Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ulpah Nupusiah

Prodi : MPI Eks 1


Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen : Drs. Endang Samsudin, M.Pd.

Macam Macam Qiroar Ditinjau Dari Segi Sanadnya


1. Qirâ`at Mutâwatir
yaitu qira`at yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang tidak mungkin
mereka bersepakat untuk berdusta, dari sejumlah orang yang seperti itu dan sanadnya
bersambung hingga penghabisannya yakni Nabi SAW. Dan inilah yang umum dalam
hal qira`at.
Contoh:

Yaitu dan dibaca mufrad dalam qiraat lain


2. Qirâ`at Masyhûr
Merupakan qira’at yang sanadnya shahih, namun tidak sampai derajat mutawatir,
sesuai dengan salah satu mushaf usmani dan sesuai dengan salah satu dialek Arab.
Contohnya dengan mem fathah kan huruf  ‫ت‬  pada lafadz

Dua jenis qira’at tersebut disandarkan kepada Abu Ja’far al-Madani. Keduanya
merupakan bacaan yang telah disepakati.
3. Qirâ`at Âhâd
yaitu qira`at yang shahih sanadnya tetapi menyalahi rasm Utsmâni dan kaidah bahasa
Arab atau sesuai dengan Rasm Usmâni dan kaidah bahasa Arab, namun tidak terkenal
seperti halnya qira`at masyhur. Qira`at seperti ini tidak dapat dibaca dan tidak wajib
untuk diyakini. Misalnya qira`at yang diriwayatkan oleh al-Hâkim dari ‘Âshim al-
Jahdarî dari Abû Bakr, dalam surat al Rahman ayat 76 :

bahwa Nabi Saw. membaca dengan dan,


4. Qira`at Syadzdzah
Yaitu Qira`at yang tidak shahih sanadnya seperti bacaan surat al-Fatihah ayat 4 dan
5:

dengan bentuk fiil madhi serta menasabkan kata dan membaca


dengan bina majhul.
5. Qirâ`at Maudhû’
yaitu qira`at yang tidak ada asalnya. Seperti qira`at al-Khuzâ’î yang dinisbahkan
kepada Imam Abû Hanifah dalam firman Allah surat Fâthir ayat 28:

Dalam qira`at al-Khuzâ’î pada lafad “ “ dibaca nashab/fathah huruf


hamzah tersebut “ “ Dan dibaca rafa’/dhammah pada lafad .
6. Qirâ`at Mudraj
yaitu qira`at yang menambahkan kalimat penafsiran dalam ayat-ayat al-Qur`an.
Seperti qira`at Sa’ad bin Abî Waqâs yang membaca frman Allah surat alBaqarah ayat
198: dengan menambah lafadh setelah lafadh :

Lafad adalah penafsiran yang ditambahkan ke ayat tersebut.

Menurut Manna Al-Qattan, Syarat Diterimanya Qiraat Adalah:


1. Qiraat harus sesuai dengan kaidah bahasa arab, seperti segi kefasihannya.
2. Qiraat harus sesuai dengan rasm Uthmani. Apabila terdapat sedikit perbedaan, maka
qiraat tersebut masih dapat diterima. Sebagai contoh dalam surah al-Fatihah, ( ‫ا ْه ِدنَا‬
‫)الصِّ َراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬, pada kata (َ‫ )الصِّ َراط‬diganti dengan huruf sin (‫)س‬. Contoh lainnya adalah
ayat (‫ك يَوْ ِم الدِّي ِن‬
ِ ِ‫ ) َمال‬dengan membuang huruf alif pada kata (‫ك‬
ِ ِ‫ ) َمال‬sehingga menjadi (
‫)ملك‬.
3. Qiraat harus memenuhi kesahihan sanad.

Anda mungkin juga menyukai