Anda di halaman 1dari 17

1

BAB III
KITAB TAFSIR AL-JĀMI’ LI AḤḤKAM AL-QUR’ĀN

A. Biografi Al-Qurṭ Ḥubῑ


1. Nama Lengkap dan Pendidikan Al-Qurṭ Ḥubῑ
Penulis kitab tafsir Al-Jāmi’ li Aḥ ḥkām Al-Qur’ān adalah al-Imām Abū
Άbdillāh Muh ḥammad Ibn Ah ḥmad Ibn Abū Bakr Ibn Farh ḥ al-AnṢārῑ
ḥ al-Khazrajῑ
Al-Qurt ḥubῑ al-Andalūsῑ al-Mālikῑ.1 Dia dilahirkan di Cordova, Andalusia
(Ṣpanyol sekarang). Para ulama tidak ada yang tahu dengan pasti mengenai kapan
ia dilahirkan, oleh siapa ia dibesarkan dan apakah ia seorang anak yatim atau
tidak. Namun yang ditulis dalam sejarah, bahwa ia dilahirkan dan dibesarkan oleh
ayahnya yang bermata pencaharian bercocok tanam yang hidup pada zaman
dinasti Muwahidun yang kala itu dipimpin oleh Muh ḥammad bin Yusuf bin Hud
(625-635 H).2 Dia meninggal di kota Elmnania tahun 671 H.

Dalam kehidupannya sehari-hari beliau mempunyai sifat yang unik yang


memang tidak semua orang memilikinya sehingga beliau banyak dikenal akan
sikap kebaikan dalam melakukan amal akhirat untuk dirinya. Al-Qurt ḥubῑ banyak
mempelajari berbagai disiplin ilmu di tempat ia dilahirkan kepada para gurunya.
Di antaranya Ibn Rawwa (seorang Imam hadis), Ibn al-Jumaizῑ, al-Hḥasan al-
Bakari. Diantara ilmu-ilmu yang ia pelajari ialah tentang keagamaan seperti
bahasa Arab, Hadis, Ṣyair, dan Alquran. Di samping itu pula ia banyak belajar dan
mendalami ilmu yang menjadi pendukung ilmu Alquran yakni dengan belajar
naḥwu, qira’at, fikiḥ dan juga ia mempelajari ilmu balagah. Dia adalah seorang
ilama besar yang tawadu dan lebih mememtingkan ilmu pengertahuan terlebih
kepada tafsir dan hadis yang jauh lebih baik pada masanaya.3

1Abū Abdillah Muhammad al-Qurt ḥubi,al-Jamī’ li Aḥ ḥkām Alquran (Beirut : Muassasah al-
Risālah, 2006) jilid. 1, hlm. 37
2 Dr. Qasbi Mahmud, Al-Qurtubi wa manhajuhu fi at-Tafsir 1990
3Abū Abdillah Muhammad al-Qurt ḥubi,Muqaddiamaḥ al-Jamī’ li Aḥ ḥkām Al-quran, jilid.1, hlm.
37
2

2. Kondisi Sosial-Poliṭik saaṭ Al-Qurṭ Ḥubῑ hidup


Al-Qurt ḥubῑ hidup di kota Cordova pada masa-masa Al-Muwahidun telah
berkuasa akhir kejayaan kaum muslimin. Ketika itu, Cordova adalah sebuah kota
besar yang menyinarkan peradaban Islam, pada saat benua Eropa tenggelam
dalam lautan kegelapan.4 Ṣecara tidak langsung, di bawah kekuasaan orang-orang
Al-Muwahhidun ini, banyak memberikan sumbangan berharga bagi kehudupan
intelektualnya. Hal demikian terjadi karena Muhammad bin Taumart, pendiri
Dinasti al-Muwahhidun, merupakan salah seorang ulama terkemuka pada
masanya. Ketika orang-orang al-Muwahhidun ini berkuasa, banyak buku dan
karya tulis yang tersebar luas di Andalusia. Cordova sendiri merupakan kota yang
paling banyak dibanjiri buku-buku tersebut, dan penduduknya merupakan para
pecinta dan penuntut ilmu yang paling gigih di seantero Andalusia.
Ṣetelah ia tumbuh dewasa dan merasa kurang dalam mendalami ilmunya
itu, kemudian dia pergi ke Mesir (yang pada waktu itu kekuasaan dipegang oleh
Dinasti Ayyubiyah) dan Ia menetap di sana sampai wafatnya pada malam senin 9
Ṣyawal 671 H/1273 M dan makamnya sendiri berada di Elmania, di timur sungai
Nil.5 Berkat pengabdiannya terhadap ilmu agama dan keinginannya dalam
memajukan peradaban Islam, para penduduk di sana sangat menghormati jasanya
sehingga makamnya pun sering diziarahi oleh banyak orang.

3. Guru-guru Al-Qurṭ Ḥubῑ


Aktifitasnya dalam mencari ilmu ia jalani dengan serius di bawah
bimbingan ulama yang ternama pada saat itu. Perjalanan Al-Qurt ḥubῑ dari satu
tempat ke tempat yang lain, banyak berkenalan dengan orang-orang yang
memberikan kontribusi keilmuan dan perkembangan intelektualitasnya (tsaqafaḥ).
Aktifitas intelektualitas (Ṡaqafaḥ) Al-Qurt ḥubῑ terbagi menjadi dua tempat.
Pertama ketika di Cordoba Andalusia, kedua, di Mesir. Berikut adalah guru-guru
Imam Al-Qurt ḥubῑ di Cordoba:

4 Imam Al-Qurtubi, At-Tadzkiraḥ


5Abū Abdillah Muhammad al-Qurt ḥubi,al-Jamī’ li Aḥ ḥkām Al-quran, jilid.1, hlm. 38
3

1. Abū Ja’far Ah ḥmad bin Muh ḥammad bin Muh ḥammad Al-Qaisῑ, yang dikenal
dengan sebutan Ibn Abū Hijah. Ia seorang al-Muqrῑ dan ahli nahwu (w.
643 H). Ia adalah guru Al-Qurt ḥubῑ yang pertama.
2. Al-Qādhi Abū Amῑr Yahya bin Amῑr bin Ah ḥmad bin Muni’.
3. Yahyā bin Abdurrah ḥmān bin Ah ḥmad bin Abdurrah ḥmān bin Rabῑ
4. Ah ḥmad bin Muh ḥammad bin Al-Qaisῑ yang dikenal Abū Hḥujjah.
5. Abū Ṣulaiman Rabi’ bin Al-Rah ḥmān bin Ah ḥmad Al-Ṣy’ari Al-Qurt ḥubῑ. Ia
adalah seorang hakim di Andalusia.
6. Abū Amῑr Yah ḥya bin Abd Rah ḥmān bin Ah ḥmad bin Al-Asy’arῑ (w. 639 H).
Ia dikenal seorang ahli hadist, fikih, teolog dan fikih
7. Abū Hḥasan Άlῑ bin Άbdillāh bin Muh ḥammad bin Yūsuf Al-An șari Al-
Qurt ḥubῑ Al-Mālikῑ yang dikenal dengan sebutan Ibnu Qutal. Ia pernah
menjabat sebagai seorang hakim, wafat di Marakisy tahun 651.
8. Abū Muh ḥammad Άbdillāh bin Ṣulaiman bin Daūd bin Hautillah al- Anș ari
Al-Andalūsῑ (w. 612 H). Ia terkenal sebagai seorang ahli hadist di
Andalusia, juga seorang penyair dan ahli nahwu. Ia juga pernah menjadi
Qadi di Cordoba dan tempat lainnya.6

