaitu yang menunjukkan aturan
hukumnya (Law) apabila aturan hukum itu bila dikaitkan dengan
para pelaku yang mengadakan hubungan hukum , sehingga karena
terjadinya hubungan hukum itu menimbulkan hak, maka disebut
“Hukum subyektif”. Dalam hal ini hukum mengandung artihak
(right) didalam bahasa hukum Belanda baik hukum sebagai aturan
maupun hukum sebagai hak disebut “Recht”.
Istilah hak tidak saja mengandung arti kekuasaan tunggal, tetapi
juga kekuasaan ganda,oleh karena sesuatu hak dapat merupakan
serangkaian hak. serangkaian kekuasaan atau kewenangan misalnya
: dengan adanya hak milik, maka tidak saja mempunyai arti hak
kepunyaan, tetapi juga hak menikmati, hak memindah tangankan,
67
hak jual, hak gadai, hak hibah. Kekuasaan dimaksud adalah hak
mengatur, wewenang mengatur terhadap hak milik.
Hak sebagai kekuasaan sifatnya tidak mutlak hal ini dipengaruhi
oleh kemasyarakatan, ia dibatasi oleh kepentingan umum, misalnya
hak milik atas tanah, sebagaimana disebut dalam Pasal 6 UUPA
Nomor 5 Tahun 1960 : semua hak atas tanah mempunyai fungsi
sosial
Maksud pasal tersebut adalah bahwa hak atas tanah apapun alas
haknya (Ps. 16 UUPA), tidak dapat dipergunakan atau digunakan
semata-mata untuk kepentingan pribadi (individu), apabila jika akan
merugikan masyarakat. Misalkan untuk kepentingan Jalan atau Gang
menuju jalan ke rumah orang lain, harus diberi akses.
Demikian pula jika hak itu dalam arti kekuasaan (negara) tidak
boleh disalahgunakan, sehingga merugikan masyarakat karena tidak
sesuai dengan tujuan kekuasaan itu (abus de droit).
E. Hak absolut dan Hak Relatif
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa hak mengandung
arti Kekuasaan atau wewenang. Yang jelas hak itu menjadi ada jika
diberikan oleh penguasa atas dasar undang-undang yang
mengaturnya . Jika ada tidaknya sesuatu hak atau timbul lenyapnya
sesuatu hak karena sesuatu peristiwa hukum yang tejadi.
Menurut ilmu hukum hak-hak itu dibagi menjadi 2 (dua) yakni :
1. hak absolut (absolute rechten) adalah hak mutlak yang diberikan
kepada setiap subyek hukum untuk berbuat dalam ia
memperhatikan kepentingannya dan setiap subyek hukum yang
lain berkewajiban menghormati hak absolut seseorang misal hak
milik atas benda mereka secara indipenden terhadap benda itu.
2. hak relatif adalah hak yang diberikan oleh hukum hanya kepada
subyek hukum lain yang tertentu, agar ia berbuat sesuatu, tidak
berbuat sesuatu atau memberi sesuatu. Misalkan dalam perjanjian
hutang piutang, maka hak menagih agar hutang dibayar hanya
berlaku terhadap orang siberhutang saja.
F. Subyek hukum dan Obyek Hukum
Subyek hukum dimaksudkan adalah Orang (badan = persoon),
yang mempunyai hak dan kewajiban . Sedangkan obyek hukum yang
68
dimaksud adalah sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi orang
sebagai subyek hukum. Subyek hukum yang mempunyai kekuasan
sebagai pendukung hak dan kewajiban (rechtsbevoegdheid) dapat
dibedakan antara orang (persoon) yang merupakan badan manusia
(natuurlijk persoon) yang dilahirkan Tuhan ke muka bumi dan orang
yang merupakan badan hukum (rechtspersoon) yang dibuat manusia
karena kehendak manusia untuk melaksanakan hubungan-hubungan
hukum. Baik orang sebagai badan manusia maupun orang sebagai
badan hukum semuanya adalah badan hukum yang mempunyai
kekuasaan sebagai pendukung hak. Namun dalam pergaulan sehari
hari yang disebut badan hukum itu adalah bukan manusia.
