Anda di halaman 1dari 9

Kajian Kitab Tajwid Ar-Riayah

Oleh:
Firman Ali
Nur Mukhammad Abdullah
Ahmad Aonillah
Prdi Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

Pendahuluan
Bangsa Arab terdiri dan berbagai suku dan kabilah. Setiap kabilah
memiliki logat atau dialek bahasa yang berbeda satu sama lainnya. Aneka ragam
itu mereka dapatkan dari fitrah dan sebagian yang lain dari tetangga Negara.1
Dialek Quraish merupakan satu macam bahasa di antara sekian bahasa
kabilah yang memiliki peran penting bagi bahasa-bahasa lain yang serumpun
karena menjadi bahasa induk, sumber dan pemancar bahasa lain. Di antara faktor-
faktor yang menjadikan bahasa Quraisy unggul di atas bahasa-bahasa kabilah
lainnya adalah karena beberapa peran strategis kaum Quraish, yaitu: (a) sebagai
petugas penjaga Kabah, (b) penjamu para tamu yang beribadah haji, (c) pengurus
dan pengelola masjid al-haram, (d)penguasa perdagangan.2
Atas dasar inilah, wajar jika Allah swt. menurunkan al-Quran dengan
dialek Quraish, diwahyukan kepada Rasul Muhammad saw. Yang berkebangsaan
Quraish untuk mempersatukan bangsa Arab dan menunjukkan kemujizatan al-
Quran ketika mereka gagal mendatangkan satu ayat yang serupa dengan a1-
Quran, disamping untuk mempermudah bacaan, pemahaman atau hafalan al-
Quran kepada mereka, karena al-Quran diturunkan dengan bahasa mereka.
Al-quran merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. sebagai pedoman hidup, petunjuk meraih kebahagiaan, dan
keselamatan dunia akhirat bagi seluruh umat manusia, sehingga manusia dapat

1 Muhammad 'Ali al-Sabuni, Al-Tibyan fi 'Ulum al-Quran (Beirut: 'Alam al-Kutb, 1985), 215

2 Manna al-Qattan, Mabahith fi "Ulum al-Quran (T.tp, : Mansurat al-'Asr), 156.

1
mengatasi segala kompleksitas permasalahan kehidupan yang dihadapinya.
Membaca Al-quran termasuk ibadah yang sangat dianjurkan, bahkan setiap huruf
yang dibacanya berpahala. Allah menjamin kesuciaan dan kemurniaan Al-quran
dari segala bentuk penyelewengan dan perubahan, termasuk dari sisi cara
membacanya. Perubahan satu huruf atau satu harakat dapat berimplikasi terhadap
perubahan makna, tafsiran, dan kandungan hukum yang terdapat di dalamnya.
Para ulama meletakkan ilmu tajwid sebagai salah satu pondasi utama dalam
menjaga kemurnian bacaan Alquran dari segala bentuk penyelewengan dan
perubahan tersebut.3
Kata tajwid secara bahasa berasal dari kata jawwada yang berarti
memperbagus atau memperindah, sedangan menurut istilah ilmu tajwid adalah
ilmu yang mempelajari cara membunyikan setiap huruf Al-quran dari tempat ke
luarnya beserta sifat-sifat huruf tersebut yang mengiringinya sesuai dengan bacaan
yang bersumber dari bacaan Rasulullah. Salah satu pembahasan utama dalam
ruang lingkup ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang makhraj huruf.
Pengetahuan ini berisi tentang bagaimana cara menghasilkan setiap huruf Al-
quran dari tempat keluarnya dengan tepat dan benar sesuai dengan pengertian
tajwid di atas. Secara garis besar, para ulama tajwid kotemporer
mengklasifikasikan makhraj huruf ke dalam 5 makhraj umum, yaitu : al-jauf
(rongga tenggorokan), al-alq (tenggorokan/ faring), al-lisn (lidah/tongue), asy-
syafah (bibir/labium), dan al-khaisyum (rongga hidung belakang). Hal ini pertama
kali dikemukakan oleh Ibnu Balbn (w. 1083 H.) dalam kitabnya Bagiyyah Al-
Mustafd sebagai konklusi pendapat Imam Al-Jazari dalam kitab An-Nasyr dan
Matan Muqaddimah Al- Jazariyah.4
Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas kitab tajwid Ar-Riayah
karyanya Muhammad Makky bin Abi Thalib al-Qaisi, disini kita akan
menerangkan secara garis besar dalam kitabnya apa yng dibahas oeh beliau di
dalam kitabnya.