Adapun intelektualitas Al-Qurt ḥubῑ yang diperoleh di Mesir yaitu dengan


melakukan perjalanan dari Andalusia ke Mesir kemudian menetap di
Iskandariyah, lalu pergi melewati Kairo sampai menetap di Qaus. Ṣelama
perjalanan inilah Ia belajar dan mengajar kepada setiap ulama yang ia jumpai.
Guru-guru Al-Qurt ḥubῑ ketika di Mesir diantaranya:

1. Ibnu Rawwāj, Imam Al-Muh ḥaddiṡ Abū Muh ḥammad Άbdul Wahab bin
Rawwaj. Nama aslinya Zhafir bin Alῑ bin Futuh Al-Azdi Al Iskandarani
Al-Maliki, wafatnya tahun 648 H.
2. Ibnu Al-Jumaizi, Al-Allāmah Bahā’uddῑn Abū Al-Hḥasan Alῑ bin
Hḥibatullāh bin Ṣalāmah Al Mashrῑ Asy-Ṣyafi’ῑ, wafat pada tahun 649 H.
Ahli dalam bidang Hadis, Fiqih dan Ilmu Qira’at.

6Abū Abdillah Muhammad al-Qurt ḥubi,Al-Jamī’ li Aḥ ḥkām Alquran, jilid 1, hlm 17


4

3. Abū Al-Άbbās Ah ḥmad bin ‘Umar bin Ibrahim Al-Mālikῑ Al-Qurt ḥubῑ,
wafat pada tahun 656 H. Penulis kitab Al-Mufḥim fῑ syarḥ ḥ Ṣ ḥaḥ ḥiḥ ḥ Muslim.
4. Al-Hḥasan Al-Bakari, Al-Hḥasan bin Muh ḥammad bin Muh ḥammad bin
Amaruk At-Taimi An-Nisabūri Ad-Dimasyqῑ atau Abū ‘Ali Ṣ ḥadr Al-dῑn
Al-Bakarῑ, wafat pada tahun 656 H.
5. Abū Bakar Muh ḥammad bin Al-Wālid dari Andalusia yang mengajar di
madrasah al-Turtusi.
6. Abū Tḥāhir Ah ḥmad bin Muh ḥammad bin Ibrahῑm al-Ashfahāni
7. Ibnu Al-Jamizῑ Bahā’ al-Dῑn ‘Ali bin Hḥibatullāh bin Ṣalāmah bin al-
Muslim bin Ah ḥmad bin ‘Alῑ Al-Misrῑ al-Ṣyafi’ῑ.
8. Abū Muh ḥammad Rāsyid al-Dῑn ‘Abd al-Wahhāb bin Zḥāfir, meninggal
pada tahun 648 H.
9. Abū Muh ḥammad ‘Abd al-Mu’ati bin Mah ḥmud bin ‘Abd Mu’ati bin Abd
al-Khāliq al-Khamhi al-Mālikῑ al-Fiqhῑ al-Jahid. Wafat tahun 638 H.

4. Karya-karya Al-Qurṭ Ḥubῑ7


Kecintaan Al-Qurt ḥubῑ terhadap ilmu membentuk pribadi yang saleḥ,
zuhud, arif, banyak menyibukkan diri untuk kepentingan akhirat. Waktunya
diwakafkan untuk dua hal, yaitu menghadap Allah beribadah kepada-Nya dan
menulis kitab. Dengan kemampuannya berbahasa arab yang begitu fasih dan
mempunyai ilmu pengetahuan yang luas, hal inilah yang memudahkan Al-
Qurt ḥubῑ untuk melahirkan karya-karyanya yang sepadan dengan
pengetahuannya. Dia banyak melahirkan karya yang meliputi berbagai bidang,
seperti tafsir, hadis, qira’at dan lain sebagainya. Antara lain karya Ia yang terkenal
, sebagai berikut:

1. Al-Jāmi’ li Aḥ ḥkam Al-Qur’ān wa al-Mubayyin Limā Taḑammanaḥu Min


al-Ṣunnaḥ wa Āyi al-Furqān”. Kitab ini merupakan salah satu tafsir
terbesar dan terbanyak manfaatnya. Penulisnya tidak mencantumkan
kisah-kisah atau sejarah, dan sebagai gantinya, penulis menetapkan
hukum-hukum Alquran, melakukan istinbāt atas dalil-dalil, menyebutkan
7Al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Kairo: Maktabah Wahbah,II), hlm 457
5

berbagai macam qira’at, i’rab, nasikḥ, dan mansūkḥ. Kitab ini dicetak
pertama kali di Kairo pada tahun 1933-1950 M, oleh percetakan Dār al-
Kutub al-Misriah yang terdiri dari 20 jilid. Ṣetelah itu, pada tahun 2006
penerbit Mu’assasah al-Risālah, Beirut mencetak kitab ini sebanyak 24
juz/jilid yang telah di taḥ ḥqῑq oleh Άbdillāh bin Muh sḥ in al-Turkῑ.
2. Al-Tizkār Fῑ Afḑal Al-Azkār. Kitab ini berisi tentang kemuliaan-kemuliaan
Alquran. Dicetak pada tahun1355 H.
3. Al-Tażkiraḥ Fῑ Aḥ ḥwāl al-Maut wa ‘Umūr al-Ākḥiraḥ. Diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia sebagai “Buku Pintar Alam Akhirat” yang
diterbitkan di Jakarta tahun 2004.
4. Qamḥ ḥ’ al-Ḥḥar bi al-Zuḥd wa al-Qanā’aḥ. Dicetak pada tahun 1408 oleh
Maktabah al-Ṣahabah Bitanta
5. Al-Intiḥāz Fῑ Qirā’at al-Kuffaḥ wa al-Bas ḥraḥ wa al-Ṣyam wa al-Ḥḥijāz,
yang disebut kitabAt-Tidzka
6. Al-I’lām bimā fῑ Dῑn al-Nasārā min al-Mafāsid wa Aḥwām wa Każa
Maḥāsin al-Islām. Dicetak di Mesir oleh Dar al-Turats al-Arabῑ.
7. Al-Aṡna fῑ Ṣyarḥ ḥ Asma’ al-Ḥḥusnā (uraian luas mengenai Nama-nama yang
baik (Allah Ṣwt).
8. Al-I’lām fῑ Ma’rifaḥ Maulid al-Mustafḥ ā alaiḥ al-Ṣ ḥalāt wa Ṣalām, terdapat
di Maktabaḥ Tub QAbū
9. Urjuzaḥ fῑ Asma’ al-Nabῑ Ṣaw. (Buku yang menghimpun nama-nama Nabi
Muh ḥammad Ṣaw).
10. Ṣyarḥ ḥat-Taqās
11. Al-Taqrῑb li Kitab at-Taḥmῑd
12. Risālaḥ fῑ Alqāb al-ḥ ḥadiṡ
13. Al-Aqdiyaḥ
14. Al-Misbāḥ ḥ fῑ al-Jam’i baina al-Af’al al-Ṣ ḥaḥ ḥiḥ ḥ (Fῑ ilmi Lugaḥ)
15. Al-Muqbis fi Ṣyarḥ ḥi Muwattaḥ ḥ Mālik bin Anas
16. Minḥāj al-‘Ibād wa Maḥ ḥajaḥ al-Ṣālikῑn
17. Al-lūmā’ al-Lu’lu’liyaḥ al-Isyrinat al-Nabawiyaḥ wa gairiḥa8

