u
st
ak
a
Sy
ia
h
JUDUL ASLI : Tarikh_e Quran
SEJARAH AL-QURAN
ah
Abstraksi
i
Sy
orisinalitasnya sepanjang sejarah. Al-Quran telah mengarungi jalan panjang sejarah
dengan selamat, selalu sesuai dengan zaman. Kitab ini terjaga dari segala bentuk
peristiwa dan keadaan. Beliau memanggil dan memerintah para penulis wahyu untuk
st
lembaran yang bertuliskan ayat per ayat, disusun menjadi satu kesatuan atas perintah
P
Rasulullah saw. Kemudian, ayat-ayat yang banyak itu disusun menjadi surah-surah
Disusun atas perintah siapa? Apakah ia disusun dalam satu masa atau secara
bersinambung pada kesempatan yang berbeda? Berapa banyak pesan yang tersusun
1
pada masa Rasulullah saw dan setelah wafatnya beliau? Siapa sajakah yang terlibat
dalam penyusunan tersebut? Apakah pesan samawi itu—yang sampai kepada kita saat
Buku ini kami tulis untuk memaparkan fakta-fakta yang membentuk sejarah
umat yang besar; dari berbagai bangsa yang memiliki sejarah dan kebudayaan berbeda
ditampilkan dalam kitab ini. Di dalam buku suci inilah masyarakat yang merangkai
ah
Sejarah seperti ini sangatlah penting untuk diketahui semua orang, sehingga
perjalanan hidup yang ditempuh manusia sepanjang sejarah menjadi jelas. Para pelaku
i
Sy
hidup niscaya selamat dan merdeka dari kegamangan—seperti yang dipesankan oleh
paling mendasar. Hukum ini harus diketahui. Latar belakang penyebabnya harus
k
secara jeli.
st
bertemakan sejarah al-Quran. Istilah “sejarah al-Quran” adalah istilah yang semarak
P
sejak seratus tahun terakhir. Sebelumnya istilah yang berlaku adalah “mengenal al-
Quran.” Buku-buku tersebut kerapkali memaparkan sifat dan ciri khas mushaf-mushaf
1
Di antaranya adalah: 1. Ikhtilafu Mashahif asy-Syam wa al-Hijaz wa al-Iraq, karya Abdullah bin
Amir, seorang Qari terkenal dari Syam, dia adalah salah satu dari Qurra’ Sab’ah (w. 118 H). 2.
Ikhtilafu Mashahif fi Ahl al-Madinah wa Ahl al-Kufah wa Ahl al-Bashrah, karya Ali bin Hamzah
Kisa’i, seorang Qari terkenal dari Kufah, salah satu dari Qurra’ Sab’ah (w. 189 H). 3. Ikhtilafu Ahl al-
Kufah wa al-Bashrah wa asy-Syam, karya Yahya bin Ziyad yang dikenal dengan nama Farra’ Baghdadi
(w. 207 H). 4. Ikhtilafu al-Mashahif, karya Khalaf bin Hisyam, perawi Hamzah dan Qari Baghdad,
2
Buku-buku tersebut, sebagian masih bisa ditemui dan bisa dipelajari, seperti
buku Al-Mashahif karya Ibnu Abi Daud.2 Buku ini adalah karya pionir yang
Meski pada mulanya buku tersebut sulit diperoleh, namun Dr. Artur Jefri,
tersebar ke kalangan luas. Buku tersebut termasuk buku terbaik dan terlama.
antara buku-buku modern seputar tema itu, ada sebuah buku yang berjudul Tarikh al-
ah
Quran karya Abu Abdillah Zanjani.4
Kami juga ingin menyajikan karya kami; Pertama adalah buku At-Tamhid.5
i
Sy
Kedua, buku At-Tafsir wa al-Mufassirun yang terdiri dari dua jilid. Buku ini
salah seorang Qurra’ Asyrah (w. 229 H). 5. Ikhtilaf al-Mashahif wa Jami’ al-Qiraat, karya Madaini (w.
231 H). 6. Ikhtilaf al-Mashahif, karya Abu Hatim (w. 248 H). 7. Al-Mashahif, karya Abdullah bin Abi
k
Daud Sistani (w. 316 H). 8. Al-Mashahif, karya Ibnu Anbari (w. 327 H). 9. Al-Mashahif, karya Ibnu
Asyteh Ishfahani (w. 360 H). 10. Gharib al-Mashahif, karya Warraq.
2
a
Beliau terlahir di kota Sistan pada 230 H dan dewasa di kota Neisyabur. Usia mudanya dihabiskan
untuk menekuni bidang ini. Dia mengembara ke berbagai tempat untuk meraih pemahaman; Khurasan,
st
Ishfahan, Persia, Bashrah, Baghdad, Kufah, Madinah, Mekkah, Damaskus, Mesir, Hijaz dan negara-
negara Islam lainnya.
3
Di antaranya adalah: Buku Lamahat min Tarikh al-Quran, karya Ustad Sayid Muhammad Ali Asygar,
seorang ulama kontemporer ternama di Karbala. Buku Tarikh_e Quran, karya Prof. Dr. Mahmud
u
Ramyar. Buku Buhutsun fi Tarikh al-Quran wa Ulumihi, karya Prof. Sayid Abul Fadhl Mir
Muhammadi. Buku Tarikh_e Quran, karya Prof. Dr. Sayid Muhammad Baqir Hujjati. Kitab-kitab
P
3
1. Fase tafsir sejak masa Rasulullah hingga periode sahabat dan tabi’in
Buku yang berada di tangan pembaca ini memuat enam bab yang mengulas
ah
antara lain:
i
Sy
- Pembahasan secara jeli tentang dalil-dalil yang menolak wahyu, khususnya
terpilih-Nya).
a
secara langsung?
a
untuk dicatat?
- fase pertama diturunkannya al-Quran setelah tiga tahun turunnya wahyu risali.
terdiri dari tujuh jilid. Masing-masing jilidnya memaparkan segala permasalahan yang berhubungan
dengan al-Quran, salah satunya adalah penjelasan sejarah al-Quran secara metodis.
4
- Turunnya al-Quran secara sekaligus atau berangsur-angsur.
- Pendapat para ulama tentang turunnya al-Quran dari ayat dan surah pertama
sampai terakhir.
- Perbedaan antara asbabun nuzul dengan sya’nun nuzul (masalah turunnya ayat
ah
dan riwayat), tanzil dan takwil serta cara mengetahui asbabun nuzul.
- Nama-nama al-Quran, arti surah dan ayat, nama surah-surah, apakah nama-
i
Sy
nama surah tersebut bersifat tauqifi; ditentukan oleh pembuat syariat atau
ayat.
st
kemudian al-Quran tersaji dalam satu naskah sempurna dan dikenal dengan
nama “umm” (induk semua mushaf) atau “imam” (pemimpin semua mushaf).
5
Bab empat membahas antara lain:
- Para Qari al-Quran dan tujuh macam bacaan, faktor-faktor yang menyebabkan
- Apakah bacaan Ashim adalah bacaan yang sesuai dengan bacaan mayoritas
Muslim sejak awal Islam hingga sekarang? Apakah model ini selalu ada di
setiap periode sejarah bacaan? Apakah bacaan seperti ini memiliki sanad yang
sahih dan diriwayatkan dari Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib?
ah
Bab lima membahas antara lain:
- Masalah tahrif. Apakah semua ulama dan para peneliti di dalam Islam
i
Sy
bersepakat bahwa al-Quran tidak akan pernah mengalami perubahan sama
Inilah sajian isi buku yang kami suguhkan kepada Anda. Semoga kajian yang
u
telah kami lakukan dengan memaparkan semua permasalahan yang bersandar kepada
P
persembahan kepada dunia ilmu pengetahuan dan diterima di sisi Dia Yang Maha
Esa.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut mengkaji ulang,
mencetak dan menyebarkan karya ini. Demikian juga kepada Agha Sayid Muhammad
Ali Ayyazi yang melakukan koreksi, betapa beliau telah melakukan pekerjaan yang
6
sangat melelahkan. Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada mereka semua.
Semoga Allah menghargai semua usaha baik mereka dan membalas ilmu serta
Bab I
Fenomena Wahyu
dasar untuk mengenal kalam Ilahi. Al-Quran sebagai kalam Ilahi bisa diterima apabila
ah
masalah wahyu sudah jelas.
Al-Quran adalah firman Allah Swt. Buku suci ini mengandung pesan samawi
i
yang diperantarai oleh wahyu. Wahyu adalah ilham gaib dari sisi Malakut al-A’la
Sy
yang turun ke alam materi.
Allah Swt berfirman melalui lisan Rasulullah saw, Dan sesungguhnya al-
a
Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam yang dibawa turun oleh
k
ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad saw) agar engkau termasuk
a
orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas (QS. asy-
st
Syu’ara:192-195).
u
Isra:39).
P
(QS. al-An’am:19).
antara Yang Mahatinggi dengan materi yang rendah, apakah mungkin terjalin
7
hubungan antara alam fisik dengan metafisik? Apakah keterjalinan hubungan tersebut
tidak terkait dengan masalah sinkhiyyat (kesamaan)? Jawaban dari semua pertanyaan
pemberitahuan secara rahasia, bergegas, setiap perkataan atau tulisan atau pesan atau
ah
Menurut Raghib Ishfahani, wahyu adalah isyarat yang cepat. 6 Menurut Abu
Ishaq, wahyu dalam pengertian semua bahasa adalah pemberitahuan secara rahasia,
i
Sy
karena itulah ilham disebut dengan wahyu. Menurut Ibnu Barri, wahyu adalah
Seseorang bersyair,
a
6
Al-Mufradat fi Gharaib al-Quran, hal.515.
7
Ibnu Manzhur, Lisan al-Arab, jilid 15, hal.380.
8
Wahyu dalam Al-Quran
Zakariya as, Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat
kepada mereka, “Hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (QS.
Maryam:11).
di dalam diri semua makhluk. Setiap maujud, baik itu benda padat, tumbuhan, hewan
ah
dan manusia, secara instingtif mengetahui jalan keabadian dan keberlangsungan
hidupnya. Petunjuk yang bersifat naluriah ini disebut dalam al-Quran dengan nama
i
Sy
wahyu. Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang di bukit-bukit, di
dari segala (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
a
dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang
k
manusia. Sungguh, dari yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
st
Petunjuk yang bersifat naluriah yang terdapat dalam diri segala sesuatu
P
menakjubkan yang dapat dilihat. Meski demikian, sumbernya tersembunyi dari semua
pandangan. Fenomena ini layak disebut dengan nama wahyu. Dan Dia mewahyukan
mengetahui dari mana asal pesan tersebut. Biasanya pesan ini muncul dalam kondisi
9
terdesak, ketika dia menganggap telah menapaki jalan buntu. Tiba-tiba, muncul
pancaran dari dalam hati yang memberitahu adanya jalan terang dan memberi harapan
untuk terbebas dari kesulitan. Pesan-pesan pemberitahu jalan keluar ini adalah suara
gaib yang membantu manusia dari balik layar wujud. Inilah inayah Sang Pencipta
Suara gaib dari inayah Ilahiah ini, disebut oleh al-Quran dengan nama wahyu.
Berkenaan dengan ibunda Nabi Musa as al-Quran mengisahkan, Dan Kami ilhamkan
kepada ibu Musa, “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka
hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah
ah
bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
i
Sy
Dan sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kesempatan
yang lain, yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,
maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku
k
dan musuhnya…”
a
Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak
st
benak ibunya muncul kepasrahan untuk bertawakal kepada Tuhan. Kemudian dia
menyusui bayinya. Meski khawatir, dia letakkan Musa as ke dalam peti yang
bahwa bayinya kelak kembali kepadanya. Ibu Nabi Musa as merasa ada yang tidak
memperbolehkannya bersedih. Pada saat itulah dia telah bertawakal dan menyerahkan
10
Itulah suara yang menyinari dan melintas dalam hati ibu Nabi Musa as. Ibu
Nabi Musa memiliki secercah harapan karenanya. Dia tidak memikirkan sesuatu yang
lain, selain Tuhan. Pikiran yang menerangi jalan dan menolongnya dari kesulitan dan
ketakutan seperti ini adalah ilham rahmani dan inayah rabbani yang menghampiri
Al-Quran juga menggunakan kata wahyu untuk menyebut bisikan setan,8 Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis)
manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang
ah
Sesungguhnya setan-setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar
i
Sy
Di dalam surah an-Nas disebutkan, Dari kejahatan (bisikan) setan yang
4. Wahyu risali. Wahyu ini hanya khusus untuk Nabi. Di dalam al-Quran,
k
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-
mereka telah mempersiapkan diri untuk menerima wahyu. Berkaitan pendapat ini,
8
Penegasan ini menunjukkan arti kata “wahyu” secara umum—peny.
11
Imam Hasan Askari as bersabda, “Sesungguhnya Allah mendapati hati dan jiwa
menjadi sangat penting. Tujuannya adalah mengikis habis segala hiasan jasmani dari
diri seseorang hingga layak menjalin hubungan dengan para malakut. Rasulullah saw
bersabda, “Allah tidak akan mengutus seorang nabi atau rasul melainkan Dia
sempurnakan akalnya dan jadilah akalnya lebih unggul dari seluruh akal umatnya.” 10
Mulla Shadra berpendapat bahwa batin Nabi dihiasi dengan hakikat kenabian
jauh sebelum beliau lahir. Hal ini telah diketahui secara sempurna oleh para nabi.
ah
Nabi telah menghias batinnya secara gemilang dengan kesempurnaan insani, jauh hari
i
Sy
predikat Qalb (hati). Itulah yang muncul dan tampak dari Nabi. Pertama beliau
(makhluk). 11
k
maka dialah yang telah menurunkan (al-Quran) ke dalam hatimu dengan izin
st
Dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin ke dalam hatimu (Muhammad) agar
P
adalah sumber ilham tidak diketahui oleh yang mendapatkannya, sementara sumber
wahyu jelas bagi mereka yang mendapatkannya. Para nabi tidak pernah merasa
9
Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar, jilid 18, hal.205, hadis ke-36.
10
Muhammad bin Ya’qub Kulaini, Ushul al-Kafi, jilid 1, hal.13.
11
Shadruddin Syirazi, Syarh_e Ushul_e Kafi, jilid 3, hal.454.
12
bingung dan salah ketika menerima pesan samawi, karena mereka bergegas
Zurarah bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq, “Bagaimana Nabi bisa percaya
bahwa apa yang sampai kepadanya adalah wahyu Ilahi, bukan bisikan setan?”
apa yang sampai kepadanya dari Allah, sama seperti yang dilihat dengan matanya.” 12
Imam Ja’far juga pernah ditanya, “Bagaimana bisa para nabi tahu kalau
ah
Imam Ja’far Shadiq menjawab, “Telah disingkap tirai dari mereka.” 13
Para nabi telah tuntas melewati jenjang ilmul yaqin, kemudian mengarungi
i
Sy
ainul yaqin dan mencapai haqqul yaqin ketika diutus sebagai nabi. Karenanya, tak
perlu heran jika di lautan manusia, ada orang-orang pilihan yang suci, tampil ke
menjadi heran bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka,
a
bahwa mereka memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan.” Orang-orang kafir
u
(QS. Yunus:2).
sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan
Kami telah mewahyukan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya;
12
Muhammad bin Mas’ud Ayyasyi Samarqandi, Tafsir al-Ayyasyi, jilid 2, hal.201, hadis ke-106; Bihar
al-Anwar, jilid 18, hal.262, hadis ke-16.
13
Bihar al-Anwar, jilid 11, hal.56, hadis ke-56.
13
Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.
Dan beberapa rasul yang telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu sebelumnya
dan ada beberapa rasul yang tidak kami kisahkan kepadamu. Dan kepada Musa Allah
berfirman langsung. Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah
mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah menjadi saksi atas (al-
ilmunya, dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi. Cukuplah Allah yang menjadi
ah
saksi. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (orang lain)
i
Sy
Bukan sebuah peristiwa yang mengherankan jika ada seseorang yang
sepanjang sejarah.
a
k
Dan tidaklah patut bagi seseorang bahwa Allah berbicara kepadanya kecuali
st
dengan perantara wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan
u
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki.
P
tidak mengetahui apakah kitab (al-Quran) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan
al-Quran itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang kami kehendaki
14
Menurut al-Quran, wahyu risali ada tiga macam:
saw secara langsung tanpa perantara. Sekaitan dengan ini, Rasulullah saw bersabda,
Rasulullah saw tanpa ada seorang pun yang bisa mendengarnya. Fenomena ini sama
istilah dari belakang tabir. Wahyu semacam ini disampaikan kepada Nabi Musa as
ketika beliau berada di gunung Thur dan kepada Rasulullah saw pada malam Mi’raj.
ah
3. Wahyu melalui perantara Jibril. Malaikat penyampai wahyu membawa
pesan Ilahi untuk dikabarkan kepada Rasulullah saw . Sebagaimana disebutkan dalam
i
Sy
al-Quran, …maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (al-Quran) ke
Ketidakmustahilan Wahyu
k
Mereka memiliki paradigma baru tentang wahyu; sesuatu yang disampaikan para nabi
atas nama wahyu adalah buah dari pikiran-pikiran internal mereka. Para nabi adalah
orang yang berpemikiran jenial dan reformis. Pemikiran internal mereka itu
14
Al-Itqan, jilid 1, hal.44.
15
kadangkala mereka namakan wahyu, terkadang mereka sebut malaikat. Para nabi itu
juga mengira bahwa mereka telah diberi ilham dari alam lain. Karenanya sebagian
menguasai pikiran dan keyakinan masyarakat pada zaman itu. Mereka menyebutkan
ah
utusan Tuhan atau para nabi adalah orang-orang lugu yang tak mampu membedakan
hal-hal imajinatif dengan kebenaran realitas. Dianggapnya para nabi itu penipu dan
i
Sy
pembohong. Mereka ingkari kenabian secara asumtif. Namun, kebenaran, kejujuran,
keagungan dan kesucian pribadi para nabi adalah jelas bagi semua orang.
terjemahan yang tidak sempurna dan dicampuri pendapat manusia sebagai tolok ukur
a
penelitian, harus diselidiki dulu kebenaran semua tulisan yang termaktub dalam buku
u
terjemahan tersebut.
P
Padahal, sejatinya, manusia adalah makhluk gabungan ruh dengan jasad. Ruh manusia
berasal dari sinkhi al-Mala’ul a’la (koherensi) dan sinkhiyyat (kesesuaian), inilah
15
Muhammad Farid Wujdi, Dairat al-Ma’arif al-Qarnil Isyrin, jilid 10, hal.715.
16
Masalah spiritualitas manusia dan koherensi dengan Tuhan Yang Mahatinggi,
tidak dibahas dalam buku ini. Namun demikian, agar kita bisa menjelaskan masalah
(wahyu yang non materi diterima oleh manusia yang materi—peny.), maka kami akan
Spiritualitas Manusia
Spiritualitas manusia menjadi tema yang sejak dahulu hingga kini tak kunjung
usai dibahas manusia. Ia memiliki porsi khusus dalam filsafat, budaya dan seni. Tema
ah
ini sering disebut oleh al-Quran dan hadis. Bahkan filsafat Islam menjadikan tema ini
selalu “hangat”.
i
Sy
Manusia adalah maujud yang memiliki dua sisi, berada di antara alam fisik
dan metafisik, memiliki ruh dan jasad. Dari satu sisi ia sangatlah tinggi, tangannya
janin, spiritualitas membawanya ke tempat yang jauh lebih tinggi dari alam materi,
a
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
P
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, kemudian
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
17
makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta Yang Paling Baik (QS. al-
Mu’minun:14). Maksud dari makhluk yang lain di sini adalah ruh yang ditiupkan
Di ayat lain juga disebutkan dua fase penciptaan, Yang memperindah segala
sesuatu yang Dia ciptakan dan Yang memulai ciptaan manusia dari tanah. Kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia
Sajdah:7-9). Di dalam ayat ini disebutkan bahwa ruh yang ditiupkan dalam diri
manusia berasal dari alam malakut dan dinisbahkan kepada Tuhan. Berarti ruh jauh
ah
lebih luas dari semua materi.
i
Sy
menciptakan suatu ruh, kemudian memerintahkan satu malaikat untuk meniupkan ruh
ke dalamnya.” 16
Manusia dalam pandangan al-Quran adalah makhluk yang terdiri dari jasad
a
dan ruh. Pertama-tama jasad dahulu tercipta, kemudian ditiupkan ruh yang kekal di
k
dalamnya.
a
Manusia tidak terbatas oleh jasmani; daging, kulit, tulang dan otot. Ia memiliki
u
eksistensi yang lebih tinggi. Posisinya lebih tinggi dari alam materi dan ruang lingkup
P
jasmani murni, karena sifat-sifat yang dimiliki manusia jauh lebih tinggi dari sisi
jasmaniahnya.17
Manusia memiliki dua unsur; jasmani dan ruhani. Bukan mengherankan jika ia
bisa menjalin komunikasi dan hubungan dengan alam metafisik. Jalinan seperti ini
16
Bihar al-Anwar, jilid 61, hal.32, hadis ke-5.
17
Untuk lebih jelas dan lebih detail, silahkan merujuk buku Al-Asfar al-Arba’ah karya Sadruddin
Syirazi, bab II, hal.28-52; Fakhruddin Razi, Mafatih al-Ghaib. Tafsir al-Kabir, jilid 21, hal.43-51, yang
menjelaskan ayat Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh… Muhammad Husain Thabathaba’i, Al-
Mizan, jilid 1, hal.365-369 dan jilid 10, hal.118.
18
terkait dengan sisi ruhaniah dan batinnya yang berkelindan. Kenyataan inilah yang
menimbulkan wahyu.
Wahyu adalah peristiwa ruhani, bisa dialami oleh banyak orang yang memiliki
atau hubungan dengan alam metafisik dengan manusia, kemudian ilham yang
diperolehnya.
Karena itu, wahyu untuk para nabi bukanlah pemikiran imajinatif atau
pemikiran yang muncul karena kondisi batin. Ia adalah kabar ruhani dari alam yang
ah
lebih tinggi kepada orang yang memiliki kelayakan. Tidak layak seseorang merasa
i
Sy
Ada sesuatu yang tidak kita ketahui—meskipun wahyu adalah realitas yang
Ketika kita berusaha untuk mengetahuinya melalui tolok ukur materi atau
k
dengan menyifatinya, maka kita hanya bisa menyifati komunikasi tersebut dalam
a
batasan aksioma, tunduk terhadap kata, berada dalam ruang lingkup indrawi.
st
Karenanya tema ini tetap saja menjadi rahasia bagi kita. Semua pemahaman yang
u
diungkapkan untuk memaparkan masalah ini, pasti bersifat kiasan, tidak akan pernah
P
Sekali lagi, wahyu adalah fenomena yang tidak bisa ditolak akal sehat dan kita
meyakininya. Tapi, ia tidak bisa disifati dan hakikatnya tidak bisa dijamah. Ia adalah
peristiwa ruhaniah yang hanya diketahui oleh orang-orang istimewa yang memiliki
19
Bagaimana Wahyu Diturunkan?
merasa ada yang membebani dirinya. Teramat berat sehingga tubuhnya menggigil.
Keningnya mengucurkan keringat deras. Jika wahyu itu sampai ketika beliau sedang
menunggang unta atau kuda, maka punggung hewan itu membungkuk dan hampir
menyentuh tanah.
Ali bin Abi Thalib berkata, “Ketika surah al-Maidah diturunkan kepada
Rasulullah saw, beliau saw sedang menunggang seekor keledai bernama Syahba.
Wahyu telah membuat beliau menjadi berat, sehingga hewan yang berdiri itu perutnya
ah
tergantung. Aku melihat pusar hewan itu nyaris menempel tanah. Pada saat itu
Rasulullah saw tak sadarkan diri dan tangan beliau saw berada di atas kepala salah
i
Sy
seorang sahabat.” 18
Ubadah bin Shamit berkata, “Ketika wahyu turun, wajah Rasulullah saw pucat
pasi. Pada saat itu beliau menundukkan wajahnya. Kemudian para sahabat juga
a
mengikuti beliau.” 19
k
Kita tidak mengerti mengapa Rasulullah saw mengalami hal demikian. Kita
a
tidak mengetahui hakikat wahyu itu sendiri. Untuk mengetahui lebih rinci, silahkan
st
fiktif.
berikut:
18
Tafsir al-Ayyasyi, jilid 1, hal.388.
19
Thabaqat Ibn Sa’d, jilid 1, hal.131.
20
Silahkan merujuk ke At-Tamhid fi Ulum al-Quran karya Muhammad Hadi Makrifat, jilid 1, hal.66
dan seterusnya.
20
1. Mungkinkah seorang nabi, pada awal pengutusannya, berprasangka buruk
kemungkinan itu tidak akan pernah ada pada Rasulullah saw. Namun, dalam tulisan-
tulisan ahli hadis dari jalur selain Ahlulbait, jawabannya adalah “bisa” karena mereka
ah
Sebagai contoh kami akan menukil dua kisah dari riwayat-riwayat ahli hadis.
i
Sy
argumentasi teks (al-Quran dan riwayat). Riwayat tersebut sebagai berikut:
Waraqah bin Naufal adalah salah seorang paman Khadijah al-Kubra. Dia tidak
k
Rasulullah saw dari kebimbangan pada awal-awal bi’tsah (pengutusan sebagai nabi).
P
Bukhari, Muslim, Ibnu Hisyam dan Thabari menjelaskan kejadian itu dengan
berdua dengan Tuhan, tiba-tiba beliau mendengar suara yang memanggilnya. Beliau
21
Waraqah bin Naufal beragama Nasrani. Dia membaca kitab-kitab dan mendengar dari ahli Taurat
dan Injil (Sirah Ibn Hisyam, jilid 1, hal.254). Pada masa jahiliah dia sudah beragama Nasrani dan
sering membaca al-Kitab dengan bahasa Ibrani dan menulis apa yang ada di dalam Injil dalam bahasa
Ibrani (Shahih Bukhari, jilid 1, hal.3).
21
mengangkat kepalanya, mencari tahu siapakah gerangan yang bersuara. Beliau
mendapati sosok mengerikan hingga dicekam ketakutan. Rasulullah tak bisa berpaling
dari sosok mengerikan yang memenuhi langit. Ketakutan sangat mencekam beliau.
Bahkan Rasulullah saw tak sadarkan diri karenanya hingga beberapa saat.
mengutus seseorang untuk mencari Rasulullah. Namun, orang itu tidak berhasil
rumahnya, beliau masih dicekam ketakutan. Khadijah bertanya, “Apa yang terjadi?”
Beliau saw menjawab, “Apa yang selama ini aku takutkan telah
ah
menghampiriku. Aku takut jika nantinya aku menjadi gila. Kini aku mengalami hal
itu!”
i
Sy
Khadijah berkata, “Janganlah sekali-kali berprasangka buruk kepada dirimu.
Engkau adalah utusan Tuhan. Dia tidak akan pernah membiarkanmu. Hal itu pasti
pembawa berita kebenaran yang pernah turun kepada Musa al-Kalim dan kini datang
P
berkata, “Sekarang aku baru mengerti kalau aku adalah seorang nabi.” 22
Kisah ini adalah satu di antara puluhan kisah yang diciptakan orang-orang
pada masa abad pertama Islam. Para “pencipta” itu dendam terhadap Islam. Mereka
22
Muhammad Husain Haikal, Hayatu Muhammad, hal.95-96; Shahih Muslim, jilid 1, hal.97-99; Shahih
Bukhari, jilid 1, hal.3-4; Sirah Ibn Hisyam, jilid 1, hal.252-255; Abu Ja’far Muhammad bin Jarir,
Tarikh ath-Thabari, jilid 2, hal.298-300; Jami’ al-Bayan (Tafsir ath-Thabari), jilid 30, hal.161.
22
mengaku sebagai muslim, kemudian menciptakan kisah-kisah fiktif seperti ini.
Baru-baru ini, musuh-musuh Islam menjadikan kisah ini dan yang serupa—
kesempurnaan dan merasakan berita gembira kenabian jauh hari sebelum diutus, tidak
mampu menyaksikan hakikat dengan jelas. Padahal dia memiliki akal yang paling
tinggi dan sempurna, Sesungguhnya Allah mendapati hati Muhammad saw sebaik-
ah
baik hati dan yang paling siap, maka Dia memilihnya sebagai nabi-Nya.
i
Sy
dan ragu terhadap dirinya sendiri. Kemudian kebimbangannya sirna karena seorang
wanita dan jawaban lelaki yang berpengetahuan sedikit. Bahkan disebutkan bahwa
Muhammad saw merasa yakin sebagai nabi ketika sudah mendengar nasihat Waraqah.
a
Qadhi Iyadh (w. 544 H) 23 berkata, “Tidak pernah terjadi, iblis menjelma
st
malaikat dan menjadikan Nabi meragukan wahyu. Tidak akan pernah terjadi, sejak
u
ketenangan, ketegaran dan percaya diri ketika berada dalam kondisi seperti itu. Ini
Beliau tidak pernah memiliki sedikit pun keraguan bahwa yang mendatangi
beliau adalah malaikat yang membawa pesan Allah Swt. Beliau mengetahuinya
23
Qadhi Iyadh adalah salah seorang pemuka agama dan ulama Andalusia. Ibnu Khalkan berkata, “Ia
adalah imam pada masanya dalam hadis dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hadis, Nahwu, Bahasa,
kalam Arab dan hari-hari dan nasab-nasab mereka dan banyak sekali menyusun buku-buku yang
bermanfaat (Wafayat al-A’yan, jilid 3, hal.483, nomor 511).
23
dengan sangat jelas. Karena, hikmah Allah menghendaki agar wahyu benar-benar
jelas bagi beliau. Allah membekali beliau dengan dalil-dalil yang cukup demi
tegaknya kalimat-kalimat-Nya.” 24
kepada beliau adalah benar-benar dari Allah Swt. Karenanya, beliau tidak
memerlukan selainnya. Beliau tidak akan pernah bisa ditakuti oleh siapa pun dan tidak
ah
Ketika masa awal diutus sebagai nabi, Musa as mendapatkan perhatian khusus
dari Tuhan, Hai Musa! Sesungguhnya Akulah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua
i
Sy
terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan aku telah
Sesungguhnya Akulah Allah, tiada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
a
(tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular
st
yang gesit, larilah dia berbalik ke belakang tanpa menoleh… karena perbuatannya ini
u
Nabi Musa mendapat teguran dari Allah, Hai Musa! Janganlah kamu takut.
P
Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut dihadapan-Ku (QS. an-
Naml:10). Nabi Musa mendapat inayah Ilahiah dan mendapatkan keamanan dan
ketenteraman.
