AḤKĀMI AL QUR`ĀN
1. IMAM AL QURṬUBĪ
Penulis tafsir al-Qurṭubī bernama Abū ‘Abdillāh Ibn Aḥmad Ibn Abī
zaman dinasti Muwahidun yang kala itu dipimpin oleh Muḥammad bin
Yūsuf bin Hūd (625-635 H). Dikisahkan, pada saat itu ayahnya sedang
memanen dan pada waktu itu pula terjadi sebuah pemberontakan kaum
1 Haji Khalīfah, Kashf al-Ẓunūn ‘An Asāmi al-Kutub wa al-Funūn, (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), 1:
422.
2 Abū al-Yaqyan, Dirāsat fī al-Tafsīr wa Rijālih, (t.tp: t.np., t.t.), 109, Namun menurut informasi
al-Dāwudī ia meninggal di Mesir, al-Dāwudī, Tabaqāt al-Mufassirīn (Beirut: Dār al-‘Ilmiyah, tt),
70.
50
Islam.
49
Berdasarkan salah satu sumber, Hasbi Ash-Shidieqi menyebutkan
567 H.3 Namun informasi ini sangat lemah, karena: pertama, Hasbi tidak
kelahiran ini, karena yang benar data tersebut adalah tahun kelahiran
bernama Abū Bakr Yaḥyā Ibn Saīd Ibn Tamām Ibn Muḥammad al-Azdī al-
Qurṭubī.4
terlihat ketika memakai sehelai jubah yang bersih dengan songkok di atas
3 Hasbi Ash-Shiddieqi, Sejarah dan pengantar Ilmu al-Quran / tafsir (Jakarta: Bulan Bintang,
1980), 291.
4 Muḥammad Farīd Wajdi, Da’irah al-Ma’arif al-Qarn al-‘Isyrun, VII, (t.tp.: t.np., t.t.), 752.
Kesalahan kutip Hasbi juga dapat disimpulkan ketika ia menginformasikan kitab-kitab yang
ditulis dalam abad-abad tertentu, ternyata ia menginformasikan bahwa kitab al-Jāmi’ li Aḥkām
al-Qur`ān karya al-Qurtubī ditulis pada abad ke Tujuh Hijriyah. Lihat Hasbi, Sejarah …, h.
248.
51
Sisa dari waktunya, dihabiskan untuk menulis dan mengkaji ilmu agama.
”Dia adalah seorang ulama` besar yang tawadu` dan lebih mementingkan
ilmu pengetahuan terlebih kepada tafsir dan hadis yang menghasilkan karya
rujukan.
waktu itu kekuasaan dipegang oleh Dinasti Ayyubiah), dan beliau menetap
disana sampai ajal menjemputnya pada malam Senin 9 Syawal 671 H/1273
b. Guru-Guru
Ibn Rawwaj. Nama aslinya Ẓafir Ibn `Ali Ibn Futūḥ al-Azdī al-
5 Abū `Abdillāh Muh{ammad al-Qurṭubī, Tafsir al-Jāmi` li Ah}kāmi al-Qur`ān ( Beirut: Dār
alFikr, t.th),1: 10.
52
wafat pada tahun 656 H. Penulis kitab al-Mufhim fi Sharḥ Ṣaḥīḥ al-
Muslim.
c. Karya-Karya
4. Sharḥ al-Taqaṣṣī.
Kitab tafsir ini sering disebut dengan tafsir al-Qurṭubī, hal ini dapat
dipahami karena tafsir ini adalah karya seorang yang mempunyai nisbah
nama al-Qurṭubī atau bisa juga karena dalam halaman sampul kitabnya
Jadi, tidak sepenuhnya salah apabila seseorang menyebut tafsir ini, dengan
karya al-Qurṭubī tersebut. Judul lengkap tafsir ini adalah al-Jāmi’ li Aḥkām
alFurqān yang berarti kitab ini berisi kumpulan hukum dalam al-Qur`an dan
demikian, dapat dipahami bahwa judul tafsir ini adalah asli dari
pengarangnya sendiri.
