Anda di halaman 1dari 17

Definisi Umum Bahasa

Secara sederhana definisi atau pengertian bahasa adalah alat untuk menyampaikan suatu
hal yang terlintas di dalam hati. Akan tetapi, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau
alat berkomunikasi. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran,
konsep maupun perasaan.
Dalam studi sosiolinguistik, bahasa bisa dijadikan sebagai sebuah lambang dan bersifat
arbitrer, berupa bunyi, produktif, beragam, dinamis dan yang paling penting adalah manusiawi.
Bahasa merupakan sebuah sistem yang berarti bahwa bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen
yang berpola tetap dan dapat dikaidahkan. Bahasa mempunyai sistem berupa lambang lambang
bunyi.
Setiap lambang bahasa dapat melambangkan sesuatu yang disebut dengan makna atau
konsep. Karena itulah dapat disimpulkan bahwa setiap bunyi atau perkataan memiliki suatu
makna.
Pengertian Bahasa Menurut Ahli
1. Plato
Menurut Plato, bahasa ialah pernyataan yang terdapat pada pikiran seseorang dengan
menggunakan perantara ucapan dan juga nama beda atau sesuatu yang dapat mencerminkan
ide seseorang di dalam arus udara dengan media mulut.
2. Soerjono
Sedangkan bahasa menurut Soerjono Soekanto ialah sebuah sarana perhubungan rohani
yang penting dalam kehidupan bersama.
3. Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure juga turut serta memberikan pengertian bahasa sebagai suatu ciri
yang membuat pembeda, hal tersebut karena dengan menggunakan bahasa setiap kelompok
yang terdapat di masyarakat dapat menjadi diri sendiri sebagai suatu kesatuan yang berbeda
dibandingkan kelompok lain.
4. Tarigan
Menurut Tarigan, bahasa merupakan suatu sistem yang sistematis, dan mungkin juga
generatif. Dan bahasa juga diartikan sebagai lambang-lambang mana suka atau simbol arbiter.
5. Gorys Keraf
Kemudian Pengertian bahasa menurut Gorys Keraf yaitu alat komunikasi antara satu
anggota masyarakat dengan menggunakan simbol bunyi yang dihasilkan dari alat ucap
manusia.
6. Sunaryo
Kemudian menurut Sunaryo, bahasa diartikan sebagai sebuah struktur budaya yang
ternyata memiliki kedudukan, fungsi, serta peran ganda. Bahasa menjadi akar serta produk
dari sebuah budaya yang juga memiliki fungsi sebagai sarana berfikir, pendukung,
pertumbuhan dan juga perkembangan dari ilmu pengetahuan serta teknologi.
7. Syamsudin
Syamsudin mengartikan bahasa sebagai sebuah tanda yang jelas dari sebuah kepribadian
baik ataupun buruk sebagai tanda dari keluarga dan dari kemanusiaan.
Manfaat Adanya Bahasa
1. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi
Bahasa menjadi salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan manusia lainnya. Setiap bahasa yang disampaikan pasti akan memiliki
makna dan juga hubungan antara satu konsep dengan objek yang disebutkan. Dengan
bahasalah, individu satu dengan lainnya dapat saling memberi informasi, menerima informasi
dan juga menanggapi sebuah informasi atau pesan. Dengan bahasa pula manusia dapat
melakukan komunikasi dua arah.
2. Bahasa dijadikan sebagai identitas dari sebuah suku atau bangsa
Indonesia sendiri memiliki banyak bahasa. Setiap daerah atau suku memiliki bahasanya
sendiri, seperti bahasa Jawa, bahasa Minang, bahasa Aceh, bahasa Sunda, dan bahasa-bahasa
daerah lainnya. Terutama yang berada di daerah Kalimantan atau Sumatera, bahasa yang
digunakan pun berbeda-beda. Dengan begitu, bahasa dijadikan sebagai salah satu identitas
yang dibawa ke mana-mana oleh orang dari daerah tertentu ketika pergi daerah lainnya.
Hal ini juga sama saja dengan bahasa dari bangsa tertentu. Setiap bangsa juga memiliki
bahasa yang berbeda-beda, contohnya adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dipakai
oleh bangsa Indonesia setiap kali pergi dari daerah di Indonesia ke daerah yang dihuni oleh
bangsa asing.