24
jelas baginya, Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda
keagungan (Kami yang ada) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar
Apakah undang-undang ini tidak berlaku bagi Rasulullah saw, hingga beliau
tidak mampu menguasai dirinya ketika berada dalam suasana genting yang akan
dirinya sendiri dan merasa ketakutan ketika menerima wahyu? Apakah derajat
Rasulullah saw berada di bawah Musa dan Ibrahim, sehingga Allah menganggap
ah
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, “Siang dan malam, Allah
menyertakan malaikat yang paling agung bersama Rasulullah, sejak beliau masih bayi
i
Sy
dan menyusu untuk membimbingnya menuju kesempurnaan insani.” 26
1. Silsilah dari sanad riwayat tersebut tidak berujung kepada orang pertama,
a
saksi dari kisah tersebut. Dengan demikian riwayat itu disebut dengan riwayat
k
mursalah.
a
2. Terdapat perbedaan teks riwayat. Hal ini adalah bukti kepalsuannya. Dalam
st
sebuah riwayat disebutkan bahwa Khadijah pergi ke tempat Waraqah seorang diri.
u
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Khadijah pergi bersama Rasulullah. Dalam
P
riwayat yang lain lagi disebutkan bahwa Waraqah melihat Rasulullah saw dalam
keadaan tawaf. Riwayat yang lain menyebutkan bahwa Abu Bakar masuk ke rumah
ini membingungkan orang yang merujuk. Riwayat manakah yang harus diyakini
26
Shubhi Shalih, Nahj al-Balaghah, Khotbah Qashi’ah, nomor 192, hal.300.
25
3 Kebanyakan teks riwayat itu, selain menyebutkan berita gembira tentang
kenabian, juga menyebut frase, “Seandainya aku masih hidup pada masa itu, niscaya
aku pasti menolongmu atas izin Allah…” atau frase dalam versi lain menyebutkan
“Andaikan dia (Muhammad) diutus dan aku (Waraqah) masih hidup maka aku akan
Satu fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa ketika Islam sudah menyebar
ah
pada masa itu, Waraqah masih hidup. Namun, dia tetap tidak memeluk Islam, Dan ia
mati dalam keadaan kafir… Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Waraqah mati dalam
i
Sy
kenasraniannya. Ibnu Asakir, penulis kitab Tarikh Dimasyq berpendapat bahwa dia
tidak mendapati ada seseorang yang mengatakan bahwa Waraqah memeluk agama
Islam. 28 Ibnu Hajar dalam Tarikh Ibnu Bakkar menyebutkan bahwa suatu ketika
a
Waraqah melintas di samping Bilal Habasyi yang sedang mengalami penyiksaan dari
k
orang-orang musyrik. Waraqah mendengar Bilal saat itu selalu mengucapkan, “al-
a
Ahad… al-Ahad…” Setelah peristiwa itu Waraqah masih hidup sampai Islam
st
26
Para pendongeng kisah ini menyebutkan bahwa Rasulullah saw selalu
berharap bisa menjalin hubungan dengan Quraisy. Karena beliau saw takut berpisah
dengan kaumnya. Suatu ketika beliau sedang duduk di dekat Ka’bah dan memikirkan
masalah itu. Saat itu orang-orang Quraisy berada di dekat beliau. Tiba-tiba surah an-
Najm diturunkan kepada beliau. Ketika ayat itu disampaikan, Rasulullah saw
tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
ah
Ketika sampai pada ayat yang beredaksi, Maka apakah patut kamu (hai orang-orang
musyrik) menganggap Lata dan Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling
i
Sy
terkemudian (sebagai anak-anak Allah)?… saat inilah setan mulai mempengaruhi
yang datang. Beliau berujar “Ketiganya itu adalah Gharaniq yang maha tinggi dan
a
surahnya.
a
menyifati tuhan-tuhan mereka dan memberi berita gembira tentang pemberian syafaat
u
ketiga berhala tersebut. Karenanya mereka bergembira. Sikap mereka terhadap kaum
P
kepada kaum Muslim. Semua bergembira. Peristiwa ini mereka anggap pertanda baik.
30
Gharaniq adalah bentuk jamak dari Ghurnuk yang berarti seorang pemuda periang dan tampan. Pada
dasarnya kata itu diambil dari nama seekor burung putih yang sangat indah.
27
Berita tersebut menyebar hingga Ethiopia. Kaum Muslim yang berhijrah
merasa senang mendengar kejadian tersebut. Mereka semua kembali ke Mekkah dan
beliau saw kembali ke rumah. Saat itulah Jibril turun ke bumi untuk meminta beliau
Mendengar itu, tiba-tiba Jibril menghardik, “Diamlah! Apa yang sedang kamu
ucapkan ini!” Saat itu juga Rasulullah saw sadar atas kekeliruannya dan baru tahu
ah
bahwa iblis telah menguasainya. Rasulullah saw sangat bersedih dan merasa bosan
hidup. Beliau berkata, “Oh, aku telah berbohong kepada Allah! Aku telah mengatakan
i
Sy
sesuatu yang tidak Allah katakan! Oh, sungguh celaka diriku!”
Menurut sebagian riwayat disebutkan bahwa saat itu beliau saw berkata
kepada Jibril, “Dia yang membacakan dua ayat ini kepadaku, wajahnya sama seperti
a
wajahmu.”
k
Jibril berkata, “Aku berlindung kepada Allah. Peristiwa itu tidak akan pernah
a
terjadi.”
st
Sejak saat itu Rasulullah sering memohon kepada Allah agar usianya
u
diperpendek. Menurut riwayat tersebut saat itu ayat ini diturunkan, Dan mereka
P
wahyukan kepadamu, agar engkau mengada-ada sesuatu yang lain dari Kami, dan
jika demikian tentu mereka menjadikanmu sahabat yang setia. Dan sekiranya Kami
tidak memperteguhmu, niscaya kamu condong sedikit kepada mereka, jika demikian,
31
Dari kalimat ini bisa diketahui bahwa riwayat tersebut palsu. Bagaimana mungkin wahyu yang
diturunkan kepada Rasulullah pada malam hari itu adalah bisikan iblis. Bagaimana mungkin pada hari
itu juga berita itu bisa sampai ke Ethiopia, sementara sarana transportasi yang ada pada zaman itu
sangat tidak mendukung.
28
tentu akan Kami rasakan kepadamu (siksa) berlipat ganda setelah mati, dan engkau
tidak akan mendapat seorang penolong pun dari Kami (QS. al-Isra:73-75).
melewati sisa hidupnya dengan kesedihan. Akhirnya beliau mendapat anugerah dari
ayat berikut ini, Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak
dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha
ah
mengetahui lagi Mahabijaksana (QS. al-Hajj:52). Setelah ayat ini diturunkan, beliau
i
Sy
Tak satu pun sejarahwan Islam menerima kisah fiktif ini. Mereka
menganggapnya tidak lebih dari sekedar khurafat. Qadhi Iyadh menjelaskan bahwa
tidak satu pun kitab-kitab sahih yang menukil hadis ini. Di dalam riwayat ini tidak ada
a
sosok perawi yang bisa dipercaya. Sanadnya tidak bersambung. Hanya para mufasir
k
yang bertumpu pada sisi zahir riwayat serta para penulis sejarah yang lugu dan tidak
a
bisa membedakan perawi yang jujur dan pembohong yang meriwayatkan hadis
st
tersebut.
u
Menurut Qadhi Bakr bin ‘Ala, beberapa dari kaum Muslim percaya kepada
P
riwayat palsu tersebut, meskipun mereka mengerti bahwa sanad hadis ini lemah dan
Abu Bakar Ibnu Arabi berkata, “Semua yang telah diriwayatkan oleh Thabari
berkenaan dengan masalah ini, adalah tidak benar dan tidak berdasar.” 34
32
Tafsir ath-Thabari, jilid 17, hal.131-134; Jalaluddin Suyuthi, Ad-Durr al-Mantsur, jilid 4, hal.194,
366-368; Ibnu Hajar Asqalani, Fath al-Bari fi Syarh al-Bukhari, jilid 8, hal.233.
33
Risalah asy-Syifa’, jilid 2, hal.117.
34
Fath al-Bari, jilid 8, hal.333.
29
Muhammad bin Ishaq menulis risalah berkenaan dengan hadis ini. Dalam
risalah tersebut dia menganggap semua yang ada dalam hadis tersebut sebagai hadis
kisah fiktif ini. Beliau menunjukkan kontradiksi dan kebohongan hadis tersebut.36
dan akhir kisah fiktif ini. Dengan hanya berbekal sedikit kejelian, masalah ini akan
ah
secara amatiran, ayat ini diawali dengan kalimat, Demi bintang ketika terbenam,
kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang
i
Sy
diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh Yang
pendustaan kalam Ilahi, sementara setan selamanya tidak pernah bisa mengalahkan
k
kehendak Tuhan, Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah (QS. an-Nisa:76). Allah
a
Mahakuat lagi Mahaaziz (QS. al-Mujadilah:21). Aziz bermakna bahwa tiada yang
u
(QS. al-Isra:65).
35
Fakhrurrazi, Tafsir al-Kabir, jilid 23, hal.50.
36
Hayatu Muhammad, hal.124-129.
30
Ungkapan setan direkam oleh al-Quran, Dan aku tidak memiliki kuasa atas
kalian kecuali hanya mengundang kalian saja maka kalian pun memenuhi
Rasulullah.
dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang
ah
Al-Quran akan selalu terjaga dari tangan-tangan jahil sepanjang zaman.
Sampai kapan pun tak akan ada yang mampu menambah dan menguranginya.
i
Sy
Jika melihat riwayat palsu tersebut, bagaimana mungkin iblis bisa
Apalagi Rasulullah saw adalah maksum. Beliau terbebas dari kesalahan, temasuk
a
ketika menerima dan menyampaikan syariat. Premis ini disepakati oleh semua umat.
k
Semua bisikan setan tak mampu mempengaruhi Rasulullah saw. Tak seorang
a
pun atau apa pun mampu mengalahkan pikiran Rasulullah saw. Beliau digaransi oleh
st
sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami (QS. ath-Thur:48). Beliau tidak
P
pernah sendiri.
“dhad.” 37 Beliau lebih mengetahui kaidah bahasa melebihi siapa pun. Tidak logis jika
dengan kesyirikan. Seperti yang ditegaskan dua ayat setelahnya yaitu, Itu tiada lain
37
Rasulullah saw bersabda, “Aku adalah orang yang paling fasih mengucapkan ‘dhad’.” Hadis ini
menunjukkan kefasihan beliau dari semua orang Arab.
31
hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya; Allah
tuhan kaum musyrik. Beliau melihat anggapan kaum musyrik tidak berdasar. Ayat-
ayat selanjutnya hingga akhir surah adalah bentuk koreksi atau kritik yang
Dua ayat yang dijadikan dalil oleh ahli hadis mereka, sama sekali tidak terkait
ah
dengan kisah fiktif tersebut:
1. Ayat, Maka Allah menghapus apa yang disampaikan setan. Ayat ini
i
Sy
mengungkapkan hakikat bahwa setiap pemilik syariat berharap agar semua jerih
tujuan mulia itu dengan cara membendung jalan. Seperti yang ditegaskan ayat, Setan
k
melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka
P
dengan serta merta yang batil itu sirna (QS. al-Anbiya:18). Semua yang ada
kaitannya dengan iblis pasti sirna, Maka Allah menghapus apa yang dilontarkan setan
32
2. Ayat tatsbit 38 (pengokoh) membuktikan kemaksuman para nabi. Seandainya
kemaksuman yang merupakan anugerah Ilahi, penerang jalan para nabi, tidak dimiliki
para nabi, sangat mungkin mereka mengikuti arus orang-orang berpikiran salah.
Para penguasa tiran, sekaitan dengan masalah ini, selalu mengondisikan situasi
untuk mewujudkan tujuan-tujuan keji. Boleh jadi (jika diasumsikan bahwa para nabi
tidak maksum—peny.) para tiran itu bisa mempengaruhi orang yang paling layak,
tertipu dan dipengaruhi mereka. Bukankah hanya inayah Ilahiah yang meliputi
hamba-hamba-Nya yang saleh untuk memproteksi diri dari semua bisikan dan tipuan
setan.
ah
Ayat tatsbit tidak menunjukkan adanya “ketergelinciran” atau kesalahan (yang
i
Sy
Muhammad Husain Haikal berkata, “Berpegang teguh kepada ayat, Dan kalau
Kami tidak memperkuatmu… (untuk menjadikannya sebagai dalil kisah fiktif ini)
sebaliknya, ayat ini mengisahkan keteguhan Nabi karena inayah Ilahi. Ayat, memiliki
k
suatu keinginan… sebagaimana yang telah disebutkan, tidak terkait dengan kisah
a
fiktif Gharaniq.” 39
st
mengetahui bahwa mereka selalu mendapat inayah Ilahi. Jika mereka bertindak tidak
P
pantas, maka setiap saat mereka bisa mendapat siksa yang paling pedih, dunia dan
38
QS. al-Isra:73-75.
39
Hayatu Muhammad, hal.124-129.
33
Para Penulis Wahyu
tidak dikenal sebagai orang berilmu, karena mereka tidak pernah melihat beliau
membaca atau menulis. Karena itulah mereka menyebut beliau ummi (buta huruf). Al-
Quran juga menyebut sifat yang sama untuk beliau, Orang-orang yang mengikuti
rasul, nabi yang ummi… Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-Nya seorang nabi
yang ummi… (QS. al-A’raf:157-158). Kata ummi dinisbahkan kepada umm (artinya
ibu), secara terminologi artinya adalah orang yang tidak memiliki pengetahuan apa-
apa, persis seperti ketika dia dilahirkan. Makna lain dari kata tersebut dinisbahkan ke
ah
Ummul Qura (kota Mekkah), yaitu orang yang terlahir di Mekkah.
Dalam al-Quran ada ayat lain yang senada, Dan di antara mereka adalah
i
Sy
orang-orang ummi yang tidak mengetahui al-Kitab kecuali angan-angan… (QS. al-
Jumu’ah:2). Ayat ini menunjukkan kalimat; yang tidak mengetahui al-Kitab. Kalimat
tersebut berkaitan dengan kalimat orang-orang ummi. Jika melihat perbedaan antara
a
orang Arab dengan Ahli kitab yang tidak buta huruf, maka dapat diambil kesimpulan
k
bahwa yang dimaksud dengan yang tidak mengetahui al-Kitab—sesuai dengan kata
a
athaf (kata sambung)—adalah buta huruf. Hadis Nabi, “Kami adalah umat yang ummi
st
yang tidak bisa menulis dan berhitung,” 40 memperkuat makna tidak berilmu.
u
Makna yang sesuai dengan al-Quran adalah tidak membaca dan tidak menulis,
P
bukan tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis. Dan kamu tidak pernah membaca
sebelumnya sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan
40
Tafsir al-Kabir, jilid 15, hal.23.
34
Ayat ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw tidak pernah membaca dan
menulis sesuatu pun. Tidak membuktikan bahwa beliau saw tidak bisa menulis dan
membaca. Alasan ini cukup bagi orang-orang yang menentang, karena mereka tidak
pernah mengira bahwa Rasulullah adalah orang berilmu. Tiada alasan bagi mereka
untuk menyanggahnya.
Ketika menafsirkan ayat ini, Syekh Abu Ja’far Thusi berpendapat bahwa para
mufasir menganggap Nabi tidak bisa menulis. Namun ayat al-Quran tidak
menunjukkan hal itu. Ayat tersebut hanya mengungkapkan bahwa beliau tidak pernah
menulis dan tidak pernah membaca. Betapa banyak orang yang tidak menulis tetapi
ah
berkemampuan menulis. Secara lahiriah mereka menampakkan diri sebagai orang
buta huruf dan tak mengerti ilmu tulis. Maksud dari ayat itu adalah bahwa Rasulullah
i
Sy
tidak pernah menulis dan membaca dan tidak memiliki kebiasaan menulis. 41
frase tersebut memberi makna penafian kebiasaan. Inilah yang lebih cocok dengan
a
konteks argumentasi.42
k
Selain itu, bisa membaca dan menulis adalah kesempurnaan dan buta huruf
a
adalah kekurangan atau aib. Karena seluruh kesempurnaan Nabi bersumber dari
st
inayah Ilahi dan beliau saw tidak pernah menimba ilmu dari seseorang atau guru,
u
maka Nabi tidak bisa lepas dari kesempurnaan ini. Nabi tidak memamerkan diri
P
sebagai orang yang bisa membaca dan menulis bertujuan menyempurnakan hujah dan
Dengan alasan itu, Rasulullah saw merasa perlu memerintah para penulis
untuk mencatat segala macam urusan, termasuk wahyu. Di Mekkah atau di Madinah,
beliau memilih orang-orang yang paling pandai membaca dan menulis untuk
41
At-Tibyan, jilid 8, hal.193.
42
Al-Mizan, jilid 16, hal.135.
35
mencatat. Orang pertama di Mekkah yang bertugas sebagai penulis, khususnya
menulis wahyu, adalah Ali bin Abi Thalib, tugas ini berlangsung hingga Rasulullah
saw wafat. Rasulullah saw sendiri yang memerintah Ali agar mencatat setiap ayat
yang turun agar al-Quran dan wahyu samawi tidak jauh dari Ali.
Sulaim bin Qais Hilali, seorang tabi’in, berkata, “Ketika itu, aku berada di
masjid Kufah bersama Ali dan orang-orang pun mengelilinginya. Saat itu beliau as
berkata, ‘Sampaikanlah semua pertanyaan kalian selama aku masih berada ditengah-
tengah kalian. Bertanyalah kepadaku tentang kitab Allah. Demi Allah, tidak satu pun
ayat yang turun, kecuali Rasulullah saw membacakannya untukku dan mengajarkan
ah
tafsir dan takwil.’”
Ibnu Kawwa adalah salah seorang sahabat Ali as yang sangat pandai dan
i
Sy
paling banyak bertanya. Namanya adalah Abdullah bin Amr. Dia bertanya kepada Ali,
Ali menjawab, “Ketika aku menghadap beliau, beliau sering berkata, ‘Hai Ali!
a
Dalam ketidakhadiranmu ayat-ayat telah turun.’ Saat itu beliau membacakan ayat-ayat
k
Orang pertama di Madinah yang bertugas menulis wahyu adalah Ubay bin
st
Ka’b Anshari. Dia sudah bisa menulis sejak zaman jahiliah. Muhammad bin Sa’d
u
berkata, “Dikalangan Arab jarang sekali yang bisa menulis. Ubay bin Ka’b termasuk
P
Ibnu Abdil-Bar berkata, “Ubay bin Ka’b adalah orang pertama di Madinah
yang bertugas sebagai penulis wahyu untuk Rasulullah saw. Dialah orang pertama
yang menulis di akhir surah. 45 Ubay bin Ka’b adalah orang yang menerima al-Quran
43
Sulaim bin Qais Hilali, As-Saqifah, hal.213-214.
44
Thabaqat Ibn Sa’d, jilid 3, bagian 2, hal.59.
45
Al-Ishabah, jilid 1, hal.19; Ibnu Abdil-Bar, Al-Qurthubi; Al-Isti’ab fi Makrifati al-Ashab dar
Hasyiah_ye al-Ishabah, jilid 1, hal.50-51.
36
secara sempurna dari Rasulullah saw. Dia adalah salah satu dari sahabat yang hadir
pada saat pemaparan al-Quran yang terakhir; oleh karena itu dia dipilih sebagai ketua
kelompok untuk menjadikan satu semua mushaf yang ada pada zaman Usman bin
Affan. Setiap ada permasalahan yang saling bertentangan, maka hal itu dapat
dengan rumah Rasulullah saw. Dia bisa menulis. Semula, setiap kali Rasulullah saw
memerlukan seorang yang mencatat, sementara Ubay tidak ada di tempat, maka beliau
saw mengutus seseorang untuk mencari Zaid untuk menulis. Lambat laun, atas
ah
perintah Rasulullah dia mempelajari bahasa dan tulisan Ibrani supaya dia bisa
i
Sy
Rasulullah. Zaid bin Tsabit disandingkan dengan sahabat-sahabat lainnya, dia lebih
Penulis wahyu yang paling inti adalah Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’b dan
a
Zaid bin Tsabit. Para penulis wahyu lainnya berada di tingkat setelah mereka.
k
Ibnu Atsir berpendapat bahwa di antara orang-orang yang selalu hadir dalam
a
urusan penulisan (wahyu) adalah Abdullah bin Arqam Zuhri. Dia adalah juru tulis
st
surah-surah Nabi saw. Tapi penulis surah-surah perjanjian dan perdamaian Nabi saw
u
adalah Ali bin Abi Thalib as. Terkadang yang menulis untuk Rasulullah saw adalah
P
tiga khalifah, yaitu Zubair bin Awwam, Khalid dan Aban. Dua putra Said bin Ash,
Hanzhalah Usaidi, ‘Ala bin Hadhrami, Khalid bin Walid, Abdullah bin Rawahah,
Muhammad bin Muslimah, Abdullah bin Ubay Salul, Mughirah bin Syu’bah, Amr bin
‘Ash, Muawiyah bin Abi Sufyan, Jahm/Juhaim bin Shilt, Mu’aiqib bin Abi Fathimah
dan Syurahbil bin Hasanah. Orang pertama dari kalangan Quraisy yang menulis untuk
46
Sajistani,.At-Tamhid, jilid 1, hal.340-348; Mashahif, hal.30.
47
Ibnu Atsir, Usd al-Ghabah fi Makrifati ash-Shahabah, jilid 1, hal.50; Al-Isti’ab dar Hasyiah_ye al-
Ishabah, jilid 1, hal.50; Mashahif Sajistani, hal.3; Thabaqat Ibn Sa’d, jilid 2, bagian 2, hal.115.
37
Rasulullah saw adalah Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarah, kemudian dia murtad dan
kembali ke Mekkah, dan turunlah ayat 93, surah al-An’am berkenaan dengan
dirinya, 48 Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan
terhadap Allah atau yang berkata; “Telah diwahyukan kepada saya,” padahal tidak
Sepertinya, orang-orang tersebut adalah sederet orang Arab yang berilmu, bisa
membaca dan menulis. Kadangkala Rasulullah saw meminta bantuan mereka untuk
menulis wahyu, tetapi para penulis wahyu yang resmi adalah tiga orang yang tersebut
ah
Ibnu Abil-Hadid berpendapat bahwa para pengkaji dan penulis sejarah
mencatat bahwa para penulis wahyu adalah Ali, Zaid bin Tsabit, Zaid bin Arqam,
i
Sy
Hanzhalah bin Rabi’ Tamimi dan Muawiyah. Merekalah yang bertugas menulis
semua catatan yang diperlukan oleh banyak orang. Mereka juga mencatat daftar
mencapai empat puluh orang. Sepertinya keahlian mereka itu digunakan ketika
a
dibutuhkan. 50
st
Islam muncul di kalangan Quraisy, hanya ada tujuh belas orang yang bisa menulis.
P
Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, Abu
Ubaidah bin Jarrah, Thalhah bin Ubaidillah, Yazid bin Abi Sufyan, Abu Hudzaifah
bin Utbah bin Rabi’ah, Hathib bin Amr (saudara Suhail bin Amr ‘Amiri), Abu
Salamah bin Abdul Asad Makhzumi, Aban bin Said bin ‘Ash bin Umayyah
(saudaranya) Said bin ‘Ash bin Umayyah, Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarah,
48
Usd al-Ghabah, jilid 1, hal.50.
49
Ibnu Abil-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, jilid 1, hal.338.
50
Abu Abdillah Zanjani, Tarikh al-Quran, hal.20-21.
38
Huwaithib bin Abdul Uzza, Abu Sufyan bin Harb, Muawiyah bin Abi Sufyan dan
Juhaim bin Shilt dan satu orang lagi dari kalangan famili Quraisy, ‘Ala’ bin
Hadhrami.
Dari kalangan wanita yang bisa menulis pada awal kemunculan Islam adalah
Ummu Kultsum binti Uqbah, Karimah binti Miqdad dan Syifa’ binti Abdullah. Atas
perintah Nabi, Syifa’ mengajari Hafshah ilmu tulis dan setelah itu Hafshah masuk
dalam golongan para penulis wahyu. Aisyah dan Ummu Salamah termasuk dari
Di Madinah orang yang bisa menulis dan membaca bahasa Ibrani adalah Sa’d
ah
bin Ubadah, Mundzir bin Amr, Ubay bin Ka’b dan Zaid bin Tsabit. Orang-orang yang
hanya bisa menulis adalah Rafi’ bin Malik, Usaid bin Hudhair, Ma’an bin ‘Adi,
i
Sy
Basyir bin Sa’d, Sa’d bin Rabi’, Aus bin Khiwalla dan Abdullah bin Ubay. 51
Cara penulisan wahyu pada masa awal munculnya Islam dengan mencatatnya
1. ‘Usub, Jamak dari kata ‘Asib yang berarti pelepah korma. Mereka menulis
k
2. Likhaf, jamaknya lakhfah yang berarti batu-batu yang tipis dan berwarna
st
putih.
u
kertas.
4. Udum, jamak dari Adim, artinya kulit yang siap untuk ditulis.
Setelah ditulis, ayat-ayat itu diserahkan kepada Nabi saw dan disimpan di
dalam rumah beliau saw. Kadangkala sebagian sahabat ingin memiliki surah atau
beberapa ayat, maka mereka pun mengutip surah atau ayat-ayat tersebut dan
51
Abul Hasan Baladzuri, Futuh al-Buldan, hal.457-460.
39
menulisnya di lembaran daun atau kertas. Kemudian, mereka menyimpan untuk diri
mereka sendiri. Biasanya tulisan-tulisan itu mereka gantung di atas tirai yang terbuat
dari kain.
Ayat-ayat disusun dan ditata dengan rapi, di letakkan ke dalam setiap surah.
Setiap surah diawali dengan Bismillah dan diakhiri dengan Bismillah yang baru.
Dengan cara seperti inilah, satu surah dengan surah yang lainnya dibedakan. Segala
bentuk penyusunan surah-surah itu tidak terjadi pada zaman Rasulullah saw.
zaman Rasulullah saw tidak tertata rapi. Pada zaman itu hanya ada surah-surah
ah
terpisah yang tidak tersusun rapi, banyak sekali ayat-ayat yang dipegang oleh orang-
i
Sy
Bab II
Turunnya Al-Quran
a
kesempatan dan peristiwa secara terpisah. Al-Quran diwahyukan secara bertahap, ayat
st
per ayat, surah per surah hingga Rasulullah saw wafat. Setelah itu ayat-ayat dan
u
Setiap kali muncul problem yang berkaitan dengan umat Islam, maka untuk
menyelesaikannya, ayat atau surah diturunkan. Peristiwa itu disebut dengan Asbabun
Nuzul atau Sya’nun Nuzul. Mengetahuinya adalah hal yang sangat penting. Tujuannya
adalah memahami secara jeli berapa ayat al-Quran yang diturunkan. Ayat-ayat al-
Quran turun secara terpisah, karena itu al-Quran berbeda dengan kitab-kitab samawi
52
Al-Mizan, jilid 3, hal.78-79.
40
lainnya. Suhuf Ibrahim as dan lembaran-lembaran Musa as turun sekaligus. Inilah
ditegaskan oleh ayat, Dan orang-orang kafir berkata, “Kenapa al-Quran tidak turun
perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan
benar) (QS. al-Furqan:32). Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-
Hikmah penurunan al-Quran secara bertahap adalah agar Rasulullah dan kaum
ah
Muslim merasa bahwa mereka selalu berada dalam inayah Ilahi. Ada jalinan yang
tidak pernah terputus antara mereka dengan Tuhan. Dan bersabarlah dalam
i
Sy
(menyampaikan) hukum Tuhanmu karena sesungguhnya kamu berada di bawah
malam Qadr (laylatul Qadr). Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya
st
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil) (QS. al-
P
yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam
itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (QS. ad-Dukhan:3-4). Sesungguhnya
Lailatul Qadar, kemungkinan terjadi pada dua malam, yaitu malam ke-21 dan
23, bulan suci Ramadhan. Syekh Kulaini meriwayatkan dari Hasan bin Mihran ketika
41
bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq tentang tepatnya malam lailatul Qadar, beliau
Zurarah meriwayatkan dari Imam Ja’far Shadiq bahwa beliau berkata, “Malam
19 adalah malam takdir, malam 21 adalah malam ta’yin (penentuan takdir) dan malam
ah
Awal mula turunnya wahyu risali pada tanggal 27 Rajab, tiga belas tahun
sebelum hijrah (609 M). 55 Namun, turunnya al-Quran sebagai kitab samawi, pernah
i
Sy
tertunda selama tiga tahun. Ketertundaan ini disebut Fatrah.56 Ketika berada dalam
rentang waktu itu, Rasulullah saw menjalankan misi dakwahnya secara diam-diam
hingga ayat ini diturunkan, Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala yang
a
a k
st
53
Muhammad bin Hasan Hur Amili, Wasail asy-Syi’ah, jilid 7, bab bulan Ramadhan, bab 32, hadis 1
dan 2; Syekh Thusi, At-Tahdzib, jilid 4, hal.330, nomor 1032.
u
54
Syekh Shaduq, Al-Khishal, jilid 2, hal.102; At-Tamhid, jilid 1, hal.108-109.
55
Banyak riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah saw diangkat sebagai rasul pada tanggal 27 bulan
P
Rajab. Riwayat-riwayat itu mengandung ibadah-ibadah khusus. Dijelaskan bahwa pada hari itu pintu-
pintu berkah dibuka lebar. Bagi Anda yang berkehendak untuk mengetahuinya lebih jauh, silahkan
merujuk ke kitab Ibnu Syekh, Al-Amali, hal.28; Al-Kafi, jilid 4, hal.149; Bihar al-Anwar, jilid 18,
hal.189; Wasail asy-Syi’ah, jilid 7; Abwab ash-Shaum al-Mandub, bab 15, hadis 1-7; Manaqib Ibn
Syahr Asyub, jilid 1, hal.150; Sirah Halabiah, jilid 1, hal.238; Muntakhab Kanz al-Ummal dar
Hasyiah_ye Musnad Ahmad, jilid 3, hal.362.
Abu Ja’far Thabari Amuli (224-310 H) memiliki sebuah riwayat dengan bersandar kepada ayat 41,
surah al-Anfal, dan apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada hari
Furqan, yaitu hari bertemunya dua pasukan... Beliau berpendapat bahwa permulaan bi’tsah jatuh pada
tanggal 17 Ramadhan, karena ayat ini diturunkan berkenaan dengan perang Badar yang terjadi pada
tanggal 17 Ramadhan. Abu Abdillah Zanjani mendukung pendapatnya (Tarikh al-Quran, hal.7).
Namun, ayat itu mengisyaratkan bahwa pada hari itu ada beberapa ayat yang diturunkan kepada
Rasulullah saw berkenaan dengan al-Anfal dan peristiwa lain yang berhubungan dengan peperangan,
bukan tentang permulaan turunnya al-Quran atau bi’tsah (At-Tamhid, jilid 1, hal.106).
56
Fatrah berarti lemah dan kurang. Kata fatrah di sini sebagai kinayah dari terputusnya
keberlangsungan wahyu al-Quran.
