Anda di halaman 1dari 93

BAB I

BAHASA INDONESIA HUKUM

A. Dasar hukum matakuliah Bahasa Indonesia Hukum


1. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
a. kami putra dan putri Indonesia mengaku, bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia.
b. Kami putra dan putri Indonesia mengaku, berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia’
c. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
2. Pasal 36 UUD.NRI tahun 1945 setelah perubahan
Bahasa negara adalah bahasa Indonesia
3. Pasal 32 ayat (2) UUD NKRI bahwa negara menghormati dan
memlihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional
4. Pertimbangan dipilihnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
adalah :
a. tidak mengenal tingkatan dalam penggunaannya seperti bahasa
daerah : jawa (ada dasar, ada madya, ada inggil), juga bahasa
daerah sunda, Bali, Madura dll
b. Lebih mudah difahami, dan saking mudahnya ada wacana
diusulkan sebagai bahasa Pengantar PBB
c. bisa mempersatukan seluruh suku-suku yang ada di tanah air,
selain bahasa lokal sebagai bahasa pergaulan.
d. Bahasa Indonesia saking mudahnya dipakai sebagai bahasa
kedua selain bahasa Inggris di Australia
B. Munculnya Bahasa Indonesia Hukum
Bahasa Indonesia Hukum masuk dalam kurikulum Fakultas hukum
adalah sebagai pengganti mata Kuliah BAHASA bELANDA, mengingat
pertimbangan sekarang ini sangat sulit ntuk mencari orang yang mahir
berbasa belanda, akhirnya dimasukkan bahasa Indonesia Hukum
1. cici-ciri bahasa Indonesia hukum
a. Kaku. rigit karena mengandung kepastian hukum, sebagaimana
tujuan dari hukum : Adil, kepastian, dan manfaat.
b. Adanya kepastian

1
c. tidak menimbulkan interprestasi ( penafsiran) yang berlainan

2, Peranan Bahasa untuk ilmu hukum

a. sebagai alat untuk bernalar , sekaligus berfungsi sebagai sarana


berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadikan bahasa sebagai
prasarana berfikir secara modern, karena itu jika digunakan dalam
menggunakan bahasa yang cermat, maka cermat pula dalam
berfikir karana bahasa merupakan cermin dari nalar (pikiran).
b. sejalan dengan pemikiran di atas, maka semakin tinggi
kemampuan berbahasa seseorang, semakin tinggi pula
kemampuan berfikirnya, makin teratur bahasa seseorang, maka
makin teratur pula cara berfikirnya.
c. Kesimpulan yang dapat ditarik disini adalah seseorang tidak
mungkin menjadi intelektual, tanpa menguasai bahasa, seorang
intelektuan pasti berfikir dan pasti memerlukan bahasa Indonesia
untuk mempermudah dalam proses berfikirnya.
d. bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang menerapkan
kaidah dengan konsisten. Sedangkan bahasa Indonesia yang baik
adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai
dengan situasi pemakaiannya (misalnya ygfamilier adalah bahasa
mengunduh dalam istilah IT artinya mengambil ) .Penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan
pemikiran yang baik dan benar pula, kenyataannya bahwa bahasa
Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi
komunikasi di dalam masyarakat modern.
e. Ilmu hukum merupakan salah satu ilmu yang mengutamakan
bernalar dalam setiap produknya,Produk hukum dibuat menggunakan
bahasa, baik itu bahasa lisan maupun tulisan. Hukum yang dibuat
secara lisan adalah kata-kata atau kalimat yang diucapkan para praktisi
hukum seperti pengacara, penuntut umum, dan hakim dalam
merangkai kalimat secara lisan, mengutamakan kecermatan bahasa
yang dipikirkan secara hati-hati dan produk pemikiran itu adalah
proses bernalar secara praktisi hukum. Begitu juga dengan

2
tulisandapat dilihat dalam aturan perundang-undangan berkas perkara
akta notaris dan lain-lain
C. Bahasa sebagai alat komunikasi
a. Pada akhirnya bahasa dijadikan alat yang efektif dalam
berkomunikasi bagi seluruh kegiatan manusia baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan pencapaian suatu
tujuan
b. bahasa digunakan bersosialisasi antar manusia agar kehidupan lebih
berwarna yang digunakan secara lisan maupun tulisan.
c. kedudukan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi adalah :
1). untuk bersosialisasi antar sesama agar dapat saling berhubungan
satu sama lain.
2). mencerminkan sikap dan perilaku seseorang
3). sebagai cermin kepribadian bangsa dan negara
4). mencerminkan tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi
tingkat pendidikannya, maka daya nalarnya pun akan semakin
tinggi.
5). memberikan andil dalam mencari dan memahami ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kian berkembang
6). sebagai kekuatan hukum, dengan kepandaian berbahasa
seseorang bisa membela dirinya untuk mempertahankan hak
7). dapat dijadikan dalam pembelajaran berpolitik, sebagai politikus
atau pengamat politik
8). mencerminkankedudukan sosial seseorang dengan bahasa ,
seseorang dapat merefleksi kedudukannya dalam masyarakat.

9). sebagai alat penerangan dalam kehidupan agar tidak tersesat

10). dapat menghargai sejarah

Kata Gorys Keraff (1997 : 4) bahwa komunikasi merupakan akibat yang lebih
jauh dari ekspresi diri , komunikasitidak akan sempurna bila ekspresi diri kita
tidak diterima atau difahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula, kita
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang
kita, serta apa yang dicapai oleh orang orang yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan maksud,
melahirkan perasaan dan kemungkinan menciptakan kerja sama dengan
3
sesama warga. Bahasa mengatur segalamacam aktivitas kemasyarakatan,
merencanakan dan mengerahkan masa depan.

Penggunaan bahasa sebagai alat kemunikasi bertujuan agar maksud


kita bisa difahami oleh mitra bicara, atau untuk merumuskan maksud kita.
Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, kita
pikirkan kepada mitra bicara dan kita bisa menyampaikan pendapat,
menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani kita.

Komunikasi yang ilmiah mengantarkan ilmuwan berbahasa secara


ilmiah pula. Bahasa yang ilmiah itu haruslah baku, terstruktur, dan logis pula.
Dalam komunikasi secara ilmiah, berbahasa , berbahasa tidak hanya harus
mengikuti gramatikanya saja, tetapi juga segi sematiknya harus diperhatikan.
Kedua segi ini tidak bisa dipisahkan dalam membentuk kalimat-kalimat
ilmiah yang baku, berstruktur, dan berdaya nalar.

D. Bahasa hukum
Bahasa Indonesia hukum merupakan Bahasa Indonesia yang dipergunakan
dalam bidang hukum, yang mengingat fungsinya mempunyai karakteristik
tersendiri. Atau dengan kata lain bahasa Indonesia hukum adalah salah satu
bagian dari bahasa Indonesia pada umumnya,yang tidak mengutamakan
gaya bahasa, tetapi mengutamakan kepastian hukumsebagaimana salah satu
daripada tujuan hukum itu sendiri.
Ragam bahasa hukum sebagaimana yang termaktub dalam : Konstitusi
(UUD NRI 1945) Ketetapan MPR Undang-Undang , PERPU, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah (Propinsi) dan
(Kabupaten Kota), KUHPidana, KUHPerdata KUHD, Produk Putusan Hakim.
Ragam baku tulisannya selalu memelihara ketertiban dan kecermatan
pilihan kata atau istilah yaitu : diksi dan susunannya yangsistematis Ciri khas
penulisan bahasa Hukumitu dapat dilihat dari penulisan Bab, Pasal, ayat
secara berurutan dalam undang-undang, kemudian penggunaan produk-
produk Pengadilan seperti kata mengingat....... menimbang....... dst.
Hukum menjadi tegak atau bungkam tergantung bagi para pengabdi
hukum menjalankan hukum itu sendiri, manakala hukum ditegakkan, maka
hukum itu berjalan sebagaimana mestinya,tetapi sebaliknya jika hukum tidak
ditegakkan, maka hukum itu menjadi bungkam, alias tidak berjalan.Bahasa
disini memegang peranan penting, artinya bahasa merupakan salah satu
4
sarana utama dalam penegakan hukum dan kepastian hukum, karena hukum
dibangun di atas bahasa, tanpa bahasa hukum tidak akan ada. Dengan
demikian tidak dapat dipungkiri bahwa hukum merupakan produk
pemikiran, Pemikiran baru stabil bila ditunjang oleh bahasa. Jelas sudah
bahwa mendalami ilmu hukum memerlukan kemahiran bahasa dan
kemampuan berbicara.
Ciri-ciri dan sifat bahasa ilmiah menurut Anton M.Moeliono sebagai
berikut :
1. lugas Dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan
2. obyektif dan menekan prasangka pribadi
3. memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan katagori
yang diselidikinya untuk menghindari kesimpangsiuran
4. tidak beremosi dan menjauhitafsiran yang bersensasi
5. cenderung membakukan makna kata-katanya,ungkapannya dan gaya
paparannya berdasarkan konvensi
6. tidak dogmatis atau fanatik
7. bercorak hemat, hanya kata yang diperlukan yang dipakai
8. bentuk, makna, dan fungsinya lebih mantap dan stabil daripada yang
dimiliki kata biasaestetika bahasa Indonesia.
Bahasa hukum adalah bahasa yang digunakan untuk merumuskan dan
menyatakan hukum dalam suatu masyarakat tertentu. hanya dapat berjalan
efektif jika dirumuskan melalui bahasa hukum yang tegas dan mencerminkan
nilai-nilai yang hidup dalam suatu masyarakat dan harus dapat
dikomunikasikan dengan baik pada subyek-subyek hukum.
Bahasa hukum adalah aturan dan peraturan yang bertujuan untuk
mewujudkan ketertiban dan keadilan untuk mempertahankan kepentingan
umum dan kepentingan pribadi didalam msyarakat. Namun karena bahasa
hukum, juga mengikatkan diri dalam kaidah bahasa Indonesia secara umum.
Hal tersebut dimaksudkan supaya tidak membuka peluang interprestasi
gandadan memenuhi syarat estetika bahasa Indonesiahukum sebagai bagian
dari bahasa Indonesia. Hal tersebut agar menjadikan bahasa tersebut
menimbulkan kepastian hukum.
Bahasa Indonesia Hukum banyak mengadopri bahasa asing khususnya
Belanda, hal ini akan semakin memperkaya kasanah kosa kata dalam bahasa
Indonesia hukum, namun demikian pengalih bahasanya tersebut harus dapat

5
dikomunikasikan kepada khalayak yang menggunakannya,jika tidak maka
menjadikan bahasa Indonesia hukum gagal dikomunikasi dalam masyarakat
Indonesia.
Dalam menunjang kepastian hukum, bahasa hukum mempunyai
beberapa fungsi :
1. sebagai aturan, hukum dibuat salah satunya untuk mengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara. Aturan hukum termaktub dalam
bentuk undang-undang dan peraturan pelaksanaan lainnya
2. Pemberi kekhasan, bahasa Hukum berbeda dengan bahasa keilmuan
lainnya. Hukum mempunyai ciri khas dari segi komposisi aturan. yang
rinci, adanya kronologis hubungan sebab akibat dan berusaha untuk
menjelaskan suatu masalah dalam sebuah wacana yang berbentuk
kalimat panjang serta gaya bahasa yang khusus dan kandungan artinya
yang khusus pula
3. pembawa kewibawaan hukum, bahasa hukum berisi perintah dan
larangan sanksi
4. kerangka acuan bagi profesional dan teoritisi hukum, ketika
berpraktek hukum aturan hukum berupa undang-undang dijadikan
acuan dalam menyelesaikan masalah-masalah hukum (karena itu
rumusanya harus pasti)
5. memperkaya kosa kata bahasa Indonesia , istilah-istilah hukum
diadopsi dari bahasa Belanda, Inggris, Arab dan daerah, sehingga
istilah-istilah itu dapat memperkaya perbendaharaan kata dalam
bahasa Indonesia.

6
B A B II

PENGARUH PERUSAKAN BAHASA

TERHADAP NALAR BAHASA

A. Pengaruh masyarakat bahasa terhadap penegakan hukum


Soelaeman mengatalan bahwa, pemikiran seseorang akan lebih
mantap jika ditunjang oleh bahasa. Bahasa yang terstruktur,
sistematis, dan logis dipakai oleh masyarakat yang modern.
Mengapa demikian, ?. Hal ini karena, masyarakat modern adalah
masyarakat yang daya intelektualnya lebih tinggi menghargai
bahasanya sendiri.Dalam arti bangga terhadap bahasanya sendiri,
bukan bahasa asing (Inggris misalnya).
Sebagai bangsa yang bertanggungjawab, harus senantiasa
menjaganya dengan baik agar bahasanya sendiri tidak tercemar,
sehingga menjadi rusak karena pengaruh bahasa lain termasuk
bahasa daerah sendiri, penggunaannya harus tepat kapan hal
tersebut digunakannya.
Dalam kaitannya dengan penegakan hukum jika terjadi kerancuan
bahasa dengan pencemaran dengan bahasa lain, akan berpengaruh
besar terhadap penegakan hukum, karena tidak menimbulkan
kepastian hukum itu sendiri, karena terjadi multi tafsir.
Masyarakat umum, tentunya berbeda dengan masyarakat ilmiah
dalam hal penggunaan bahasa Indonesia. Bagi masyarakat umum
yang penting tahu dengan mitra bahasanya,tetapi bagi masyarakat
ilmiah harus tunduk terhadap aturan bahasa yang baku, dalam arti
yang baik dan benar. Masyarakat umum biasanya menggunakan
bahasa yang spontan, yang tidak harus tunduk pada aturan
pembakuan bahasa Indonesia, tapi bagi masyarakat ilmiah harus
tunduk pada pembakuan bahasa Indonesia.
Bentuk kalimat yang dipergunakan oleh kebiasaan masyarakat
umum ini dapat mencemari kebiasaan seseorang dalam berbicara.
Jika kebiasaan ini dilakukan terus menerus , maka akan mencemari
7
bentuk bahasa ilmiah. akhirnya bahasa yang dipergunakan tidak taat
asas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Apalagi
jika bahasa tersebut dipergunakan oleh bahasa bentuk peraturan
perundang-undangan, maka penegakan hukum akan diragukan
masyarakat penikmat hukum. Bahasa hukum menjadi tidak logis dan
akibatnya menurunkan wibawa hukum.
Contoh kongkrit pencemaran bahasa Indonesia dengan bahasa
sehari hari misalnya:
1. Kang kiri = maksudnya berhenti ke kiri
2. setelah perempatan kamu belok kiri kalimat yang digunakan oleh
matematika, 2/3, 1/4,1/2, dst)
3. untuk itu, waktu dan tempat dipersilahkan = didapatkan seorang
protokol menyilahkan pembicaranya (mengapa yg dipersilahkan
waktu ?. bukan yang seharusnya dipersilahkan itu adalah orang ?.
Jadi kalimat tersebut adalah tidak logis karena yang dipersilahkan
adalah benda mati. Seharusnya untuk itu, Bapak/Ibu/Saudara
kami persilahkan (bentuk kata dipersilahkan tidak baku). Bentuk
kalimat aktif. Jadi kata dipersilahkan diganti dengan kami
(mewakili seruluh penitia) dipersilahkan.
4. Belok kiri jalan terus adalah kalimat yang tidak logis, Kalimat
tersebut sebenarnya untuk pejalan kaki, tetapi diterapkan pada
kendaraan. Coba dibayangkan jika kita membawa kendaraan dan
tepat di hadapannya adalah persimpangan lalu kita akan
membelokkan kendaraan kita di sebelah kiri. Dan ketika itu, kita
membaca kalimat belok kiri jalan terus, maka sudah seharusnya
setelah belok kiri kita keluar dari kendaraan dan berjalan
meninggalkan kendaraan karena maksud kalimat tersebut
demikian. Pengertian jalan terus untuk orang bukan untuk benda
mati, seperti kendaraan walaupun kendaraan tersebut
dikemudikan oleh manusia. Pengertian belok kiri jalan terus ,
yang benar adalah belok kiri langsung.
Pilihan kata kata yang kurang tepat membuat kalimat-
kalimat yang dihasilkan menjadi tidak logis. Kalimat-kalimat ini
sudah umum didengar atau dibaca, sehingga menjadi kebiasaan
yang dapat mempengaruhi daya nalar seseorang. Hal

8
tersebutkarena kekurangcermatan berbahasa para pengguna
bahasa.
Kalimat untuk itu waktu dan tempat dipersilahkan.
persoalan yang mengedepan adalah, mengapa yang
dipersilahkan waktu dan tempat ?. bukankah yang seharusnya
dipersilahkan itu adalah orang ?. Jadi jelas kalimat tersebut pun
tidak logis karena yang dipersilahkan benda mati. Seharusnya
untuk itu, Bapak / Ibu/ Saudara kami persilahkan (bentuk kata
dipersilahkan tidak baku), bentuk kalimat aktif. Jadi kata
dipersilahkan diganti dengan kami (wewakili panitia)
dipersilahkan.
Contoh lain yang ditemukan dalam arena persidangan :
1. Untuk menyingkat waktu sidang segera dimulai. Ketidak
logisan dalam kalimat di atas terdapat dalam frasa
menyingkat waktu. Kita semua tahu bahwa 1 jam = 60 menit,
tidak mungkin 1 jam disingkat atau diperpendek menjadi 30
menit, maupun diperpanjang menjadi 90 menit. Logisnya
adalah memanfaatkan waktu, mengefektifkan waktu,
mengefisienkan waktu atau menggunakan waktu.
2. UU Perbankan No 7 Tahun 1992 telah dirubah dengan UU
No. 19 Tahun 1998 dikarenakan menghadapi perkembangan
perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat,
kompetitif, dan terintegrasi semakin maju, diperlukan
persesuaian kebijakan bidang ekonomi termasuk Perbankan
Kata dirubah dan kata dikarenakan dalam contoh kalimat
di atas tidaklah logis pula. Bentuk kata dirubah mempunyai
kata dasar rubah, yang diberi awalan di+rubah– dirubah.
Artinya adalah dijadikan seperti , Mengapa ini terus terjadi
dan digunakan dalam masyarakat ?. Memang mereka
membuat pembenaran dari kata berubah (ber+ubah =
berubah) Sebenarnya kata yang tepat adalah kalimat ke dua
yaitu di+ubah (ganti) = diubah.
3. kalimat yang sering didapatkan dalam persimpangan adalah
kalimat yg terdapat dalama UU Lalu Lintas yg sudah tidak
berlakulagi, tetapi sampai sekarang masih dipandang di

9
beberapa persimpangan di Kota Balikpapan. YaituKalimat
belok kiri jalan terus adalah kalimat yang tidak logis, Kalimat
tersebut sebenarnya untuk pejalan kaki, tetapi diterapkan
pada kendaraan ( coba bayangkan, jika kita membawa
kesadaran dan tepat dihadapannya adalah persimpangan
lalu lintas kita akan membelokkan kendaraan kita ke sebelah
kiri. dan ketika itu, kita membaca ke kiri jalan terus, maka
sudah seharusnya setelah belok kiri kita kendaraan dan
berjalan meninggalkan kendaraan karena maksud kalimat
tersebut demikian. Pengertian jalan terus untuk orang
bukan untuk benda mati seperti kendaraan walaupun
kendaraan tersebut dikemudikan oleh manusia.
Sebenarnya maksud dari kalimat “Belok kiri jalan terus”
tersebut dapat kitra mengerti, yaitu semua kendaraan yang
berada di lajur sebelah kiri, ketika berada di Traffic Light,
tidak boleh berhenti, tetapi harus melanjutkan laju
kendaraannya membelok ke sebelah kiri, akan tetapi
pengertian dari belok kiri jalan terus sebenarnya adalah
setelah kendaraan belok ke sebelah kiri, kedaraan itu
mesinnya dimatikan, orangnya keluar dari kendaraan, lalu
berjalan. Jadi yang lebih tepat untukkalimat tersebut
adalah“ Belok kiri langsung”.
PILIHAN KATA YANG KURANG TEPAT DAPAT MEMBUAT
KALIMAT-KALIMAT YANG DIHASILKAN MENJADI TIDAK
LOGIS. Kalimat-kalimat itu sudah umum didengar atau
dibaca, sehingga menjadi kebiasaan yang dapat memenuhi
daya nalar seseorang, hal ini disebabkan kekurangcermatan
berbahasa para pengguna bahasa.
B. Pengadobsian Bahasa Umum Oleh Bahasa Indonesia Hukum
Dalam ilmu pengetahuan pinjam-meminjam istilah yang
digunakan, adalah hal yang lumprah, karena tidak ada ilmu yang
berdiri sendiri dengan menggunakan bahasanya sendiri misalnya
dalam ilmu kesehatan digunakan Barometer untuk mengukur
panas badan seseorang. istilah tersebut diadopsi oleh ilmu hukum
yang artinya tolok ukur, penggunaan kata tersebut malah

10
menambah atau pengayaan pada ilmu hukum. atau menambah
kosa kata bahasa Indonesia yang sampai sekarang tergolong masih
sedikit dibandingkan dengan bahasa Inggris yang sudah sekian
ratus tahun penggunaannya yang semakin hari semakin
bertambanh dan berkembang.
Pengapdosian bahasa yang tidak diperkenalkan adalah
pengabdobsian bahasa gaul, atau bahasa sehari hari atau bahasa
masyarakat umum kedalam bahasa yang sudah baku . Mengapa
tidak diperbolehkan ?. Karena di samping merusak struktur
bahasa ilmiah juga mencemaribahasa Indonesia baik aspek
gramatikal, sintaksis, maupun semantik bahasa Indonesia.
C. Kontaminasi Bahasa
Dengan majunya Ilmu pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
memunginkan penggunaan bahasa yang tidak pada tempatnya,
atau tepat guna akan mengakibatkan tejadinya kontaminasi Bahasa
Indonesia Hukum yang sering didapatkan dengan mengadopsi
istilah asing Bahasa Inggris dan Belanda, sebagai akibat dari bekas
anak jajahan Belanda. Bahasa Indonesia mendapatkan imbas dari
media cetak dan elektronik, sehingga terkontaminasi yang tidak
sesuai dengan susunan bahasa yang baik dan benar. Sebagai
contoh nyata adalah banyaknya bahasa plesetan yang digunakan
oleh masyarakat luasmenambah runyamnya bahasa Indonesia yang
kadang kala tidak kita sadari. Misalnya agar kelihatan keren
digunakan “ gua lagi nggak fit, mahal banget, please deh dll.
D. Kesenjangan budaya Bahasa
Bangsa Indonesia yang sangat kaya keragaman budaya
masyarakat. Hal ini tidak bisa dipungkiri, karena Indonesia terdiri
dari beribu ribu pulau (17.506), Pulau baik yang sudah ada
namanya maupun yang belum ada namanya, yang memiliki
keragaman bahasa daerah dan budaya. Keragaman tersebut patut
disyukuri manambah khasanah kekayaan sebagai salah satu alat
komunikasi nasional, yaitu bahasa Indonesia, beragam budaya
tersebut dapat memperkaya bangsa Indonesia di mata dunia.
Namun dampaknya berbagai macam kerancuan yang ada
dampaknya sangat sulit untuk memfilter atau menyaring ke dalam

11
bahasa Indonesia yang baik dan benar, jika tidak diantisipasi akan
menghilangnya jati diri bangsa.
Kesenjangan budaya berbahasa seperti itu membuahkan
bahasa Indonesia yang tidak taat asas terhadap pembakuan
bahasa, yang boros. Sebagai misalnya daftar antar frasa yang sering
dipakai tidak hemat, tetapi banyak dijumpai penggunaannya :
Daftar boros kata Daftar hemat kata
1. Sejak dari ................................... sejak atau dari
2. demi untuk ................................... demi atau untuk
3. demi untuk ................................... demi atau untuk
4. adalah merupakan .......................... adalah atau
merupakan
5. seperti ..., dan sebagainya ............. seperti atau sebagainya
6. misalnya... dan lain lain ................... misalnya atau dan lain-
lain
7. antara lain ... dan seterusnya .......antara lain atau dan
seterusnya
8. tujuan daripada ............................ tujuan tanpa daripada
9. mendiskripsikan tentang............. mendiskripsikan tanpa
tentang

Dalam naskah hukum, ada beberapa kata mubazir karena digunakan terlalu
berlebihan, contohnya sebagai berikut :

1. Tersebut di atas,
2. Agar supaya
3. Yang pada pokoknya sebagai berikut
4. adalah merupakan,
5. Sering kali disebabkan karena
6. seperti...... dan lain lain

Supaya tidak terjadi penggunaan bahasa yang mengulang-ulang tetapi


artinya sama, maka yang perlu diperhatikan adalah agar masyarakat bisa
memilah-milah bahasa pergaulan, waktu yang tepat kapan menggunakan
bahasa gaul dan kapan menggunakan bahasa tulis yang ilmiah.

