Anda di halaman 1dari 28

35

BAB III
BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN TEOLOGI IBNU HAJAR AL-‘ASQALANI

Dalm bab ini penulis berusaha menjelaskan penafsiran-penafsiran Ibnu Hajar


al-‘Asqalani terhadap hadis-hadis teologi. Namun sebelumnya akan diuraikan latar
belakang dari pendidikan dan aktifitas Ibnu Hajar beserta karya-karyanya. Hal ini
penting untuk dikemukakan mengingat hasil pemikiranya pada dasarnya tidak
terlepas dengan ruang dan waktu yang sedang berlangsung ketika dan dimana Ibnu
Hajar hidup.

A. Riwayat Hidup Ibnu Hajar al-‘Asqalani

1. Biografi Ibnu Hajar


Ibnu Hajar dilahirkan di Cairo pada tanggal 18 Februari 1449 M,
bertepatan pada tanggal 12 Sya’ban 773 H, dari sebuah keluarga yang dikenal
sangat relegius. Nama lengkapnya adalah Syihabuddin Abu Fadl Ahmad bin
Ali bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad (Hajar al-‘Asqalani).1
Adalah seorang ulama hadist, sejarawan dan ahli fiqih madzhab Safi’i.
Adapun julukan al-Asqalani adalah bagian dari tradisi keluarga-keluarga
muslim yang menyebar kemana-mana. Nenek moyangnya mula-mula pindah
ke Iskandariyah dan kemudian ke Cairo. Ayahnya, Nuruddin Ali (w.777
H/1375 M), adalah ulama besar yang selain dikenal sebagai mufti juga dikenal
sebagai penulis sajak-sajak keagamaan. Ibunya, Tujjar, adalah seorang wanita
kaya yang aktif dalam kegiatan perniagaan.
Ibnu Hajar menjadi yatim piatu sejak masa kanak-kanak. Ayahnya
meninggal dunia ketia Ibnu Hajar baru berumur empat tahun, sedangkan

1
al-‘Asqalani, Kitab Tahdzib al-tahdzib,Juz I,(Libanon:Baerut,t.th ),hlm.1,Lihat juga di al-
Shan’any, Subul al-Salam, Juz I, (Libanon , Baerut, t.th), hlm.1, Ensiklopedi Islam, hlm.154.
36

ibunya telah lebih dahulu meninggal. Sepeninggal orang tuanya, Ibnu Hajar
diasuh Zakiuddin Abu Bakar al-Kharrubi, seorang saudagar kaya yang telah
ditunjuk ayahnya sebagai pembimbing utamanya. Kurang lebih 10 tahun
kemudian, pembimbingnya meninggal dunia pada saat Ibnu Hajar berusia 14
tahun.2
2. Pendidikannya
Sebagai anak yang dilahirkan dari sebuah keluarga yang taat
beragama, Ibnu Hajar memperoleh pendidikan mula-mula dari bimbingan
ayahnya sendiri. Pada usia 5 tahun Ibnu Hajar sudah masuk ke sekolah agama,
pada tahun 782 H yakni ketika ia berumur 9 tahun telah mampu hafal al-
Qur’an. Pada tahun 784 H yaitu ketika ia berusia 11 tahun belajar hadist di
Makah al-Mukaramah kepada Syeh Afifuddin al-Naisabury dan belajar hadist
Bukhari kepada Syeh al-Makky, disinilah ia untuk pertama kali berguru
mengenai hadist.3
Dalam usia 23 tahun Ibnu Hajar telah menekuni hadist. Untuk
menekuni studinya ini ia mengadakan perjalanan panjang ke Hedzajaz dan
Yaman pada bulan Syawal 799 H atau Juli 1397 M sampai 801 H/1398 M, di
Palestina dan Suriah. Perjalanan studinya itu berakhir ketika ia kembali dari
Suriah pada tahun 803 H/1400 M. Diceritakan dalam kitab Subul al-Salam
bahwa Ibnu Hajar dalam rangka mengasah hafalan hadistnya ia
menyempatkan waktunya sendiri, diantaranya adalah ia pernah membaca
hadist Sunan Ibnu Majah di empat majlis, Sahih Muslim di empat majlis,
Sahih Bukhari di sepuluh majlis dan Sunan al-Nasa’i sepuluh majlis. Dan
didalam perjalanannya ke Syam ia juga pernah membaca Mu’jam al-Thabrani
al-Saghir selama satu majlis.4

2
Ensiklopedi Islam,Op.Cit., hlm.154.
3
M. Machfuddin Aladip, Terjemah Bulug al-Maram,( Semarang : Toha Putra , 1985 ),
hlm.xxvii.
4
Al- Shan’any, Subul al-Salam, Op.Cit., hlm.1.
37

Setelah berhasil menyelesaikan studinya, Ibnu Hajar dalam usianya


yang relatif muda telah diberi otoritas untuk mengajar ilmu hadis, ilmu tafsir
dan fiqih. Kuliahnya tentang ilmu hadis dimulai pada bulan sawal 808 H /
maret 1406 M di Syaikhuniyah. Ia juga memberi kuliah di madrasah Jamaliah
daan juga di Madrasah Mankutimuriyah. Karir Ibnu Hajar berlangsung
sebagaimana ulama besar sebelumnya. Ia menjadi dosen, guru besar,
pimpinan akademi,hakim,mufti,dan khatib.

3. Guru-gurunya
Diantara guru-gurunya terdiri dari guru-guru yang ahli dalam disiplin
ilmu dan berpengetahuan luas serta para tokoh agama terkemuka. Diantaranya
adalah :
a. Al-Burham al-Tanukhi (800 H), sebagai guru ilmu qira’at
b. Al-Zainu al-‘iraqi (805 H), sebagai guru hadis
c. Al-Haitsami (807 H), sebagai guru hafalan matan hadis
d. Al-Siraj al-Bulqini (908 H), sebagai guru hafalan dan ilmu pengetahuan
e. Siraj al-Din Ibnu Mulqin (804 H), sebagai guru jurnalistik
f. Al-Majid al-Syairozi (817 H), sebagai guru bahasa dan ilmu pengetahuan
g. Al-Ghamari (802 H), sebagai guru bahasa Arab
h. Al-Muhib bin Hisyam (799 H), sebagai guru hadist, dan guru-guru lainnya
yang tidak dapat disebutkan.5

4. Karya-karyanya
Ibnu Hajar lebih dikenal dengan nama kakeknya, yaitu al-‘Asqalani,
sehingga kitab-kitab karangannya sering disebut Ibnu Hajar al-‘Asqalani.
sebagai seorang ulama yang produktif masalah keilmuan, Ibnu Hajar memang

5
Tahdzib al-Tahdzib, Op.Cit., hlm.6.
38

telah melahirkan beberapa tulisan. Ia mengarang hampir 150 kitab6 karya-


karyanya meliputi berbagai bidang ilmu, seperti: ilmu al-Qur’an, metodologi
hadis (ushul al-hadis), penjelasan hadis (syarh al-hadis), tahrij hadis, hukum
Islam (kutub fiqih), tokoh-tokoh hadis (rijal al-hadis), kisah-kisah (al-
manaqib), sejarah (al-tarih), dan lain-lain.
Diantara yang terbesar dari karyanya ialah kitab “Fath al-Bari Syarh
Sahih al-Bukhari”7, yang banyak dikaji di pondok pesantren maupun
perguruan tinggi.
Akan tetapi dari beberapa karyanya itu, penulis hanya mendapatkan
sebagian daripada yang dikutip dari kitab tahdzib al-Tahdzib8 diantaranya
adalah:
a. Ulum al-Qur’an :
- Asbab al-nuzul
- Al-itqan fi jam’i ahaadis fadhail al-Qur’an
- Ma waqa’a fi al-Qur’an min ghairi lughati al- Arab
b. Usul al-Hadis
- Nukhbah al-fikr fi musthalah ahl al-asar
- Nuzhah al-nadhr fi taudhih nukhbah al-fikr
c. Sarh al-Hadis
- Fath al-Bary Syarh Sahih al-Bukhari
- Nukt ala Tanqih al-Zarkasi al-Bukhari
d. Takhrijul al-hadis
- al-Istidrak al-Saikhihi al-Iraqi
- Takhrij al-Hadis Muntaha al-Suwali
- Takhrij al-Hadis Azkar al-Nawawi
6
Terjemah Bulug al- Maram, Op.Cit., hlm.xxviii.
7
Ibnu Hajar terkenal karena karya ilmiahnya terutama dalam ilmu hadis,seperti kitab Fath al-
Bari Fi Syarh al- Bukhari (ulasan tentang hadis-hadis riwayat Bukhari ).Karya besar ini menjadi
puncak kejayaannya pada tahun 833 H atau 1429 – 1430 M,ketika penguasa timur di wilayah
mesirBaribay,untuk memberikan salinan kitab itu.Lihat Ensiklopedi Islam Op.Cit.,hlm.155.
8
Tahdzib al-Tahdzib, Op.Cit., hlm.11-13.
39

- al-Tamyiz fi Takhrij al-Hadis (al-Ghazali)


- al-Dariyah fi Takhrij al-Hadis al-Hidayah
e. Kutub al-Athraf
- Ithaf al-Mahrah
- Annukt al-Dhiraf ala athraf
f. Kutub al-Fiqh
- Bulug al-Maram
g. al-Ma’ajim wa al-Masyakhat
- Tajrid asanid al-Kutub al-Mashuah
- al-Mu’jam al-Mu’assis
h. Kutub al-Rijal
- al-Ishabah fi tamyiz al-Shahabah
- Lisan al-Miyan
- Tahdib al-Tahdib
- Taqrib al-Tahdib
- Ta’jil al-Manfaah birijal al-Aimmah al-Arba’ah
- al-isyar bima’rifah ruwat al-Asar
- Nuzhah al-Albab fi al-Alqab
i. Al-Manaqib
- Tarjamah Ibnu Taimiyah
- Tawali al-Ta’sis bi ma’ali Ibnu Idris
j. Kutub al-Tarikh
- al-Durar al-Kaminah
- al-Anba’ al-ghamr
- Raf’ al-Ishar’ an qudhat misry
40