42
diperintahkan (kepadamu) (QS. al-Hijr:94). Kemudian beliau pun berdakwah secara
terang-terangan. 57
Abu Abdillah Zanjani berpendapat bahwa setelah ayat ini diturunkan, Bacalah
dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, al-Quran tidak lagi turun hingga tiga
tahun. Rentang waktu itu disebut dengan nama fatrah. Kemudian al-Quran diturunkan
Masa turunnya al-Quran secara bertahap selama dua puluh tahun, dimulai tiga
ah
tahun setelah bi’tsah, hingga akhir hayat Rasulullah saw. Abu Ja’far Muhammad bin
Ya’qub Kulaini Razi (w. 328) menyebut sebuah hadis, bahwa Hafsh bin Ghiyats
i
Sy
bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq, “Masa turunnya al-Quran adalah dua puluh
tahun. Mengapa Allah berfirman, Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan al-
Quran?” 59
a
Muhammad bin Mas’ud Ayyasyi Samarqandi (w. 320) menukil dari Ibrahim
k
bin Umar Shan’ani yang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq, “Bagaimanakah al-
a
Quran bisa diturunkan pada bulan Ramadhan, jika ia diturunkan dalam tempo dua
st
puluh tahun?” 60
u
Ali bin Ibrahim Qomi meriwayatkan bahwa Imam Ja’far Shadiq ditanya,
P
57
Sirah Ibn Hisyam, jilid 1, hal.280; Abul Hasan Ali bin Ibrahim Qomi, Tafsir al-Qomi dalam
penjelasan ayat 94, surah al-Hijr; Manaqib Ibn Syahr Asyub, jilid 1, hal.40.
58
Tarikh al-Quran, hal. 9.
59
Ushul al-Kafi, jilid 2, hal.628, hadis ke-6.
60
Tafsir al-Ayyasyi, jilid 1, hal.80, hadis ke-184.
61
Tafsir al-Qomi, jilid 1, hal.66.
43
Dalam riwayat-riwayat tersebut Imam Ja’far Shadiq menjelaskan,
“…kemudian ia diturunkan dalam kurun waktu dua puluh tahun…” Pendapat ini di
pilih oleh Ibnu Babwaih Shaduq, 62 Allamah Majlisi, 63 Sayid Abdullah Syubbar,64 dan
Said bin Musayyib (w. 95 H), salah seorang fuqaha sab’ah (tujuh fakih)
Rasulullah saw ketika beliau berusia 42 tahun.” 66 Pernyataan ini berbeda dengan
bi’tsah yang disepakati seluruh umat bahwa usia beliau saat itu adalah 40 tahun.
Wahidi Neisyaburi menukil dari Amir bin Syurahbil Sya’bi, salah seorang
ah
fukaha dan sastrawan tabi’in (20-109 H) yang berkata, “Masa turunnya al-Quran
i
Sy
Imam Ahmad bin Hanbal menukil dari pendapat ini, dia berkata, “Kenabian
beliau saw pada usia 40 tahun dan tiga tahun kemudian, al-Quran diturunkan,
Abul Fida’ yang dikenal dengan sebutan Ibnu Katsir berkata, “Seluruh sanad
k
Abu Ja’far Thabari meriwayatkan dari Ikrimah bahwa Ibnu Abbas berkata,
st
“Al-Quran, dari awal sampai akhir, diturunkan dalam rentang waktu dua puluh
u
tahun.” 69
P
Abul Fida’ Ismail bin Katsir Dimasyqi (w. 774 H) mengutip hadis yang di
sadur dari Muhammad bin Ismail Bukhari bahwa Ibnu Abbas dan Aisyah berkata,
62
Syekh Shaduq, Al-I’tiqadat, hal.101.
63
Bihar al-Anwar, jilid 18, hal.250-253.
64
Tafsir Syubbar, hal.350.
65
Jalaluddin Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum al-Quran, jilid 1, hal.40.
66
Ali bin Ahmad Wahidi Neisyaburi, Al-Mustadrak ala ash-Shahihain, jilid 2, hal.610.
67
Ali bin Ahmad Wahidi Neisyaburi, Asbabun Nuzul, hal.3.
68
Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah fi At-Tarikh, jilid 3, hal.4; Al-Itqan, jilid 1, hal.45; Thabaqat
Ibn Sa’d, jilid 1, hal.127.
69
Tafsir ath-Thabari, jilid 2, hal.85.
44
“Al-Quran turun di Mekkah selama sepuluh tahun dan di Madinah selama sepuluh
tahun.” Beliau juga meriwayatkan dari Abu Ubaid Qasim bin Salam bahwa masa
turunnya al-Quran adalah dua puluh tahun, beliau berkata, “Ini adalah sanad yang
sahih.” 70
Bukankah Nabi diutus pada tanggal 27 Rajab dengan lima ayat pertama dari awal
surah?
ah
2. Bagaimana bisa al-Quran diturunkan pada lailatul Qadar? Bukankah al-
Quran diturunkan secara bertahap dalam rentang waktu dua puluh tahun di berbagai
i
Sy
kesempatan dan peristiwa berbeda?
3. Ayat dan surah apa yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah saw?
Seandainya ayat atau surah pertama yang diturunkan itu adalah surah al-Alaq dan
a
lima ayat pertamanya, mengapa surah al-Hamdu (al-Fatihah) disebut dengan nama
k
Fatihatul Kitab?
a
Jawaban untuk pertanyaan pertama dan ketiga adalah jelas. Turunnya al-
st
Quran, sebagaimana yang telah dijelaskan, terjadi tiga tahun setelah bi’tsah. Pada
u
periode tiga tahun pertama bi’tsah, dakwah Nabi berlangsung secara diam-diam,
P
diperintahkan (kepadamu)… Ayat ini adalah perintah agar dakwah dilakukan secara
70
Ibnu Katsir, Fadhail al-Quran, hal.2.
71
At-Tamhid, jilid 1, hal.108.
45
Mengapa surah al-Hamdu disebut sebagai Fatihatul Kitab? Seandainya nama
surah itu sudah ada ketika Rasulullah saw masih hidup, jawabnya adalah bahwa surah
ini adalah surah pertama yang diturunkan kepada Rasulullah saw secara sempurna. 72
mengajarkan shalat dan wudhu menurut agama Islam kepada Rasulullah saw, Tiada
shalat melainkan dengan Fatihatul Kitab. Karenanya surah tersebut diturunkan secara
keseluruhan. 73
Tentang pertanyaan kedua, banyak pendapat yang bisa dipaparkan. Berikut ini
ah
Pendapat pertama
i
Sy
Permulaan turunnya al-Quran adalah pada lailatul Qadar, sebagaimana yang
Kebanyakan sejarahwan memilih pendapat ini karena orang-orang yang hidup pada
a
saat itu (yang diajak bicara oleh wahyu) tidak memahami “kata al-Quran” sebagai
k
sebuah kitab yang diturunkan secara utuh, namun mereka memahami sebagai sebuah
a
kitab yang kemudian diturunkan secara bertahap. Dengan demikian secara lahiriah,
st
ayat ini memberikan makna permulaan turunnya al-Quran. Oleh sebab itu kebanyakan
u
turunnya al-Quran,74 kecuali mereka yang “menyembah” hadis-hadis tentang hal itu
72
Mungkin saja nama ini muncul setelah Rasulullah wafat. Ketika al-Quran dibukukan atau
dikumpulkan jadi satu, surah ini berada di awal mushaf.
73
At-Tamhid, jilid 1, hal.110.
74
Menurut Zamakhsyari, makna dari “diturunkan di dalamnya al-Quran” adalah awal al-Quran
diturunkan (Al-Kasyaf; jilid 1, hal.227).
Menurut Baidhawi, bahwa telah dimulai turunnya (Anwar at-Tanzil, jilid 1, hal.217).
Syekh Muhammad Abduh berpendapat bahwa maksud, diturunkannya al-Quran di dalamnya adalah
awal turunnya (Tafsir al-Manar, jilid 2, hal.158).
Menurut Maraghi, hari itu adalah bulan Ramadhan yang di dalamnya al-Quran mulai diturunkan (Tafsir
al-Maraghi, jilid 2, hal.73).
46
secara literal. 75 Padahal riwayat-riwayat tentang penafsiran al-Quran tidak memiliki
keharusan patuh sebagai sebuah penghambaan, karena ketaatan hanya berlaku dalam
urusan amal perbuatan, bukan dalam keyakinan dan pemahaman, khususnya apabila
tidak sesuai dengan makna lahiriah kata yang membutuhkan penakwilan. Selain itu,
al-Quran mengandung lafazh, frase dan kriteria-kriteria yang tidak bisa diturunkan
Dalam al-Quran diberitakan peristiwa masa lalu, seperti ayat Dan Allah telah
menolong kalian di Badar, padahal kalian (ketika itu) adalah orang-orang yang
lemah… Jika al-Quran diturunkan seluruhnya pada malam Qadr berarti ayat itu juga
ah
diturunkan pada malam itu juga, berarti ayat itu menceritakan tentang peristiwa yang
akan terjadi pada waktu yang masih lama, bukan peristiwa yang sudah terjadi.
i
Sy
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukmin) di medan
peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu
menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak
a
memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit
k
dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya… (QS. at-
u
Taubah:25-26).
P
Ibnu Syahr Asyub berpendapat bahwa dalam hal ini al-Quran tidak berarti umum dan menyeluruh,
tetapi ia berarti jenis. Maka apapun yang diturunkan di dalamnya sesuai dengan lahiriah ayat
(Mutasyabihat al-Quran, jilid 1, hal.63). Dia juga berpendapat bahwa bulan yang didalamnya
diturunkan al-Quran adalah mulai diturunkannya al-Quran (Al-Manaqib, jilid 1, hal.150). Demikian
juga Mufid dalam Syarh al-I’tiqad (Tashhih al-I’tiqad, hal.58) dan Sayid Murtadha (Ajwibah al-Masail
ath-Tharablusiyyat ats-Tsalitsah, kumpulan pertama dari risalah-risalah Syarif Murtadha, hal.403-405).
75
Tafsir ash-Shafi, mukadimah kesembilan; Masyhadi, Kanz al-Daqaiq, jilid 1, hal.430; Tafsir al-
Ayyasyi, jilid 1, hal.80; Tafsir al-Qomi, jilid 1, hal.60.
47
mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah
kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan
tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah.
Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (QS.
at-Taubah:40).
tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (berhalangan)
ah
dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? (QS. at-Taubah:43).
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut dalam perang Tabuk) itu, merasa
i
Sy
gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, mereka tidak suka
berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata;
“Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah;
a
“Api neraka jahanam itu lebih panas,” jika mereka mengetahui (QS. at-Taubah:81).
k
alasan, agar diberi izin (untuk tidak pergi berperang), sedangkan orang-orang yang
st
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan
P
dan memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-
orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak zaman dahulu… (QS. at-
Taubah:107).
yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Di
48
antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak
Ayat-ayat yang mengabarkan masa lalu banyak sekali terdapat dalam al-
menggunakan kata kerja aktif (mudhari’) yang mengandung arti masa depan. Kalau
tidak, niscaya perkataan tersebut akan jauh dari kebenaran, karena ayat-ayat ini
ah
menyoroti kejadian-kejadian serta kebutuhan-kebutuhan yang muncul di kemudian
hari dan sebagai jawaban sesuai atas pertanyaan-pertanyaan semua kejadian itu.
i
Sy
Andaikan semua ayat itu diturunkan sekaligus, maka berarti bahwa al-Quran
peristiwa yang telah terjadi. Akibatnya, harus kita katakan bahwa al-Quran tidak
a
serius dengan semua kalimat. Mahasuci Allah dari penisbahan ini kepada-Nya.
k
dan mansukh, umum dan khusus, muthlak (tidak bersyarat) dan muqayyad (bersyarat),
st
maknanya) meniscayakan adanya jarak waktu. Tidaklah logis bila al-Quran itu
Quran… dan ayat-ayat serupa lainnya mengisahkan tentang kejadian masa lalu,
termasuk ayat-ayat itu sendiri. Dengan kata lain, seandainya ayat-ayat tersebut
49
pada malam Qadr—maka itu berarti bahwa al-Quran memberitakan dirinya sendiri.
Konsekuensinya, ayat-ayat ini juga diturunkan pada malam Qadr, seharusnya ayatnya
berbunyi seperti ini, yang akan diturunkan atau Kami akan menurunkannya agar bisa
menjadi penjelas masa sekarang. Tetapi ayat-ayat ini memberitakan tentang selain
dirinya. Karena itulah, kita simpulkan bahwa maksud dari diturunkannya al-Quran
bertahap. Namun Syekh Mufid menyatakan bahwa pendapat yang dipilih oleh Syekh
Abu Ja’far Shaduq itu bersumber dari sebuah hadis ahad (tidak mutawatir) yang tidak
ah
menghantarkan kepada keyakinan dan tidak mengharuskan seseorang untuk
mengamalkannya.
i
Sy
Turunnya al-Quran dalam berbagai kondisi dan kesempatan, disebut asbabun
nuzul, merupakan bukti untuk tidak terpaku pada pemahaman lahiriah riwayat yang
peristiwa yang tidak akan jelas maksudnya sebelum peristiwa itu terjadi, kecuali
k
ketika diturunkan pada peristiwa itu terjadi. Sebagai contoh, al-Quran mengabarkan
a
perkataan orang-orang munafik, Dan mereka berkata, “Hati kami tertutup.” Tetapi
st
sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka, maka sedikit
u
sekali mereka yang beriman (QS. al-Baqarah:88). Al-Quran juga mencatat perkataan
P
orang-orang musyrik, Dan mereka berkata, “Jika Allah Yang Maha Pemurah
tentang masa lalu, seperti dikabarkan oleh ayat ini, tidak mungkin dikabarkan sebelum
50
peristiwa itu terjadi. Berita-berita seperti ini sangat banyak sekali terdapat dalam al-
Quran.76
Sayid Murtadha Alamul Huda berkata, “Jika pendapat Syekh Abu Ja’far
yang masih bersifat dugaan (dzanniy) sementara banyak dijumpai riwayat lain yang
peristiwa, Rasulullah saw menunggu satu ayat atau beberapa ayat diturunkan. Ayat-
ayat seperti ini banyak sekali di dalam al-Quran. Selain itu, al-Quran dengan tegas
ah
menunjukkan bahwa ia telah diturunkan secara terpisah, Dan orang-orang kafir
i
Sy
Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya
secara tartil. Ayat demikianlah supaya Kami perkuat… menjelaskan falsafah dibalik
Pendapat kedua
a
diturunkan kepada Rasulullah saw untuk memenuhi kebutuhan ditahun itu. Kemudian,
u
di dalam tahun itu, ayat-ayat diturunkan secara bertahap sesuai dengan peristiwa yang
P
melatarbelakanginya. Atas dasar asumsi ini, maksud dari bulan Ramadhan yang di
tidak turun dalam satu Ramadhan dan satu lailatul Qadar. Maksudnya adalah semua
bulan Ramadhan dan semua malam Qadr di setiap tahun. Pendapat ini diajukan oleh
Ibnu Juraih dan Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraih (w. 150 H). Sebagian ulama
76
Muhammad bin Nu’man yang dikenal dengan sebutan Syekh Mufid, Tashhih al-I’tiqad, hal.57-58.
77
Rasail al-Murtadha, Kumpulan Tanya Jawab 1; Masail ath-Tharablusiyyat, jilid 3, hal.403-405.
51
setuju dengan pendapat ini.78 Pendapat ini bertentangan dengan makna lahiriah
kalimat al-Quran.
Pendapat ketiga
Ramadhan diturunkan kabar tentang puasa dan keutamaannya. Sufyan bin Uyainah
(w. 198 H) berpendapat bahwa makna dari ayat itu adalah yang diturunkan al-Quran
di dalam keutamaannya.
ah
kewajiban) puasa (bulan itu) dalam al-Quran.” Sebagian ulama lain juga menerima
pendapat tersebut. 79 Tentunya pendapat ini bisa dianggap sesuai dengan ayat yang ada
i
Sy
dalam surah al-Baqarah, Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya al-Quran,
tetapi tidak sesuai dengan ayat-ayat yang ada di dalam surah ad-Dukhan.
a
Pendapat keempat
k
kebanyakan ayat-ayat al-Quran diturunkan pada bulan suci Ramadhan. 80 Namun tidak
st
ada satu pun penjelasan untuk membuktikan pendapat ini. Apalagi pendapat ini hanya
u
berkenaan dengan surah al-Baqarah, tidak bisa meliputi surah al-Qadr dan ad-Dukhan,
P
Kami telah turunkan al-Quran di malam al-Qadr. Oleh karena itu, tiga pendapat di
atas (kedua, ketiga, keempat) tidak bisa diterima. Pendapat yang mungkin untuk dikaji
Pendapat kelima
78
Tafsir al-Kabir, jilid 1, hal.85; Ad-Durr al-Mantsur, jilid 1, hal.189; Tafsir Thabarsi, jilid 2, hal.276;
Al-Itqan, jilid 1, hal.40.
79
Tafsir Thabarsi, jilid 1, hal.276; Al-Kasyaf, jilid 1, hal.227; Ad-Durr al-Mantsur, jilid 1, hal.190;
Tafsir al-Kabir, jilid 5, hal.80.
80
Sayid Qutub, Fi Zhilal al-Quran, jilid 2, hal.79.
52
Sebagian ulama berkeyakinan bahwa ada dua macam cara al-Quran
diturunkan; pertama secara sekaligus dan kedua secara bertahap. Pada malam Qadr,
al-Quran diturunkan secara sekaligus kepada Rasulullah saw. Setelah itu, untuk kedua
saw. Mungkin, pendapat ini paling populer di kalangan ahli hadis. Sumbernya adalah
riwayat-riwayat yang mereka sebutkan. Sebagian dari mereka berpendapat dengan apa
yang bisa didapat dari pemahaman lahiriah riwayat dan sebagian yang lain menerima
pendapat ini adalah paling sahih, terkenal dan banyak sekali riwayat yang
ah
mendukungnya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa al-Quran diturunkan pada malam Qadr
i
Sy
secara utuh ke langit dunia dan diletakkan di Baitul Izzah, kemudian diturunkan
secara bertahap kepada Nabi dalam rentang waktu dua puluh tahun. 81
pertama (langit yang paling bawah), setelah itu diletakkan di suatu tempat bernama
k
Baitul Izzah.
a
dan diletakkan di Baitul Makmur. Shaduq menganggap hal ini sebagai bagian dari
u
ideologi Syi’ah, bahwa al-Quran diturunkan secara utuh di bulan Ramadhan pada
P
malam Qadr di Baitul Makmur, langit keempat. Setelah dari Baitul Makmur, al-Quran
Ada sebagian orang bertumpu kepada riwayat secara tekstual saja dan
menerima riwayat-riwayat tersebut apa adanya. Berbeda dengan ahli tahkik, mereka
81
Al-Itqan, jilid 1, hal.39-40.
82
Al-I’tiqadat, bab 31.
53
alasan. Apa hikmah serta maslahat dibalik turunnya al-Quran dari Arsy ke langit
pertama atau keempat, kemudian diletakkan di Baitul Izzah atau Baitul Makmur? Apa
manfaat diturunkannya al-Quran bagi orang-orang dan Nabi saw, sehingga Allah
menyebutnya dengan keagungan? Apakah yang bisa diambil dari al-Quran, yaitu ayat-
pertanyaan tersebut, bahwa hal itu demi mempermudah urusan sehingga ketika
turunnya ayat atau surah itu diperlukan, maka Jibril dapat secara langsung
ah
menurunkan ayat yang diperlukan itu kepada Rasulullah saw dari tempat yang paling
dekat. 83 Namun menurut hemat kami jawaban ini sangatlah mengherankan jika
i
Sy
diungkapkan oleh seorang sekaliber Fakhrurrazi secara keilmuannya, karena di alam
kepada Rasulullah. Takwil ini diungkapkan oleh Syekh Shaduq. Menurut beliau,
P
malam itu al-Quran diturunkan kepada Nabi saw tidak dengan lafazh-lafazh dan
kalimat atau frase namun hanya ilmu tentang (kandungan) al-Quran yang diberikan
kepada Rasulullah saw secara universal. Oleh karena itulah beliau saw memiliki
83
Tafsir al-Kabir, jilid 5, hal.85.
54
pengetahuan yang sempurna tentang kandungan al-Quran (sebelum diturunkan secara
berangsur-angsur—Peny.).
hati Rasulullah saw, karena hati beliau saw adalah Baitul Makmur milik Allah yang
terletak di langit keempat. Rasulullah saw telah melampaui tingkatan benda padat,
tumbuhan dan hewan. Beliau telah mencapai tingkatan keempat yaitu alam manusia.
Setelah dua puluh tahun, setiap kali Jibril menurunkan al-Quran, maka al-Quran itu
keluar dari hati Rasulullah saw melalui lisan beliau. 84 Penafsiran seperti ini juga tidak
ah
menjelaskan dua bentuk turunnya al-Quran, hanya menjelaskan pengetahuan-
i
Sy
3. Abu Abdillah Zanjani menjelaskan bahwa ruh al-Quran yang merupakan
tujuan-tujuan tinggi al-Quran serta memiliki sisi universal. Pada malam itu
keuniversalan tersebut menjelma dalam hati Rasulullah saw, Telah turun ar-Ruh al-
a
Amin dengannya (al-Quran) ke hatimu. Kemudian al-Quran terujar dari lisan beliau
k
saw sepanjang tahun. Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-
a
penjelasan yang rinci. Menurut beliau, pada dasarnya al-Quran memiliki wujud dan
hakikat yang lain, terselubung oleh tirai wujud lahirnya dan tak terjangkau oleh
pandangan dan pengetahuan biasa. Al-Quran dalam wujud batinnya, kosong dari
segala bentuk pembagian dan rincian. Al-Quran tidak parsial, tak memiliki rincian,
tidak memiliki ayat dan surah. Ia adalah satu kesatuan hakiki yang satu sama lain
84
Muhsin Faidh Kasyani, Tafsir ash-Shafi, jilid 1, hal.42.
55
saling berkaitan dan tersusun rapi, tersimpan di tempatnya yang sangat tinggi dan tak
Inilah suatu kitab yang ayat-ayatnya tersusun dengan rapi serta di jelaskan
secara rinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu
(QS. Hud:1).
sisi Kami, adalah benar-benar tinggi dan amat banyak mengandung hikmah (QS. az-
Zukhruf:4).
Sesungguhnya ia adalah al-Quran yang mulia yang berada dalam kitab yang
ah
terjaga yang tak bisa disentuh kecuali hanya orang-orang yang disucikan (QS. al-
Waqi’ah:77-79).
i
Sy
Dan sungguh Kami telah membawakan suatu kitab kepada mereka yang telah
Al-Quran memiliki dua wujud; pertama adalah wujud lahiriah yang terjelma
k
dalam bentuk lafazh-lafazh dan kalimat-kalimat. Kedua adalah wujud batiniah yang
a
tetap berada dalam posisinya. Al-Quran dalam wujud batiniah dan aslinya, menjelma
st
ke hati Rasulullah saw secara utuh pada malam Qadr. Setelah itu al-Quran turun
u
secara berangsur-angsur selama masa kenabian secara rinci dan lahiriah dalam
P
Penakwilan seperti ini dapat diterima dan dianggap benar jika disertai dengan
dasar dan landasan yang kuat. Selain itu, teks ayat-ayat al-Quran yang sekarang
beredar di tangan semua orang tidak membicarakan tentang al-Quran lain serta
85
Allamah Thabathaba’i, Al-Mizan, jilid 2, hal.15-16.
56
Untuk menunjukkan keagungan bulan Ramadhan dan malam lailatul Qadar,
Allah menyampaikan masalah turunnya al-Quran. Masalah ini harus dimengerti dan
diketahui oleh semua orang. Selain itu, apa manfaat mengabarkan turunnya al-Quran
dari tempat yang sangat tinggi ke tempat yang paling rendah jika keduanya tak
mampu dijangkau oleh manusia bahkan oleh Nabi sendiri? Bukankah Allah menyebut
keagungan dan kebesarannya di sana? Oleh karenanya penakwilan seperti ini benar
jika memiliki dasar yang kuat. Selain itu apabila kita ingin menafsirkan ayat-ayat
tersebut dengan takwilan seperti ini, maka tetap saja tidak menyelesaikan masalah,
ah
karena ayat-ayat tersebut ingin menjelaskan awal turunnya al-Quran.
i
Sy
Ayat dan Surah Pertama
lima ayat pertama surah al-Alaq yang diturunkan bersamaan dengan peristiwa bi’tsah
k
Nabi saw, ketika malaikat menghampiri dan memanggil beliau dengan sebutan “Nabi”
a
dan berkata kepada beliau, “Bacalah.” Beliau berkata, “Apa yang harus aku baca?”
st
Yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
P
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantara Qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.86
86
Bihar al-Anwar, jilid 18, hal.206, hadis 36; Tafsir al-Burhan, jilid 2, hal.478; Shahih Muslim, jilid 1,
hal.97; Shahih Bukhari, jilid 1, hal.3.
57
Imam Ja’far Shadiq bersabda, “Ayat pertama yang diturunkan kepada
Jabir bin Abdillah Anshari, “Surah atau ayat al-Quran yang mana yang pertama kali
“Bagaimana dengan Iqra’ Bismi Rabbika?” Dia menjawab, “Perkataan yang pernah
aku dengar dari Rasulullah saw, kini akan aku sampaikan kepadamu. Aku mendengar
ah
beliau bersabda, ‘Aku telah melewati waktuku di dalam gua. Setelah masa itu
berakhir, aku turun dan berada di tengah-tengah sebuah lembah. Aku mendengar
i
Sy
suara panggilan. Aku melihat ke segala arah, tetapi aku tidak melihat siapa pun.
Kemudian aku mendongak ke langit. Tiba-tiba aku melihat dia (Jibril). Seluruh
tubuhku bergetar. Aku langsung kembali ke rumah menghampiri Khadijah. Aku ingin
a
patokan bahwa surah pertama yang diturunkan kepada Rasulullah saw adalah surah
st
ini. 89 Namun, hadis tersebut tidak memberi penjelasan bahwa surah ini adalah surah
u
pertama yang diturunkan. Berdasarkan hadis itu, kesimpulan tersebut dilakukan oleh
P
Jabir.
Mungkin peristiwa ini terjadi beberapa saat setelah bi’tsah, karena setelah
beliau diutus sebagai nabi, wahyu pernah terhenti beberapa saat dan kemudian
diturunkan lagi. Bukti akan pernyataan ini adalah sebuah hadis dari Jabir bin Abdillah
tentang masa fatrah wahyu, bahwa beliau saw bersabda, “Ketika aku melanjutkan
87
Ushul al-Kafi, jilid 2, hal.628; Uyun Akhbar ar-Ridha, jilid 2, hal.6; Bihar al-Anwar, jilid 92, hal.39.
88
Shahih Muslim, jilid 1, hal.99; Musnad Ahmad, jilid 3, hal.306.
89
Badruddin Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Quran, jilid 1, hal.206.
58
jalanku, tiba-tiba aku mendengar suara panggilan dari langit. Aku mendongakkan
kepala. Aku melihat malaikat yang pernah datang di gua Hira. Aku takut berjumpa
dengannya, karenanya aku duduk berlutut, kemudian aku tidak meneruskan jalanku
dan langsung kembali ke rumah dan aku berkata, ‘Selimutilah aku, selimutilah aku!’
Kemudian aku diselimuti. Pada saat itulah diturunkan ayat, Hai orang yang
ah
adalah surah al-Fatihah. Zamakhsyari berpendapat, kebanyakan mufasir berkeyakinan
bahwa surah al-Fatihah adalah surah pertama yang diturunkan. Allamah Thabarsi dari
i
Sy
ustad Ahmad Zahid, menyebutkan dalam kitab Idhah dengan menukil riwayat dari
Said bin Musayyib dari Amirul Mukminin Ali as bahwa beliau as berkata, “Aku
bertanya kepada Rasulullah saw tentang pahala membaca al-Quran. Kemudian beliau
a
saw menjelaskan pahala setiap surah sesuai dengan urutan turunnya. Setelah itu beliau
k
Mekkah, kemudian Iqra’ Bismi Rabbika, kemudian adalah surah Nun Walqalam.” 91
st
nya menyebutkan bahwa ketika Rasulullah saw sedang menyendiri, beliau sering
P
Alamin…’” 92
90
Shahih Bukhari, jilid 1, hal.4; Shahih Muslim, jilid 1, hal.98; Musnad Ahmad, jilid 3, hal.325.
91
Tafsir Thabarsi, jilid 1, hal.405; Al-Kasyaf; jilid 4, hal.775.
92
Asbabun Nuzul, hal.11.
59
Rasulullah saw sejak awal diutus sebagai Nabi, sudah melaksanakan shalat
menurut hukum Islam bersama keluarga kecilnya (Ali, Ja’far, Zaid dan Khadijah) dan
Dalam hadis disebutkan bahwa yang pertama kali diajarkan Jibril kepada Nabi
adalah shalat dan wudhu. Peristiwa ini bisa dilihat dari bi’tsah dan turunnya surah al-
Hamdu secara bersamaan. Jalaluddin Suyuthi berpendapat bahwa di dalam Islam tidak
Tiga pendapat di atas bisa disebut sebagai satu aliran karena turunnya tiga atau
lima ayat pertama surah al-Alaq secara pasti bersamaan dengan dimulainya bi’tsah.
ah
Peristiwa ini disepakati oleh semua kalangan. Setelah itu beberapa ayat dari awal
i
Sy
Rasulullah saw secara lengkap adalah surah al-Hamdu dan beberapa ayat dari surah
al-Alaq atau surah al-Muddatstsir pada awalnya belum disebut sebagai surah, disebut
Tidak masalah jika menyebut surah pertama adalah surah al-Hamdu dan
k
dinamakan Fatihatul Kitab. Kewajiban membaca surah ini ketika melakukan shalat
a
Quran, Dan Kami telah berikan kepadamu surah al-Hamdu dan al-Quran yang
u
sangat agung (QS. al-Hijr:87). Surah yang disebut dengan nama Sab’an minal
P
Matsani menurut sebuah riwayat adalah surah al-Hamdu yang mengandung tujuh
ayat.
surah al-Alaq dan surah kelima adalah surah al-Hamdu sebagaimana telah kami
93
Al-Itqan, jilid 1, hal.12.
60
sebutkan dalam urutan turunnya semua surah. Jika tolok ukurnya adalah surah yang
surah an-Nashr. Surah ini menyebut berita gembira tentang kemenangan mutlak
syariat yang memiliki landasan kokoh dan diterima oleh masyarakat, Apabila telah
datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu melihat manusia berbondong-
bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan
ah
mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat
(QS. an-Nashr:1-3).
i
Sy
Para sahabat bergembira karena surah tersebut memberitakan kemenangan
mutlak Islam atas kekufuran dan kuatnya landasan agama. Berbeda dengan Abbas,
paman Nabi, beliau bersedih dan menangis ketika mendengar surah ini. Rasulullah
a
saw bertanya, “Wahai pamanku, mengapa engkau menangis?” Dia menjawab, “Aku
k
mengira surah itu memberitahukan bahwa ajalmu sudah dekat.” Rasulullah saw
a
berkata, “Perkiraanmu adalah benar.” Dua tahun setelah surah itu diturunkan, Nabi
st
Imam Ja’far Shadiq bersabda, “Surah terakhir adalah Idza Jâa Nashrullahi
P
Wal Fath.” 95
94
Tafsir Thabarsi, jilid 10, hal.554.
95
Tafsir Burhan, jilid 1, hal.29.
96
Al-Itqan, jilid 1, hal.27.
