BAHASA INDONESIA
DISUSUN OLEH :
1. Justicia Sukma (2112120036)
2. Ni Wayan Eka Afrilia (2112120040)
Moeliono
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Kridalaksana
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Bloom & Lahey
Bahasa adalah suatu kode di mana gagasan atau ide tentang dunia atau lingkungan diwakili oleh
seperangkat lambang yang telah disepakati bersama untuk melangsungkan komunikasi.
Owens
Bahasa merupakan kode atau sistem konvensional yang disepekati secara sosial untuk
menyajikan berbagai pengertian melalui berbagai pengertian melalui berbagai simbol sembarang
(arbritrary symbol) dan tersusun bedasarkan aturan yang ditentukan.
3. Hakikat - hakikat Bahasa
Selama ini kita menganggap bahwa bahasa sebagai sarana komunikasi, tidak kurang dan tidak
lebih. Padahal hakikat bahasa itu sendiri sangat esensial. Bukti bahasa memiliki peranan penting
adalah bahasa Indonesia dari sisi historis dituangkan dalam hukum.
Kembali ke belakang, sebelum Bahasa Indonesia lair, bahasa di Negara Timur (termasuk
Indonesia) menggunakan bahasa Melayu. Seorang pelaut Asal Belanda yang berlayar ke
Indonesia menyampaikan bawa bahasa Melayu sebagai bahasa terhormat yang digunakan oleh
negeri timur.
Dengan kata lain, Orang Belanda mengenal bahasa Melayu daripada bahasa Indonesia. Jadi
lahirnya bahasa Indonesia terbentuk pada 28 Oktober 1928 lewat ikrar Sumpa Pemuda. Tentu
saja peresmian bahasa Indonesia sebagai bahasa Ibu ini terjadi setelah melalui proses panjang.
Setelah diikrarkan Sumpah Pemuda, bahasa indonesia pun terus berkembang seiring berjalannya
waktu. Dari segi teknis terus berkembang. Ada beberapa periode sejara ejaan bahasa Indonesia,
sebagai berikut.
Ejaan Republik
Ejaan Republik adalah ejaan yang dikembangkan di tahun 1947. Di masa kepemimpinan
Suwandi (Sebagai Menteri Pendidikan kala itu) mengubah ejaan republik dengan Ejaan van
ophuysen, yang mana ada beberapa perubahan seperti penulisan oe menjadi u, bunyi hamzah (‘)
diganti dengan k, dsb.
Ejaan Pembaharuan
Ejaan yang kedua masuk di tahun 1957 yang merupakan update ejaan republik menjadi
pembaruan ejaan. Profesor prijono dan E. Katoppo adalah panitia yang memimpin. Beberapa
ejaan yang diganti dari ejaan republik menjadi ejaan pembaharuan adalah gabungan konsonan Dj
diubah menjadi j. Konsonan tj diubah menjadi ts, dan masih banyak lagi.
Dari dua bentuk ejaan di atas, masih ada periode ejaan lain seperti Ejaan baru/ejaan LBK (1967),
ejaan yang disempurnakan/EYD (1972) terakhir yang sekarang masih kita alami ejaan bahasa
indonesia (EBI) 2015.
4. Sifat Bahasa
Setelah merujuk berdasarkan sifatnya, hakikat bahasa memiliki beberapa ciri. Diantaranya
sebagai berikut
Bahasa Sebagai Sistem
Hakikat bahasa berdasarkan sifat sebagai sebuah sistem. Dikatakan sebagai sebuah sistem karena
bahasa memiliki susunan yang berpola secara teratur yang terbentuk oleh unsur ataupun
komponen yang saling berhubungan secara fungsional.
Karena disusun dari unsur dan komponen, bahasa dapat dipelajari oleh siapapun yang memang
ingin mempelajarinya. Karena bahasa itu sendiri sebagai sistem yang terbentuk secara sistematis
dan sistemis. Dikatakan sistemis karena terbentuk oleh sistem fonologi, sintaksis, semantik dan
morfologi.
Bahasa Sebagai Perlambang
Seperti yang disebutkan oleh beberapa ahli di atas disebutkan bahasa sebagai lambang ataupun
simbol. Dalam berinteraksi sosial, orang lebih sering menggunakan simbol atau lambang.
Dimana lambang/simbol ini sebagai kajian ilmu semiotika atau semiologi.
Kemudian simbol/lambang ini dipelajari oleh pakar sosiolog dengan turunan istilah seperti ada
istilah gesture, sinyal, symptom dan masih banyak lagi.
Inti dari penggunaan lambang adalah memberikan isyarat kepada lawan bicara dengan kode.
Hanya dengan kode singkat, lawan bicara pun sudah paham maksud perlambang yang kamu
sampaikan, tanpa harus menjelaskan secara panjang lebar.
Contoh, saat kamu mendapatkan pertanya “dimana kunci motor? Apakah kamu kemarin
menggunakan motor yang paling akhir?” Jawabannya cukup menggelengkan kepala, lawan
bicara tau bahwa kemarin kamu tidak menggunakan motor tersebut, tanpa harus menjawab
dalam bentuk suara.
