Anda di halaman 1dari 23

BAHASA INDONESIA

Rangkuman BAB 1-3 & perbaikan penulisan

IVON QUEENCYLLA MAERDA

NIM : C1F120078

PERPUSTAKAAN DAN ILMU INFORMASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERITAS HALUEO KENDARI
2020/2021
BAB 1
BAHASA DAN HAKIKATNYA
A. Konsep Bahasa
Setiap bahasa mengandung dua sistem, yaitu Sistem bunyi dan sistem
makna. Bunyi merupakan sesuatu yang bersifat fisik yang dapat ditangkap
oleh panca indera kita. Tidak semua bunyi dapat diklasifikasinya sebagai
suatu simbol sebuah kata. Sebuah ujaran harus dapat menjadi lambang
tergantung pada komitmen masyarakat. Setiap kelompok masyarakat
bahasa baik kecilnya maupun besar secara konvensional telah menyepakati
bahwa sctiap struktur bunyi tertentu akan memiliki arti
tertentllpula. Konvensi-konversi masyarakat bahasa itu akhirnya
menghasilkan bermacam-macam satuan struktur bunyi yang berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya. Masing-masingmengandung suatu
makna tertentu pula. Demikian pula contoh lain, kita akan memahami
kalimat saya mencintaj negeri ini Bila kalimat tersebut diubah menjadi ini
saya negeri mencintai tidak akan kita pahami maknanya karena sudah
bergeser dari pola yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Bahasa disebut
mana suka karena unsur-unsur bahasa dipiiih secara acak tanpa dasar. Tidak
ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Bahasa
disebut juga ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah
bunyi, walaupun kemudian ditemui ada juga media tulis Bahasa bersifat
manusiawi karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang
memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya. Bahasa disebut sebagai alat
Komunikasi karena fungsi bahasa sebagai penyatu keluarga, masyarakat
dan bangsa dalam segala kegiatannya. Bahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi antar anggota masyarakat terbagi atas dua unsur utama yakni
bentuk dan makna . Bahasa merupakan alat komunikasi utama. Dengan
bahasa manusia mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang
lain. Melalui ungkapan bahasa, pemikiran, perasaan, dan Penalaran
seseorang dapat dirangsang dan dilatih. Dengan Bahasa memungkinkan
manusia untuk menyampaikan informasi dan meneruskannya dari generasi
generasi, melalui ungkapan bahasa tertulis, juga dengan bahasa
memungkinkan manusia untuk membangun kebudayaan Serta menguasai
ilmu pengetahuan untuk meningkatkan mutu kehidupannya serta dapat
pula memengaruhi arah perilaku manusia. Pemakaian bahasa Indonesia di
perguruan tinggi merupakan upaya untuk membina keterampilan
mahasiswa dalam berbahasa Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan
mutu manusia Indonesia sebagai bekal menghadapi kehidupan masa kini
dan mendatang. Bahasa merupakan alat pertama dan utama untuk
membangun arus pemikiran yang jelas dan teliti.
Bahasa Indonesia alat pertama dan utama untuk membangun arus
pemikiran yang jelas dan tepat. Bahasa bukan semata-mata alat
komunikasi, tetapi juga merupakan alat pertama dan fundarnental dalam
proses pendidikan. Secara umum, bahasa berfungsi sebagai alat
komunikasi. Fungsi khusus bahasa dikelompokkan oleh Finochiaro menjadi
5 kelompok. Fungsi bahasa yang demikian itu diarahkan untuk membina
hubungan sosial. Dampak yang menonjol adalah terciptanya hubungan
antarpemakai bahasa. Fungsi direktif adalah fungsi bahasa untuk mengatur
orang lain. Menurut Fesold pemakaian bahasa direktif ini membawa
resiko. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia sudah sepantasnya dikaji sebagaimana bahasa itu digunakan di
masyarakat. Pada hakikatnya bahasa yang digunakan di masyarakat itu
harus memiliki sistem yang sama, maksudnya di dalam masyarakat harus
ada satu bahasa yang sudah disepakati bersama untuk mengintegrasikan
diri. Begitu pula dengan cara-cara penggunaannya untuk berkomunikasi di
lingkungan masyarakat. Menurut Pateda ada dua faktor yang turut
menentukan dalam berkomunikasi yaitu faktor situasi dan faktor
sosial. Faktor situasi sangat berpengaruh bagi pembicara dalam memilih
kata-kata dan bagaimana cara menggunakannya.
 Hakikat Bahasa
1. Bahasa itu adalah Sebuah Sistem
Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut
pola tertentu dan membentuk satu kesatuan. Sebagai sebuah
sistem, bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya
bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara
acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem
tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan .
2. sistem itu adalah lambang
Bahasa itu Berwujud Lambang. Lambang dengan berbagai seluk
beluknya dikaji orang dalam bidang kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu
yang mempelajari tanda- tanda yang ada dalam kehidupan manusia.
3. Bahasa itu berupa bunyi
Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi
juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk
bunyi bahasa.
4. Bahasa itu bersifat arbitrer
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang Bahasa dengan konsep atau pengertian
yang dimaksud oleh lambang tersebut. Kenyataannya, kita tidak bisa
menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun yang belum pernah
kita dengar, karena bunyi kata tersebut tidak memberi «saran» atau
«petuniuk» apapun untuk mengetahui maknanya.
5. Bahasa itu bermakna.
Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud
lambang. Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu
konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud
bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi makna.
6. Bahasa itu bersifat konvensional.
Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi
bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang
diwakilinya. Misalnya, binatang berkaki empat yang biasa
dikendarai, dilambangkan dengan bunyi [kudal, maka anggota
masyarakat bahasa Indonesia harus mematuhinya. Bahasa dikatakan
bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang
tidak dimiliki oleh bahasa lainnya.
7. Bahasa itu bersifat unik.
Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri
khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya.
8. Bahasa itu bersifat universal
Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada Ciri-
ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini.
Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa
itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