61
pertamanya diturunkan pada tahun kesembilan Hijriah, pada tahun itu juga Nabi saw
Rasulullah saw adalah, Dan jagalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang
pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing
diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang
mereka sedikit pun tidak dianiaya (QS. al-Baqarah:281). Setelah Jibril menurunkan
ayat ini, ia berkata, “Letakkanlah ayat itu di antara ayat-ayat riba dan ayat dain
(hutang) (setelah ayat ke-280) dari surah al-Baqarah.” Setelah ayat ini diturunkan,
ah
Nabi saw wafat 21 hari kemudian, bahkan ada yang mengatakan 7 hari.
Ahmad bin Abi Ya’qub yang dikenal dengan Ibnu Wadhih Ya’qubi (w. setelah
i
Sy
292) berpendapat bahwa ayat terakhir yang diturunkan kepada Rasulullah saw adalah
Hari ini Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku sempurnakan nikmat-
Ku atas kalian dan Aku rela Islam sebagai agama kalian (QS. al-Maidah:3). Ayat ini
a
turun pada hari pelantikan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib di Ghadir Khum. 98
k
diturunkan pada tahun Fathu Mekkah (‘Amul Fath), tepatnya pada tahun kedelapan
st
Hijriah, sedangkan surah al-Bara’ah diturunkan setelah Fathu Mekkah, pada tahun
u
kesembilan Hijriah.
P
Jika dilihat dari sisi kelengkapan, surah terakhir yang diturunkan secara
sempurna adalah surah an-Nashr. Jika dilihat dari ayat-ayat yang pertama kali
Ayat, Dan peliharalah diri kamu dari hari yang pada waktu itu kamu semua
97
Tafsir ash-Shafi, jilid 1, hal.680.
98
Tarikh Ya’qubi, jilid 2, hal.35.
62
bertepatan dengan tahun Haji Wada’ (haji perpisahan). 99 Ia tidak bisa menjadi ayat
yang terakhir, karena ayat Ikmal itu diturunkan kepada Rasulullah di tengah
perjalanan ketika pulang dari Haji Wada’ di Ghadir Khum. Pendapat Ibnu Wadhih
Ya’qubi, lebih bisa diterima, karena surah al-Bara’ah diturunkan setelah Fathu
Mekkah pada tahun kesembilan Hijriah, sedangkan surah al-Maidah diturunkan pada
berakhirnya peperangan dan kemenangan agama Islam, khususnya ayat Ikmal, Hari
ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian… yang memberitakan
ah
berakhirnya masa risalah sesuai dengan ayat terakhir yang berada di akhir surah.
i
Sy
surah an-Nashr pada tahun Fathu Mekkah. Ayat terakhir yang memberitakan
berakhirnya masa risalah adalah ayat Ikmal. Meskipun jika dilihat dari segi ayat-ayat
hukum, mungkin saja ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat di dalam surah al-
a
Baqarah, Jagalah diri kamu dari hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan
k
kepada Allah.
a
st
Salah satu masalah ulum al-Quran yang penting adalah mengetahui surah-
P
Banyak orang berusaha mengetahui tragedi yang terangkum oleh sejarah; kapan dan
99
Al-Burhan, jilid 1, hal.210.
63
dimana, faktor-faktor penyebab. Inilah yang menstimulir munculnya ilmu sejarah.
Karena itu, sangat penting mengetahui surah-surah dan ayat-ayat Makkiyah dan
argumentasi fikih dan menyimpulkan hukum-hukum. Betapa banyak ayat yang secara
lahiriah mengandung hukum syar’i. Namun, karena ia diturunkan di Mekkah dan pada
saat diturunkan hukum itu belum disyariatkan maka ada dua cara yang bisa
Sebagai contoh, masalah taklif orang-orang kafir dalam menjalankan furu’udin. Para
ah
fukaha, kebanyakan berpendapat bahwa mereka tidak diwajibkan menjalankan
furu’udin dalam keadaan kafir. Para fukaha itu, dalam masalah ini menggunakan
i
Sy
banyak riwayat sebagai dasar.
karena tidak menjalankan kewajiban zakat. Mereka lupa bahwa surah Fushshilat
a
adalah Makkiyah, sementara kewajiban zakat disyariatkan di Madinah. Pada saat ayat
st
itu diturunkan, zakat masih belum diwajibkan, meskipun bagi orang-orang Islam.
u
Ayat tersebut memiliki dua takwil; pertama, yang dimaksud dengan zakat di
64
karena syarat sahnya bersedekah adalah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah
yang menjadi sandaran, khususnya ayat yang berkenaan dengan keutamaan Ahlulbait
Madinah. Sebagian ulama berkeyakinan bahwa surah-surah atau ayat-ayat itu adalah
Makkiyah, dengan begitu ayat-ayat atau surah-surah itu tidak bisa menjadi landasan
Makkiyah serta Madaniyah adalah salah satu syarat wajib ilmu kalam untuk
ah
pembahasan imamah. Contoh, sebagian ulama menganggap bahwa seluruh ayat yang
ada di dalam surah ad-Dahr adalah Makkiyah, sekelompok lain berpendapat surah itu
i
Sy
adalah Madaniyah, sebagian lain berpendapat bahwa selain ayat 24, Maka
bersabarlah dalam (menegakkan hukum) Tuhanmu dan janganlah kamu ikuti orang
yang berdosa dan orang kafir di antara mereka, seluruhnya adalah Madaniyah.
a
Sekelompok lain lagi berpendapat bahwa ayat pertama sampai ayat 22 adalah
k
Madaniyah, sisanya adalah Makkiyah. Silang pendapat seputar surah ini sangat
a
Sebab turunnya ayat, Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari
u
disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya
kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu)
orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari
100
Tafsir Thabarsi, jilid 9, hal.4-5; Al-Mizan, jilid 17, hal.383-384.
65
kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan
kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran
mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera… (QS. ad-Dahr:7-12) adalah karena
Hasanain (Imam Hasan dan Imam Husain) sakit. Rasulullah saw beserta para pemuka
Arab menjenguk mereka dan mengusulkan kepada Ali bin Abi Thalib agar melakukan
nazar untuk kesembuhan kedua putranya. Dengan nazar, niscaya Allah akan
Ali bin Abi Thalib menerima usulan itu. Dia berpuasa selama tiga hari.
ah
potong roti untuk berbuka. Pada hari pertama ketika berbuka puasa, datanglah seorang
miskin dan mengetuk pintu rumahnya sambil memohon bantuan. Ali bin Abi Thalib
i
Sy
memberikan semua roti kepada orang miskin tersebut. Pada hari kedua datanglah
seorang anak yatim, Ali bin Abi Thalib kembali memberikan rotinya. Pada Hari
ketiga datanglah seorang tawanan, beliau pun memberikan semua roti yang
a
dipersiapkan untuk berbuka. Dalam tiga hari itu Ali bin Abi Thalib hanya berbuka
k
Abdullah bin Zubair dan semacamnya tidak ingin keutamaan tersebut hanya
dimiliki oleh Ahlulbait Nabi Muhammad saw. Dia bersikeras dengan pendapat bahwa
101
Tafsir Thabarsi, jilid 10, hal.404-406; Hakim Haskani, Syawahid at-Tanzil, hal.299-315.
66
surah ini semua ayatnya adalah Makkiyah.102 Dia lupa jika saat itu di Mekkah tidak
Ada yang berpendapat bahwa ada pemilahan dalam surah tersebut. 103 Sayid
Qutub, salah seorang ulama kontemporer berpendapat bahwa secara kontekstual surah
melalui penelusuran jejak, apakah surah dan ayat adalah Makkiyah dan Madaniyah.
ah
Contoh, dalam masalah Naskhul Quran dengan al-Quran. Sebagian ulama mengambil
jalan keluar ifrath (ekstrem) dan menjelaskan ada lebih dari dua ratus dua puluh ayat
i
Sy
yang dihapus. Ketika pendapat ini tidak dibenarkan dan tidak sesuai dengan
kenyataan maka sebagian kelompok memilih jalan tafrith dengan berpendapat bahwa
al-Quran sama sekali tidak bisa dihapus, khususnya naskh al-Quran dengan al-Quran.
a
Bukankah syarat terjadinya naskh adalah adanya pertentangan antara dua ayat.
k
Kontradiksi seperti ini berbeda dengan penafian ikhtilaf dalam ayat,105 Kalau
a
seandainya al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentu mereka mendapat pertentangan
st
Ada sekelompok ulama memilih jalan tengah. Mereka menerima naskh itu
P
sendiri dan tidak ekstrem dalam berpendapat tentang kuantitas ayat-ayat yang di-
naskh. Di antara ayat-ayat yang dianggap mansukh oleh orang-orang yang berlebihan
dalam berpendapat, terdapat ayat yang diturunkan berkenaan dengan nikah mut’ah;
Maka istri-istri yang telah kamu nikmati di antara mereka, berikanlah kepada mereka
102
Ad-Durr al-Mantsur, jilid 6, hal.297.
103
At-Tamhid, jilid 1, hal.154-155.
104
Fi Zhilal al-Quran, jilid 29, hal.215.
105
Ayatullah Abul-Qasim Khu’i, Al-Bayan fi Tafsir al-Quran, hal.206.
67
maharnya… (QS. an-Nisa:24). Ayat ini menurut pendapat Imam Syafi’i dan
Muhammad bin Idris telah di-naskh oleh ayat Dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki,
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela (QS. al-Mu’minun:5-7).
yang diambil dengan akad mut’ah, maka statusnya adalah istri, meskipun dalam
pandangan hukum sedikit dibedakan dengan nikah daim. Seandainya tidak ada akad,
maka tidak bisa disebut sebagai istri. Kedua, ayat yang mereka asumsikan sebagai
nasikh dalam surah al-Mu’minun, seluruhnya adalah Makkiyah, tak seorang pun yang
ah
menyangsikannya. Biasanya ayat nasikh, datangnya harus setelah ayat mansukh (yang
i
Sy
Tolok Ukur Pembagian Surah-surah Makkiyah dengan Madaniyah
Kebanyakan mufasir yakin bahwa tolok ukur Makkiyah atau Madaniyah surah
a
atau ayat adalah hijrahnya Rasulullah saw dari Mekkah ke Madinah. Setiap surah
st
yang diturunkan sebelum hijrah adalah Makkiyah. Setiap surah yang diturunkan
u
misalkan dalam rangka haji atau umrah atau setelah Fathu Mekkah. Surah atau ayat
ayat-ayat yang diturunkan kepada Rasulullah saw ketika di tengah perjalanan, meski
keluar dari Mekkah, namun belum masuk ke Madinah, maka dianggap sebagai
106
Muhammad Abdul Azhim Zarqani, Manahil al-‘Irfan, jilid 1, hal.195.
68
Makkiyah. Sebagai contoh ayat, Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu al-Quran,
Berdasarkan definisi dan tolok ukur ini, maka ayat yang turun kepada Nabi dalam
Setiap ayat yang diturunkan di kota Madinah dan sekitarnya adalah Madaniyah, baik
ayat itu turun sebelum hijrah atau setelah hijrah. Dengan demikian ayat yang
ah
diturunkan di luar daerah tersebut bukanlah Makkiyah atau Madaniyah. Jalaluddin
Suyuthi menukil sebuah riwayat terkait masalah ini, bahwa Rasulullah saw bersabda,
i
Sy
“Ayat al-Quran diturunkan di tiga tempat; Mekkah, Madinah dan Syam.” Menurut
adalah Madaniyah. Mereka yang menerima pendapat ini berlandaskan kepada sebuah
u
hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud yang berkata, “Setiap surah yang
P
di dalamnya terdapat kata-kata, ‘Wahai Manusia’ adalah Makkiyah. Setiap surah yang
107
Al-Itqan, jilid 1, hal.23.
108
Al-Mustadrak, jilid 3, hal.18-19.
69
Dalam surah-surah Madaniyah, seperti surah al-Baqarah, juga terdapat
penggunaan kata-kata “Wahai manusia.” Berarti hal ini belum bisa menjadi tolok
ukur.
menetapkan beberapa tolok ukur. Setiap tolok ukur itu tidak bisa menjadi tolok ukur
Secara umum tolok ukur-tolok ukur untuk mengidentifikasi adalah Nas, tanda-tanda
ah
Allamah Burhanuddin Ibrahim bin Umar bin Ibrahim Ja’buri (w. 732)
berpendapat bahwa ada dua cara untuk mengetahui Makkiyah dan Madaniyah; 1.
i
Sy
Sama’i, cara ini bisa didapat melalui jalan naql dan riwayat, 2. Qiyasi, cara ini bisa di
identifikasi melalui jalan kaidah. Sebagaimana Alqamah bin Qais (w. 62) yang
meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa setiap surah yang di dalamnya
a
terdapat kata-kata “Hai manusia” atau lafazh “Kalla [tidaklah demikian]” atau diawali
k
Makkiyah. Setiap surah yang membahas kewajiban dan taklif serta sangsi-sangsi
109
Al-Burhan, jilid 1, hal.189.
70
1. Ayat-ayat pendek yang ada di dalam satu surah dan surah pendek
menunjukkan bahwa itu adalah Makkiyah. Panjangnya ayat yang ada dalam satu
kebenaran. Jika tipe surah itu bernuansa lemah lembut, menunjukkan ke-Madaniyah-
ah
membahas tentang rincian-rincian hukum dan penjelasan syariat Islam.
4. Surah-surah Makkiyah memiliki ciri, antara lain adalah ajakan untuk selalu
i
Sy
berakhlak, beristiqamah dalam berpendapat, keselamatan akidah, tidak
menganggap pemikiran dangkal kaum musyrik tak berdasar dan tak berarti. Ciri surah
a
Madaniyah, di antaranya adalah membahas tentang sikap kaum Muslim terhadap ahli
k
kitab dengan mengajak mereka mengambil jalan tengah dalam akidah dan pemikiran,
a
adalah salah satu ciri surah Makkiyah. Pembahasan yang diawali dengan kalimat “Hai
P
menjadi valid dan tidak bertentangan dengan nas yang ada, maka ia bisa dipercaya
dan menjadi sumber inspirasi ahli fikih atau sejarahwan dan yang lainnya.
71
Tolok ukur yang membedakan Makkiyah dan Madaniyah, meliputi dua hal;
pertama adalah bersifat naratif yang bersumber dari hadis riwayat yang secara
kriteria lahiriah dan isi. Kriteria lahiriah seperti susunan kalimat, adanya sajak
(wazan), panjang atau pendeknya ayat dan surah. Kriteria isi seperti bukti-bukti yang
berhubungan dengan tema-tema akidah, hukum, sikap terhadap orang-orang kafir dan
munafik.
ah
Tuduhan ini kebanyakan berasal dari para orientalis yang berkeyakinan bahwa
al-Quran itu dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi yang ada pada masa tertentu.
i
Sy
Mereka kurang yakin bahwa (al-Quran) berasal dari Tuhan. Namun, harus dibedakan
antara pengaruh lingkungan terhadap nabi dan al-Quran dengan keharusan untuk
memperhatikan situasi dan kondisi sebagai syarat efektifitas dakwah atau seruan.
a
dengan bahasa masyarakat. Dengan demikian idenya bisa diterapkan dalam sistem
u
yang ada.
P
Kondisi lingkungan sekitar harus dikenali dengan baik agar mengetahui semua
yang berlaku, karena jika ada pertentangan dengan kebudayaan masyarakat, maka ide
kesusasteraan yang tersusun dengan rapi dan masyarakat memiliki perhatian yang
72
khusus terhadap puisi dan kata-kata sajak, maka orang yang berdakwah dengan
dengan menyampaikan kata-kata yang indah, tertata rapi, pendek dan puitis, berarti
tetapi asumsi kedua adalah sempurna dan kuat yang dapat menghantarkan kepada
ini:
ah
1. Metode yang digunakan oleh surah-surah Makkiyah adalah kekerasan,
tekanan dan cibiran. Metode surah-surah Madaniyah adalah lemah lembut, hal ini
i
Sy
disebabkan oleh kebebalan penduduk Mekkah sedangkan penduduk Madinah lemah
lembut dan taat. Dua karakter yang saling berlawanan ini menjadikan al-Quran
ancaman dalam ayat atau surah tidak hanya dikhususkan pada surah-surah Makkiyah.
u
Metode kekerasan, tekanan dan ancaman juga digunakan dalam banyak surah
P
berkarakter sama seperti orang Mekkah, yaitu orang-orang yang keras kepala dan
tidak mau menerima kebenaran, maka al-Quran bersikap keras terhadap mereka.
Alasannya, siapa pun harus dihadapi dengan senjata yang dia gunakan. Ini adalah
73
Dalam surah al-Baqarah disebutkan, Orang-orang yang memakan riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu, dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (QS. al-Baqarah:278-279). Maka jika kamu
tidak dapat melakukan(nya) dan pasti kamu tidak akan bisa melakukan(nya),
ah
peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang
i
Sy
Kerasnya nada ayat-ayat seperti itu dalam rangka menyikapi orang-orang
munafik dan para ahli kitab yang keras kepala. Ayat-ayat tersebut diturunkan di
Madinah yang ancamannya tidak kalah kerasnya dengan ayat-ayat yang diturunkan di
a
Mekkah untuk menyikapi orang-orang musyrik, bahkan ada yang lebih keras.
k
Mungkin, surah al-Bara’ah adalah surah yang paling keras di antara surah-
a
surah al-Quran lainnya. Surah ini termasuk surah terakhir yang diturunkan di Madinah
st
dan kebanyakan ditujukan kepada orang-orang musyrik, orang-orang keras kepala dan
u
para pembangkang.
P
lemah lembut yang diturunkan pada situasi-situasi yang tidak memerlukan kekerasan.
74
Surah al-Hijr, ayat 87 dan 88 menyebutkan, Dan sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Quran yang
hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-
orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah
Surah asy-Syura, ayat 36-38 menyebutkan, Maka sesuatu apa pun yang
diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia, dan yang ada di sisi
Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada
ah
Tuhan mereka, mereka bertawakal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-
dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka
i
Sy
memberi ma’af. Dan (bagi) orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan
mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
a
mereka.
a k
berbudaya, berwatak keras dan jauh dari peradaban. Karenanya diperlukan ayat-ayat
yang sesuai dengan karakter mereka, yaitu ayat yang sedikit berbicara, pendek,
singkat, padat dan bermanfaat. Berbeda dengan penduduk Madinah, pada batasan-
75
Prinsip yang harus diperhatikan, pertama berbicara harus sesuai dengan
karakter lingkungan yang dihadapi. Ini adalah metodologi ahli retorika, juga
merupakan syarat bagi kefasihan. Setiap pembicaraan memiliki kadar berbeda, setiap
pembahasan memiliki porsi sendiri. Kedua, betapa banyak surah-surah panjang yang
diturunkan di Mekkah, seperti al-An’am (165 ayat), al-A’raf (206 ayat), al-Isra (111
ayat), al-Kahfi (110 ayat), Thaha (135 ayat), Maryam (95 ayat), al-Anbiya (112 ayat),
ah
3. Dalam surah-surah Makkiyah tidak ada penjelasan tentang tasyri’ dan
i
Sy
Kandungan sebagian hukum dalam surah-surah Makkiyah akan menjadikan
hukum dasar Islam yang dijelaskan dengan detail. Klaim tersebut tidaklah berdasar.
76
Klaim ini juga tertolak, karena dalam surah al-Mu’minun, ayat 91 terdapat
argumentasi yang ditujukan untuk menolak bahwa Allah memiliki anak dan sekutu,
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain)
membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan
mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan.
Ayat 22-24 surah al-Anbiya disebutkan, Sekiranya ada di langit dan di bumi
tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Mahasuci
Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. Dia tidak ditanya
ah
tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. Apakah mereka
i
Sy
Quran) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan
kenabian, Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Quran) sesuatu kitab pun
a
dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu. Andaikata
st
dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami
kecuali orang-orang yang zalim. Dan orang-orang kafir Mekkah berkata, “Mengapa
hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.” Dan apakah tidak cukup bagi
77
dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di dalam al-Quran itu terdapat rahmat
Dalam surah Qaf diturunkan ayat 9-11 dan 15 berkenaan dengan kiamat, Dan
Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan
air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yan tinggi-
tinggi yang mempunyai mayang yang tersusun, untuk menjadi rezeki bagi hamba-
hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti
itulah terjadinya kebangkitan. Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang
ah
baru.
i
Sy
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu
membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti
k
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara
a
kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. Dan
st
Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalas tiap-
u
tiap diri dari apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dizalimi.
P
memuat pesan seperti tersebut banyak sekali ditemukan dalam surah-surah Makkiyah.
dijelaskan di atas, maka ayat-ayat al-Quran tidak terpengaruh oleh lingkungan, namun
memperhatikan berusaha membentangkan jalan dakwah agar bisa memenuhi Comment [A1]: ???
78
kebutuhan dan memperluas Islam. Karenanya, surah-surah Makkiyah dan Madaniyah
kendala yang harus segera disingkirkan. Segala kemampuan yang ada harus
syariat disampaikan.
Karenanya, metodologi dakwah pada dua keadaan di atas berbeda. Apa yang
ah
Urutan Turunnya Surah-surah Al-Quran
i
Sy
Berkenaan dengan turunnya surah-surah al-Quran, banyak terdapat riwayat
yang diakui para ulama terkemuka. Kebanyakan riwayat-riwayat itu dinukil dari Ibnu
Abbas. Seperti, Ahmad bin Abi Ya’qub yang dikenal dengan Ibnu Wadhih Ya’qubi
a
(w. 292) dalam kitab Tarikh dari Muhammad bin Saib Kalbi dari Abi Shalih dari Ibnu
k
Abbas, 110 Muhammad bin Ishaq Warraq yang dikenal dengan Ibnu Nadim (w. 385)
a
dalam kitab Al-Fihrist, 111 Allamah Thabarsi penulis tafsir, Abu Muhammad Mahdi
st
bin Nizar Husaini Qaini, ulama terkenal abad kelima, Ubaidillah bin Abdullah bin
u
Ahmad yang dikenal dengan Hakim Haskani Neisyaburi, penulis kitab Syawahid at-
P
Tanzil dan Al-Idhah yang meriwayatkan urutan turunnya surah dari Ibnu Abbas,
Ustad Ahmad Zahid, 112 Imam Badruddin Zarkasyi, orang pertama yang mengkaji
masalah-masalah al-Quran (w. 794), penulis kitab Al-Burhan fi Ulum al-Quran yang
110
Tarikh Ya’qubi, jilid 2, hal.26 dan 35.
111
Ibnu Nadim, Al-Fihrist, catatan pertama, hal.43-47.
112
Tafsir Thabarsi, jilid 10, hal.405-406.
79
Imam Badruddin Zarkasyi menyebutkan riwayat-riwayat turunnya surah
secara rinci. Dia berpendapat bahwa catatannya yang berkenaan dengan turunnya al-
Seseorang bernama Jalaluddin Suyuthi, ulama besar pada zamannya (w. 911)
kitabnya yang terkenal, Al-Itqan. Bahkan dia menukil sebuah qashidah dari Abul-
Hasan bin Hashar dalam kitab An-Nasikh dan Al-Mansukh. Suyuthi juga menyebutkan
riwayat turunnya surah dari Jabir bin Zaid.114 Jalaluddin Suyuthi berpendapat bahwa
ah
Allamah Thabarsi dan beberapa ulama terkemuka berpendapat bahwa urutan
semua surah dilihat dari segi permulaan diturunkannya setiap surah. Misalkan, suatu
i
Sy
surah diturunkan sampai beberapa ayat saja, belum lengkap, kemudian surah lain
diturunkan hingga akhir, bahkan beberapa surah lain juga diturunkan, maka urutannya
berdasarkan yang pertama turun (meskipun belum sempurna). Seperti surah al-Alaq
a
yang diturunkan pada permulaan bi’tsah hanya sampai lima ayat saja, setelah
k
beberapa tahun sisa surah itu baru diturunkan. Demikian juga dengan surah al-
a
Muddatstsir dan surah al-Muzzammil dan surah-surah lainnya. Dengan alasan inilah
st
penyempurnaannya, seperti riwayat Jabir bin Zaid yang mengoreksi berbagai naskah
113
Al-Burhan, jilid 1, hal.193.
114
Jabir bin Zaid (w. 103 H) adalah seorang fukaha terkenal di kota Bashrah. Dia termasuk salah
seorang tabi’in terkemuka. Dia meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ikrimah. Pada hari wafatnya,
Qatadah berkata, “Hari ini penduduk Irak yang paling alim telah meninggal dunia.”
115
Al-Itqan, jilid 1, hal.22-29.
116
Tafsir Thabarsi, jilid 10, hal.405. Pendapat ini dinukil dari kitab Al-Idhah karya Ustad Ahmad
Zahid.
80
Surah-surah Makkiyah (86 surah)
Urutan turunnya surah Urutan yang ada saat ini Nama surah
1- 96 al-Alaq
2- 68 al-Qalam
3- 73 al-Muzzammil
4- 74 al-Muddatstsir
5- 1 al-Fatihah
6- 111 al-Lahab
7- 81 at-Takwir
ah
8- 87 al-A’la
9- 92 al-Lail
i
Sy
10 - 89 al-Fajr
11 - 93 adh-Dhuha
a
12 - 94 Alam Nasyrah
k
13 - 103 al-‘Ashr
a
14 - 100 al-‘Adiyat
st
15 - 108 al-Kautsar
16 - 102 at-Takatsur
u
17 - 107 al-Ma’un
P
18 - 109 al-Kafirun
19 - 105 al-Fil
20 - 113 al-Falaq
21 - 114 an-Nas
22 - 112 al-Ikhlash
81
23 - 53 an-Najm
24 - 80 ‘Abasa
25 - 97 al-Qadr
26 - 91 asy-Syams
27 - 85 al-Buruj
28 - 95 at-Tin
29 - 106 al-Quraisy
30 - 101 al-Qari’ah
31 - 75 al-Qiyamah
ah
32 - 104 al-Humazah
33 - 77 al-Mursalat
i
Sy
34 - 50 Qaf
35 - 90 al-Balad
a
36 - 86 ath-Thariq
k
37 - 54 al-Qamar
a
38 - 38 Shad
st
39 - 7 al-A’raf
40 - 72 al-Jinn
u
41 - 36 Yasin
P
42 - 25 al-Furqan
43 - 35 Fathir
44 - 19 Maryam
45 - 20 Thaha
46 - 56 al-Waqi’ah
82
47 - 26 asy-Syu’ara
48 - 27 an-Naml
49 - 28 al-Qashash
50 - 17 al-Isra
51 - 10 Yunus
52 - 11 Hud
53 - 12 Yusuf
54 - 15 al-Hijr
55 - 6 al-An’am
ah
56 - 37 ash-Shaffat
57 - 31 Luqman
i
Sy
58 - 34 Saba
59 - 39 az-Zumar
a
60 - 40 al-Mu’min (al-Ghafir)
k
61 - 41 Fushshilat
a
62 - 42 asy-Syura
st
63 - 43 az-Zukhruf
64 - 44 ad-Dukhan
u
65 - 45 al-Jatsyiyah
P
66 - 46 al-Ahqaf
67 - 51 adz-Dzariyat
68 - 88 al-Ghasyiyah
69 - 18 al-Kahfi
70 - 16 an-Nahl
83
71 - 71 Nuh
72 - 14 Ibrahim
73 - 21 al-Anbiya
74 - 23 al-Mu’minun
75 - 32 as-Sajdah
76 - 52 ath-Thur
77 - 67 al-Mulk
78 - 69 al-Haqqah
79 - 70 al-Ma’arij
ah
80 - 78 an-Naba
81 - 79 an-Nazi’at
i
Sy
82 - 82 al-Infithar
83 - 84 al-Insyiqaq
a
84 - 30 ar-Rum
k
85 - 29 al-Ankabut
a
86 - 83 al-Muthaffifin
st
87 - 2 al-Baqarah
88 - 8 al-Anfal
u
89 - 3 Ali Imran
P
90 - 33 al-Ahzab
91 - 60 al-Mumtahanah
92 - 4 an-Nisa
93 - 99 al-Zalzalah
94 - 57 al-Hadid
84
95 - 47 Muhammad
96 - 13 ar-Ra’d
97 - 55 ar-Rahman
98 - 76 al-Insan (ad-Dahr)
99 - 65 ath-Thalaq
100 - 98 al-Bayyinah
101 - 59 al-Hasyr
103 - 24 an-Nur
ah
104 - 22 al-Hajj
105 - 63 al-Munafiqun
i
Sy
106 - 58 al-Mujadilah
107 - 49 al-Hujurat
a
108 - 66 at-Tahrim
k
109 - 62 al-Jumu’ah
a
110 - 64 at-Taghabun
st
111 - 61 Shaf
112 - 48 al-Fath
u
113 - 5 al-Maidah
P
114 - 9 at-Taubah
85
Menurut riwayat yang dinukil oleh Suyuthi, surah al-Fatihah tidak tercantum
dalam riwayat Ibnu Abbas. Karena itu kami telah melakukan koreksi berdasarkan
riwayat Jabir bin Zaid dan nas dalam kitab Tarikh Ya’qubi.117
Zarkasyi meletakkan surah Shaf setelah surah at-Tahrim, sebelum surah al-
Jumu’ah. Dia meletakkan surah al-Bara’ah sebelum surah al-Maidah dan meletakkan
ah
Madaniyah, menurut riwayat Ibnu Abbas yang dinukil oleh Zarkasyi dan Thabarsi,
dikoreksi dan disempurnakan dengan riwayat Jabir bin Zaid. Pada saat yang sama,
i
Sy
terdapat tiga puluh surah lebih yang diperselisihkan; apakah ia Makkiyah atau
1. Surah al-Fatihah.
k
Mujahid berpendapat bahwa surah ini adalah Madaniyah. Padahal dalam surah
a
Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Quran
u
yang agung.
P
Tujuh ayat yang dibaca, itu mengisyaratkan surah al-Hamdu. Seperti yang
ditegaskan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, “Surah al-Hamdu
diturunkan di Mekkah dari simpanan yang sangat berharga yang berada di bawah
Arsy.”
117
Al-Itqan, jilid 1, hal.25; Tarikh Ya’qubi, jilid 2, hal.26.
86
Husain bin Fadhl 118 berkata, “Ini adalah suatu kesalahan besar, yang telah
2. Surah an-Nisa.
Surah ini dianggap sebagai surah Makkiyah dengan dalil ayat 58,
kepada yang berhak, karena ayat ini diturunkan di Mekkah pada tahun Fathu Mekkah.
Pendapat tersebut tidak benar. Alasannya; pertama, satu ayat tidak bisa
ah
menjadi tolok ukur keseluruhan surah. Kedua, tolok ukur Madaniyah suatu surah
i
Sy
3. Surah Yunus.
Madaniyah kepada Ibnu Abbas. Alasannya karena kandungan serta kerasnya nada
k
surah itu sama seperti surah-surah Makkiyah. Tetapi riwayat-riwayat tentang urutan
a
kerasnya nada surah tersebut bisa dilihat dalam banyak surah-surah Madaniyah (surah
u
al-Baqarah).
P
4. Surah ar-Ra’d.
Muhammad bin Said Kalbi seorang ulama terdahulu dan Sayid Qutub, ulama
118
Husain bin Fadhl adalah seorang ulama besar dan mufasir pada zamannya. Pada saat itu dia adalah
pemimpin semua orang. Pada tahun 217 H, Ibnu Thahir membelikan sebuah rumah di Neisyabur
untuknya. Beliau mengajar ilmu fikih dan al-Quran. Beliau adalah seorang marja’ taklid. Beliau wafat
pada tahun 282 dalam usia 104. Saat ini makamnya menjadi tempat ziarah.
