DOSEN:
SUBELO WIYONO, SH., MPD.
OLEH :
NAMA : GITA JUNITASARI
NPM : 171000340
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
BANDUNG
2019 / 2020
Deskripsi Tugas
3) Soerjono Soekanto
Dalam konsep Durkheim, hukum sebagai moral sosial, pada hakikatnya adalah
suatu ekspresi solidarits sosial yang berkembang didalam suatu masyarakat.
Hukum menurutnya adalah cerminan solidaritas. Tak ada masyarakat yang dapat
tegak dan eksis tanpa adanya solidaritas.
Menurut Durkheim, hukum dirumuskan sebagai suatu kaidah yang bersanksi.
Berat ringannya suatu sanksi tergantung kepada suatu pelanggaran dan anggapan
masyarakat sendiri tentang sanksi tersebut.
Hukum menindak, seperti yang dikatakan oleh Durkheim bisa disamakan dengan
hukum pidana sekarang. Dasar dari solidaritas ini adalah solidaritas sosial, yang
disebutkan dengan sebutan solidaritas mekanik. Solidritas seperti ini dapat timbul
dari kesamaan yang mengaitkan antar individu dengan masyarakat. Dlam
masyarakat yang demikian ini, terdapat kesamaan para anggotanya akan
kebutuhan-kebutuhan, perlakuan, serta sikapnya. Perasaan ini tidak saja menarik
para anggota masyarakat menajdi satu, melainkan juga melandaskan masyarakat
menjadi berdiri. Dengan demikian, serangan terhadap masyarakat akan dihadapi
pula dengan kesadaran bersama. Tentang tipe solidaritas ini, Durkheim
mengajukan tipologi yang membedakan secara dikotomis dua (2) tipe solidaritas
:
1. Hukum Solidaritas Mekanis
Dikatakan oleh Durkheim, ketika masyarakat masih berada pada tahap
diferensiasi segmental, masyarakat tampak sebagai himpunan sekian banyak
satuan pilihan, yang masing-masing berformat kecil dan antara satu dengan
yang lain seragam. Dalam solidaritas ini, seorang warga masyarakat secara
langsung terikat kepada masyarakat. Hal ini dapat terjadi dengan indikasi cita
cita bersama dari masyarakat yang bersangkutan secara kolektif lebih kuat serta
lebih intensif daripada cita-cita masing-masing warga secara individual.
2. Hukum Solidaritas Organis
Hukum yang tidak mencerminkan masyarakat yang berifat kolektif, sedangkan
hukum yang mengganti merupakan cerminan masyarakat yang telah
terdiferensasi dan terspesialisasi kedalam fungsi-fungsi. Masyarakat
berkembang dari tipe mekanis ketipe organis. Perkembangan ini sejalan dengan
kian terdiferensinya pembagian kerja dalam masyarakat, dari yang segmental ke
yang fungsional. (Yesmil Anwar & Adang, Pengantar Sosiologi Hukum, PT.
Grasindo, jakarta, 2008, hlm 134-135)
4) Max Weber (1864-1920)
Weber memandang hukum sebagai suatu kumpulan norma-norma atau aturan
aturan yang dikelompokkan dan dikombinasikan dengan Konsensus,
menggunakan alat kekerasan sebagai daya paksaan. Ia menganggap, hukum
adalah kesepakatan yang valid dalam suatu kelompok tertentu (consensually
Valid in a group) dan merupakan jaminan (Guaranteed) melalui suatu
paksaan (Coercive Apparatus). Menurut Weber, 2 hal tersebut adalah 2 unsur
mutlak yang harus ada dalam hukum.
Jika kita simpulkan, rumusan hukum adalah kombinasi dari , yaitu :
3. Bebarpa langkah dari adanya kesepakatan warga masyarakat
4. Suatu persetujuan yang dipertahankan secara mendalam tentang prosedur-
prosedur dan proses-proses
5. Pelaksanaan organisasi melalui kekuasaan negara.
Seorang pakar bernama ( Anzilotti ), pada tahun 1882 dari Itali yang permata kali
memperkenalkan istilah Sosiologi hukum , yang lahir dari pemikiran di bidang
filsafat hukum , ilmu hukum maupun sosiologi , sehingga sosiologi hukum
merupakan refleksi inti dari pemikiran disiplin-disiplin tersebut.
1) Pengaruh Dari Filsafat Hukum, Pengaruhnya yang khas adalah dari istilah ‘Law
In Action’, yaitu beraksinya atau berprosesnya hukum . Menurut Pound, bahwa
hukum adalah suatu proses yang mendapatkan bentuk dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan dan keputusan hakim atau pengadilan. Dengan
maksud yaitu kegiatan untuk menetralisasikan atau merelatifkan dogmatif hukum
. Juga hukum sebagai sarana untuk mengarahkan dan membina masyarakat.
2) Ilmu Hukum (Hans Kelsen) Ajaran Kelsen “The Pure Theory of Law” (Ajaran
Murni Tentang Hukum ), mengakui bahwa hukum dipengaruhi oleh faktor-faktor
politisi sosiologis, filosofis dan seterusnya. Kelsen juga mengemukakan bahwa
setiap data hukum merupakan susunan daripada kaedah-kaedah (stufenbau).
A. Mazhab Formalitas,
1) Jhon Austin (1790-1859), ia mengatakan bahwa mengatakan bahwa hukum
merupakan perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau
dari mereka yang memegang kedaulatan, hukum merupakan suatu sistem yang
logis, tetap dan bersifat tertutup, dan oleh karena itum ajarannya
dinamakan analytical jurisprudence.