E. Kesenjangan Nalar Berbahasa

12
Yang dimaksud dengan kesenjangan bernakar berbahasa adalah
kadang kala ditemukan sampaidengan sekarang masih ditemukan sebagian
kecil masyarakat yang buta berbahasa Indonesia, khususnya kaum tua yang
sudah rentan mereka masih didominasi dengan bahasa lokal atau daerah.
khususnya daerah yang jauh dari kota ( misal Jawa, Madura dll ). Akibatnya
menimbulkan kesenjangan dalam bernalar Berbahasa.
Kesenjangan nalar berbahasa ini dipicu lagi dengan ketidak cintaan
terhadap bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Kadang kala justru yang
memulai adalah kalangan intelektual sendiri, dengan meremehkan bahasa
dengan asumsi sejak kecil sudah menggunakan bahasa Indonesia, pada hal
sadar atau tidak dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan kosa kata
yang semakin bertambah akan membuat bahasa Indonesia Hukum
khususnya semakin baik dan sempurna.
Di samping itu ditemui para kaum remaja yang menggunakan bahasa
seenaknya sendiri, kadang kala ditemukan contohnya menggunakan bahasa
Indonesia walikan (Jawa) Balikan misalnya kata iya dibalik menjadi yoki,
danlain-lainutamanya masyarakat Malang dan Yogyakarta, yang sama-sama
Kota Pendidikan, mestinya tidak memberikan contoh yang tidak baik.
Bahasa kesenjangan nalar berbahasa seperti misalnya di bawah ini :
1.Arief, bang salomenya satu
2. wah, kemarin aliran jadi saya tidak bisa belajar
3. Dia adalah pengusaha wanita yang sangat sukses

Kalimat di atas sudah membudaya dalam kehidupan sehari-hari, secara


deiksis satu sama lain sudah saling mengerti, tatapi secara nalar hal tersebut
tidak bisa dibenarkan.

Arief meminta salome satu, maksudnya satu porsi beserta saos dan
lomboknya dalam sebuah bungkus plastik biasanya isinya sebanyak 6 biji
salome.

Demikian kalimat yang kedua, yang dimaksud dengan aliran disini adalah
aliran listrik yang mati biasanya pada saat hujan yang disertai angin kencang.

Kata pengusaha wanita adalah bentuk hukum menerangkan diterangkan


hukum MD, sesuai dengan gramatika bahasa Inggris. Sementara dalam
bahasa Indonesia menggunakan hukum DM. Kalau diterjemahkan yang

13
saklek “ kata pengusaha wanita” memiliki arti pengusaha yang bergerak di
bidang jual beli wanita (germo, mucikari). Seharusnya wanita pengusaha.
Sama halnya dengan menggunakan hukum MD kata Polisi wanita ? . = dari
kata policeman (bahasa Inggris) = polisi yang menangani kasus-kasus wanita.
Polisi wanita dalam bahasa Indonesia menggunakan hukum DM = wanita
polisi artinya wanita yang berprofesi sebagai polisi.

F. Pengaruh kosa kata bersaing dalam bahasa hukum


Banyak masalah dalam perkembangan bahasa Indonesia pada
era globalisasi sekarang ini dengan munculnya kosa kata dari bahasa
baik asli indonesia (daerah) maupun asing ( Inggris dll) Salah satu
menjamurnya kosa kata bersaing yang digunakan dalam tatanan
kehidupan masyarakat pemakai bahasa pemakai kosa kata yang
berdampak negatif maupun positip, diantaranya adalah
membingungkan masyarakat dengan bersaingnya kosa kata tersebut
yang perbaikannya disosialisasikan kepada pengguna bahasa
ndonesia. Yang belum tentu keberhasilannya.
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pemersatu bangsa
Indonesia memerlukan standarisasi atas kosa kata yang dipergunakan
agar semua anak bangsa mengerti kosa kata yang digunakan,
disamping sebagai alat komunikasi ilmiah bagi disiplin ilmu yang di
Indonesia.
Yang dimaksud bahasa Indonesia haruslah ilmiah dari keilmiahan
pemakai bahasa Indonesia tersebut harus taat asas terhadap kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku (standart). sehingga mudah dimengerti,
seperti halnya pada putusan hakim yang selalu ada kata : menimbang
(aspek filsafatnya), mengingat (aspek yuridisnya UU dan pasal bila
perlu) , memutuskan (aspek sosiologisnya). Dalam suatu perjanjian
selalu disebutkan identitas para pihak secara kronologis, baru
disebutkan pasal-pasal yang mendukungnya sahnya suatu perjanjian.
Beberapa pakar hukum terjadi persaingan kosa kata
dipergunakan dalam tulisan hukum yakni : terdapat Kosa kata subyek
di samping subyek, obyek di samping obyek, sahnya di samping
syahnya, kaedah, daedah di samping kaedah, dan masih banyak lagi.

14
Yang pasti penggunaan bahasa Indonesia hukum oleh para pakar hukum
tersebut selalu taat asas dalam pembakuan bahasa Indonesia hukum.
Walaupun demikan masih juga ditemukan persaingan penggunaan
kosa kata yang tidak sepakat seperti misalnya, penggunaan kosa kata
1. permukiman bersaing dengan kosa katapemukiman (tanper)
2. pelepasan bersaing dengan kata penglepasan(ng)
3. pelayanan bersaing dengan kata layanan (an)
4. tergantung pada dengan bergantung pada
5. keluar dengan kata keluar .
Bentukan tersebut tergolong baku, artinya benar apabila dipakai sesuai
dengan konteksnya.
Kata permukiman digunakan dalam konteks tempat bermukim,
atau daerah perumahan, sedangkan katapemukiman digunakan dalam
konteks “prosesmemukimkan “.
Contohnya sebagai berikut :
1. Keluarga Kinanti akan membeli rumah di permukiman taman Kopo
Indah
2. Pemerintah sedang memikirkan pemukiman kembali masyarakat
yang terkena dampak lumpur Lapindo Sidoharjo.
3. Kata pelepasan digunakan dalam konteks kalimat yang sifat negatif,
yaitu membuang kotoran. Sedangkan kata penglepasan digunakan
dalam konteks kalimat yang bersifat positif, yaitu Proses
melepaskan, misalnya penglepasan sarjanabaru (Isbadudu tahun
1980-an), akan tetapi, dalam kenyataannya yang terjadi di dalam
masyarakat sekarang ini adalah kata penglepasan tidak lagi
menunjukkan masing-masing arti di atas, tetapi sekarang. kata
pelepasan sudah netral sifatnya, yaitu digunakan untuk makna
positip maupun negatif.
4. kata frase diganti dengan terdiri atas. atau terdiri dari .Keduanya
terjadi persaingan tergantung dari konteksnya.
5. kata pelayanan digunakan dalam konteks “proses melayani”,
sedangkan kata layanan digunakan dalam konteks “hasil melayani”
6. Kesimpulan dan simpulan. Kata kesimpulan digunakan dalamkoteks
proses menyimpulkan, sedangkan kata simpulan digunakan dalam
konteks“hasil menyimpulkan (Zainal Arifin, 206)

15
Kedua kata kesimpulan dan simpulan ini di Pasca sarjana UNAIR
Surabaya dalam pembuatan Tesis (karya ilmiah Pascasarjana Ilmu
hukum sangat dominan dan benar-benar diperhatikan). Sebab
masing-masing Perguruan Tinggi ingin menunjukkah identitasnya.

Demikian halnya kata tergantung dan bergantung, digunakan sesuai dengan


konteknya seperti contohnya :

1. Lukisan-lukisan itu tergantung pada dinding di ruang pameran


2. Penyelesaian kasuslumpur Lapindo bergantung pada keputusan
Pemerintah.
kata bersaing antara yang baku dengan yang tidak baku. Kosa kata yang
seperti inilah yang mengganggu standarisasi bahasa. Seperti kata “
mencolok dan menyolok” :
1. Dandanan janda kembang itu sangat menyolok (bentuk nonbaku)
2. Dandanan janda kembang itu sangat mencolok (bentuk baku)
Persaingan antara bentuk nonbaku dan bentuk baku, tergantung
konteknya . Dalam bahasa pergaulan lebih santai digunakan bentuk
nonbaku, sedangkan dalam bahasa yang formal digunakan bentuk yang
baku, pertimbangannya agar terkesan sopan, tidak kasar dan
berpendidikan.
Kata-kata bersaing tidak hanya dipergunakan dalam bahasa
hukum saja, karena kata-kata bersaing tersebut hampir terdapat pada
semua bidang ilmu. Berikut adalah kosa kata bersaing yang terdapat dalam
buku-buku ilmu hukum, naskah perjanjian, Surat Keputusan (SK) dan
Undang-Undan contoh :
Bahasa Nonbaku Bahasa Baku

1. akhli ------------------------------------------------- ahli


2. akte -------------------------------------------------- akta
3. aktifitas ---------------------------------------------- aktivitas
4. analisa ........................................................ analisis
5. anarchi, anarkhi ............................................ anarki
6. Antar bangsa ................................................ antarbangsa
7. Antar wilayah .............................................. antarwilayah
8. Anti klimak ............................................. antiklimak

16
9. anti tesa ............................................. antitesa
10.Apotik ............................................ Apotek
11.azas ............................................ asas
12.azasi ............................................ asasi
13.Berluit ........................................... beslit
14.cidera ........................................... cedera
15.beaya ........................................... biaya
16.dari pada .......................................... daripada
17.dasa sila ........................................... dasasila
18.dari pada ............................................ daripada
19. debet ............................................... debit
20. devisi ............................................... divisi
21. dwi fungsi ............................................... dwifungsi
22. dikarenakan ............................................... karena
23. ego sentris ............................................... egosentris
24.eksport ............................................... ekspor
25. ekstrim ............................................... ekstrem
26. elit ............................................... elite
27. ethis ............................................... etis
28.faham ............................................... paham
29. faidah ............................................... faedah
30. group ............................................... grup
31. hakekat ............................................... hakikat
32. has ............................................... khas
33. hasiat ............................................... khasiat
34. hipotesa .............................................. hipotesis
35. hirarkhi ............................................... hierarki
36. ijin ................................................ izin
37. ijasah ................................................ ijazah
38. ilmiawan ................................................ ilmuwan
39. import ................................................ impor
40. improfisasi ................................................ improvisasi
41. insidentil ................................................ insidental
42. insyaf ................................................ insaf
43. introgasi ................................................ interogasi

17
44. isteri ................................................ istri
45.jadual ................................................ jadwal
46. jamaah ............................................... jemaah
47. jaman ............................................... zaman
48. jendral ............................................... jenderal
49. juridis ............................................... yuridis
50. justeru ................................................ justru
51. daluarsa, kedaluwarsa ..................................... kadaluwarsa
52. kaedah ................................................ kaidah
53. kapling ................................................. kaveling
54. karir ................................................ karier
55.katagori ................................................ kategori
56. kawatir ................................................ khawatir
57. kerjapaksa ................................................ kerja paksa
58. kerjasama ................................................ kerja sama
59. klimak ................................................ klimaks
60. komersil ................................................ komersial
61. komplek ................................................ kompleks
62. kondite ................................................ konduite
63. kongkrit, kongkrit .............................................. kongkret
64. kongkrus ................................................ kongkurs
65. koekwen ................................................. konsekuen
66.kontek ................................................. konteks
67. kontraversi ................................................. kontraversial
68. kwalifikasi ................................................. kualifikasi
69. kwesioner ................................................. kuesioner
70.loka karya ................................................ lokakarya
71. madhab, madzhab .............................................. mazhab
72. managemen ................................................ manajemen
73. merubah, merobah ............................................ mengubah
74. medere ................................................ modern
75. monarkhi ................................................ monarki
76. motifasi ................................................ motivasi
77. mubajir ................................................ mubazir
78. nampak ................................................ tampak

18
79. nara pidana ................................................ narapidana
80. nasehat ................................................ nasihat
81. negatif ................................................ negatif
82. non aktif ................................................ nonaktif
83.non blok ................................................ nonblok
84. nopember ................................................ november
85. obyek ................................................ objek
86. otentik ................................................ autentik
87. atoktasi ................................................ otokrasi
88. panitra .................................pasif................. panitera
89. pasih ................................................ Fasih
90. pasif ................................................ fasif
91. pasport ................................................ paspor
92. pebruari ................................................ februari
93. pledoi ................................................ pledoi
94. positifisme ................................................ positivisme
95. positip ................................................ positif
96. praktek ................................................ praktik
97. pra peradilan ................................................ praperadilan
98. pra sangaka ................................................ prasangka
99. preambule ................................................. preambul
100. prematuur ................................................. prematur
101.primair ................................................. primer
102. provinsi ................................................. propinsi
103. provokatip ................................................. provokatif
104. putera puteri ................................................ putra putri
105.rapih ................................................. rapi
106. rahasia .................................................. rahazia
107. ratio .................................................. rasio
108. realisir .................................................. realisasi
109. rejeki .................................................. rezeki
110. residifis, residipis ................................................ residivis
111. robah, berobah, dirubah .......................... ubah, berubah,diubah
112.rohaniawan ................................................. rohaniwan
113. rubuh ................................................. roboh

19
114.sangsi hukum .............................................. sanksi hukum
115. sekedar ................................................. sekadar
116. seksama ................................................. saksama
117. sertipikat ................................................. sertifikat
118. special ................................................. spesial
119. silahkan ................................................. silakan
120. sintesa ................................................. sintesis
121.sistim ................................................ sistem
122. subyek ................................................ subjek
123.syah .................................................. sah
124. tandatangan ............................................. tanda tangan
125.tatanegara ............................................. tata negara
126. team ............................................. tim
127. tehnik ............................................. teknik
128.tentram ............................................. tenteram
129. teoritis ............................................. teoretis
130.terlentang ............................................. telentang
131. validiti ............................................. validitas
132.varitas ............................................. varietas

Terjadinya kosa kata bersaing, antara yang nonbaku dan baku, di masyarakat
terjadi salah kaprah tanpa mempedulikan, yang penting mereka tahu tujuan
lawan bicaranya, tetapi bagi penulisan hukum hal tersebut sangat penting
seperti di halaman depan sudah disebutkan akan menimbulkan ketidak
pastian hukum dan mempersulit penegagak hukumnya serta mengurangi
wibawa hukum itu sendiri. Jadi intinya harus hati-hati penggunaan kosa kata
tersebut yang tergantung dari situasional (tempat dan waktu) .

Bahasa Indonesia termasuk “Luwes”, dapat menerima dan menyerap


dari berbagai bahasa lain (daerah maupun asing), namun keluwesan itu
harus tetap menjaga khasanah bahasa Indonesia (sesuai kaidah) kesalahan
yang terjadi di masyarakat tidak bisa dibiarkan begitu saja, tetapi harus
diluruskan dan tidak boleh digunakan sesuka hatinya, khususnya yang
menjaga adalah para pakar, ilmuwan dan mahasiswa, agar dihargai bangsa
lain, oleh karena itu ketika kita menemui orang asing yang mempunyai

20
bahasa indonesia yang baik, karena mereka belajar berbahasa sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia .

G. Penggunaan kata-kata non baku / penyerapan


Kata-kata non baku (diatas) sudahlama digunakanbaikdi kalangan
praktisi hukum, Maupun para akdemisi hal ini dibuktikan dengan cara
membandingkan antara produk undang-undang lama dengan produk
undang-undang yang baru, sekarang ini produk yang baru banyak sekali
kemajuannya seperti kalau kita lihat dalam Pasal 1 undang-undang sekarang
ini pasti memberikan penjelasan dan cara penulisannya tidak ada dalam
Pasal 1 ada ayatnya yg ditulis dengan mengurung Pasal satu misal (....), dan
cara membacanya juga berbeda cara lama dibaca (Pasal 1 point, atau
butiryang sekarang ini harus realistis yakni Pasal 1 angka satu dst.
Kewajiban kita selaku ilmuwan yang ilmiah harus cermat dan
menyesuaikan menggunakan bahasa hukum yang baik sesuai kaidah yang
baik dan benar.
Bahasa Indonesia termasuk bahasa yang luwes dalam menerima dan
menyerap unsur dan berbagai bahasa lain. Namun keluwesan itu hendaknya
tidak membuat kita serampangan dan membentuk istilah baru dan
mengabaikan khazanah bahasa kita. Pakar bahasa menyarankanpemakaian
bahasa dengan mengabaikan kaidah bahasa Indonesia . Kesalahan seperti ini
tidakbisa dibiarkan berlarut-larut karena harus segera dikembalikan pada
kaidah yang benar, tidak bisa digunakan sesuka hatinya.
Penyerapan kata-kata bahasa asing masih mengalami (dualisme) yaitu
penyerapan sesuai dengan “pelafalan” dan penyerapan sesuai “struktur”.
Akibatnya, sesemakin biaslah kaidah penyerapan kata asing dan semakin
tidak beraturanlah kata-kata serapan dalam bahasa Indonesia. Ada yang
kukuh menggunakan misalnya kata “ Propinsi”(salah Provinsi), karena
terbiasa melafalkan seperti itu, ada kata menajer, manajemen, padahal yang
lain dibakukan sesuai strukturnya seperti kata digital, religi (lihat kata baku di
halaman sebelumnya)’
H. Pengapdobsian Istilah Hukum
Bahasa Indonesia yang sifatnya fleksibel dan dinamis dalam mengikuti
setiap perubahan, sehingga bahasa Indonesia berkembang terus sesuai
dengan perkembangan zamannya. Dikatakan freksibel dan dinamis, karena

21
setiap perkembangan kosa kata yang muncul dapat menyesuaikan dengan
ilmu yang berkembang.
1. Pedoman pembentukan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia
Prinsipnya jika dalam bahasa Indonesia maupun bahasa serumpun
tidak ditemukan istilah yang tepat, maka bahasa asing dapat dijadikan
sumber peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan
jalan menerjemahlan , menyerap, dan menyerap sekaligus,
menerjemahkan istilah asing (contoh Tsunami = Jepang).
2. Penyesesuai unsur serapan
Unsur penyerapan dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan besar
2.1. reshuffle, shuttle cock, long march unsur ini dipakai dalam
konstek bahasa Indonesia
2.2. unsur asing yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan
dengan bahasa Indonesia dan diubah sepenuhnya, sehingga
bentuk Indonesiannya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya.