119
Al-Itqan, jilid 1, hal.130.
87
yang bernada keras seperti surah-surah Makkiyah lainnya. Namun riwayat tentang
tertib urutan surah bersepakat menyebutnya sebagai Madaniyah. Selain itu banyak
5. Surah al-Hajj.
Abu Muhammad Makki bin Abi Thalib berpendapat bahwa surah ini adalah
ah
bagian dari kisah-kisah buatan. Kedua, kandungan surahnya tidak sesuai dengan
surah-surah Makkiyah.
i
Sy
6. Surah al-Furqan.
Bekaitan dengan surah ini, hanya Dhahhak saja yang bertentangan dengan
a
riwayat-riwayat tentang urutan turunnya surah dan kesepakatan para mufasir. Dia
k
7. Surah Yasin.
u
orang yang berpendapat demikian tidak dikenal, dia juga tidak memberikan dalil yang
8. Surah Shad.
Menurut pendapat yang amat jarang dan tak jelasnya status orang yang
88
9. Surah Muhammad.
ah
11. Surah ar-Rahman.
Sayid Qutub dan Jalaluddin Suyuthi melihat nada dan susunan surah dengan
i
Sy
bersandar kepada dua riwayat; yang pertama menukil Mustadrak al-Hakim, kemudian
yang kedua menukil Musnad Ahmad. Pendapatnya adalah bahwa surah ini Makkiyah.
Pendapat ini tertolak dengan beberapa dalil; pertama, hanya sekedar nada dan
a
susunan surah tidak cukup dijadikan bukti Makkiyah atau Madaniyah-nya sebuah
k
surah. Kedua, Riwayat Hakim tidak memiliki kepastian bahwa surah tersebut adalah
a
Makkiyah, sementara riwayat Musnad Ahmad sanadnya daif (lemah). 120 Ketiga,
st
120
Al-Itqan, jilid 1, hal.33.
89
Sebagian ulama berpendapat bahwa surah ini adalah Makkiyah. Alasan
mereka adalah karena Umar memeluk Islam dengan membaca surah tersebut ketika
Karena terdapat riwayat yang berbeda, riwayat tersebut patut untuk diteliti.
Ada sebagian riwayat menyebutkan bahwa surah Thaha, sebagian riwayat lain
ah
nuzul. Dia menganggap bahwa surah ini adalah Makkiyah.
i
Sy
14. Surah al-Jumu’ah.
dan riwayat-riwayat tartibun nuzul, surah ini diakui sebagai surah Makkiyah, tetapi
a
Menurut riwayat yang dinisbahkan kepada Ibnu Abbas bahwa surah ini adalah
u
121
Ibnu Hazm Andalusi, An-Nasikh wa al-Mansukh fi al-Quran dar Hasyiah_ye Jalalain, jilid 2,
hal.197.
122
Sirah Ibn Hisyam, jilid 1, hal.370; Usd al-Ghabah, jilid 4, hal.54; Al-Ishabah, jilid 2, hal.519; Tafsir
ath-Thabari, jilid 9, hal.237; Asbabun Nuzul dar Hasyiah_ye Jalalain, jilid 2, hal.94.
90
Sebagian berpendapat bahwa surah ini adalah Madaniyah. Pendapat ini
yang mengisahkan Ahlulbait as memberi makan orang miskin dan anak yatim.
ah
Sayid Qutub juga menganggapnya surah Makkiyah. Pendapatnya bersandar
i
Sy
Berbeda dengan Hafiz Haskani. Dia berpendapat bahwa sebagian orang-orang
Dalam hal ini Allamah Thabarsi memberikan sumbangsih yang besar dari
u
penelitiannya. Dia berpendapat bahwa surah ini adalah Madaniyah. Alasan utamanya
P
Madaniyah.124
123
Syawahid at-Tanzil, hal.310-315.
124
Tafsir Thabarsi, jilid 10, hal.405.
91
Ya’qubi berpendapat bahwa surah ini adalah surah pertama yang diturunkan di
mereka adalah ayat 14-15 surah al-A’la diturunkan berkenaan dengan shalat Hari
Raya, Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan dia ingat
ah
nama Tuhannya, lalu ia sembahyang. Namun, sekalipun surah ini memiliki sisi yang
bersifat umum, tidak bertentangan dengan sebagian riwayat juga menyebutkan bahwa
i
Sy
surah tersebut berkenaan dengan shalat Hari Raya.
sebagian ulama berpendapat bahwa surah ini adalah surah Madaniyah. 125
a
st
mereka, sebab turunnya surah tersebut adalah karena Rasulullah saw bermimpi kera-
beliau tidak memiliki mimbar. Argumentasi ini tidak memiliki landasan, karena
125
Ad-Durr al-Mantsur, jilid 6, hal.357; Tafsir Thabarsi, jilid 10, hal.501.
126
Al-Mustadrak, jilid 3, hal.171.
92
22. Surah al-Bayyinah.
Makki bin Abi Thalib menggolongkan surah ini ke dalam surah Makkiyah.127
adalah Madaniyah.
adalah nada dalam surah ini keras. Namun jika merujuk kepada riwayat tartibun
ah
nuzul, maka tidak selaras dengan pendapat tersebut.
i
Sy
24. Surah al-‘Adiyat.
disandarkan kepada riwayat yang daif yang tidak bisa dipercaya. 128
a
k
berdasarkan sebab turunnya yang berkenaan dengan kaum Yahudi. 129 Namun
u
kandungan surah dan riwayat tidak membahas secara khusus tentang Yahudi.
P
127
Abu Muhammad Makki bin Abi Thalib, Al-Kasyf ‘an Wujuh al-Qira’atil Saba’, jilid 2, hal.501.
128
Ad-Durr al-Mantsur, jilid 6, hal.383; Tafsir Thabarsi, jilid 10, hal.527; Tafsir ath-Thabari, jilid 30,
hal.177.
129
Al-Itqan, jilid 1, hal.14.
93
27. Surah al-Kautsar.
Pendapat ini tidak benar, karena tidak ada satu ayat dan surah pun yang
diturunkan ketika Rasulullah saw dalam keadaan tidur, kecuali ayat atau surah yang
ah
Suyuthi lebih mendukung pendapat bahwa surah ini adalah Madaniyah,131
i
Sy
29-30. Mu’awwidzatain.
mengandung ayat-ayat yang tidak sama dengan asal surahnya. Seandainya surah itu
130
Tafsir Thabarsi, jilid 10, hal.548.
131
Jalaluddin Suyuthi, Lubab an-Nuqul dar Hasyiah_ye Jalalain, jilid 2, hal.147; Al-Itqan, jilid 1,
hal.14.
132
Tarikh Ya’qubi, jilid 2, hal.35.
94
Penelitian yang kami lakukan menunjukkan fakta sebaliknya dari pendapat di
atas. Setiap surah Makkiyah seluruh ayatnya adalah Makkiyah. Setiap surah
Contoh pertama. Surah al-Maidah ayat 3, Pada hari ini orang-orang kafir
telah putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu
untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam
sebagai agamamu. Ayat ini disebutkan turun kepada Rasulullah saw di Arafah.134
ah
Pendapat seperti ini salah, karena menjadikan tempat sebagai tolok ukur antara
Makkiyah dan Madaniyah sebuah surah atau ayat; jika setiap surah yang diturunkan
i
Sy
bertempat di Mekkah, meskipun ia diturunkan setelah hijrah, maka surah itu adalah
Makkiyah.
Sebenarnya yang menjadi tolok ukur antara Makkiyah dan Madaniyah sebuah
a
surah adalah masa hijrah. Pembagian Makkiyah dan Madaniyah surah-surah tolok
k
Contoh kedua. Ayat 113 dan 114 surah at-Taubah, Tidak sepatutnya bagi
st
Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-
u
orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya),
P
sesudah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka
jahanam, dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak
lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu.
Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka
133
At-Tamhid, jilid 1, hal.119, jilid 6, hal.87.
134
Tarikh al-Quran, hal.27.
95
lembut hatinya lagi penyantun. Ada yang berpendapat bahwa ayat ini diturunkan di
Mekkah ketika Abu Thalib wafat dan Rasulullah saw berjanji akan memintakan
sekelompok kaum Muslim, setelah Fathu Mekkah yang memohon kepada Rasulullah
saw agar beliau memohonkan ampun kepada Allah untuk ayah-ayah mereka yang
musyrik. Pada saat itulah ayat ini diturunkan dengan tegas, sebagai bentuk
larangan. 136
Contoh ketiga. Ada yang berpendapat bahwa tiga ayat pertama surah Yusuf
ah
adalah Madaniyah. Jalaluddin Suyuthi menyatakan bahwa pendapat ini lemah.
i
Sy
Alasan mereka yang mengatakan bahwa ayat ini adalah Madaniyah adalah
agar bertanya kepada Nabi saw tentang Nabi Yusuf. Karena itulah, menurut mereka,
a
Ketika semua kisah dalam surah sudah diturunkan di Mekkah, tidak berarti
a
adalah sebaliknya; orang-orang Yahudi yang meminta kepada orang-orang kafir dan
u
musyrik Mekkah agar mereka bertanya kepada Nabi saw tentang kisah Yusuf. Ketika
P
Asbabun Nuzul
angsur dalam berbagai kesempatan, sesuai dengan peristiwa dan masalah yang
135
Shahih Bukhari, jilid 2, hal.119, jilid 6, hal.87.
136
Tafsir Thabarsi, jilid 5, hal.76.
137
Al-Itqan, jilid 1, hal.15; Tarikh al-Quran, hal.28.
96
menimpa kaum Muslim. Karenanya, demi menyelesaikan problematika tersebut, satu
atau beberapa ayat dan kadangkala satu surah diturunkan. Sangat jelas bahwa ayat-
ayat yang diturunkan pada setiap kesempatan, berkaitan dan membahas peristiwa
tersebut. Karenanya, jika terdapat ketidakjelasan atau muncul masalah dalam lafazh
atau makna, maka untuk menyelesaikannya harus dengan cara mengidentifikasi latar
Untuk mengetahui makna dan tafsir setiap ayat secara utuh, langkah yang
harus ditempuh adalah melihat sebab turunnya setiap ayat agar memperoleh kejelasan
yang sempurna. Jika tidak melihat sebab turunnya ayat, seringkali penafsiran ayat
ah
tidak memberikan penjelasan apa pun. Sebab turunnya setiap ayat menjadi penjelas
i
Sy
Contohnya ayat, Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari syiar
Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada
dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Sa’i di antara dua gunung Shafa dan
a
Marwa dalam haji dan umrah adalah salah satu rukun haji. Apakah yang
k
Makna lahiriah ayat itu adalah “Bukan perbuatan dosa melakukan sa’i di
st
antara dua gunung itu”. Frase ini mengindikasikan arti “boleh” bukan “wajib”. Namun
u
jika merujuk ke sebab turunnya ayat, akan jelas bahwa ayat ini diturunkan untuk
P
Hijriah, Rasulullah saw beserta para sahabatnya akan memasuki kota Mekkah untuk
menunaikan ibadah umrah. Dalam perjanjian tersebut diatur, selama tiga hari, orang-
orang musyrik harus menyingkirkan arca-arca di sekitar Ka’bah dan di atas gunung
Shafa dan Marwa agar kaum Muslim dapat menjalankan ritual thawaf dan sa’i dengan
97
bebas. Setelah tiga hari yang disepakati, arca-arca itu dikembalikan ke tempatnya
semula.
ibadah sa’i di antara dua gunung Shafa dan Marwa adalah dosa. Ayat itu diturunkan
agar kaum Muslim tetap menjalankan sa’i yang merupakan salah satu syiar Allah,
sementara keberadaan arca-arca itu tidak penting dan tidak akan merusak ibadah
sa’i. 138
Dengan merujuk sebab turunnya ayat tersebut, maka sangat jelas maknanya.
ah
Permasalahan yang dibahas bukanlah diperbolehkan atau diwajibkannya sa’i, namun
menepis anggapan yang salah tentang pelarangan sa’i. Adanya arca-arca tidak
i
Sy
menghalangi amalan-amalan sa’i. Mengetahui sebab-sebab turunnya ayat sangat
Asbabun nuzul sangatlah sulit untuk diketahui dan dipahami. Para ulama
a
tempo dulu tidak mencatat semua permasalahan yang menjadi pembahasan, kecuali
k
hanya beberapa saja. Salah satu sebab tidak adanya catatan yang lengkap karena
a
mereka menganggap menghafal susunan sebab turunnya ayat adalah cukup, sehingga
st
merasa tidak perlu mencatat semua pengetahuan sebagai warisan berharga bagi
u
generasi mendatang.
P
Kecuali itu, banyak sekali riwayat tentang asbabun nuzul yang lemah dan
tidak bisa dipercaya. Bahkan, seringkali riwayat itu memiliki kepentingan tertentu,
khususnya pada masa Bani Umayah. Atas dasar kepentingan pribadi, Bani Umayah
sering menakwil ayat sekehendak hati dengan menyusun asbabun nuzul palsu.
138
Tafsir al-‘Ayyasyi, jilid 1, hal.70.
139
At-Tamhid, jilid 1, hal.243.
98
Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa ada tiga hal yang tidak memiliki dasar
yang benar. Pertama, riwayat-riwayat yang berkaitan dengan peperangan pada awal
dengan masalah ini (asbabun nuzul), tidak bisa dipercaya, namun bukan berarti semua
Orang paling terkenal, pengumpul riwayat asbabun nuzul adalah Abul Hasan
Ali bin Ahmad Wahidi Neisyaburi (w. 468). Dia dikritik oleh Jalaluddin Suyuthi (w.
ah
911) karena bersemangat mengumpulkan riwayat-riwayat daif. Menurut Suyuthi, dia
mencampur aduk riwayat sahih dengan riwayat daif, kebanyakan riwayat yang
i
Sy
ditulisnya melalui jalur Kalbi dari Abi Shalih dari Ibnu Abbas yang sangat tak
riwayat daif. Sebagai contoh, ayat Dan jika kamu memberikan balasan, maka
a
balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.
st
Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-
u
orang yang sabar. Bersabarlah, dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan
P
pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka, dan
janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
menjelaskan bahwa pada saat ayat ini diturunkan, Rasulullah saw berdiri di atas
140
Al-Burhan, jilid 2, hal.156.
141
Lubab an-Nuqul dar Hasyiah_ye Jalalain, jilid 1, hal.11.
99
kepala jenazah Hamzah sambil menangis tersedu-sedu dan berkata, “Aku pasti
(memotong telinga, hidung dan merobek perut).” Pada saat itulah Jibril membawa
Padahal, surah an-Nahl termasuk salah satu surah Makkiyah. Surah ini
keempat Hijriah. Rasulullah saw telah mendapat bimbingan Islam dengan selalu
menjunjung tinggi keadilan dan kejujuran dalam kehidupannya. Tidak mungkin beliau
ah
Ayat-ayat itu diturunkan di Mekkah ketika kaum Muslim mendapat tekanan
i
Sy
Sababun Nuzul atau Sya’nun Nuzul?
tidak ada perbedaan. Setiap peristiwa atau kesempatan yang mengharuskan turunnya
a
satu ayat atau banyak ayat, terkadang disebut dengan sababun nuzul dan kadangkala
k
dari sababun nuzul. Setiap ada peristiwa berkaitan dengan seseorang atau suatu
u
masalah yang terjadi pada masa lalu, saat ini dan masa mendatang, terkait dengan
P
hukum, diturunkan satu atau beberapa ayat, maka semua ini disebut dengan sya’nun
nuzul dari ayat-ayat yang diturunkan. Sebagai contoh, misalkan ayat tersebut
142
Lubab an-Nuqul dar Hasyiah_ye Jalalain, jilid 1, hal.213.
143
At-Tamhid, jilid 1, hal.247-253.
100
Sababun nuzul adalah sebuah peristiwa yang disusul oleh turunnya ayat atau
beberapa ayat. Dengan kata lain, peristiwa tersebut menyebabkan turunnya ayat al-
Quran.
Dalam istilah klasik, tanzil digunakan untuk istilah turunnya ayat karena satu
peristiwa tertentu. Peristiwa itulah yang menyebabkan turunnya ayat al-Quran. Takwil
adalah pengertian umum yang disimpulkan dari ayat dan bisa diterapkan kepada
ah
Sebagian ulama menyebutkan dua istilah tersebut dengan nama zhahrun (lahir)
dan batnun (batin). Zhahrun adalah tanzil. Batnun adalah takwil. Karena lahiriah ayat
i
Sy
menunjukkan peristiwa turunnya ayat, batin ayat mengandung arti yang jauh lebih
luas.
Fudhail bin Sayyar bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq tentang hadis Nabi
a
yang terkenal; “Tiada satu ayat pun dalam al-Quran melainkan memiliki lahir dan
k
batin.”
a
Imam Ja’far Shadiq menjawab, “Lahirnya adalah tanzil dan batinnya adalah
st
takwil. Sebagian sudah terjadi di masa lampau dan sebagian lain belum terjadi. Al-
u
Quran selalu berjalan sebagaimana matahari dan bulan.” 144 Dalam hadis lain
P
144
Bashair al-Darajat, ash-Shaffar, hal.196, hadis 7.
145
Tafsir al-‘Ayyasyi, jilid 1, hal.11, hadis 4.
101
Urgensi Sya’nun Nuzul, Tanzil dan Takwil dalam Penyimpulan Hukum
Dengan memperhatikan sabab dan sya’nun nuzul, lahir dan batinnya ayat-ayat
al-Quran, fukaha dan para ilmuan Muslim memiliki kaidah untuk menarik kesimpulan
tentang hukum, yaitu sebuah kaidah yang intinya ingin menjelaskan, bahwa yang
menjadi tolok ukur adalah teks yang universal, bukannya kasus khusus pada saat ayat
itu turun. Seorang mujtahid harus mampu mengabaikan unsur-unsur khusus kasus dan
berpijak pada keuniversalan teks, meski unsur khusus itu masih diperlukan untuk
Dua contoh dari al-Quran yang universal dan sudah dikaji dan digunakan
ah
dalam riwayat-riwayat:
Pertama, surah al-Baqarah ayat 115, Dan milik Allah-lah timur dan barat,
i
Sy
maka ke mana pun kalian palingkan wajah kalian, di sanalah wajah Allah.
Sesungguhnya Allah Mahaluas lagi Maha mengetahui. Ayat ini adalah salah satu ayat
yang memiliki tanzil dan takwil. Keuniversalannya hanya bisa dijelaskan oleh Imam
a
maksum.
k
Ayat ini secara lahiriah bertentangan dengan ayat yang mewajibkan untuk
a
pertentangan tersebut dapat teratasi. Sya’nun nuzul dari ayat tersebut menyebutkan
u
seandainya shalat menghadap Baitul Maqdis itu benar, sebagaimana masih dikerjakan
hingga saat ini (ketika waktu itu arah shalat masih menghadap Baitul Maqdis), maka
menggeser arah shalat ke arah Ka’bah adalah batil. Mereka juga berpendapat,
seandainya shalat ke arah Ka’bah itu benar, berarti yang selama ini dikerjakan
102
Allah menegaskan dalam ayat itu bahwa keduanya (menghadap Ka’bah atau
Baitul Maqdis) adalah benar karena shalat adalah hakikat yang tetap, sementara
menghadap Ka’bah atau Baitul Maqdis bukanlah masalah yang substansial. Hal itu
adalah bentuk syariat untuk mewujudkan kesatuan dalam shaf orang-orang shalat.
dan melakukan shalat menghadap ke barat karena Baitul Maqdis berada di sebelah
barat Madinah. Kedua tempat itu adalah milik Allah. Allah tidak terlokalisir di sisi
Menurut beberapa riwayat tentang ayat ini yang berbeda dengan penjelasan di
ah
atas; bahwa shalat-shalat mustahab dapat dilakukan ketika berkendara ke segala arah
karena dalam keadaan bergerak. 146 Penjelasan ini adalah batin ayat yang bisa
i
Sy
dipahami melalui penjelasan manusia-manusia suci.
Kedua, surah al-Jinn ayat 18, Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah
milik Allah. Maka janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping
a
(menyembah) Allah. Masjid, jamaknya berarti tempat ibadah. Dengan pengertian ini,
k
masjad sebagai masdar yang berarti ibadah dan sembahan; Hanya Allah yang patut
u
disembah dan janganlah menyebut nama seseorang di samping Allah pada saat
P
beribadah.
melarang menyekutukan Allah ketika beribadah. Menurut sebuah riwayat sahih, ada
makna lain dari ayat tersebut, yaitu masjid juga bermakna tempat-tempat sujud.
Beberapa mufasir, seperti Said bin Jubair, Zajjaj dan Farra’ berpendapat bahwa masjid
146
Wasail asy-Syi’ah, jilid 3, Abwab al-Qiblah, bab 8 dan 15.
103
juga bermakna tempat-tempat sujud (tujuh anggota tubuh untuk bersujud). Semua
tempat itu adalah milik Allah yang diberikan kepada manusia dan tidak boleh
Ada juga yang senada dengan riwayat tersebut, yaitu dari Imam Muhammad
tentang batas hukum potong tangan bagi seorang pencuri. Pada saat itu Imam
Muhammad Taqi menjawab, “Di ujung jari-jari.” Beliau pun ditanya apa dasar fatwa
tersebut. Beliau menjawab, “Telapak tangan adalah salah satu dari tujuh anggota
sujud yang hanya milik Allah. Karenanya tidak boleh dipotong.” 148 Sangsi yang
ah
dijatuhkan kepada pencuri harus terkait dengan sesuatu yang menjadi miliknya.
i
Sy
Cara Memperoleh Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul bisa didapat dengan cara menyadur riwayat. Namun, peristiwa
masa lalu banyak yang tidak terdokumentasi dengan rapi. Karenanya, kebanyakan
a
riwayat manqul tidak terlalu memperhatikan (mengabaikan) sumber rujukan yang bisa
k
dipercaya. Kalau pun ada, jumlahnya sangat sedikit. Kebanyakan, sanadnya lemah
a
kecuali ada riwayat yang benar dan dapat dipercaya, atau diriwayatkan oleh orang-
orang yang menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman itu. Jika
harus berpendapat, maka itu harus dilakukan dengan menyingkirkan dugaan dan isu
147
Tafsir Thabarsi, jilid 10, hal.372.
148
Wasail asy-Syi’ah, jilid 18, Abwab Hadd as-Sariqah, bab 4.
104
Wahidi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda,
menjadi penghuni neraka.” Karenanya salafus salih tidak akan berbicara tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan al-Quran tanpa dasar yang kuat dan dapat
dipercaya.
Muhammad bin Sirin berkata, “Aku bertanya kepada Ubaidah, salah seorang
tabi’in terkemuka, tentang tafsir sebuah ayat al-Quran. Dia menjawab, ‘Orang-orang
ah
Wahidi berpendapat bahwa di zaman ini banyak pembohong terlibat dalam
i
Sy
Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa ada tiga hal yang tidak berdasar;
ketika bersinggungan dengan masalah ini, tidak mampu mengumpulkan lebih dari 250
k
hadis musnad, baik itu hadis yang sahih atau daif. 150
a
Terlepas dari itu semua, ada yang sangat membahagiakan terkait dengan
st
asbabun nuzul, yaitu riwayat dari jalur Ahlulbait sangat banyak yang sampai kepada
u
kita secara sahih melalui jalur Ahlulbait itu sendiri. Sampai saat ini terdapat lebih dari
P
empat ribu riwayat yang terdokumentasi terkait dengan pembahasan ini. 151
asbabun nuzul, dalam batas-batas tertentu bisa dipercaya, seperti Jami’ al-Bayan
karya Thabari, Ad-Durr al-Mantsur karya Suyuthi, Majma’ al-Bayan karya Thabarsi,
At-Tibyan karya Syekh Thusi. Masih banyak lagi buku-buku yang ditulis khusus
149
Asbabun Nuzul, hal.4.
150
Al-Itqan, jilid 4, hal.214-257.
151
Riwayat-riwayat tersebut sudah terdokumentasi, berjumlah 10 jilid, berkat jasa Agha Burhan.
105
tentang asbabun nuzul, seperti Asbabun Nuzul karya Wahidi dan Lubabun Nuqul
karya Suyuthi. Karya-karya tersebut mengandung racikan riwayat sahih dan daif.
Karenanya, seharusnya semua riwayat di dalam kitab-kitab itu diamati dengan teliti.
bisa dipercaya, yakni harus orang maksum, atau seorang sahabat yang bisa dipercaya,
seperti Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’b dan Ibnu Abbas yang memang
menguasai al-Quran dan diterima oleh umat atau dari kalangan tabi’in yang mulia,
ah
seperti Mujahid, Said bin Jubair dan Said bin Musayyib yang tak pernah menulis
i
Sy
2. Hendaknya ke-mutawatir-an dan istifadhah (banyaknya) riwayat-riwayat
yang berkaitan dengan pengalihan kiblat dan asbabun nuzul ayat-ayat al-Quran
a
lainnya.
st
Quran, harus memiliki relasi yang kuat dan menjelaskan. Hal ini bisa menjadi bukti
P
bahwa hadis itu benar, meski dari segi sanad ilmu hadis, hadis itu tidak sahih atau
hasan. Dengan mengetahui relasi antara beberapa peristiwa yang terekam oleh
sejarah, kita bisa mengetahui otentisitas kebenaran peristiwa itu. Jika tidak dengan
cara demikian, maka sulit untuk memastikan jalur kebenaran sanad. Beginilah cara
106
Seperti surah at-Taubah, ayat 37, Sesungguhnya pengunduran (bulan haram)
(pengunduran) itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun yang lain dan
yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. Ayat ini
keamanan orang-orang Arab yang melakukan perjalanan haji dari jazirah Arab yang
ah
paling jauh menuju Mekkah pada tiga bulan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan
i
Sy
Namun, para penguasa kabilah Arab yang zalim sering merubah salah satu
dari bulan-bulan haram. Sebagai contoh adalah seringnya mereka mengatakan bahwa
bulan Rajab diganti dan bulan Sya’ban dimajukan. Dengan alasan inilah mereka
a
yang berlaku. Tradisi buruk ini secara keseluruhan dilarang pada tahun kesembilan
a
Hijriah. 152
st
Karenanya, setiap alasan yang disebutkan tentang sebab turunnya ayat al-
u
Quran bisa direlasikan dengan kandungan ayat. Petunjuk serta bukti-bukti juga bisa
P
memperkuat bukti adanya masalah tersebut dan bisa menjelaskan makna ayat,
meskipun sanadnya tidak kuat. Berdasarkan kaidah ini, kasus-kasus lain bisa
dijelaskan.
152
Tafsir Thabarsi, jilid 5, hal.29.
107
Perawi Sebab Turunnya Ayat
Apakah menjadi syarat, bahwa perawi sebab turunnya ayat harus menyaksikan
syarat tersebut bagi perawi. Alasannya, sebab turunnya ayat, sanadnya tidak boleh
sampai kepadanya.
nuzul, kecuali dengan menggunakan riwayat atau setelah mendengar kesaksian pelaku
ah
Namun, beberapa ulama berpendapat bahwa pengetahuan perawi tentang
asbabun nuzul sudah dianggap cukup, sehingga dia tidak harus menyaksikan sendiri
i
Sy
peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat. Hakim Neisyaburi berpendapat bahwa
“Ayat ini diturunkan pada peristiwa ini,” maka perkataan ini setara dengan hadis yang
a
dinukil dari Nabi saw. 154 Pernyataan ini lebih bisa dipertanggungjawabkan, karena
k
kesaksian langsung perawi tidak lagi disyaratkan ketika ia diyakini sebagai orang adil
a
dan jujur dalam perkataannya. Dengan alasan inilah riwayat-riwayat yang dinukil dari
st
para Imam suci Ahlulbait tentang al-Quran diyakini dan diterima kebenarannya.
u
P
153
Asbabun Nuzul, jilid 4.
154
Al-Mustadrak, jilid 2, hal.258 dan 263; Makrifatu Ilm al-Hadis, hal.19-20.
108
Nama-nama dan Sifat-sifat Al-Quran
kualifikasi. 155
dengan menyebutkan lebih dari sembilan puluh nama atau sifat al-Quran. Dari Qadhi
Azizi juga dinukil 55 nama dan sifat al-Quran yang tertera dalam bagan berikut ini. 43
ah
nama pertama sama dengan pendapat Abul-Futuh Razi. Nama-nama tersebut adalah
i
Sy
Urutan Nama/Sifat Bukti Nama Surah Ayat
al-Quran
bacaannya itu.
P
155
Abul-Futuh Razi, Ar-Raudh al-Jinan wa Ruh al-Jinan, jilid 1, mukadimah, hal.5.
156
Tafsir Thabarsi, jilid 1, mukadimah, Al-Fann ar-Rabi’, hal.14.
157
Al-Burhan, jilid 1, hal.273-276; Al-Itqan, jilid 1, hal.143-146.
109
2- al-Furqan Hai orang-orang yang beriman, jika al-Anfal 29
Furqan.
Furqan.
ah
menurunkan al-Furqan kepada
i
Sy
peringatan kepada seluruh alam. al-Furqan 1
mendirikan shalat.
hikmah.
110
Sesungguhnya Kamilah Yang
memeliharanya.
mereka memikirkan.
ah
Dan sesungguhnya al-Quran itu
i
Sy
bagimu dan bagi kaummu.
Dzikr (keagungan).
u
penerangan.
111
itu adalah kitab yang mulia.
semesta alam.
ah
al-Quran kepadamu (Hai Muhammad) al-Insan 23
dengan berangsur-angsur.
i
Sy
Dan al-Quran itu telah Kami turunkan
membacakannya perlahan-lahan
a
112
6- Hadits Allah telah menurunkan perkataan az-Zumar 23
Tuhannya.
ah
sekiranya mereka tidak beriman
i
Sy
Maka apakah kamu merasa heran al-Kahfi 6
yang benar.
u
P
113
datang kepadamu pelajaran dari
dalam dada.
peringatan.
ah
9- Dzikra Dan dalam surah ini telah datang Hud 120
i
Sy
kepadamu kebenaran serta pengajaran
yang beriman.
a
yang bertakwa.
u
114
13 - Hukm Dan demikianlah, Kami telah ar-Ra’d 37
Arab.
hikmah.
ah
dari bukti-bukti (kerasulannya) dan
i
Sy
hikmah.
itu.
P
115
yang diturunkan kepadanya.
beriman.
ah
22 - Haq Dan sesungguhnya al-Quran itu al-Haqqah 51
i
Sy
23 - Tibyan Dan Kami turunkan kepadamu al- an-Nahl 89
segala sesuatu.
a
k
ingat.
116
berulang-ulang dan al-Quran yang
agung.
yang mulia.
ah
mengatakan bahwa “Sirajan Muniran
i
Sy
al-Quran yang diutus bersama
Rasulullah saw.
berpaling (daripadanya).
P
mendengarnya.
117
lurus.
berpecahbelah.
perintah Kami.
kisah.
ah
38 - Fashl Sesungguhnya al-Quran itu benar- ath-Thariq 13
i
Sy
yang hak dan yang batil.
(turun)nya al-Quran.
jelas.