8 Muhammad Husain al-DzahAbū, Tafsīr wa al-Mufassirūn (Kairo: Darul Hadis, 2005) Juz 2,
hlm. 401
6

B. Tenṭang Tafsir Al-Qurṭ Ḥubῑ


1. Laṭar belakang penulisan Tafsir
Kitab tafsir ini sering disebut dengan tafsir Al-Qurt ḥubῑ yang
merupakan nisbaḥ dari pengarangnya. Judul lengkap tafsir ini adalah al-Jāmi’ li
Aḥ ḥkām Al-Qur’ān wa al Mubayyin limā Tadammanaḥ
ḥ min al-Ṣunnaḥ wa Ay al-
Furqān yang berarti kitab ini berisi himpunan hukum-hukum Alquran dan
penjelasan terhadap isi kandungannya dari al-Ṣunnah dan ayat-ayat Alquran.

Berangkat dari pencarian ilmu dari para Ulama’ (seperti Abū al-‘Abbās
bin ‘Umar Al-Qurt ḥubī Abū al-Hasan bin Muh ḥammad bin Muh ḥammad al-Bakhri),
kemudian Imam Al-Qurt ḥubῑ diasumsikan berhasrat besar untuk menyusun
kitab tafsir yang juga bernuansa fiqh dengan menampilkan pendapat imam-imam
madzhab fiqh dan juga menampilkan hadis yang sesuai dengan masalah yang
dibahas. Ṣelain itu kitab tafsir yang telah ada sedikit sekali yang bernuansa fiqh.
Karena itulah Imam Al-Qurt ḥubῑ menyusun kitabnya, hal ini akan mempermudah
masyarakat, karena disamping menemukan tafsir Ia juga akan mendapatkan
banyak pandangan imam madzhab fiqh, hadis-hadis Rasulullah saw maupun
pandangan para ulama’ mengenai masalah itu. Latar belakang Al-Qurt uḥ bῑ
menyusun kitab tafsir ini telah dijelaskan pada bagian pendahuluan kitab
tafsirnya, ia berkata :

“Kitab Allah merupakan kitab yang mengandung seluruh Ulum al-Ṣyar’i


yang berbicara masalah hukum dan kewajiban. Allah menurunkannya
kepada Muh ḥammad, aku pikir harus menggunakan hidupku dan
mencurahkan karunia ini untuk menyibukan diri dengan Alquran dengan
cara menulis pejelasan yang ringkas yang memuat intisari-intisari tafsir,
bahasa, ‘irab, qira’at, menolak penyimpangan dan kesesatan,
menyebutkan hadis-hadis nabi dan sebab turunnya ayat sebagai
keterangan dalam menjelaskan hukum-hukum alquran, mengumpukan
7

penjelasan-penjelasan maknanya, sebagai pejelasan ayat-ayat yang samar


dengan menyertakan perkataan salaf.”9

Al-Qurt ḥubῑ menulis kitab tafsir ini, semata-mata memang karena


dorongan hatinya, bukan atas permintaan seorang tokoh ataupun mimpi. Ia
berharap agar kitab ini bermanfaat dan menjadi amal shaleh yang kekal setelah ia
wafat. Dalam menulis tafsirnya, banyak sekali sumber yang digunakan Al-
Qurt ḥubῑ sebagai sumber rujukan. Ṣumber-sumber ini telah dipaparkan pada
muqaddimaḥ kitab aslinya.

Adapun sebagian sumber rujukan dalam penulisannya tafsirnya adalah:10

 Referensi primer yaitu menafsirkan Alquran dengan Alquran, sunnah


Rasulullah Ṣ ḥallallaḥ Alayḥi wa Ṣallama, perkataan sahabat dan tabi’in,
kaidah-kaidah kebahasaan dan ijtihad yang didasarkan pada dalil.
 Referensi sekundernya, di antaranya yaitu: tafsir at-T ḥabarῑ, tafsir Ibn
At ḥiyyah, tafsir al-Mawardi, tafsir Abū al-Laiṡ al-Ṣamarqandi, tafsir al-
Bagāwῑ, Aḥ ḥkām al-Qur’ān karya Ibn ‘Arabiῑ dan Ma’ānῑ al-Qur’ān, wa
I’rāb al-Qur’an, wa al-Nāsikḥ wa al-Mansūkḥ karya Abū Ja’far al-Naha ș .

Dalam kitab ini tidak memasukkan pendapat ahli bid’ah dan orang yang
berpendapat dengan nafsunya. Jadi bisa dipahami bahwa di dalam kitab ini tidak
terdapat periwayatan dari israiliyat yang biasanya terdapat juga dalam kitab tafsir
seperti halnya kitabnya At-Tḥabari.11
Persoalan menarik yang terdapat dalam tafsir ini dan adalah pernyataan
yang dikemukakan oleh Al-Qurt ḥubῑ dalam muqaddimah tafsirannya yang
berbunyi:12

‫ إضههافة القههوال إلههى قائليههها‬: ‫وشههرطي فههي هههذا الكتههاب‬


‫والحأاديث إلى مصنفيها فإنه يقال م ن بركهة العلههم أن يضهاف‬
‫القول إلى قائله‬
9Abū Abdillah Muhammad al-Qurt ḥubiAl-Jāmi’li Aḥ ḥkām Alquran, Jilid 1 pada halaman judul
10Abū Abdillah Muhammad al-Qurt ḥubi,al-Jamī’ li Aḥ ḥkām al-Qur’an, jilid.21, hlm. 109.
11Abū Abdillah Muhammad al-Qurt ḥubi,al-Jamī’ li Aḥ ḥkām Alquran, jilid. 1, hlm. 9
12Muqaddimaḥ tafsir, al-Jamī’ li Aḥ ḥkām Alquran
8

Artinya:
Kriteria saya dalam kitab ini adalaḥ menyandarkan semua perkataan kepada
orang-orang yang mengatakannya dan berbagai ḥadits kepada pengarangnya,
karena di kataan baḥwa diantara berkaḥ ilmu adalaḥ menyandarkan perkataan
kepada orang yang mengatakannya.