Bahasa Sebagai Makna
Hakikat bahasa memiliki makna. Jadi dalam berkomunikasi dengan orang lain, setiap kalimat,
pesan atau kata yang mereka ucapkan memuat makna. Meski realitanya, tidak semua orang
setiap kali berbicara memuat makna berfaedah. Setidaknya ada pesan yang ingin disampaikan.
Sementara untuk karya tulis, karya sastra tertulis maupun secara lisan, bahasa yang digunakan
sarat akan makna. Nah, ciri bahasa yang memiliki makna berwujud morfem, kata, frase, klaimat,
wacana dan klausa atau yang sering disebut dengan tingkatan linguistik.
Bahasa Bersifat Konvensional
Bahasa konvensional memiliki ciri mematuhi penggunaan bahasa perlambang yang sudah ada.
Jika menggunakan lambang yang berbeda, maka akan mempengaruhi makna dan terjadi
hambatan dalam berkomunikasi.
Contoh konsep bahasa konvensional tentang kejujuran, keadilan dan tolong menolong jika
diubah dengan lambang lain akan terkesan aneh, dan jika terjadi pelanggaran atas konsep
tersebut maka dapat menimbulkan kekacauan komunikasi.
Bahasa Itu Sistem Bunyi
hakikat bahasa pada bunyi tidak sembarang bunyi. Jadi bunyi yang dimaksud adalah bunyi yang
diucapkan dari alat ucap manusia berupa fon dan fonem. Setidaknya dari fon dan fonem yang
diucapkan ditangkap oleh gendang telinga dan diantarkan ke pusat saraf untuk diproses menjadi
perlambang bahasa dalam bentuk bunyi.
Bahasa Itu Bersifat Arbitrer
Sementara yang disebut dengan arbiter adalah adalah bunyi yang ditimbulkan secara acak, bisa
berbentuk sembarang bunyi atau simbol. Misalnya nama hewan kuda, di jawa tidak disebut
sebagai kuda, tetapi disebut jaran.
Dalam bahasa Belanda disebut dengan paard dan dalam bahasa inggris disebut horse. Secara
hakikat makna menunjuk pada satu jenis hewan yang sama, namun dari segi sebutan berbeda-
beda.
Bahasa Bersifat Produktif
Sifat bahasa sebagai bahasa yang produktif. Maksud dari kata produktif bahasa memiliki banyak
arti dan makna jika digabungkan dengan bahasa yang lain. Bahasa memiliki kekayaan dan dapat
ditafsirkan dalam banyak bentuk. Demi menghasilkan bahasa yang produktif, dibutuhkan seni
menulis, seni mengembangkan dan mengutarakan imajinasi.
Bahasa Bersifat Unik
Jika kamu memperhatikan, hakikat bahasa itu unik. Apalagi jika melihat dari bahasa daera yang
ada di Indonesia. Bahasa orang jawa dengan bahasa orang Kalimantan tentu saja memiliki
bahasa daera yang berbeda. Tentu saja memiliki arti yang unik-unik.
Bahasa Bersifat Universal
Selain unik, hakikat bahasa bersifat universal. Jadi bahasa yang bersifat universal adala bahasa
ibu yang dapat dipahami oleh daerah lain. Oh iya, meskipun setiap daerah memiliki bahasa
masing-masing, bahasa daera tetap bersifat universal.
Bahasa Memiliki Variasi
Hakikat bahasa dari segi sifat memiliki variasi yang beragam. Bahasa daera orang Jogja, dengan
bahasa daerah orang Semarang tentu saja berbeda. Meskipun masih satu pulau (jawa) bahasa
Solo dengan bahasa Sunda pun juga memiliki keberagaman bahasa yang luar biasa.
Apalagi jika membandingkan keragaman bahasa antar pulau, sudah jelas banyak kosakata yang
berbeda-beda. Dari sini menunjukan bahwa bahasa memiliki variasi meskipun dalam satu
Negara, khususnya berlaku untuk Indonesia.
5. Tata Bahasa
Tata bahasa adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur
penggunaan bahasa. Tata bahasa merupakan ilmu linguistik “ilmu yang mempelajari bahasa”.
Tata bahasa dalam bahasa Indonesia sudah diatur dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Berikut ini terdapat beberapa tata bahasa, terdiri atas:
Secara umum tata bahasa bersifat normatif “umum” yaitu tata bahasa tersebut disusun
berdasarkan gejala-gejala bahasa yang umum dipakai dalam suatu masyarakat. Suatu tata bahasa
Normatif memberikan uraian atas struktur umum dari suatu bahasa. Tetapi mengingat bahwa
bahasa selalu berkembang setiap saat, maka selalu ada perubahan yang terjadi atas struktur
Bahasa, oleh karena itu tata bahasa normatif harus tetap bersifat deskriptif.
Pada bahasa yang sudah tidak dipakai lagi “sudah mati” dalam komunikasi sehari-hari, tata
bahasa Normatif dari bahasa-bahasa tersebut selalu bersifat preskiptif yaitu menentukan atau
mengatur kaidah-kaidah itu harus diikuti secermat-cermatnya dan tidak boleh dirubah lagi.
Misalnya tata bahasa dari bahasa-bahasa Latin, Yunani, Sansekerta yang bersifat preskiptif.