Disamping akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai


bagian kata yang utuh. Kata seperti “ standarisasi, implementasi. dan
objektif, diserap secara utuh, di samping kata “ standar, implemen, dan
objek. Beberapa kaidah yang berlaku Misalnya C di muka a, u,o dan
konsonan menjadi K (cubic – kubik, construction – konstruksi,
classification – klasifikasi)

Ejaan yang berlaku bagi unsur serapan sebagai berikut

aa ( belanda ) menjadi a

baal ........................... bal

octaaf ........................ octaf

ae, jika bervariasi dengan e ............. menjadi e

hemoglobin ................................ hemoglobin

au tetap au

autotroph ..................................... autotrof

22
caustic .................................... kaustik

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e

earobe ...................................... aerob

aerodinamics ................................ aerodinamika

ai tetap ai

trailer ................................ trailer

caisson ............................... kaison

C di muka a, u, o dan K menjadi K

construction ........................................ kontruksi

classification ....................................... klasifikasi

C di muka e, i, oe, dan Y menjadi S

cwntral ............................................. sentral

circulasion ......................................... sirkulasi

CC di muka o, u dan konsonan menjadi K

accomodation ..................................... akomodasi

acclamation .................................... aklamasi

CC di muka E dan I menjadi KS

accent .................................................. aksen

vaccine ................................................. vaksin

CCH dan CH di muka a, o, dan konsonan menjadi K

charisma ............................................ karisma

technique ........................................... teknik

CH yang lafalnya S atau SY menjadi S

23
echelon ............................................. eselon

machine ............................................. mesin

CH yang lafalnya C menjadi C

check ................................................. cek

china ................................................. Cina

C (sanskerta) menjadi S

cabda ................................................ sabda

castra ...................................... sastra

IE tetap IE jika lafalnya bukan I

patient ..................................... pasien

efficient efisien

KH (arab) tetap KH

akhir ..................................... akhir

khusus ..................................... khusus

OE (OI Yunani) menjadi E

oestrogen ..................................... estrogen

foetus .................................... fetus

OO (Belanda) menjadi O

komfoor .................................... kompor

provoost .................................... provos

OO (inggris) menjadi U

cartoon ..................................... kartun

book ..................................... buku

24
OO (vokal ganda) tetap OO

zoologi ...................................... zoologi

coordinator ...................................... koordinasi

OU menjadi U lafalnya U

gouverneur ............................. gubernur

contour ....................................... kontur

PH menjadi F

phase ....................................... fase

physiology ...................................... fisiplogi

Q menjadi K

aquarium ....................................... akuarium

frequency ....................................... frekuensi

RH menjadi R

rhythm ........................................ ritme

rhetoric ........................................ reterika

SCH di muka menjadi SK

schema ...................................... skema

scholasticism ............................. skolastisme

R di muka I menjadi S

theocracy ...................................... teokrasi

methode ...................................... metode

UU menjadi U

25
prematuur ...................................... prematur

vacuum ....................................... vakum

X pada awal kata tetap X

xenon ...................................... xenon

xylophone ...................................... xilofon

X pada posisi lain menjadi KS

executive ..................................... eksekutif

taxi ................................................ taksi

XC di muka E dan I enjadi KS

exception ....................................... eksepsi

excess ....................................... ekses

EC di muka a, u, o, dan konsonan menjadi KSK

excavation ....................................... ekskavasi

exclusive ....................................... eksklusif

Y menjadi I jika lafalnya I

psychology ....................................... psikologi

AAT (Belanda) menjadi AT

advokaat ...................................... advokat

AGE menjadi ASE

percentagr ....................................... persentase

estalage ....................................... estalase

AL, EEL (Belanda), .... AAL (Belanda menjadi ... AL

structursl, dtruktureel ..................... Struktural

26
formal. formeel ............................ formal

ANT menjadi AN

accountant ...................................... akuntan

informant ..................................... informan

ARCHY, ARCHE (Belanda) menjadi ARKI

ananchy ...................................... anarki

oligarchy, oligarchie ................... oligarki

ARY (Belanda) menjadi ER

conplementarya, complementair .......... komplementer

primary, primair .................................. primer

(A)tion, (A) TIE (Belanda) menjadi ASI, SI

actiob, actie ................................. aksi

publication,publicatie ......................... publikasi

IC, ICS, IQUE, IEK, ICA (Belanda) mejadi IK, IKA

logic, logics ............................................ logika

technique, techniek ......................... teknik

IC, ISCH (sdjektiva Belanda) menjadi IK

electronic, elektronisch ........................ elektronik

ballic, ballisisch ................................. balistik

ICAL, ISCH (Belanda) menjadi IS

practical, practisch ....................... praktis

logical, logisch ................................ logis

IST menjadi IS

27
publicist .................................. publisis

egoist. .................................. egois

IVE, IEF (Belanda) menjadi IF

discriptive, descriptief ....................... deskriptif

demonstrative, demonstrstief .............. demonstratif

LOGUE menjadi LOG

cataloge .......................................... katalog

dialogue ......................................... dialog

LOGY, LOGIE (Belanda) menjadi LOGI

technology, technologie ............................. teknologi

analogy, analogie ............................. analogi

LOOG (Belanda) menjadi OG

analoog ............................ analog

epiloog ............................ epilog

OR, EUR (Belanda) menjadi UR, IR

inspector, inspecteur ............................ inspektur

smsteur ........................... amatir

TEIT (Belanda) menjadi TAS

university, universitet ........................... universitas\

quality, kwantiteit ............................ kualitas

URE, UUR, (Belanda) menjadi UR

structure, struktuur ........................... struktur

premature, prematuur ........................... prematur

28
serapan yang membingungkan misalnya

accu .......................... aki

effect .......................... efek

commission .......................... komisi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang


Informasi dan Transaksi Elektronik, berdasarkan keperluan-keperluan
tersebut, pusat bahasa pun membuat aturan pembentukan istilah
telekomunikasi ini karena telah banyak istilah masuk dalam ranah kosa
kata bahasa Indonesia.

Pembentukan istilah ITE telah diatur dalam INTRUKSI PRESIDEN


Tahun 2001 tentang penggunaan komputer dengan aplikasi komputer
bahasa Indonesia. Tata cara penyerapan istilah asing ke dalam bahasa
Indonesia berdasarkan beberapa ketentuan sebagai berikut :

1. delete ................................. hapus


2. exit ................................. keluar
3. cancel ................................. batal
Istilah asing yang dipadankan dengan bahasa Indonesia yang tidak
lazim seperti misalnya :
1. scan ................................. pindah
2. scanner ................................. pemindahan
3. hacker ................................. peretas
Istilah bahasa asing dipadankan dengan bahasa serumpun yang
tidak lazim misalnya :
1. discharge ................................ luah
2. download ............................... unduh
3. upload ................................ unggah
Istilah asing diserap ke dalam bahasa Indonesia :
1. Tanpa melalui proses penyesuaian ejaan
1.1. monitor
1.2. internet
2. Melalui penyesuaian ejaan
2.1. access ........................................... akses

29
2.2. computer .......................................... komputer
3. Melalui penyesuaian lafal
3.1. design .......................................... desain
3.2. manager .......................................... manajer

4, Melalui penyesuaian ejaan

3.3. management ............................... manajemen


3.4. architecture ............................... arsitektiur
4. Melalui pemahaman vocal akhir kata yang hanya berupa satu
suku kata, sekaligus dengan penyesuaian ejaan .
4.1. fact ......................................... fakta
4.2. norm ......................................... norma
4.3. byte .......................................... bita
Di samping berapa istilah sebagaimana tersebut ditemukan puls istilah yang
sudah dikenal (familier) di masyarakat seperti misalnya :
1. abolisi ..................................................... abolisi
2. amnesty .................................... amnesti
3. abritation .................................... arbitrase
4. case .................................... kasus
5. cipil .................................... sipil
6. client .................................... klien
7. dictum .................................... diktum
8. exception .................................... eksepsi
9. execusion .................................... eksekusi
10.fact .................................... fakta
11.ficsie .................................... fiksi
12.legislation .................................... legislasi
13.legitimacy .................................... legitimasi
14.public .................................... publik

30
BAB III

BAHASA HUKUM DAN BAHASA POLITIK

A. Bahasa Hukum
Bahasa hukum tidak mengutamakan gaya bahasa, tetapi
mengutamakan kepastian bahasa (arti kata). Tentu saja harus
kepastian, bahwa bahasa hukum itu tidak boleh lebih bersifat “
AMBIGU” (mengandung multi tafsir / makna atau mendua ) Jika terjadi
keambiguan penggunaan bahasa , maka akibatnya akan terjadi ketidak
pastian hukum. artinya lepas dari tujuan hukum ( keadilan, kepastian
dan kemanfaatan ).
Bahasa hukum dilihat dari segi lingguistik adalah metabahasa,
artinya ragam ini merupakan kajian atau produk pemikiran yang tidak
terbatas pada bahasa saja tetapi melibatkan ilmu lain. oleh sebab itu di
dalam praktik hukum kalimat-kalimatnya sebenarnya harus ditafsirkan
terlebih dahulu. Penafsiran-penafsiran tersebut bervariasi bergantung
dari sudut mana kepentingan hukum itu berlaku.
Bahasa yang ambigu dapat mengandung banyak penafsiran,
sehingga maksud yang dikemukakan kemungkinan tidak tercapai. Hal
ini jelas merugikan bagi seorang profesional hukum dan penegak
hukum.
Apa itu ambigu ?. adalah kata frase, atau kalimat yang
mempunyai lebih dari satu makna. Dalam linguistik disebut juga

31
POLISEMI . Sementara itu ambiguitas adalah sifat konstruksi yang
dapat diberi lebih dari satu tafsiran. Hukum menggunakan kata-kata
yang bersifat ambigu, sehingga banyak pengertian yang dapat
ditafsirkan . Dalam membuat suatu kalimat, bahwa bahasa Indonesia
mengenal dua macam :
1. Denotasi = dalam arti sebenarnya = normatif
2. konotasi = arti denotasi yang mendapatkan arti tambahan (denotasi
+) Pada umumnya jika ditelusuri kata-kata ilmiah dalam kamus,

maka mencari arti secara harafiah dengan menggunakan denotasi.


Sementara ketika kita berbicara atau menuliskan suatu kalimatyang
digunakan untukmenyesuaikan konteks kalimatnya kita memakai
konotasi.

Misalnya digunakan istilah “ Mengamankan “ . secara sematik


mengandung arti :

1. saya mengamankan rumah saya. artinya saya melakukan suatu aksi


supaya rumah saya aman
2. Bagaimana dengan kalimat ini “ ABRI (lama) mengamankan
Pancasila dan UUD NRI 1945 dari ekstrem kiri dan ekstrem kanan.

makna kalimat tersebut, bukan berarti Pancasila dan UUD NRI 1945
menjadi aman, melainkan “ penguasalah yang menjadi aman. Disini
terlihat bahwa penguasa mempermainkan bahasa melalui kata
“MENGAMANKAN’ yang berkonatasi kekerasan untuk membatasi dan
menekankan kebebasan rakyat dalam menyatakan pikiran dan
perasaannya. Sementara itu hukum dijadikan alat untuk melegalkan
istilah-istilah tersebut.

Konotasi yang baik misalnya : pada kata – kata PERWIRA, TNI


AD, AL, AU, . sebaliknya konotasi yang buruk atau negatif misalnya :
GEROMBOLAN, LASKAR / KELOMPOK BERSENJATA, TEROR,
MEMBUNUH / merampok penduduk sipil serta mengacaukan
keamanan dengan tujuan memisahkan diri untuk mendirikan negara
sendiri yang merdeka terlepas dari NKRI mereka disebut GPK ( Gerakan
Pengacau Keamanan ). Dalam arti denotasi, kata gerombolan (positip)
adalah kelompok atau kumpulan orang (grup).

32
Kesulitan untuk mengerti bahasa hukum adalah karena bahasa
hukum itu bersifat EKSOTERIS artinya bahwa bahasa hukum itu hanya
dapat dimengerti oleh mereka yang belajar hukum. Sulitnya bahasa
hukum juga seringkali membuat masyarakat, khususnya praktisi
hukum, berhadapan dengan masalah-masalah multiinterprestasi
(ambigu). (kalau begitu bisa dikatakan hukum itu sombong, karena
hanya bisa dimengerti terbatas pada mereka yang belajar hukum).

Menurut kurniawan (2002) bahwa hukum harus dibuat lebih


mudah, jika memang negara ini mengakui bahwa kekuasaan ada di
tangan rakyat. Maka seharusnya seluruh rakyat mengerti akan aturan
negara yang berlaku terhadapnya. Hukum itu harus disusun , sehingga
jangan hanya dapat dimengerti oleh mereka yang mempelajarinya,
tetapi rakyat biasapun mengerti hukum.

B. Bahasa Politik

Bahasa politik adalah bahasa yang digunakan oleh para politisi


dalam menjalankan kekuasaannya, baik di pemerintahan maupun di
partai-partai politik , bahkan politik sering juga disebut dengan
bahasa “kekuasaan” karena digunakan sebagai alat kekuasaan bagi
orang-orang yang mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi
seseorang atau selompok orang.

Bahasa politik memiliki ciri “bersifat retorika”, artinya bahasa


yang memiliki kekuatan (power) untuk mempengaruhi, atau bahasa
yang digunakan sebagai kekuasaan. Agar orang lebih percaya baik
bagi dirinya sendiri, maupun bagi orang lain.

Bahasa politik maupun bahasa hukum sifatnya sama yaitu


“ambigu” (multi tafsir) tergantung dari sudut pandang mana bahasa
itu dipergunakan. Keambiguan bahasa politik lebih kental sebab
bahasa politik antara benar dan salah sangat beda tipis sekali
perbedaannya, sehingga harus cermat dan hati-hati memaknai
bahasa politik.

Dalam kesan bahasa politik penyampaiannya dilakukan dengan


cara-cara :

33
1. ringkas
2. berani
3. mudah diingat
Tahun 2018 adalah tahun politik, sebab pada tahun tersebut
adanya beberapa calon presiden yang akan bermunculan menjadi
calon definitif merebutkan presiden periode 2019 –2024 (lima tahun
ke depan). Harapan kita semua semoga kampanye yang disajikan
bukan menyerang pribadi calon, tetapi lebih mengedepankan visi,misi
dan tujuan yang hendak dicapai. Walau demikian kita tidak bisa
memungkiri bahwa seperti yang dikatakan oleh Masawelli bahwa
untuk mencapai sebuah tujuan dalam berpolitik “tujuan
menghalalkan semua cara”.
Dalam memilih bahasa politik harus tepat sebagai misal slogan-
slogan yang pernah disampaikan para calon presiden :
1. yusuf Kalla ........... Makin cepat makin baik
2. Susilo B. Yudoyono ................ Lanjutkan
3. Susilo diserang ........... lanjutkan terus korupsi di semua lini
pemerintahan
4. lanjutkan terus kenaikan BBM
Istilah politik yang diplesetkan yang memilki arti negatif adalah :
1. Poli + tikus (banyak tikus)
2. UUD = ujung-ujungnya duwit
3. KKN = kanan kiri nuntun
4. KUHP = kasih uang habis perkara
5. ABS = asal bapak senang (yesman)
Seyogyanya dalam penggunaan bahasa politik maupun hukum
diusahakan menggunakan bahasa yang sudah baku, diketahui orang
banyak tidak menimbulkan interpretasi lain. Dalam bahasa baku
tersebut mendukung adanya 4 fungsi :
1. fungsi pemersatu
2. fungsi pembawa kewibawaan(menggunakan bahasa yg
konsisten)
3. fungsi pemberi kekhasan (perasaan kepribadian)
4. fungsi sebagai kerangka acuan

34
C. Perbandingan Bahasa Hukum dengan Bahasa Politik
Sampai dengan sekarang ini Bahasa politik masih mendominasi
bahasa hukum, sehingga adanya kesan bahwa “Politik menjadi
panglima”. Mestinya, bahasa hukum yang mendominasi politik, sebab
ketika berubah menjadi hukum, maka hanya ada satu kata ketaatan
yaitu hukum, bukan sebaliknya dibolak-balik.Realita di dalam
masyarakat sering terjadi misalnya sumbangan sukarela, berubah
menjadi wajib (dalam bahasa politik). dan bentuk-bentuk lainnya
yang pada hakekatnya adalah memplintir bahasa hukum menjadi
bahas politik.
D. Bahasa Hukum yang bernuansa Politik
Bahasa hukum yang bernuansa politik ini bisa kita lihatkan
dalam Pasal 7 UUD 1945 (sebelum perubahan) bahwa :

Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama lima tahun,


dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Dalam pasal tersebut kata
“sesudahnya” mengandung arti bahwa presiden dan wakil presiden boleh
dipilih kembali setelah menjabat selama lima tahun. Bukan berarti
mereka dapat memerintah sesudah sepuluh tahun , lima belas tahun, dua
puluh tahun , dan seterusnya. Jadi mereka hanya dapat memerintah dua
kali berturut-turut, Bunyi pasal tersebut sebenarnya sudah jelas, tetapi
diotak atik menjadi salah kaprah, sehingga akhirnya nuansa politiklah
yang terjadi, mengantarkan Soeharto menjadi Presiden selama 32 tahun.

Setelah perubahan : Presiden dan wakil presiden memegang jabatan


selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan
yang sama hanya untuk waktu satu kali masa jabatan.

Contoh lain seperti Pasal 22 alinea kedua Undang-Undang Nomor 31


Tahun 1997 tentang Pengadilan Militer berbunyi sebagai berikut :

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak


melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tidak sekali-kaliakan menerima
langsung atau tidak langsung dari siapa pun juga suatu janji atau
pemberian

Frase tidak sekali-kali ( yang tidak diperbolehkan itu sekali saja, jadi kalau
berkali kali boleh dong) dalam pasal tersebut kental muatan politiknya.
35
Masyarakat menjadi mahfum negara kita termasuk negara terkorup di
dunia sebab sumpah jabatannya pun berbunyi sepert itu. Pantas saja KKN
sulit diberantas jika sumpah jabatan berkonotasi seperti itu. Sebaiknya
frase kata sekali-kali dihilangkan saja, Dalam bahasa hukum harus
dihindari nuansa politik sepertiitu karena penafsirannya akan mengubah
pandangan masyarakat tentang penegakan hukum . Kemudian bentuk
kata siapapun juga mengandung makna yang mubazir karena kata pun
dengan juga pengertiannya sama mengambil saja salah satu, yaitu
siapapun atau siapa juga.

Coba perhatikan bunyi alinea terakhir pada pasal yang sama “ saya
bersumpah / berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya
ini dengan jujur, saksama, dan dengan tidak membeda-bedakan orangdan
akan berlaku dalam melaksanakan kewajibansaya sebaik baiknya dan seadil-
adilnya seperti layaknya bagi seorang ketua, menegakkan hukum seadil-
adilnya. Frase dengan “tidak membeda-bedakan orang mengandung nuansa
politilk. Seorang hakim yang tidak jujur frase ini dapat dipermainkan .
Memang benar mereka tidak akan melanggar sumpah jabatannya jika
orangnya yang tidak dibeda bedakan, tetapi bagaimana dengan kedudukan,
atau jabatan seseorang ?. selama ini kita ketahui bahwa perbedaan
kedudukan atau jabatan seseorang dapat mempengaruhi keputusan dalam
pengadilan atau bahkan kasusnya tidak akan sampai ke pengadilan
(peristiwa mendagri Yogi SM tentang kasus pasar jayapura yang tidak dapat
diexecusi karena diintervensi Mendagri melalui Ketua Pengadilan selaku
bawahan Yogi SM selaku ketua Korpri). Dalam penjelasannya kembali
maksud frasa tesebut, agar tidak terjadi lagi penafsiran yang keliru dari
masyarakat, karena ketidakpercayaan terhadap penegagak hukum, ada
baiknya bahasa hukum dibenahi, agar lebih jelas maksud daripada
pembentuk undang-undang dan tidak menimbulkan multi tafsir.

E. Politik Pencitraan Pada Praktik Hukum


Rezim pemerintah yang berkuasa selalu memikirkan cara bagaimana
kekuasaan itu bisa bertahan dan diterima oleh seluruh rakyat dengan
legitimasi yang kokoh, dengan segala cara yang dihalalkan (Nicolo
Masiawelli).

36
Fauzi mangatakan bahwa pencitraan positif seorang penguasa akan
terus berjalan sebagai strategi yang ampuh dalam meraup dukungan publik
secara luas, pola kerjanya mengedepankan peranan media dan kecanggihan
teknologi, sehingga terbuka pula kesempatan dan peluang bagi praktik
kekuasaan yang mengedepankan penguasa atas simbol danjuga kekerasan
secara simbolis (misal film G.30S.PKI) sebagai pencitraan yang dapat
mengantarkan Soeharto berkuasa selama 32 tahun digunakan sebagai
propaganda kekuasaannya.
Telah menjadi keniscayaan sejarah bagi setiap ORDE kekuasaan untuk
menciptakan sistem simbol yang mencerminkan identitas yang khas seperti
misalnya rezim :
1. Orde lama Soekarno memproduksi wacana NASAKOM (nasional agama
dan Komunis) sebagai konsentrasi simbolik yang bertujuan
menyatukan komponen kekuatan politik
2. Orde Baru Soeharto menciptakan wacana “Pembangunan”
(developmentalism)
3. Susilo Bambang Yudoyono menciptakan good governance simbol
utama mempresentasekan cita-cita besar pemerintahan
4. rezim kekuasaan seringkali juga mencitrakan dirinya dengan bahasa-
bahasa simbolik seperti “Penyambung Lidah Rakyat, Ratu adil, bapak
pembangunan, orang terdepan dalam pemberantasan korupsi. dan
lain-lain.
Simbol mengandung kekuatan untuk membentuk wajah realitas, kaitan
itu tersimpan dalam proseskategorisasi, penilaian, dan pemaksaan ide-ide
tertentu kepada obyek yang ditafsirkan simbolis.
Politik pencitraan Hukum itu bisa membuat hukum menjadi kabur, karena
diopinikan pencitraan itu menjadi jelek. akibatnya bisa mempengaruhi
kemandirian hakim dalam membuat Keputusan. misalkan yang baru terjadi
penistaan agama oleh Mantan Guburnur DKI ( Ahok) yang menurut
obyektivitasnya tidak seburuk yang dicitrakan, dengan adanya tuntutan jaksa
pidana percobaan, tetapi hakim memutus 2 (dua) tahun penjara.