2. Sisṭemaṭika Penulisan Tafsir


Menurut Amin Al-Khuli dalam bukunya Manaḥij Tajdid bahwa dalam
penulisan kitab tafsir dikenal dengan tiga macam sistematika (tartib), yakni
Mushafi, Nuzuli dan Maudu’i.13

1. Ṣistematika Mushafi: Penyusunan kitab tafsir dengan berpedoman pada


tertib susunan ayat-ayat dan surat-surat dalaam mushaf, dengan dimulai
dari surat al-fǎtihah, al-baqarah, dan seterusnya sampai al-nǎs
1. Ṣistematika Nuzuli: Penyusunan kitab tafsir berdasarkan kronologis
turunnya surat-surat alquran, contohnya adalah kitab al-tafsīr al-hadīs
karyanya Muhammad ‘Izzah Darwazah.
2. Ṣistematika Maudhu’i: Penyusunan kitab tafsir berdasarkan topik-topik
tertentu dengan mengumpulkan ayat-ayat yang ada hubungannya dengan
topik tersebut dan kemudian ditafsirkan.
Dalam penulisan tafsirnya, Al-Qurt ḥubῑ menggunakan sistematika
mushafi, yakni susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam mushaf, dimulai dari surat
al-fǎtihah, al-baqarah, dan seterusnya sampai an-nas, atau yang sering dikenal
dengan sebutan tafsir tahlili.
Jumlah jilid atau juz tafsir Al-Qurt ḥubῑ ada 10 jilid. Ṣetiap jilidnya
memiliki halaman yang berbeda-beda. Ṣebagaimana tabel berikut:

Juz Jumlah Halaman Ṣurat dan ayat

1. 295 Muqaddimah-Al-baqarah ayat 202

2. 216 Al-baqarah ayat 203-Ali imran ayat 200

3. 240 Ali-Imran ayat 201-An’am ayat 58

4. 208 An’am ayat 58-Yunus ayat 109


13 Amin Al-Khuli, Manaḥij Tajdid (Mesir: Dar al-Ma’rifah, 1961), hlm 300
9

5. 320 Hud ayat 1-Al-Kahfi ayat 110

6. 216 Maryam ayat 1- An-Nur ayat 64

7. 232 Al-Furqan ayat 1-fatir ayat 45

8. 224 Yasin ayat 1-Al-Hujjrat ayat 18

9. 209 Qof ayat 1-Nuh ayat 28

10. 175 Al-Jin ayat 1-An-Nas ayat 6

3. Meṭode dan Tehnik Penulisan Tafsir


Dalam sejarah awal perkembangan tafsir, muncul dua jenis penafsiran
Alquran secara estafet, yaitu tafsir bi al-ma’tsur atau disebut juga dengan tafsir bi
al-riwayah dan tafsir bi al-ra’yi atau tafsir bi al-dirayah. Tafsir bil-ma’tsur adalah
penafsiran ayat-ayat Alquran yang didasarkan dan mengutip ayat-ayat Alquran
yang lain, Ṣunnah yang tertuang dalam hadits-hadits nabi, pendapat sahabat dan
Tabi’in.14 Ṣedangkan tafsir bi al-ra’y adalah suatu hasil penafsiran al-Qura’an
dengan menggunakan ijtihad setelah seseorang memahami gaya bahasa arab serta
aspek-aspeknya, memahami lafaz-lafaz bahasa arab dan segi-segi dalalahnya,
termasuk didalamnya memahami syair orang arab jahililyah, asbab al-nuzul,
nasikh dan mansuh, juga perangkat lainya.15
Metode yang digunakan Al-Qurt ḥubῑ dalam menafsirkan Alquran
yaitu tafsir bil-ma’tsur, karena dalam penafsiran ayat-ayat Alquran, ia mengutip
ayat-ayat Alquran yang lain, hadits-hadits nabi, dan pendapat para ulama.
Adapun langkah-langkah ataupun yang dilakukan oleh Al-Qurt ḥubῑ dalam
menafsirkan Alquran dapat dijelaskan dengan perincian sebagai berikut:
1. Memberikan kupasan dari segi bahasa. Ṣebagai contoh dalam QṢ. Al-Mulk
ayat 1 sebagai berikut:

‫يءءْ قق د‬
‫ديرر‬ ‫ك وقهكوق ع ققلى ك ك ل‬
‫ل ق‬
‫ش ي‬ ‫مل ي ك‬
‫ذيِ ب دي قد دهد ال ي ك‬
‫ك ال ل د‬
‫ت ققباقر ق‬

14 Manna’ Khalil al-Qattan, Ṣtudi Ilmu-ilmu Qur’an terj. Mudzakir AṢ (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2001), cet. 6, hlm. 482
15 Nor Ichwan Muhammad, Belajar Al-Qur’an, menyikab kḥazanaḥ ilmu-ilmu al-Qur’an
melalui pendekatan ḥistoris-metodologis (Ṣemarang: RaṢAIL, 2005), hlm. 179)
10

Artinya:
Maḥa suci Allaḥ yang di tangan-Nyalaḥ segala kerajaan, dan Dia Maḥa Kuasa
atas segala sesuatu.16

:‫تبارك الذيِ بيده الملك وهو على كل شههيء قههديرقوله تعههالى‬


.‫ تقههدس‬:‫ وقههال الحسههن‬.‫]تبارك[ تفاعل من البركة وقد تقههدم‬
.‫ فهههو الههدائم الههذيِ ل أول لوجههوده ول آخههر لهدوامه‬.‫وقيل دام‬
‫]الههذيِ بيههده الملههك[ أيِ ملههك السههموات والرض فههي الههدنيا‬
‫ بيده الملك يعز من يشاء ويذل مههن‬:‫ وقال ابن عباس‬.‫والخرة‬
‫ وقههال‬.‫ ويعطههي ويمنههع‬،‫ ويغنههي ويفقههر‬،‫ ويحيههي ويميههت‬،‫يشهاء‬
‫ له ملك النبوة التي أعز بههها مههن اتبعههه وذل‬:‫محمد بن إسحاق‬
‫ ]وهو على كل شيء قدير[ من إنعام وانتقام‬.‫بها من خالفه‬

Dapat dipahami dari penjelasan di atas bahwa Al-Qurt ḥubῑ menggunakan


analisis lugawy (kebahasaan). Hal ini diketahui, karena dia menafsirkan ayat di
atas dengan mengutip pendapat-pendapat para sahabat dan ulama-ulama tentang
arti kata dalam ayat. Demikian itu dia lakukan untuk memperjelas maksud dari
setiap kata dalam ayat.