3 Arif Wardhani dan Titin Nurhayati, MAKHRAJ AL-JAUF DALAM KAJIAN ILMU TAJWID,
Program Magister Ilmu Sastra Konsentrasi Filologi UNPAD: Bandung, tt, hal, 2.

4Ibid., 2-3.

2
Biografi Muhammad Makky bin Abi Thalib al-Qaisi
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Makky bin Abi Thalib
al-Qaisi. Lahir pada tahun 355 H di Kairawan dan wafat di Cordoba pada 437 H.
Pengarang kitab ar-Riayah ini sangat terkenal diantara orang-orang yang
menggeluti ilmu kajian Bahasa Arab dan ilmu Quran.5
Menurut Dr. Ahmad Husain yang pernah hidup bersama Makki bin Abi
Thalib selama tiga tahun penuh ketika tinggal ditempat kelahirannya yaitu desa al-
Qoirowan, disana beliau (Makki al-Qaisi) menghafalkan al-Quran kepada guru-
gurunya yaitu Ibnu Abi Zaid al-Qoirowan al-Faqih al-Maliki, Syaikh abu al-
Hasan al-Qobisi al-Muaddits al-Hafidz al-Faqih al-Usuli al-Mutakallim dan
Syaikh al-Qozazi al-adib al-Luqowi al-Syair6.
Beliau adalah orang yang lapar akan ilmu dan tidak puas dengan ilmu
yang sedikit selamanya dia ingin selalu tambah. Diantara yang disukai beliau
adalah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, beliau juga senang
berkelana, perjalanan yang sangat disukainya adalah perjalanan ke mesir dan
Hijaz untuk berguru dan menimba ilmu kepada ulama-ulama besar. Sewaktu di
Mesir belaiu berguru kepada abu ath-Thoyib abd al-Munim bin Golabun al-
Muqri dan anaknya yang bernama Tohir, dari keduanya beliau belajar bermacam-
macam qiroat, disamping itu beliau juga berguru kepada syaikh al-Qurro Abi
Adiy al-Misri al-Muhaddits yang merupakan guru yang wirai dan dapat
dipercaya. Sewaktu di Mesir beliau seangkatan dengan Abu Bakr al-Ufwudi al-
Nahw al-Mufassir, seorang Ulama yang terkenal ahli dizamannya baik di Mesir
atau selain Mesir.7
Ketika di Hijaz beliau berguru kepada Abi al-Hasan Ahmad bin Firos
al-Abqosi, Abi al-Thohir Muhamad bin Muhamad bin Jibril al-Ujaifi, Abi al-

5 Ivan Suryo Nugroho, dkk, KARYA-KARYA AWAL dalam Sejarah Ilmu Tajwid, tugas mata kuliah
Ilmu Tajwid, UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2014, hal, 4-5.

6 Abi Muhammad Makki bin Abi Thalib al-Qaisi, al-Riayah litajwidi al-Qiraati wa tahqiqi lafdzi
al-Tilawati, (Amman: Daar Ammar), 1996, hal. 11.