37
B A B IV

PENGGUNAAN BAHASA DALAM PRAKTIK HUKUM

A. Bahasa dalam praktik Hukum


Hukum dapat berbicara dan didengar masyarakat melalui
bahasa. Bahasa dapat diinterprestasikan sesuai dengan kebutuhan.
Bahasa hukum adalah bahasa yang sarat dengan makna nuansa
dan makna konotasi, sehingga kebanyakan produk hukum sulit
dipahami masyarakat. Sebenarnya bahasa merupakan motornya
suatu komunikasi, maka bahasa dimengerti oleh semua pihak yang
terlibat didalamnya. Komunikasi akan menjadi lancar bila ditunjang
oleh struktur gramatika yang baik dan daya nalar yang teratur.
Gorys keraf (1979 : 48 – 49) mengatakan bahwa struktur
gramatika yang baik bukan merupakan suatu alat untuk
merangkaikan sebuah pikiran atau maksud dengan sejelas-jelasnya,
akan tetapi ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam
pemakaian suatu bahasa. Unsur lain ini adalah penalaran
ataulogika. Jalan pikiran pembicara turut menentukan baik
tidaknya kalimat seseorang, mudah tidaknya pikirannya dapat
dipami. Penaran yang dimaksud disini adalah kegiatan bernalar
atau berfikir berdasarkan aturan logika, berpikir logis artinya
bepikir secara teratur kegiatan analisis.
Sehubungan dengan hal tersebut, bagi orang-orang yang
mempelajari ilmu hukum, kemampuan melatih daya nalar itu
memerlukan perhatian yang lebih. Ini tidak terlepas dari hukum itu

38
sendiri. Hukum merupakan produk pemikiran. Pemikiran baru
stabil apabila ditunjang oleh struktur bahasa.
Kebakuan bahasa merupakan syarat utama bagi semua ragam
bahasa ilmu, termasuk hukum kebakuan ini menunjang proses
berpikir yang logis, karena bahasa baku mengandung daya nalar
yang benar dan freksibel (luwes). Bahasa baku sendiri bukan harga
mati untuk selamanya (lihat akta notaris bisa berubah tergantung
dari kreatifitas notarisnya) . Setelah berjalan beberapa waktu
bahasa baku dapat ditinjau ulang atau diubah. Kefleksibelan
bahasa baku dapat kita lihat dalam ragam bahasa hukum. Hal ini
disebabkan ragam bahasa hukum mempunyai ciri khas yang
berbeda dengan bahasa pada umumnya.
Misalkan Undang-Undang merupakan salah satu contoh karya
praktisi hukum yang menggunakan pola pikir yang runtun.
Bahasatulis ini merupakan salah satu ciri khas bahasa hukum.
Terlihat pada sistimatika penulisannya. Mulai dari Bab, pasal, angka
(dalam Pasal 1,1, 2 ) dan ayat (1) dalam pasal berikutnya. Kata-kata
menimbang...(filosofis), mengingat.....(yuridis), memutuskan
(sosiologis), menetapkan, yang sering dijumpai dalam membuat
Surat Keputusan, maupun putusan pengadilan. Identitas seperti
inilah yang merupakan ciri dari bahasa hukum.
Problem bahasa hukum sebenarnya terletak pada proses
penyusunan aturan hukum. Bahasa hukum yang dipakai dalam teks
Bahasa hukum itu mengutamakan ketepatan makna. Yaitu makna
yang ditulis sama dengan makna yang dibaca oleh siapapun.
Akhirnya kalimat hukum yang diproduksi menjadi begitu panjang.
Kurang dimengerti maknanya menjadi kabur karena terlalu banyak
penafsiran. Apabila kalimat-kalimat hukum lebih sederhana
sebenarnya akan memudahkan dalam penegakan hukum.
Penafsiran hukum adalah salah satu jalan dalam memaknai arti dari
kata-kata yang dikandung dalam kalimat hukum yang diproduksi.
Misalkan dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) : barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama
sekali atau sebagian termasuk kepunyaan, dengan maksud akan
memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, kerena

39
pencurian, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900 ,oo
Kalimat tersebut adalah jelas yakni mengambil barang
orang, sebagian atau seluruhnya, dengan maksud untuk memiliki,
dengan melawan hak orang lain, dihukum karena pencurian.
Kadang kala ditemukan dalam bahasa hukum, terlalu panjang
dan berbelit yang sebenarnya bisa dibuat sederhana seperti
misalkan dalam surat kuasa berikut ini:
1. Advokat, Pengacara dan Penasehat hukum, baik bersama-
sama maupun sendiri-sendiri berkantor pada advokat &
pengacara Priyadi, SH & rekan di Balikpapan, setempat
dikenal umum, Jalan Wijaya Kusumah Balikpapan.
2. Untuk itu diberi kuasa, dikuasakan, untuk menghadap dan
menghadiri semua persidangan di Pangadilan Negeri
Kelas !A Balikpapan, menghadap pejabat-pejabat dan
hakim-hakim, instansi-instansi, meminta dan atau
memberikan segala sesuatu keterangan yang diperlukan
membuat, menandatangani dan mengajukan surat-surat,
permohonan-permohonan, jawaban-jawaban, mengajukan
gugatan balik (rekonvensi) dan segala sesuatu hal yang
berkaitan dengan rekonvensi tersebut. Kesimpulan-
kesimpulan (konkluasi-konklusi)mengajukan dan atau
menolak sanksi-saksi, meminta penetapan-penetapan,
putusan-putusan, mengadakan perdamaian dengan segala
syarat yang dianggap baik oleh yang diberi kuasa dan yang
tidak bertentangan dengan hukum dan undang-ndang,
melakukan segala sesuatu hal upaya dan atau pekerjaan
yang penting, perlu dan berguna yang umumnya dapat
dilakukan dan dikerjakan oleh kuasa/wakil dalam
menjalankan perkara tersebut di atas untuk dan atas nama
serta kepentingan pemberi kuasa tersebut diatas,
mengajukan memori maupun kontra memori, dalam
bidang banding maupun kasasi, dan upaya hukum
penijauan kembali (PK)............ apabila diperlukan suatu

40
kuasa yang lebih khusus dan terperinci, maka kata demi
kata dinyatakan telah termuat dalam kuasa ini.......
Pada penyebutan identitas penerima kuasa terbaca adanya kata-kata yang
rancu karena sulit untuk menangkap maksudnya, yaitu setempat dikenal
umum, jika yang dimaksud adalah untuk menunjukkan alamat kantor
advokattersebut seharusnya diganti saja dengan kata” depan di. kata
setempat berasal dari kata dasar tempat yang berarti ruang diberi awalan se
yang bila disusun berarti satu tempat atau satu ruangan. jadi kalau kata
setempat dikenal umum, itu dimaksudkan kedalam kalimat hukum tersebut
maka akan mempunyai maksud “ satu tempat dikenal umum” dan kelompok
kata ini tidak berhubungan dengan identitas penerima kuasa jadi kalimat
nya menjadi kurang nalar, yang dapat mengaburkanmaksud dari isi bahasa
hukum tersebut.
Kata diberi kuasa dengan dikuasakan, segala sesuatu hal, tersebut
diatas sebenarnya, jika dicermati kata diberi kuasa dengan dikuasakan
adalah dua hal yang maknanya berbeda, yaitu yang diberi kuasa adalah
orangnya (pengacara) dan yangdikuasakan adalah perkaranya, akan tetapi
bentuk kata dikuasakan diikuti dengan kata untuk menghadap, siapa
sebenarnya yang harus menghadap ?. (pengacara acau perkara) . Begitu juga
dengan segala sesuatu hal / itu menunjukkan bentuk kata yang berlebihan
karena maksud yang sama disatukan, yaitu segala sesuatu dan segala hal.
Apalagi kelompok kata segala sesuatu hal upaya. penambahan upaya ini
lebih boros kata lagi karena dengan menyebutkan segala upaya saja sudah
memenuhi makna yang dimaksud. Selanjutnya kelompok kata tersebut
diatas (seharusnya di atas), kedua kata ini mempunyai maksud yang sama
sebelumnya. Dalam pembakuan bahasa Indonesia kedua kata itu tidak
usah disatukan penulisannya, lebih baik salah satu saja yaitu : tersebut atau
di atas,karena tersebut pasti menunjuk di atas bukan sebaliknya di bawah
Ada beberapa kata yang mubazir dalam kalimat-kalimat hukum yang
lain karena digunakan terlalu berlebihan misalnya agar supaya, yang pada
pokoknya sebagai berikut, adalah merupakan’ Kata-kata ini maksudnya sama
jadi sebaiknya salah satu saja bukan keduanya digunakan dengan arti/makna
yang sama. untuk menghindari penggunaan kata-kata yang boros, kata-kata
yang demikian itu sering digunakan dalam prakti hukum dan beberapa
putusan pengadilan.

41
Kembali ke pasal 362 KUHP (adanya pemborosan kata ) :
barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian
termasuk kepunyaan, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan
melawan hak, dihukum, karena pencurian, dengan hukuman penjara selama-
lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,oo
Perbaikan menjadi kata yg tidak boros :

Barang siapa mengambil sesuatu barang kepunyaan orang lain dengan


maksud memiliki barang itu dipenjara selama-lamanya lima tahun atau
denda sebanyak-banyaknya Rp.900.oo.

Menurut Badudu (1988 : 43), secara penuh mungkin kita tidak dapat
menghindar pengaruh bahasa Belanda, tetapi kita harus berusaha benar agar
pengalihannya kedalam Bahasa Indonesia. Kurangnya penguasaan bahasa
Indonesia yang baik oleh penterjemah menyebabkan terjemahannya dari
bahasa Belanda bersifsat terjemahan harafiyah, sehingga sering
“mengganggu” pemahaman tulisan itu.

Kekurang cermat bahasa hukum sebagai penambahan “geatan


memilih kata adalah salah satu masalah yang membuat kalimat-kalimat
menjadi tidak logis, ini lebih parah lagi, setelah kalimat-kalimat tersebut
menjadi milik publik, mereka menjadi terbiasa mendengarnya dan merasa
bahwa kalimat-kalimat tersebut menjadi seolah-olah baku, ke dapannya para
praktisi hukum termasuk mahasiswa yang masih belajar di bangku kuliah
tidak terpengaruh oleh kebiasaan yang salah kaprah tersebut, untuk itu kita
selalu mengembangkan daya nalar dan lebih kritis menyikapi hal-hal yang
salah tersebut.

Faktor utama kesalah kaparahan penggunaan bahasa Indonesia di


publik ini faktornya adalah peran serta media cetak maupun elektronik yang
dari sisi bahasa komunikasi benar, tetapi dalam bahasa baku tulis tidak
benar, untuk itu kita senantiasa secara terus menerus selalu belajar dan
belajar.

Pada era abad sekarang ini (abad 21) sebenarnya hukum harus
dinikmati secara instan, maksudnya, semua produk hukum dapat dengan
mudah dimengerti, dipahami, dijalankan dan dapat meringankan pekerjaan
praktisi hukum.
42
Ada beberapa keuntungan jika kita mengembalikan bahasa pada posisi
sebenarnya :

1. kita tidak akan kehilangan ciri khas bahasa hukum sebagai


penambahan “gengsi” atau harga diri, profesional hukum karena kita
masih mempertahankan sistematika penulisan hukum
2. jika terjadi komunikasi dua arah sebenarnya sudah dapat meringankan
pekerjaan para profesional hukum
3. jika kalimat-kalimat hukum dibuat lebih sederhana, maka tidak akan
terjadi lagi multi tafsir (ambigu) yang akan membingungkan praktisi
hukum dan masyarakat pengguna hukum dan,
4. jika mengadopsi kalimat-kalimat asing lebih baik tidak mengadopsi
sistem gramatikanya, karena gramatika bahasa Indonesia berbeda
dengan gramatika bahasa asing ( lihat bab sebelumnya : Pengusaha
wanita = Wanita pengusaha dan wanita polisi = Polisi wanita ).

Bahasa Hukum berbeda dari bahasa keilmuan lainnya, sebagai bahasa.


Bahasa hukum mempunyai kelebihan istilah-istilahnya. Bahasa hukum
sarat dengan makna harafiah dan pembatasan yang akurat, sehingga
diharapkan hilangnya ambiguitas dan diperolehnya kepastian hukum. Jadi
arti kata yang tidak terbawa tetapi tidak dikehendaki harus ditanggalkan.
Hal ini dilakukan demi menunjang hukum yang normatip, melembaga,
dan mempunyai daya paksa. Tujuannya adalah untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan, agar kehidupan di dalam masyarakat tertib,
teratur tenteram dan damai.

Dalam menunjang kepastian hukum, bahasa hukum mempunyai


beberapa fungsi :

1. sebagai aturan
2. pemberi khasanah
3. pembawa kewibawaan hukum (arti yang pasti)
4. kerangka acuan bagi profesional dan teori hukum serta
5. memerkaya kosa kata dalam bahasa Indonesia pada umumnya.

B. Bahasa Notaris dalam akta

43
Dalam bahasa notaris mulai abad 20-21 sampai sekarang belum
pula mengalami perubahan menjadi bahasa yang fleksibel bahasa yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasar (masyarakat), masih bertumpu
pada bahasa hukum yang ragamnya itu-itu saja.
Ada beberapaan alasan mangapa bahasa hukum notaris tidak
mengalami perubahan :
1. mereka meyakini bahwa ini adalah bahasa hukum yang sudah
menjadi ciri khas bahasa notaris. anggapan ini hampir senada
dengan produk-produk hukum lainnya, yang sebetulnya
anggapan tersebut, sudah harus berubah segera karena salah
kaprah ;
2. mereka memanfaatkan bahasa untuk menjual produknya.
karena ada anggapan bahwa jika jumlah halamannya semakin
banyak, maka uang yang didapatpun semakin banyak.
3. sudah terbiasa, sehingga mereka tidak tahu bahwa bahasa yang
mereka gunakan tersebut adalah bahasa yang tidak taat asas.
4. kerja notaris seperti robot, tinggal meniru format dari
Kementerian Hukum dan HAMsepertinya harga mati, mereka
tidak sadar bahwa format yang ada belum tentu sempurna, dan
perlu koreksi menyesuaikan siatuasi dan kondisi’
Akibatnya bahasa hukum dianggap tidak mengungkapkan keasliannya
bahasa Indonesia, sehingga seolah-olah tidak sejalan dengan bahasa
umumyang digunakan oleh masyarakat.Dengan demikian bahasa
hukum menjadi bahasa yang sulitdipahami( sombong ). Anggapan
tersebut harus segera dikikis dan kita harus menyadari bahwa ilmu
yang sejati itu harus terbuka terhadap kritikan yang membangun atau
menyempurnakan termasuk bahasa hukum.
Hukum hanya dapat berjalan efektip manakala dirumuskan
dengan tegas mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam suatu
masyarakat ini harus dapat dikomunikasikan dengan baik pada subyek-
subyek hukum yang dituju. Apabila anggota masyarakat tidak
memahami makna ketentuan hukum yang dirumuskan , dapat diduga
bahwanakibatnya akan menyebabkan aturan hukum tersebut tidak
berjalan sesuai yang diharapkan. Demikian halnya apabila hukum tidak
dirumuskan dengan jelas dan para pelaksana di lapanganpun tidak

44
memahaminya, hal ini berpengarauh pada penegakan hukumnya
(polisi, jaksa, hakim, dan KPK , advokat).
Bahasa notaris dalam akta selalu berulang-ulang dengan
menyebut dirinya notaris yang dalam aspek penggunaaan bahasa
terlalu boros, mestinya hanya menyebut dirinya sekali saja dalam
kalimat berikutnya tidak lagi disebut hal ini sama dengan ciri khas
penulisan ilmiah yang hanya sekali menyebut untuk menghindari
kalimat yang boros. Hal inilah yang disebutkan notaris yang tidak
kreatip dan hanya menyalin format dari Kementerian MENKUMHAM
yang ada dari hari ke hari, tahun ke tahun tidak ada perubahan. Untuk
itu sementara orang mengatakan pekerjaan Notaris itu hanya meniru
saja yang sulit sebatas mencapai gelar Kenotariatannya.
untuk itulah mulai sekarang bahasa hukum dibuat semakin
sederhana tidak menimbulkan multitafsir, dan tidak menimbulkan
kebingungan masyarakat. Dengan demikian, para praktisi hukum
harus ikut serta memperbaiki keadaan ini, termasuk notaris.

C. Bahasa Hukum Dalam produk perundang-undangan

Peraturan perundang-undangngan apapun bentuknya adalah


mengandung wibawa yang sangat tinggi bagi pemerintah dan negara. Karena
itu naskah perundang-undangan harus mencerminkan bahasa hukum
masyarakat agar lebih difami dengan bahasa hukum yang sederhana. Yang
karang kali mengandung arti yang ambigu misalnya :

kata mengikuti = tidak harus di belakang yang berjalan atau di depannya.


Praktisi hukum dalam KUHP : barang siapa yang ,mengikuti orang lain terus
menerus sehingga orang tersebut terganggu

Sanksi orang tersebut dihukum 12 bulan. Kata mengikuti mempunyai


pengertian mengawasan karena tidak hanya menguntit, tetapi memonitor
dari segala arah.

Dari redaksi tersebut pengertian “Mengikuti” dalam bahasa hukum


adalah mengawasi, kalau menggunakan bahasa hukum yang baik dan benar
“pengertian mengikuti” lebih tepat bahasa hukumnya adalah “Mengawasi”
sehingga jelas arti yang dikandungnya. Dengan catatan jika bahasa Indonesia

45
sudah ditemukan padanannya, jika tidak ada apa boleh buat bahasa hukum
digunakan dengan bahasa lain seperti “ mengunduh” (Jawa) .

Bahasa tulis yang baku hukum seperti misalnya : Menimbang............


Mengingat............., memutuskan, .......... menetapkan, ......... Bab..... Pasal....

ayat......, dst.

Bahasa isyarat seperti yang dilihat dalam rambu-rambu lalu lintas.


Kecirikasan hukum disini adalah dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat bagimana mematuhi aturan hukum di jalan raya kongkritnya :

1. lampu warna kuning = bersiaplah untuk berhenti atau jalan


2. lampu warna hijau berjalan
3. lampu warna merah berhenti
Ke depannya produk hukum yang dibuat lebih sederhana, tidak banyak
membuat penafsiran karena itu ada baiknya produk hokum dibuat arti yan
gtunggal (denotasi) l seperti contoh di atas . bukan dijadikan arti konotasi
(ambigu).

D. Makna Praduga Tak Bersalah pada produk perundang-undangan

Bahasa dijadikan sarana untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan


tentang hukum, mengemas dan merumuskan produk-produk hukum,
sehingga dapat dikatakan bahwa hukum atau sistem hukum itu merupakan
suatu sistem komunikasi yang memanfaatkan bahasa. Bahasa umum
menjadi bahasa hukum ketika kata-kata dari bahasa umum dimasukkan
(diadopsi) atau digunakan dalam rancangan suatu produk hukum oleh
pembuatnya konsekwesinya jika bahasa Indonesia umum digunakan oleh
Bahasa Hukum. maka kemungkinan memiliki arti lain, seperti yang sudah
dikemukakan di depan arti denotasi “Mengikuti’ = menguntit , sedangkan
dalam arti hukum = mengawasi (konotasi).
Bahasa hukum yang baku sering kita lihat untuk memberikan definisi
beberapaarti di dalam perundang-undangan yang semula diadop dari bahasa
Indonesia umum seperti misalnya yangsering dilihat dalam Pasal 1 angka
1..dst itu menunjukkan bahasa Indonesia umum yang digunakan dalam
bahasa hukum, hal tesebut digunakan dengan masud :
46
1. tidak terjadi mengulang-ulang dalam bahasa perundangan yang
dipakai (tidak boros kata)
2. lebih memudahkan pembacanya
3. mudah diingat

Praduga tak bersalah sama padananya dalam penelitian yang menggunakan


metode kwantitatif (statistik) yang artinya jawaban sementara dalam
pengertian hukum sebelum adanya putusan yang memiliki kekuatan hukum
tetap (inkrach van gewijde) .

Di setiap pasal KUHP selalu didahului kata kata “ Barang siapa “, kata-
kata barang siapa ini mengandung unsur hipotesa, karena jika ada seseorang
yang melakukan tidak kejahatan tersebut, masih disebut tersangka. Disini
pelaku belum dinyatakan bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang
memilki kekuatan hukum yang tetap (inkrach van kewijde) Proses
hukumlah yang membuat pelaku menjadi tersangka atau terpidana adapun
proses akhir dari hukum terhadap pelaku sesuai dengan ketukan palu hakim .
Vonis hakim inilah yang merupakan jawaban akhir untuk pelaku kejahatan
menjadi terpidana ataupun denda sebagai batasan pelaku melakukan pidana
atau tidak.

Hipotesa merupakan salah satu bagian dari struktur bahasa hukum


yang digunakan sebagai salah satu alat mengkomunikasikan hukum kepada
masyarakat dalam bentuk produk perundang-undangan. Pada praktinya
hipotesis bertujuan untuk menegakkan suatu keadilan, bahwa seseorang
yang melanggar hukumpun dapat melakukan pembelaan sesuai dengan
syarat yang diatur dalam perundang-undangan.

Ciri hipotesis terdapat pada kata penanda. Yang kebanyakan disimpan


pada awal kalimat. Kata-kata penanda yang terdapat dalam produk-
perundang-undangan antara lain :

1. barang siapa
2. siapa saja
3. jika seandainya, apabila
4. atau bentuk kata aktif me

47
Sementara kata-kata yang sering digunakan praktisi hukum adalah patut
diduga, dugaan, tersangka, disangka dan lain-lain. Kata-kata penanda
hipotesis mempunyai pengertian khusus dalam hukum pidana yaitu praduga
tak bersalah, kata-kata tersebut adalah modalitas (cara) untuk menyatakan
hipotesis.