3. Bahasa sebagai sebuah alat untuk bahas resmi negara
Penggunaan bahasa sebagai sebuah alat komunikasi tentu saja dapat digunakan oleh
banyak orang dari daerah manapun. Adanya bahasa yang digunakan sebagai bahasa resmi dari
daerah tertentu, contohnya Indonesia, maka setiap orang dari bangsa tersebut memiliki
kemampuan untuk berbicara dan menggunakan bahasa resmi tersebut. Jadi, meskipun
seseorang memiliki bahasa daerahnya sendiri, mereka tetap bisa berhubungan dengan orang
dari daerah lain menggunakan bahasa resmi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yaitu bahasa
Indonesia. Dengan bahasa inilah orang dari daerah satu dengan daerah lainnya dapat saling
berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Bahkan, mereka juga bisa saling bertukar
bahasa dan belajar mengenai bahasa daerah masing-masing.
4. Bahasa untuk mengembangkan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
Dalam perkembangan sastra, tentu saja bahasa menjadi hal yang amat penting. Setiap
kebudayaan tentu saja akan memunculkan cerita, puisi, sajak, pantun, karangan, dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan sastra. Maka dalam membuat karya sastra tersebut,
bahasa menjadi salah satu hal krusial yang musti dimiliki.
Ilmu pengetahuan dan teknologi juga membutuhkan bahasa untuk bisa terus berkembang.
Bahasalah yang digunakan untuk menulis jurnal, menulis hasil penelitian yang dilakukan, dan
untuk menuliskan berbagai macam jenis informasi. Para peneliti menggunakan bahasa untuk
menjelaskan kepada masyarakat bagaimana hasil penelitian yang telah dilakukannya.
5. Bahasa sebagai pengantar dalam dunia pendidikan
Bahasa juga menjadi salah satu pengantar di dunia pendidikan. Bahasa resmi Indonesia,
yaitu bahasa Indonesia menjadi pengantar bagi seluruh institusi pendidikan, termasuk di
daerah 3T. Jadi, setiap pembelajaran di kelas akan menggunakan bahasa Indonesia sebagai
pengantarnya. Meski guru atau dosen juga bisa menyisipkan penggunaan bahasa daerah.
Bahasa sebagai pengantar dunia pendidikan penting diterapkan supaya setiap anak belajar
tentang bahasa yang digunakan oleh setiap orang yang ada di Indonesia.
Tujuan Bahasa
Tujuan bahasa jika dilihat dari tujuan penggunaannya antara lain:
1. Tujuan praktis, bahasa digunakan untuk komunikasi sehari-hari
2. Tujuan artistik, bahasa yang dirangkai dengan sedemikian rupa sehingga menjadi bahasa yang
indah dan dapat digunakan untuk pemuas rasa estetis.
3. Tujuan pembelajaran, bahasa sebagai media untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan
baik dalam lingkup bahasa itu sendiri atau di luar bahasa.
4. Tujuan filologis, bahasa digunakan untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki
latar belakang sejarah manusia, kebudayaan, dan adat istiadat serta perkembangan bahasa.
Fungsi Bahasa
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Terdapat tiga fungsi utama bahasa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut adalah fungsi bahasa tersebut:
1. Sebagai Alat Komunikasi
Bahasa merupakan kata-kata yang memiliki makna. Setiap kata memiliki makna dan
hubungan abstrak dengan suatu konsep atau objek yang diwakilinya. Melalui bahasa, setiap
individu dapat melakukan komunikasi dua arah yang dapat dimengerti oleh masing-masing
individu.
2. Sebagai Alat Pemersatu Bangsa
Bahasa berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa karena penggunaannya sebagai alat
untuk berkomunikasi. Setiap warga suatu bangsa dapat menyampaikan pemikirannya dengan
menggunakan bahasa yang bisa dimengerti. Komunikasi masyarakat dengan menggunakan
bahasa yang sama dan dapat dimengerti satu sama lain akan mempersatukan bangsa menjadi
lebih kuat.
3. Sebagai Identitas Suatu Suku atau Bangsa
Setiap bangsa atau suku pasti memiliki bahasa yang berbeda-beda, hal ini bisa
menjadikan bahasa sebagai identitas dan keunikan tersendiri bagi suatu bangsa atau suku.
Asal Usul Sejarah Bahasa Indonesia
Nama Melayu muncul dari nama sebuah kerajaan yang didirikan di Jambi tepatnya di
Batang Hari, bernama kerajaan Malayu.