Manusia sebagai pendukung hak telah berlaku sejak ia dilahirkan
dan sampai ia mati, manusia memiliki hak asasi, tetapi badan hukum
tidak , manusia dapat dihukum penjara, dapat diasingkan seumur
hidup, tetapi badan hukum tidak.
Badan hukum ada 2 dua) macam :
1. Badan hukum Privat
1.1. Perseroan terbatas (PT)
1.2. Yayasan
1.3. Koperasi
a. Ciri badan hukum ini adalah adanya harta kekayaan tetap
yang dipisahkan dari milik pribadi
b. memiliki pengurus, yg dapat berganti-ganti
c. pertanggungjawabannya sebatas harta yang dipisahkannya.
2.1. Negara
2.2. Propinsi
2.3. Kabupaten / Kota
G. Peristiwa Hukum
69
Peristiwa hukum adalah peristiwa kemasyarakatan yang diatur oleh
hukum. Yaitu merupakan kejadian-kejadian yang timbul karena
perbuatan manusia didalam pergaulan bermasyarakat yang diatur
dalam hukum, dalam arti yang mengaturnya adalah perundang-
undangan atau hukum sebagaimana yang ada dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata buku I, Buku II, dan Buku ke III,
dan buku IV).
Peristiwa hukum itu dapat dibedakan dalam 2 (dua) macam :
1. Peristiwa perbuatan subyek hukum . perbutan orang (persoon) baik
manusia atau badan hukum yang berupa perbuatan hukum dan
bukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang
akibatnya di atur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja
(bersegi satu) maupun yang dilakukan dua pihak (bersegi dua)
2. Peristiwa Perbuatan yang bukan perbuatan subyek hukum , adalah
akibat hukumnya bukan merupakan kehendak dari pelaku.
Misalkan kematian, kelahiran, daluwarsa Pasal 1963, Pasal 1967
KUHPerdata (20 tahun dan 30 tahun)
B A B VIII
70
BAHASA HUKUM KETATANEGARAAN
A. Pengertian
Istilah ketatanegaraan berasal dari istilah Hindu-Jawa “ tata dan
negara”. Istilah tata berarti susun dan istilah negara berarti lingkungan
kekuasaan pemerintahan.
Jadi tatanegara berarti susunan negara atau susunan
pemerintahan dan ketatanegaran segala sesuatu mengenai susunan
negara. Dengan demikian, maka istilah hukum ketatanegaran yang
dimaksud adalah aturan-aturan pemerintahan negara, dan bahasa
hukum ketatanegaran berarti bahasa yang dipakai dalam memberikan
pengertian tentang hukum ketatanegaraan, baik yang bersifat tertulis
atau tidak tertulis.
Istilah Hukum Ketatanegaraan dapat dibedakan dalam arti sempit dan dalam
arti luas. Hukum ketatanegaraan dalam arti sempit hanya menguraikan
tentang aturan atau sesuatu negara tertentu yang dalam bahasa belanda
disebut “staatsrecht” (hukum negara) dan dapat dilihat dari konstitusi.
Hukum ketatanegaraan dalam arti luas bukan hanya
menguraikan aturan sesuatu negara, melainkan termasuk hukum tata-
usaha (administrasi) negara (administratiefrecht), bahkan termasuk
pula dalam hukum Internasional. (arli luas = HAN dan HI).
B. K o ns t i t u s i
Istilah konstitusi berasal dari Bahasa Inggris Constitution yang
maksudnya adalah hukum dasar jika diperhatikan kata kerjanya
constitute yang berarti mendirikan atau menyusun, maka istilah
konstitusi berarti aturan yang mengatur berdirinya atau susunannya
suatu negara. Jadi konstitusi adalah hukum dasar yang mengatur
susunan suatu negara.