B. Tinjauan Redaksi Hadis-hadis Teologi

Ada beberapa hadis Nabi Muhammad Saw. Yang menerangkan tentang


akidah Islam dengan redaksi dan sanad yang berbeda-beda pula. Hal ini sebagai
jawaban atas kebutuhan masyarakat Arab pada masa itu. Dimana mayoritas
Masyarakat Arab adalah penyembah berhala, atau dikenal dengan paganisme. Islam
lewat Nabi Muhammad Saw., memberikan ajaran-ajaran tauhid, norma-norma
kehidupan yang benar yang sama sekali berbeda dengan kultur Arab masa itu.
Hadis-hadis tentang teologi yang ada pada kitab Sahih al-Bukhari
ditemukan bab tersendiri yang membahas tentang teologi, yaitu ‫آﺘﺎب اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ‬
dan ‫ آﺘﺎب اﻟﻘﺪر‬. dengan demikian penulis sedikit tidak merasa kesulitan dalam
mengumpulkanya.
Setelah hadis-hadis yang terdapat dalam kitab tersebut terkumpul, penulis
mencoba untuk melakukan klasifikasi dan kategorisasi ulang terhadap hadis-hadis
tersebut. Maksud dari pengkategorian ulang adalah untuk memilah-milah manakah
hadis yang lebih tepat untuk dijadikan sebagai hadis utama atau pokok. Hadis yang
dikategorikan sebagai hadis utama adalah hadis-hadis yang apabila dilihat dari segi
matannya relatif eksplisit menggambarkan teologi.
Dalam operasionalnya, hadis-hadis yang penulis kategorikan sebagai hadis
utama atau hadis pokok inilah yang akan penulis jadikan sebagai sample dalam
melakukan pemahaman terhadap hadis-hadis teologi dalam Syarh Fath al-Bary.
Hadis-hadis ini yang menurut hemat penulis, merupakan hadis-hadis yang lebih
representatif sebagai bahan penelitian, meskipun pada kenyataannya hadis-hadis
tentang teologi lainnya juga banyak.
Setelah redaksi hadis-hadis tentang teologi dicantumkan, langkah
selanjutnya adalah melakukan takhrij yang telah dilakukan oleh para ulama,9

9
Mahmud al-Tahhaan , Usul al-Takhrij Wa Dirasaat al-Asaaniid,Terj.Ridwan Nasir,
(Surabaya, Bina Ilmu, 1995 ), hlm. 25-43.
41

demikian halnya dengan nilai hadis-hadis tersebut. Penulis disini tidak akan meneliti
secara ketat segi otentisitas dari sanad-sanad hadis tentang teologi, melainkan cukup
dengan penilaian yang telah dilakukan oleh para ulama.10 Hal ini dikarenakan ketika
sebuah hadis sudah pernah dinilai shahih, hasan atau dhaif oleh salah seorang ulama
hadis, misalnya al-Turmuzi, al-Baihaqi, al-Munziri dan lainnya, maka itu sudah
cukup untuk mengikutinya dan tidak perlu lagi melakukan penelitian ulang lewat
kitab al-Jarh, kitab-kitab al-Ta’dil, maupun kitab-kitab al-Asma’. Walaupun
demikian, penggunaan program CD mausu’ah akan sangat membantu penulis dalam
menelusuri keotentikan sanad-sanad dari hadis-hadis yang bersangkutan.
Penilaian dari tiap-tiap hadis yang disebutkan di bawah nanti secara umum
disebutkaan dengan perkataan ulama ang memuat hadis – hadis tersebut. Abu Dawud
misalnya,beliau memuat 4800 hadis dengan kategori hadis sahih,hadis yang
mendekati hadis sahih dan hadis yang lemah,yang semuanya disebutkan secara
jelas.Adapun hadis yang tidak saya komentari (kata Abu Dawud )maka dia adalah
hadis salih.11
Adapun Imam Muslim dalam muqaddimah-nya menyebutkan tidak semua
hadis yang kuanggap sahih aku letakkan dalam kitab ini,tetapi aku hanya meletakkan
hadis-hadis yang disepakati kesahihanya.12
Berkenaan dengan perkataan Imam Muslim ini,terjadi polemik diantara
para ulama,karena dalam realitanya masih saja ditemukan pendapat yang menyatakan
bahwa tidak semua hadis yang terdapat dalam kitab muslim itu sahih.seolah – olah
apa yang dikatakan oleh Imam Muslim tidak sinkron dengan apa yang terjadi dalam
realita.
Dalam hal ini Ibnu Shalah berpendapat bahwa perkataan muslim di atas
memiliki dua makna,pertamaa : beliau tidak memasukkan dalam kitabnya hadis –

10
Muhammad abd al-Rauf al-Manawi, Faid al- Qadir Syarh al-Jami’ al-Shagir, Jld.VI,
(Baaerut: Dar al-Fikr , 1972 ), hlm.444. Juga Abi Muhammad al- Husain bin Mas’ud al-Baghawi,
Syarh al-Sunnah, Juz III, (Baerut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992 ), hlm.196-197.
11
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud,juz I (ttp. : Dar al-Fikr tth.), hlm.10-11.
12
Al-Nawawi, Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, jld.I (Baerut : Dar al-Fikr, 1980 ) hlm.16.
42

hadis yang menurutnya telah memenuhi syarat – syarat sahih yang


disepakati,walaupun terpenuhinya syarat-syarat tersebut pada sebagian hadis tidak
jelas bagi sebagian ulama lain.kedua : beliau tidak memasukkan dalam kitab sahihnya
hadis-hadis yang diperdebatkan oleh ulama siqoh secara keseluruhan yang meliputi
sanad dan matan,tetapi beliau hanya memasukkan hadis yang tidak diperdebatkan
rawi-nya saja.Selanjutnya Ibnu Shalah mengatakan bahwa semua hadis yang
dihukumkan shahih menurut muslim dalam kitabnya dapat dipastikan
13
keshahihanya.
Dengan demikian berdasarkan penilaian dan pengakuan para ulama
mengenai beberapa kitab hadis,khususnya al-kutub al-sittah lebih khusus al-Bukhari
yang memuat hadis-hadis tentang teologi dapat dipastikan kesahihanya.
Penilaian tersebut juga didasarkan atas banyaknya periwat dengan jalur
isnad yang berlainan. Artinya semakin banyak orang yang meriwayatkan hadis
tersebut akan semakin tinggi pula nilainya.Hal ini menunjukkan bahwa hadis yang
dimaksuk memiliki nilai yang lebih,dilihat dari segi kekuatanya.14

C. Redaksi Hadis dan Pemikiran Teologi Ibnu Hajar

1. Hadis Tentang Perbuatan-perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia.


a. Sahih al-Bukhari 15

13
Ibid.,hlm. 19.
14
Ahmad Hasan, Kajian hadis metode takhrij (Jakarta : Pustaka al-Kautsar , 1993), hlm.34.
15
Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih Bukhari, juz IV (Baerut: Dar al-Fikr,
1995), hlm. 355-356. Selanjutnya disebut Sahih al-Bukhari. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif
disebutkan bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil.
Lihat CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al-Islamiyyah al-
Dauliyyah terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 7002-7004 menurut hitungan al-almiyyah.
‫‪43‬‬

‫ب َْﻗﻮِل اﻟﻠﺔ ﺕﻌﺎﻟﻰ ‪ :‬واﻟﻠﺔ ﺧﻠﻘﻜﻢ وﻣﺎ ﺕﻌﻤﻠﻮن اﻧﺎ آﻞ ﺷﺊ ﺧﻠﻘﻨﺎ ﺑﻘﺪر‬
‫ﺑَﺎ ّ‬

‫ویﻘﺎل ﻟﻠﻤﺼﻮریﻦ اﺣﻴﻮا ﻣﺎ ﺧﻠﻘﺘﻢ ‪ .‬إ ن رﺑﻜﻢ اﻟﻠﺔ اﻟﺬي ﺧﻠﻖ اﻟﺴﻤﻮات واﻻرض ﻓﻲ ﺳﺘﺔ ایﺎم ﺛﻢ‬
‫اﺳﺘﻮى ﻋﻠﻰ اﻟﻌﺮش یﻐﺸﻰ اﻟﻠﻴﻞ اﻟﻨﻬﺎ ر یﻄﻠﺒﻪ ﺣﺜﻴﺜﺎ واﻟﺸﻤﺲ واﻟﻘﻤﺮ واﻟﻨﺠﻮم ﻣﺴﺨﺮات ﺑﺎﻣﺮﻩ‬
‫اﻻ ﻟﻪ اﻟﺨﻠﻖ واﻻﻣﺮ ﺕﺒﺎرك اﻟﻠﺔ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ‪.‬‬

‫ن‬
‫ﻋ ْﻨﻬَﺎ َأ ﱠ‬
‫ﻲ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ‬
‫ﺿَ‬
‫ﺸ َﺔ َر ِ‬
‫ﻦ ﻋَﺎ ِﺋ َ‬
‫ﻋْ‬‫ﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َ‬
‫ﻦ ُﻣ َ‬
‫ﺳ ِﻢ ْﺑ ِ‬
‫ﻦ ا ْﻟﻘَﺎ ِ‬
‫ﻋْ‬
‫ﻦ ﻧَﺎ ِﻓ ٍﻊ َ‬
‫ﻋْ‬‫ﺚ َ‬
‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ اﻟﻠﱠ ْﻴ ُ‬
‫ﺳﻌِﻴ ٍﺪ َ‬
‫ﻦ َ‬
‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ُﻗ َﺘ ْﻴ َﺒ ُﺔ ْﺑ ُ‬
‫‪َ -‬‬
‫ﺣﻴُﻮا‬
‫ل َﻟ ُﻬ ْﻢ َأ ْ‬
‫ن َی ْﻮ َم ا ْﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ َو ُیﻘَﺎ ُ‬
‫ﺼ َﻮ ِر ُی َﻌ ﱠﺬﺑُﻮ َ‬
‫ب َه ِﺬ ِﻩ اﻟ ﱡ‬
‫ﺹﺤَﺎ َ‬
‫ن َأ ْ‬
‫ل ِإ ﱠ‬
‫ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ َ‬
‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ‬
‫ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ‬
‫ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َ‬
‫َرﺳُﻮ َ‬
‫ﺧَﻠ ْﻘ ُﺘ ْﻢ‬
‫ﻣَﺎ َ‬