Di kerajaan ini, diketahui bahwa bahasa Melayu masyarakat Jambi secara keseluruhan
menggunakan dialek “o”, dimana akhir kalimat yang diakhiri dengan alfabet a akan diubah
menjadi o seperti misalnya “kemano” yang merupakan dialek o dari kata “kemana”.
Nantinya, dialek Melayu ini akan terus berkembang dan menjadi semakin banyak ragamnya
seiring semakin banyaknya tempat yang menggunakan dialek ini.
Dalam perkembangannya, penggunaan kata “Melayu” sendiri akhirnya menjadi jauh
lebih luas dibandingkan daerah kerajaan Malayu yang hanya mencakup sebagian kecil dari pulau
Sumatera. Hal ini disebut dalam Kakawin Negarakertagama sebagai asal-usul mengapa pulau
Sumatera memiliki sebutan lain sebagai Bumi Melayu.
Sejarah bahasa Indonesia baru menjadi “resmi” ketika pada awal abad ke-20, mulai ada
perpecahan bentuk baku tulisan pada bahasa Melayu. Pada tahun 1901, Indonesia yang masih
menjadi Hindia-Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan Persekutuan Tanah Melayu yang
nantinya menjadi bagian dari Malaysia mengadopsi ejaan Wilkinson 3 tahun setelahnya.
Commissie Voor de Volkslectuur atau Komisi Bacaan Rakyat (KRB) dibentuk
pemerintah Belanda sebagai bentuk intervensi pada tahun 1908 dan nantinya akan berubah nama
menjadi nama yang dikenal baik sebagai Balai Poestaka. Dengan D.A. Rinkes sebagai
pimpinannya, KRB menjalankan sebuah program pada tahun 1910, yaitu pembuatan
perpustakaan kecil di tiap sekolah pribumi dan fasilitas-fasilitas pemerintah yang diberi nama
program Taman Poestaka.
Akibat program Taman Poestaka yang diluncurkan oleh pemerintah Belanda, terjadi
perkembangan yag pesat dimana 700 perpustakaan telah terbangun pada tahun 1912. Program ini
melahirkan berbagai anak bangsa yang hobi mencari ilmu dan membaca yang akhirnya
menuntun pada terjadinya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Sumpah Pemuda memainkan peran penting dalam sejarah bahasa Indonesia, terutama
penggunaannya sebagai bahasa Nasional. Sumpah Pemuda sendiri sebenarnya adalah hasil
putusan yang diterima dari Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 87 dan 28 Oktober 1928.
Dalam salah satu isi Sumpah Pemuda tertuliskan bahwa pemuda dan pemudi Indonesia
memutuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa. Pada
kongres ini juga Muhammad Yamin mengatakan bahwa ada dua kemungkinan bahasa yang bisa
menjadi bahasa persatuan yaitu Jawa dan Melayu, dan Yamin berpendapat bahwa bahasa Melayu
yang akan menjadi bahasa pergaulan.
Ragam Bahasa Berdasarkan Media/Sarana
Dilihat dari media atau sarananya, bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu ragam
lisan dan tulisan.
1. Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap dengan fonem
sebagai unsur dasar. Ciri-ciri dari ragam lisan adalah :
 Memerlukan orang kedua/teman bicara;
 Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
 Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
 Berlangsung cepat;
 Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
 Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
 Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
2. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan tulisan atau
rangkaian huruf sebagai unsurnya. Ciri-ciri dari ragam bahasa tulisan yaitu :
 Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
 Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
 Harus memperhatikan unsur gramatikal;
 Berlangsung lambat;
 Selalu memakai alat bantu;
 Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
 Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda
baca.
Pengertian Kalimat
Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Kalimat
pun dapat terbentuk dari satu klausa maupun beberapa klausa.
Kalimat menurut Soelistyowati (2015) adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.
Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh
intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau amilasi
bunyi.
Dalam wujud tulisan huruf latin, sebuah kalimat ditandai dengan adanya berbagai tanda
baca yang menunjukan seperti apa kalimat harus seperti apa dibaca.
Menurut Kridalaksana (2001), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa;
klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan
gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; Jawaban minimal,
seruan, salam, dan sebagainya.
Kalimat menurut Arifin dan Tasai (2002) adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud
lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam
ragam resmi baik lisan dan tulisan harus memiliki subjek dan predikat.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kalimat /Ka-li-mat/ adalah:
1. kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan;
2. perkataan; linguistic
3. satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan
secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.