7 Ibid., hal. 12.

3
Qosim al-Saqothi, Abi al-Hasan bin Zuraiq al-Baghdadi, Abi Bakr bin Ahmad bin
Ibrohim al-Maruzi dan Abi al-Abas al-Sawi.
Dan ulama-ulama ahli hadis dan fiqih yang bertemu dengan beliau
sewaktu tengah perjalanan ke Timur yaitu Abu al-Fadl Ahmad bin Imron al-
Harowi, Abu al-Abas Ahmad bin Muhamad bin Zakaria al-Sirri, Abd al-Rahman
bin Ali al-Abasi, Abu al-Hasan al-MuthowiI, dan Shodaqoh bin Ahmad al-Zaqi.
Selanjutnya beliau juga bertemu dengan Ibnu Faris dan Jamaahnya.
Kemudian beliau hijrah ke Andalusia. Disana beliau berguru kepada Yunus
bin Abdullah al-Qodi seorang yang berumur lebih dari 80 tahun, mempunyai hati
yang kuat, pintar berbicara, ahli mudzakaroh yang mempunya beberapa kitab
yang baik tentang zuhud dan roqoiq.8
Beliau dilahirkan di daerah Qoirowan pada tahun 355 H dan wafat di
Qurthubah pada tahun 437 H. Selama hidupnya beliau selalu berpindah dari satu
kota ke kota yang lainnya.
Beliau tinggal di Mesir selama 10 tahun, yang pertama dari tahun 367 H
sampai tahun 374 H pada tenggang waktu itu beliau khusus belajar al-Quran.
Kemudian beliau tinggal di Mesir lagi selama 3 tahun untuk belajar ilmu qiroat.9
Kemudian setelah dari Mesir belaiu menetap di kampung halamannya
Qoirowan selama 11 tahun. Setelah pulang dari Mesir yang menetap selama 3
tahun untuk menyempurnakan qiroatnya di Qoirowan selanjutnya menetap lagi
selama 3 tahun setelah kembali dari Mesir yang kedua kalinya, kemudian 4 tahun
setelah pulang yang ketiga kalinya dan 1 tahun setelah kembali yang keempat
kalinya.
Sedangkan beliau menetap di Hijaz selama 4 tahun. Yang pertama pada
tahun 377 H, melaksanakan haji fardlu untuk beliau sendiri. Dan yang kedua dari
tahun 387 H sampai akhir tahun 390 H beliau melaksanakan haji empat kali
berturut-turut.
Sisa hidupnya beliau habiskan di Qurthubah daerah Andalusia dari tahun
393 H sampai tahun 437 H yang merupakan tahun wafatnya.

8 Ibid.,

9 Ibid., hal. 13.

4
Masih menurut Dr. Ahmad Husein Farhat yang menemaninya selama 3
tahun bahwa beliau adalah peneliti tentang ulumul Quran dan bahasa arab yang
baik pemahamannya dan budi pekertinya, baik dalam agama dan akalnya, yang
menepati janji, punya kelebihan, takwa, ahli puasa, tawadlu, istiqomah, yang
mempunyai keramat dan diijbah doanya. Akidahnya merupakan penganut salafi
dan Madzhab Maliki sebagai madzhab fiqihnya. Ahli sejarah, ahli nahwu, ahli
fiqih dan cabang-cabang yang lain, guru al-Quran di masanya dan di Andalusia
waktu itu.
Banyak sekali yang berguru kepadanya sampai tidak terhitung, yang
paling terkenal diantaranya: Abu al-Walid al-Bajiyi, Abu Muhammad Abd al-
Rahman bin Attaab dan anaknya Muhammad bin Makki dan Abu al-Walid
Muhammad bin Jahwar pemimpin kota Qurtubah dan lain-lain.
Beliau terkenal karena banyak karangannya dalam berbagai cabang ilmu,
ada sekitar 90 karangan dan keumuman tentang ulumul quran, tafsir dan bahasa
arab.10

Latar Belakang Penulisan Kitab


Shahibu Kasyfi al-Dzunnun mengatakan bahwa seseorang yang pertama
kali mengarang kitab tentang tajwid adalah Musa bin Ubaidillah bin Yahya bin
Haqan al-Haqani al-Baghdadi yang wafat pada tahun 325 H. dan mengarang
Qashidah yang terkenal dengan sebutan Qashidah al-Haqaniyah dan di-Syarahi
oleh Imam Abu Amr al-Dani dalam kitab al-Taysir. Shahibul al-Kasyf juga
menyebutkan beberapa karangan kitab tentang tajwid, yaitu: al-Durru al-Yatiim
wa syarhaha, al-Riayah, Ghayata al-Muraad, al-Muqaddimah al-Jazariyah wa
syuruhaha, al-waadhihah.11