9. Bahasa itu bersifat produktif


Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu
terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat
dibuat satuan-satuan bahasa yang tidak terbatas, meski secara
relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa
itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa
Indonesia, /a/, ,/i/, /k/, dan /t/. Anggota masyarakat suatu bahasa
biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan
latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut
maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi.
10.Bahasa itu bervanasi
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang
dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak
sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi
bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:
1. Idiolek : Ragam bahasa yang bersifat perorangan.
2. Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat suatu waktu.
3. Ragam : Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu
Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.
11.Bahasa itu bersifat dinamis
Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia
sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan
manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan
manusia itu selaiu berubah, maka Bahasa menjadi ikut berubah, menjadi
tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan
kata atau istilah haru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-
perubahan
12.Bahasa itu manusiawi
Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat
komunikasi binatang bersifat tetap, statis, sedangkan alat komunikasi
manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis, maka, bahasa
bersifat manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan
hanya dapat digunakan oleh manusia.
BAB 2
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
A. Bahasa Indonesia
Sejarah mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu-
Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di Wilayah Sumatera. Bahasa
Melayu-Riau inilah yang diangkat oleh para pemuda pada «Konggres
Pemoeda», 28 Oktober 1928, di Solo, Menjadi bahasa Indonesia.
Tujuannya ialah ingin memversatukan para pemuda Indonesia, alih-alih
disebut bangsa Indonesia. Ketika itu, yang mengikuti «Kongres pemoeda»
adalah wakil-wakil pemuda Indonesia dari Jong Jawa, jong Sunda, Jong
Batak, long Ambon, dan Jong Selebes. Ciri-ciri kebahasaannya tidak berbeda
dengan bahasa Melayu. Namun, untuk mewujudkan rasa persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia, parapemuda Indonesia pada Saat itu secara
politis« menyebutkan bahasa Melayu-iau meniadi bahasa indonesia. Nama
hahasa Indonesialah yang dianggap bisa memancarkan inspirasi dan
semangat nasionalisme, bukan nama bahasa Melayu yang berbau
kedaerahan. Ikrar yang dikenal dengan nama »Soempah pemoeda« ini butir
ketiga berbunyi »Kami poetera-poeteri indonesia, mendjoendjoeng tinggi
bahasa persatoean, bahasa Indonesia« . Ikrar yang diperingati setiap tahun
oleh bangsa Indonesia ini juga memperlihatkan betapa pentingnya bahasa
bagi suatu bangsa. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling
efektif, mutlak diperlukan setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak akan
mungkin dapat berkembang, bangsa tidak mungkin dapat menggambarkan
dan menunjukkan dirinya secara utuh dalam dunia pergaulan dengan
bangsa lain. Akibatnya, bangsa Itu akhirnya akan lenyap ditelan
masa. ladi. Bahasa menuniukkan identitas Bahasa. sebagai bagian
kebudayaan dapat menuniukkan tingp rendahnya kebudayaan bangsa
Bahasa akan menggambarkan sudah sampai seberapa jauh kernajuan yang
telah dicapai suatu bangsa ikrar berupa 'Soempah Pemoeda» inilah yang
menjadi dasar yang kokoh bagi kedududkan dan fungsi hahasa Indonesia
bagi bangsa Indonesia.
Setelah hamoir dasa windu menjadi persatuan Bahasa Indonesia
mempertihatkan ciri cirinya sebagai alat komunikasi yang mutlak diperlukan
bangsa indonesia. Bahasa indonesia telah membuktikan dirinya sebagai
bahasa yang tahan uji. Bahasa Indonesia sangat berperan dalam