‫ل‬
‫ﻋ ْﻨ ُﻬﻤَﺎ ﻗَﺎ َ‬
‫ﻲ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ‬
‫ﺿَ‬‫ﻋ َﻤ َﺮ َر ِ‬
‫ﻦ ُ‬
‫ﻦ ا ْﺑ ِ‬
‫ﻋْ‬‫ﻦ ﻧَﺎ ِﻓ ٍﻊ َ‬
‫ﻋْ‬‫ب َ‬
‫ﻦ َأیﱡﻮ َ‬
‫ﻋْ‬‫ﻦ َز ْی ٍﺪ َ‬
‫ﺣﻤﱠﺎ ُد ْﺑ ُ‬
‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َ‬
‫ن َ‬ ‫‪َ -‬‬
‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ اﻟ ﱡﻨ ْﻌﻤَﺎ ِ‬
‫ﺣﻴُﻮا ﻣَﺎ‬
‫ل َﻟ ُﻬ ْﻢ َأ ْ‬
‫ن َی ْﻮ َم ا ْﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ َو ُیﻘَﺎ ُ‬
‫ﺼ َﻮ ِر ُی َﻌ ﱠﺬﺑُﻮ َ‬
‫ب َه ِﺬ ِﻩ اﻟ ﱡ‬
‫ﺹﺤَﺎ َ‬
‫ن َأ ْ‬
‫ﺳﱠﻠ َﻢ ِإ ﱠ‬
‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ‬
‫ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ‬
‫ﻲ َ‬
‫ل اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ‬
‫ﻗَﺎ َ‬
‫ﺧَﻠ ْﻘ ُﺘ ْﻢ‬
‫َ‬
‫ﻲ اﻟﻠﱠ ُﻪ‬
‫ﺿَ‬
‫ﺳ ِﻤ َﻊ َأﺑَﺎ ُه َﺮ ْی َﺮ َة َر ِ‬
‫ﻋ َﺔ َ‬
‫ﻦ َأﺑِﻲ ُز ْر َ‬
‫ﻋْ‬‫ﻋﻤَﺎ َر َة َ‬
‫ﻦ ُ‬
‫ﻋْ‬
‫ﻞ َ‬
‫ﻀ ْﻴ ٍ‬
‫ﻦ ُﻓ َ‬
‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ا ْﺑ ُ‬
‫ﻦ ا ْﻟ َﻌﻠَﺎ ِء َ‬
‫ﺤﻤﱠ ُﺪ ْﺑ ُ‬
‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ُﻣ َ‬
‫‪َ -‬‬
‫ﻖ‬
‫ﺨُﻠ ُ‬
‫ﺐ َی ْ‬
‫ﻦ َذ َه َ‬
‫ﻇَﻠ ُﻢ ِﻣ ﱠﻤ ْ‬
‫ﻦ َأ ْ‬
‫ﻞ َو َﻣ ْ‬
‫ﺝﱠ‬‫ﻋ ﱠﺰ َو َ‬
‫ل اﻟﻠﱠ ُﻪ َ‬
‫ل ﻗَﺎ َ‬
‫ﺳﱠﻠ َﻢ َیﻘُﻮ ُ‬
‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ‬
‫ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ‬
‫ﻲ َ‬
‫ﺖ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ‬
‫ﺳ ِﻤ ْﻌ ُ‬
‫ل َ‬
‫ﻋ ْﻨ ُﻪ ﻗَﺎ َ‬
‫َ‬
‫ﺷﻌِﻴ َﺮ ًة‬
‫ﺣ ﱠﺒ ًﺔ َأ ْو َ‬
‫ﺨُﻠﻘُﻮا َ‬
‫ﺨُﻠﻘُﻮا َذ ﱠر ًة َأ ْو ِﻟ َﻴ ْ‬
‫ﺨ ْﻠﻘِﻲ َﻓ ْﻠ َﻴ ْ‬
‫َآ َ‬

‫‪Terjemahan Hadis.‬‬
‫‪Bab firman Allah Ta’ala: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa‬‬
‫‪yang kamu perbuat itu; sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu‬‬
‫‪menurut ukuran”.‬‬
‫‪Dikatakan pada pelukis pemahat : “Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan”.‬‬
‫‪Sesungguhnya Tuhan kalian iaalah Allah yang telah menciptakan langit dan‬‬
‫‪bumi dalam enam hari, lalu Dia bersemayam diatas arasy.Dia menutupkan‬‬
‫‪malam kepada siang yang menutupinya dengan cepat,dan (diciptaka-Nya‬‬
‫‪pula) matahari,bulan,dan bintang-bintang (masing-masing )tunduk kepada‬‬
44

perintah-Nya.Ingatlah menciptakan dan meemerintahkan hanyalah hak


Allah.Maha ssuci Allah Tuhan semesta alam.

(al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami qutaibah bin sa’id, dia
berkata telah menceritakan kepada kami al-Laits, dari Nafi’,dari qasim bin
Muhammad, dari ‘Aisah ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw.bersabda:
“Sesungguhnya para pelukis (pemahat) itu akan disiksa pada hari kiamat
kelak. Dan dikatakan kepada mereka: “Hidupkanlah apa yang telah kalian
ciptakan”.

(al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami Abu Nu’man, dia


berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid,dari Ayyub,dari
Nafi’, dari Ibnu Umar ra. dia berkata: “Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya
para pelukis (pemahat) itu akan disiksa pada hari kiamat kelak. Dan dikatakan
kepada mereka: “Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan”.

(al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-


‘Ala’, dia berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail, dari ‘umarah,
dari Abi Zur’ah, dari Abu Hurairah ra., dia berkata: “Aku pernah mendengar
Nabi saw bersabda: “Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah
berfirman: “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menciptakan
seperti ciptaan-Ku. Maka hendaklah kalian ciptakan atom (atau hendaknya
kalian ciptakan sebutir biji atau gandum)”.16

16
Ahmad Sunarto dkk., Terjemah Shahih Bukhari, jld.XI ( Semarang : CV. Asysyifa’, 1993),
hlm. 632-637.
45

Skema Sanad
‫ﻧﺒﻲ‬

‫ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ‬ ‫ﻋﺒﺪ اﷲ‬ ‫ﻋﺎ ﺋﺸﺔ‬

‫اﺑﻮ زرﻋﺔ‬ ‫ﻧﺎﻓﻊ‬ ‫اﻟﻘﺎﺳﻢ‬

‫ﻋﻤﺎرة‬ ‫ایﻮب‬ ‫ﻟﻴﺚ‬

‫ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﻔﻀﻞ‬ ‫ﺣﻤﺎد ﺑﻦ زیﺪ‬ ‫ﻗﺘﻴﺒﺔ‬

‫ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﻌﻼء‬

‫ﺑﺨﺎرى‬

Keterangan,
Dilihat dari matan ( redaksi ) hadis, hadis yang pertama dan kedua sama,
kecuali pada kalimat ‫ ویﻘﺎل ﻟﻬﻢ‬. pada hadis yang pertama riwayat dari ‘Aisyah
dengan menggunakan huruf sambung “ ‫و‬ “, jadi ‫ﻟﻬﻢ‬ ‫ویﻘﺎل‬
dan pada hadis yang kedua riwayat dari Ibnu Umar dengan tanpa menggunakan huruf
“ ‫“ و‬, jadi ‫ یﻘﺎل ﻟﻬﻢ‬.
Keterangan tentang perbuatan hamba itu makluk ( diciptakan ), diriwayatkan
dalam tarjamah al-Bukhari Tarikh Bukhara dengan sanad yang Sahih bersambung
sampai pada Muhammad bin Nasar al-Maruzi, lewat jalur periwayatan dari Abi Umar
dan Ahmad bin Nasr al-Naisaburi.
46

Dalam bab diatas Ibnu Hajar mengomentari dalam syarahnya bahwa


perbuatan-perbuatan manusia dan ucapan-ucapannya pada dasarnya adalah hasil
ciptaan Allah. Dalam hal ini Ibnu Hajar sependapat dengan kaum Asy’ariah yang
mengatakan bahwa manusia bukanlah pencipta perbuatannya tetapi Tuhanlah yang
menciptakan perbuatan itu. Karena bila dikatakan bila manusia mampu menciptakan
perbuatannya, maka hal itu berarti sama saja dengan menetapkan adanya pencipta
selain Allah. Untuk memperkuat pendapatnya Ibnu Hajar mengemukakan beberapa
ayat al-Qur’an, ‫ ( إﻧﺎ آﻞ ﺷﺊ ﺧﻠﻘﻨﺎﻩ ﺑﻘﺪر‬Sesungguhnya Kami telah ciptakan segala
sesuaatu dengan qadar ) ‫( ﻓﻼ ﺗﺠﻌﻠﻮا اﷲ أﻧﺪادا‬Maka janganlah kamu jadikan Allah atas
sekutu ).17
Disini Ibnu Hajar menjelaskan dengan adanya dua ‫( ﻧﻔﻰ‬ketiadaan), yaitu
menafikan adanya pencipta selain Allah dan menafikan ada sesuatu wujud yang oleh
Allah tidak ciptakan. Maka apabila ‫( أﻓﻌﺎل‬perbuatan-perbuatan) tidak diciptakan oleh
Allah maka Allah hanya menciptakan sebagian sesuatu tidak menciptakan semuanya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ‫( أﻓﻌﺎل‬perbuatan-perbuatan) itu lebih banyak
dari pada ‫( أﻋﻴﺎن‬sumber), dan apabila Allah hanya menciptakan ‫( أﻋﻴﺎن‬sumber, pokok)
dan manusia pencipta ‫أﻓﻌﺎل‬ (perbuatan-perbuatan), maka perbuatan-perbuatan
manusia itu lebih banyak dari perbuatan Allah. Maka hal ini adalah tidak patut bagi
Allah.18
Lebih lanjut Ibnu Hajar dalam memperkuat pendapatnya ia
mengemukakan pendapat al-Makky bin Abi Thalib dalam kitab fi I’rab al-Qur’an
dalam mengomentari ayat “ ‫“ واﷲ ﺧﻠﻘﻜﻢ و ﻣﺎﺕﻌﻤﻠﻮن‬
Lafal ‫ و ﻣﺎﺕﻌﻤﻠﻮن‬, artikel “ ‫“ ﻣﺎ‬ menurutnya adalah ‫ﻣﺼﺪریﻪ‬
(makna masdar)19 yakni, ‫وﺧﻠﻖ ﻋﻤﻠﻜﻢ‬ (dan Allah menciptakan
“perbuatanmu”) artinya semua perbuatan itu diciptakan oleh Allah, manusia tidak

17
Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, juz XIII, (Baerut: Dar al-
Fikr, 1995), hlm.528.
18
Ibid., hlm. 529.
19
Ibid.
47

mempunyai kuasa. Artikel “ ‫ “ ﻣﺎ‬disini bukan “ ‫“ ﻣﻮﺹﻮﻟﻴﻪ‬ makna (isim mausul)20


sebagai yang dikehendaki oleh kaum Mu’tazilah takdirnya adalah ‫و ﺧﻠﻖ اﻟﺬي ﺕﻌﻤﻠﻮن‬
(dan Allah menciptakan ‘apa yang kamu buat’), artinya manusia kuasa menciptakan
perbuatannya sendiri.
Dalam hal ini Ibnu Hajar juga mencela seorang yang memahat
sebagaimana dalam hadis yang telah disebutkan di atas dengan penjelasan sebagai
berikut :

‫ واﻟﺬى یﻈﻬﺮ أ ن ﻣﻨﺎﺳﺒﺔ ذآﺮ ﺣﺪیﺚ اﻟﻤﺼﻮریﻦ ﻟﺘﺮﺝﻤﺔ هﺬا اﻟﺒﺎب ﻣﻦ ﺝﻬﺔ أن ﻣﻦ زﻋﻢ أﻧﻪ‬: ‫ﻗﻠﺖ‬
‫یﺨﻠﻖ ﻓﻌﻞ ﻧﻔﺴﻪ ﻟﻮ ﺹﺤﺖ دﻋﻮاﻩ ﻟﻤﺎ وﻗﻊ اﻻﻧﻜﺎر ﻋﻠﻰ هﺆﻻء اﻟﻤﺼﻮریﻦ ﻓﻠﻤﺎ آﺎن أﻣﺮهﻢ ﺑﻨﻔﺦ‬
‫اﻟﺮوح ﻓﻴﻤﺎ ﺹﻮروﻩ أﻣﺮ ﺕﻌﺠﻴﺰ وﻧﺴﺒﺔ اﻟﺨﻠﻖ اﻟﻴﻬﻢ أﻧﻤﺎ هﻲ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﺘﻬﻜﻢ واﻻﺳﺘﻬﺰاء دل‬
21
.‫واﻟﻌﻠﻢ ﻋﻨﺪاﷲ ﺕﻌﺎﻟﻰ‬,‫ﻋﻠﻰ ﻓﺴﺎد ﻗﻮل ﻣﻦ ﻧﺴﺐ ﺧﻠﻖ ﻓﻌﻠﻪ اﻟﻴﻪ أﺳﺘﻘﻼﻻ‬

Artinya,
( Saya berkata ) kiranya sudah jelas, bahwa penyebutan kedua hadis
pemahat dalam penerjemahan bab ini dari sebuah pernyataan “sesungguhnya manusia
dapat menciptakan perbuatanya sendiri “, dan apabila pernyataan itu benar, maka
tiadalah inkar atas kedua hadis tersebut. Dan apabila perkara itu dikembalikan pada
peniupan ruh atas apa yang dipahatya, maka itu merupakan suatu kelemahan dan
penghinaan terhadap mereka ( karena hal tersebut tiada kuasa baginya ), sekaligus ini
menunjukkan rusaknya pendapat orang yang menganggap bahwa manusia dapat
menciptakan perbuatanya sendiri.Dan Allahlah Yang Maha Mengetahui.