118
43 - Aliy Dan sesungguhnya al-Quran itu dalam az-Zukhruf 4
nilainya.
ah
45 - Qaul Dan sesungguhnya telah Kami al-Qashash 51
i
Sy
(al-Quran).
yang serupa.
beriman.
119
51 - Amr Itulah perintah Allah yang ath-Thalaq 5
diturunkannya kepadamu.
besar.
ah
peringatan kepada kamu sekalian
dengan wahyu.
i
Sy
55 - Ilmu Dan seandainya kamu ar-Ra’d 37
pengetahuan
a
st
kepadamu.
u
Surah berasal dari kata Surul Balad (artinya dinding yang mengitari kota).
Istilah surah digunakan karena setiap surah mengandung atau membatasi ayat-ayat al-
tinggi.” Menurut pendapat Ibnu Faris, salah satu makna surah, adalah ketinggian dan
120
Sâra Yasûru yang berarti marah dan bergejolak. Setiap tingkat dari suatu bangunan
ketinggiannya.158
Ada yang berpendapat bahwa surah diambil dari kata su’run yang berarti
potongan dan sisa sesuatu. Abul-Futuh berpendapat bahwa mahmuz, berasal dari
su’rul ma’ yaitu sisa air dalam sebuah wadah. Orang-orang Arab berkata, “As’artu fil
Ina,” (apabila kamu menyisakan sesuatu di dalam wadah). Dari sinilah A’sya Bani
ah
Wanita itu sudah berpisah dariku
i
Sy
terbelah begitu curam
membacanya dengan “wawu”. Tak satu pun dari sembilan bentuk kasus yang
st
Ayat bisa dimaknai “alamat”, karena setiap ayat al-Quran adalah petunjuk
P
akan kebenaran firman Allah Swt, atau setiap ayat mengandung hukum atau hikmah
kepadamu ayat-ayat yang jelas, dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan
158
Ar-Raudh al-Jinan, jilid 1, mukadimah, hal.9.
159
Ibid.
121
Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan benar dan
sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus (QS.
al-Baqarah:252).
nama al-Quran. Kumpulan syair seorang penyair mereka namakan Diwan dan bagian
syair itu dengan nama surah, sama seperti Qasidah Diwan. Mereka menyebut
ah
sebagian surah dengan nama ayat, sama seperti setiap bait Qasidah. Juga diberi jarak
i
Sy
Raghib Ishfahani berpendapat bahwa dimungkinkan kata “ayat” diambil dari
kata dasar ayyin, sebab ayatlah yang menjelaskan “asal sesuatu”. Namun, yang benar
bahwa ayat diambil dari kata ta ayya, sebab kata ini berarti tatsabbut (ketetapan).
a
ramah). Mungkin juga diambil dari kata awiya ilaihi, yang berarti berlindung dan
a
menggantikan. Setiap bangunan yang tinggi mereka sebut dengan nama ayat, Apakah
st
kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main (QS.
u
Quran yang menunjukkan suatu hukum dari hukum-hukum syariat disebut dengan
ayat, baik ia berupa surah secara sempurna maupun hanya satu atau beberapa pasal
dari satu surah. Terkadang ayat itu disebut untuk menunjukkan ungkapan sempurna
160
Al-Itqan, jilid 1, hal.143.
122
yang berbeda dari perkataan yang lain. Dengan alasan inilah ayat-ayat surah dalam
surah bisa dihitung, dan setiap surah mengandung beberapa ayat. 161
Perlu kami ingatkan bahwa setiap surah yang mengandung beberapa ayat
adalah ketentuan pembuat syariat. Surah terpendek adalah surah al-Kautsar yang
mengandung tiga ayat. Surah terpanjang adalah surah al-Baqarah yang mengandung
286 ayat. Sedikit dan banyaknya ayat disetiap surah ditetapkan Rasulullah saw dan
Nama-nama Surah
ah
Nama-nama setiap surah ditetapkan pembuat syariat, sama seperti jumlah
ayat-ayat di setiap surah. Kemudian surah-surah itu diberi nama oleh Nabi.
i
Sy
Kebanyakan surah-surah itu memiliki satu nama. Ada sebagian surah yang memiliki
dua atau beberapa nama. Alasan penamaan sebagian dari surah-surah itu tercantum
tercantum dalam surah al-An’am ayat 144 dan 146, dan lafazh
P
Ali Imran Lafazh Ali Imran hanya disebutkan sebanyak dua kali dalam surah
161
Al-Mufradat, pembahasan “Ayyun”.
123
belas ayatnya.
al-Maidah Lafazh Maidah hanya disebut dalam surah ini saja, yaitu ayat 112
al-A’raf Hanya dalam surah ini lafazh A’raf disebut dua kali, yaitu dalam
al-Anfal Hanya dalam surah ini lafazh Anfal disebut sebanyak dua kali,
yaitu ayat 1.
ah
al-Bara’ah Di dalam surah ini terdapat pembahasan tentang Bara’ah
i
Sy
pembahasan seperti ini di surah lain.
Yunus.
a
k
Hud Dalam surah ini membahas Nabi Hud. Di surah lain pembahasan
Yusuf Di dalam surah ini nama Nabi Yusuf disebut berulang sebanyak
yaitu ayat 13. Meski surah al-Baqarah juga menyebut Ra’d (petir),
yaitu dalam ayat 19, namun tidak seperti pembahasan dalam surah
ini.
124
an-Nahl Satu-satunya surah yang membahas tentang lebah.
ah
nabi yang dikenal bangsa Arab.
i
Sy
dari ayat 25-38, dan merupakan pengumuman ibadah haji, Wa
al-Furqan Dalam surah ini al-Quran disebut dengan nama al-Furqan. Juga
a
st
al-Qashash Surah ini mencantumkan kalimat Qashsha alail Qashash (fi’il dan
125
ar-Rum Satu-satunya surah yang menyebut nama tersebut.
as-Sajdah Surah ini diberi nama Sajdah karena mengandung ayat sajdah.
Ayat sajdah juga ada dalam tiga surah lainnya, namun surah-
ah
Kebanyakan surah-surah memiliki satu nama. Namun, ada sebagian surah
i
Sy
Surah al-Hamdu memiliki nama lain Fatihatul Kitab, Ummul Kitab dan Sab’ul
Matsani. Jalaluddin Suyuthi menyebutkan lebih dari dua puluh nama surah ini.162
Disebut Ummul Kitab karena ia adalah surah al-Quran yang pertama. Bukan
a
k
hanya karena tercantum dalam Mushaf sebagai surah pertama, melainkan karena
Ummul Kitab, umm berarti tujuan. Surah al-Hamdu disebut dengan Ummul
Kitab karena semua tujuan-tujuan al-Quran terangkum dalam surah yang pendek ini.
u
Sab’ul Matsani, mencakup tujuh ayat dan terdiri dari surah-surah pendek.
P
Disebut Matsani karena berulang-ulang dan lebih sering dibaca daripada surah-surah
panjang.
162
Al-Itqan, jilid 1, hal.151.
163
Asra dalam bentuk fi’il madhi dari mashdar isra’ juga disebutkan dalam ayat al-Quran.
126
Ghafir nama lainnya al-Mu’min.
ah
Al-Masad nama lainnya Tabbat.
i
Sy
Ad-Dahr nama lainnya al-Insan, Hal Ata.
1. Sab’un Thiwal (tujuh surah panjang). Seperti al-Baqarah, Ali Imran, an-
st
2. Miin. Adalah surah-surah yang jumlah ayat-ayatnya lebih dari seratus, tetapi
P
tidak sepanjang surah-surah Sab’un Thiwal. Surah-surah ini, kurang lebih ada dua
ayat. Mengapa surah-surah itu disebut dengan Matsani karena pendeknya surah-surah
164
Al-Itqan, jilid 1, hal.155-159.
127
4. Hawamim. Tujuh surah yang diawali dengan huruf Hamim. Tujuh surah itu
Ahqaf.
ah
Jumlah Surah dan Ayat Al-Quran
Al-Quran dari awal diturunkan, dengan bentuk seperti yang sekarang ini
i
Sy
berjumlah 114 surah sampai kepada kita melalui jalur Rasulullah saw yang dinukil
oleh sahabat dan tabi’in. Jumlah tersebut ini adalah mutawatir. Melebihi atau kurang
dari jumlah tersebut tidak bisa diakui kebenarannya karena tidak berdasar.
a
Mushaf Abdullah bin Mas’ud, tidak mengandung surah al-Hamdu dan dua
k
surah Mu’awwidzatain (an-Nas dan al-‘Alaq). Dia berkeyakinan bahwa surah al-
a
tercantum dalam ayat, Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat
u
yang dibaca dan al-Quran yang agung (QS. al-Hijr:87). Surah al-Hamdu, yang tiada
P
saw agar beliau membaca kedua doa tersebut. Hasanain bisa terhindarkan dari bahaya
mata (sihir). Karenanya, setiap kali dia melihat dua surah tersebut dalam suatu
128
mushaf, dia selalu menghapusnya dan berkata, “Janganlah kalian mencampuraduk
Mushaf Ubay bin Ka’b memiliki 115 surah. Dia menganggap bahwa dua surah
al-Fil dan Ilaf adalah satu surah dan di antara dua surah itu tidak ada
Bismillahirrahmanirrahim. Selain itu dia juga menambahkan dua surah lagi dengan
hak Tuhan melalui yang diembankan kepada Rasulullah saw. Pendapat ini dinukil dari
beliau saw. Masalah ini bukanlah masalah ijtihad, karena itu kebenarannya
ah
bergantung kepada jalur periwayatannya.
i
Sy
banyak ayat berakhir di pertengahan pembahasan, padahal pembahasannya
diselesaikan dalam ayat berikutnya. Dengan demikian, pendek dan panjangnya setiap
bahwa ketika mengujarkannya, terkadang Rasulullah saw berhenti di ayat tertentu dan
st
tidak melanjutkan bacaannya. Seolah ayat yang dibaca Rasulullah telah selesai,
u
karena dalam bacaan lain seringkali beliau terus melanjutkan bacaannya tanpa
P
Dinukil dari Ibnu Abbas bahwa semua ayat-ayat al-Quran berjumlah 6.600
ayat. Semua hurufnya berjumlah 320.671. Ada yang berpendapat bahwa kalimat al-
Quran berjumlah 77.277, sebagian lain berpendapat 77. 934, pendapat yang lain lagi
129
Menurut Kufiyyin, riwayat yang paling sahih dan pasti tentang jumlah ayat al-
Quran adalah 6236. Riwayat ini dinukil dari Ali bin Abi Thalib. 165 Jumlah ini seperti
jumlah yang terdapat dalam mushaf asy-Syarif. Hitungan ini berdasarkan pendapat
namun tidak demikian dalam surah-surah yang lain. Huruf Muqaththa’ah dalam awal-
awal surah juga dihitung satu ayat. Namun jumlah ayat-ayat yang ada dalam setiap
ah
Ayat Ayat
1 al-Hamdu 7 13 ar-Ra’d 43
i
Sy
2 al-Baqarah 286 14 Ibrahim 52
25 Al-Furqan 77 49 al-Hujurat 18
165
Al-Itqan, jilid 1, hal.189-190 dan 197.
166
Ibid., hal.190-195.
130
26 asy-Syu’ara 227 50 Qaf 45
27 an-Naml 93 51 adz-Dzariyat 60
28 al-Qashash 88 52 ath-Thur 49
29 al-Ankabut 69 53 an-Najm 62
30 ar-Rum 60 54 al-Qamar 55
31 Lukman 34 55 ar-Rahman 78
32 as-Sajdah 30 56 al-Waqi’ah 96
33 al-Ahzab 73 57 al-Hadid 29
34 Saba 54 58 al-Mujadilah 22
ah
35 Fathir 45 59 al-Hasyr 24
36 Yasin 83 60 Mumtahanah 13
i
Sy
37 ash-Shaffat 182 61 Shaf 14
38 Shad 88 62 al-Jumu’ah 11
a
39 az-Zumar 75 63 Munafiqun 11
k
40 al-Ghafir 85 64 at-Taghabun 18
a
41 Fushshilat 54 65 ath-Thalaq 12
st
42 asy-Syura 53 66 at-Tahrim 12
43 az-Zukhruf 89 67 al-Mulk 30
u
44 ad-Dukhan 59 68 al-Qalam 52
P
45 al-Jatsiyah 37 69 al-Haqqah 52
46 al-Ahqaf 35 70 al-Ma’arij 44
47 Muhammad 38 71 Nuh 28
48 al-Fath 29 72 al-Jinn 28
73 al-Muzzammil 20 97 al-Qadr 5
131
74 Muddatstsir 56 98 al-Bayyinah 8
75 al-Qiyamah 40 99 al-Zalzalah 8
ah
83 Muthaffifin 36 107 al-Ma’un 7
i
Sy
85 al-Buruj 22 109 al-Kafirun 6
91 asy-Syams 15
u
92 al-Lail 21
P
93 adh-Dhuha 11
94 asy-Syarh 8
95 at-Tin 8
96 al-‘Alaq 19
132
Riwayat Kufiyyin dari Ibnu Abi Laila dari Abu Abdila Rahman Sulami dari
Bab III
Pengumpulan dan penyusunan al-Quran dalam bentuk seperti saat ini, tidak
terjadi dalam satu masa, tapi berlangsung selama beberapa tahun atas upaya beberapa
orang dan berbagai kelompok. Urutan, susunan dan jumlah ayat di setiap surah sudah
ah
harus dibaca sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan. Setiap surah diawali dengan
i
Sy
dicantumkan sesuai dengan urutan turunnya. Susunan ini adalah alami (sesuai urutan
turunnya). Kadangkala pernah terjadi bahwa Rasulullah saw, dengan bimbingan Jibril,
memerintahkan agar sebuah ayat diletakkan di surah berbeda, tidak sesuai dengan
a
susunan alami, seperti ayat Dan jagalah dirimu dari hari yang pada waktu itu kamu
k
semua dikembalikan kepada Allah, kemudian masing-masing diri diberi balasan yang
a
sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak
st
dianiaya. Menurut riwayat, ayat ini termasuk salah satu ayat terakhir yang diturunkan.
u
Namun Rasulullah saw memerintahkan agar ayat ini dicantumkan di antara ayat-ayat
P
tersusun secara alami atau atas dasar perintah Nabi saw adalah tauqifi (berdasarkan
perintah Allah Swt) melalui pengawasan dan perintah Rasulullah saw sendiri dan
133
Namun, para ulama berbeda pendapat tentang susunan dan urutan surah-surah
para peneliti berpendapat bahwa al-Quran yang ada sekarang ini tersusun sejak zaman
Rasulullah saw masih hidup. Alasannya adalah pada masa itu ada banyak orang yang
hafal al-Quran. Sangat mustahil Rasulullah saw mengabaikan masalah penting ini,
Ada yang berpendapat bahwa pendapat tersebut tidak bisa diterima. Alasan
bahwa ada yang menghafal dan mengumpulkan al-Quran pada saat itu tidak
ah
Adanya penghafal dan pencatat al-Quran yang diturunkan hingga masa itu bukan
i
Sy
sangat penting agar tidak terjadi kesalahan peletakan ayat-ayat di setiap surah.
Pekerjaan penting ini terjadi sejak zaman Rasulullah saw, namun menertibkan surah
yang satu dengan yang lain sampai akhir al-Quran tidak mungkin terjadi pada zaman
a
beliau. Alasannya adalah pada saat itu Rasulullah saw masih hidup, setiap saat ada
k
kemungkinan surah-surah dan ayat-ayat al-Quran masih diturunkan. Adalah wajar jika
a
sepeninggal Rasulullah saw yang diprakarsai oleh Ali bin Abi Thalib, kemudian Zaid
Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama yang sibuk mengumpulkan al-Quran
sepeninggal Rasulullah saw. Menurut banyak riwayat, selama enam bulan beliau
“Mushaf pertama yang terkumpul dengan rapi adalah mushaf Ali. Mushaf ini berada
134
di keluarga Ja’far.” Kemudian dia melanjutkan, “Aku melihat sebuah mushaf milik
Abi Ya’la Hamzah Hasani tulisan Ali dan (di dalam mushaf itu) ada beberapa
halaman yang hilang. Mushaf itu dijadikan sebagai warisan oleh putra-putra Hasan
Muhammad bin Sirin menukil dari Ikrimah yang berpendapat bahwa pada
awal kekhilafahan Abu Bakar, Ali berdiam diri di dalam rumah, mengumpulkan al-
Quran. Muhammad bin Sirin bertanya kepada Ikrimah, “Apakah tertib dan
ah
dan manusia berkumpul untuk mengumpulkan al-Quran seperti (yang telah dilakukan)
Ali, niscaya mereka tak akan mampu melakukannya.” Ibnu Sirin berkata “Meski saya
i
Sy
sudah berusaha keras untuk mendapatkan mushaf itu, tetapi saya tidak berhasil
mendapatkannya.” 168
Ibnu Jazi Kalbi berkata, “Seandainya Mushaf Ali itu ditemukan, niscaya
a
Mushaf Ali bin Abi Thalib memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
u
mushaf-mushaf lainnya.
P
turunnya. Dalam mushaf ini Makkiyah diletakkan sebelum Madaniyah. Dalam mushaf
ini sangat jelas proses perjalanan sejarah turunnya ayat-ayat al-Quran. Melalui
167
Al-Fihrist, hal.47-48.
168
Thabaqat Ibn Sa’d, jilid 2, hal.101; Al-Isti’ab dar Hasyiah_ye al-Ishabah, jilid 2, hal.253; Al-Itqan,
jilid 1, hal.57.
169
At-Tashil li Ulum at-Tanzil, jilid 1, hal.4; At-Tamhid, jilid 1.
135
perantara mushaf ini perjalanan tasyri’ dan hukum-hukum, khususnya masalah nasikh
Rasulullah saw, bacaan yang paling murni. Dalam mushaf ini sama sekali tidak ada
sesuatu yang menjadi sebab perbedaan bacaan al-Quran. Dengan demikian cara untuk
memahami kandungan serta penafsiran ayat yang benar menjadi mudah. Masalah ini
menyesatkan mufasir.
Ketiga. Mushaf ini mengandung tanzil dan takwil yang menjelaskan peristiwa
ah
serta kondisi yang menyebabkan ayat-ayat dan surah-surah al-Quran diturunkan.
Penjelasan tersebut berada di tepi mushaf. Penjelasan ini sangat efisien untuk
i
Sy
memahami makna-makna al-Quran dan menghilangkan ketidakjelasan. Selain
menyebutkan sababun nuzul di tepi mushaf, juga terdapat banyak takwil. Takwil-
takwil itu adalah penjelasan universal dan komprehensif atas kasus-kasus khusus ayat-
a
ayat al-Quran untuk bisa memahaminya. Ali bin Abi Thalib berkata, “Sungguh aku
k
telah datang kepada mereka sambil membawa al-Quran yang memiliki tanzil dan
a
takwil.” 170 Beliau juga bersabda “Tidak ada satu ayat pun yang diturunkan kepada
st
kepadaku. Kemudian ayat itu aku tulis dengan tanganku. Kemudian beliau saw juga
P
mengajarkan kepadaku tentang tafsir, takwil, nasikh dan mansukh serta muhkam dan
menganugerahkan pemahaman dan hafalan kepadaku. Sejak saat itu hingga sekarang
170
Muhammad Jawad Balaghi, Ala ar-Rahman, jilid 1, hal.257.
136
tidak ada satu ayat pun yang kulupakan dan tidak ada satu pun ilmu pengetahuan yang
urutan, penjelasan, tafsir serta keterangan ayat-ayat ini digunakan, niscaya saat ini
Sulaim bin Qais Hilali (w. tahun 90), salah seorang sahabat terdekat Ali bin
Abi Thalib meriwayatkan dari Salman Farisi ra bahwa pada saat Ali bin Abi Thalib
ah
merasakan dirinya tidak mendapatkan tempat dan perhatian yang semestinya dari
masyarakat, beliau memutuskan untuk berdiam diri di rumah dan tidak pernah keluar
i
Sy
sampai menyelesaikan penulisan seluruh al-Quran yang sebelumnya beliau
kumpulkan dari tulisan di atas sobekan-sobekan kertas, kayu-kayu tipis dan dedaunan
Setelah Ali bin Abi Thalib selesai mengumpulkan al-Quran, menurut riwayat
k
Ya’qubi, beliau meletakkannya di atas punggung unta dan dibawa ke masjid ketika
a
orang-orang mengelilingi Abu Bakar. Ali bin Abi Thalib berkata kepada mereka,
st
“Setelah Rasulullah saw wafat, aku sibuk mengumpulkan al-Quran dan sekarang aku
u
telah membawanya di dalam bungkusan kain ini. Aku telah mengumpulkan semua
P
ayat yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Tiada satu ayat pun yang diturunkan
kecuali Nabi saw membacakannya untukku dan mengajarkan kepadaku tafsir dan
takwilnya. Jangan sampai esok hari kalian berkata, ‘Kami telah lupa hal itu.’” 173
171
Tafsir al-Burhan, jilid 1, hal.16, nomor 14.
172
Untuk mengetahui lebih jauh tentang susunan Mushaf Ali bin Abi Thalib, silahkan merujuk ke
Tarikh Ya’qubi, jilid 2, hal.113.
173
As-Saqifah, hal.82.
137
Pada saat itu salah seorang pemimpin kelompok di sana bangkit dari
tempatnya melihat apa yang dibawa oleh Ali bin Abi Thalib, kemudian berkata,
“Kami tidak membutuhkan apa yang kamu bawa. Cukup bagi kami apa yang ada pada
kami.”
Ali bin Abi Thalib berkata, “Mulai saat ini kalian tidak akan pernah
melihatnya lagi.” Pada saat itulah beliau masuk ke dalam rumah dan setelah itu tak
mushaf sahabat dan orang-orang yang berpihak kepada mereka. Thalhah bin Abdullah
ah
berkata kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, “Masih ingatkah anda ketika
i
Sy
mushaf itu? Tunjukkanlah mushaf itu, siapa tahu mushaf itu bisa menghilangkan
Ali berkata, “Aku sengaja tidak menjawabnya.” Setelah itu beliau berkata, “Apakah
k
al-Quran yang sekarang ada di tangan orang-orang ini, semuanya al-Quran atau di
a
Ali bin Abi Thalib berkata, “Jika memang demikian, maka apa pun yang
P
Thalhah berkata, “Kalau begitu, (al-Quran yang ada di tangan orang-orang ini)
cukup bagi kami.” Setelah itu ia tidak berkata apa-apa lagi. 174
Dengan jawaban tersebut Ali bin Abi Thalib ingin menjaga persatuan dan
174
As-Saqifah, hal.124.
138
Kumpulan Zaid bin Tsabit
tidak bernasib seperti kitab Taurat orang-orang Yahudi yang nyaris sirna.175 Setelah
Rasulullah saw wafat, Ali bin Abi Thalib mengikuti wasiat beliau saw dengan
tersebut. Namun, karena beberapa sebab mushaf itu tidak diterima. Al-Quran adalah
rujukan pertama syariat Islam serta pondasi bangunan masyarakat Islam. Karena itu
para khalifah pada saat itu merasa perlu melibatkan para penulis kalam Ilahi yang lain
(selain Ali) untuk mencatat ulang al-Quran yang tertulis di potongan-potongan kayu,
ah
tulang dan para hafiz, hal ini dilakukan karena syahidnya tujuh puluh orang bahkan
ada yang mengatakan empat ratus orang hafiz al-Quran dalam perang Yamamah.176
i
Sy
Oleh karena itu, khalifah pertama mengajak Zaid bin Tsabit untuk
bermusyawarah dengan Umar yang waktu itu berada di tempat itu, dia berkata,
a
‘Banyak sekali Qari dan hafiz al-Quran yang terbunuh dalam perang Yamamah,
k
bagaimana kalau dalam peristiwa-peristiwa lain ada pihak yang akan terbunuh,
a
kemudian bagian penting al-Quran akan sirna.’ Saat itulah dia menyampaikan
st
Aku bertanya, ‘Bagaimana kamu akan melakukan suatu pekerjaan yang tidak
P
Hanya itu yang mereka katakan. Mereka terus memaksaku agar menerima
ajakan mereka. Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku, ‘Aku melihat bahwa kamu
175
Tafsir al-Qomi, hal.745.
176
Fath al-Bari, jilid 7, hal.447; Pada peristiwa itu 360 dari Muhajirin dan Anshar yang berasal dari
kota Madinah dan 300 orang Muhajirin yang berdomisili di selain Madinah, serta 300 orang dari
kalangan Tabi’in tewas terbunuh. Tarikh ath-Thabari, jilid 2, hal.516.
139
adalah pemuda yang berakal dan kami tak pernah berpikir negatif tentangmu. Kamu
adalah penulis wahyu Rasulullah saw, terimalah pekerjaan ini dan lakukanlah dengan
baik.
ini, jauh lebih berat daripada memikul gunung yang besar. Namun aku menerimanya
ah
Zaid memulai pekerjaan mengumpulkan al-Quran dengan cara menata al-
Quran yang semula tidak teratur. Kemudian dia meletakkannya ke satu tempat. Dalam
i
Sy
pekerjaan ini dia dibantu beberapa sahabat. Langkah pertama yang dia ambil adalah
mengumumkan bahwa siapa saja yang memiliki seberapa pun ayat al-Quran,
Ya’qubi berpendapat bahwa dia (Zaid) membentuk tim kerja yang terdiri dari
k
dua puluh lima orang dan dia sendiri yang menjadi ketua tim.178 Setiap hari tim kerja
a
ini berkumpul di masjid dan orang-orang yang memiliki ayat atau surah dari al-Quran
st
merujuk kepada tim kerja yang diketuai oleh Zaid. Tim kerja ini tidak menerima
u
sesuatu apapun sebagai al-Quran, dari siapa pun, kecuali orang itu membawa dua
P
orang saksi dan bukti yang menyatakan bahwa apa yang mereka bawa itu adalah al-
Quran. Bukti pertama adalah naskah tertulis, yaitu tulisan yang menunjukkan bahwa
itu adalah wahyu Qurani. Bukti kedua adalah hafalan, yaitu dengan kesaksian orang-
orang bahwa pembawa al-Quran itu telah mendengarnya dari lisan Rasulullah saw.
140
1. Khuzaimah bin Tsabit Anshari 179 membawa dua ayat terakhir surah al-
Bara’ah yang diterima tanpa saksi, karena Rasulullah saw telah menjadikan
2. Ada ungkapan dari Umar bin Khaththab yang disangka sebagai ayat al-
Quran namun tidak diterima, yaitu “Apabila seorang lelaki tua berzina dengan
seorang wanita tua maka rajamlah keduanya…” Ketika tim kerja meminta dihadirkan
saksi, Umar tidak bisa memenuhi. Ketika Umar menyampaikan kepada setiap orang
yang dikehendakinya, maka orang itu menolak bahwa dia pernah mendengar dari
Rasulullah saw ungkapan seperti tersebut. Umar tetap bersikeras bahwa yang dia
ah
ujarkan adalah benar, dia selalu berkata, “Seandainya orang-orang tidak berkata
bahwa Umar telah menambah sesuatu kepada al-Quran, niscaya aku sudah
i
Sy
memasukkannya ke dalam al-Quran.”
Dengan cara seperti inilah, Zaid mengumpulkan ayat-ayat dan surah-surah al-
sempurna dia letakkan ke kotak kulit yang disebut “Rab’ah” hingga satu-persatu dari
a
surah-surah itu sempurna. Namun tidak ada satu pun bentuk susunan dan ketertiban di
st
ditulis surah-surah al-Quran itu, diserahkan kepada Abu Bakar. Setelah masa Abu
P
Bakar, kumpulan ayat ini berpindah kepada Umar, kemudian setelah dia wafat,
179
Khuzaimah bin Tsabit Anshari mendapat julukan “dua orang saksi” karena dia selalu menyertai
Nabi Muhammad saw di setiap peperangan dan dia termasuk kerabat Imam Ali as. Dia ikut serta dalam
perang Shiffin dan Jamal. Dialah orang yang meriwayatkan hadis Nabi ketika peristiwa Shiffin dengan
redaksi, “Ammar akan dibunuh oleh kelompok pembangkang.” Dia juga yang menjadi saksi ketika
Nabi membeli seekor kuda dari seseorang di gurun pasir, meskipun dia tidak menyaksikan (transaksi
itu secara langsung). Hal ini dia lakukan karena pihak yang bersengketa adalah Nabi dan benar apa
yang dikatakannya, oleh karena itulah Rasulullah saw menjadikan kesaksiannya sebagai dua kesaksian
(Usd al-Ghabah, jilid 2, hal.114).
180
Mashahif Sajistani, hal.6-9; Shahih Bukhari, jilid 6, hal.225.
181
Ibnu Katsir Qurasyi Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1, hal.261; Al-Burhan, jilid 2, hal.35; Al-
Itqan, jilid 1, hal.58; Fath al-Bari, jilid 9, hal.16; Zarqani, Manahil al-Irfan, jilid 1, hal.254; Ahmad
Amin Mishri, Fajr al-Islam, hal.195.
141
disimpan oleh Hafshah putrinya. Ketika mushaf-mushaf disatukan, Usman
Hafshah meninggal, Marwan yang ketika itu menjabat sebagai gubernur Muawiyah di
Mushaf-mushaf Sahabat
Setelah Rasulullah saw wafat, kemudian mushaf Ali bin Abi Thalib ditolak,
ah
antaranya adalah Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’b, Miqdad bin Aswad, Salim
Maula Abi Hudzaifah, Muadz bin Jabal dan Abu Musa Asy’ari.
i
Sy
Orang pertama yang menyusun surah-surah al-Quran dengan rapi adalah Salim
Maula Abi Hudzaifah. Pada saat al-Quran dikumpulkan dan ditulis di atas dedaunan,
Sebagian dari mereka mengusulkan nama “Sifr”. Salim dan beberapa orang tidak
k
setuju, karena itu adalah nama kitab-kitab orang-orang Yahudi. Kemudian Salim
a
mengusulkan nama Mushaf dengan berkata, “Aku pernah melihat kitab (kumpulan
st
yang hadir menyetujui nama mushaf untuk lembaran-lembaran yang terkumpul itu.183
P
182
Ibnu Hajar Qasthallani, Irsyad as-Sari fi Syarh al-Bukhari, jilid 7, hal.449; At-Tamhid, jilid 1,
hal.300.
183
Al-Kamil fi at-Tarikh, jilid 3, hal.55; Al-Itqan, jilid 1, hal.58; Mashahif Sajistani, hal.11-14.
142
1. Urutan surahnya adalah 1. Sab’un Thiwal, 2. Main, 3. Matsani, 4.
Oleh karena surah al-Hamdu dibaca berulang-ulang, maka ia tidak akan pernah
hilang. 184 Dengan kata lain, karena surah al-Hamdu adalah pasangan al-Quran, maka
ah
dia tidak mengakui dua surah tersebut sebagai bagian dari al-Quran. Dia menganggap
dua surah itu sebagai doa yang diwahyukan Allah kepada Nabi saw untuk menolak
i
Sy
sihir agar beliau membacanya demi keselamatan Hasanain as. Setiap kali Dia melihat
dua surah tersebut tertulis di dalam suatu mushaf, maka dia menghapusnya dan
berkata, “Janganlah kalian mencampur aduk selain al-Quran dengan al-Quran.” Dia
a
Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia menulis, “Hal itu tidak boleh diakui.” 186
u
dengan kebanyakan, karena Ibnu Mas’ud berkeyakinan bahwa kata-kata al-Quran itu
bisa diganti dengan sinonimnya. Dia berkata, “Setiap kali ada suatu kata yang sulit
bagi kamu atau sulit bagi pembaca untuk memahaminya, maka kata yang sulit itu bisa
diganti dengan kalimat yang mudah, jelas dan memiliki makna yang sama. Dia
mengganti kata Zukhruf dengan kata Dzahab dan kata ‘Ihn dengan kata Shuf.