2. Menyebutkan ayat-ayat lain yang berkaitan dan hadits-hadits dengan


menyebut sumbernya sebagai dalil. Hal ini bisa kita cermati dari sebagian
penafsiran Ia mengenai Qs. Al-Mulk ayat 2 sebagai berikut:17

‫خل قههق ال يمههوت وال يحيههاة ق ل ديبل كههوك كم أ قيك كهه ق‬


‫ملل وقهكههوق‬
‫ن عق ق‬
‫سهه ك‬
‫حأ ق‬
‫مأ ي‬‫قي ق ي ي ي‬ ‫ق ق ي ق ق ق ق‬ ‫ذيِ ق‬ ‫ال لهه د‬
‫زيكز ال يغق ك‬
‫فوكر‬ ‫ال يعق د‬
Artinya:
Yang menjadikan mati dan ḥidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebiḥ baik amalnya. dan Dia Maḥa Perkasa lagi Maḥa Pengampun.18

16 Depag RI, Al-Quran Terjemaḥ Jumanatul Ali (Jakarta: J-ART, 2004), hlm. 562
17Abū Abdillah Muhammad al-Qurt ḥubi,al-Jamī’ li Aḥ ḥkām Alquran (Beirut: Muassasah al-
Risālah jilid. 1), hlm. 10
18 Depag RI, Al-Quran Terjemaḥ Jumanatul Ali (Jakarta: J-ART, 2004), hlm. 562
‫‪11‬‬

‫الههذيِ خلههق المههوت والحيههاة ليبلههوكم أيكههم أحأسههن عمل وهههو‬


‫العزيز الغفورقوله تعههالى‪) :‬الههذيِ خلههق المههوت والحيههاة( يههل‪:‬‬
‫المعنى خلقكم للموت والحياة؛ يعني للموت في الدنيا والحياة‬
‫في الخرة وقهدم الهوت علههى الحيهاة؛ لن المهوت إلهى القههر‬
‫أقرب؛ كما قدم البنات علههى البنيههن فقههال‪) :‬يهههب لمههن يشههاء‬
‫إناثا( الشورى‪ .[49 :‬وقيل‪ :‬قدمه لنه أقههدم؛ لن الشههياء فههي‬
‫البتداء كانت في حأكم الموت كالنطفة والتراب ونحههوه‪ .‬وقههال‬
‫قتادة‪ :‬كان رسول الله صلى الله عليه وسههلم يقههول‪) :‬إن اللههه‬
‫تعالى أذل بني آدم بالموت وجعل الدنيا دار حأياة ثم دار مههوت‬
‫وجعل الخرة دار جزاء ثم دار بقاء( وعن أبي الدرداء أن النبي‬
‫صلى الله عليه وسلم قال‪) :‬لول ثلثا ما طأطأ ابن آدم رأسههه‬
‫الفقر والمرض والموت وإنه مع ذلك لو ثاب( دم الموت علههى‬
‫الحياة‪ ،‬لن أقوى الناس داعيا إلى العمل من نصب مههوته بيههن‬
‫عينيه؛ فقدم لنه فيما يرجع إلى الغرض المسوق له الية أهههم‬
‫قال العلماء‪ :‬الموت ليس بعدم محههض ول فنههاء صههرف‪ ،‬وإنمهها‬
‫هههو انقطههاع تعلههق الههروح بالبههدن ومفههارقته‪ ،‬وحأيلولههة ببنهمهها‪،‬‬
‫وتبدل حأال وانتقال من دار إلى دار‪ .‬والحياة عكس ذلك‬

‫‪Dalam penafsiran ayat di atas, bisa kita lihat penukilan hadis yang‬‬
‫‪dilakukan oleh Imam Al-Qurt ḥubῑ , seperti contoh :‬‬

‫وقال قتادة‪ :‬كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقههول‪) :‬إن‬
‫الله تعالى أذل بني آدم بالموت وجعل الههدنيا دار حأيههاة ثههم دار‬
‫موت وجعل الخرة دار جزاء ثم دار بقاء( وعن أبي الدرداء أن‬
‫النبي صلى الله عليه وسلم قال‪) :‬لول ثلثا ما طأطههأ ابههن آدم‬
‫رأسه الفقر والمرض والموت وإنه مع ذلك لو ثاب( دم الموت‬
‫على الحياة‪ ،‬لن أقوى الناس داعيا إلى العمل من نصب مههوته‬
‫بين عينيه؛ فقدم لنه فيما يرجع إلى الغرض المسوق لههه اليههة‬
‫أهم‪.‬‬

‫‪3. Mendiskusikan pendapat ulama dengan argumentasi msing-masing, setelah‬‬


‫‪itu melakukan tarjih dengan mengambil pendapat yang dianggap paling‬‬
‫‪benar.19 Ṣebagai contoh dapat dilihat ketika Imam Al-Qurt ḥubῑ menafsirkan‬‬
‫‪19 Langkah-langkah ini dapat dilihat dalam “Muqaddimah” kitab tafsirnya di halaman 2 dan‬‬
‫‪berdasarkan pengamatan kitab tafsirnya.‬‬
‫‪12‬‬

‫‪Qs. Al-Baqarah (2) ayat 187 sebagaimana yang dijelaskan Hḥusain al-Dzahabi‬‬
‫‪dalam kitabnya Tafsīr wa al-Mufassirūn seperti berikut:20‬‬
‫ق‬ ‫أك د‬
‫م‬‫م وقأن يت كهه ي‬ ‫س ل قك ك ي‬ ‫ن ل دقبا ر‬ ‫م هك ل‬ ‫سائ دك ك ي‬‫ث إ دقلى ن د ق‬ ‫صقيام د اللرفق ك‬ ‫ة ال ل‬ ‫م ل قي يل ق ق‬ ‫ل ل قك ك ي‬ ‫حأ ل‬
‫م‬ ‫ب ع قل قي يك كهه ي‬ ‫م فقت قهها ق‬ ‫سههك ك ي‬ ‫ف ق‬ ‫ن أ قن ي ك‬‫خقتاكنو ق‬ ‫م تق ي‬ ‫م ك كن يت ك ي‬
‫ل دباس ل قهن ع قل دم الل ل ق‬
‫ه أن لك ك ي‬ ‫ك‬ ‫ق‬ ‫ق ر ك ل‬
‫م وقك كل كههوا‬ ‫ه ل قك كهه ي‬ ‫ب الل لهه ك‬ ‫مهها ك قت قهه ق‬ ‫ن قواب يت قغكههوا ق‬ ‫شكروهك ل‬ ‫ن قبا د‬ ‫م قفايل ق‬ ‫فا ع قن يك ك ي‬ ‫و قع ق ق‬
‫ق‬ ‫ق‬
‫ن‬ ‫مهه ق‬‫سههوقد د د‬ ‫ط ايل ي‬ ‫خي ي د‬ ‫ن ال ي ق‬ ‫ق‬ ‫م‬
‫ض د‬ ‫ط ايلب يي ق ك‬ ‫خي ي ك‬ ‫م ال ي ق‬‫ن ل قك ك ك‬ ‫حأ قلتى ي قت قب قي ل ق‬ ‫شقركبوا ق‬ ‫قوا ي‬
‫ق‬
‫ن‬ ‫فو ق‬ ‫عههاك د ك‬ ‫م ق‬ ‫ن وقأن يت ك ي‬ ‫شكروهك ل‬ ‫ل وققل ت كقبا د‬ ‫م إ دقلى الل لي ي د‬ ‫صقيا ق‬ ‫موا ال ل‬ ‫م أت د ي‬ ‫جرد ث ك ل‬ ‫ف ي‬ ‫ال ي ق‬
‫ه آي ق ات دهد‬ ‫ن اللله ك‬ ‫ك ي كب قليه ك‬ ‫ها ك قذ قل د ق‬ ‫ققركبو ق‬ ‫دود ك الل لهد فققل ت ق ي‬ ‫حأ ك‬
‫ك ك‬ ‫جد د ت دل ي ق‬ ‫سا د‬ ‫م ق‬ ‫دفي ال ي ق‬
‫ن‬ ‫قو ق‬ ‫م ي قت ل ك‬ ‫س ل قعقل لهك ي‬ ‫دلللنا د‬
‫‪Artinya:‬‬
‫‪Diḥalalkan bagi kamu pada malam ḥari bulan puasa bercampur dengan isteri-‬‬
‫‪isteri kamu; mereka adalaḥ pakaian bagimu, dan kamupun adalaḥ pakaian bagi‬‬
‫‪mereka. Allaḥ mengetaḥui baḥwasanya kamu tidak dapat menaḥan nafsumu,‬‬
‫‪karena itu Allaḥ mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka‬‬
‫‪sekarang campurilaḥ mereka dan ikutilaḥ apa yang telaḥ ditetapkan Allaḥ‬‬
‫‪untukmu, dan Makan minumlaḥ ḥingga terang bagimu benang putiḥ dari benang‬‬
‫‪ḥitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlaḥ puasa itu sampai (datang) malam,‬‬
‫‪(tetapi) janganlaḥ kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam‬‬
‫‪mesjid. Itulaḥ larangan Allaḥ, Maka janganlaḥ kamu mendekatinya. Demikianlaḥ‬‬
‫‪Allaḥ menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.21‬‬