Ciri-Ciri Kalimat
Kalimat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan satu kesatuan bahasa yang memiliki fonem dan morfem. Fonem adalah bunyi
pada sebuah bahasa yang membedakan makna dalam sebuah kata, sedangkan morfem
adalah bentuk bahasa yang mengandung arti pada sebuah kata.
2. Dapat berdiri sendiri meskipun tidak ditambah dengan kalimat lengkap.
3. Mempunyai pola intonasi akhir.
4. Adanya huruf kapital dan tanda baca dalam sebuah kalimat.
Unsur-Unsur Kalimat
Suatu kalimat terdiri atas beberapa unsur pembentuk kalimat. Kalimat sendiri setidaknya terdiri
atas unsur subjek dan predikat.
Berikut adalah penjabaran mengenai unsur-unsur pembentuk kalimat.
1. Subjek
Subjek adalah kata benda dalam sebuah kalimat yang dapat berupa nama orang, hewan,
benda, sapaan, dan lain-lain.
Contoh subjek dalam suatu kalimat ditandai dengan kata yang dicetak tebal:
Gina adalah teman kami.
Ayah kami sedang lomba memancing.
Subjek memiliki delapan ciri sebagai berikut.
a. Kata atau frase biasanya berkelas kata benda (nomina), contohnya pada kalimat
berikut, “Ilmu kehutanan akan tetap dibutuhkan selama manusia hidup di bumi”.
b. Nomina tidak pernah diawali oleh kata tugas (kata depan atau kata sambung) karena kata
tugas mengubah fungsi nomina menjadi keterangan. Kalimat berikut menunjukan bahwa
kata benda yang diawali kata tugas akan menjadi keterangan. “Tentang ilmu
kehutanan membahas mengenai kelestarian pepohonan di hutan.”
c. Ada kata petunjuk (artikel) ini atau itu. Contohnya adalah “Suara ini dikenal sebagai
suara burung yang paling terancam punah di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.”
d. Subjek bukan kata ganti tanya.
e. Adakalanya subjek bukan sebagai kata benda (nomina), namun pada umumnya diikuti
artikel ini atau itu. Sebagai contoh pada kalimat berikut, “Berenang (itu)”
f. Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata tanya siapa dan apa.
g. Subjek dapat ditambahkan akhiran -nya. Sebagai contoh, “Masalahnya ialah tersangka
tidak bisa digiring ke Polres untuk dimintai keterangan.”
h. Pada struktur bahasa Indonesia, subjek pada umumnya berada pada awal kalimat.
2. Predikat
Predikat adalah bagian yang menandai apa yang telah diucapkan ataupun dituliskan oleh
pihak pertama.

Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan
secara baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang
menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia
menurut ejaan yang disempurnakan (EYD).

Syarat Kalimat Efektif


Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif atau tidak.
1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat.
Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak
tepat ejaannya.
2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna
mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang
tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.
3. Tidak Boros dan Bertele-tele
Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan
terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas agar
orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.
4. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk
menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan
sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian
sehingga tidak ada kesan ambigu.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu
kalimat dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita katakan
efektif.
1. Kesepadanan Struktur
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya.
Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut ciri-
ciri yang satu ini.
a. Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni
subjek dan predikat.
b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku di
dalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:
Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)
c. Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang  di depan predikat karena membuatnya menjadi
perluasan dari subjek.
Contoh:
Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)
d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun lebih ke
arah menggabungkan subjek yang sama.
Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)
2. Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian tidak
boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang
memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang pertama
menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari
hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan sinonim yang
menghasilkan kalimat tidak efektif.
Contoh Kata Jamak:
Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)
Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara siswa-
siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu kata
yang merujuk pada hal jamak tersebut.
Contoh Kata Sinonim:
Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas.
Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan
arti yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya
yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke
dalam dan menghilangkan kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas—kalimat
tersebut akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut
prinsip kesepadanan struktur.
3. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat,
sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan
pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya imbuhan
yang sama digunakan pada fungsi yang sama.
Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan mengolahnya.
(efektif)
4. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan
subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu,
kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini
agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan
kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran
yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
5. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang
kalian buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat.