184
Ibnu Qutaibah, Ta’wil al-Musykil al-Quran, hal.48-49.
185
Ad-Durr al-Mantsur, jilid 6, hal.416-417; Fath al-Bari, jilid 8, hal.581.
186
Al-Itqan, jilid 1, hal.65.
143
Alasannya karena makna kedua kata tersebut tidak ada bedanya. Dalam pelajaran
yang dia sampaikan kepada seorang Ajam (bukan orang Arab) yang sulit
berkata, “Inna Syajaratal Zaqqumi Tha’amul Fajir” sebagai ganti dari “Tha’amul
Atsim.” 187
kata yang lain untuk menjelaskan maksud ayatnya, sebagai contoh Dan pencuri laki-
laki dan perempuan maka potonglah kedua tangannya (QS. al-Maidah) diganti
ah
ketidakjelasan maksud ayat tersebut. Contoh lain ayat Dan tegakkanlah timbangan
dengan adil (QS. ar-Rahman:9) diganti dengan “Dan tegakkanlah timbangan dengan
i
Sy
lisan” alasannya adalah karena dia yakin bahwa menegakkan timbangan itu dengan
perantara mulut neraca. Contoh lain ayat, Inni Nadzartu Lirrahmani Shauman Falan
Lirrahmani Shamtan…” alasannya adalah karena dia bernazar puasa diam (tidak
k
seperti ini banyak ditemui dalam perkataan orang-orang terdahulu dalam peristiwa
P
yang tidak menyebabkan kesalahan dalam nas al-Quran. Sebagai contoh dalam ayat
213, surah al-Baqarah, manusia itu adalah umat yang satu (maka mereka berselisih),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk
187
Yaqut Hamwi, Mu’jam al-Udaba’, jilid 4, hal.193; Tafsir al-Kabir, jilid 1, hal.213; Tafsir ath-
Thabari, jilid 15, hal.163 dan jilid 23, hal.96; Ta’wil al-Musykil al-Quran, hal.24.
188
Tafsir Thabarsi, jilid 8, hal.421; Al-Kasysyaf; jilid 1, hal.459; Abu Hamid Ghazali, Ihya’
Ulumuddin, jilid 2, hal.77; Syamsuddin Dzahabi, Tadzkirah al-Huffadz, jilid 1, hal.340; Al-Itqan, jilid
1, hal.47; Shahih Bukhari, jilid 6, hal.228.
144
memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan…
nabi itu setelah terjadinya perselisihan. 189 Menurut riwayat yang dinukil Suyuthi dari
Ibnu Mardawaih, Ibnu mas’ud berkata, “Pada zaman Rasulullah saw kami membaca
ayat 67, surah al-Maidah seperti ini, Hai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu (bahwa Ali adalah maula orang-orang yang beriman). Dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
ah
mushaf Ibnu Mas’ud yang tujuannya menjelaskan pengertian ayat. Tentunya
i
Sy
antaranya adalah masalah tahrif (penyimpangan al-Quran). Namun kebanyakan
riwayat yang disandarkan kepada Ibnu Mas’ud tidak bisa dipastikan, bahkan besar
Ibnu Mas’ud, apalagi Ibnu Mas’ud tidak sejalan dengan para penguasa saat itu. Di sisi
k
keterangan, pada zaman itu biasa terjadi, para sahabat seringkali menulis penafsiran di
st
tujuan pengertian dan pesan ayat itu tetap terjaga di tengah-tengah masyarakat.191
P
1. Urutan surah-surah mushaf Ubay bin Ka’b kurang lebih sama dengan urutan
mushafnya Ibnu Mas’ud, bedanya adalah bahwa dia meletakkan surah al-Anfal
189
Al-Kasysyaf, jilid 1, hal.255.
190
Ad-Durr al-Mantsur, jilid 2, hal.298.
191
At-Tamhid, jilid 1, hal.320-322.
145
setelah surah Yunus, sebelum surah al-Bara’ah. Ada perbedaan dalam mendahulukan
dan mengakhirkan surah-surah. Perbedaan lain dengan mushaf Ibnu Mas’ud adalah
2. Mushaf ini memiliki dua nama surah yang lebih banyak dari mushaf-mushaf
lainnya yaitu al-Khal’u dan al-Hafdu. Keduanya adalah doa qunut, karena
dalam al-Quran.
ah
Man Yafjuruka” (Bismillahirrahmanirrahim. Wahai Tuhanku, sesungguhnya hanya
i
Sy
ampun, menghaturkan pujian baik, tidak mengkufuri-Mu dan berlepas diri dari orang
Wahai Tuhanku, hanya kepada-Mu kami menyembah dan (hanya) untuk-Mu kami
st
shalat dan bersujud, kepada-Mu kami bergegas, kami takut siksa-Mu dan berharap
u
kasih sayang-Mu. Sesungguhnya siksa-Mu (hanya) untuk orang-orang kafir). 192 P19F P
P
3. Di dalam mushaf ini, di antara dua surah, al-Fil dan al-Quraisy, tidak
surah.193 Dalam riwayat-riwayat Ahlulbait juga disebutkan bahwa siapa saja yang
P192F P
membaca surah al-Fil dalam shalat, maka dia juga harus membaca surah al-Quraisy,
192
Al-Itqan, jilid 1, hal.65.
193
Ibid., hal.64-65.
146
tetapi tetap membaca Bismillahirrahmanirrahim 194 di antara dua surah tersebut.
Dengan kata lain bahwa dua surah ini dihitung sebagai satu surah dari segi bacaannya,
tetapi dari segi pencantumannya dalam al-Quran ia dihitung dua surah. Riwayat ini
berlawanan dengan mushaf Ubay bin Ka’b. Oleh karena itu mushaf Ubay bin Ka’b
4. Dalam mushaf ini permulaan surah az-Zumar diawali dengan “Hamim” dan
hasilnya adalah Hawamim-nya mushaf ini sebagai ganti dari tujuh surah, yaitu
ah
rubah dengan sinonim. Contoh, ayat 52 surah Yasin, “Mereka berkata; “Celakalah
kami, siapakah yang membangkitkan (Ba’atsana) kami dari tempat tidur kami
i
Sy
(kubur)?” dirubah dengan bentuk “Siapakah yang membangunkan (Habbana) kami
dari tempat tidur kami?” 196 Dan ayat 20 surah al-Baqarah, setiap kali kilat itu
menyinari mereka, mereka berjalan (Masyau Fihi) di bawah sinar itu… dibaca dalam
a
bentuk seperti ini “Marru Fihi” atau “Sa’au Fihi.” 197 Sebagian kalimat disebutkan
k
sebagai bentuk penjelasan dan penafsiran. Dalam ayat 196 surah al-Baqarah
a
tambahan itu untuk menjelaskan puasa selama tiga hari berturut-turut. 198 Contoh lain
u
seperti disebutkan dalam surah an-Nisa, surah 24, Maka istri-istri yang telah kamu
P
nikmati di antara mereka (sampai pada masa tertentu) maka berikanlah kepada
mereka maharnya sebagai suatu kewajiban, frase yang ditambahkan itu untuk
194
Wasail asy-Syi’ah, jilid 4, Abwab al-Qira’ah fi ash-Shalat, bab 10.
195
Al-Itqan, jilid 1, hal.64.
196
Tafsir Thabarsi, jilid 8, hal.428.
197
Al-Itqan, jilid 1, hal.47.
198
Al-Kasysyaf, jilid 1, hal.242.
147
(permanen). 199 Contoh lain ayat 15, surah Thaha dibaca seperti ini, Sesungguhnya
hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan waktunya [dari diriku maka
bagaimana mungkin aku menampakkannya kepada kalian] supaya tiap-tiap diri itu
al-Quran yang ada saat ini tidak bisa dibenarkan. Tentu, pada gilirannya sistem ini
sudah ditinggalkan.
ah
Mushaf-mushaf yang Tidak Terkenal
i
Sy
Dari sebagian kitab-kitab Qira’at menyimpulkan bahwa perbedaan bacaan
berkata, “Bacaan-bacaan berbeda yang dinukil dari para sahabat itu telah tercantum
a
1. Mushaf Aisyah
199
Tafsir ath-Thabari, jilid 5, hal.9.
200
Ibnu Khalwaih, Syawadz al-Qira’at, hal.87.
201
Al-Furqan fi Jam’i wa Tadwin al-Quran, hal.110.
148
Yang mereka sembah selain Allah itu Yang mereka sembah selain Allah itu,
tiada lain hanyalah Autsanan (berhala- tiada lain hanyalah Inatsan (berhala-
Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu
sembah selain Allah, adalah kayu bakar sembah selain Allah, adalah umpan
ah
Dan orang-orang yang mendatangi apa Dan orang-orang yang memberikan apa
yang telah mereka berikan dengan hati yang telah mereka berikan dengan hati
i
Sy
yang takut… (Shahifah:90) yang takut… (QS. al-Mu’minun:60)
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
a
st
jilid 3, hal.73)
Melainkan datangnya Allah dan malaikat …dan diputuskanlah perkara… (QS. al-
perkara… (Shahifah:13)
149
(Yakissib) kesalahan… (Shahifah:28) (Yaksib) kesalahan… (QS. an-Nisa:112)
Wa Billahi laakidanna (Demi Allah, aku Wa Tallahi Laakidanna (Demi Allah, aku
pasti akan melakukan tipu daya…) pasti akan melakukan tipu daya…) (QS.
(Shahifah:65) al-Anbiya:57)
tempat yang sempit di neraka itu tempat yang sempit di neraka itu
ah
al-Furqan:13)
i
Sy
Seandainya mereka patuh kepada Kami, Seandainya mereka patuh kepada Kami,
tentulah mereka tak akan terbunuh (Ma tentunya mereka tak akan terbunuh
Setelah wasiat yang ditulis atau sesudah Sesudah wasiat yang mereka buat atau
Nisa:12)
Di waktu pagi dan petang (Bilghuduwwi Di waktu pagi dan petang (Bilghuduwwi
Tidak patut bagi Nabi (Linnabi) Tidak patut bagi seorang Nabi
al-Anfal:67)
150
…untuk mengeluarkan manusia dari Supaya kamu keluarkan manusia dari
(Shahifah:68) Ibrahim:1)
Tidaklah patut bagi kami untuk dijadikan Tidaklah patut bagi kami mengambil
(Shahifah:104) al-Furqan:18)
kami dan keturunan kami sebagai para kami dan keturunan kami sebagai
ah
Hati tak mendustakan apa yang telah Hati tak mendustakan apa yang telah
i
Sy
Raâ)… (Shahifah:146) Raâ)… (QS. an-Najm:11)
4. Mushaf Usman
Dan disediakan (Wa Yuhaya’ lakum) Dan menyediakan (wa Yuhayyi’) sesuatu
P
sesuatu yang berguna bagimu dalam yang berguna bagimu dalam urusan
Liyalla Ya’lam Ahlum Kitab (supaya Lialla Ya’lam Ahlul Kitab (supaya Ahlul
(Shahifah:153) Hadid:29)
Dan jika (orang berhutang itu) Dza Dan jika (orang berhutang itu) Dzu
151
‘Usratin (memiliki kesusahan), maka ‘Usratin (dalam kesukaran), maka
berilah ia tenggang waktu yang lapang. berilah ia tenggang waktu yang lapang.
(QS. Maryam:5)
Yang memiliki (Malika) hari pembalasan. Yang Menguasai hari pembalasan. (QS.
(Shahifah:1) al-Hamdu:4)
ah
Maka tidak ada dosa baginya jikalau Maka tidak ada dosa baginya
tidak mengerjakan sa’i antara keduanya. mengerjakan sa’i antara keduanya. (QS.
i
Sy
(Shahifah:11) al-Baqarah:158)
Nisa:162)
Sampai mereka bersuci (dari haidh) Sampai mereka bersih (dari haidh) maka
a
st
maka apabila mereka sudah bersuci apabila mereka sudah bersih (QS. al-
(Shahifah:14) Baqarah:222)
u
ashluha (Seperti pohon yang baik yang Tsabitun (Seperti pohon yang baik,
Sesungguhnya aku telah bernazar puasa Sesungguhnya aku telah bernazar puasa
dan diam untuk Tuhan Yang Maha untuk Tuhan Yang Maha Pemurah. (QS.
152
Bukhari menyebutkan bahwa seseorang dari Irak menginginkan mushaf
Aisyah untuk mengambil suatu naskah darinya. Dari sini jelas bahwa Aisyah sama
seperti yang lain juga memiliki kumpulan mushaf milik pribadi. 202
Menyatukan Mushaf-mushaf
Rasulullah saw adalah periode pengumpulan al-Quran. Para sahabat besar mulai
ah
khusus. Sebagian sahabat yang tidak memiliki kemampuan untuk membuat mushaf
meminta bantuan agar membuatkan sebuah naskah mushaf, atau meminta agar mereka Comment [A4]: dibuatkan
i
Sy
mengumpulkan ayat-ayat dan surah-surah al-Quran ke dalam sebuah mushaf untuk
dimilikinya.
maka kebutuhan terhadap naskah-naskah al-Quran pun semakin banyak, karena kitab
a
ini adalah satu-satunya undang-undang samawi yang menjadi landasan kaum Muslim
st
menata segala segi kehidupannya. Kitab ini adalah sumber hukum, peletakan undang-
u
yang tinggi di dunia Islam pada saat itu, sesuai dengan daerah domisili masing-masing
masyarakat. Sebagai contoh Mushaf Abdullah bin Mas’ud, seorang sahabat terhormat,
mushafnya menjadi rujukan penduduk Kufah.203 Contoh lain adalah mushaf Ubay bin
202
Shahih Bukhari, jilid 6, hal.228; Fath al-Bari, jilid 9, hal.36.
203
Saat itu Kufah adalah pusat ilmu, kajian dan pembelajaran seputar pengetahuan-pengetahuan Islam
dalam jenjang yang tinggi.
153
Ka’b yang sangat dijunjung tinggi oleh penduduk Madinah. Atau, mushaf Abu Musa
Perbedaan Mushaf-mushaf
sistem, susunan, bacaan dan sebagainya, satu dengan lainnya tidak sama.
ah
tempat yang berjauhan setelah peperangan atau peristiwa yang lain. Seringkali terjadi
bentrok antar mereka sendiri hanya karena fanatisme mazhab, akidah dan
i
Sy
pendapatnya sendiri. Satu sama lain saling menyalahkan. Inilah yang menyulut
sengketa dan jidal di antara mereka. Comment [A5]: perlu dikasih keterangan?
(perdebatan)
menyebabkan perselisihan masyarakat tentang al-Quran, selamanya hal itu tidak akan
P
bisa diselesaikan.” Said bertanya, “Apa masalahnya?” Dia menjawab, “Aku melihat
sekelompok orang dari Hamsh yang menganggap bacaan mereka lebih baik dari
bacaan-bacaan yang lain dan mereka mengambil al-Quran itu dari Miqdad. Aku
melihat orang-orang Damaskus mengatakan kalau bacaan mereka lebih baik dari
bacaan-bacaan yang lain. Aku melihat penduduk Kufah yang menerima bacaannya
Ibnu Mas’ud dan mereka juga memiliki keyakinan yang sama. Begitu pula dengan
154
penduduk Bashrah yang membaca al-Quran menurut bacaan Abu Musa Asy’ari dan
Seorang sahabat Ibnu Mas’ud melakukan kritik. Dia berkata, “Adakah yang
ah
berkata kepada mereka, “Diamlah kalian, sungguh kalian telah salah jalan!”
Ada yang berkata, “Demi Allah! Kalau dia masih hidup, akan aku sampaikan
i
Sy
masalah ini kepada khalifah kaum Muslim (Usman) demi mencari jalan keluar.”
2. Yazid Nakha’i berkata, “Pada masa kepemimpinan Walid bin Uqbah, wali
st
kota Kufah adalah dari pihak Usman. Aku pergi ke Kufah. Di sana ada sekelompok
u
Pada zaman itu tidak terbiasa ada rapat di masjid. Tiba-tiba seseorang
berkumpul di dekat pintu Kindah. Mereka yang mengikuti bacaannya Ibnu Mas’ud ke
dekat pintu Abdullah.’ Dua kelompok itu berselisih tentang suatu ayat dari surah al-
204
Al-Kamil fi at-Tarikh, jilid 3, hal.111.
155
Baqarah, satu kelompok berkata, ‘Wa Atimmul Hajja Wal Umrata Lil-Bait.’
Hudzaifah marah dan berkata, ‘Perselisihan yang sama juga pernah terjadi
Ibnu Ummi Abd, bacaan Abu Musa al-Asy’ari, demi Allah! Seandainya aku masih
hidup (setelah peperangan) dan bisa berjumpa dengan khalifah kaum muslimin
(Usman), niscaya aku akan minta kepadanya untuk menyusun satu bacaan.’
ah
menjawab.
i
Sy
Kufah yang menggunakan bacaan Abdullah dan penduduk Bashrah yang
menggunakan bacaan Abu Musa. Demi Allah! Dia berkata, “Seandainya aku
Abdullah menjawab, “Demi Allah, seandainya kamu lakukan hal itu, niscaya
a
Allah akan menenggelamkanmu ke suatu tempat selain air (neraka jahanam).” 205
st
Ibnu Hajar berkata, “Ibnu Mas’ud berkata kepada Hudzaifah, ‘Aku mendapat
u
kabar bahwa kamu tidak suka kepada mereka sekaitan dengan bacaan (al-Quran)
P
3. Ibnu Asytah meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa pada zaman
mengajarkan al-Quran sesuai bacaan salah seorang pemilik mushhaf. Ada juga yang
205
Mashahif Sajistani; hal. 11-14.
206
Fathul Bari; jilid 9, hal. 15.
156
mengajarkan bacaan lain. Perbedaan ini menimbulkan perselisihan di kalangan
pemuda.
Berita ini sampai ke Usman bin Affan dan dia berkata, “Dengan hadirnya saya
kalian masih mendustakan al-Quran dengan membacanya secara salah. Siapa saja
yang berusaha menjauh dari saya, niscaya akan terjerumus kepada dusta dan
4. Muhammad bin Sirin menjelaskan bahwa sebagian orang yang membaca al-
ah
Quran dianggap bacaan mereka salah oleh sebagian yang lain. Berita ini sampai
kepada Usman. Berita ini dianggap penting oleh Usman, karenanya dia langsung
i
Sy
mengumpulkan dua belas orang dari kalangan Quraisy dan Anshar. 208
5. Diriwayatkan dari Bakir al-Asyji bahwa di Irak, satu dengan lain kelompok
saling meragukan bacaan ayat. Ketika satu kelompok membacakan suatu ayat,
a
kelompok yang lain menyalahkan bacaan tersebut dan tidak menerima bacaan
k
tersebut. Masalah ini adalah masyarakat pada waktu itu, hingga akhirnya mereka
a
207
Al-Itqan; jilid 1, hal. 59. Mashahif Sajistani; hal. 21.
208
Thabaqat Ibn Sa’d; jilid 3, hal. 62. Mashahif Sajistani; hal. 25.
209
Fathul Bari; jilid 9, hal. 16.
157
Masuknya Hudzaifah ke Madinah
pada penduduk setempat. Perselisihan itu seputar tema al-Quran. Dia menganggap
peristiwa ini adalah buruk. Kemudian dia bermusyawarah dengan beberapa sahabat
dan memaksa mereka untuk membacanya dengan satu bacaan. Pendapatnya ini
ah
Kemudian Hudzaifah bergegas menuju Madinah untuk menyadarkan Usman
i
Sy
Hudzaifah berkata kepada Usman, “Hai khalifah! Tanpa basa-basi aku
Syam membaca al-Quran menurut bacan Ubai bin Ka’ab yang mengandung beberapa
st
hal yang tidak pernah didengar oleh penduduk Irak. Penduduk Irak mengikuti bacaan
u
Ibnu Mas’ud yang mengandung beberapa hal yang belum pernah diketahui oleh
P
menyelesaikannya dengan serius. Pekerjaan ini adalah pekerjaan besar dan baru,
210
Al-Kamil fi al-Tarikh; jilid 3, hal. 111.
211
Shahih Bukhari; jilid 6, hal. 225. Mashahif Sajistani; hal. 19-20. Al-Kamil fi al-Tarikh; jilid 3, hal.
111.
158
belum pernah dikerjakan oleh orang-orang sebelumnya. Banyak kendala untuk
melakukan pekerjaan ini, karena naskah dari mushhaf-mushhaf yang ada ditulis
Dengan alasan inilah Usman mengumpulkan sejumlah sahabat Nabi yang ada
ah
Ibnu Atsir berkata, “Usman mengumpulkan shabat-sahabat Nabi saw dan
i
Sy
Komite Penyeragaman Mushhaf
adalah menulis pesan umum kepada sahabat-sahabat Nabi saw . Dia mengundang
k
mereka untuk membantu melakukan pekerjaan ini. 213 Kemudian dia memilih empat
a
orang terdekat untuk melakukan pekerjaan ini, mereka adalah Zaid bin Tsabit dari
st
Anshar, Said bin Ash, Abdullah bin Zubair, Abdurahman bin Harits bin Hisyam. Tiga
u
nama terkhir itu semuanya dari Quraisy. Empat orang tersebut adalah tim inti komite
P
Dipilihnya Zaid sebagai ketua, menuai protes dan penentangan Ibnu Mas’ud.
Ibnu Mas’ud berkata, “Aku disingkirkan dari pekerjaan ini, sementara pekerjaan ini
212
Al-Kamil fi al-Tarikh; jilid 3, hal. 111.
213
Al-Itqan; jilid 1, hal. 59. Mashahif Sajistani; hal. 21.
214
Shahih Bukhari; jilid 6, hal. 226.
159
diserahkan kepada seseorang (Zaid) yang demi Allah, ketika dia masih berada dalam
empat orang itu, 216 namun mereka kesulitan melakukan pekerjaan. Akhirnya mereka
meminta bantuan Ubai bin Ka’ab, Malik bin Abi Amir, Katsir bin Aflah, Anas bin
Malik, Abdullah bin Abbas, Mush’ab bin Sa’ad 217 dan Abdullah bin Fathîmah.218
Menurut riwayat Ibnu Sirin dan Ibnu Sa’d, mereka juga meminta bantuan lima orang
lainnya. Akhirnya, orang yang dimintai bantuan itu berjumlah 12 orang. 219
Kemudian komite itu diketuai Ubai bin Ka’ab. Dia bertugas mendikte ayat-
ah
ayat al-Quran dan yang lain mencatatnya. Menurut riwayat Abul Aliyah, mereka
i
Sy
Ibnu Hajar berkata, “Sepertinya pekerjaan itu, pertama-tama dipasrahkan
kepada Zaid dan Said. Alasannya adalah Usman pernah bertanya tentang siapa yang
paling bagus tulisannya menulis. Mereka mengatakan bahwa Zaid yang paling bagus
a
tulisannya. Kemudian Usman juga bertanya tentang siapa yang paling fasih. Mereka
k
menjawab bahwa Said yang paling fasih. Kemudian Usman memutuskan bahwa Said
a
yang mendikte dan Zaid yang menulis. 221 Mereka berdua membutuhkan orang-orang
st
215
Fathul Bari; jilid 9, hal. 17. Mashahif Sajistani; hal. 15.
216
Mashahif Sajistani; hal. 25.
217
Irsyadul Sari; jilid 7, hal. 449.
218
Mashahif Sajistani; hal. 33.
219
Ibid. Thabaqat Ibn Sa’d; jilid 3, bagian dua, hal. 62.
220
Mashahif Sajistani; hal. 30.
221
Fathul Bari; jilid 9, hal. 16.
222
Fathul Bari; jilid 9, hal. 16. Thabaqat Ibn Sa’d; jilid 3, bagian 2, hal. 62. Ibnu Hajar Asqalani;
Tahdzib al-Tahdzib fi Asma’ al-Rijal; jilid 1, hal. 187.
160
Sikap Sahabat atas Penyeragaman Mushhaf
mengadu kepada khalifah agar memberlakukan satu bacaan saja.223 Dia juga yang
bermusyawarah dengan para sahabat Nabi saw di Kufah tentang masalah ini dan
Usman mengundang para sahabat Nabi saw yang berada di Madinah untuk
ah
Demikian juga dengan Ali bin Abu Thalib, pada dasarnya beliau setuju
i
Sy
Ibnu Abi Daud meriwayatkan dari Suwaid bin Ghaflah bahwa Ali bin Abu
Thalib berkata, “Demi Allah, Usman sedikit pun tidak berbuat sesuatu tentang
bermusyawarah dengan kami dalam hal bacaan-bacaan. Dia berkata kepadaku, ‘Aku
k
diberitahu bahwa sebagian orang mengatakan kalau bacaan saya lebih baik dari
a
bacaanmu. Berita ini adalah sesuatu yang mendekati kekufuran.’ Aku bertanya
st
hendaknya hanya memiliki satu mushhaf agar tidak terjadi perselisihan.’ Aku berkata,
P
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Ali bin Abu Thalib berkata,
223
Fathul Bari; jilid 9, hal. 15.
224
Al-Itqan; jilid 1, hal. 59.
225
Ibnul Jazri; Al-Nasyru fi al-Qira’at al-‘Asyr; jilid 1, hal. 8.
161
Setelah Ali bin Abu Thalib menjabat sebagai khalifah, dia memotifasi orang-
dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan tulis. Hal ini dilakukan oleh Ali dengan tujuan
bahwa sejak saat itu sampai seterusnya tidak boleh ada seorang pun yang boleh
karena itu beliau menekankan bahwa mulai hari ini tidak ada seorangpun yang boleh
menyentuh al-Quran.
Diriwayatkan bahwa ketika ada seseorang di depan Ali bin Abu Thalib
ah
[buahnya]) (Al-Waqi’ah : 29). Beliau berkata, “Mengapa (dibaca) ‘Thalhin’? yang
benar adalah ‘Thal’in’, sebagaimana yang disebutkan di tempat lain, Dan pohon-
i
Sy
pohon kurma yang mayangnya lembut [Thal’uha Hadhim].” (Al-Syu’ara : 148).
Ungkapan itu bukan bentuk protes beliau kepada pembaca itu. Pembaca itu
bukan berniat merubah kata. Ali bin Abu Thalib berkata kepada dirinya sendiri,
a
merubahnya?” Ali berkata, “Mulai saat ini tak boleh ada perubahan sedikitpun dalam
a
al-Quran.” 226
st
u
berbeda dengan apa yang dibaca oleh kebanyakan orang. Imam Ja’far Shadiq berkata
kepadanya, “Mulai saat ini, jangan mngujarkan kata ini seperti itu. Bacalah
226
Tafsir ath-Thabari; jilid 27, hal. 104. Tafsir Thabarsi; jilid 9, hal. 218.
162
Imam Ja’far menjawab seseorang yang bertanya tentang bentuk bacaan al-
Quran, beliau berkata, “Bacalah sebagaimana yang dibaca oleh orang-orang.” 227
Oleh karena itu Syi’ah bersepakat bahwa al-Quran yang sekarang berada di
tangan kita adalah sempurna 228 dan tidak akan pernah bisa diselewengkan atau
diubah, bacaannya adalah bacaan benar yang di sahkan dalam shalat. Pendapat ini
bersandar kepada nas yang ada. Hanya itulah satu-satunya yang telah diwahyukan
Pertentangan Abdullah bin Mas’ud sangat mendasar. Dia tidak suka dan marah
karena orang-orang yang dipilih pada waktu itu dianggap tidak memiliki kelayakan
ah
melakukan pekerjaan yang benar-benar dikuasai oleh Ibnu Mas’ud. Dia berkata,
“Mereka adalah orang-orang yang tidak berhak dengan seenaknya melakukan sesuatu
i
Sy
terhadap al-Quran.” 229 Inilah alasan dia tidak menyerahkan mushhafnya kepada
khalifah.
a
Ibnu Hajar berkata, “Permulaan penyatuan mushhaf terjadi pada tahun dua
a
puluh lima Hijriah, tahun kedua atau ketiga kekhilafahan Usman.” 230 Dia juga
st
menyatakan sebagian orang mengira pekerjaan ini dimulai sekitar tahun ketiga
u
Hijriah. Tidak satu pun riwayat dan sanad yang mereka sebutkan untuk membuktikan
P
pendapat mereka.231
227
Wasail al-Syi’ah; jilid 4, Abwabu Qira’atil Quran.
228
Biharul Anwar; jilid 92, hal. 41-42.
229
Thabaqat Ibn Sa’d; jilid 3, hal. 270.
230
Pendapat ini didasarkan kepada pendapat orang-orang yang berbaiat kepada Usman pada sepuluh
hari terakhir, bulan Dzilhijjah tahun 23 Hijriah. Dengan demikian pembentukan komite itu terjadi pada
awal tahun ketiga kekhilafahan Usman. Pendapat lain mengatakan bahwa pembaiatan Usman terjadi
pada sepuluh hari pertama bulan Muharram, tahun 24 Hijriah. Dengan demikian pembentukan komite
itu terjadi pada akhir-akhir tahun kedua dari masa kekhilafahan Usman. Tarikh ath-Thabari; jilid 3, hal.
304 dan jilid 4, hal. 242).
231
Fathul Bari; jilid 9, hal. 15.
163
Ibnu Atsir juga berpendapat tanpa didasari riwayat bahwa peristiwa ini terjadi
pada tahun ketiga puluh. Ibnu Atsir berkata, “Pada tahun ini, Hudzaifah pergi ke
medan laga dengan dibantu oleh Abdur Rahman bin Rabi’ah. Di sanalah dia
peperangan, dia meminta kepada Usman untuk memikirkan jalan kelur dari masalah
Boleh jadi pendapat Ibnu Atsir salah. Ada beberapa alasan untuk menentukan
ah
Hijriah. Thabari juga menukil riwayat ini. 233 Ibnu Hajar berkata, “Armenia di
taklukkan pada masa kekhilafahan Usman. Panglima perang pada saat itu adalah
i
Sy
Salman bin Rabi’ah al-Bahili dari Irak. Usman memerintahkan agar penduduk Syam
dan Irak turut serta dalam perang ini. Panglima dari Syam adalah Habib bin
Salamahal-Fihri sedangkan Hudzaifah sendiri adalah salah satu dari mereka yang ikut
a
Armenia ditaklukkan pada tahun dua puluh lima, pada awal-awal masa jabatan Walid
a
bin Uqbah bin Abi Mu’ith sebagai wali kota Kufah yang dilantik oleh Usman bin
st
Affan.” 234
u
Orang yang ketika itu bersamanya adalah Hudzaifah bin Usaid al-Ghiffari bukan
3. Pada tahun 30 Hijriah, Said dilantik sebagai wali kota Kufah menggantikan
posisi Walid. Pada saat itu dia melakukan persiapan untuk peperangan Thabar. Orang-
232
Al-Kamil fi al-Tarikh; jilid 3, hal. 111. Al-Futuhat Al-Islamiah; jilid 1, hal. 175.