Suatu hukum dasar dapat berpegang seluruhnya pada hukum
yang tidak tertulis atau dapat juga terletak dalam undang-undang
(hukum tertulis) atau kemudian menjadi undang-undang yang
bermatabat lebih tinggi dari undang-undang (pembuatan maupun
presedur perubahan tidak dengan cara biasa). Undang-Undang yang
bermatabat lebih tinggi disebut Undan-Undang Dasar (UUD) yang
71
dalam bahasa Belanda disebut Grondwet (Jerman Grundgesetz). Dari
sini dapat dibedakan antara Konstitusi dan UUD adalah pada
bentuknya tertulis atau tidak tertulis (konstitusi = tak tertulis, UUD =
tertulis).
Apabila hukum dasar itu tertulis dalam bentuk suatu Naskah
undang-undang tertentu, maka ia merupakan Undang-undang Dasar
atau disebut Konstitusi formal. Jika hukum dasar itu terutama
berdasarkan pada hukum tidak tertulis (konvensi), maka ia
disebutkonstitusi material, akhirnya dapat disimpulkan :
1. Konstitusi = hukum dasar tak tertulis = konstitusi material
2. Konstitusi tertulis = UUD = Konstitusi formal
Sejak abad 18 di dunia modern seperti sekarang ini, kecuali
Inggris tidak memiliki (tak punya konstitusi tertulis), memiliki Undang-
Undang Dasar atau konstitusi (UUD) tertulis. Demikian pula Indonesia
setelah 17 Agustus 1945 telah menganut gagasan konstitusi yang hidup
(living constitution) dalam arti suatu konstitusi yang benar-benar hidup
dalam masyarakat tidak hanya terdiri dari naskahnya yang tertulis saja,
akan tetapi meliputi konvensi-konvensi (kebiasaan).
Pada garis besarnya UUD memuat ketentuan hal-hal sebagai
berikut :
1. organisasi negara
2. Pembagian kekuasaan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
3. Hak Asasi Manusia (HAM)
4. Cara mengubah UUD
5. Sifat UUD (yang menunju)
6. ( bentuk negara)
7. Ideologi Negara (menunjukkan cita-cita rakyat).
8. Hak-hak warga negara
C. Konvensi
Istilah Konvensi berasal dari bahasa Perancis “convention” yang
artinya kebiasaan, atau kelaziman. ( sesuatu yang berlaku ). Di
Indonesia konvensi ini dapat berupa :
1. Pidato kenegaraan setiap tanggal 16 Agustus
2. Jika ptresiden mangkat atau berhenti kekuasaan dijalankan oleh 3
menteri,
72
a. Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI)
b. Menteri Luar Negeri (MENLU)
c. Menteri Pertahanan dan Keamanan (MENHANKAM)
d. Pengambilan keputusan musyawaran untuk mencapai kata
mufakat (aklamasi)
D. Bentuk Ketatanegaraan
73
adalah suatu negara yang daerahnya tidak dibagi-bagi dalam
beberapa bagian yang berdiri sendiri, yang mempunyai kekuasaan
membuat undang-undang dasar sendiri.
74
Protektorat Berasal dari istilah Inggris “protectorate”
yaitu suatu negara yang berada di bawah lindungan negara lain.