mempersatukan berbagai suku bangsa yang beraneka adat dan
budayanya. Dalam mengemban mtsrnya. Bahasa Indonesia terus
berkembang seiring dengan kepertuan dan perkembangan bangsa
Indonesia. walaupun ada perkembangan yang perkembangan yang
mengembirakan dan membahayakan . Dualisme ini mernang merupakan
dinamika dan konsekuensi bahasa yang hidup Tetapi karena bahasa
Indonesia sudah ditahlilkan sebagai bahasa yang berkedudukan tinggi oleh
bangsa Indonesia. ia harus dipupuk dan disemaikan dengan baik dan penuh
tanggung Jawab agar La btsa benar benar menjadi cermin bangsa Indonesia.
Kaum penajajh ketika itu memang menginginkan seperti itu sehingga
pernakai bahasa Indonesia merasa diri tidak berguna mempelajari dan
menguasai bahasa Indonesia. Orang Indonesia ketika itu merasa lebih
terpelajar dan terhormat aoabila menguasai bahasa Belanda dengan
baik. Orang Indonesia tidak merasa malu apabila tidak menguasai bahasa
Indonesia dengan baik, tetapu akan merasa ada yang kurang apabila tidk
menguasai bahasa Belanda dengan baik. Akibatnya, tidak banyak orang
Indonesia yang mau mempelajari bahasa Indonesia dengan serius dan
cukup menguasai bahasa Indonesia ala kadarnya untuk komunikasi
umum. Bahasa Indonesia mulai populer dan mulai diperhatikan para
pemakainya dengan haik. Sesudah itu terbuktilah bahwa bahasa Indonesia
tidak kurang mutunya dibanding dengan bahasa-bahasa asing
lainnya. Bahasa Indonesia pun mulai mengalami perkembangan sesuai
dengan kodratnya sebagai bahasa yang hidup. Bahasa Indonesia terus
dipakai pemiliknya dengan teratur dan lebih luas. Sesudah Indonesia
merdeka, bahasa Indonensia lebih berkembang lagi dengan baik dan
meluas. Setelah perkembangan bahasa Indonensia itu sedemekian
pesatnya sekarang timbullah serangkaian pertanyaan:
A. Apakah setiap bangsa Indonesia sudah bangga berhahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional?
B. Apakah setiap bangsa Indonesia sudah mencintai dan menghormati
bahasa Indonesia?
C. Adakah rasa kebanggan itu timbul dari hati nurani setiap orang yang
mengaku berbangsa Indonesia?
D. Apabila setiap bangsa Indonesia sudah mencintai, menghormati, dan
bangga berbahasa Indonesia, apakah mereka sudah membina bahasa
Indonesia dengan baik?
E. Adakah pemakai bahasa Indonesia itu sudah memathui kaidah-kaidah
bahasa Indonesia yang benar?
F. Apakah setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia itusudah
mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
Jawaban untuk semua pertanyaan ini tentulah ada di dada masing-masing
orang yang menganggap, mengaku, dan menjadikan dirinya sebagai bagian
dari bangsa Indonesia.
B. Fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia
Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan
pernah kita pakai. Misalnya dalam kalimat «Bagaimana kedudukan dia
sekarang?», «Apa fungsi baut yang Saudara pasang pada mesin ini?», dan
sebagainya. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara
tersirat kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak
pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Karena KondiiSi dan
pentingnya bahasa itulah, maka ia secara eksplisit oleh pemakainya yang
berupa kedudukan dan fungsi. tertentu. Kedudukan dan fungsi bahasa yang
dipakai oleh pemakainya perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan
'label' yang diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa yang
bersangkutan. Pemakainya akan menyikapinya secara jelas
terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai dengan 'label'
yang dikenakan padanya. Pemakainya akan berusaha mempertahankan
kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan, antara
lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang 'masuk' ke dalamnya. Unsur-
unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima, sedangkan unsur-
unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak. Sehubungan dengan itulah
maka perlu adanya aturan untuk suatu unsur lain yang •menentukan
kapan, misalnya, mempengaruhinya layak diterima, dan kapan seharusnya
ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah
yang bersangkutan.

1. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional


Kehadiran bahasa indonesia mengikuti perjalanan seiarah yang
panjang. (Untuk meyakinkan pernyataan ini, silahkan dipahami sekali
lagi Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia.) Perialanan itu dimulai
sebeium masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-hukti prasasti yang
ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi
serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya inpirasi
persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928
yang konsepa aslinya berbunyi:
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mengakoe bertoempah durah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.

Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian pengamat


(baca: sosiolog) adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap
sesuati yang luar biasa. Dikatakan demikian, sebah negara-negara
lain, khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk membuat hal
yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan
bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itudilakukan tanpa
hambatan sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan
tekad yang sama. Kita patut bersyukur dan angkat topi kepada
mereka. Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah
Pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai lingua franca di selüluh
kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudah berabad•abad
sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat
kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di
balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak
mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku, sebab
yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri.
Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun
tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetapi
dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran
masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya
yang mendukung lancarnya inspirasi Sakti di atas. Apakah ada
bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa
Indonesia Pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik
struktur, sistem, maupun kosakata jelas tidak ada lagi kerangkanya
sama. Yang berbeda adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum
Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat
kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda
semangat dan jiwa bahsa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa
Indonesia. Pada Saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat
baru diganti dengan nama bahasa Indonesia.
Dari"Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional" yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara
bin menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa
Nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:
a. Lambang kebanggaan nasional,
b. Lambang identitas nasional,
c. alat pemersatu berhagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda
latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan
d. alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita
harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak
acuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan
mengembangkannya. Ini beratri, dengan bahasa ndonesia akan dapat
diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai
bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita
harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin
di dalamnya.
Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering kita rasakan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia
kita dapat Saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk segala
aspek kehidupan. Akhirnya, apabila arus informasi antarkita
meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan
kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan
pembangunan akan cepat tercapai.
2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/
Resmi
Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi pun
mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Hal ini terbukti pada
uraian berikut. Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai
sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak berarti
sebelumnya tidak ada. La merupakan sambungan yang tidak
langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian, sebab pada
waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam lapangan
atau ranah pemakaian yang berbeda. Bersamaan dengan
diproklamasikannya kemerdekaan kdonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa indonesia sebagai bahasa
negara. Hal itu dinyatakan dalam [JUD
1945, Bab W, Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa negara
ukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang
harus dipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak
ahilnya suatu negara. Bahasa-bahasa yang terdapat di
Malaysia, Singapura, Filipina, dan india tidak mempunyai ketiga
faktor di atas, terutama faktor yang nomor . Masyarakat
multilingual yang terdapat di negara itu paling ingin mencalonkan
bahasa daerahnya sebagai bahasa negara. Mereka Saling menolak
untuk menerima bahasa daerah lain sebagai bahasa resmi
kenegaraan. Tidak demikian halnya dengan negara Indonesia.
Dalam "Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai :
a. bahasa resmi kenegaraan,
b. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga
pendidikan,
c. bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah, dan
d. bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan
pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat
fungsi itulah memang sebagai ciri penanda bahwa suatu bahasa
dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara. Pemakaian
pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi kenegaran ialah digunakannya bahasa Indonesia
dalam naskah proklamasi kernerdekaan RI 1945. Mullai saat itu
dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara. peristiwa, dan
kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi
yang dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaganya
dituliskan di dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato atas
pemerintah atau dalam rangka menuanaikan tugas pemerintahan
diucapkan dan dituliskan dalam bahasa Indonesia. Sehubungan
dengan ini kita patut bangga terhadap presiden kita, Soeharto
yang selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam situsi apa dan
kapan pun selama beliau mengatasnamakan kepala negara atau
pemerintah. Bagaimana dengan kita? Sebagai bahasa resmi,
bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-
lemhaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan
perguruan tinggi. Hanya Saja untuk kepraktisan, beberapa
lembaga pendidikan rendah yang anak didiknya hanya menguasai
bahasa ibunya (bahasa daerah) menggunakan bahasa pengantar
bahasa daerah anak didik yang bersangkutan. Hal ini dilakukan
sampai kelas tiga Sekolah Dasar Sebagai konsekuensi pemakaian
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga
pendidikan tersebut, maka mater pelajaran ynag berbentuk media
cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat
dilakukan dengan menerjemahkan buku-
buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Apabila hal
ini dilakukan, sangatlah membantu peningkatan perkembangan
bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan
teknolologJ (iptek). Mungkin pada saat mendatang bahasa
Indonesia berkembang sebagai bahasa iptek yang sejajar dengan
bahasa Inggris. "Sebagai fungsinya di dalam perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah, bahasa Indonesia dipakai dalam
hubungan antarbadan pemerintah dan penyeharluasan informasi
kepada"masyarakat. Akhirnya, sebagai fungsi pengembangan
kebudayaan nasional, ilmu, dan teknologi, bahasa Indonesia
terasa sekali manfaatnya. Agar jangkauan pemakaiannya lebih
luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku
pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun
media cetak lain, hendaknya menggunakn bahasa
Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik
dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat
lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi..

C. Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa


Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi
1. perbedaan dari Segi wujudnya
Apabila kita mendengarkan pidato sambutan Menteri Sosial dalm
rangka peringatan Hari Hak-hak Asasi Manusia dan pidato sambutan
Menteri Muda Usaha wanita dalam rangka peringatan Hari
Ibu, misalnya, tentunya kita tidak menjumpai kalimat-kalimat yang
semacam ini. Ini hari adalah hari yang bersejarah. «Apabila kita
menginginkan tercapainya tujuan komunikasi, kita tidak akan
menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti oleh lawan
bicara kita sebagaimana contoh di atas. Kita juga tidak akan
menggunakan struktur-struktur kalimat yang membuat mereka
kurang memahami maksudnya.
Hat ini disebabkan oleh lapangan pembicaraannya berbeda. Dalarn
lapangan politik diperlukan kosakata tertentu yang berbeda dengan
kosakata yang diperlukan daiam lapangan administrasi. Begitu juga
dalarn lapangan ekonomi, sosial, dan yang lain-lain. Semuanya
menggunakan bahasa yang berciri baku. Dalam lapangan dan situasi
di atas tidak pernah digunakan, misalnya, struktur kata 'kasih
tahu' , 'bikin bersih' , 'dia orang' , 'dia punya harga' , dan kata
'situ' , 'kenapa' untuk mengapa, 'bilang' , 'nggak' , 'gini' , dan kata-
kata lain yang dianggap kurang atau tidak baku.

2. Perbedaan dari Proses Terbentuknya


Secara implisit, perbedaan dilihat dari proses terbentuknya antara
kedua kedudukan bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara dan
nasional, sebenarnya sudah terlihat di dalam uraian pada butir 1.2
dan 1.3. Akan tetapi, untuk mempertajamnya dapat ditelaah hal
berikut.
Putra-putra Indonesia sadar bahwa persatuan merupakan Sesuatu
yang mutlk untuk mewujudkan suatu kekuatan. Semboyan «Bersatu
kita teguh bercerai kta runtuh» benar-benar diresapi oleh
mereka. Dengan pertimbangan kesejarahan dan kondisi bahasa
Indonesia yang lingua franca itu, maka ditentukanlah ia sebagai
bahasa nasional. Berbeda halnya dengan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara/resmi. Terbentuknya bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara/resmi dilatarbelakangi oleh kondisi bahasa Indonesia
itu sendiri yang secara geografis menyebar pemakiannya ke hampir
seluruh wilayah Indonesia dan dikuasai oleh sebagian besar
penduduknya.
3. Perbedaan dari Segi Fungsinya
Setelah kita menelaah uraian terdahulu, kita mengetahui bahwa
fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional bel beda
sekali dengan fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara. Apabila kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai fungsi
tertentu, terdapat kaitan apa dengan kita? Kita berperan sebagai apa
sehingga kita berkewajiban moralmenggunakan Bahasa Indonesia
sebagai fungsi tertentu? jawaban atas pertanyaan itulah yng
membedakan tanggung jawab kita terhadap pemakaian fungsi
bahasa Indonesia haik dalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional
maupun sebagai bahasa negara/resmi. Walaupun Ton Sin Hwan
keturunan Cina, tetapi karena dia warga negara Indonesia dan secara
kebetulan menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum maka
Pada Saat dia memberikan penataran kepada anggotanya
berkewajiban moral untuk menggunakan bahasa Indonesia. Tidak
perduli apakah dia lancar berbahasa Indonesia atau tidak.