Karena itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar pembaca
dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)
 
Kalimat SPOK
Kalimat SPOK adalah rangkaian kata yang mengandung subjek (S), predikat (P), Objek
(O), dan keterangan (K). Terkadang di dalam kalimat juga disisipkan pelengkap (Pel). Penting
kamu ketahui apabila dalam rangkaian kata tidak terdapat subjek (S) dan predikat (P), maka
rangkaian kata tersebut tidak dapat dikatakan sebagai kalimat. Rangkaian kata yang tidak
mengandung subjek dan predikat dikategorikan ke dalam frasa.
Frasa adalah kelompok kata yang apabila disatukan memiliki makna lain. Contoh,
kacamata. Kata “kaca” dan “mata” masing-masing memiliki maknanya sendiri. Namun, ketika
disatukan dua kata tersebut menghasilkan makna lain, yaitu benda yang digunakan untuk
mempertajam atau membantu penglihatan.
Unsur-Unsur SPOK Dalam Kalimat
Berikut adalah unsur kalimat yang mengandung SPOK. Dibawah ini:
 Subjek
Subjek adalah aktor atau orang yang melakukan pekerjaan tertentu dalam kalimat. Secara
umum, subjek adalah kata benda, seperti nama panggilan orang, hewan, tumbuhan,
benda, dan lainnya.
 Predikat
Predikat adalah unsur kalimat dalam bentuk tindakan yang dilakukan oleh subjek dalam
kalimat. Secara umum, predikat dalam bentuk kata kerja (lisan), tetapi dalam kondisi
tertentu predikat dapat ditempatkan sebagai kata sifat dan lain-lain.
 Objek
Objek adalah unsur kalimat yang digambarkan sebagai sesuatu yang tunduk pada
tindakan atau aktivitas subjek.
 Keterangan
Unsur keterangan dalam fungsi kalimat sebagai penjelasan di mana, kapan, dan
bagaimana suatu peristiwa terjadi dalam kalimat. Deskripsi dalam penawaran mungkin:
 Keterangan alat = memakai, mengendarai dan menggunakan.
 Keterangan waktu = sewaktu, jam dan pada.
 Keterangan cara = dengan
 Keterangan tempat = di –
 Keterangan tujuan = supaya dan agar
Bentuk Kalimat SPOK
 Subjek – Predikat (S-P)
Kalimat yang mengandung subjek dan predikat merupakan bentuk kalimat yang sangatl
sederhana. Berikut contoh kalimat dengan unsur subjek-predikat.
1. Lia (S) + minum (P) — Lia minum
2. Ari (S) + makan (P) — Ari tertidur
3. Bu Lina (S) + sedang mengajar (P) – Bu Lina sedang mengajar.
4. Kakek (S) + tertidur (P) – Kakek tertidur.
5. Fatimah (S) + ingin mengaji (P) — Fatimah ingin mengaji.
6. Pak guru (S) + tidak masuk (P) — Pak guru tidak masuk.
7. Dia (S) + terkejut (P) — Dia terkejut.
 Subjek – Predikat – Objek (S-P-O)
Pada struktur kalimat ini ada penambahan unsur objek (O). Unsur objek biasanya diisi dengan
kata benda (nomina), frasa nominal, atau klausa. Objek ini berfungsi untuk memperjelas atau
melengkapi predikat (P). Berikut contoh kalimat dengan struktur subjek-predikat-objek.
1. Ayah (S) + mencuci (P) + motor (O) — Ayah mencuci motor.
2. Rara (S) + sedang bermain (P) + boneka (O) — Rara sedang bermain boneka.
3. Roman (S) + akan menjemput (P) + Ibu (O) — Roman akan menjemput Ibu.
4. Petani (S) + sedang memanen (P) + padi (O) — Petani sedang memanem padi.
5. Khansa (S) + tidak mengikuti (P) + ulangan harian (O) — Khansa tidak mengikuti ulangan
harian.
6. Kita (S) + mau makan (P) + soto (O) — Kita mau makan soto.
7. Kamu (S) + tidak mengembalikan (P) + bajuku (O) — Kamu tidak mengembalikan bajuku.
Catatan: Dalam kalimat pasif, posisi objek (O) menempati posisi sebagai subjek (S).
Contoh kalimat pasif: Motor dicuci oleh ayah.