Antara koloni dan protektorat hampir tidak ada perbedaannya,
hanya saja dalam negara protektorat pemerintahannya sudah lebih
banyak mempunyai hak mengatur urusan dalam negerinya sendiri.
sedangkan kedaulatan tetap masih dipegang oleh negara
protektorat, sehingga negara koloni atau protektorat itu bukan
subyek hukum Internasional. Misalnya Hongkong dulu (sebelum
adanya penyerahan) masih merupakan koloni negara Inggris
4. Konfederasi dan persemakmuran
Istilah konfederasi berasal dari bahasa inggris confederation,
yang artinya = persekutuan. Bentuk konfederasi berarti
persekutuan beberapa negara (statenbond) yang merdeka dan
berdaulat penuh. yang karena dari aspek sejarahnya adanya
kepentingan bersama mengadakan ikatan persekutuan. Setiap
negara anggota konfederasi berkedudukan sejajar dan bebas
sebagai subyek hukum Internasional. Masing-masing negara dapat
duduk sebagai anggota PBB.
Istilah Persemakmuran adalah terjemahan dari istilah
Inggris yang disebut “commonwealth of nation” yang artinya
persekutuan negara-negara persemakmuran . Bentuk persekutuan
jajahannya yang telah merdeka dan berdaulat. Dikatakan
persemakmuran karena yang menjadi dasar persekutuan negara-
negara anggotanya adalah kerjasama secara sukarela di lapangan
ekonomi,perdagangan dan keuangan, sehingga negara-negara
tersebut termasuk dalam kesatuan sterling area, suatu lingkungan
mata uang Inggris, dapat dikatakan bahwa antara konfederasi dan
persemakmuran hampir tidak ada perbedaan. Negara-negara
persemakmuran itu adalah Inggris, Uni Afrika Selatan, Australia,
Kanada, Zelandia Baru, India, Pakistan, Sailan, Federasi Rhodesia,
Nyasa, Ghana dan Malaysia.
5. UN I
75
Uni berasal dari istilah Inggris UNION, Belanda UNIE,
(Verbond) yang artinya = persatuan . Bentuk ini terjadi apabila
beberapa negara merdeka dan berdaulat mempunyai kepala
negara yang serempak menunggal. Jadi Kepala negara yang satu
merupakan juga kepala negara yang lain dalam uni, Dilihat dari
pengurusan kepentingan negara anggotanya. Maka bentuk uni ini
dapat dibedakan antara bentuk yang disebut “ UNI RIAL” (uni
nyata). dan “UNI PERSONAL (UNI KEANGGOTAAN) .
a. UNI REAL = artinya persatuan yang sesungguhnya apabila
negara-negara anggota dalam mengurus Internasional
dilaksanakan oleh suatu badan yang dibentuk bersama.
Sebagai persatuan negara-negara anggota. (misal Uni Sovyet-
lama).
(contohnya antara mesir dan Syria tahun 1958 semasa
pemerintahan GAMAL ABDEL NASSER. Yang terpilih sebagai
Presiden Republik Persatuan Arab ( Al-Jumhuriyah Al
Arabiyah Al Muttahidah).
b. UNI PERSONAL yaitu apabila urusan luar negeri dan dalam
negerinya diurus sendiri.
Misalkan untuk Luxemburg-Belanda (1839-1890).
6. Kerajaan / Monarch
Yaitu suatu negara yang diperintah oleh seorang raja
(Monarch) sebagai kepala negara . Istilah monarchi berasal dari
bahasa Yunani kuno yang ditarik dari kata “Mono” atau monos
yang berarti tunggal dan kata “archein” yang berarti pemerintahan
atau kekuasaan , sehingga monarchi berarti kekuasaan tunggal.
Kekuasaan tunggal seorang raja yang turun temurun.
Dari aspek sejarah kekuasaan raja itu versifat mutlak tidak
terbatas, oleh karena itu disebut “monarchi absolut”, dalam
perkembangannya karena kekuasaan itu cenderung diktator, maka
kemudian kekuasaan raja itu dibatasi oleh konstitusi, sehingga
setiap tindakan pemerintahannya harus sesuai dengan “Hukum
Dasarnya” yang tidak lagi sewenang-wenang dalam menjalankan
pemerintahannya, maka bentuk negara yang demikian ini
kemudian disebut”Monarchi Konstitusional”, demikian pula apabila
76
apabila raja bertanggungjawab kepada “DPR”, maka kerajaan itu
disebut “Monarchi Parlementer”.