Hipotesis praduga tak bersalah ini ditujukan kepada :

1. Pelaku kejahatan (sebelum terbukti dia dipandang tidak bersalah )


2. hakim yang mengadili (seorang hakim dalam mengadili harus netral
3. masyarakat ( untuk tidak main hakim sendiri)

48
BAB V

SIMIOTIKA DALAM PENAFSIRAN HUKUM

A. Tanda Bahasa dalam Ilmu Hukum


Kata semiotika diturunkan dari bahasa Inggris “Semiotics” nama
lain “semiotika: adalah semiologi. Keduanya memiliki pengertian yang
sama, yaitu ilmu tentang tanda. Baik semiotika maupun semiologi
berasal dari bahaya Yunani yaitu “semeion” yang berarti tanda.
Bahasa dan hukum merupakan satu kesatuan . Bahasa hukum
harus memenuhi syarat-syarat hukum merupakan satu kesatuan.
Bahasa hukum harus memenuhi syarat-syarat serta kaidah bahasa
karena bahasa hukum mempunyai karakteristik tersendiri yang
menyebabkan sulitnya untuk memahaminya bagi orang yang tidak
belajar hukum. Rumitnya bahasa hukum ini kerena dipengaruhi oleh
bahasa asing terutama bahasa Belanda (Konkordansi). Dan kurangnya
mengetahui bahasa Indonesia sendiri serta masih ada anggapan bahwa
dunia hukum itu terlalu formal dan kompleks, serta masih adanya
ketidak percayaan masyarakat terhadap hukum pada umumnya.
Banyak persoalan hukum selama ini penyelesaiannya masih
kurang memuaskan, sehingga jika penyelesaian hukum tidak adanya
kesesuaian dengan opini masyarakat, akibatnya secara spontan akan
bereaksi terhadap putusan-putusan dalam masalah hukum yang
bertentangan dengan rasa keadilan.
Menurut Anthon F. Susanto bahwa hukum tidak dapat lepas dari
semiotika. Masukan yang sangat menarik dari semiotika hukum adalah
linguistic coordinate sistem (sistim dari semiotika) yang mendapatkan
bahasa dalam titik-titik tetentu berdasarkan tradisi, politik, struktur,
peran, dan berbagai pengaruh yang bercampur baur di tengah
masyarakat. Melalui telaah terhadap simbol-simbol tertentu,
komunikasi dan penafsiran, hukum akan selalu mengalami
kebaharuan. Semiotika dapat disebut sebagai ujung tombak dari
pemikiran hukum yang kreatif dan progresif.

49
Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa pekerjaan penafsiran
bukan semata-mata membaca peraturan dengan menggunakan logika
peraturan, melainkan juga membaca kenyataan atau apa yang tejadi di
masyarakat . Kedua pembacaan tersebut disatukan dan dari situ akan
muncul kreatifitas, inovasi, progresifisme . Di atas tafsir progresif
tersebut berisi paradigma hukum untuk manusia, yaitu hukum betul-
betul hadir untuk melayani manusia sebagai tuan bukan
memperbudak manusia dengan belitas semak belukar pasal-pasal
dalam undang-undang.
Contoh kasus, Seorang Perwira VS bintara dalam persidangan
Militer, dimana Bintara didakwa terbukti dan meyakinkan menembak
mati seorang yang dicurigai sebagai anggota Fretelin (Timtim)
Penembakan diluar prosedur hukum itu dilakukan dengan alasan
mematuhi perintah Perwira sebagai atasannya. Dalam persidangan
Bintara mengaku mendapatkan mandat agar soal ini “SEGERA
DIBERESIN”. Sebagai prajurit mendapatkan perintah dari perwira
sebagai atasannya, segera mengambil langkah siap melaksanakan apa
yang diperintahkan dengan kata diberesin. Dengan cara menembek
tawanan perang tersebut.
Ternyata, makna yang terekam dalam alam pikiran antara
Perwira dan Bintara tersebut berbeda.
1. Maksud Perwira yang diberesi adalah “urusannya”.
2. Maksud Bintara yang diberesi adalah orangnya (tembak mati)
Tentu saja Bintara tersebut menjadi seorang pembunuh karena
salah tafsir terhadap perkataan Perwiranya. Kata beresi, mengandung
makna “ ambiguitas” (multi tafsir) makna yang dibangun oleh kata
“diberesi” sangat dipengaruhi oleh konteks ruang dan waktu serta
kepentingan pewacana. Dalam hal ini Perwira dan Bintara memiliki
kepentingan yang sama untuk mendominasi satu sama lain dan
sesampainya di ruang sidang, pilihan rasional dijatuhkan pada arti “The
linguistic coordinating system yang yuridis daripada the linguistic
system yang militeristik, maka dengan mudah Perwira bergerak di aksi
kamus kata “ Beresi “ bukan bermakna dibunuh.
Jadi pengertian beresi mengandung makna “denotasi” arti
normatif yang sesungguhnya, akhirnya Bintara tersebut dikenakan

50
pidana penjara.sebab bintara tersebut menekankan yang sudah
manjadi tradisi di dunia peperangan beresin mengandung :
maknaditiadakan, dibinasakan, atau dibunuh.Sementara hakim dalam
pertimbangannya memaknai kata beresin menggunakan makna
“denotasi” makna yang berlaku umum yakni kamus.
Semiotika (kridalaksana) adalah salah satu bidang ilmu bahasa
yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda kebahasaan.
Masing-masing tanda merupakan hasil konseptualisasi wacana realitas
yang dilakukan oleh subyek yang terlibat. tanda bahasa dapat berupa :
1. kata-kata baik yang terucap maupun yang tertulis,
2. isyarat atau simbol (rambu-rambu lalin, kode morse,semapore,
gerakan anggota tubuh dalam pola tertentu)

Adapun tanda-tanda kebahasaan “linguistic signs” ialah kata-kata atau


syarat-syarat lain yang diucapkan secara lisan, yang mempunyai
maksud tertentu.

Sebagai ilmu tanda, semiotika merupkan salah satu cara agar


penafsiran hukum tidak terlalu melenceng (bias) dari harapan praktisi
maupun akademisi hukum. Bahasa hukum yang dibuat lebih sederhana
dengan tafsiran yang lebih berfokus , maka sudah dapat dipastikan
bahwa bahasa hukum akan lebih mudah dipahami, dengan bahasa
hukum yang lebih praktis dan sederhana para praktisi hukum tetap
akan mendapatkan materi yang sama.

B. Pergeseran Makna dan perubahan tanda dalam Bahasa Hukum


setelah terjadinya reformasi tahun 1998, maka terjadipergeseran
makna secara besar-besaran tidak terbatas pada kata hukum,
ekonomi, politik dan lain-lain, utamanya dipopulerkan oleh media
cetak maupun elektronik, yang tidak mengandung makna yang baku,
tetapi mengandung makna yang konotasi. Misalkan dalam istilah
kesehatan “ bahaya laten”, yang semula hanya terbatas penggunaan
istilah tersebut hanya untuk bidang kesehatan, yang artinya secara
denotasi adalah matinya kuman yang menyebabkan terjadinya
penyakit, tetapi berkembang dalam istilah hukum dan politik misalnya
komunis merupakan bahaya laten yang bermakna bahwa sebuah
ideologi itu tidak bisa mati yang abadi, tetapi secara konotasi ideologi
51
tersebut bisa bangkit manakala situasi dan kondisi, memungkinkan
akhirnya bisa bangkit kembali.
Demikian istilah lain kata “in absentia” dalam istilah hukum
mempunyai pengertian yang sedikit berbeda. Kata In absentia berasal
dari kata latin yang mempunyai pengertian “ putusan tanpa
hadirnyaterdakwa” atau putusan di luar hadirnya terdakwa”.
Perbedaan pengertian tersebut ada pada kata “tanpa dan di luar”.
Sebenarnya maksudnya sama yaitu ketidak hadiran terdakwa/tergugat
. Arti denotasi dari kata “tanpa” adalah tidak dengan, sedangkanarti
kata di luar adalah yang bukan didalam. Jadi jelaslah bahwa kata tanpa
dan di luar hanya dipahami oleh mereka yang berada di dalam
komunikasi yang bersangkutan yaitu para praktisi hukum .

B A B VI
52
MENAFSIRKAN DALAM ILMU HUKUM DAN BAHASA HUKUM

A. Penafsiran Ilmu Hukum


Agar dapat mencapai kehendak dari pembuat undang-undang
serta dapat menjalankan undang-undang sesuai dengan kenyataan
sosial, hakim menggunakan beberaa cara penafsiran antara lain :
1. Penafsiran undang-undang menurut arti perkataan (istilah) atau
disebut penafsiran gramatika
Antara bahasa dengan hukum terdapat hubungan yang erat sekali.
Bahasa merupakan alat satu-satunya yang dipakai pembuat
undang-undang untuk menyatakan kehendak. Karena itu, pembuat
undang-undang yang ingin menyatakan kehendaknya secara jelas
harus memilih kata-kata yang tepat. Kata-kata itu harus singkat.
Jelas dan tidak bisa ditafsirkan secara berlainan . Ada kalanya
pembuat undang-undang tidak mampu memakai kata-kata yang
tepat. Dalam hal ini hakim wajib mencari arti kata yang dimaksud
yang lazim dipakai dalam percakapan sehari-hari, dan hakim dapat
menggunakan kamus bahasa atau meminta penjelasan dari ahli
bahasa.
Misalkan hukuman mati sebagaimana tersebut, ditembak
sampai mati . sebab orang Indonesia kadang-kadang memiliki
ngelmu jika ditembak tidak mati karena memili kesaktian anti
tembak dll.
2. Menafsirkan undang-undang menurut “sejarah atau historis”
Setiap ketentuan undang-undang mempunyai sejarah (sejarah
hukum) atau sejarah peraturan perundang-undangan hakim
dapat mengetahui maksud pembuat undang-undang, terdapat
dua penafsiran sejarah :
2.1. Penafsiran menurut sejarah dan
2.2. sejarah penetapan sesuatu menurut perundang-undangan
3. Penafsiran undang-undang menurut sistem yang ada dalam hukum
atau penafsiran sistematik
Perundang-undangan suatu negara merupakan kesatuan, artinya
tidak sebuahpun dari peraturan tersebut dapat ditafsirkan seolah-
olah ia berdiri sendiri. Pada penafsiran peraturan perundang-
undangan selalu harus diingat hubungannya dengan peraturan
53
perundangan lainnya. Penafsiran sistematis tersebut dapat
menyebabkan, kata-kata dalam undang-undang diberi pengertian
yang lebih luas atau yang yang lebih sempit daripada pengertiannya
dalam kaidah bahasa yang biasa.
3.1. Hal yang pertama disebut penafsiran meluaskan
3.2dan yang kedua disebut penafsiran menyempitkan.
Kongkritnya penafsiran sistematik ini sebagaimana yang dapat
dilihat dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, dimana yang
satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang satu
kebawah menjiwai, sedangkan ke atas dijiwai oleh peraturan
yang lebih tinggi tingkatannya.
4. Penafsiran Undang-Undang secara sosiologis atau teleologis
Penafsiran undang-undang menurut cara tertentu, sehingga
undang-undang itu dapat dijalankan sesuai dengan keadaan sekarang
yang ada di dalam masyarakat.

setiap penafsiran undang-undang yang dimulai dengan penafsiran


gramatika harus diakhiri dengan penafsiran sosiologis. Apabila tidak
demikian, keputusan yang dibuat tidak sesuai dengan keadaan yang
benar-benar hidup dalam masyarakat, karena itu, setiap peraturan
hukum mempunyai sesuatu tujuan sosial yaitu membawa kepastian
hukum dalam pergaulan antara anggota masyarakat. wajib mencari
tujuan sosial baru dan peraturan yang bersangkutan, Apabila hakim
mencarinya. Masuklah ia ke dalam lapangan pelajaran sosiologi
melalui penafsiran sosiologi hakim dapat menyelesaikan adanya
perbedaan atau kesenjangan antara sifat positif dari hukum
(rechtspositiviteit) dengan kenyataan hukum (rechtswerkelijkheid),
sehingga penafsiran sosiologis atau teleogis.

5. Penafsiran otentik atau penafsiran secara resmi

54
Adakalanya pembuat undang-undang itu sendiri memberikan
tafsiran tentang arti atau istilah yang digunakannya di dalam
perundang-undangan yang dibuatnya. Tafsiran yang demikian ini
disebut penafsiran otentik atau tafsiran resmi. Disini seorang hakim
tidak diperkenankan melakukan penafsiran dengan cara lain selain dari
apa yang telah ditentukan pengertiannya di dalam undang-undang itu
sendiri. Kongkritnya sebagaimana yang dilihat dalam undang-undang
Contoh kongkritnya, Pengertain malam dalam Pasal 98 KUHP
ditegaskan sebagai “ masa di antara mata hari terbenam dan matahari
terbit”.
Penafsiran tentang Tata Cara pelaksanaan hukuman mati di
Indonesia yang dalam hal Pasal 1 PENPRES Nomor 2 Tahun 1964
ditegaskan caranya yaitu dengan cara ditembak.
model dimana setiap Pasal 1 angka 1, 2, 3 selalu menggunakan
penjelasan istilah-istilah resmi yang digunakan dalam undang-undang
tersebut. Baru kemudian Pasal 2 dan seterusnya ayat ayatnya (...)
seterusnya secara sosiologis mengatur substansi undang-undangnya.
6. Penafsiran Interdisipliner
Penafsiran jenis ini biasa dilakukan dalam suatu analisis masalah
yang menyangkut beberapa disiplin ilmu hukum. Disini digunakan
logika lebih dari satu cabang ilmu hukum . misalnya adanya keterkaitan
asas-asas hukum dari satu cabang ilmu hukum. Misalnya hukum
perdata dengan asas-asas hukum Publik.
7. Penafsiran multidisipliner
Berbeda dengan penafsiran interdisipliner yang masih berada
dalam rumpun disiplin ilmu yang bersangkutan, dalam penafsiran
multidisipliner seorang hakim harus juga mempelajari suatu atau
beberapa disiplin ilmu lainnya di luar ilmu hukum. Dengan lain
perkataan, disini hakim membutuhkan verifikasi dan bantuan dan lain-
lain disiplin ilmu. Misalnya Ilmu ekonomi dalam hal pembagian
warisan. Dll
8. Penafsiran analogis
Yaitu penafsiran yang menganggap suatu hal yang belum diatur
dalam suatu hukum sebagai hal yang disamakan sebagai hal yangsudah

55
diatur didalam hukum tersebut. Karena hal ini memang bisa dan perlu
dilakukan.

Misalkan : Aliran listrik yang sebenarnya bukan berwujud barang


dianggap sama dengan barang (ditafsirkan sama), sehingga mencuri arus
listrik disamakan seperti pencurian barang . Teorinya untuk mendapatkan
aliran listrik tersebut, tetap diperlukan sejumlah uang atau pengorbanan
yang seharga dengan tarif atau ongkosnya. Lain halnya dengan tenaga
matahari, angin, air hujan yang dapat diperoleh secara gratis. Sehingga
mencuri aliran listrik dianologikan dengan pencurian (Pasal 362 KUHP)

9. Penafsiran ekstensif
Penafsiran yang bersifat memperluas isi pengertian suatu ketentuan
hukum dengan maksud agar dengan perluasan tersebut, hal-hal yang
tadinya tidak termasuk dalam ketentuan hukum tersebut, sedangkan
ketentuan hukum lainnyapun belum ada yang mengaturnya, dapat dicakup
oleh ketentuan hukum yang diperluas itu, akibatnya masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh hal-hal tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan
ketentuan hukum yang isinya telah diperluas melalui penafsiran ini, tidak
perlu repot-repot disusun suatu ketentuan hukum yang baru lagi, yang
khusus dibuat baru lagi, yang mengatur hal-hal yang baru itu.

Contohnya : Pasal 100 KUHP yang memperluas pengertian “kunci palsu”,


dengan menegaskan yang masuk dalam sebutan kunci palsu yaitu sekalian
perkakas yang gunanya tidak untuk pembuka kunci palsu

10.Penafsiran Restriktif sebagai lawan dari ekstensif

Kalau penafsiran ekstensif bersifat memperluan pengertiansuatu


ketentuan hukum, maka penafsiran restriktif justru bersifat merestriksi
membatasi atau memperkecil pengertian suatu ketentuan hukum dengan
maksud agar dengan pembatasi tersebut ruang lingkup pengertian ketentuan
hukum tersebut tidak lagi menjadi terlalu luas, sehingga kejelasan, ketegasan
dan kepastian hukum yang terkandung di dalamnya akan lebih mudah diraih.
Akibatnya dalam penerapan dan pelaksanaannya, ketentuan hukum tersebut
akan lebih mengena terhadap sasarannya karena memang maknanya sendiri
telah dibatasi dan diarahklan secara khusus kepada masalah yang menjadi
sasarannya.
56
Misalkan Pasal 15 ayat (3) KUHP yang membatasi dan menegaskan pengertian
“masa percobaan” dengan menetapkan Tempo percoban itu tidak dihitung
selama kemerdekaan si terhukum dicabut dengan sah.

11.Penafsiran a.contrario

Yaitu penafsiran yang didasarkan atas perngertian atau kesimpulan


yang bermakna sebaliknya dari isi pengertian ketentuan hukum yang
tersurat.

Misalkan : Pasal 77 KUHP menegaskan bahwa hak (penuntutan) untuk


menuntut hukuman terhadap tertuduh menjadi gugur bila si tertuduh
meninggal dunia . Jadi secara contrario atau kebalikannya dapat ditafsirkan
bahwa kalau si tertuduh belum meninggal, hak penuntut umum untuk
menuntut hukuman atas dirinya belumlah gugur, sepanjang tidak adanya hal-
diatur dalam Pasal 78 KUHP.

Contoh lain seperti yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata (BW) tentang
sahnya perjajian ada 4 yakni :

1. Persetujuan kehendak (sepakat) !


2. Kecakapan bertindak ! syarat subyektif (orangnya)
3. adanya obyek tertentu ! syarat obyektif
4. causa yang halal = diperkenankan oleh undang-undang !
Jadi secara a contrario dapat ditafsirkan bahwa kalau keempat syarat
tersebut lengkap (memenuhi syarat), maka berarti perjanjian yang
diadakan itu menjadi sah.

12.Penafsiran penyamaan atau penafsiran pengangkatan


Yaitu suatu penafsiran yang sifatnya mengangkat kedudukan hal-hal
yang lebih rendah derajatnya dan menyamakannya dengan hal-hal yang lebih
tinggi derajatnya. Yang tujuannya juga untuk penegasan kepastian hukum.
Misalkan : PERPU (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang) dalam
keadaan darurat Pasal 1338 KUHPerdata (BW) yang mengangkat dan
peraturan menyamakan kedudukan perjanjian yang diadakan secara sah
dengan kedudukan undang-undang bagi para pihakyang mengadakannnya.
Atau dengan kata lain perjanjian yang dibuat antar para pihak yang
melakukan perjanjian berlakunya seperti undang-undang.
57
13. Penafsiran Hermeneutika
Yaitu penafsiran yang menunjuk kepada keadaan atau sifat yang
terdapat dalam satu penafsiran, dari yang sifatnya gelap menjadi yang lebih
terang (jelas). Berkembang dalam agama islam menjadi ilmu tafsir

B. Penemuan hukum
Apabila suatu perkara di bawa kepengadilan dan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku tidak ada ketentuan yang dapat
diterapkan sekalipun ditafsirkan menurut bahasa, sejarah, sistematis dan
sosiologis, sedang lain pihak hukum kebiasaan atau hukum adat pun tidak
ada peraturan yang dapat membawa hakim kepada penyelesaian perkara itu,
berarti persoalan ini terjadi adanya kekosongan hukum (vacuum). Dalam
sistem formal dari hukum. Untuk memenuhi ruang kosong ini, hakim harus
berusaha mengembalikan identitas antar sistem hukum formal dengan
sistem hukum material dari hukum.
Dalam hal ini hakim memeriksa kembali sistem materiil yang menjadi
dasar lembaga hukum yang bersangkutan. Beberapa ketentuan yang
mengandung persamaan, hakim membuat suatu pengertian hukum
(rechtsbegrip) dan menurut pendapatnya pengertian hukum itu adalah asas
hukum yang menjadi dasar lembaga hukum yang bersangkutan. Cara bekerja
atau proses berfikir hakim demikian dalam menentukan hukum disebut
“Kontruksi hukum yang terdiri dari kontruksi analogi.” kontruksi penghalusan
hukum dan kontruksi argumentasi a contrario.
Contoh kongkrit penemuan hukum oleh hakim dalam putusan
pengadilan di Indonesia berdasarkan surat permohonan Iwan Robianto
Iskandar (seorang laki-laki) kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan
Barat pada tanggal 3 September 1973 agar permohonan dapat diganti dan
diubah status hukumnya dari seorang pria yang bernama Iwan Robianto
Iskandar menjadi Vivian Rubyanti Iskandar, seorang wanita.
Permohonan pertama ini kemudian diubah oleh permohonan kedua
pada tanggal 1 Oktober 1973 dengan mengubah petitum (Permohonan
tuntutan, setiap gugatan (surat gugat) dimulai dengan mengutarakan dalil-
dalil dan diakhiri atau ditutup dengan mengajukan tuntutan (petitum)
permohonannya sbb :

58
1. agar permohonan semenjak tanggal 28 Juli 1973 disahkan sebagai
seorang wanita
2. Agar berdasarkan Pasal 93 dari Peraturan Catatan Sipil untuk golongan
Tionghoa (Stb. 1926 No. 558) pemohon diberi izin untuk mengganti
namanya sendiri (iegennaam) dari Iwan Robianto (Iskandar)
3. Agar berdasarkan Pasal 94 dari peraturan tersebut pengadilan
menyampaikan keputusannya kepada Pegawai Catatan Sipil untuk
Golongan Tionghua di Jakarta supaya didaftarkan dan dicacat pada
pinggir Akta Kelahiran yang bersangkutan.

Penggantian nama dari Iwan Robianto (Iskandar) sebagai seorang pria,


menjadi nama Vivian Rubyanti (Iskandar) sebagai wanita.