 Subjek – Predikat – Keterangan (SPK)
Struktur kalimat ini terdiri atas subjek, predikat, dan keterangan (K). Keterangan adalah frasa
yang menjelaskan kalimat secara keseluruhan. Posisi ini biasanya diisi dengan keterangan waktu,
tempat, cara, tujuan, alat, penyebab, penyerta, similiatif, dan kesalingan. Berikut contoh kalimat
dengan struktur subjek-predikat-keterangan.
1. Fani (S) + pergi (P) + bersama Anggi (K) — Fani pergi Bersama Anggi.
2. Tono (S) + mengambil baju (P) + di rumah Yudi (K) — Tono mengambil baju di rumah Yudi.
3. Karan (S) + sedang rapat (P) + di ruang OSIS (K) — Karan sedang rapat di ruang OSIS.
4. Wanda (S) + tidak masuk (P) + karena sakit (K) — Wanda tidak masuk karena sakit.
5. Indonesia (S) + akan bekerja sama (P) + dengan Jepang (K) — Indonesia akan bekerja sama
dengan Jepang.
6. Mereka (S) + tidak bertemu (P) + di sekolah (K) — Mereka tidak bertemu di sekolah.
7. Rumah sakit itu (S) + tidak beroperasi (P) + sejak dua tahun lalu (K) — Rumah sakit itu tidak
beroperasi sejak dua tahun lalu.
 Subjek – Predikat – Pelengkap (S-P-Pel)
Struktur kalimat ini terdiri atas subjek, predikat, dan pelengkap (Pel). Pelengkap adalah unsur
yang melengkapi predikat. Posisi pelengkap biasanya berada di belakang predikat dengan kelas
kata kerja (verba). Perlu diketahui bahwa pelengkap (Pel) sebenarnya tidak harus selalu ada.
Berikut contoh kalimat dengan struktur kalimat subjek, predikat, dan pelengkap.
1. Ahmad (S) + sedang belajar (P) + menyanyi (Pel) — Ahmad sedang belajar menyanyi.
2. Salsa dan Hanna (S) + saling berpegangan (P) + tangan (Pel) — Salsa dan Hanna saling
berpegangan tangan.
3. Ibu Desi (S) + ingin bercocok (P) + tanam (Pel) — Ibu Desi ingin bercocok tanam.
4. Keluarga Hani (S) + akan mudik (P) + lebaran (Pel) — Keluarga Hani akan mudik lebaran.
5. Maulina (S) + bercucuran (P) + air mata (Pel) — Maulina bercucuran air mata.
6. Rana dan Rani (S) + sedang duduk (P) + santai (Pel) — Rana dan rani sedang duduk santai.
7. Para siswa (S) + berlumuran (P) + lumpur (Pel) — Para siswa berlumuran lumpur.
Catatan: Posisinya yang berada di belakang predikat membuat sulit dibedakan dengan objek.
Cara untuk mengetahui kata tersebut sebagai pelengkap atau objek dengan mengubah kalimat
tersebut menjadi pasif. Hal ini karena pelengkap apabila dipasifkan tidak bisa menjadi subjek.
 Subjek – Predikat – Objek – Keterangan (S-P-O-K)
Seperti subjudulnya, kalimat ini tersusun atas subjek, predikat, objek, dan keterangan. Strukur
kalimat ini merupakan jenis kalimat lengkap. Berikut contoh kalimatnya.
1. Samanta (S) + berbelanja (P) + di mall (O) + bersama suaminya (K) — Samanta berbelanja di
mall Bersama suaminya.
2. Riana (S) + menyelesaikan (P) + rangkaian bunganya (O) + dengan hati-hati (K) — Riana
menyelesaikan rangkaian bunganya dengan hati-hati.
3. Rangga (S) + telah memenangkan (P) + kejuaraan catur (O) + sejak umur 10 tahun (K)
— Rangga telah memenangkan kejuaraan catur sejak umur 10 tahun.
4. Ayah (S) + sedang menikmati (P) + pisang goreng (O) + di teras rumah (K) — Ayah sedang
menimati pisang goreng di teras rumah.
5. Kami (S) + membereskan (P) + rumah ini (O) + bersama-sama (K) — Kami membereskan
rumah ini bersama-sama.
6. Diana (S) + sedang menggelar + karpet (O) + di ruang tamu (K)—Diana sedang menggelar
karpet di ruang tamu.
7. Mereka (S) + tidak menampilkan (P) + tarian (O) + saat acara PENSI (K) — Mereka tidak
menampilkan tarian saat acara PENSI.