Bentuk monarchi parlementer, pemegang pemerintahan
biasanya dipegang oleh seorang perdana menteri, sehingga yang
bertanggungjawab kepada DPR (Parlemen) adalah Perdana Menteri
bukan raja lagi. Dalam posisi seperti ini seorang Raja hanya sebatas
sebagai “Lambang” yang tidak dapat diganggu gugat. (MisaL
Malaysia dan Thailan).
7. Republik
Istilah republik berasal dari bahasa Latin “Respublica”
yang artinya “Kepentingan umum”, yang dimaksud dengan
kepentingan umum adalah negara untuk kepentingan umum.
Dikarenakan negara itu untuk kepentingan umum bukan untuk
kepentingan perseorangan ataupun sekelompok / golongan orang
tertentu misalkan para kaum bangsawan, maka kepala negara tidak
lagi turun-tumurun melainkan dipegang oleh bberapa pemangku
jabatan yang diketuai Presiden yang dipilih (Baik Parlemen atau
rakyat langsung), yang bertindak sebagai KepalaNegara dan
sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan.
Bentuk negara Republik dapat dibedakan dalam 3 hal :
1. Republik absolut : Kepala negara bertindak sebagai seorang
diktator (dictare, Latin) yang tidak terbatas bisa membuat
Undang-Undang sendiri tanpa melibatkan DPR yang dipilih
melalui PEMILU, Pemerintahannya hanya melibatkan
sekelompok kecil orang (pemimpin) tertentu yang dikenal
dengan sebutan “REPUBLIK OLIGARCHI”
2. Republik Konstitusional : Presiden selaku madataris dari MPR,
yang tunduk dan bertanggungjawab kepada MPR. (bukan
kepada DPR atau parlemen)
3. Republik Parlementer : Pemerintah bertanggungjawab kepada
Parlemen
8. Demokrasi
rakyat, atau kekuasaan rakyatIstilah ini berasal dari bahasa Yunani,
demos dan kratein/kratos artinya demos=rakyat, kratein =
pemerintahan secara harafiah artinya pemerintahan.
77
kehidupan demokrasi adalah didasarkan pada keyakinan
bahwa semua manusia adalah anggota masyarakat yang merdeka
dan mempunya hak yang sama. Dalam pelaksanaan demokrasi
berdasarkan pada adanya hak suara anggota masyarakat untuk
memilih wakil-wakilnya dalam MPR dan DPR dalam PEMILU. Pada
hakekatnya demokrasi itu menghormati HAM dan pendapat
golongan minoritas.
E. Ideologi Negara
79
b. Kedaulatan personil = menunjukkan kekuasaan pemerintahan
terhadap warga negaranya dan penduduk negara
G. Trias Politika (tri Praja)
Asal muasalnya berasal dari doktrin seorang berkebangsaan Perancil
bernama Montesquieu (1689-1755), adanya 3 kekuasaan yang
terpisah terdiri dari :
1. kekuasaan legislatif = pembuat undang-undang
2. Kekuasaaneksekutif = pelaksana undang-undang (pemerintah)
3. Kekuasan yudikatif = pelaksana peradilan
Catatan :
80
Amnesti = hak untuk mengeluarkan pernyataan umum bahwa undang-
undang pidana tidak akan menerbitkan akibat-akibat
hukum apapun bagi orang-orang tertentu yang bersalah
melakukan sesuatu atau beberapa tindakan hukum
misal amnesti pajak
81
4. Pasal 29 (2) tentang kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk
agama dan untuk beribadah
5. Pasal 31 (1) tentang hak tiap warganegara mendapatkan pengajaran
I. Perubahan Konstitusi
Perubahan konstitusi atau UUD adalah terjemahan dari bahasa
Belanda Veranderingenin de grondwet, Yang didalam bahasa Inggris
sering orang menyebut “Amendments” atau revision yang
mengandung arti “pembetulan” atau perbaikan.