BAB 3
BAHASA INDONESIA DAN RAGAMNYA

Penting atau Tidaknya Bahasa Indonesia Sebuah bahasa penting atau tidak
penting dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu jumlah penutur, luas daerah
penyebarannya, dan terpakainya bahasa itu dalam saran ilmu, sastra, dan
budaya.
2.1.1 Dipandang dari Jumlah Penutur
Ada dua bahasa di Indonesia, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
daerah. Bahasa Indonesia lahir sebagai bahasa kedua bagi sebagian besar
warga bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia baru dikenal anak-anak setelah
mereka sampai pada usia sekolah . Berdasarkan keterangan diatas, penutur
bahasa Indonesia yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai «bahasa
ibu» tidak besar jumlahnya. Dengan demikian, kalau kita memandang bahasa
Indonesia itu tidak penting, akan tetapi pandangan tidak tertuiu pada masalah
«bahasa lhu». Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur yang
memberlakukan bahasa Indonesia sebagai «bahasa kedua».
2.1.2 Dipandang dari Luas Penyebarannya
Penyebaran suatu bahasa tentu ada hubungannya dengan penutur
bahasa itu. Oleh sebab itu, tersebarnya suatu bahasa tidak dapat dilepaskan
dari segi penutur. Penutur bahasa Indonesia yang berjumlah 250 juta lebih itu
tersebar dan luas, yaitu dari Sabati sampai Merauke. l)aerah ini masih harus
ditambah dengan daerah-daerah lain,seperti Australia Belanda.

2.1.3. Dipandang dari Dipakainya sehagai Sarana ilmu Budaya, dan Susastra
Sejalan dengan jumiah penutur dan iuas penyebarannya pemakaian
suatu bahasa sebagai sarana ilmu,budaya, dan susastra dapat dijadikan pula
ukuran penting atau ridaknya bahasa itu. Kalau kita mencoba memandang
bahasa daerah, seperti bahasa Tolaki atau Muna. Kita dapat menelusuri
seberapa jauh bahasa itu dapat dipakai sebagai sarana sastra. budaya, dan
ilmu. Tentang susastra, bahasa Tolaki atau Muna kaya dengan macam dan jenis
susastranya walaupun hanya susastra lisan. Susastra Tolaki atau Muna telah
memasyarakat ke segenap pelosok daerah Tolaki atau Muna.
2.2 Ragam Lisan dan Ragam Tulisan
Bahasa Indonesia yang sangat luas wilayah pemakaiannya ini dan
bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan
melahirkan sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat
dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tuIisan.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam
lisan kedalam ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus
persen sebab tidak semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak
semua ragam tulis dapat dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan
belum tentu berlaku bagi ragam tulis. Kedua ragam ini berheda,
perbedaannnya adalah sebagai berikut :
1) Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang
berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan
adanya teman berbicara berada di depann.
2) Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek,
predikat, dan Ojek tidak selaludinyatakan, unsur-unsur itu kadang-
kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang
digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan,
atau intonasi. Contoh:
Orang yang belanja di pasar.
"Bu, berapa cabenya ?"
"Tiga puluh".
"bisa kurang?"
"Dua lima saja, Nak."
Ragam tulis perlu lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi- fungsi
gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang
kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam
Tuliis menghendaki agar orang yang diiajak bicara mengerti isi tulisan
itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan- tulisan daiam buku, majalah, dan
surat kabar.
3) Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa
yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan
berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan
dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh
orang yang berada di luar ruangan itu. Ragam lisan terikat oleh situasi,
kondisi, ruanb dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yangb ditulis
oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang
berbeda di Amerika atau Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun
1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh orang yang hidup tahun 2000
dan seterusnya. Hal ini dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-unsur dari
ragam tulis. Contoh ragam lisan lainnya. Seorang direktur berkata
kepada sekretarisnya.
" Kenapa dia, San."
"Tahu, Tuan, miring kali. "
Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa
yang diperbincangkannya itu.
4) Ragam lisan dipengaruhi Oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya
suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda Baca, huruf besar,
dan huruf miring. Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahsa
Indonesia ragam lisan dan ragam tulis. Perbandingan ini didasarkan atas
perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.
2.2.1 Ragam Lisan
a. Penggunaan Bentuk Kata
(1) Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
(2) Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu
(3) Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
b. Penggunaan Kosa Kata
(1) Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
(2) Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.
(3) Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang
diterimanya.
c. Penggunaan struktur Kalimat
(1) Rencana bi saya sudah sampaikan kepada direktur
Y(2) Dalarn "Asah Terampil" ini dihadiri juga Oleh Gubernur Daerah Istimewa
Aceh.
(3) Karena terlalu banyak saran berbeda-beda sehingga ia makin bingung untuk
menyelesaikan pekerjaan itu.