20
Maushul dalam ilmu gramatika arab adalah merupakan kata penyambung. Maushul dibagi
dua, yaitu Maushul Mukhtash (Khusus ) danMaushul Musytarak (umum ). Dalam hal ini “ ‫“ ﻣﺎ‬
termasuk maushul musytarak. Lihat, Abdullah bin Malik, Syarh Ibnu ‘Aqil Ala Alfiyyah, (semarang
:Toha Putra, tth. ), hlm. 22-23.
21
Fath al-Bari, op.cit., hlm.535.
48

2. Hadis Tentang Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan

a. Sahih al-Bukhari.22

‫ﺑﺎب ﻓﻰ اﻟﻤﺸﻴﺌﺔ واﻹرادة‬

‫ ﺕﺆﺕﻰ اﻟﻤﻠﻚ ﻣﻦ ﺕﺸﺎء – وﻣﺎ ﺕﺸﺎؤن اﻻ ا ن یﺸﺎءاﷲ – وﻻ ﺕﻘﻮﻟﻦ ﻟﺸﺊ إﻧﻰ ﻓﺎﻋﻞ‬: ‫وﻗﻮل اﷲ ﺕﻌﺎﻟﻰ‬
.‫ذاﻟﻚ ﻏﺪا إﻻ ان یﺸﺎءاﷲ – إﻧﻚ ﻻ ﺕﻬﺪى ﻣﻦ اﺣﺒﺒﺖ وﻟﻜﻦ اﷲ یﻬﺪى ﻣﻦ یﺸﺎء‬

‫ﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
َ ‫ﺤﻤِﻴ ِﺪ‬
َ ‫ﻋ ْﺒ ُﺪ ا ْﻟ‬
َ ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨِﻲ َأﺧِﻲ‬
َ ‫ﻞ‬
ُ ‫ﺳﻤَﺎﻋِﻴ‬
ْ ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ ِإ‬
َ ‫يحو‬
‫ﻦ اﻟ ﱡﺰ ْه ِﺮ ﱢ‬
ْ‫ﻋ‬
َ ‫ﺐ‬ ُ ‫ﺧ َﺒ َﺮﻧَﺎ‬
ٌ ‫ﺷ َﻌ ْﻴ‬ ْ ‫ن َأ‬
ِ ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ ا ْﻟ َﻴﻤَﺎ‬
َ
‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻬﻤَﺎ‬
َ ‫ﻲ‬
‫ﻋِﻠ ﱟ‬
َ ‫ﻦ‬
َ ‫ﻦ ْﺑ‬
َ ‫ﺴ ْﻴ‬
َ‫ﺣ‬ُ ‫ن‬
‫ﻦ َأ ﱠ‬
ٍ ‫ﺴ ْﻴ‬
َ‫ﺣ‬ُ ‫ﻦ‬
ِ ‫ﻲ ْﺑ‬
‫ﻋِﻠ ﱢ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
َ ‫ب‬
ٍ ‫ﺷﻬَﺎ‬
ِ ‫ﻦ‬
ِ ‫ﻦ ا ْﺑ‬
ْ‫ﻋ‬
َ ‫ﻖ‬
ٍ ‫ﻋﺘِﻴ‬
َ ‫ﻦ َأﺑِﻲ‬
ِ ‫ﺤ ﱠﻤ ِﺪ ْﺑ‬
َ ‫ﻦ ُﻣ‬
ْ‫ﻋ‬
َ ‫ن‬
َ ‫ﺳَﻠ ْﻴﻤَﺎ‬
ُ
‫ﺖ‬
َ ‫ﻃ َﻤ َﺔ ِﺑ ْﻨ‬
ِ ‫ﻃ َﺮ َﻗ ُﻪ َوﻓَﺎ‬
َ ‫ﺳﱠﻠ َﻢ‬
َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ‬
َ ‫ل اﻟﱠﻠ ِﻪ‬
َ ‫ن َرﺳُﻮ‬
‫ﺧ َﺒ َﺮ ُﻩ َأ ﱠ‬
ْ ‫ﺐ َأ‬
ٍ ‫ﻦ َأﺑِﻲ ﻃَﺎِﻟ‬
َ ‫ﻲ ْﺑ‬
‫ﻋِﻠ ﱠ‬
َ ‫ن‬
‫ﺧ َﺒ َﺮ ُﻩ َأ ﱠ‬
ْ ‫ﺴﻠَﺎم َأ‬
‫اﻟ ﱠ‬
‫ﺴﻨَﺎ‬
ُ ‫ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ِإ ﱠﻧﻤَﺎ َأ ْﻧ ُﻔ‬
َ ‫ﺖ یَﺎ َرﺳُﻮ‬
ُ ‫ﻲ َﻓ ُﻘ ْﻠ‬ َ ‫ل‬
‫ﻋِﻠ ﱞ‬ َ ‫ن ﻗَﺎ‬
َ ‫ﺼﻠﱡﻮ‬
َ ‫ل َﻟ ُﻬ ْﻢ َأﻟَﺎ ُﺕ‬
َ ‫ﺳﱠﻠ َﻢ َﻟ ْﻴَﻠ ًﺔ َﻓﻘَﺎ‬
َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺹﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ‬
َ ‫ل اﻟﱠﻠ ِﻪ‬
ِ ‫َرﺳُﻮ‬
‫ﻚ َوَﻟ ْﻢ‬
َ ‫ﺖ َذِﻟ‬
ُ ‫ﻦ ُﻗ ْﻠ‬
َ ‫ﺳﱠﻠ َﻢ ﺣِﻴ‬
َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ‬
َ ‫ل اﻟﱠﻠ ِﻪ‬
ُ ‫ف َرﺳُﻮ‬
َ ‫ﺼ َﺮ‬
َ ‫ن َی ْﺒ َﻌ َﺜﻨَﺎ َﺑ َﻌ َﺜﻨَﺎ ﻓَﺎ ْﻧ‬
ْ ‫ِﺑ َﻴ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ َﻓِﺈذَا ﺷَﺎ َء َأ‬
‫ﺝ َﺪﻟًﺎ‬
َ ‫ﻲ ٍء‬
ْ ‫ﺷ‬
َ ‫ن َأ ْآ َﺜ َﺮ‬
ُ ‫ن ا ْﻟِﺈ ْﻧﺴَﺎ‬
َ ‫ل َوآَﺎ‬
ُ ‫ﺨ َﺬ ُﻩ َو َیﻘُﻮ‬
ِ ‫ب َﻓ‬
ُ ‫ﻀ ِﺮ‬
ْ ‫ﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺘ ُﻪ َو ُه َﻮ ُﻣ ْﺪ ِﺑ ٌﺮ َی‬
َ ‫ﺷ ْﻴﺌًﺎ ُﺛﻢﱠ‬
َ ‫ﻲ‬
‫ﺝ ْﻊ ِإَﻟ ﱠ‬
ِ ‫َی ْﺮ‬

Terjemah Hadis
(al-Bukhari berkata ) telah menceritakan kepada kami Abul al-Yaman, dia
berkata telah menceritakan kepada kami Syuaib, dari al-Zuhri.Dan telah
menceritakan kepada kami Ismail, dia berkata telah menceritakan kepada
kami saudaraku Abdul Hamid bin Sulaiman,dari Abi ‘Atiq, dari Ibnu
Syihab,dari Ali bin Husain,Dia berkata telah menceritakan kepada kami
Husain bin Ali ra. Dia berkata telah menceritakan kepada kami Ali bin Abi
22
Sahih al-Bukhari, Juz IV,hlm.336. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan
bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD
Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al- Islamiyyah al-Dauliyyah
terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 6911 menurut hitungan al-almiyyah.
49

Thalib,Dia berkata : Aku dan Fatimah,putri Rasulullah Saw. Pada suatu


malam dan bersabda kepada kami berdua : Apakah tidak sebaiknya kamu
mengerjakan shalat?.Aku menjawab: Wahai Rassulullah,sesungguhnya
jiwaku hanyalah ada paada genggaman Allah. Jika Dia menghendaki untuk
membangunkan kami, tentulah Dia akan membangunkan kami. Maka
Rasulullah pergi begitu mendengar ucapan itu dan tidaak kembali kepadaku
barang sebentarpun.Kemudian aku mendengar beliau,ketika berpaling
memukul pahanya seraya membaca aat ini: “Dan manusia adalah makhluk
yang paling banyak membantah”. 23

23
Ahmad Sunarto dkk, Op.Cit., jld., IX, hlm.543-544.
50

Skema sanad

‫ﻧﺒﻰ‬

‫ﻋﻠﻰ ﺑﻦ أﺑﻰ ﻃﺎﻟﺐ‬

‫ﺣﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻰ‬

‫ﻋﻠﻰ ﺑﻦ ﺣﺴﻴﻦ‬

‫ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺴﻠﻢ‬
‫ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ أﺑﻰ ﻋﺘﻴﻖ‬ ‫ﺷﻌﻴﺐ‬

‫ﺳﻠﻴﻤﺎن ﺑﻦ ﺑﻼل‬ ‫اﻟﺤﻜﻢ ﺑﻦ ﻧﺎﻓﻊ‬

‫ﻋﺒﺪ اﻟﺤﻤﻴﺪ‬

‫إﺳﻤﺎﻋﻴﻞ‬
‫ﺑﺨﺎرى‬

Keterangan,
Menurut al-Daruquthni jalur periwayatan hadis diatas yang diriwayatkan oleh
Ali bin Husen dari Husen bin Ali dari Ali r.a., termasuk ‫أﺹﺢ اﻷﺳﺎﻧﻴﺪ‬
( sanadnya paling Sahih ). Dikarenakan diriwayatkan dari seorang anak, bapak, dan
51

kakeknya. Ini juga terjadi pada periwayat Hajjaj bin Abi Mani’ dari kakeknya dari
Zuhri yang dijelaskan dalam tafsir Ibnu Marduwaih.
Hadis diatas tergolong hadis Sahih, Sanadnya Muttasil dan Rawinya Siqah
( dapat dipercaya ).