Jadi yang dimaksud Perubahan Kostitusi atau UUD adalah
Pembetulan atau perbaikan dari isi Bab, atau pasal-pasal tertentu dari
UUD . Dan perubahan ini diperbolehkan bukan disakralkan seperti
halnya pada masa pemerintahan Orde Baru. Perubahan UUD dalam
setiap negara termasuk Indonesia selalu disebutkan dalam bagian
pasal dari UUD. (Pasal 37 UUD NRI 1945).
J. Hukum Adminstrasi
Hukum Administrasi aslinya berasal dari terjemahan Bahasa
Belanda “administratiefrecht, atau bestuursrecht” (pemerintahan),
Universitas Gajah Mada menggunakan Hukum Tata Pemerintahan,
sedangkan di Universitas Airlangga menggunakan Hukum Administrasi
Negara (HAN).
Penggunaan istilah yang berbeda tersebut dapat dilihat dari arti
pemerintahan
1. Dalam arti sempit : sebatas pada tugas jabatan (eksekutif)
2. Dalam arti luas : Pdemerintah itu mewliputi tugas-tugas
legislatif(Pembentukan undang-undang), eksekutif (pelaksanaan
Undang-undang) dan yudikatif (tugas peradilan).
Hukum Administrasi adalah hukum yang menata (mengatur)
usaha (tugas jabatan) pemerintah untuk kepentingan umum, tidak
termasuk tugas-tugas pembuatan undang-undang (dalam arti sempit).
K. Hukum Internasional
Hukum Internasional yang disebut juga Hukum antar negara
atau Hukum bangsa-bangsa, merupakan terjemahan Bahasa
Belanda”Volkenrecht”, Bahasa Perancis “droit de gens, Bahasa
InggrisLaw of nation”, yang asli asal muasalnya dari hukum Romawi
disebut “Ius Gentium”, yang memiliki 2 (dua) pengertian
1. hukum yang berlaku bagi segala Bangsayang dibentuk oleh
masing-masing negara dan dapat diubah dan dihapus oleh negara
pembentuk, dan
2. hukum berdasarkan kehendak seluruh bangsa bersangkutan
(hukum sipil) dasarnya Pasal 1330 KUHPerdata asasnya “Pacta
suntservanda (setiap perjanjian mengikat sebagaimana undang-
undang bagi yang membuatnya).
83
2. dan Hukum Perang dan hukum netral. Hukum peperangan
mengatur batas-batas dalam melakukan perang untuk mengurangi
kekejaman, penderitaan dan penghancuran perlakuan tawanan
perang, dan korban perang.
Sumber Hukum Internasional adalah :
a. perjanjian-perjanjian Internasional
b. kebiasaan-kebiasaan Internasional
c. asas-asas hukum yang umum berlaku
d. yurisprodensi Peradilan Internasional
e. pendapat para ahliHukum Internasional
84
B A B IX
BAHASA HUKUM KETATANEGARAAN
A. Pancasila
Secara historis bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghormata jasa-jasa pahlawannya, tulisan itu selalu terpampang di
setiap taman makam pahlawan Kabupaten dan Kota seluruh
Indonesia. Demikian Istilah Pancasila pertama kali diucapkan oleh
Presiden Pertama Soekarno pada waktu sidang Pertama Kali
“Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan yang disingkat BPUPKI) Bentukan