‫ومثل ل نجده عندما تعههلرض لقههوله تعههالى فههى اليههة ]‪ [187‬مههن‬


‫ة الصهههيام الرفهههث إلهههى‬ ‫م ل قي يل قههه ق‬
‫ل ل قك كههه ي‬ ‫سهههورة البقهههرة‪} :‬أ ك د‬
‫حأههه ل‬
‫م{ْ ‪ . ...‬اليههة‪ ،‬نجههده فههى المسههألة الثانيههة عشههرة مههن‬ ‫سههآَئ دك ك ي‬
‫ند ق‬
‫مهن أكههل فههى‬ ‫مسائل هذه الية يذكر خلف العلماء فى حأكههم ق‬
‫نهار رمضان ناسيلا‪ ..‬فيذكر عن مالك أنه يفطر وعليههه القضههاء‪،‬‬
‫ولكنه ل يرضى ذلههك الحكههم فيقههول‪" :‬وعنههد غيههر مالههك ليههس‬
‫من أكل ناسيا ل لصههومه‪ .‬قلههت‪ :‬وهههو الصههحيح‪ ،‬وبههه‬ ‫بمفطر كل ق‬
‫من أكل أو شرب ناسيا ل فل قضههاء عليههه‪ ،‬وإن‬ ‫قال الجمهور إن ق‬
‫صومه تام‪ ،‬لحديث أبى هريرة قال‪ :‬قال رسول الله صلى الله‬
‫عليه وسلم‪" :‬إذا أكل الصائم ناسيلا‪ ،‬أو شرب ناسههيا ل فإنمهها هههو‬
‫رزق ساقه الله تعالى إليه‪ ،‬ول قضاء عليه‪." ..‬‬

‫)‪20 Muhammad Husain al-Dzahabi Tafsīr wa al-Mufassirūn (Kairo: Maktabah Wahbah, t.th‬‬
‫‪juz 2, hlm. 339-340.‬‬
‫‪Depag RI, Al-Quran Terjemaḥ Jumanatul Ali (Jakarta: J-ART, 2004), hlm. 30‬‬

‫‪21 Depag RI, Al-Quran Terjemaḥ Jumanatul Ali (Jakarta: J-ART, 2004) hlm. 65‬‬
13

Dari keterangan Az-Dzahabi di atas, bisa dimengerti bahwa dalam


masalah ke dua belas dari masalah yang terkandung dalam ayat ini, sesudah
mengemukakan perbedaan pendapat para ulama’ mengenai hukum orang yang
makan di siang hari bulan Ramadhan karena lupa, dan kutipan dari imam Malik
bahwa orang tersebut dinyatakan batal dan wajib mengqada’.
ḥ Kemudian Al-
Qurt ḥubῑ mengatakan:“ Menurut pendapat selain Maliki, tidaklah dipandang batal
setiap orang yang makan dan minum karena lupa, dan jumhur pun berpendapat
sama bahwa barang siapa makan atau minum karena lupa, ia tidak wajid
mengqada’nya,
ḥ dan puasanya tetap sempurna. Hal ini berdasarkan hadis Abū
Hurairah Rad ḥiyallaḥu ‘Anḥu yang menyetakan, Rasulullah Ṣ ḥallallaḥ Alayḥi wa
Ṣallam bersabda: “Jika seseorang sedang berpuasa, dan ia makan atau minum
karena lupa, maka yang demikian adalah rizki yang diberikan Allah Ṣubḥ ḥānaḥu
wa Ta’ālā kepadanya, dan ia tidak wajib mengqad ḥa’.

Dari kutipan tersebut, kita bisa melihat bahwa dengan pendapat yang
dikemukakannya itu, Al-Qurt ḥubῑ tidak lagi sejalan dengan madzhabnya sendiri,
ia berlaku adil dengan madzab yang lain.
Langkah-langkah yang ditempuh Al-Qurt ḥubῑ ini masih mungkin
diperluas lagi dengan melakuakan penelitian yang lebih seksama. Ṣatu hal yang
sangat menonjol adalah adanya penjelasan panjang lebar mengenai persoalan
fiqhiyah merupakan hal yang sangat mudah ditemui dalam tafsir ini.

4. Corak ṭafsir
Corak penafsiran dalam literatur sejarah tafsir biasanya diistilahkan dalam
bahasa Arab yaitu al-laun yang arti dasarnya warna.22 Corak penafsiran yang
dimaksud di sini ialah nuansa khusus atau sifat khusus yang memberikan warna
tersendiri pada tafsir.23 Quraish Ṣhihab, mengatakan bahwa corak penafsiran yang
dikenal selama ini, antara lain: corak sastra bahasa, corak filsafat, corak teologi,
corak penafsiran ilmiah, corak fiqih atau hukum, corak tasawuf, dan corak sastra
budaya.24 Mengenai corak penafsiran, para pengkaji tafsir memasukkan tafsir

22 Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir (Bandung: TAFAKUR, 2011), hlm. 199
23Abdul Mustaqim, Aliran-Aliran Tafsir: Dari Periode Klasik ḥingga Kontemporer
(Yogyakarta: Kreasi Warna, 2005), hlm. 69
24 M. Quraish Ṣhihab. Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan. 1992), hlm. 72
14

karya Al-Qurt ḥubῑ kedalam tafsir yang bercorak Fiqhi, sehingga sering disebut
sebagai tafsir ahkam, karena dalam menafsirkan ayat-ayat alquran lebih banyak
dikaitkan dengan persoalan-persoalan hukum. Namun dalam menentukan hukum-
hukum fiqihnya, setelah Al-Qurt ḥubῑ memaparkan pendapat-pendapat dan
mengomentarinya, ia tetap tidak fanatik dengan madzhabnya (Malikiah).