Setelah mempelajari dan mempertimbangkan surat-surat bukti dan saksi


ahli yang diajukan oleh pemohon di persidangan, dalam pertimbangan,
hukumnya Pengadilan mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Perubahan status seseorang yang pada waktu itu dikenal dengan


istilah penggantian kelamin, hal ini ditinjau dari segi hukumnya
merupakan sesuatu yang sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan di dalam masyarakat, karena
a. peristiwa perubahan status ini merupakan persoalan baru dalam
masyarakat
b. hal ini perlu diatur oleh undang-undang, karena pembuat undang-
undang waktu itu tidak atau belum memperkirakan terjadinya hal-
hal seperti itu
c. dalam hukum diperlukan suatu penegasan status seorang wanita
atau laki-laki, karena penentuan status demikian itu diperlukan baik
dalam hukum perdata misalnya apabila seseorang akan menikah,
dalam hal warisan, dalam perjanjian kerja dan lain-lain maupun
dalam hal pidana
d. undang-undang hanya mengenal istilah laki-laki atau perempuan.

2. tidak adanya undang-undang atau asas hukum bagi pengadilan tentang


perubahan status ini tidak saja diperlukan bagi diri pemohon, tetapi
penting sekali dalam hukum, baik dalam hukum perdata mapun dalam

59
hukum pidana seperti tersebut . Pengadilan akan menunjuk pada asas
hukum secara umum, yaitu :
a. setiap orang berhak mengajukan perkara-perkara di Pengadilan
mengenai hal-hal yang diatur maupun yang tidak diatur oleh suatu
undang-undang.
b. Hakim Pengadilan Negeri adalah hakim sehari-hari dari lingkungan
Peradilan Umum yang berarti, bahwa setiap orang mengenai hal-
halnya yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat
berhak memohon perlindungan hukum baginya
c. apabila terhadap soal yang menjadi persoalan itu belum ada
peraturan hukumnya, hakim harus memberikan putusan yang
selaras dengan susunan hukum adat, harus memberikan putusan
berdasarkan kenyataan sosial yang hidup dalam masyarakat
d. merupakan kenyataan sosial yang hidup dalam masyarakat bahwa
diantara dua jenis makluk Illahi ini laki-laki dan perempuan
terdapat pula golongan orang yang hidupnya diantara kedua
makluk tersebut di atas
e. perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu
kedokteran telah memungkinkan pada seseorang itu untuk dapat
disempurnakan jenisnya, dapat digolongkan sebagai laki-laki atau
wanita
f. adanya kenyataan bahwa tidak semua wanita itu dilahirkan
sempurna, karena ada wanita yang sejak lahirnya tidak mempunyai
peranakan, indung telur, tetapi wanita tersebut tetap disebut juga
sebagai wanita
g. bahwa agama apapun (kristen Protestan) memperbolehkan
penyempurnaan kelamin yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan
kedokteran tersebut, apabila ini merupakan satu-satunya jalan
untuk menolong penderita seseorang agar dapat hidup sebagai
manusia yang wajar
3. Dalam perkara ini ketetapan hakim hanya bersifat “deklaratoir” tidak
bersifat “konstitutif” karena dalam perkara ini hakim hanya
menyelidiki apakah benar setelah operasi ini telah terjadi hal-hal yang
hukum muncul seperti diuraikan dalam permohonan.

60
Setelah menyadari berbagai pertimbangan yang pokok, baik
berdasarkan pertimbangan atas hukum maupun pertimbangan
berdasarkan saksi-saksi (tim dokter ahli) saksi lainnya (saksi a charge)
pendeta agama Protestan. Pengadilan mengabulkan permohonan
untuk dinyatakan sebagai wanita dan memberikan izin kepada
pemohon untuk mengganti namanya dari Iwan Rubianto (Iskandar)
menjadi Vivian Rubyianti Iskandar setelah akta kelahiran Pemohon
diubah ketetapan Pengadilan ini dibuat pada hari Rabu tanggal 14
Nopember 1973.
Dalam kasus Vivian Rubyanti Iskandar ini kiranya dapat diambil
beberapa hal penting bagi pengembangan ilmu hukum dalam praktek
di Indonesia. Dilihat dari segi ilmu hukum seluk-beluk ganti kelamin
masih merupakan persoalan baru di bidang perkembangan hukumnya.
Adanya kepentingan persoalan hukum muncul setelah adanya
perkembangan di bidang ilmu kedoktera yang disebut
“operasikelamin” adanya penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
dan Barat Nomor 546/73.P tertanggal 14 Nopember 1973 tersebut
sebagai suatu era baru di bidang praktik Pengadilan di Indonesia dalam
mengisi kekosongan peraturan hukum. Di dalam dictum pertimbangan
hukumnya, Pengadilan menyadari bahwa memang peristiwa
perubahan status ini belum diatur oleh undang-undang kerena
pembuat undang-undang waktu itu tidak atau belum memperkirakan
terjadinya hal-hal seperti itu.
Apabila terhadap soal yang menjadi persoalan itu belum ada
peraturan hukumnya. Pengadilan pun menyadari bahwa hukum adat,
harus meberikan putusan berdasarkan kenyataan sosial yang hidup
dalam masyarakat, Kenyataan sosial telah membuktikan bahwa
diantara dua jenis makluk Tuhan yaitu laki-laki dan perempuan
terdapat pula segolongan orang yang hidupnya diantara kedua makluk
tersebut.
Dalam mengisi kekosongan hukum tentang perubahan kelamin
itu pertimbangan penetapan Pengadilan juga meninjau dari segi agama
yang disesuaikan dengan keyakinan si pemohon yaitu bahwa
perubahan kelamin tidak bertentangan dengan agama Kristen
Protestan. Hal demikian ini dijadikan bahwa pertimbangan hukum oleh

61
hakim setelah mendengar saksi Eka Dharmaputra, seorang pendeta
agama Protestan dari Dewan Gereja Indonesia (DGI) yang dibawah
sumpah pada pokoknya sependapat, bahwa Gereja tidak berkeberatan
apabila perubahan kelamin itu hanya satu-satunya jalan untuk
menolong penderitaan si pemohon, sehingga pemohon dapat hidup
berkembang sebagai manusia yang wajar.
Dari uraian tersebut dalam kasus Vivian Rubyanti Iskandar ini
dapat dikemukakan hal-hal sebarai berikut :
1. Ketetapan Pengadilan Jakarta Selatan dan Barat pada tanggal 14
Nopember 1973 adalah tepat yang sekalipun peraturan hukum
tertulisnya belum ada, tetapi hakim telah menciptakan hukum yang
sesuai dengan kebutuhan nyata.
2. Hakim telah berbuat sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
ketentuan Pasal 14 ayat (1) yo Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang
tahun 14 th 1970 (waktu itu) Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan
Kehakiman
3. Metode konstruksi hukum sebagai suatu proses berfikir dalam
menemukan atau menciptakan hukum (asas hukum) telah
dimanfaatkan oleh hakim
4. dapat ditarik suatu asas bahwa undang-undang hanya mengenal
dua pembagian jenis kelamin yaitu laki-laki dan wanita saja

Dari penetapan pengadilan tersebut, akhirnya diperoleh kepastian


hukum yang memberikan manfaat bagi pemohon Vivian Rubyanti
Iskandar atas permohonanya menggantikan status yang semula laki-
laki setelah operasi kelamin menjadi sorang perempuan . Pristiwa
seperti ini mungkin yang kesekian kali, dimana sebelumnya telah tejadi
yang sekarang dikenal dengan nama Dorce Gamalama (artis serba bisa)
yang berganti jenis kelamin semula laki-laki menjadi perempuan yang
dioperasi seorang dokter Djohansya dari Surabaya.

62
BAB VII

BAHASA KEILMUAN HUKUM

A. Pengertian

Bahasa keilmuan hukum atau jelasmya bahasa hukum keilmuan


tentang hukum adalah bahasa hukum teoritis, yaitu bahasa hukum
yang bersifat ilmiah yang digunakan dalam mempelajari hukum
sebagai ilmu pengetahuan. Bahasa keilmuan hukum ini meliputi istilah
hukum yang dipakai oleh para pengajar ilmu hukum, didalam berbagai
peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan yang berisi
hukum yang dipelajari secara ilmiah.

Dilihat dari segi pemakaiannya Bahasa Hukum itu dapat


dibedakan :

1. Bahasa keilmuan yang bersifat ilmiah semata


2. Bahasa bersifat praktis (Bahasa yg sering dipakai praktisi yang
terdapat dalam keputusan-keputusan, peraturan perundang-
undangan) Bahasa hukum praktis terjadi Dari kaidah-Kidah hukum
yang mengatur kehidupan manusia dan masyarakat pada
umumnya. Misalnya aturan-aturan dan pasal demi pasal dalam
peraturan perundangan .
Bahasa hukum yang hendak dibicarakan disini adalah bahasa
hukum teoritis yaitu istilah-istilah hukum yang memberikan pengertian
hukum secara teoritis.
Bahasa hukum teoritis ini dipelajari dalam mata kuliah
Pengantar Hukum Indonesia (PHI) yang kebanyakan merupakan
terjemahan dari istilah-istilah hukum Belanda.
B. Kebiasaan dan Adat
Istilah kebiasaan adalah terjemahan dari bahasa Belanda
“Gewoonte” , sedangkan istilah adat berasl dari Bahasa Arab “Adah”
yang artinya sama yaitu kebiasaan. Jadi istilah kebiasan dan istilah adat
mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan. Namun menurut ilmu
hukum, kebiasaan dan adat itu dapat dibedakan pengertiannya :
1. Kebiasaan = perilaku manusia istilah biasa berarti apa yang selalu
terjadi apa yang lazim terjadi sehingga, kebiasaan berarti kelaziman
63
Misal siang malam, panas dingin, hidup mati, sudah biasa terjadi,
hal itu merupakan kebiasan alam yang sudah ditentukan oleh sang
Khalik (TYME). Contoh lain bagi seorang yang beragama Islam jika
bertemu sesama muslim selalu mengucapkan salam “ Ass.
Warr.Wabb” (Selamatlah anda sekalian) yang kemudian dijawab
secara serentak “Alaikumusalam” ( anda juga selamat).

Mengucapkan salam adalah kebiasaan perseorangan, sedangkan


menjawab salam merupakan tidak saja kebiasaan, perseorangan,
tetapi juga kebiasaan masyarakat. Apabila kebiasaan itu selalu
dilakukan orang banyak, maka kebiasaan itu menjadi adat.

2. Adat adalah kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang


(kebiasaan pribadi yang diterima dan dilakukan oleh masyarakat).
Kebiasaan dapat berarti berada di luar perundangan dan ada
kebiasaan yang diakui oleh perundangan.
Sedangkan adat selalu diartikan di luar perundangan akibatnya ada
istilah hukum kebiasaan dan hukum adat yakni hukum yang tidak
tertulis lawannya hukum tertulis.
Di Belanda tidak mambedakan antara kebiasaan dan adat, jika
keduanya bersifat hukum, maka disebut hukum kebiasaan
(gewoonterecht) yang berhadapan dengan hukum perundangan
(wettenrecht).
C. Hukum adat dan perundangan
Sebagaimana sudah disebutkan bahwa “hukum adat” berasal dari
bahasa Arab Hukum dan Adah, yang artinya mengandung arti
“perintah atau suruhan, sedangkan kata adah berarti kebiasaan.
Kedua kata itu lahirkan istilah “hukum adat”, yang mengandung arti
aturan kebiasaan. Istilah tersebut telah dipakai oleh masyarakat Aceh
sejak abad 17, Kemudian diambil oleh Snouck Hurgronje dan
diterjemahkan ke dalam bahasa hukum belanda “adatrecht”. untuk
membedakan dengan hukum Belanda. Dalam perkembangannya
istilah adat tidak saja mengandung arti hukum kebiasaan yang
tradisional, yang juga disebut hukum adat (dalam arti sempit), tetapi
juga termasuk hukum kebiasaan yang modern. Hukum yang tradisional
berlaku dan dipertahankan masyarakat adat tertentu, misalnya hukum

64
adat Batak, hukum adat Jawa, Minangkabau, Hukum adat lampung,
Hukum adat Bali dsb. Sedangkan hukum adat yang modern berlaku dan
dipertahankan oleh masyarakat modern, dalam pergaulan hukum
masyarakat, dalam hubungan-hubungan hukum antara orang yg satu
dan yang lain, dalam lembaga-lembaga pemerintahan dan swasta.
Pada umumnya hukum adat (dalam arti luas) tidak tertulis dalam
bentuk perundang-undangan dan tidak dikodifikasi, jadi tidak tersusun
secara sistematis dan tidak dihimpun dalam bentuk kitab undang-
undang. Bentuk hukum adat tidak teratur, keputusannya tidak
memakai konsideran (menimbang, mengingat, memutuskan) pasal-
pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai penjelasan,
bahkan kebanyakan tidak ditulis atau dicacat.
Menurut hasil seminar di Yogyakarta tahun 1975 hukum adat
diartikan hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk
perundang-undangan Republik Indonesia yang disana-sini mengandung
unsur agama. Tentang istilah “Indonesia asli” menurut Prof Iman
Sudiyat,SH, dikatakan yang benar bukan Hukum Indonesia asli, tetapi
hukum asli Indonesia.
Simpulan, yang dimaksud dengan istilah hukum adat adalah hukum
yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan negara,
temasuk pula hukum kebiasaan. Dengan demikian maka hukum adat
dapat dibedakan dalam arti sempit dan dalam artri luas. Dalam arti
sempit menunjukkan hukum adat yang tradisional yang dipertahankan
dan berlaku di lingkungan masyarakat hukum adat tertentu, seperti
hukum adat Batak, Hukum adat Bali, dan sebagainya.
Dalam arti luas hukum adat meliputi hukum kebiasaan yang berlaku
dalam kehidupan masyarakat, dalam hubungan antara yang satu dan
lainnya, dalam lembaga-lembaga masyarakat dan lembaga-lembaga
kenegaraan, kesemuanya yang tidak tertulis dalam bentuk
perundangan.
Hukum kebiasaan adalah hukum yang berlaku sebagai kenyataan
yang dilakukan oleh orang-orang atau masyarakat, baik yang resmi
atau tidak resmi, yang merupakan perbuatan yang tetap dan dirasakan
harus berlaku. Misalnya kebiasaan pemilik penyewa di tempat
penyewaan, jadi bukan penyewa yang mengantarkan uang sewa ke

65
tempat pemilik rumah. tetapi pemilik rumahlah yang datang ke tempat
penyewaan. Contoh lain setiap tanggal 17 Agustus Presiden berpido di
hadan sidang pleno DPR untuk menyampaikan GBHN.
Semua peraturan yang tertulis disebut sebagai perundangan yang
kongkritnya seperti yang dapat dilihat di dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan peraturan Perundang-
Undangan dimulai dari UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 ,
Ketetapan MPR, Undang-undang atau PERPU, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden (PERPRES), PERDA Propinsi dan PERDA Kabupaten
dan Kota. dan peraturan desa (PERDES) Dari urutan yang paling bawah
(PERDA Kab/Kota) sampai ke UUD NRI 1945 dalam satu kesatuan
sistem satu sama lain tidak boleh bertentangan dengan konsekwensi
manakala terjadi pertentangan akibat hukumnya batal demi hukum
atau dapat dibatalkan.
Bahasa hukum perundang-undangan memiliki kepastian hukum dari
Konsideran, menimbang, mengingat, dan memutuskan menetapkan
serta materi pengaturannya yang tersebar dalam pasal demi pasal
merupakan bahasa hukum yang baku.
D. Hubungan Hukum dan Hak
Istilah Hukum mengandung arti aturan, yaitu aturan yang
mengatur hubungan antara orang yang satu dan yang lain, antara
orang dengan masyarakat, antara msyarakat yang satu dan
masyarakat yang lain. Hubungan-hubungan yang diatur oleh hukum itu
disebut hubungan hukum sebagai terjemahan dari bahasa Belanda
“Rechtsbetrekking “.
Istilah hubungan hukum menunjukkan adanya dua segi yang
tarik menarik, yaitu adanya hak dan kewajiban, baik hak dan
kewajiban yang sifatnya satu pihak saja maupun yang dua pihak.
Yang satu pihak saja misalnya :
1. Hubungan hukum antara anda dengan milik yang merupakan hak
milik
2. Hubungan hukum yang dilakukan petani ladang yang disebut
“Mebali” yaitu memberi tanda pada pohon di suatu tanah hutan
(batas). Perbuatan ini menimbulkan hak atas pohon dan hak atas
tanah sekitarnya serta kewajiban untuk mengurus pohon dan

66
mengusahakan tanah sekitarnya untuk dijadikan ladang. Sebaliknya
tidak ada hak dan kewajiban dari pohon atau tanah sekitarnya
untuk menuntut agar petani bersangkutan memenuhi
kewajibannya.
Hubungan hukum dua pihak misalnya :
1. peristiwa hukum jual beli, dimana sipembeli dan sipenjual tertarik
oleh hak dan kewajiban masing-masing pihak, dimana pihak
pembeli berhak menerima barang yang dibeli, dan berkewajiban
membayar harga yang telah disepakati, sedangkan pihak penjual
berhak menuntut pembayaran harga barangnya dan berkewajiban
menyerahkan barang itu kepada si pembeli. Di dalam pergaulan
hukum yang banyak menimbulkan peristiwa hukum adalah
hubungan hukum dua pihak yang sifatnya timbal balik.
2. Hak dan kewajiban dalam hubungan hukum itu diatur dalam
peraturan hukum misalnya : jual beli sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 1475 KUHPerdata : Jual beli adalah persetujuan,
dimana pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu
kebendaan dan pihak yang lain untukmembayarharga yang telah
disetujui .
Sifat pasal tersebut merupakan kaidah hukum yang mengatur
hubungan kemasyarakatan, hubungan antara yang satu dan yang
lain di dalam masyarakat. Yang ditujukan kepada semua orang yang
melakukan hubungan jual beli. Aturan demikian ini dalam ilmu
hukum disebut “ Hukum Obyektif” yaitu yang menunjukkan aturan
hukumnya (Law) apabila aturan hukum itu bila dikaitkan dengan
para pelaku yang mengadakan hubungan hukum , sehingga karena
terjadinya hubungan hukum itu menimbulkan hak, maka disebut
“Hukum subyektif”. Dalam hal ini hukum mengandung artihak
(right) didalam bahasa hukum Belanda baik hukum sebagai aturan
maupun hukum sebagai hak disebut “Recht”.
Istilah hak tidak saja mengandung arti kekuasaan tunggal, tetapi
juga kekuasaan ganda,oleh karena sesuatu hak dapat merupakan
serangkaian hak. serangkaian kekuasaan atau kewenangan misalnya
: dengan adanya hak milik, maka tidak saja mempunyai arti hak
kepunyaan, tetapi juga hak menikmati, hak memindah tangankan,

67
hak jual, hak gadai, hak hibah. Kekuasaan dimaksud adalah hak
mengatur, wewenang mengatur terhadap hak milik.
Hak sebagai kekuasaan sifatnya tidak mutlak hal ini dipengaruhi
oleh kemasyarakatan, ia dibatasi oleh kepentingan umum, misalnya
hak milik atas tanah, sebagaimana disebut dalam Pasal 6 UUPA
Nomor 5 Tahun 1960 : semua hak atas tanah mempunyai fungsi
sosial
Maksud pasal tersebut adalah bahwa hak atas tanah apapun alas
haknya (Ps. 16 UUPA), tidak dapat dipergunakan atau digunakan
semata-mata untuk kepentingan pribadi (individu), apabila jika akan
merugikan masyarakat. Misalkan untuk kepentingan Jalan atau Gang
menuju jalan ke rumah orang lain, harus diberi akses.
Demikian pula jika hak itu dalam arti kekuasaan (negara) tidak
boleh disalahgunakan, sehingga merugikan masyarakat karena tidak
sesuai dengan tujuan kekuasaan itu (abus de droit).
E. Hak absolut dan Hak Relatif
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa hak mengandung
arti Kekuasaan atau wewenang. Yang jelas hak itu menjadi ada jika
diberikan oleh penguasa atas dasar undang-undang yang
mengaturnya . Jika ada tidaknya sesuatu hak atau timbul lenyapnya
sesuatu hak karena sesuatu peristiwa hukum yang tejadi.
Menurut ilmu hukum hak-hak itu dibagi menjadi 2 (dua) yakni :
1. hak absolut (absolute rechten) adalah hak mutlak yang diberikan
kepada setiap subyek hukum untuk berbuat dalam ia
memperhatikan kepentingannya dan setiap subyek hukum yang
lain berkewajiban menghormati hak absolut seseorang misal hak
milik atas benda mereka secara indipenden terhadap benda itu.
2. hak relatif adalah hak yang diberikan oleh hukum hanya kepada
subyek hukum lain yang tertentu, agar ia berbuat sesuatu, tidak
berbuat sesuatu atau memberi sesuatu. Misalkan dalam perjanjian
hutang piutang, maka hak menagih agar hutang dibayar hanya
berlaku terhadap orang siberhutang saja.
F. Subyek hukum dan Obyek Hukum
Subyek hukum dimaksudkan adalah Orang (badan = persoon),
yang mempunyai hak dan kewajiban . Sedangkan obyek hukum yang

68
dimaksud adalah sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi orang
sebagai subyek hukum. Subyek hukum yang mempunyai kekuasan
sebagai pendukung hak dan kewajiban (rechtsbevoegdheid) dapat
dibedakan antara orang (persoon) yang merupakan badan manusia
(natuurlijk persoon) yang dilahirkan Tuhan ke muka bumi dan orang
yang merupakan badan hukum (rechtspersoon) yang dibuat manusia
karena kehendak manusia untuk melaksanakan hubungan-hubungan
hukum. Baik orang sebagai badan manusia maupun orang sebagai
badan hukum semuanya adalah badan hukum yang mempunyai
kekuasaan sebagai pendukung hak. Namun dalam pergaulan sehari
hari yang disebut badan hukum itu adalah bukan manusia.
Manusia sebagai pendukung hak telah berlaku sejak ia dilahirkan
dan sampai ia mati, manusia memiliki hak asasi, tetapi badan hukum
tidak , manusia dapat dihukum penjara, dapat diasingkan seumur
hidup, tetapi badan hukum tidak.
Badan hukum ada 2 dua) macam :
1. Badan hukum Privat
1.1. Perseroan terbatas (PT)
1.2. Yayasan
1.3. Koperasi
a. Ciri badan hukum ini adalah adanya harta kekayaan tetap
yang dipisahkan dari milik pribadi
b. memiliki pengurus, yg dapat berganti-ganti
c. pertanggungjawabannya sebatas harta yang dipisahkannya.