Pemerintah Jepang yang bersidang pertama kali tanggal 1 Juni 1945 di
Jakarta untuk “ merelisasikan janji Perdana menteri Jepang atas
hadiah kemerdekaan yang dijanjikan Jepang yang dikenal dengan
nama “Deklarasi Koiso” pada tanggal
24 Agustus 1945”, untuk menyatakan tentang “Lima Dasar Negara”.
Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang digunakan
oleh agama Budha untuk menyatakan adanya 5 (lima) pantangan :
1. pantang membinasakan makluk (membunuh)
2. pantang mencuri
3. pantang berbuat zina
4. pantanng menipu
5. pantang minum-minuman keras
Menurut Agama Hindu (Bali) terdapat pula istilah Panca cradha (lima
kepercayaan) antara lain :
1. percaya kepada sang Hyang Widhi (Tuhan Yang maha Esa)
2. percaya kepadaAtma (roh leluhur)
3. percaya kepada karma Phala (sebab dan akibat)
4. percaya kepada Moksa (nirwana / surga)
85
5. percaya kepada samsara (kelahiran kembali ,reinkarnasi)
Pancasila ditemukan pula dalam Kitab “sarga” dari kitab
Negarakertagama semasa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di
Mojopahit Pujian tentang Kemegahan negara Majopahit oleh Mpu
Prapanca pada tahun 1385.
B. Bhinekatunggal Ika
Istilah ini berasal dari lontar Sutasoma karya Mpu Tantular yang
antara lain menyatakan “ Bhineka Tunggal Ika tan hana Dharma
Mangrwa” = Maksudnya, berbeda itu satu, tidak ada kebenaran
(agama) mendua . Kata lain dalam ajaran Hindu Bali “ Eka Eva
Adwityam Brahman “ = yang maksudnya hanya satu (eka eva) tidak
ada duanya (adwityam) brahmani (Hyang Widhi = Tuhan).
Artinya Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya. Jadi istilah ika
atau eka dapat berarti itu atau satu, istilah eka lainnya misalnya nama
yang diberikan oleh mantan Presiden SuhartoTentang Pedoman dan
Penghayatan Pancasila adalah Eka Prasetya Pancakarsa dalam TAP
MPR Nomor XI/MPR/1978. Eka artinya satu, Prasetya artinya janji atau
tekad, Panca artinya lima dan karsa artinya kehendak atau tekat.
Jadi maksud “Eka Prasetya Panca Karsa adalah tekad yang
tunggal untuk melaksanakan lima kehendak dalam arti kehendak
melaksanakan Pancasila.
Dengan demikian yang dimaksud dengan “Bhineka Tunggal Ika “
adalah walaupun berbeda (masyarakat, bahasa, adat, budaya, agama
dan aliran pahamnya), namun satu jua negaranya, yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
itu dimulai sejak adanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928,
yaitu didahului dengan adanya Konggres Pemuda dari berbagai
golongan dan aliran pemuda Indonesia di Jakarta.
Sejak saat itu pemudaIndonesia bertekad bulat mengaku :
1. bertanah air satu, tanah air Indonesia
2. berbangsa satu, bangsa Indonesia
3. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia
86
Jika dilihat dari perjoangan pemuda ini, sepanjang sejarah
perubahan dari mulai :
1. sejarah kermerdekaan,
2. Perubahan dari pemerintah orde lama (ORLA) jaman rejim Sukarno
3. Perubahan pemerintahan Orde Baru (ORBA) jaman rejim Suharto
4. Perubahan pemerimtahan Orde Reformasi
selalu dimotori atau digerakkan oleh para pemuda, tetapi sayang
sekarang ini dicemari oleh adanya penggunaan para pemuda obat-
obat terlarang (NARKOBA) yang secara ekonomi menelan biaya
mencapai liunan rupiah, yang mestinya tidak perlu dilakukan, serta
adanya kepentingan politik tertentu dengan cara memecah belah
Persatuan dan kesatuan bangsa seperti adanya PILKADA dan lain-lain.
D. Swastika
Di bali selain lambang resmi daerah, terdapat pula lambang
kearifan local pada lambang keagamaan, yang merupakan lambang
suci agama hindu yaitu Swastika (lambang ini berbentuk silang mirip
dengan lambang Nazi Hitler atau mirip dengan galexy (kumpulan dari
bintang-bintang dicakrawala) yang merupakan dasar kekuatan alam.