Hadis di atas menjelaskan keengganan sahabat Ali ra. Dalam menjalankan


shalat malam, karena ia menganggap bahwa dirinya tadak kuasa untuk menjalankan
shalat malam tanpa atas kehendak Allah.Trebukti dengan ucapanya ‫ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ إﻧﻤﺎ‬
‫ ( أﻧﻔﺴﻨﺎ ﺑﻴﺪ اﷲ ﻓﺈذا ﺷﺎء أ ن ﻳﺒﻌﺜﻨﺎ ﺑﻌﺜﻨﺎ‬Wahai Rassulullah,sesungguhnya jiwaku hanyalah
ada paada genggaman Allah. Jika Dia menghendaki untuk membangunkan kami,
tentulah Dia akan membangunkan kami ).24

Ibnu Hajar dalam syarahnya menjelaskan perkataan Ali sebagai berikut:

25
‫ وإن اﻟﻌﺒﺪ ﻻ یﻔﻌﻞ ﺷﻴﺄ اﻻ ﺑﺈرادة اﷲ‬,‫ ﻓﻴﻪ إﺛﺒﺎت اﻟﻤﺸﻴﺌﻪ‬,‫) ﻗﻮﻟﻪ ( إﻧﻤﺎ أﻧﻔﺴﻨﺎ ﺑﻴﺪ اﷲ‬

“Kalimat ( sesungguhnya diri kita ada pada genggaman Allah ) pernyataan ini
merupakan penetapan atas kehendak Allah, dan sesungguhnya manusia pada
dasarnya tidak mempunyai kuasa untuk berbuat kecuali atas kehendak Allah.”

Dari pernyataan diatas terlihat, bahwa menurut Ibnu Hajar pada dasarnya
manusia tidak kuasa untuk menentukan kehendak dan perbuatanya, kecuali hanya
sekedar mengikuti kehendak yang telah ditentukan oleh Allah, karena kekuasaan dan
kehendak mutlak hanya hanya pada Allah semata.Untuk memperkuat pendapatnya
Ibnu Hajar menguraikan beberapa ayat Al-qur’an seperti : ‫وﻣﺎ ﺕﺸﺎؤن اﻻ أن یﺸﺎء اﷲ‬

( Dan kamu tidak menghendaki kecuali Allah menghendaki ). ‫أﻧﻚ ﻻ ﺕﻬﺪى ﻣﻦ أﺣﺒﺒﺖ‬

‫ ( وﻟﻜﻦ اﷲ یﻬﺪى ﻣﻦ یﺸﺎء‬Sesungguhnya kamu tidaklah akan dapat memberi petunjuk

24
Fath al-Bari, Juz III, hlm.11.
25
Ibid.
52

kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada orang
yang dikehendaki-Nya ).26

1. Hadis Tentang Taqdir

a. Sahih al-Bukhari. 27

‫ﺑﺎب وآﺎن أﻣﺮ اﷲ ﻗﺪرا ﻣﻘﺪورا‬

‫ﻦ‬
ْ‫ﻋ‬َ ‫ﻲ‬
‫ﺴَﻠ ِﻤ ﱢ‬
‫ﻦ اﻟ ﱡ‬
ِ ‫ﺣ َﻤ‬
ْ ‫ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ‬
َ ‫ﻦ َأﺑِﻲ‬
ْ‫ﻋ‬
َ ‫ﻋ َﺒ ْﻴ َﺪ َة‬
ُ ‫ﻦ‬
ِ ‫ﺳ ْﻌ ِﺪ ْﺑ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
َ ‫ﺶ‬
ِ ‫ﻋ َﻤ‬
ْ ‫ﻦ ا ْﻟَﺄ‬
ْ‫ﻋ‬
َ ‫ﺣ ْﻤ َﺰ َة‬
َ ‫ﻦ َأﺑِﻲ‬
ْ‫ﻋ‬
َ ‫ن‬
ُ ‫ﻋ ْﺒﺪَا‬
َ ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ‬
َ -
‫ض‬
ِ ‫ﺖ ﻓِﻲ ا ْﻟَﺄ ْر‬
ُ ‫ﺳﱠﻠ َﻢ َو َﻣ َﻌ ُﻪ ﻋُﻮ ٌد َی ْﻨ ُﻜ‬
َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺹﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ‬
َ ‫ﻲ‬
‫ﺝﻠُﻮﺳًﺎ َﻣ َﻊ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ‬
ُ ‫ل ُآﻨﱠﺎ‬
َ ‫ﻋ ْﻨ ُﻪ ﻗَﺎ‬
َ ‫ﻲ اﻟﻠﱠ ُﻪ‬
َ‫ﺿ‬
ِ ‫ﻲ َر‬
‫ﻋِﻠ ﱟ‬
َ
ُ ‫ﻦ ا ْﻟ َﻘ ْﻮ ِم َأﻟَﺎ َﻧ ﱠﺘ ِﻜ‬
‫ﻞ یَﺎ‬ ْ ‫ﻞ ِﻣ‬
ٌ‫ﺝ‬ُ ‫ل َر‬
َ ‫ﺠﱠﻨ ِﺔ َﻓﻘَﺎ‬
َ ‫ﻦ ا ْﻟ‬
ْ ‫ﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر َأ ْو ِﻣ‬
ْ ‫ﺐ َﻣ ْﻘ َﻌ ُﺪ ُﻩ ِﻣ‬
َ ‫ﺣ ٍﺪ ِإﻟﱠﺎ َﻗ ْﺪ ُآ ِﺘ‬
َ ‫ﻦ َأ‬
ْ ‫ل ﻣَﺎ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ِﻣ‬
َ ‫َوﻗَﺎ‬
‫ﻋﻄَﻰ وَا ﱠﺕﻘَﻰ ( اﻟْﺂ َی َﺔ‬
ْ ‫ﻦ َأ‬
ْ ‫ﺴ ٌﺮ ُﺛﻢﱠ َﻗ َﺮَأ ) َﻓَﺄﻣﱠﺎ َﻣ‬
‫ﻞ ُﻣ َﻴ ﱠ‬
‫ﻋ َﻤﻠُﻮا َﻓ ُﻜ ﱞ‬
ْ ‫ل ﻟَﺎ ا‬
َ ‫ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ﻗَﺎ‬
َ ‫َرﺳُﻮ‬

Terjemah Hadis,

( al – Bukhari berkata ) telah bercerita pada kami Abdan,dari Abi hamzah,


dari al – A’mas, dari Sa’d bin Ubaidah, dari Abi Abdul Rahman al-
Salami,dari Ali ra.dia berkata : “Kami duduk bersama Nabi Saw.biliau
membawa sebatang kayu yang ditancapkan di tanah dan bersabda : “ Setiap
seseorang diantara kamu, mesti telah ditetapkan tempat tinggalnya di neraka
ataukah di surga”. Seseorang lelaki bertanya : Tidakkah kami pasrah (kapada
ketetapan Allah ) ?. Beliau menjawab Tidak!. Berusahalah maka masing –
masing orang telah disiapkan untuknya. Kemudian beliau membaca ayat

26
Ibid.
27
Sahih al- Bukhari, Juz IV, hlm.18. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan
bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD
Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al-Islamiyyah al-Dauliyyah
terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 6115 menurut hitungan al-almiyyah.
53

“ FA AMMA MAN A’THA WATTAQA” (Adapun orang yang memberikan


hartanya dan bertaqwa ).28

Skema sanad

‫ﻧﺒﻰ‬

‫ﻋﻠﻰ ﺑﻦ أﺑﻰ ﻃﺎﻟﺐ‬

‫ﻋﺒﺪاﻟﻠﺔ ﺑﻦ ﺣﺒﻴﺐ‬

‫ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﻴﺪة‬

‫ﺳﻠﻴﻤﺎن‬

‫ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﻴﻤﻮن‬

‫ﻋﺒﺪاﷲ‬

‫ﺑﺨﺎرى‬

Hadis ini menjelaskan bahwa nasib baik dan buruk termasuk masuk surga
dan neraka itu sudah di tentukan oleh taqdir Allah Swt. Meskipun demikian manusia
tidak boleh hanya pasrah dengan taqdirnya, tetap diwajibkan ikhtiyar
(berusaha ). Kewajiban ikhtayar ( berusaha ) sebagaimana termaktub dalam hadis di
atas sebagai berikaut :

28
Ahmad Sunarto dkk, Op.Cit., jld VII, hlm.502.
54

‫ إﻋﻤﻠﻮا ﻓﻜﻞ ﻣﻴﺴﺮ‬,‫ ﻻ‬: ‫أﻻ ﻧﺘﻜﻞ یﺎ رﺳﻮل اﷲ ؟ ﻗﺎل‬

“ Tidakkah kami hanya pasrah ya Rasulullah?, beliau menjawab : Tidak.”

Ibnu Hajar dalam syarahnya menjalaskan :

:( ‫ ) ﻻ‬,‫)ﻗﻮﻟﻪ ( أﻻ ﻧﺘﻜﻞ یﺎ رﺳﻮل اﷲ ؟ اى أﻻ ﻧﺘﺮك ﻣﺸﻘﺔ اﻟﻌﻤﻞ ﻓﺈﻧﺎ ﺳﻨﺼﻴﺮ اﻟﻰ ﻣﺎ ﻗﺪر ﻋﻠﻴﻨﺎ‬-
29
.‫ وهﻮ یﺴﻴﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ یﺴﺮﻩ اﷲ‬,‫اى ﻻ ﻣﺸﻘﺔﻷن آﻞ أﺣﺪ ﻣﺴﻴﺮ ﻟﻤﺎ ﺧﻠﻖ ﻟﻪ‬

Kalimat “ ( ‫) أﻻ ﻧﺘﻜﻞ یﺎرﺳﻮل اﷲ‬: yakni,tidakkah kita meninggalkan berusaha dan kita
hanya menunggu taqdir dari Allah?,Rasul menjawab: Tidak.yakni,tidak
meninggalkan usaha, karena setiap seseorang dimudahkan atas apa yang
diperbuatnya,dan kemudahan itu diberikan oleh Allah kepada seseorang yang
dikehendaki.