2) Hans Kelsen (1881), dikenal dengan teori Hukum Murni (Pure Theory of
Law) menurutnya teori Hukum Murni adalah sebuah kaidah hukum tertentu
akan dapat dicari sumbernya pada kaidah hukum yang lebih tinggi derajatnya,
dinamakan teori hukum murni karena di maksudkan untuk menyatakan bahwa
hukum berdisi sendiri terlepas dari aspek-aspek kemasyarakatan yang lain.
C. Aliran Utilitarianism
1) Menurut Jeremy Bentham, manusia bertindak untuk memperbanyak
kebahagiaan dan mengurangi penderitaan , ukuran baik burunknya suatu
perbuatan manusia tergantung pada apakag perbuatan tersebut dapat
mendatangkan kebahagiaan atau tidak, menurut saya sendiri aliran ini cukup
relevan dengan tindakan kita pada sehari-hari yaitu seperti memperbanyak
tersenyum daripada menangis. ia juga mengatakan bahwa setiap kejahatan
harus disertai dengan hukuman-hukumn yang sesuai dengan kejahatan
tersebut, dan hendaknya penderitaan yang dijatuhkan tidak lebih daripada apa
yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kejahatan
2) Menurut Rudolph von Ihering mengemukakan bahwa hukum merupakan
suatu aat bagi masyarakat untuk mencapai tujuannya, hukum sebagai sarana
untuk mengendalikan masyarakat dan juga sebagai akar yang dapat
dipergunakan untuk melakukan perubahan sosial.
2) Hukum Restitutif,
yaitu hukum yang tujuan utamnya bukan mendatangkan penderitaan,
melainkan tujuan utamnya adalah untuk mengembalikan kaidah pada
situasi semula (pemulihan keadaan), sebelum terjadinya kegoncangan
sebagai akibat dilanggarnya suatu kaidah hukum .
B. MaxWeber, Teori Max Weber tentang hukum dikemukakan empat tipe ideal
dari hukum, yaitu :
1) Hukum irrasional dan material,
yaitu di mana pembentuk undang-undang dan hakim mendasarkan
keputusan-keputusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa
menunjuk pada suatu kaidah pun.
C. Philippe Nonet dan Philip Selznick. Mengemukakan suatu teori mengenai tiga
keadaan dasar hukum dalam masyarakat yakni :
1) Hukum Represif,
yakni hukum yang mengabdi kepada kekuasaan dan tertib sosial yang
represif. Perhatian paling utama hukum represif adalah dengan
dipeliharanya atau diterapkannya tertib sosial, ketertiban umum,
pertahanan otoritas, dan penyelesaian pertikaian.
2) Hukum Otonom,
yakni hukum yang berorientasai pada pengawasan kekuasaan represif. Sifat-
sifat yang terpenting adalah ; Pertama, penekanan pada aturan-aturan hukum
sebagai upaya untuk mengawasi kekuasaan resmi; Kedua, Adanya pengadilan
yang dapat didatangi secara bebas, yang tidak dapat dimanipulasi oleh
kekausaan politik dan ekonomi, serta memiliki otoritas eksklusif untuk
mengadili. Ketiga, penegakan atas kepatuhan hukum terhadap hukum akan
melahirkan pandangan tentang hukum sebagai sarana kontrol sosial.
3) Hukum Responsif,
yakni hukum yang bertujuan melayani kebutuhan dan kepentingan sosial yang
dialami dan ditemukan, bukan oleh pejabat melainkan oleh rakyat.
Karakteristik yang menonjol adalah; pertama, pergeseran penekanan dari
aturan-aturan ke prinsip-prinsip dan tujuan ; Kedua, pentingnya kerakyatan
baik sebagai tujuan hukum maupun cara untuk mencapainya.
Setelah mengetahui berbagai pemikiran para ahli sosiologi hukum , seperti teori yang
dikemukakan Max Webber bahwa hukum adalah suatu kesepakatan yang valid dari
suatu masyarakat yang dipertahankan oleh prosedur-prosedur melalui
kekuasaan.Sehingga hukum itu timbul dari masyarakat bukan seperti apa yang
dikatakan oleh teori Jhon Austin yang menyatakan bahwa hukum merupakan perintah
dari mereka yang memegang kekuasaan ,karena menurut saya kekuasaan hanyalah
sebagai suatu sarana dalam proses penegakan hukum.Bukan juga seperti apa yang
dikatakan oleh Hans Kelsen yang menyatakan bahwa hukum itu berdiri sendiri dan
lepas dari aspek-aspek kemasyarakatan yang lain. Melainkan hukum merupakan
suatu alat bagi masyarakat untuk mencapai tujuan ,hukum adalah sarana untuk
mengendalikan masyarakat yang dapat dipergunakan untuk melakukan perubahan
sosial sperti apa yang dikemukakan oleh Rudolp Von Ihering.
1. Hukum adalah alat yang menyebabkan timbulny konflik dan perpecahan. Hukum
tidak berfungsi untuk melindungi. Hukum hanya melindungi kelompok-
kelompok yang dominan.
2. Hukum bukan merupakan alat integrasi tetapi merupakan pendukung
ketidaksamaan dan ketidakseimbangan yang dapat membentuk perpecahan kelas.
3. Hukum dan kekuasaan merupakan sarana dari kaum kapitalis yang berkuasa
dibidang ekonomi, unytuk melanggengkan kekuasaannya.