 Subjek – Predikat – Objek – Pelengkap (S-P-O-Pel)
Kalimat ini tersusun atas subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Berikut contoh dari struktur
kalimat ini.
1. Selly (S) + membawa (P) + makanan (O) + yang paling lezat (Pel) — Selly membawa makanan
yang paling lezat.
2. Tante Lina (S) + menemukan (P) + burung hantu (O) + berukuran besar (Pel) — Tante Lina
menemukan burung hantu berukuran besar.
3. Ayah(S) + membelikan (P) + Sari (O) + sepeda baru (Pel) — Ayah membelikan Sari sepeda
baru.
4. Bibi (S) + menawarkan (P) + kami (O) + pekerjaan yang menarik (Pel) — Bibi menawarkan
kami pekerjaan yang menarik.
5. Pak Ahmad (S) + menunjuk (P) + Farhan (O) + sebagai ketua kelas (Pel) — Pak Ahmad
menunjuk Farhan sebagai ketua kelas.
6. Dia (S) + menghadiahkan (P) + aku (O) + boneka kucing (Pel) — Dia menghadiahkan aku
boneka kucing.
7. Ibu (S) + membuatkan (P) + adik (O) + makanan kesukaannya (Pel)— Ibu membuatkan adik
makanan kesukaannya
 Subjek – Predikat – Pelengkap – Keterangan (S-P-Pel-K)
Kalimat berikut ini terdiri atas subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Lebih jelasnya dapat
dilihat melalui contoh berikut ini.
1. Fairish (S) + mencatat (P) + yang penting (Pel) dengan sangat hati-hati (K) — Fairish mencatat
yang penting dengan sangat hati-hati.
2. Khanha dan Rio (S) + sedang berlatih (P) + pencak silat (Pel) di lapangan sekolah (K)
— Khanha dan Rio sedang berlatih pencak silat di lapangan sekolah.
3. Aku (S) + bertemu (P) + nenek itu (Pel) + di gubuk tua (K) — Aku bertemu nenek itu di gubuk
tua.
4. Gadis itu (S) + ingin mengikuti (P) + kursus menjahit (Pel) + di balai desa (K) — Gadis itu ingin
mengikuti kursus menjahit di balai desa.
5. Bu Aliyah (S) + belanja (P) + sendirian (Pel) + ke pasar(K) — Bu Aliyah belanja sendirian ke
pasar.
6. Pak Rudi (S) + bercucuran (P) + keringat (Pel) + karena berolahraga (K)—Pak Rudi bercucuran
keringat karena berolahraga.
7. Wahyu (S) + akan menceritakan (P) + kejadian (Pel) + di belakang kantin (K) — Wahyu akan
menceritakan kejadian di belakang kantin.
 Subjek – Predikat – Objek – Pelengkap – Keterangan (S-P-O-Pel-K)
Kalimat ini tersusun atas subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Lebih tepatnya,
kalimat ini adalah kalimat yang memiliki struktur terlengkap. Berikut contoh kalimatnya.
1. Laras (S) + menawarkan (P) + Yuli (O) + puding cokelat (Pel) + pada jam istirahat (K) — Laras
menawarkan  Yuli puding cokelat pada jam istirahat.
2. Ahmad (S) + menghadiahkan (P) + istrinya (O) + sebuah kalung emas (Pel) + pada perayaan
pernikahan mereka yang ke-10 (K) — Ahmad menghadiahkan istrinya sebuah kalung emas pada
perayaan pernikahan mereka yang ke-10.
3. Paman (S) + menjajakan (P) + sayurannya (O) yang baru dipanen (Pel) + tadi pagi (K) — Paman
menjajakan sayurannya yang baru dipanen tadi pagi.
4. Rahma (S) + memberikan (P) + Emma (O) + oleh-oleh (Pel) + dari London — Rahma
memberikan Emma oleh-oleh dari London.
5. Kita (S) + akan mengeluarkan (P) + uang (O) + untuk donasi (Pel) + ke panti asuhan (K)—Kita
akan mengeluarkan uang untuk donasi ke panti asuhan.
6. Soni (S) + mengendarai (P) + mobil (O) + berwarna merah itu (Pel) + dengan kencang (K) —
Soni mengendarai mobil berwarna merah itu dengan kencang.

Anda mungkin juga menyukai