Berdasarkan keterangan diatas, maka dapatlah dikatakan baahwa dalam


pandangan Ibnu Hajar sesungguhnya kebahagiaan dan celaka itu pada dasarnya sudah
ditentukan oleh Allah. Meskipun demikian manusia wajib berusaha untuk
memperoleh suatu tujuan. Dalam pandanganya ia menolak pendapat kaum Jabariah
30
yang menafikan adanya al-Taisit ( kemudahan / ikhtiyar ) lawan dari al- Jabr
(keterpaksaan ) yakni manusia hanya mengandalkan taqdir, pasrah tanpa berusaha
atau berkarya untuk suatu keberhasilan. Dan secara langsung ia juga tidak setuju
dengan pendapat qadariah, yang menganggap bahwa manusia mampu menciptakan
perbuatanya sendiri.31

29
Fath al-Bari, juz XI, hlm. 497.
30
Ibid. hlm. 498.
31
Ibid.
‫‪55‬‬

‫‪b. Sahih al-Bukhari. 32‬‬

‫ﺑﺎب ﻣﺎ یﺬآﺮ ﻓﻰ اﻟﻄﺎ ﻋﻮن‬

‫ﻦ‬
‫ﻦ َز ْی ِﺪ ْﺑ ِ‬
‫ﻦ ْﺑ ِ‬
‫ﺣ َﻤ ِ‬
‫ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ ْ‬
‫ﻦ َ‬
‫ﺤﻤِﻴ ِﺪ ْﺑ ِ‬
‫ﻋ ْﺒ ِﺪ ا ْﻟ َ‬
‫ﻦ َ‬
‫ﻋْ‬
‫ب َ‬
‫ﺷﻬَﺎ ٍ‬
‫ﻦ ِ‬
‫ﻦ ا ْﺑ ِ‬
‫ﻋْ‬‫ﻚ َ‬
‫ﺧ َﺒ َﺮﻧَﺎ ﻣَﺎِﻟ ٌ‬
‫ﻒ َأ ْ‬
‫ﺳ َ‬
‫ﻦ یُﻮ ُ‬
‫ﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ْﺑ ُ‬
‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َ‬
‫َ‬
‫ﻦ‬
‫ﻋ َﻤ َﺮ ْﺑ َ‬
‫ن ُ‬
‫س َأ ﱠ‬
‫ﻋﺒﱠﺎ ٍ‬
‫ﻦ َ‬
‫ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ْﺑ ِ‬
‫ﻦ َ‬
‫ﻋْ‬
‫ﻞ َ‬
‫ﻦ َﻧ ْﻮ َﻓ ٍ‬
‫ث ْﺑ ِ‬
‫ﻦ اﻟﺤَﺎ ِر ِ‬
‫ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ْﺑ ِ‬
‫ﻦ َ‬
‫ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ْﺑ ِ‬
‫ﻦ َ‬
‫ﻋْ‬
‫ب َ‬
‫ﺨﻄﱠﺎ ِ‬
‫ا ْﻟ َ‬
‫ﻦ‬
‫ﻋ َﺒ ْﻴ َﺪ َة ْﺑ ُ‬
‫ﺝﻨَﺎ ِد َأﺑُﻮ ُ‬
‫غ َﻟ ِﻘ َﻴ ُﻪ ُأ َﻣﺮَا ُء ا ْﻟَﺄ ْ‬
‫ﺴ ْﺮ َ‬
‫ن ِﺑ َ‬
‫ﺣﺘﱠﻰ ِإذَا آَﺎ َ‬
‫ﺸ ْﺄ ِم َ‬
‫ج ِإﻟَﻰ اﻟ ﱠ‬
‫ﺧ َﺮ َ‬
‫ﻋ ْﻨ ُﻪ َ‬
‫ﻲ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ‬
‫ﺿَ‬
‫ب َر ِ‬
‫ﺨﻄﱠﺎ ِ‬
‫ا ْﻟ َ‬
‫ع ﻟِﻲ‬
‫ﻋ َﻤ ُﺮ ا ْد ُ‬
‫ل ُ‬
‫س َﻓﻘَﺎ َ‬
‫ﻋﺒﱠﺎ ٍ‬
‫ﻦ َ‬
‫ل ا ْﺑ ُ‬
‫ﺸ ْﺄ ِم ﻗَﺎ َ‬
‫ض اﻟ ﱠ‬
‫ن ا ْﻟ َﻮﺑَﺎ َء َﻗ ْﺪ َو َﻗ َﻊ ِﺑَﺄ ْر ِ‬
‫ﺧ َﺒﺮُو ُﻩ َأ ﱠ‬
‫ﺹﺤَﺎ ُﺑ ُﻪ َﻓَﺄ ْ‬
‫ح َوَأ ْ‬
‫ﺠﺮﱠا ِ‬
‫ا ْﻟ َ‬
‫ﻀ ُﻬ ْﻢ َﻗ ْﺪ‬
‫ل َﺑ ْﻌ ُ‬
‫ﺧ َﺘَﻠﻔُﻮا َﻓﻘَﺎ َ‬
‫ﺸ ْﺄ ِم ﻓَﺎ ْ‬
‫ن ا ْﻟ َﻮﺑَﺎ َء َﻗ ْﺪ َو َﻗ َﻊ ﺑِﺎﻟ ﱠ‬
‫ﺧ َﺒ َﺮ ُه ْﻢ َأ ﱠ‬
‫ﺳ َﺘﺸَﺎ َر ُه ْﻢ َوَأ ْ‬
‫ﻦ َﻓ َﺪﻋَﺎ ُه ْﻢ ﻓَﺎ ْ‬
‫ﻦ ا ْﻟَﺄ ﱠوﻟِﻴ َ‬
‫ﺝﺮِی َ‬
‫ا ْﻟ ُﻤﻬَﺎ ِ‬
‫ﺹﻠﱠﻰ‬
‫ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َ‬
‫ب َرﺳُﻮ ِ‬
‫ﺹﺤَﺎ ُ‬
‫س َوَأ ْ‬
‫ﻚ َﺑ ِﻘﱠﻴ ُﺔ اﻟﻨﱠﺎ ِ‬
‫ﻀ ُﻬ ْﻢ َﻣ َﻌ َ‬
‫ل َﺑ ْﻌ ُ‬ ‫ﺝ َﻊ َ‬
‫ﻋ ْﻨ ُﻪ َوﻗَﺎ َ‬ ‫ن َﺕ ْﺮ ِ‬
‫ﺖ ِﻟَﺄ ْﻣ ٍﺮ َوﻟَﺎ َﻧﺮَى َأ ْ‬
‫ﺝ َ‬
‫ﺧ َﺮ ْ‬
‫َ‬
‫ل ا ْدﻋُﻮا ﻟِﻲ ا ْﻟَﺄ ْﻧﺼَﺎ َر‬
‫ﻋﻨﱢﻲ ُﺛﻢﱠ ﻗَﺎ َ‬
‫ل ا ْر َﺕ ِﻔﻌُﻮا َ‬
‫ﻋﻠَﻰ َهﺬَا ا ْﻟ َﻮﺑَﺎ ِء َﻓﻘَﺎ َ‬
‫ن ُﺕ ْﻘ ِﺪ َﻣ ُﻬ ْﻢ َ‬
‫ﺳﱠﻠ َﻢ َوﻟَﺎ َﻧﺮَى َأ ْ‬
‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ‬
‫اﻟﱠﻠ ُﻪ َ‬
‫ع‬
‫ل ا ْد ُ‬
‫ﻋﻨﱢﻲ ُﺛﻢﱠ ﻗَﺎ َ‬
‫ل ا ْر َﺕ ِﻔﻌُﻮا َ‬
‫ﺧ ِﺘﻠَﺎ ِﻓ ِﻬ ْﻢ َﻓﻘَﺎ َ‬
‫ﺧ َﺘَﻠﻔُﻮا آَﺎ ْ‬
‫ﻦ وَا ْ‬
‫ﺝﺮِی َ‬
‫ﻞ ا ْﻟ ُﻤﻬَﺎ ِ‬
‫ﺳﺒِﻴ َ‬
‫ﺴَﻠﻜُﻮا َ‬
‫ﺸﺎ َر ُه ْﻢ َﻓ َ‬
‫ﺳ َﺘ َ‬
‫ﻋ ْﻮ ُﺕ ُﻬ ْﻢ ﻓَﺎ ْ‬
‫َﻓ َﺪ َ‬
‫ن‬
‫ﺝﻠَﺎ ِ‬
‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َر ُ‬
‫ﻒ ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َ‬
‫ﺨ َﺘِﻠ ْ‬
‫ﻋ ْﻮ ُﺕ ُﻬ ْﻢ َﻓَﻠ ْﻢ َی ْ‬
‫ﺢ َﻓ َﺪ َ‬
‫ﺝ َﺮ ِة ا ْﻟ َﻔ ْﺘ ِ‬
‫ﻦ ُﻣﻬَﺎ ِ‬
‫ﺶ ِﻣ ْ‬
‫ﺨ ِﺔ ُﻗ َﺮ ْی ٍ‬
‫ﺸ َﻴ َ‬
‫ﻦ َﻣ ْ‬
‫ن هَﺎ ُهﻨَﺎ ِﻣ ْ‬
‫ﻦ آَﺎ َ‬
‫ﻟِﻲ َﻣ ْ‬
‫ﻋﻠَﻰ‬
‫ﺢ َ‬
‫ﺼ ﱢﺒ ٌ‬
‫س ِإﻧﱢﻲ ُﻣ َ‬
‫ﻋ َﻤ ُﺮ ﻓِﻲ اﻟﻨﱠﺎ ِ‬
‫ﻋﻠَﻰ َهﺬَا ا ْﻟ َﻮﺑَﺎ ِء َﻓﻨَﺎدَى ُ‬
‫س َوﻟَﺎ ُﺕ ْﻘ ِﺪ َﻣ ُﻬ ْﻢ َ‬
‫ﺝ َﻊ ﺑِﺎﻟﻨﱠﺎ ِ‬
‫ن َﺕ ْﺮ ِ‬
‫َﻓﻘَﺎﻟُﻮا َﻧﺮَى َأ ْ‬
‫ك ﻗَﺎَﻟﻬَﺎ یَﺎ َأﺑَﺎ‬
‫ﻏ ْﻴ ُﺮ َ‬
‫ﻋ َﻤ ُﺮ َﻟ ْﻮ َ‬
‫ل ُ‬
‫ﻦ َﻗ َﺪ ِر اﻟﱠﻠ ِﻪ َﻓﻘَﺎ َ‬
‫ح َأ ِﻓﺮَارًا ِﻣ ْ‬
‫ﺠﺮﱠا ِ‬
‫ﻦ ا ْﻟ َ‬
‫ﻋ َﺒ ْﻴ َﺪ َة ْﺑ ُ‬
‫ل َأﺑُﻮ ُ‬
‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ ﻗَﺎ َ‬
‫ﺹ ِﺒﺤُﻮا َ‬
‫ﻇ ْﻬ ٍﺮ َﻓَﺄ ْ‬
‫َ‬
‫ﺣﺪَا ُهﻤَﺎ‬
‫ن ِإ ْ‬
‫ﻋ ْﺪ َوﺕَﺎ ِ‬
‫ﺖ وَا ِدیًﺎ َﻟ ُﻪ ُ‬
‫ﻄ ْ‬
‫ﻞ َه َﺒ َ‬
‫ﻚ ِإ ِﺑ ٌ‬
‫ن َﻟ َ‬
‫ﺖ َﻟ ْﻮ آَﺎ َ‬
‫ﻦ َﻗ َﺪ ِر اﻟﱠﻠ ِﻪ ِإﻟَﻰ َﻗ َﺪ ِر اﻟﱠﻠ ِﻪ َأ َرَأ ْی َ‬
‫ﻋ َﺒ ْﻴ َﺪ َة َﻧ َﻌ ْﻢ َﻧ ِﻔ ﱡﺮ ِﻣ ْ‬
‫ُ‬
‫ﻋ ْﻴ َﺘﻬَﺎ ِﺑ َﻘ َﺪ ِر‬
‫ﺠ ْﺪ َﺑ َﺔ َر َ‬
‫ﺖ ا ْﻟ َ‬
‫ﻋ ْﻴ َ‬
‫ن َر َ‬
‫ﻋ ْﻴ َﺘﻬَﺎ ِﺑ َﻘ َﺪ ِر اﻟﱠﻠ ِﻪ َوِإ ْ‬
‫ﺼ َﺒ َﺔ َر َ‬
‫ﺨ ْ‬
‫ﺖ ا ْﻟ َ‬
‫ﻋ ْﻴ َ‬
‫ن َر َ‬
‫ﺲ ِإ ْ‬
‫ﺝ ْﺪ َﺑ ٌﺔ َأَﻟ ْﻴ َ‬
‫ﺧﺮَى َ‬
‫ﺼ َﺒ ٌﺔ وَا ْﻟُﺄ ْ‬
‫ﺧ ِ‬
‫َ‬
‫ﻋ ْﻠﻤًﺎ‬
‫ﻋ ْﻨﺪِي ﻓِﻲ َهﺬَا ِ‬
‫ن ِ‬
‫ل ِإ ﱠ‬
‫ﺝ ِﺘ ِﻪ َﻓﻘَﺎ َ‬
‫ﺾ ﺣَﺎ َ‬
‫ن ُﻣ َﺘ َﻐ ﱢﻴﺒًﺎ ﻓِﻲ َﺑ ْﻌ ِ‬
‫ف َوآَﺎ َ‬
‫ﻋ ْﻮ ٍ‬
‫ﻦ َ‬
‫ﻦ ْﺑ ُ‬
‫ﺣ َﻤ ِ‬
‫ﻋ ْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠﺮ ْ‬
‫ل َﻓﺠَﺎ َء َ‬
‫اﻟﱠﻠ ِﻪ ﻗَﺎ َ‬
‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َوِإذَا َو َﻗ َﻊ‬
‫ض َﻓﻠَﺎ َﺕ ْﻘ َﺪﻣُﻮا َ‬
‫ﺳ ِﻤ ْﻌ ُﺘ ْﻢ ِﺑ ِﻪ ِﺑَﺄ ْر ٍ‬ ‫ﺳﱠﻠ َﻢ َیﻘُﻮ ُ‬
‫ل ِإذَا َ‬ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ‬
‫ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ‬
‫ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َ‬
‫ﺖ َرﺳُﻮ َ‬
‫ﺳ ِﻤ ْﻌ ُ‬
‫َ‬
‫ف‬
‫ﺼ َﺮ َ‬
‫ﻋ َﻤ ُﺮ ُﺛﻢﱠ ا ْﻧ َ‬
‫ﺤ ِﻤ َﺪ اﻟﱠﻠ َﻪ ُ‬
‫ل َﻓ َ‬
‫ﺨ ُﺮﺝُﻮا ِﻓﺮَارًا ِﻣ ْﻨ ُﻪ ﻗَﺎ َ‬
‫ض َوَأ ْﻧ ُﺘ ْﻢ ِﺑﻬَﺎ َﻓﻠَﺎ َﺕ ْ‬
‫ِﺑَﺄ ْر ٍ‬