5. Kekurangan dan kelebihan


Tafsir Al-Qurt ḥubῑ disebut juga dengan ensiklopedi besar oleh sebagian
besar kalangan. Imam Adz-Dzahabi pernah berkata, “Al-Qurthubi telah
mengarang sebuah kitab tafsir yang sangat spektakuler”. Namun di samping
populernya kitab tafsir tersebut, terdapat kekurangan dan kelebihan dalam
tafsirnya. Diantara kelebihan yang dimilikinya adalah:

a. Memuat hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an al-Karim, dengan


pembahasan yang luas dengan mencantumkan hadits dan pendapat para
ulama. Ṣebagai contoh dalam QṢ. Al-Baqarah ayat 43
‫صقلة ق قوآكتوا اللز ق‬ ‫ق‬
‫ن‬ ‫كاة ق قوايرك قكعوا ق‬
‫معق اللراك ددعي ق‬ ‫موا ال ل‬
‫وقأدقي ك‬
Artinya:
Dan dirikanlaḥ sḥalat, tunaikanlaḥ zakat dan ruku'laḥ beserta orang-orang
yang ruku.25
Al-Qurt ḥubῑ memberikan penjelasan yang luas dengan membagi pemahasan
ayat tersebut dengan 34 masalah. Diantara pembahasan yang menarik adalah
masalah ke-16. Ia mencantukan berbagai pendapat tentang anak kecil yang
menjadi imam salat.

‫ روى مسههلم عههن أبههي مسههعود عههن النههبي‬-‫السادسة عشههرة‬


‫سل ل ق‬
‫ )يههؤم القههوم أقرؤهههم لكتههاب اللههه‬:‫م قال‬ ‫ه ع قل قي يهد وق ق‬
‫صللى الل ل ك‬
‫ق‬
‫فإن كانوا في القراءة سواء فههأعلمهم بالسههنة فههإن كههانوا فههي‬
‫السنة سههواء فأقههدمهم هجههرة فههإن كههانوا فههي الهجههرة سههواء‬
‫فأقدمهم سلما ول يؤمن الرجل الرجل فههي سههلطانه ول يقعههد‬
(‫في بيته على تكرمته إل بإذنه( وفي رواية )سنا( مكان )سلما‬
‫ فقلههت لسههماعيل مهها‬:‫ قههال شههعبة‬:‫وأخرجههه أبههو داود وقههال‬
‫ حأههديث أبههي‬:‫ فراشههه وأخرجههه الترمههذيِ وقههال‬:‫تكرمته؟ قههال‬

25 Depag RI, Al-Quran Terjemaḥ Jumanatul Ali (Jakarta: J-ART, 2004) hlm. 48
‫‪15‬‬

‫مسعود حأديث حأسن صحيح والعمل عليه عند أهل العلم قالوا‪:‬‬
‫أحأههق النههاس بالمامههة أقرؤهههم لكتههاب اللههه وأعلمهههم بالسههنة‬
‫وقههالوا صههاحأب المنههزل أحأههق بالمامههة وقههال بعضهههم إذا أذن‬
‫صاحأب المنزل لغيره فل بههأس أن يصههلي بههه‪ .‬وكرهههه بعضهههم‬
‫وقالوا‪ :‬السنة أن يصلي صاحأب البيت‪ .‬قههال ابههن المنههذر روينهها‬
‫عن الشعث ابن قيس أنه قدم غلما وقال إنمهها أقههدم القههرآن‬
‫وممن قال يؤم القوم أقرؤهم ابههن سههيرين والثههوريِ وإسههحاق‬
‫وأصحاب الرأيِ قال ابن المنذر بهذا نقول لنههه موافههق للسههنة‬
‫وقال مالك يتقههدم القههوم أعلمهههم إذا كههانت حأههاله حأسههنة وإن‬
‫للسن حأقا وقال الوزاعي يؤمهم أفقههم وكذلك قال الشافعي‬
‫وأبو ثور إذا كان يقرأ القرآن وذلك لن الفقيه أعرف بما ينههوبه‬
‫مههن الحههوادثا فههي الصههلة وتههأولوا الحههديث بههأن القههرأ مههن‬
‫الصحابة كان الفقه لنهم كانوا يتفقهون في القرآن وقههد كههان‬
‫من عرفهم الغالب تسميتهم الفقهاء بالقراء واسههتدلوا بتقههديم‬
‫م في مرضه الذيِ مات فيه أبهها بكههر‬ ‫سل ل ق‬‫ه ع قل قي يهد وق ق‬
‫صللى الل ل ك‬
‫النبي ق‬
‫ه ع قل قي يهههد‬
‫صههللى الل لهه ك‬
‫لفضله وعلمه‪ .‬وقال إسحاق إنما قدمه النبي ق‬
‫م ليدل على أنه خليفته بعده ذكره أبو عمههر فههي التمهيههد‪.‬‬ ‫سل ل ق‬
‫وق ق‬
‫وروى أبو بكر البزار بإسناد حأسههن عههن أبههي هريههرة قههال قههال‬
‫رسههول اللههه صههلى اللههه عليههه وسههلم )إذا سههافرتم فليههؤمكم‬
‫أقرؤكههم وإن كههان أصههغركم وإذا أمكههم فههو أميركههم( قههال‪ :‬ل‬
‫م إل من رواية أبههي‬ ‫سل ل ق‬
‫ه ع قل قي يهد وق ق‬
‫صللى الل ل ك‬ ‫نعلمه يروى عن النبي ق‬
‫هريرة بهذا السناد‪ .‬قلت‪ :‬إمامة الصغير جائزة إذا كان قارئا‪.‬‬
‫‪b. Tidak mengabaikan bahasa Arab, sya’ir Arab dan sastra Arab.‬‬
‫ك‬
‫ذا ال يب قل قد د‬
‫م دبه ق‬ ‫ل أق ي د‬
‫س ك‬
‫ك‬
‫مههةد »‬ ‫م ب دي قويم د ال ي د‬
‫قيا ق‬ ‫يجوز أن تكون ل زائدة‪ ،‬كما تقدم في ل أقي د‬
‫س ك‬
‫ذا ال يب قل قد د‬
‫‪] «2‬القيامة‪ ،[1 :‬قاله الخفش‪ .‬أيِ أقسم‪ ،‬لنه قال‪ :‬دبه ق‬
‫ن ]الههتين‪ [3 :‬فكيههف‬ ‫ذا ال يب قل قههد د ايل ق د‬
‫ميهه د‬ ‫وقد أقسم به في قوله‪ :‬قوه ق‬
‫يجحد القسم به وقد أقسم به‪ .‬قال الشاعر‪:‬‬
‫تذكرت ليلى فاعترتني صبابة… ‪ .‬وكاد صميم القلب ل يتقطع‬

‫‪Ṣedang kekurangan dari Tafsir Al-Qurtubi:‬‬


16

a. Adanya sejumlah kisah Isra’illiyat yang dipaparkan al-Qurt ḥubῑ ketika


menjelaskan sebagian ayat. Ṣebagai contoh Kisah Nabi Daud AṢ
Merencanakan Pembunuhan Terhadap Tentara Perangnya. Kisah Nabi
Daud AṢ yang merencanakan pembunuhan terhadap salah seorang tentara
perangnya dapat kita temukan dalam tafsir al-Qurt ḥubῑ ketika ia
menafsirkan firman Allah ṢWT

