Disusun Oleh :
“Pentingnya memperhatikan munasabah ayat dan surat dalam menafsirkan al-Qur’an, karena
dalam munasabah itu terdapat rahasia-rahasia penting. Ayat-ayat al-Qur’an itu merupakan satu
kesatuan dari awal sampai akhir. Karena terdapat munasabat antara satu ayat dengan ayat-ayat
lainnya.”
Dalam kitab tafsir al-Biqa’i beliau menyebutkan merujuk pada kitab-kitab tafsir
sebelumnya, sebagai berikut :
a. Miah al-Bab al-Marfal lifahmi al-Qur’an al-Munazzal, karangan Aby al-Hasan Ali bin
Ahmad al-Haraiy
b. Al-‘ilmu bi al-Burhan bihi fi Tartib suar al-Qur’an, karangan Ahmad bin Ibrahim al-
Andalusy
c. Al-Burhan fi ‘Ulumil Qur’an, karangan Badruddin al-Zarkasyi
d. Mafatih al-Ghayb, karangan Fakhruddin al-Razi Siraj al-Muridin fi Irtibathi ayi al-
Qur’an, Qady Aby Bakr bin al-Araby
Al-Alusi dalam tafsirnya mengatakan : “Bahwa semua makna Al-Qur’an itu ada dalam
alFatihah dan makna al-Fatihah itu ada dalam basmalah, ini berarti semua ayat al-Qur’an itu
meruakan perincian dari surat al-Fatihah dan surat al-Fatihah adalah perincian dari
basmalah.” Pada halama 8 al-Biqa’i mengatakan bahwa dalam ayat-ayat yang berulang-ulang
pastiterdapat rahasia dan mempunyai makna-makna tersendiri. Pada halaman 9 diakhir
muqaddimah al-Biqa’i menyebutkan bahwa surat an-Nas dan surat al-Fatihah mempunyai
hubungan yang sangat erat yaitu hubungan awal dan akhir al-Qur’an.
Tafsir tahlili adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan
ayat-ayat al-Qur’an dari seluruh aspeknya. Didalam tafsirnya penafsiran mengikuti urutan
ayat sebagaimana yang telah tersusun didalam mushaf. Penafsir memulai uraiannya
dengan mengemukakan kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arto global ayat,
korelasi ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud atyat tersebut satu sama lain.
Penafsir juga menbahas mengenao asbab an-Nuzul dan dalil-dalil yang berasal dari nabi,
sahabat, dan tabi’in, yang kadang-kadang bercampur dengan pendapat para mufassir yang
dipengaruhi latar belakang pendidikan dalm menafsirkan al-Qur’an.
Contoh, ketika Abu Ja’far Ibn al-Zubair menjelaskan munasabat antara surat al-
Fur’an dengan surat al-Syuara’. Imam Abu Ja’far Ibnu al-Zubair berkata : “ ketika aku
mengerti surat al furqan mengenai pelaku dosa besar dan orang yang menentang Allah
dan ketika aku telah selesai membaca mengnai ancaman, ternyata itu adalah tanda
keingkarannya terhadap Rasulullah dan kebodohannya karena menghilangkan imannya,
kemudian aku membuka surat lain yang membela Rasulullah. Dan bahwa Allah SWT.
jika berkehendak, maka Dia akan menurunkan kepada mereka ayat yang menjatuhkan
mereka dan menghinakan kesombongan mereka, maka Allah berfirman: semoga
“La”aallala bakhi”un Nafsaka “ dua ayat. Munasabat antar satu ayat dengan surat
sebelumnya sebagai penjelas ayat sebelumnya.
Kaidah yang digunakan oleh al-Biqa’i untuk mengungkap sisi munasabah al-Qur’an
berasal dari gurunya, Muhammad bin Muhammad al-Masyaddali yang berkata :
“untuk mengetahui sisi munasabah antar ayat di dalam al-Qur’an adalah dengan melihat
maksud yang dituju oleh suatu surat, kemudian memperhatikan hal-hal yang mengantar untuk
sampai ketujuan tersebut, kemudian memperhatikan pengantar itu berdasarkan dekat dan
jauhnya dari maksud yang dituju, kemudian memperhatikanunsur-unsur yang harus ada dalam
pengantar untuk menarik perhatian pendengar kepada hukum-hukum yang terkandung. Inilah
kaidah daam mengungkap hubungan di semua bagian al-Qur’an, jika kamu mempraktikkannya,
dengan izin Allah akan tampak bagimu sisi munasabah secara detailantara ayat-dan ayat, juga
antara surat dan surat.