‫‪32‬‬
‫‪Sahih al-Bukhari, Juz IV, hlm.18. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan‬‬
‫‪bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil. Lihat CD‬‬
‫‪Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al-Islamiyyah al-Dauliyyah‬‬
‫‪terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 5288 menurut hitungan al-almiyyah.‬‬
56

Skema Sanad

‫ﻧﺒﻰ‬

‫ﻋﺒﺪاﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻋﻮف‬

‫ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻋﺒﺎس‬

‫ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ اﻟﺤﺎرث‬

‫ﻋﺒﺪاﻟﺤﻤﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪاﻟﺮﺣﻤﻦ‬

‫ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺴﻠﻢ‬

‫ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ أ ﻧﺲ‬

‫ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ یﻮﺳﻒ‬

‫ﺑﺨﺎرى‬

Terjemah Hadis.

(al- Bukhari berkata ) telah bercerita pada kami Abdullah bin Yusuf,dia
berkata telah berceruta pada kami Malik,dari Ibnu Syihab,dari Abdul Hamid
bin Abdul Rahman bin Zaid bin al-Khatab,dari Abdullah bin Abdullah bin al
– Haris bin al-Naufal,dari Abdullah bin Abbas, sesungguhnya Umar bin al-
Khattab ra. Suatu hari bepergian ke syam.sesampai di daerah saragh,dia
bertemu dengan sang komandan pasukan Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan
sahabat – sahabatnya.Mereka memberitahukan kepada beliau bahwa negeri
syam sedang dilanda wabah penyakit menular.Umar lalu mengatakan :
57

panggilkan aku orang – orang muhajirin senior untuk aku ajak


bermusyawarah mengenahi wabah penyakit yang sedang melanda syam.
Mereka ternyata berselisih pendapat.sebagian mereka berpendapat supaya
umar tetap terus dan tidak usah pulang.Sementara sebagian yang lain
berpendapat supaya tetap bersama beberapa orang sahabat Rasulullah
Saw.mereka tidak usah meneruskan perjalanan serta menerjang bencana
tersebut.Umar mengatakan : sekarang tinggalkan saja aku, dan panggilkan aku
orang – orang anshar untuk aku ajak bermusyawarah mengenahi masalah
ini.Sebagaimana halnya orang – orang muhajirin, ternyata mereka juga
berselisih pendapat.Umar lalu meminta supaya mereka juga meninggalkanya,
dan meminta supaya dipanggilkan sesepuh Quraisy yang pernah ikut dalam
peristiwa penaklukan kota mekah.ternyata jumlah mereka hanya tinggal dua
oraang saja. Mereka berpendaapat sebaiknya beliau pulang saja bersama
rombonganya dan tidak usah meneruskan perjalanan menerjang wabah
tersebut.Akhirnya Umar menyeru dihadapan orang – orang bahwa dia telah
mengambil keputusan untuk pulang saja dan menganjurkan mereka untuk
tidak perlu meneruskan perjalanan yang membahayakan itu.Mendengar
keputusan tersebut, Abu Ubaidah bin al-Jarrah merasa keberatan : “Anda mau
lari dari takdir Allah ? “. Umar berkata: seandainya bukan anda yang
mengajukan pertanyaan tersebut,wahai abu ubaidah tentu aku jawab : “ Ya,
aku memang lari dari takdir Allah menuju ke takdir Allah.Bagaimana
pendapatmu jika seekor ontamu turun di sebuah lembah yang memiliki dua
sebrang tanah dimana salah satunya subur dan yang lain tandus, bukankah
kalau kamu memilih menggembalakanya di tempat yang subur berarti kamu
menggembalakanya karena takdir Allah?.Demikian pula
sebaliknya.Kemudian datanglah Abdul rahman bin Auf, dimana sebelumya
dia tidak kelihatan karena ada keperluan yang harus dia selesaikan. Dia
berkata : “Sesungghnya dalam masalah ini saya punya ilmu,saya pernah
mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: “Apabila kalian mendengar ada suatu
58

negeri yang sedang dilanda suatu bencana maka janganlah kamu


memasukinya,dan apabila kalian sudah terlanjur berada di dalamnya, maka
janganlah kamu keluar daripadanya karena melarikan diri”.Kemudian Umar
memuji pada Allah dan pulang.33

Hadis tersebut menerangkan perjalanan sahabat Umar bin al-Khattab ra.


ke negeri syam karena suatu perintah. Akan tetapi di tengah perjalanan dihadang oleh
sekelompok sahabat yang mengkabarkan bahwa di negeri syam ditimpa suatu
musibah penyakit menular yang mematikan.Hal ini yang menjadikan kebimbangan
sahabat Umar, apakah beliau masih tetap melanjutkan perjalananya ke syam dengan
mengambil resiko dilanda bencana atau pulang dengan selamat tanpa resiko.

Sesuai dengan keterangan hadis bahwa Umar bin Khattab memutuskan


pulang, tidak jadi melanjutkan perjalananya ke syam.Dalam hal ini di protes oleh Abu
Ubaidah,apakah anda mau lari dari takdir Allah? Dan di jawab oleh Umar,Ya,kami
lari dari takdir Allah menuju ke takddir Allah.

Ibnu Hajar dalam menafssirkan perkataan umar tersebut dengan


menggambarkan bahwa umar pada hakekatnya tidak lari dari takdir Allah,melainkan
menyelamatkan diri dari bahaya yang menimpa, dan itu merupakan takdir
Allah.Karena usaha menjauhkan diri dari suatu yang mendatangkan madharat adalah
masyru’ ( diperintah oleh agama ) dan usaha menjerumuskan diri ke jurang kerusakan
adalah mamnu’ ( dilarang oleh agama ).34 Hal semacam itu sesuai dengan dasar al-
Qur’an ‫ ( وﻻ ﺕﻠﻘﻮا ﺑﺄیﺪیﻜﻢ إﻟﻰ اﻟﺘﻬﻠﻜﻪ‬dan jangan kamu jatuhkan dirimu dalam kerusakan)