Kitab al-Durru al-Yatiim karangan Maulana Muhammad bin biir yang


masyhur dengan nama Barkali yang wafat pada tahun 981. Kitabnya ini dikarang
pada bulan Jumadil Awal tahun 974 M. kitab ini disyarahi oleh Syaikh Ahmad

10 Ibid., hal. 14.

11 Ibid., hal. 22-23.

5
Ahmad Faiz al-Rumi. Kitab Ghayatu al-Murodi fii ikhrooji al-Dhodi karangan
Syeikh Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad. Kitab al-Muqaddimatu al-
jazriyatu adalah Nadzam yang dikarang oleh Syeikh Muhammad bin al-Jazri al-
Syafii yang wafat pada tahun 833 M dan disyarahi oleh banyak ulama. Kitab Al-
Wadhihah tidak diketahui siapa pengarangnya.12

Faktor yang melatarbelakangi penulisan kitab al-Riayah ini adalah ketika


beliau melihat hikmah-hikmah yang indah keajaiban yang indah yang terdapat
dalam lafadz-lafadz al-Quran. Maka kemudian beliau berniat untuk menjelaskan
huruf-huruf dari makhrajnya serta urutannya ketika mengucapkan huruf-huruf
tersebut dan perbedaan sifatnya serta julukannya. Beliau melihat penjelasan-
penjelasan tersebut berbeda-beda, baik dari kitab klasik maupun kitab
kontemporer, tidak bisa menjelaskan secara gamblang atau memuaskan bagi
orang-orang yang sedang belajar. Maka hal itu menjadikan kuatnya niat beliau
untuk mengarang kitab al-Riayah ini dan mengumpulkannya dalam bentuk
tafsirnya huruf-huruf makhrajnya, sifat-sifatnya, dan julukan-julukannya,
menjelaskan antara huruf yang kuat dan huruf yang lemah, pertemuan sebagian
huruf dengan sebagian huruf lainnya, penyesuaian sebagian huruf dengan
sebagian huruf lainnya, saling menjelaskan sebagian huruf dengan sebagian huruf
lainnya supaya mengetahui sedikit pelajaran betapa halusnya sifat kekuasaan
Allah swt dan menjadi penolong terhadap orang yang ahli dalam membaca al-
Quran (dalam membaca al-Quran dengan menggunakan tajwid dan hukum
bacaannya serta mengucapkan huruf-huruf sesuai dengan haknya, sifatnya serta
sesuai dengan makhrajnya).13
Beliau sebenarnya sejak tahun 390 H sudah mempunyai tekad atau niat
dalam hati untuk mengarang kitab ini. Namun beliau mengurungkan niatnya
dikarenakan beliau tidak menemukan buku referensi yang bisa menjelaskan yang

12 Ibid., hal. 23.

13 Ibid., hal. 24.

6
berkaitan tentang kitab ini dari karangan-karangan ulama sebelumnya. Sampai
kemudian 30 tahun berikutnya beliau bisa menyelesaikan kitab ini.14

Anatomi Kitab al-Riayah li Tajwid al-Qiraah wa Tahqiq Lafdz al-Tilawah li


Maky ibn Abi Thalib Karya Maky ibn Abi Thalib
Kitab al-Riayah dimulai dengan keutamaan-keutamaan bagi orang-orang
yang menyukai, mempelajari dan membaca al-Quran. Pada bab-bab awal masih
membicarakan tentang kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh para
penyuka, pelajar dan pembaca al-Quran.
Dalam bab-bab awal kita dapat melihat bahwa Maky ibn Abi Thalib
membagi huruf hijaiyah berdasarkan sifat-sifatnya. Di bab-bab akhir penekanan
pembagian bab juga seputar huruf-huruf hijaiyah namun secara khusus Maky ibn
Abi Thalib menjadikan huruf-huruf tersebut sebagai bab-bab tersendiri.
Pembagian-pembagian bab juga menegaskan sudah adanya pembagian-
pembagian sifat huruf, seperti huruf-huruf tafkhim, huruf-huruf lain dan lain-lain.
Pembagian-pembagian bab tersebut menegaskan sudah adanya pembahasan
tentang makhorijul huruf. Pembagian-pembagian yang dilakukan dalam kitab ini
lebih lengkap dan terperinci yang menandakan bahwa ilmu Tajwid lebih
tersistemasi. Dalam kitab al-Riayah juga sudah tidak munyinggung tentang ilmu-
ilmu di luar Ilmu Tajwid. Dalam bab-bab akhir juga disebutkan tentang hukum
nun mati dan tanwin. Hal ini menegaskan bahwa ilmu Tajwid telah menjadi satu
fan keilmuan yang lebih tersistemasi.15