2.2.2 Ragam Tulis


a. Penggunaan Bentuk Kata
(1) Kendaran yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
(2) Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu
(3) Foto kopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oieh pimpinan akademi.
b. Penggunaan Kosakata
(1) Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu
(2) Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
c. Penggunaan Struktur Kalimat
(1) Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur
(2) "Asah Terampil" ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
2.3 Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar warga masyarakat pemakaianya sebagai bahasa resmi dan sebagai
kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaanya. Ragam tidak baku
adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang
menyimpang dari norma ragam baku. Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
a) Kemantapan Dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau kata rasa
dibubuhi awalan pe akan berbentuk kata perasa. Bentuk- bentuk lepas
tangan, lepas pantai dan lepas landas merupakan contoh kemantapan
kaidah bahasa baku. Kata langganan mempunyai maka ganda, yaitu
orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan.
b) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada
tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang- orang yang
terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan
bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal . Di samping
itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang
ada dalam otak atau penulis. Rumah sang jutawanyang aneh akan dijual
Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu
rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh.
Dengan demikian,kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas.Agar
menjadi cendekia,kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut:
(1) Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual
(2) Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual
c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam.Pada hakikatnya,proses pembakuan bahasa ialah
proses penyeragaman bahasa.Dengan kata lain,pembakuan bahasa adalah
pencarian titik-titik keseragaman. Pelayanan kapal terbang dianjurkan untuk
memakai istilah pramugara dan pramugmiAndaikata ada orang yang
mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward atau stewardes
sampai dengan Saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam
masyarakat ialah pramugara atau pramugari.
2.4 Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Dalam kehidupan berbahasa,kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam
tulis,ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu, muncul ragam baku
tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai
dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah dilakukan
dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa Indonesia yang
tercantum dalam buku Pedoman IJmum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan demikian pula,pengadaan Pedoman Urnum Pembentukan
Istilah dan pengadaan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pula usaha
ke arah itu. Bagaimana dengan masalah ragam baku lisan? Ukuran dan nilai
ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang
terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau
dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjoi pengaruh logat atau dialek
daerahnya.
2.5 Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam fungsionalyang kadang-kadang disebut juga ragam profeslonal
adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi,lembaga,lingkungan
kerja,atau kegiatan tertentu lainnya.Ragam fungsional juga dikaitkan dengan
keresmiaii keadaan penggunaannya dalam kenyataan,ragam fungsional
menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian,seperti bahasa
dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan. perhatikan
contoh-contoh berikut:

a. Ragam keilmuan/Teknologi
Komputer adalah mesin pengolah informasi.Berjuta-juta fakta dan bagan
yang berbeda dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari kembali
apabila diperlukan. Komputer dapat juga mengerjakan perhitungan yang
rumit dengan kecepatan yang luar biasa. Hanya dalam waktu beberapa
detik komputer dapat melaksanakan pekerjaan yang kalau dikerjakan oleh
tenaga manusia akan memakan waktu berminggu-minggu.Ragam
Kedokteran
Kita mengenal dua macam diabetesyaitu diabetes inspidus dan diabetes
melitus.Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik
(antidiuretic hormone-ADH) diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada
didasar otak sehingga kita mengeluarkan urine terus atau kencing saja.
Pada diabetes yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas yang berada di bawah hati.Dengan kurangnya zat insulin
ini,metabolisme gula terganggu sehingga sebagian tidak bisa diubah
menjadi bahan yang bisa dibakar untuk menghasilkan tenaga, perubahan
tersebut tidak sempurna.
b. Ragam Keagamaan
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang yaitu orang- orang
yang apabila menerima takaran dari orang lain,mereka minta
dipenuhidan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang
lain,mereka menguranginya. Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar
yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.
2.5 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Setelah masalah baku dan nonbaku dibicarakan,perlu pula bahasa yang
baik dan yang benar dibicarakan.Penentuan atau kriteria bahasa Indonesia
yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari apa yang kita katakan sebagai
bahasa baku.Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah 'benar" suatu
kata itu Walaupun demikian, masalah "haik" tentu tidak sampai pada sifat
kebakuan suatu kalimat,tetapi sifat efektifnya suatu kaiimat. Pengertian benar
Pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi
kaidah bahasa.Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar
apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Di bawah ini akan
dipaparkan sebuah contoh.
Kuda makan rumput.
Kalimat tersebut benar karena memenuhi kaidah sebuah kalimat secara
struktur yaitu ada subjek (kuda), ada predikat (makan), dan ada objek
(rumput). Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna
yaitu mendukung sebuah informasi; yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain
halnya dengan kalimat di bawah ini:
Rumput makan kuda.
Kalimat tersebut benar menurut strukturnya karena ada subjek (rumput), ada
predikat (makan) ada objek (kuda), akan 'tetapi dari segi makna, kalimat ini
tidak benar karena tidak mendukung makna yang baik. Sebuah bentuk kata
dikatakan benar kalau memperlihatkan proses pembentukan yang benar
menurut kaidah yang berlaku. Kata aktifitas tidak benar penulisannya karena
pemunculan kata itu tidak mengikuti kaidah penyerapan yang telah ditentukan
Pembentukan penyerapan yang benar ialah aktivitas karena diserap dari kata
activity. Kata persuratan kabar dan pertanggungan jawab tidak benar karena
tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Yang benar menurut kaidah ialah kata
persuratkabaran dan pertanggungjawaban.

Pengertian pada suatu kata atau kalimat adaiah pandangan yang diarahkan
dari pilihan kata . Pemilihan kata yang akan dipergunakan dalam suatu untaian
kaiimat sangat berpengaruh terhadap makna kalimat yang dipaparkan
itu. Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah
bahasa yang mengandung kaidah yang benar, sedangkan yang dimaksud
dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat
dan sesuai dengan pemakaiannya.

Soal latihan 6
Anda tulislah kembali naskah berikut dengan memperhatikan huruf kapital.
garis bawah, dan penulisan kata sesuai dengan kaidah Ejaan yang
Disempurnakan yang berlaku!
Perbaikan :
Bulu tangkis yang mendapat rekomendasi dari Badan Eksekutif IOC
akhirnya resmi menjadi cabang olahraga ke 24 yang dipertandingkan dalam
olimpiade 1992. Keputusan ini dibuat dalam sidang paripurna ke 90 Komite
Olimpiade Internasional (IOC) di Berlin Timur rabu malam. Sidang juga
mengangkat anggota badan eksekutif tambahan yakni Sheen Liang dari Cina
dan Marcodler dari Swiss yang merupakan tambahan kekuatan bagi Cina yang
kembali menjadi anggota IOC tahun 1979.
keputusan IOC ini disambut baik oleh Manajer Pemasaran (Federasi Bulu
tangkis Internasional), “kami sudah lama berharap agar bulu tangkis masuk
Olimpiade, keputusan ini juga merupakan kabar baik bagi Indonesia dan Cina,
dua negara raksasa dalam cabang ini.” ujar Ciro Ciniglo yang berasal dari
London. Dia juga melihat bahwa keputusan ini dirasakan pula manfaatnya oleh
Negara-negara bulu tangkis di Eropa seperti Inggris dan Denmark.
Di Jakarta, sekjen koni pusat Mf Siregar menganggap hal ini tantangan bagi
Indonesia dan untuk menghadapinya harus mempersiapkan diri dari jauh hari.
Karena, pemain-pemain yang sekarang menjadi bintang tidak ada lagi 7 tahun
mendatang. Mf Siregar yang baru saja diumumkan IOC mendapat gold award
itu mengatakan kita harus dapat melakukan pembinaan yang baik untuk
mencari bibit-bibit baru.
Dari sidang IOC itu juga didapatkan keterangan yang kemungkinan pemain
yang ikut serta hanya 58 peserta yakni Putra 32 orang dan 26 orang pemain
putri di olimpiade 1992 nanti

(Diikuti dari Hanan


Kompas, 7 juni 1985)

Anda mungkin juga menyukai