33
Ahmad Sunarto dkk., Op.Cit., Jld. VII, hlm. 502.
34
Fath al-Bari, Op.Cit., Juz X, hlm. 186.
59

c. Sahih al-Bukhari. 35

‫آﺘﺎ ب اﻟﻘﺪر‬

‫ﺐ‬
ٍ ‫ﻦ َو ْه‬
َ ‫ﺖ َز ْی َﺪ ْﺑ‬
ُ ‫ﺳ ِﻤ ْﻌ‬
َ ‫ل‬
َ ‫ﺶ ﻗَﺎ‬
ُ ‫ﻋ َﻤ‬
ْ ‫ن ا ْﻟَﺄ‬
ُ ‫ﺳَﻠ ْﻴﻤَﺎ‬
ُ ‫ﺷ ْﻌ َﺒ ُﺔ َأ ْﻧ َﺒَﺄﻧِﻲ‬
ُ ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ‬
َ ‫ﻚ‬
ِ ‫ﻋ ْﺒ ِﺪ ا ْﻟ َﻤِﻠ‬
َ ‫ﻦ‬
ُ ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َأﺑُﻮ ا ْﻟ َﻮﻟِﻴ ِﺪ ِهﺸَﺎ ُم ْﺑ‬
َ
‫ﺣ َﺪ ُآ ْﻢ‬
َ ‫ن َأ‬
‫ل ِإ ﱠ‬
َ ‫ق ﻗَﺎ‬
ُ ‫ﺼﺪُو‬
ْ ‫ق ا ْﻟ َﻤ‬
ُ ‫ﺳﱠﻠ َﻢ َو ُه َﻮ اﻟﺼﱠﺎ ِد‬
َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺹﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ‬
َ ‫ل اﻟﱠﻠ ِﻪ‬
ُ ‫ﺣ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َرﺳُﻮ‬
َ ‫ل‬
َ ‫ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ﻗَﺎ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ‫ﻋ‬
َ
‫ﺚ اﻟﱠﻠ ُﻪ َﻣَﻠﻜًﺎ‬
ُ ‫ﻚ ُﺛﻢﱠ َی ْﺒ َﻌ‬ َ ‫ﻀ َﻐ ًﺔ ِﻣ ْﺜ‬
َ ‫ﻞ َذِﻟ‬ ْ ‫ن ُﻣ‬
ُ ‫ﻚ ُﺛﻢﱠ َیﻜُﻮ‬
َ ‫ﻞ َذِﻟ‬
َ ‫ﻋَﻠ َﻘ ًﺔ ِﻣ ْﺜ‬
َ ‫ﻦ َی ْﻮﻣًﺎ ُﺛﻢﱠ‬
َ ‫ﻦ ُأ ﱢﻣ ِﻪ َأ ْر َﺑﻌِﻴ‬
ِ‫ﻄ‬
ْ ‫ﺠ َﻤ ُﻊ ﻓِﻲ َﺑ‬
ْ ‫ُی‬
‫ﺣﺘﱠﻰ‬
َ ‫ﻞ اﻟﻨﱠﺎ ِر‬
ِ ‫ﻞ َأ ْه‬
ِ ‫ﻞ ِﺑ َﻌ َﻤ‬
ُ ‫ﻞ َی ْﻌ َﻤ‬
َ‫ﺝ‬ُ ‫ﺣ َﺪ ُآ ْﻢ َأ ْو اﻟ ﱠﺮ‬
َ ‫ن َأ‬
‫ﺳﻌِﻴ ٌﺪ َﻓﻮَاﻟﱠﻠ ِﻪ ِإ ﱠ‬
َ ‫ﻲ َأ ْو‬
‫ﺷ ِﻘ ﱞ‬
َ ‫ﺝِﻠ ِﻪ َو‬
َ ‫َﻓ ُﻴ ْﺆ َﻣ ُﺮ ِﺑَﺄ ْر َﺑ ٍﻊ ِﺑ ِﺮ ْز ِﻗ ِﻪ َوَأ‬
‫ن‬
‫ﺧُﻠﻬَﺎ َوِإ ﱠ‬
ُ ‫ﺠ ﱠﻨ ِﺔ َﻓ َﻴ ْﺪ‬
َ ‫ﻞ ا ْﻟ‬
ِ ‫ﻞ َأ ْه‬
ِ ‫ﻞ ِﺑ َﻌ َﻤ‬
ُ ‫ب َﻓ َﻴ ْﻌ َﻤ‬
ُ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ‬
َ ‫ﻖ‬
ُ ‫ﺴ ِﺒ‬
ْ ‫ع َﻓ َﻴ‬
ٍ ‫ع َأ ْو ِذرَا‬
ٍ ‫ﻏ ْﻴ ُﺮ ﺑَﺎ‬
َ ‫ن َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻪ َو َﺑ ْﻴ َﻨﻬَﺎ‬
ُ ‫ﻣَﺎ َیﻜُﻮ‬
‫ب‬
ُ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ‬
َ ‫ﻖ‬
ُ ‫ﺴ ِﺒ‬
ْ ‫ﻦ َﻓ َﻴ‬
ِ ‫ﻋ ْﻴ‬
َ ‫ع َأ ْو ِذرَا‬
ٍ ‫ﻏ ْﻴ ُﺮ ِذرَا‬
َ ‫ن َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻪ َو َﺑ ْﻴ َﻨﻬَﺎ‬
ُ ‫ﺣﺘﱠﻰ ﻣَﺎ َیﻜُﻮ‬
َ ‫ﺠﱠﻨ ِﺔ‬
َ ‫ﻞ ا ْﻟ‬
ِ ‫ﻞ َأ ْه‬
ِ ‫ﻞ ِﺑ َﻌ َﻤ‬
ُ ‫ﻞ َﻟ َﻴ ْﻌ َﻤ‬
َ‫ﺝ‬ُ ‫اﻟ ﱠﺮ‬
‫ع‬
ٌ ‫ل ﺁ َد ُم ِإﻟﱠﺎ ِذرَا‬
َ ‫ﺧُﻠﻬَﺎ ﻗَﺎ‬
ُ ‫ﻞ اﻟﻨﱠﺎ ِر َﻓ َﻴ ْﺪ‬
ِ ‫ﻞ َأ ْه‬
ِ ‫ﻞ ِﺑ َﻌ َﻤ‬
ُ ‫َﻓ َﻴ ْﻌ َﻤ‬

Terjemah Hadis.

Kitab Ketentuan Allah.

(al – Bukhari berkata ) telah bercerita pada kami Abu al-Walid Hisyam bin
Abdul Abdul Malik,dia berkata telah bercerita pada kami Syu’bah,dia berkata
telah bercerita pada kami Sulaeman al – A’mas,dia berkata telah aku dengar
dari Zaid bin wahab,dari Abdullah,dia berkata telah bercerita pada kami
Rasulullah Saw. Aitu Seorang yang senantiasa benar lagi dibenarkan,bersabda
: “ Sesungguhnya seseorang diantara kamu dikumpulkan diperut ibunya
selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah (selama empat
puluh hari ) itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama ( empat

35
Sahih al-Bukhari, Juz IV, hlm.162. Dalam CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif disebutkan
bahwa perowi hadis ini semuanya siqoh dan hadis ini merupakan hadis Marfu’ Muttasil.Lihat CD
Mausu’ah al-Hadis al-Syarif yang dikeluarkan oleh Syirkah al-Baramij al- Islamiyyah al-Dauliyyah
terbitan kedua tahun 2000 pada hadis nomer 6105 menurut hitungan al-almiyyah.
60

puluh hari ) itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat, lalu diperintahkan
mencatat empat hal, yaitu : rizkinya, batas waktu kematianya, dan ia adalah
orang yang celaka ataukah bahagia. Demi Allah, seseorang atau seorang laki –
laki di antara kamu mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, sehingga
tidak ada lagi jarak diantara dia dan neraka, kecuali hanya satu depa atau satu
hasta,lalu ia telah lebih dahulu ditetapkan (sebagai penghuni surga ) dan ia
mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, maka akhirnya ia masuk
surga.Dan sesungguhnya ada seorang lelaki mengerjakan amal perbuatan
penghuni surga,sehingga tidak ada lagi jarak di antara dia da surga,kecuali
hanya satu depa atau dua hasta,lalu ia telah lebih dahulu ditetapkan ( sebagai
penghuni neraka ) da ia mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, maka
akhirnya ia masuk neraka.” 36

Skema Sanad

‫ﻧﺒﻰ‬

‫ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ یﻮﺳﻒ‬

‫زیﺪ ﺑﻦ وهﺐ‬

‫ﺳﻠﻴﻤﺎن ﺑﻦ ﻣﻬﺮان‬

‫ﺷﻌﺒﻪ ﺑﻦ اﻟﺤﺠﺎج‬

‫هﺸﺎم ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻤﻠﻚ‬

‫ﺑﺨﺎرى‬

36
Sunarto dkk., op.cit., Jld. XIII, hlm. 481-482.
61

Keterangan,

Dalam catatan lain hadis yang diriwayatkan oleh Adam dari Syu’bah
dengan menggunakan lafaz periwayat ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ‬ tidak ‫ أﻧﺒﺄﻧﺎ‬, dalam redaksi ‫أﻧﺒﺄﻧﻲ‬
‫اﻷﻋﻤﺶ‬, dalam hal ini Ibnu Hajar al-‘Asqalani menjelaskan bahwa periwayatan
‫ اﻟﺘﺤﺪیﺚ و اﻹﻧﺒﺎء‬menurut Syu’bah adalah mempunyai satu makna. Jadi hal ini tidak
ada masalah baginya.

Ketiga Hadis diatas dinilai Sahih, Marfu’ , Muttasil, dan Siqah. Menurut
al-Thabari derajad hadis yang ketiga dinilai Hasan, lewat jalur periwayat Ibnu
Mas’ud. Namun demikian, menurut Jumhur Ulama hadis tersebut tetap berkualitas
Sahih.

Ibnu Hajar dalam syarahnya Fath al - Bari menjelaskan, bahwa setiap


yang wujud itu sudah menjadi catatan dan atas kehendak allah semata.37 Artinya, mati
dan hidup, kebahagiaan dan kesengsaraan,surga dan neraka itu semua sudah takdir.
sampai pada perbuatan manusia yang secara kasat mata merupakan kehendak dan
perbuatan manusia sendiri pada hakekatnya itu tidak akan terjadi kecuali atas
kehendak Allah.Dalam hal ini Ibnu Hajar berkomentar sebagai berikut :

‫ﻗﻮﻟﻪ ) ﻓﻴﺴﺒﻖ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻜﺘﺎب ( واﻟﻤﻌﻨﻰ أﻧﻪ یﺘﻌﺎرض ﻋﻤﻠﻪ ﻓﻰ إﻗﺘﻀﺎء اﻟﺴﻌﺎدة واﻟﻤﻜﺘﻮب ﻓﻰ‬
‫ ﻓﻌﺒﺮ ﻋﻦ ذاﻟﻚ ﺑﺎﻟﺴﺒﻖ ﻷن اﻟﺴﺎﺑﻖ یﺤﺼﻞ ﻣﺮادﻩ دون‬.‫إﻗﺘﻀﺎء اﻟﺴﻘﺎوة ﻓﻴﺘﺤﻘﻖ ﻣﻘﺘﻀﻰ اﻟﻤﻜﺘﻮب‬
38
.‫اﻟﻤﺴﺒﻮق‬

Kalimat (‫ ) ﻓﻴﺴﺒﻖ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻜﺘﺎب‬yakni, hal itu bertentangan dengan amal


perbuatanya yang menampakkan perbuatan-perbuatan ahli surga, akan tetapi
pada tulisanya ia ditetapkan sebagai orang yang celaka (aahli neraka ),maka
hal itu dikenbalikan pada catatanya (‫) اﻟﻜﺘﺎب‬. Dari itu bisa diambil ibarat,

37
Fath al-Bari, Juz XI, hlm. 478.
38
Ibid. hlm. 487.
62

bahwa sesuatu yang mendahului (‫ ) اﻟﺴﺎﺑﻖ‬akan menyisihkan pada yang


didahului (‫) اﻟﻤﺴﺒﻮق‬.

Lebih lanjut Ibnu Hajar memberikan beberapa arti yang terkandung dalam
hadis ini yaitu antara lain: 39

- Sesungguhnya perbuatan baik dan jelek itu merupakan tanda (alamat )


bukan suatu kewajiban .

- Sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu yang awal dan akhir dari


kehidupan manusia didalam kebahagiaanya atau kesengsaraanya.

- Secara dhahir kebahagiaan terkadang bisa berubah menjadi kesengsaraan


atau sebaliknya, akan tetapi didalam catatan Allah tidak akan berubah.

- Sesungguhnya setiap dari kebahagiaan atau kesengsaraan terkadang akan


terjadi tanpa dengan perbuatan atau factor usia.

- Anjuran untuk selalu menerima atas takdir Allah ( ‫ ) ﻗﻨﺎﻋﻪ‬dan larangan


atas perbuatan yang teledor.

- Anjuran untuk selalu mohon lindung kepada Allah atas su’ul khatimah.

39
Ibid. hlm. 488.

Anda mungkin juga menyukai