Komentar Para Ulama


Menurut Ibnu al-Jazari, Abu Muhammad Makky adalah Imam yang paling
alim, muhaqqi yang bijak, guru Qurra dan Qori, golongan ahli yang mendalami
ilmu Qiraat, pemahamannya bagus banyak mengarang kitab Ulumul quran. Ar-

14 Ibid.,

15 Maky ibn Abi Thalib, Al-Riayah li Tajwid al-Qiraah wa Tahqiq Lafdz al-Tilawah li
Maky ibn Abi Thalib.

7
Riayah termasuk kitab yang paling awal dan paling penting dalam ilmu Tajwid,
mukaddimah kitab ini memuat sesuatu yang penting yang berhubungan dengan
Al-quran. Di samping itu karya ini juga menjelaskan tentang permulaan
penyusunan ilmu Tajwid. Makky al-Qaisy termotivasi untuk membuat kitab ini
berawal dari ketertarikannya terhadap keindahan susunan kata-kata dalam ayat-
ayat Al-quran dan Ulama sebelumnya belum ada yang membahas secara
komprehensif mengenai masalah ini.16
Gagasan penulisan kitab ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 390 H akan
tetapi beliau baru merealisasikan dan merampungkan Ar-Riayah 30 tahun
setelahnya, yaitu pada 420 H. Dalam kitab setelah Mukaddimah ada beberapa
Bab. Yaitu 1).7 bab membahas tentang fadhilah al-Quran dan fadhilah
membacanya serta membahas tentang akhlak Qari (yang membaca) dan Muqri
(yang mengajarkan) 2). 6 bab tentang marifatul huruf (mengetahui huruf-huruf
dan harakat serta pembahasan yang terhubung dengannya). 3). 1 bab membahas
tentang sifat-sifat huruf, nama-nama dan penyakit huruf (Illal) 4.) 29 bab
membahas tentang urutan-urutan makharijul khuruf. 5). 1 bab tentang perbedaan
makharijul huruf. 6). 1 Bab menjelaskan tentang Tasydid 7). 1 Bab membahas
tentang hukum nun mati dan tanwin.17

16 Ibid., hal, 5.

17 Ibid.

8
Daftar Pustaka

Abi Muhammad Makki bin Abi Thalib al-Qaisi, al-Riayah litajwidi al-
Qiraati wa tahqiqi lafdzi al-Tilawati, (Amman: Daar
Ammar), 1996.

Arif Wardhani dan Titin Nurhayati, MAKHRAJ AL-JAUF DALAM


KAJIAN ILMU TAJWID, Program Magister Ilmu Sastra
Konsentrasi Filologi UNPAD: Bandung, tt.

Ivan Suryo Nugroho, dkk, KARYA-KARYA AWAL dalam Sejarah Ilmu


Tajwid, tugas mata kuliah Ilmu Tajwid, UIN Sunan Kalijaga:
Yogyakarta, 2014.

Ivan Suryo Nugroho, dkk, KARYA-KARYA AWAL dalam Sejarah Ilmu


Tajwid, tugas mata kuliah Ilmu Tajwid, UIN Sunan Kalijaga:
Yogyakarta, 2014.

Manna al-Qattan, Mabahith fi "Ulum al-Quran (T.tp, : Mansurat al-'Asr).

Muhammad 'Ali al-Sabuni, Al-Tibyan fi 'Ulum al-Quran (Beirut: 'Alam


al-Kutb, 1985).

Anda mungkin juga menyukai