2, Badan Hukum Publik

2.1. Negara
2.2. Propinsi
2.3. Kabupaten / Kota

G. Peristiwa Hukum

69
Peristiwa hukum adalah peristiwa kemasyarakatan yang diatur oleh
hukum. Yaitu merupakan kejadian-kejadian yang timbul karena
perbuatan manusia didalam pergaulan bermasyarakat yang diatur
dalam hukum, dalam arti yang mengaturnya adalah perundang-
undangan atau hukum sebagaimana yang ada dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata buku I, Buku II, dan Buku ke III,
dan buku IV).
Peristiwa hukum itu dapat dibedakan dalam 2 (dua) macam :
1. Peristiwa perbuatan subyek hukum . perbutan orang (persoon) baik
manusia atau badan hukum yang berupa perbuatan hukum dan
bukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang
akibatnya di atur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja
(bersegi satu) maupun yang dilakukan dua pihak (bersegi dua)
2. Peristiwa Perbuatan yang bukan perbuatan subyek hukum , adalah
akibat hukumnya bukan merupakan kehendak dari pelaku.
Misalkan kematian, kelahiran, daluwarsa Pasal 1963, Pasal 1967
KUHPerdata (20 tahun dan 30 tahun)

B A B VIII

70
BAHASA HUKUM KETATANEGARAAN

A. Pengertian
Istilah ketatanegaraan berasal dari istilah Hindu-Jawa “ tata dan
negara”. Istilah tata berarti susun dan istilah negara berarti lingkungan
kekuasaan pemerintahan.
Jadi tatanegara berarti susunan negara atau susunan
pemerintahan dan ketatanegaran segala sesuatu mengenai susunan
negara. Dengan demikian, maka istilah hukum ketatanegaran yang
dimaksud adalah aturan-aturan pemerintahan negara, dan bahasa
hukum ketatanegaran berarti bahasa yang dipakai dalam memberikan
pengertian tentang hukum ketatanegaraan, baik yang bersifat tertulis
atau tidak tertulis.
Istilah Hukum Ketatanegaraan dapat dibedakan dalam arti sempit dan dalam
arti luas. Hukum ketatanegaraan dalam arti sempit hanya menguraikan
tentang aturan atau sesuatu negara tertentu yang dalam bahasa belanda
disebut “staatsrecht” (hukum negara) dan dapat dilihat dari konstitusi.
Hukum ketatanegaraan dalam arti luas bukan hanya
menguraikan aturan sesuatu negara, melainkan termasuk hukum tata-
usaha (administrasi) negara (administratiefrecht), bahkan termasuk
pula dalam hukum Internasional. (arli luas = HAN dan HI).
B. K o ns t i t u s i
Istilah konstitusi berasal dari Bahasa Inggris Constitution yang
maksudnya adalah hukum dasar jika diperhatikan kata kerjanya
constitute yang berarti mendirikan atau menyusun, maka istilah
konstitusi berarti aturan yang mengatur berdirinya atau susunannya
suatu negara. Jadi konstitusi adalah hukum dasar yang mengatur
susunan suatu negara.
Suatu hukum dasar dapat berpegang seluruhnya pada hukum
yang tidak tertulis atau dapat juga terletak dalam undang-undang
(hukum tertulis) atau kemudian menjadi undang-undang yang
bermatabat lebih tinggi dari undang-undang (pembuatan maupun
presedur perubahan tidak dengan cara biasa). Undang-Undang yang
bermatabat lebih tinggi disebut Undan-Undang Dasar (UUD) yang

71
dalam bahasa Belanda disebut Grondwet (Jerman Grundgesetz). Dari
sini dapat dibedakan antara Konstitusi dan UUD adalah pada
bentuknya tertulis atau tidak tertulis (konstitusi = tak tertulis, UUD =
tertulis).
Apabila hukum dasar itu tertulis dalam bentuk suatu Naskah
undang-undang tertentu, maka ia merupakan Undang-undang Dasar
atau disebut Konstitusi formal. Jika hukum dasar itu terutama
berdasarkan pada hukum tidak tertulis (konvensi), maka ia
disebutkonstitusi material, akhirnya dapat disimpulkan :
1. Konstitusi = hukum dasar tak tertulis = konstitusi material
2. Konstitusi tertulis = UUD = Konstitusi formal
Sejak abad 18 di dunia modern seperti sekarang ini, kecuali
Inggris tidak memiliki (tak punya konstitusi tertulis), memiliki Undang-
Undang Dasar atau konstitusi (UUD) tertulis. Demikian pula Indonesia
setelah 17 Agustus 1945 telah menganut gagasan konstitusi yang hidup
(living constitution) dalam arti suatu konstitusi yang benar-benar hidup
dalam masyarakat tidak hanya terdiri dari naskahnya yang tertulis saja,
akan tetapi meliputi konvensi-konvensi (kebiasaan).
Pada garis besarnya UUD memuat ketentuan hal-hal sebagai
berikut :
1. organisasi negara
2. Pembagian kekuasaan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
3. Hak Asasi Manusia (HAM)
4. Cara mengubah UUD
5. Sifat UUD (yang menunju)
6. ( bentuk negara)
7. Ideologi Negara (menunjukkan cita-cita rakyat).
8. Hak-hak warga negara
C. Konvensi
Istilah Konvensi berasal dari bahasa Perancis “convention” yang
artinya kebiasaan, atau kelaziman. ( sesuatu yang berlaku ). Di
Indonesia konvensi ini dapat berupa :
1. Pidato kenegaraan setiap tanggal 16 Agustus
2. Jika ptresiden mangkat atau berhenti kekuasaan dijalankan oleh 3
menteri,

72
a. Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI)
b. Menteri Luar Negeri (MENLU)
c. Menteri Pertahanan dan Keamanan (MENHANKAM)
d. Pengambilan keputusan musyawaran untuk mencapai kata
mufakat (aklamasi)

Istilah bahasa hukum tersebut sering terjadi pada kebiasaan


ketatanegaraan.Yang dilakukan secara terus menerus karena
dianggap baik.

Istilah bahasa hukum konvensi ini dalam hukum acara perdata


digunakan yang semula diajukan penggugat, kemudian tergugat
merasa haknya dirampas/dirugikan kemudian melakukan gugatan
balik (rekonvensi), yang akhirnya sering disebut gugat- ginugat
(saling menggugat). Dalam arti denotasinya “Balasan”

Dalam hukum Internasional digunakan istilah konvensi yang


artinya persetujuan atau perjanjian antara beberapa negara
tentang sesuatu kepentingan yg bukan kepentingan
politik.Misalkan :

1. konvensi Bern 1886 tentang perlindungan hak cipta


2. Konvensi tentang pelucutan senjata, dan pertukaran tawanan

D. Bentuk Ketatanegaraan

Bentuk ketatanegaraan disini menunjukkan adanya bentuk


negara dan bentuk pemerintahan. Dikatakan bentuk negara
(staatsvorm), jika suatu negara kita lihat dari bentuk hubungan antara
kekuasaan negara dengan rakyat dan daerah-daerahnya. Misalnya
dalam bentuk negara kesatuan atau negara serikat.

1. Negara kesatuan (susunan tunggal)

73
adalah suatu negara yang daerahnya tidak dibagi-bagi dalam
beberapa bagian yang berdiri sendiri, yang mempunyai kekuasaan
membuat undang-undang dasar sendiri.

Jika negara kesatuan ini dibagi-bagi dalam beberapa daerah


pemerintahan yang langsung dikuasai oleh pemerintahan pusat
maka, disebut negara sentralisasi. Jika negara satuan itu dibagi-bagi
beberapa daerah pemerintahan yang mempunyai hak swatantra
(otonom), maka kesatuan itu disebut negara desentralisasi.(Lihat
Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2).

2.Negara serikat (bersusunan jamak)


Negara serikat dapat pula disebut negara federasi
(bondstaat) adalah suatu negara yang wilayahnya terdiri dari
beberapa negara bagian yang berserikat dalam bentuk satu
negara-negara bagian itu berdiri sendiri. Mempunyai UUD sendiri,
menteri-menteri sendiri, tetapi kedaulatannya dipegang oleh
pemerintah serikat. Biasanya negara serikat ini tidak memiliki
otonomi:
1. Bidang keuangan
2. Pertahanan keamanan
3. urusan luar negeri
4. Urusan dalam negeri

3. Koloni dan Protektorat

Koloni berasal dari istilah Inggris = colony, Istilah Belanda =


kolonie = yang artinya jajahan yaitu suatu negara yang dijajah
negara lain.Wilayah negara jajahan merupakan bagian dari wilayah
negara penjajah (istilah HI sebagai kepanjangan wilayah negara
penjajah), atau dapat juga sebagai wilayah sendiri . Pemerintahan
negara jajahan merupakan wakil dari pemerintahan penjajah, yang
mengurus soal-soal dalam negeri yang tidak penting. Kedaulatan
negara dipegang oleh negara penjajah , urusan luar negeri dan
pertahanan dikendalikan oleh negara penjajah. Indonesia
merupakan bekas jajahan Belanda dan Jepang.

74
Protektorat Berasal dari istilah Inggris “protectorate”
yaitu suatu negara yang berada di bawah lindungan negara lain.
Antara koloni dan protektorat hampir tidak ada perbedaannya,
hanya saja dalam negara protektorat pemerintahannya sudah lebih
banyak mempunyai hak mengatur urusan dalam negerinya sendiri.
sedangkan kedaulatan tetap masih dipegang oleh negara
protektorat, sehingga negara koloni atau protektorat itu bukan
subyek hukum Internasional. Misalnya Hongkong dulu (sebelum
adanya penyerahan) masih merupakan koloni negara Inggris
4. Konfederasi dan persemakmuran
Istilah konfederasi berasal dari bahasa inggris confederation,
yang artinya = persekutuan. Bentuk konfederasi berarti
persekutuan beberapa negara (statenbond) yang merdeka dan
berdaulat penuh. yang karena dari aspek sejarahnya adanya
kepentingan bersama mengadakan ikatan persekutuan. Setiap
negara anggota konfederasi berkedudukan sejajar dan bebas
sebagai subyek hukum Internasional. Masing-masing negara dapat
duduk sebagai anggota PBB.
Istilah Persemakmuran adalah terjemahan dari istilah
Inggris yang disebut “commonwealth of nation” yang artinya
persekutuan negara-negara persemakmuran . Bentuk persekutuan
jajahannya yang telah merdeka dan berdaulat. Dikatakan
persemakmuran karena yang menjadi dasar persekutuan negara-
negara anggotanya adalah kerjasama secara sukarela di lapangan
ekonomi,perdagangan dan keuangan, sehingga negara-negara
tersebut termasuk dalam kesatuan sterling area, suatu lingkungan
mata uang Inggris, dapat dikatakan bahwa antara konfederasi dan
persemakmuran hampir tidak ada perbedaan. Negara-negara
persemakmuran itu adalah Inggris, Uni Afrika Selatan, Australia,
Kanada, Zelandia Baru, India, Pakistan, Sailan, Federasi Rhodesia,
Nyasa, Ghana dan Malaysia.

5. UN I

75
Uni berasal dari istilah Inggris UNION, Belanda UNIE,
(Verbond) yang artinya = persatuan . Bentuk ini terjadi apabila
beberapa negara merdeka dan berdaulat mempunyai kepala
negara yang serempak menunggal. Jadi Kepala negara yang satu
merupakan juga kepala negara yang lain dalam uni, Dilihat dari
pengurusan kepentingan negara anggotanya. Maka bentuk uni ini
dapat dibedakan antara bentuk yang disebut “ UNI RIAL” (uni
nyata). dan “UNI PERSONAL (UNI KEANGGOTAAN) .
a. UNI REAL = artinya persatuan yang sesungguhnya apabila
negara-negara anggota dalam mengurus Internasional
dilaksanakan oleh suatu badan yang dibentuk bersama.
Sebagai persatuan negara-negara anggota. (misal Uni Sovyet-
lama).
(contohnya antara mesir dan Syria tahun 1958 semasa
pemerintahan GAMAL ABDEL NASSER. Yang terpilih sebagai
Presiden Republik Persatuan Arab ( Al-Jumhuriyah Al
Arabiyah Al Muttahidah).
b. UNI PERSONAL yaitu apabila urusan luar negeri dan dalam
negerinya diurus sendiri.
Misalkan untuk Luxemburg-Belanda (1839-1890).
6. Kerajaan / Monarch
Yaitu suatu negara yang diperintah oleh seorang raja
(Monarch) sebagai kepala negara . Istilah monarchi berasal dari
bahasa Yunani kuno yang ditarik dari kata “Mono” atau monos
yang berarti tunggal dan kata “archein” yang berarti pemerintahan
atau kekuasaan , sehingga monarchi berarti kekuasaan tunggal.
Kekuasaan tunggal seorang raja yang turun temurun.
Dari aspek sejarah kekuasaan raja itu versifat mutlak tidak
terbatas, oleh karena itu disebut “monarchi absolut”, dalam
perkembangannya karena kekuasaan itu cenderung diktator, maka
kemudian kekuasaan raja itu dibatasi oleh konstitusi, sehingga
setiap tindakan pemerintahannya harus sesuai dengan “Hukum
Dasarnya” yang tidak lagi sewenang-wenang dalam menjalankan
pemerintahannya, maka bentuk negara yang demikian ini
kemudian disebut”Monarchi Konstitusional”, demikian pula apabila

76
apabila raja bertanggungjawab kepada “DPR”, maka kerajaan itu
disebut “Monarchi Parlementer”.
Bentuk monarchi parlementer, pemegang pemerintahan
biasanya dipegang oleh seorang perdana menteri, sehingga yang
bertanggungjawab kepada DPR (Parlemen) adalah Perdana Menteri
bukan raja lagi. Dalam posisi seperti ini seorang Raja hanya sebatas
sebagai “Lambang” yang tidak dapat diganggu gugat. (MisaL
Malaysia dan Thailan).
7. Republik
Istilah republik berasal dari bahasa Latin “Respublica”
yang artinya “Kepentingan umum”, yang dimaksud dengan
kepentingan umum adalah negara untuk kepentingan umum.
Dikarenakan negara itu untuk kepentingan umum bukan untuk
kepentingan perseorangan ataupun sekelompok / golongan orang
tertentu misalkan para kaum bangsawan, maka kepala negara tidak
lagi turun-tumurun melainkan dipegang oleh bberapa pemangku
jabatan yang diketuai Presiden yang dipilih (Baik Parlemen atau
rakyat langsung), yang bertindak sebagai KepalaNegara dan
sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan.
Bentuk negara Republik dapat dibedakan dalam 3 hal :
1. Republik absolut : Kepala negara bertindak sebagai seorang
diktator (dictare, Latin) yang tidak terbatas bisa membuat
Undang-Undang sendiri tanpa melibatkan DPR yang dipilih
melalui PEMILU, Pemerintahannya hanya melibatkan
sekelompok kecil orang (pemimpin) tertentu yang dikenal
dengan sebutan “REPUBLIK OLIGARCHI”
2. Republik Konstitusional : Presiden selaku madataris dari MPR,
yang tunduk dan bertanggungjawab kepada MPR. (bukan
kepada DPR atau parlemen)
3. Republik Parlementer : Pemerintah bertanggungjawab kepada
Parlemen
8. Demokrasi
rakyat, atau kekuasaan rakyatIstilah ini berasal dari bahasa Yunani,
demos dan kratein/kratos artinya demos=rakyat, kratein =
pemerintahan secara harafiah artinya pemerintahan.

77
kehidupan demokrasi adalah didasarkan pada keyakinan
bahwa semua manusia adalah anggota masyarakat yang merdeka
dan mempunya hak yang sama. Dalam pelaksanaan demokrasi
berdasarkan pada adanya hak suara anggota masyarakat untuk
memilih wakil-wakilnya dalam MPR dan DPR dalam PEMILU. Pada
hakekatnya demokrasi itu menghormati HAM dan pendapat
golongan minoritas.

Dari aspek pengalaman selama pemerintahan di Indonesia


mengalami pasang surut dalam penggunaan bentuk pemerintahan
demokrasi ini antara lain :

1. Demokrasi terpimpin : Figur pemimpin yang menentukan (Misal


Presiden Soekarno semasa memimpin Pemerintahan orde Lama
(ORLA).
2. Demokrasi Pancasila : mengedepankan musyawarah untuk
mencapai kata mufakat sebagai manifestasi Pancasila sebagai
Ideologi negara khususnya “SILA KE EMPAT”
3. Demokrasi Komunis : Kepentingan rakyat diutamakan
4. Demokrasi konstitusional : Pemerintahan dibatasi oleh
Konstitusi, dalam hal ini hukum, sehingga negaranya adalah
negara hukum (rechtsstaat)

E. Ideologi Negara

Istilah ideologi berasal dari bahasa Yunani “ IDEA dan LOGOS”


yang artinya “Idea” tanggapan filsafat mengenai latar belakang dan
hakekat benda atau keadaan, sedangkan “logos” artinya ajaran. Arti
lain “ideologi” berarti Ilmu pengetahuan tentang asas-asas
kemanusiaan, kemudian bergesar suatu sistem tanggapan hidup
terutama yang berhubungan dengan gerakan sosial atau politik.

Arti lain orang menterjemahkan “ideologi” adalah ilmu tentang


cita-cita yang secara etimologi berasal dari kata “idea” = cita-cita dan
“logos” = ilmu yang secara harafiah berarti “Ilmu cita-cita”,

Dengan demikian pengertian ideologi negara adalah pandangan


hidup atau cita-cita hidup dari negara . Didalam pandangan hidup
78
suatu negara tercermin gagasan-gagasan tentang kehidupan yang
dicita-citakan oleh negara itu. Dengan adanya pandangan hidup, maka
jalannya pemerintahan negara mempunyai pegangan atau pedoman
yang tidak diombang-ambingkan dalam menghadapi berbagai
persoalan negara baik dalam maupun luar negerinya.

Untuk mengetahui ideologi suatu negara dapat dilihat dalam


konstitusinya ataupun dengan cara diketahui golongan penguasanya :
golongan nasionalis, agama, sosialis, komunis dll. Misalkan

1. Malaysia Pasal 3 ayat (1) dalam konstitusi Kerajaan Malaysia :


Malaysia adalah negara yang berideologi Islam, tetapi tidak
melarang berlakunya agama lain.
2. Indonesia Pasal 29 UUD NRI 1945 :
negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa (KYME) dengan
menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Hal ini sebagai perwujudan ideologi Pancasila
sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI 1945 pada
alinea ke Empat.

F. Kedaulatan (souvereinteit, sovereignty)


Istilah kedaulatan adalah suatu pengertian tantang sifat negara
yang menurut Jean Bodin Bapak Kedaulatan : merupakan kekuasaan
tertinggi dalam suatu negara yang memiliki sifat-sifat
1. Tunggal = hanya satu dalam suatu negara
2. Asli = bukan turunan dari kekuasaan yang lain
3. Abadi = adanya selalumelekat pada adanya negara
4. Tak dapat dibagi-bagi = karena adanya hanya satu tidak dapat
dibagi-bagikan
Secara historis kedaulatan sebenarnya berarti kekuasaan
raja yang tidak terbatas.

Dilihat dari macamnya ada 2 macam yaitu :

a. Kedaulatan teritorial = yang menunjukkan kekuasaan


pemerintah terhadap wilayah, perairan, udara.

79
b. Kedaulatan personil = menunjukkan kekuasaan pemerintahan
terhadap warga negaranya dan penduduk negara
G. Trias Politika (tri Praja)
Asal muasalnya berasal dari doktrin seorang berkebangsaan Perancil
bernama Montesquieu (1689-1755), adanya 3 kekuasaan yang
terpisah terdiri dari :
1. kekuasaan legislatif = pembuat undang-undang
2. Kekuasaaneksekutif = pelaksana undang-undang (pemerintah)
3. Kekuasan yudikatif = pelaksana peradilan

Pengertian istilah pemisahan (separation of powers) kekuasaan ini


adalah masing masing badan kekuasaan itu bekerjanya tidak ada kerjasama
satu sama lain, sehingga mereka melakukan Tugas Pokok dan fungsinya
(TOPOKSI) masing-masing yang didak ada koordinasi atau dengan kata lain
badan tersebut bekerja jalan sendiri-sendiri.

Dalam perkembangannya pemisahan kekuasan ini karena terjadinya


berbagai kesulitan dan kendala akhirnya tidak bisa dipertahankan dan
berubah menjadi “PEMBAGIAN KEKUASAAN (division of powers), yang
artinya ketiga badan tersebut bekerjanya bertautan, dan saling mengisi satu
sama lain atau adanya kerjasama seperti yang dapat dilihat dalam UUD NRI
1945

a. Pasal 14 (1). Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan


memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung *)
b. ayat (2). Preseiden memberi amnesti dan abolisi dengan
memperhatikan pertimbangan DPR

Catatan :

Grasi = ampunan pembebasan atau pengurangan hukuman yang


diberikan kepada seorang terhukum oleh Presiden
selaku kepala negara(hak prerogatip / istimewa)

Rehabilitasi = pemulihan nama baik dalam keadaan semula, atau


kehormatan yang telah dinodai orang yang dijatuhi
hukuman oleh Pengadilan yang sudah memiliki
kekuatan hukum tetap (inkrach van gewijde)

80
Amnesti = hak untuk mengeluarkan pernyataan umum bahwa undang-
undang pidana tidak akan menerbitkan akibat-akibat
hukum apapun bagi orang-orang tertentu yang bersalah
melakukan sesuatu atau beberapa tindakan hukum
misal amnesti pajak

Abolisi = hak untuk menyatakan bahwa hak tuntut pidana harus


digugurkan atau suatu tuntutan pidana yang telah
dimulai harus dihentikan .