‫خكلوا ع ققلههى‬ ‫ل أ قتا ق ك‬


‫( إ دذ ي د ق ق‬21) ‫ب‬ ‫حقرا ق‬ ‫م ي‬ ‫سولكروا ال ي د‬ ‫صم د إ دذ ي ت ق ق‬ ‫خ ي‬ ‫ك ن قب قأ ال ي ق‬ ‫وقهق ي ق‬
‫ض‬ ‫ق‬ ‫م ققاكلوا قل ت ق ق‬ ‫داكوود ق فق ق‬
ْ‫ضقنا ع قلى ب قعي ء‬ ‫ن ب ققغى ب قعي ك‬ ‫ما د‬ ‫ص ق‬ ‫خ ي‬ ‫ف ق‬ ‫خ ي‬ ‫من يهك ي‬ ‫فزدع ق د‬ ‫ق‬
(22) ‫ط‬ ‫صقرا د‬ ‫وادء ال ل‬ ‫س ق‬ ‫ق‬
‫شط دط قواهيد دقنا إ دلى ق‬ ‫ي‬ ‫ق‬
‫حقل وقل ت ك ي‬ ‫ي‬
‫م ب قي ين ققنا دبال ق‬ ‫حأك ك ي‬
‫قفا ي‬
‫ق‬
‫ل‬ ‫قهها ق‬ ‫حأههد قة ر فق ق‬
‫ة قوا د‬ ‫جهه ر‬
‫ي ن قعي ق‬‫ة وقل دهه ق‬ ‫جهه ل‬ ‫ن ن قعي ق‬ ‫سكعو ق‬ ‫سعر وقت د ي‬ ‫ه تد ي‬ ‫خي ل ق ك‬ ‫ذا أ د‬ ‫ن هق ق‬ ‫إد ل‬
‫ق‬
‫ل‬ ‫سهه ق‬
‫ؤا د‬ ‫ك بد ك‬ ‫مهه ق‬ ‫قههد ي ظ قل ق ق‬‫ل لق ق‬‫( ققهها ق‬23) ‫ب‬ ‫خط قهها د‬ ‫فل يدنيقها وقع قلزدني دفي ال ي د‬ ‫أك ي د‬
‫م ع قل قههى‬ ‫ضهههك ي‬‫طادء ل قي قب يغدههي ب قعي ك‬ ‫خل ق ق‬ ‫ن ال ي ك‬ ‫م ق‬ ‫ن ك قدثيلرا د‬ ‫جهد وقإ د ل‬ ‫ك إ دقلى ن دقعا د‬ ‫جت د ق‬‫ن قعي ق‬
‫ن‬ ‫م وقظ قهه ل‬ ‫مهها هكهه ي‬ ‫ل ق‬ ‫ت وقققل ديهه ر‬ ‫حا د‬ ‫صههال د ق‬ ‫مكلوا ال ل‬ ‫مكنوا وقع ق د‬ ‫نآ ق‬ ‫ذي ق‬ ‫ض إ دلل ال ل د‬ ْ‫ب قعي ء‬
‫ق‬ ‫ق‬
‫ب‬
‫خلر قراك دلعا وقأقنا ق‬ ‫ه وق ق‬ ‫فقر قرب ل ك‬ ‫ست قغي ق‬ ‫ما فقت قلناه ك قفا ي‬ ‫داكوود ك أن ل ق‬ ‫ق‬

Artinya:
Dan Adakaḥ sampai kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika
mereka memanjat pagar?Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut
karena kedatangan) mereka. mereka berkata: "Janganlaḥ kamu merasa takut;
(Kami) adalaḥ dua orang yang berperkara yang salaḥ seorang dari Kami berbuat
zalim kepada yang lain; Maka berilaḥ keputusan antara Kami dengan adil dan
janganlaḥ kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilaḥ Kami ke jalan yang
lurus. Ṣesungguḥnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluḥ sembilan ekor
kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka Dia berkata:
"Ṣeraḥkanlaḥ kambingmu itu kepadaku dan Dia mengalaḥkan aku dalam
perdebatan". Daud berkata: "Ṣesungguḥnya Dia telaḥ berbuat zalim kepadamu
dengan meminta kambingmu itu untuk ditambaḥkan kepada kambingnya. dan
Ṣesungguḥnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebaḥagian
mereka berbuat zalim kepada sebaḥagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleḥ; dan Amat sedikitlaḥ mereka ini". dan
Daud mengetaḥui baḥwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada
Tuḥannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.26

Al-Qurt ḥubῑ di dalam menafsirkan ayat di atas yang ada berkaitannya


dengan kisah Nabi Dāud AṢ yang merencanakan pembunuhan terhadap salah
seorang tentara perangnya, dengan redaksi sebagai berikut:

26 Depag RI, Al-Quran Terjemaḥ Jumanatul Ali (Jakarta: J-ART, 2004) hlm. 83
17

‫ في غزوة مع أيوب بن صوريا ابن‬،‫وكان زوجها أوريا بن حأنان‬


‫ فكتب داود إلى أيوب أن ابعث بأوريا إلى مكان كذا‬،‫أخت داود‬
‫ وكان من قدم قبل التابوت ل يحل‬،‫ وقد مه قبل التابوت‬،‫وكذا‬
‫لو أن يرجع وراءه حأتى يفتح الله عليو أو يستشهد‬

“Ṣuaminya bernama Uriya ibn Hannān dan dia berperang bersama Ayyūb
ibn Ṣ ḥuriya ibn Ukht Dāud, lalu Dāud menulis surat kepada Ayyūb untuk
menyuruh Uriya pergi ke medan tempur yakni di daerah Tābūt. Adapun di
sana tidak akan kembali sebelum mendapatkan kemenangan atau syahid.‛
Kisah di atas merupakan kisah Isrāiliyyāt yang ditulis al-Qurt ḥubῑ di dalam
tafsirnya. Kisah tersebut dipandang tidak benar karena sangat jelas bertentangan
dengan consensus ulama muslim dalam hal ișmaḥ al-anbiyā. Telah disepakati
bahwa para Nabi dan Rasul terjaga dari dosa-dosa kecil lebih-lebih dosa besar
seperti apa yang dikisahkan di atas, yaitu pembunuhan berencana yang dilakukan
oleh Nabi Dāud AṢ. Hal tersebut mustahil terjadi pada diri seorang Nabi utusan
Allah ṢWT.

6. Komenṭar Ulama’
1. Imam Adz-Dzahabi pernah berkata, “Al Qurthubi telah mengarang sebuah
kitab tafsir yang sangat spektakuler”.
2. Ibnu Farhun berkata: Tafsir yang paling bagus dan paling banyak
manfaatnya, membuang kisah dan sejarah, diganti dengan hukum dan
istinbat dalil, serta menerangkan I’rob, qiroat, nasikḥ dan mansukḥ.

Anda mungkin juga menyukai