Menurut ajaran hindu Bali kata Swastika itu terdiri dari2 suku
kata “Su (baik) asti (adalah) ke (menunjukkan sifat). Jadi Swastika
berarti bersifat baik. Kata-kata itu terjelma pula dalam pergaulan.
misalkan ketika memberi salam dengan menyebut ‘omswastiastuOm”
(aksana suci untuk Sang Hyang Widhi) swasti adalah (baik). Astu
(mudah-mudahan). Jadi Om swastiastu artinya semoga (anda) dalam
keadaan baik atas kurnia Hyang Widhi (Tuhan). Jika jawaban dalam
menyebut “Om shanti, shanti-shanti, maksudnya semoga damai atas
kurnia Hyang Widhi.
Dalam bahasa sansekerta swasti artinya kebahagiaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pandangan agama Hindu dalam
hidup masyarakat Hindu Bali bertujuan mewajudkan kehidupan damai
dan bahagia. Hal mana dapat dibandingkan dengan ucapan dalam
87
agama Islam “Assalamualaikum wa Rohmatullohi Wa Barakatuh “ yang
artinya selamat anda dan (semoga) Tuhan memberikan rahmat dan
berkahnya, begitupula dalam Agama Islam dikatakan “Baidatun
Toyyibatun wa Robbun Ghafur (surat saba 34) ayat 15) yang artinya
masyarakat (negara) yang baik dan Tuhan yang Naha Pengampun. Jadi
dalam pandangan hidup islam bertujuan mewujudkannegara yang
baikyang diridhoi Allah SWT.
E. Musyawarah
Istilah musyawarah berasal dari bahasa “Arab” dan ajaran Islam,
Misalnya dalam Al-Qur’an Surah Asysyuraa (42) ayat 38 dikatakan “
88
perbedaan pendapat, namun dikarenakan saling pengertian di antara
pesertanya menimbulkan kesepakatan.
89
DAFTAR BACAAN
Advokat & Pengacara A. Priyadi Suban & Rekan 2002, Surat Kuasa
Allot, Antony, 1980, The Limit of law, butterworth & Co. (Publishers) Ltd.
London, Diterjemahkan olehnSoeleaman B.Adiwidjaja , 9993, dalam
Fungsi Bahasa dalam pendidikan hukum
Bader Johan Nasution, Bahasa Indonesia Hukum & Sri Warjiyati, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001
90
Lilis Hartini, Bahasa & Produk Hukum, 2014, PT. Refika Aditama, Bandung
89
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
FAKULTAS HUKUM
KISI-KISI LATIHAN SOAL UAS TA. 2017-2918
92
DIBAGI-BAGI. MENURUT SAUDARA KEDAULATAN ITU BERADA
DIMANA ? (NEGARA ATAU PEMERINTAH).
23.BAGAIMANA BENTUK NEGARA MENURUT POLYBIUS ?.
24.DIMANA LETAK KE;LEMAHAN TEORI POLYBIUS
25. COBA SAUDARA BEDAKAN ANTARA NEGARA KESATUAN DAN NEGARA
SERIKAT ?.
26.PENGERTIAN BENTUK PEMERINTAHAN ADA DALAM ARTI LUAS DAN
DALAM ARTI SEMPIT. COBA SAUDARA JELASKAN ?.
27. SISTIM PEMERINTAHAN DI INDONESIA DARI MULAI ORDE LAMA
HINGGA ORDE REFORMASI MENGALAMI PASANG SURUT. SECARA
HISTORIS DIKENAL SISTEM :
- DEMOKRASI TERPIMPIN (SUKARNO)
- DEMOKRASI PANCASILA (SUHARTO)
- DEMOKRASI REFORMASI (SEKARANG)
COBA JELASKAN MASING-MASING DEMOKRASI TERSEBUT ?.
93