H. Hak Asasi Manusia (HAM)


Istilah HAM terjemahan dari bahasa Inggris “Human Right” = Hak
asasi Manusia paham kemanusia yang menganggap bahwa sejak
manusia lahir di muka bumi dan hidup bermasyarakat telah memiliki
dan membawa hak-hak asasinya. Hak-hak asasi itu bersifat universal
(meliputi seluruh alam dunia) tanpa membedakan menusia menurut
kebangsaan, Ras, Agama. ataupun jenis kelamin. Oleh karenanya
setiap manusia mendapatkan kesempatan yang sama untuk
perkembangan sesuai dengan bakat dan cita-citanya.
Perjoangan HAM seperti sekarang ini tidak terjadi secara instan,
tetapi seperti teori evolusi pelan tapi pasti, yang pada akhirnya pada
tanggal 10 Desember 1948 telah dideklarasikan oleh PBB yang dikenal
dengan sebutan : Declaration of Human Rights = Pernyataan sedunia
tentang hak-hak asasi manusia.Pencetus ideanya adalah Mendiang
Presiden Amerika Serikat F. D. Roosevelt.

HAM PBB tersebut lahir setelah selesainya perang dunia ke II


(1942-1945), bila diamati secara cermat HAM tersebut lebih maju dari
pada UUD 1945 demikian perubahannya. sebagaimana yang di atur
dalam beberapa pasal-pasal UUD 1945 adalah :

1. Pasal 27 (1) : tentang kesamaan kedudukan Warganegara di


dalam hukumdan pemerintahan
2. Pasal 27 (2) : tentang hak tiap warganegara atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak
3. Pasal 28 tentang kemerdekaan berserikat dan berkumpul
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan

81
4. Pasal 29 (2) tentang kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk
agama dan untuk beribadah
5. Pasal 31 (1) tentang hak tiap warganegara mendapatkan pengajaran

I. Perubahan Konstitusi
Perubahan konstitusi atau UUD adalah terjemahan dari bahasa
Belanda Veranderingenin de grondwet, Yang didalam bahasa Inggris
sering orang menyebut “Amendments” atau revision yang
mengandung arti “pembetulan” atau perbaikan.
Jadi yang dimaksud Perubahan Kostitusi atau UUD adalah
Pembetulan atau perbaikan dari isi Bab, atau pasal-pasal tertentu dari
UUD . Dan perubahan ini diperbolehkan bukan disakralkan seperti
halnya pada masa pemerintahan Orde Baru. Perubahan UUD dalam
setiap negara termasuk Indonesia selalu disebutkan dalam bagian
pasal dari UUD. (Pasal 37 UUD NRI 1945).

J. Hukum Adminstrasi
Hukum Administrasi aslinya berasal dari terjemahan Bahasa
Belanda “administratiefrecht, atau bestuursrecht” (pemerintahan),
Universitas Gajah Mada menggunakan Hukum Tata Pemerintahan,
sedangkan di Universitas Airlangga menggunakan Hukum Administrasi
Negara (HAN).
Penggunaan istilah yang berbeda tersebut dapat dilihat dari arti
pemerintahan
1. Dalam arti sempit : sebatas pada tugas jabatan (eksekutif)
2. Dalam arti luas : Pdemerintah itu mewliputi tugas-tugas
legislatif(Pembentukan undang-undang), eksekutif (pelaksanaan
Undang-undang) dan yudikatif (tugas peradilan).
Hukum Administrasi adalah hukum yang menata (mengatur)
usaha (tugas jabatan) pemerintah untuk kepentingan umum, tidak
termasuk tugas-tugas pembuatan undang-undang (dalam arti sempit).

Penggunaan istilah yang berbeda-beda sebagaimana tersebut


kalau konsisten mestinya mengacu pada Undang-Undang Nomor 5
82
tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara yang dirubah
dengan Undang-Undang 9 tahun 2004 dan perubahan terakhir 51
tahun 2009 menggunakan Hukum istilah Hukum Tata Usaha Negara
(hukum TUN).

K. Hukum Internasional
Hukum Internasional yang disebut juga Hukum antar negara
atau Hukum bangsa-bangsa, merupakan terjemahan Bahasa
Belanda”Volkenrecht”, Bahasa Perancis “droit de gens, Bahasa
InggrisLaw of nation”, yang asli asal muasalnya dari hukum Romawi
disebut “Ius Gentium”, yang memiliki 2 (dua) pengertian
1. hukum yang berlaku bagi segala Bangsayang dibentuk oleh
masing-masing negara dan dapat diubah dan dihapus oleh negara
pembentuk, dan
2. hukum berdasarkan kehendak seluruh bangsa bersangkutan
(hukum sipil) dasarnya Pasal 1330 KUHPerdata asasnya “Pacta
suntservanda (setiap perjanjian mengikat sebagaimana undang-
undang bagi yang membuatnya).

Subyek Hukum Internasional yang modern seperti sekarang ini yang


diakui hanya sebatas pada

1. Negara yang berdaulat” atau


2. merupakan perserikatan negara yang dikenal dengan sebutan
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Sifat pengaturan Hukum Internasional lebih banyak berdasarkan


“Hukum adat” yaitu Hukum kebiasan Internasional, sepanjang
kebiasaan itu memberikan kekuasaan mengikat.

Sedangkan isi Hukum Internasional terdiri dari

1. Hukum Damai mengatur batas-batas negara, perwalian negegara,


pembentukan peraturan internasional, kerjasama internasional,
delik internasional

83
2. dan Hukum Perang dan hukum netral. Hukum peperangan
mengatur batas-batas dalam melakukan perang untuk mengurangi
kekejaman, penderitaan dan penghancuran perlakuan tawanan
perang, dan korban perang.
Sumber Hukum Internasional adalah :
a. perjanjian-perjanjian Internasional
b. kebiasaan-kebiasaan Internasional
c. asas-asas hukum yang umum berlaku
d. yurisprodensi Peradilan Internasional
e. pendapat para ahliHukum Internasional

84
B A B IX
BAHASA HUKUM KETATANEGARAAN
A. Pancasila
Secara historis bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghormata jasa-jasa pahlawannya, tulisan itu selalu terpampang di
setiap taman makam pahlawan Kabupaten dan Kota seluruh
Indonesia. Demikian Istilah Pancasila pertama kali diucapkan oleh
Presiden Pertama Soekarno pada waktu sidang Pertama Kali
“Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan yang disingkat BPUPKI) Bentukan
Pemerintah Jepang yang bersidang pertama kali tanggal 1 Juni 1945 di
Jakarta untuk “ merelisasikan janji Perdana menteri Jepang atas
hadiah kemerdekaan yang dijanjikan Jepang yang dikenal dengan
nama “Deklarasi Koiso” pada tanggal
24 Agustus 1945”, untuk menyatakan tentang “Lima Dasar Negara”.
Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang digunakan
oleh agama Budha untuk menyatakan adanya 5 (lima) pantangan :
1. pantang membinasakan makluk (membunuh)
2. pantang mencuri
3. pantang berbuat zina
4. pantanng menipu
5. pantang minum-minuman keras
Menurut Agama Hindu (Bali) terdapat pula istilah Panca cradha (lima
kepercayaan) antara lain :
1. percaya kepada sang Hyang Widhi (Tuhan Yang maha Esa)
2. percaya kepadaAtma (roh leluhur)
3. percaya kepada karma Phala (sebab dan akibat)
4. percaya kepada Moksa (nirwana / surga)

85
5. percaya kepada samsara (kelahiran kembali ,reinkarnasi)
Pancasila ditemukan pula dalam Kitab “sarga” dari kitab
Negarakertagama semasa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di
Mojopahit Pujian tentang Kemegahan negara Majopahit oleh Mpu
Prapanca pada tahun 1385.

B. Bhinekatunggal Ika
Istilah ini berasal dari lontar Sutasoma karya Mpu Tantular yang
antara lain menyatakan “ Bhineka Tunggal Ika tan hana Dharma
Mangrwa” = Maksudnya, berbeda itu satu, tidak ada kebenaran
(agama) mendua . Kata lain dalam ajaran Hindu Bali “ Eka Eva
Adwityam Brahman “ = yang maksudnya hanya satu (eka eva) tidak
ada duanya (adwityam) brahmani (Hyang Widhi = Tuhan).
Artinya Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya. Jadi istilah ika
atau eka dapat berarti itu atau satu, istilah eka lainnya misalnya nama
yang diberikan oleh mantan Presiden SuhartoTentang Pedoman dan
Penghayatan Pancasila adalah Eka Prasetya Pancakarsa dalam TAP
MPR Nomor XI/MPR/1978. Eka artinya satu, Prasetya artinya janji atau
tekad, Panca artinya lima dan karsa artinya kehendak atau tekat.
Jadi maksud “Eka Prasetya Panca Karsa adalah tekad yang
tunggal untuk melaksanakan lima kehendak dalam arti kehendak
melaksanakan Pancasila.
Dengan demikian yang dimaksud dengan “Bhineka Tunggal Ika “
adalah walaupun berbeda (masyarakat, bahasa, adat, budaya, agama
dan aliran pahamnya), namun satu jua negaranya, yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
itu dimulai sejak adanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928,
yaitu didahului dengan adanya Konggres Pemuda dari berbagai
golongan dan aliran pemuda Indonesia di Jakarta.
Sejak saat itu pemudaIndonesia bertekad bulat mengaku :
1. bertanah air satu, tanah air Indonesia
2. berbangsa satu, bangsa Indonesia
3. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia

86
Jika dilihat dari perjoangan pemuda ini, sepanjang sejarah
perubahan dari mulai :

1. sejarah kermerdekaan,
2. Perubahan dari pemerintah orde lama (ORLA) jaman rejim Sukarno
3. Perubahan pemerintahan Orde Baru (ORBA) jaman rejim Suharto
4. Perubahan pemerimtahan Orde Reformasi
selalu dimotori atau digerakkan oleh para pemuda, tetapi sayang
sekarang ini dicemari oleh adanya penggunaan para pemuda obat-
obat terlarang (NARKOBA) yang secara ekonomi menelan biaya
mencapai liunan rupiah, yang mestinya tidak perlu dilakukan, serta
adanya kepentingan politik tertentu dengan cara memecah belah
Persatuan dan kesatuan bangsa seperti adanya PILKADA dan lain-lain.

C. Gawi Manuntung Waja Sampai Kapunting

D. Swastika
Di bali selain lambang resmi daerah, terdapat pula lambang
kearifan local pada lambang keagamaan, yang merupakan lambang
suci agama hindu yaitu Swastika (lambang ini berbentuk silang mirip
dengan lambang Nazi Hitler atau mirip dengan galexy (kumpulan dari
bintang-bintang dicakrawala) yang merupakan dasar kekuatan alam.
Menurut ajaran hindu Bali kata Swastika itu terdiri dari2 suku
kata “Su (baik) asti (adalah) ke (menunjukkan sifat). Jadi Swastika
berarti bersifat baik. Kata-kata itu terjelma pula dalam pergaulan.
misalkan ketika memberi salam dengan menyebut ‘omswastiastuOm”
(aksana suci untuk Sang Hyang Widhi) swasti adalah (baik). Astu
(mudah-mudahan). Jadi Om swastiastu artinya semoga (anda) dalam
keadaan baik atas kurnia Hyang Widhi (Tuhan). Jika jawaban dalam
menyebut “Om shanti, shanti-shanti, maksudnya semoga damai atas
kurnia Hyang Widhi.
Dalam bahasa sansekerta swasti artinya kebahagiaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pandangan agama Hindu dalam
hidup masyarakat Hindu Bali bertujuan mewajudkan kehidupan damai
dan bahagia. Hal mana dapat dibandingkan dengan ucapan dalam
87
agama Islam “Assalamualaikum wa Rohmatullohi Wa Barakatuh “ yang
artinya selamat anda dan (semoga) Tuhan memberikan rahmat dan
berkahnya, begitupula dalam Agama Islam dikatakan “Baidatun
Toyyibatun wa Robbun Ghafur (surat saba 34) ayat 15) yang artinya
masyarakat (negara) yang baik dan Tuhan yang Naha Pengampun. Jadi
dalam pandangan hidup islam bertujuan mewujudkannegara yang
baikyang diridhoi Allah SWT.

E. Musyawarah
Istilah musyawarah berasal dari bahasa “Arab” dan ajaran Islam,
Misalnya dalam Al-Qur’an Surah Asysyuraa (42) ayat 38 dikatakan “

Wllaziinas tajaabu lirobbihim wa aqomus sholata waamruhun suraa


bainahum wa mimmaa razaqnnahum yunfiquun. dan (bagi) orang-orang yang
menerima (mematuhi) seruan Tuhan-Nya dan mendirikan sholat, sedang
urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan
mereka menafkakan antara sebagian dari rizki yang kami berikan kepada
mereka.

Dalam kitab suci agama kristen tentang permusyawaratan perwakilan


antara lain dikatakan .

Pada hari-hari itu berdirilah Petrus di tengah-tengahSaudara-Saudara yang


sedang berkumpul itu, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya (Kis.1:15)

“maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan


soal itu (Kis. 15:6).

Dengan adanya ajaran-ajaran agama tersebut, maka bertambah


kuatlah sistem demokratis di kalangan rakyat yang memang sejak zaman
Melayu Polinesia . Masyarakat adat di dusun dan di desa, dilingkungan
kerabatannya, telah melaksanakan sistem musyawarah dalam melaksanakan
pemerintahan kekerabatannya.

Dalam peribahasa Melayu mengatakan : Bulat air oleh pembuluh, bulat


kata oleh mufakatartinya bersatulah air karena ada penyalur, bersatunya
kata karena mufakat. Jadi mungkin saja didalam musyawarah terjadi

88
perbedaan pendapat, namun dikarenakan saling pengertian di antara
pesertanya menimbulkan kesepakatan.

Kondisi musyawarah untuk mencapai kata mufakat tersebut hampir


terjadi di seluruh pelosok tanah air, khususnya yang ada di pedesaan,
biasanya setiap masalah yang dihadapi dilakukan musyawarah bersama
untuk mencapai kata mufakat. yang kemudian dilaksanakan secara bersama-
sama, dengan hati yang ikhlas.

89
DAFTAR BACAAN

Advokat & Pengacara A. Priyadi Suban & Rekan 2002, Surat Kuasa

Harmas, Kholid, 2001, Kesantunan BerbahasaElite Politik, Republika

Allot, Antony, 1980, The Limit of law, butterworth & Co. (Publishers) Ltd.
London, Diterjemahkan olehnSoeleaman B.Adiwidjaja , 9993, dalam
Fungsi Bahasa dalam pendidikan hukum

Amir Piliang, Yasraf, 2005. Hipersemiotika (Tafsir Kultural Studues Atas


Natinya makna) Yogyakarta, Jalasutra

Anshori, Dadang S, 2000, Bahasa kekuasaan, Grnesia, Bandung.

AdiwidjJ, Soeleaman & Hartini, Lilis, Bahasa Indonesia Hukum, Bandung,


Pustaka

Badudu, J.S. 1985, Pelik-pelik Bahasa Indonesia, Bandung, Pustaka Prima.

---------, 1988, Ckrawala Bahasa Indonesia, Jakartaa, Gramedia.

Belajar Hukum Idonesia, 2010, Penafsiran Hukum Indonesia

Bader Johan Nasution, Bahasa Indonesia Hukum & Sri Warjiyati, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2001

Depdikbud, 1988, Tata Baku Bahasa Indonesia, Jakartra, Balai Pustaka

Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum 2005 PT. Alumni Bandung

Susanto, Anthon, 2005, Semiotika Hukum ( Dri Konstruksi Teks Menuju


Progretitas Makna) Bandung, refika Aditama.

Sobur, Alex, 2006, Semiotika Komunikasi, Bandung, Remaja, Rosdakarya

90
Lilis Hartini, Bahasa & Produk Hukum, 2014, PT. Refika Aditama, Bandung

89

UNIVERSITAS BALIKPAPAN
FAKULTAS HUKUM
KISI-KISI LATIHAN SOAL UAS TA. 2017-2918

1. ILMU NEGARA DIDEFINISIKAN OLEH SALAH SEORANG GURU BESAR


ADALAH ILMU YANG MEMPELAJARI NEGARA DALAM PEBGERTIAN YAN
G UMUM, ABSTRAK DAN UNIVERSAL. APA MAKNA ARTI YANG
DEMIKIAN ITU ?. COBA SAUDARA JELASKAN’
2. BAGAIMANA HUBUNAN ILMU NEGARA DENGAN ILMU YANG
BEROBYEKKAN SAMA YAIRUY NEGARA ?. LALU BAGAIMANA
HUBUNGANNYA DENGAN ILMU-ILMU YANG LAINNYA PADA
UMUMNYA?’
3. APAKAH ILMU NEGARA ITU JUGA MASUK DALAM RANAH ILMU,
SEBAGAIMANA YANG DIDEFINIKAN OLEH SEORANG PASTUR
POEDJAWIYTNO TAHU DAN PENGETAHUAN ) . BUKTIKAN
4. APA YANG SAUDARA KETAHUI TENTANG HAKEKAT NEGARA ?.
5. BAGAIMANA CIRI=CIRI SUATU NEGARA ?.
6. SEORANG SARJANA YANG BERKEBANGSAAN BELANDA
MENGEMUKAKAN BAHWAKARENA MEREKA MELIHAT KENYATAAN DI
BELANDA WAKTU ITU, BAHWA NEGARA ADALAH ORGANISASI
KEKUASAAN YANG DICIPTAKAN OLEH SEKELOMPOK MANUSIA YANG
DISEBUT BANGSA. JADI ADANYA NEGARA DIDAHULUI OLEH
KELOMPOK BANGSA DULU BARU MEMBENTUK NEGARA. MENURUT
SDR BAGAIMANA ?.
7. APA YANG MEMBEDAKAN ANTARA BANGSA DAN RAKYAT. JELASKAN
8. SEBUTKAN UNSUR-UNSUR NEGARA MODERN SEPERTI SEKARANG INI ?.
9. MEDIANG PRESIDEN SUKARNO PERNAH MENGATAKAN, BAHWA
DHARMA EVA HATO HANTI (KITA KUAT KARENA BERSATU), KARENA
ITU RASA NASIONALISME HARUS DIPUPUK TERUS. COBA SDR
91
SEBUTKAN NATION (RASA KEBANGSAAN) ITU SUBSTANSINYA APA
SAJA?.
10.APA HUBUNGANNYA ANTARA PENGAKUAN SECARA DE FACTO DAN
PENGAKUAN SECARA DE JURE. JELASKAN
11.COBA JELASKAN SECARA SINGKAT TUJUAN NEGARA PADA ABAD IX-XX
DAN ABAD XX SERTA ABAD SEKARANG INI SECARA GARIS BESAR.
12. DALAM TEORI FUNGSI DIKENAL SECARA GARIS BESAR ADA 3 COBA
JELASKAN ?.
13. TUJUAN TEORI FUNGSI TERSEBUT DIMAKSUDKAN UNTUK APA ?.
14. APA YANG SAUDARA KETAHUI TENTANG TEORI SPOIL SYSTEM DAN
TEORI MERIT SYSPEM . UNTUK SEKARANG INI LEBIH COCOK YANG
MANA ?.
15.KEKUASAAN ITU CENDERUNG KORUP, BAGAIMANA CARA MENGATASI
AGAR TIDAK TERJADI KORUP. JELASKAN.
16. DALAM TEORI KEKUASAANA DIKENAL ADANYA MULTIFORM. COBA
SAUDARA JELASKAN
17.DALAM TEORI PEMBENARAN KEKUASAAN DIKENAL BERBAGAI MACAM
COBA SDR JELASKAN TEORI DI BAWAH INI SECARA GARIS BESARNYA
- TEORI TEOKRASI LANGSUNG
- TEORI KEKUASAAN FISIK
- TEORI PERJANJIAN
18. APAKAH ADA HUBUNGANNYA ANTARA KEKUASAAN DENGAN
KEWIBAWAAN ?. JELASKAN
19.SIFAT-SIFAT KEPEMIMPINAN ITU MENURUT TEORI ASTA BRATA
BAGAIMANA MENURUT SAUDARA ? JELASKAN
20. COBA SAUDARA JELASKAN KELEMAHAN TEORI :
- KEDAULATAN TUHAN
- KEDAULATAN NEGARA
- KEDAULATAN HUKUM
21.CABA SAUDARA JELASKAN HAPUSNYA NEGARA MENURUT TEORI :
- ORGANIS
- ANARKIS
22. JEAN BODIN ADALAH BPK KEDAULATAN, MENURUTNYA SIFAT
KEDAULATAN ADALAH : TUNGHGAL. ASLI, ABADI DAN TIDAK BISA

92
DIBAGI-BAGI. MENURUT SAUDARA KEDAULATAN ITU BERADA
DIMANA ? (NEGARA ATAU PEMERINTAH).
23.BAGAIMANA BENTUK NEGARA MENURUT POLYBIUS ?.
24.DIMANA LETAK KE;LEMAHAN TEORI POLYBIUS
25. COBA SAUDARA BEDAKAN ANTARA NEGARA KESATUAN DAN NEGARA
SERIKAT ?.
26.PENGERTIAN BENTUK PEMERINTAHAN ADA DALAM ARTI LUAS DAN
DALAM ARTI SEMPIT. COBA SAUDARA JELASKAN ?.
27. SISTIM PEMERINTAHAN DI INDONESIA DARI MULAI ORDE LAMA
HINGGA ORDE REFORMASI MENGALAMI PASANG SURUT. SECARA
HISTORIS DIKENAL SISTEM :
- DEMOKRASI TERPIMPIN (SUKARNO)
- DEMOKRASI PANCASILA (SUHARTO)
- DEMOKRASI REFORMASI (SEKARANG)
COBA JELASKAN MASING-MASING DEMOKRASI TERSEBUT ?.

93

Anda mungkin juga menyukai