Berangkat dari pencarian ilmu dari para ulama’ (seperti Abū al`Abbās
Ibn `Umar al-Qurṭubī Abū al-Ḥasan Ibn Muḥammad Ibn Muḥammad al-
sesuai dengan masalah yang dibahas. Selain itu, kitab tafsir yang telah ada
7 Abū `Abdillāh Muh{ammad al-Qurṭubī, Tafsir al-Jāmi` li Ah}kāmi al-Qur`ān, terj: Muhammad
Ibrahim al-Isnawi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 18.
8 Al-Qurṭubī, al-Jāmi’ li Aḥkām al-Qur`ān, 1: 2.
54
c. Tartib (Sistematika)
d. Manhaj (Metode)
bahasan.
paling benar.
diperluas lagi dengan melakukan penelitian yang lebih seksama. Satu hal
persoalan fiqhiyyah merupakan hal yang sangat mudah ditemui dalam tafsir
ini.
11 Langkah-langkah ini dapat dilihat dalam “Muqaddimah” kitab tafsirnya di hal. 2 dan hasil
pengamatan pada kitab al-Qurṭubī.
12 Penafsiran yang berbentuk riwayat atau apa yang sering disebut dengan “tafsir bi al-ma’thūr”
adalah menjelaskan suatu ayat sebagaimana dijelaskan oleh Nabi atau para sahabat.
56
menjadi empat bab, yaitu: bab keutamaan dan nama surat al-Fatihah, bab
(bacaan amin), dan bab tentang Qira`āt dan I’rab. Masing-masing dari bab
tafsir yang bercorak Fiqhīy, sehingga sering disebut sebagai tafsir Aḥkām.
dalam salat, juga persoalan fatihah makmum ketika shalat Jahr. Terhadap
secara sepintas, seperti yang dilakukan oleh Abū Bakar al-Jaṣṣās. Ia tidak
membahas surat ini secara khusus, tetapi hanya menyinggung dalam sebuah
bab yang diberi judul Bab Qirā`ah al-Fātihah fī al-Ṣalāh. Contoh lain
َ َوأقَِي ُموا الصَّالةَ َوآت ُوا ال َّز َكاةَ َوارْ َكع ُوا َم َع الرَّا ِك ِع
. ين
13 Bab pertama memuat tujuh buah masalah, bab kedua memuat dua puluh masalah, bab ketiga
memuat delapan masalah, dan bab keempat memuat tiga puluh enam masalah. Al-Qurṭubī,
alJāmi’ li Ahkām al-Qur`ān, I: 93-131.
57
pendapat tentang status anak kecil yang menjadi Imam shalat. Di antara
tokoh yang mengatakan boleh adalah al-Thaurī, Mālik dan Asḥāb al-
إن من أكل أو شرب ناسيا فال قضاء عليه وإن صومه تام
14 Ibid., 1: 10.
58
jajaran tafsir yang bercorak hukum. Di sisi lain, dari contoh-contoh tersebut
Persoalan menarik yang terdapat dalam tafsir ini dan perlu untuk
15 Ibid., 1: 3.
59
adalah :
a. Ibnu `Aṭiyyah. Dia adalah al-Qāḍī Abū Muḥammad Abd al-Ḥaqq Ibn
al- Nuḥās, penulis kitab I’rab al-Qur’ān dan kitab Ma’ānī al-Qur’ān.
meriwayatkan darinya.
e. Abū Bakar Ibn al-`Arabī. Dia adalah penulis kitab Aḥkām al-Qur’ān,
kitab tafsirnya. Mereka telah mengambil manfaat serta belajar banyak hal
a. Al-Hāfiẓ Ibnu Kathīr. Dia adalah Imādu al-Dīn Abū al-Fida’ Ismā’il
Ibn `Amru Ibn Kathīr, wafat pada tahun 774 H. Dalam menulis kitab
tafsirnya, Ibnu Kathīr telah terpengaruh oleh al-Qurṭubī. Dia juga telah
ma`nawīy, yaitu hanya pengertiannya saja dan tidak persis dalam teks