233
Tarikh ath-Thabari; jilid 4, hal. 246-247.
234
Fathul Bari; jilid 9, hal. 13-14.
235
Tarikh ath-Thabari; jilid 4, hal. 155.
164
orang yang ikut bersamanya adalah Ibnu Zubair, Ibnu Abbas dan Hudzaifah.236 Pada
tahun 34 Hijriah, Said kembali ke Madinah. Setahun setelah itu, Usman tewas
terbunuh. 237 Oleh karena itu, mengingat bahwa Said adalah salah seorang anggota
komite penyatuan mushhaf, apabila pekerjaan komite itu dimulai pada tahun 30
Hijriah, maka hal itu tidak sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang telah disebutkan,
juga tidak sesuai dengan keanggotaan Ibnu Zubair dan Ibnu Abbas dalam komite itu.
4. Dzahabi meriwayatkan bahwa Ubai bin Ka’ab meninggal dunia pada tahun
kesepakatan bahwa Ubai bin Ka’ab mendiktekan al-Quran kepada para anggota
ah
komite. Dia adalah rujukan inti komite itu untuk menangani naskah-naskah yang
ada.” 238
i
Sy
5. Hadis Yazid al-Nakha’i yang sudah di sebutkan sebelumnya menjelaskan
bahwa hal ini terjadi sebelum tahun ketiga. Ibnu Hajar juga menyebutkan bahwa
peristiwa ini terjadi pada awal kekuasaan Walid di kota Kufah, 239 yaitu pada tahun 26
a
mushhaf-mushhaf itu pada tahun 25 Hijriah adalah riwayat Ibnu Abi Daud dari
st
Mush’ab bin Sa’ad yang berkata, “Pada saat Usman mulai mengumpulkan al-Quran,
u
dalam suatu khutbahnya ia berkata, ‘Sudah lima belas tahun Nabi kalian meninggal
P
dunia, sementara saat ini kalian masih saja berselisih tentang al-Quran, saya telah
memutuskan bahwa siapa saja yang pernah mendengar suatu bagian al-Quran dari
236
Ibid; jilid 4, hal. 269-271.
237
Ibid; jilid 4, hal. 330-365.
238
Al-Dzahabi; Mizanul I’tidal; jilid 2, hal. 84. Thabaqat Ibn Sa’d; jilid 3, bagian 2, hal. 62.
239
Fathul Bari; jilid 9, hal. 13-14.
240
Tarikh ath-Thabari; jilid 4, hal. 251.
165
Rasulullah saw, hendaknya menukilkannya untuk saya dan menyerahkannya kepada
saya.” 241
Mengingat bahwa Rasulullah saw wafat pada tahun 10 Hijriah dan khutbah
Hudzaifah terjadi pada tahun 30 Hijriah. Riwayat yang dijadikan rujukan olehnya
ah
penelitian. Thabari tidak begitu yakin kepada sejarah-sejarah yang telah disebutkan
sebelumnya. Dia meragukan beberapa riwayat, seperti perang Nahrawan yang sejarah
i
Sy
kejadiannya tidak diriwayatkan secara valid bahwa perang tersebut termasuk salah
satu peristiwa yang terjadi pada tahun 18 Hijriah atau tahun 21 Hijriah. 242
mendetail, tidak bisa hanya bersandar kepada apa yang telah di nukil oleh para
k
sejarawan. Lebih dari itu, untuk menyematkan keyakinan bahwa suatu peristiwa
a
adalah benar-benar terjadi harus mengkaji dan meneliti dari segala sisi.
st
u
tahapan kerja;
241
Mashshif Sajistani; hal. 24.
242
Tarikh ath-Thabari; jilid 4, hal. 114.
166
2. Mencocokkan antara mushhaf satu dengan lainnya. Tujuannya adalah
memperoleh keyakinan tentang kebenarannya dan tidak ada perbedaan antara masing-
menyirnakannya.
bacaan-bacaan lain.
ah
Dalam menjalankan rencana tersebut, komite penyatuan mushhaf-mushhaf
tidak begitu teliti, mereka toleran dalam menjalankan tugas-tugasnya, khususnya pada
i
Sy
tahap kedua (mencocokkan mushhaf-mushhaf) yang sangat membutuhkan ketelitian
dan kajian.
membakarnya. 243
st
penjuru dan mendidihkannya ke dalam campuran air dan cuka kemudian mencucinya.
P
Hanya mushhaf Ibnu Mas’ud saja yang masih tetap terjaga karena dia menolak untuk
masih berpidato. Ketika mengetahui ada Ibnu Mas’ud usman berkata, “Sebentar lagi
243
Shahih Bukhari; jilid 6, hal. 226.
167
hewan berkaki empat yang buruk akan dating.’ Ibnu Mas’ud menjawab ungkapan itu
juga dengan kata-kata kasar. Pada saat itulah Usman memerintahkan agar Ibnu
Mas’ud diseret. Akibatnya tulang rusuk Ibnu Mas’ud. Saat itu Aisyah angkat suara
Semula Usman mengira bahwa pekerjaan ini adalah mudah, karena itulah dia
melaksanakan pekerjaan itu. Akhirnya dia meminta bantuan kepada kelompok lain
yang berkelayakan dan berkemampuan seperti Qari’-qari’ besar dan Ubai bin Ka’ab,
seorang sahabat besar yang juga berada di antara mereka. 245 Dia juga meminta
ah
lembaran-lembaran pada zaman Abu Bakar yang di dalamnya tercantum al-Quran
i
Sy
Semula Hafshah enggan menyerahkannya kepada Usman dengan
Usman mengumumkan kepada seluruh kaum muslimin, bahwa siapa saja yang
st
pernah mendengar seberapapun ayat al-Quran dari Nabi saw, hendaknya diberikan
u
lembaran, tulang-tulang dan kayu-kayu yang bertuliskan ayat al-Quran itu kepada
Usman.
Mungkin yang diharapkan dari komite itu dari pengumpulan al-Quran adalah
244
Tarikh Ya’qubi; jilid 2, hal. 159-160.
245
Tahdzib al-Tahdzib; jilid 1, hal. 187. Thabaqat Ibn Sa’d; jilid 3, bagian 2, hal. 62.
246
Mashahif Sajistani; jilid 1, hal. 187. Shahih Bukhari; jilid 6, hal. 226.
247
Ibid; hal. 24.
168
kalinya. Ibnu Sirin berkata, “Seandainya ada suatu ayat yang diperselisihkan, maka
orang-orang yang hadir pada saat turunnya al-Quran pada tahun terakhir usia
nabi..” 248
Anas bin Malik berkata, “Aku adalah salah seorang yang mendiktekan ayat-
ayat al-Quran kepada para penulis (al-Quran) dan betapa banyak ayat yang
diperselisihkan. Dalam situasi seperti ini, mereka ingin mendengar pendapat orang-
orang yang pernah mendengar ayat dari Rasulullah saw yang diperselisihkan itu.
ah
Seandainya orang-orang seperti itu (para penulis) tidak ada di Madinah, maka para
penulis itu menulis ayat sebelum dan sesudahnya untuk mereka dan meminta dari
i
Sy
mereka agar menuliskan bagian ayat yang diperselisihkan itu sebagaimana yang
pernah mereka dengar (dari Rasulullah saw ). Mereka seringkali mengirim orang-
orang yang terpandang, atau bagian ayat yang diperselisihkan, atau mereka sendiri
a
Ubai bin Ka’ab, juga mendiktekan (ayat-ayat al-Quran) kepada mereka, atau
a
dari mushhaf Ubai bin Ka’ab. Ubai bin Ka’ab mendiktekan kepada mereka ayat-
P
ayatnya.250
satu dengan yang lainnya. Usman memberikan kepadanya tulang pundak seekor
169
Famhalil Kafirin. Kemudian dia membawa tulisan-tulisan itu kepada Ubai bin Ka’ab
dan dia melakukan koreksi seperti ini; Lam Yatasannah, La Tabdila Likhalqillah dan
Pada tahap kedua yaitu tahap pencocokan antara satu mushhaf dengan
begitu fatal hingga mushhaf-mushhaf tersebut, satu sama lain tidak bisa dicocokkan.
Penanggung jawab masalah ini adalah seluruh anggota komite penyatuan Mushhaf
ah
tidak memikirkan jalan keluarnya dan membiarkan begitu saja.
Ibnu Abi Daud menukil bahwa sebagian penduduk Syam berkata, “Mushhaf
i
Sy
kami dan mushhaf penduduk Bashrah lebih benar daripada mushhaf penduduk Kufah,
mushhaf yang telah mereka persiapkan untuk Kufah sesuai dengan bacaan Abdullah
a
dan mushhaf itu telah dikirimkan untuk mereka sebelum mushhaf itu dicocokan dan
k
dan dikoreksi dengan semua naskah yang ada. Tetapi mushhaf yang dipersiapkan
a
untuk penduduk Syam dan Bashrah, dikirimkan kepada mereka setelah dicocokkan
st
seluruh penjuru negara Islam sebelum disesuaikan secara detail antara satu dengan
berbagai kota Islam (seperti yang dinukil oleh Ibnu Abi Daud)253 adalah bukti akan
kebenarannya.
251
Al-Itqan; jilid 1, hal. 183.
252
Mashahif Sajistani; hal. 35.
253
Ibid; hal. 39-49.
170
Ibnu Daud juga menukil masalah lain yang membuktikan peremehan tersebut.
Dia berkata, “Pada saat naskah-naskah semua mushhaf itu telah siap, mereka
menyerahkannya kepada Usman. Kemudian Usman melihat semua naskah itu dan
berkata, ‘Kalian telah merampungkannya dengan begitu bagus dan indah.’ Usman
melihat adanya banyak kesalahan dari segi logat-logat Arab yang berbeda-beda dan
berkata, ‘Seandainya yang mendikte orang dari suku Hudzail dan penulisnya dari
Apakah kitab Allah tidak layak mendapat perhatian lebih serius sehingga ia
mengandung kesalahan imla’ dan logat-logat yang berbeda? Apakah artinya angan-
ah
angan Usman? Apakah sejak awal dia tidak bisa memilih seorang pendikte dari suku
Hudzail dan para penulis dari suku Tsaqif, padahal ia mengetahui kemampuan dan
i
Sy
kelayakan mereka untuk mengerjakan pekerjaan ini, tetapi sebagai ganti dari orang-
orang yang layak ini, ia (justeru) memilih orang-orang yang berada disekitarnya dan
kesudahan pekerjaan ini, adalah adanya perbedaaan dalam bacaan al-Quran pada
a
zaman-zaman setelahnya.
a k
komite penyatuan Mushhaf pada zaman Usman yang disebar ke seluruh penjuru
P
Negara Islam. Ibnu Abi Daud berpendapat bahwa jumlah mushhaf-mushhaf itu adalah
enam jilid, masing-masing telah dikirim ke enam daerah penting Islam pada saat itu.
Enam daerah Islam itu adalah Mekah, Kufah, Bashrah, Syam, Bahrain dan Yaman.
254
Ibid; hal. 32-33.
171
Dia manambahkan bahwa selain enam jilid, ada satu jilid lagi yang disimpan di
Madinah yang mereka sebut dengan nama Umm atau Imam. 255
Ya’qubi menyebutkan bahwa ada dua jilid lagi yang dikirim ke Mesir dan al-
Jazair.256 Mushhaf yang dikirim ke setiap daerah disimpan di kantor daerah tersebut.
Kemudian mushhaf itu diperbanyak agar bisa dimiliki oleh semua orang dan hanya
bacaan mushhaf ini saja yang dilegalkan. Setiap naskah atau bacaan yang berbeda
dengan mushhaf-mushhaf yang disepakati ini, berarti tidak resmi dan dilarang
ah
mushhaf yang ada negara-negara lain terdapat suatu perbedaan, maka untuk
i
Sy
tolok ukur. Mushhaf-mushhaf selain Madinah dikoreksi sesuai dengan mushhaf
Madinah.
Qari’ yang dikirim ke Mekkah adalah Abdulah bin Saib, Mughirah bin Syihab dikirim
a
ke Syam, Abdur Rahman Salami bersama dikirim ke Kufah dan Amir bin Abdul Qais
st
dikirim ke Bashrah, Zaid bin Tsabit terpilih sebagai Qari Madinah. 257
u
mushhaf tersebut dan menjaganya. Inilah yang melanggengkan mushhaf itu. Setelah
antaranya adalah peletakan titik, penyematan tanda baca dan membagi mushhaf-
menggunakan khat Kufi lama diubah ke khat Kufi yang baru. Al-Quran ditulis dengan
255
Mashahif Sajistani; hal. 34.
256
Tarikh Ya’qubi; jilid 2, hal. 160.
257
Manahilul Irfan; jilid 1, hal. 396-397.
172
kaligrafi Naskhi yang indah dan kaligrafi-kaligrafi lain. Mushhaf-mushhaf yang
ditulis pada zaman Usman secara bertahap mulai dilupakan dan perlahan tiada lagi
Yaqut al-Hamwi (w. 626 H.) menukil bahwa mushhaf Usman bin Affan
berada di masjid Damaskus yang konon ditulis dengan tangannya sendiri.258 Mushhaf
ini pernah dilihat oleh Fadhlullah al-Amri (w. 749 H.) dan dia berkata, “Mushhaf
Usmani yang ditulis dengan tangan Usman sendiri masih ada di samping kiri masjid
Damaskus.” 259 Tidak disebutkan bahwa Usman pernah menulis suatu mushhaf dengan
tangannya sendiri, mungkin mushhaf tersebut adalah mushhaf Syam yang masih
ah
tersisa sampai pada zaman itu.
Ibnu Katsir (w. 774 H.) juga menyebut tentang mushhaf ini. Namun dia tidak
i
Sy
menisbahkan tulisannya kepada Usman. Dia berkata, “Mushhaf Usmani yang paling
masyhur di zaman kita adalah mushhaf yang tersimpan rapi di Syam di dekat tiang
sebelah timur ruangan sempit masjid Damaskus. Dahulu mushhaf ini berada di kota
a
Thabariah, sekitar tahun 518 H, dari sana dipindahkan ke Damaskus. Saya pernah
k
melihatnya. Ia adalah sebuah kitab tebal dengan tulisan yang indah, jelas dan matang.
a
Ditulis dengan tinta yang bagus dalam lembaran-lembaran yang menurut perkiraan
st
Ibnu Bathuthah (w. 779 H.), seorang penjelajah yang terkenal, dia berkata, “Di
P
tiang timur masjid dan di depan mihrab ada sebuah almari besar yang di dalamnya
diletakkan mushhaf yang dikirim oleh Usman bin Affan ke Syam. Almari ini dibuka
setiap hari jumat setelah shalat dan orang-orang pun menyerbu untuk menciumnya. Di
258
Yaqut al-Hamwi; Mu’jamul Buldan; jilid 2, hal. 469.
259
Masalik al-Abshar fi Mamalik al-Amshar; jilid 1, hal. 195.
260
Fadhail al-Quran; hal. 49.
173
berdamai.” 261 Dikatakan bahwa mushhaf ini tetap berada di masjid Damaskus sampai
menjelaskan kepada saya bahwa Qadhi Abdul Hasan al-Usthuwani berkata kepadanya
bahwa dia pernah melihat mushhaf Syam sebelum terbakar. Dia melihat mushhaf itu
disimpan di ruang sempit masjid Damaskus di tempat yang terbuat dari kayu.” 263
Ustad Zarkani berkata, “Sampai saat ini, kita tidak memiliki dalil yang pasti
keberadaannya.”
ah
Berkenaan dengan sebagian mushhaf-mushhaf bersejarah yang ada di
i
Sy
Usmani, tetapi kebenaran klaim itu sangat diragukan, sebab dalam mushhaf-mushhaf
itu terdapat tanda-tanda dan ukiran-ukiran seperti tanda-tanda pemisah antara surah-
surah dan tanda-tanda untuk setiap sepuluh sutah al-Quran, padahal kita tahu bahwa
a
Dalam almari Haram Imam Husain as ada sebuah mushhaf yang dianggap
a
Mushhaf Usman yang ditulis dengan khat Kufi lama. Dengan memperhatikan huruf-
st
huruf miskin simbol-simbol dan bentuknya begitu besar, mushhaf itu sama dengan
u
mushhaf Madinah atau mushhaf Syam, khususnya kata “Yartaddu” dari surah al-
P
Maidah, ditulis dengan “Yartadid”. Kemungkinan kuat bahwa al-Quran yang ini
di almari daerah Haram Ali bin Abu Thalib di Najaf al-Asyraf. Mushhaf itu
261
Rihlatu Ibni Bathuthah; jilid 1, hal. 54.
262
Ahmad bin Ali al-Muqrizi; Al-Khuthath; jilid 5, hal. 279.
263
Shubhi Shalih; Mabahits fi Ulum al-Quran; hal. 89.
264
Manahilul Irfan; jilid 1, hal. 397-398.
174
dinisbahkan kepada Imam Ali. Disebutkan bahwa mushhaf itu ditulis dengan tulisan
tangan beliau sendiri. Al-Quran ini ditulis dengan khat Kufi lama. Di (halaman) akhir
dijelaskan bahwa mushhaf itu ditulis oleh Ali bin Abi Thalib pada tahun ke-40
Hijriah.
perpustakaan Ali di Najaf yang ditulis dengan khat Kufi. Di akhir mushhaf itu tertulis,
‘Mushhaf ini ditulis oleh Ali bin Abu Thalib pada tahun 40 puluh hijriah.’ Karena ada
kemiripan antara ‘Abi’ dan ‘Abu’ dalam kaligrafi Kufi, kemungkinan seseorang yang
tak berpengetahuan, menuliskan nama di akhir mushhaf ini ‘Ali bin Abu Thalib’,
ah
maksudnya ‘Ali bin Abi Thalib.’” 265
Di museum masjid Imam Husain di Kairo juga ada sebuah mushhaf yang
i
Sy
katanya ditulis oleh Ali bin Abi Thalib. Al-Quran ini ditulis dengan khat Kufi kuno.
Berkenaan dengan hal ini ustad Zarkani berkata, “Mungkin saja penulisnya adalah Ali
Ibnu Bathuthah berkata, “Di masjid Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib di
k
Bashrah ada sebuah mushhaf yang dibaca oleh Usman pada saat menjelang wafat.
a
tercantum ayat, 266 Maka Allah-lah yang akan mencukupi kalian dan Dialah Yang
u
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (al-Baqarah: 137).” Tentu, hal ini mustahil.
P
Samhudi menukil dari Muhriz bin Tsabit bahwa dia berkata, “Aku mendengar
bahwa mushhaf Usman sampai ke tangan Khalid bin Amr bin Usman. Ketika Mahdi
(al-Abbasi) memimpin, mushhaf itu dia kirim ke Madinah—hingga saat ini mushhaf
265
Tarikh al-Quran; hal. 46.
266
Rihlatu Ibni Bathuthah; jilid 1, hal. 116.
175
Ibnu Zubalah berkata, “Malik bin Anas berkata kepadaku, ‘Hajjaj mengirim
mushhaf-mushhaf ke berbagai pusat kota dan dia juga mengirim mushhaf yang besar
ke Madinah. Waktu itu mushhaf ini berada di dalam sebuah peti di sebelah kanan
tiang yang menunjukkan makam Nabi saw . Peti itu selalu dibuka pada hari kamis
dan jumat. Pada masa kepemimpinan Mahdi al-Abbasi dia mengirim mushhaf yang
berharga ke Madinah dan dilekatkan di dalam peti. Pada saat itulah mushhaf Hajjaj
diambil.”
Samhudi berkata, “Mushhaf yang sekarang ada di suatu Qubbah yang terletak
di tengah-tengah masjid dan dinisbahkan kepada Usman, tak ada seseorang yang
ah
mengatakan sesuatu tentangnya.”
Ibnu Najjar, orang pertama yang menulis sejarah mushhaf-mushhaf yang ada
i
Sy
di masjid-masjid berkata, “Dengan berjalannya waktu, mushhaf-mushhaf pertama itu
menjadi kuno dan lembaran-lembarannya berserakan, tidak ada lagi yang tersisa
darinya.” 267
a
k
Dari segi urutan surah-surah al-Quran, mushhaf Usmani tidak jauh berbeda
st
mushhaf Usmani juga dialami oleh mushhaf sahabat yang satu dengan sahabat yang
P
lain. Surah-surah panjang ditulis lebih awal dari surah-surah pendek. Huruf-huruf
mushhaf Usmani tidak menggunakan titik dan tanda baca lainnya sebagai i’rab
seperlima dalam setiap juz dan memiliki kesalahan-kesalahan imla’ serta kontradiksi
dalam kaligrafi dengan alasan bahwa pada saat itu sahabat baru mengenal ilmu tulis.
267
Samhudi; Wafa’ul Wafa’ Bi Akhbari Daril Musthafa; jilid 2, hal. 667-668.
176
Kriteria-kriteria umum mushhaf Usmani adalah sebagai berikut;
1. Susunan
berbeda dengan susunan mushhaf yang ada saat ini dan sesuai dengan susunan yang
ada pada mushaf-mushhaf sahabat yang digunakan pada saat itu, khususnya mushhaf
ah
surah besar dan masuk dalam barisan ketujuh 268 atau kedelapan. 269 Tetapi, Usman
dengan sengaja, berkeyakinan bahwa surah al-Anfal dan surah al-Barâah adalah satu
i
Sy
surah dan meletakkannya ke peringkat tujuh dari surah-surah besar dan panjang dan
Ibnu Abbas mengkritik perbuatan Usman dengan berkata, “Apa alasan kamu
a
menganggap surah al-Anfal yang merupakan salah satu dari surah-surah Matsani270
k
dan surah al-Barâah yang merupakan bagian dari surah-surah Main menjadi satu
a
surah-surah itu diturunkan, Nabi saw memanggil para penulis wahyu dan berkata
kepada mereka, ‘Tulislah ayat-ayat ini di tempat fulan dari tempat fulan.’ Surah al-
Anfal termasuk salah satu dari surah-surah yang diturunkan di Madinah pada awal-
awal Hijrah dan surah al-Barâah apabila dilihat dari segi turunnya, ia termasuk dari
268
Dalam mushhaf Ibnu Mas’ud.
269
Dalam mushhaf Ubai bin Ka’ab.
270
Dalam mushhaf Ibnu Mas’ud, surah al-Anfal adalah salah satu dari surah-surah Matsani dan dalam
mushhaf Ubai bin Ka’ab, berada dalam jajaran surah-surah Main.
177
surah-surah yang terakhir diturunkan. Kandungan kedua surah itu satu sama lain
memiliki kesamaan. Saya kira dua surah ini adalah satu surah. Rasulullah saw sendiri
juga sudah meninggal dan tidak menjelaskan bahwa al-Barâah adalah kelanjutan
surah al-Anfal. Oleh karena itulah saya menyatukan dua surah itu dan
Bismillahirrahmanirrahim tidak saya tulis di antara dua surah itu dan saya
mengetahui bahwa terkadang ada ayat-ayat dari suatu surah yang diturunkan setelah
turunnya surah tersebut dan Rasulullah saw memerintahkan agar ayat-ayat itu di
ah
cantumkan di tempatnya. Karena ada kemiripan antara konteks umum surah al-Barâah
dan surah al-Anfal, Usman menganggap bahwa surah al-Barâah adalah kelanjutan
i
Sy
surah al-Anfal. 272 Kemiripan dalam konteks ini dikarenakan kandungan surah yang
pertama bersikap keras terhadap musuh-musuh Islam, baik terhadap orang-orang kafir
atau orang-orang munafik. Sementara itu, kandungan surah yang lain memotifasi
a
orang-orang mukmin untuk tetap tegar ketika bertempur demi tegaknya kalimatullah
k
di muka bumi. Apapun bentuknya, meskipun tidak ada suatu masalah yang dinukil
a
berkenaan dengan dua surah ini, Usman menggabungkan dua surah itu dan
st
surah-surah besar.
P
sebagai ancaman dan janji azab terhadap orang-orang kafir. Oleh karena itu, ia tidak
diturunkan bersama dengan nama Allah yang murni kasih sayang, sebab tidak tepat
271
Al-Mustadrak; jilid 2, hal. 221 dan 330.
272
Riwayat yang dinukil oleh Ayyasyi dalam tafsirnya, jilid kedua, halaman 73, menunjukkan bahwa
al-Anfal dan al-Barâah adalah satu surah. Dalam hal ini terjadi perbedaan di kalangan para ulama.
(Tafsir Thabarsi; jilid 5, hal. 2.) Namun, Ayyasyi lebih setuju bahwa dua surah itu adalah satu surah,
karena akhiran di setiap surah diketahui menggunakan “Bismillah…” yang menunjukkan permulaan
surah lain. (Tafsir al-Ayyasyi; jilid 1, hal 19).
178
jika ancaman dan janji azab dimulai dengan rahmat (kasih sayang). Oleh karena itu
lain, tetapi perbedaan ini dari segi didahulukan dan diakhirkannya sebagian surah-
surah.
ah
dengan khat yang berlaku di tengah-tengah masyarakat Arab pada waktu itu yang bisa
dijadikan sebagai pembeda huruf-huruf yang bertitik dan yang tidak bertitik. Oleh
i
Sy
karena itu tidak ada bedanya antara huruf Ba’, Ta’, Ya’ dan Tsa’ dan juga Jim, Ha’,
Kho’. Huruf-huruf tersebut tidak bisa dibedakan antara satu dengan yang lain. Begitu
pula dengan harakat dan i’rab huruf-huruf dan kalimat-kalimatnya, tidak ditandai
a
memperhatikan kata-kata penjelas, agar bisa membedakan antara satu dengan yang
a
lain dan hendaknya ia mengetahui wazan kalimat dan cara melakukan i’rab.
st
Oleh karena itu pada masa awal Islam, bacaan al-Quran itu hanya bergantung
u
kepada pendengaran dan nukilan dan kemungkinan, tidak diperbolehkan membaca al-
P
Quran hanya melalui cara pendengaran, sebagai contoh, antara kalimat “Tablu”,
“Nablu”, “Natlu”, “Tatlu”, dan “Yatlu” tidak ada bedanya. Begitu pula tidak bisa
‘Ilmihi”. Oleh karena itu seringkali ayat, Litakuna Liman Khalfaka Âyatan (supaya
273
Al-Mustadrak; jilid 2, hal. 330. Al-Itqan; jilid 1, hal. 65.
179
hal itu menjadi bukti bagi orang setelahmu) dibaca dengan Liman Khalaqaka (bagi
yang menciptakanmu).
Berikut ini akan kami berikan contoh-contoh dari berbagai macam bacaan
ah
iyannahum”, “Lanubawwiyannahum”.278
i
Sy
7. Surah al-Hujurat, ayat 6: “Fatabayyanu”, “Fatatsabbatu”. 280
adalah alasan utama munculnya perbedaan bacaan pada masa-masa setelah penyatuan.
a
Orang-orang yang membaca al-Quran pada saat itu bersandar kepada pendengaran
k
dan hafalan al-Quran yang sering terjadi kesalahan-kesalahan kemtika menukil dan
a
masalah, tidak ada jaminan bahwa dia tidak mengalami lupa dan salah. Semua yang
u
Selain dari itu, pengaruh suku-suku selain Arab yang semakin hari semakin
menjadi salah satu sebab terjadinya perbedaan bacaan. Karenanya, para anggota
274
Tafsir Thabarsi; jilid 2, hal. 368.
275
Tafsir Thabarsi; jilid 2, hal. 444.
276
Ibid; jilid 5, hal. 105.
277
Ibid; jilid 5, hal. 130.
278
Ibid; jilid 8, hal. 290.
279
Ibid; jilid 8, hal. 384.
280
Ibid; jilid 3, hal. 94, jilid 9, hal. 131.
180
komite penyatuan mushhaf pada masa itu, harus memperhatikan masa depan umat
Islam dengan teliti dan harus bisa menemukan jalan keluar untuk mencegah
munculnya perbedaan dan kesalahan dalam bacaan al-Quran. Namun mentalitas para
pejabat pada masa itu yang menganggap remeh masalah ini penghalang bagi
Ibnu Jazri menganggap para pejabat pada saat itu dengan sengaja tidak
penulisan, oleh sebab itu mereka mengandalakan pendengaran dan merasa cukup
ah
mendengar ayat-ayat al-Quran dari Nabi saw, kemudian menghafalnya dengan cara
i
Sy
Zarkani mendukung pendapat Ibnu Jazri. Dia berkata, “Pada saat itu mereka
menulis kalimat-kalimat al-Quran tanpa titik dan tanda supaya tidak terjadi kesalahan.
Meskipun jelas dan disepakati bahwa pada saat itu sudah ada khat Arab tanpa
k
titik maupun tanda dan orang-orang Arab pada waktu itu masih baru mengawali
a
belajar dan menulis yang meniscayakan mereka tidak mengetahui perihal pemberian
st
titik dan tanda, namun pemaparan Ibnu Jazri dan Zarkani tidak dapat dibenarkan.
u
P
lampau bisa menulis. Mereka mengetahui ilmu tulis sejak mendekati munculnya
Islam. Alasan mengapa ilmu tulis tidak berlaku di antara orang-orang Arab Hijaz
adalah kehidupan badui mereka yang selalu menghabiskan waktu dalam perjalanan
281
Al-Nasyr fi al-Qira’at al-Asyr; jilid 1, hal. 7.
282
Manahilul Irfan; jilid 1, hal. 251.
181
dan mengembara. Bahkan mereka menghabiskan waktu untuk peperangan dan
perampokan. Aktifitas seperti inilah yang menghalangi mereka untuk berpikir tentang
berpemikiran maju dan memiliki sopan santun. Dengan mengetahui etika, mereka
belajar menulis kepada orang-orang di sana (Syam dan Irak). Ada juga, atau sebagian
belajar menulis khat Nabthi atau Suryani dan dua bentuk tulisan ini tetap ada dan
ah
Setelah khat Nabthi, muncullah khat Naskhi yang sekarang sudah dikenal dan
masih tetap ada. Setelah khat Suryani, muncullah khat Kufi yang diberi nama khat
i
Sy
Heiri yang dinisbahkan kepada sebuah kota kuno Arab yang berdekatan dengan
Kufah. Karena perubahan khat Suryani itu terjadi di Heirah—setelah kota Kufah
dibangun dan kebudayaan Arab berpindah ke kota—maka nama khat itu berubah
a
menjadi khat Kufi. Sejak lama khat ini dikenal dan dipakai oleh orang Arab.
k
Khat Nabthi yang berubah menjadi khat Naskhi mulai dipelajari oleh orang-
a
orang Arab dari orang-orang Hur disela melakukan perdagangan ke Syam. Mereka
st
mempelajari khat Heiri atau Kufi dari orang-orang Irak. Pertama-tama, orang-orang
u
Arab menggunakan dua khat tersebut untuk menulis surat dan tulisan biasa, kemudian
P
dan hadis.
Dalilnya bahwa khat Kufi itu hasil dari perubahan khat Suryani adalah bahwa
182
Kaidah tersebut adalah ciri khat Suryani dengan menghapus Alif Mamdudah
Pada saat Islam muncul, khat dan tulisan masih belum semarak di kalangan
orang-orang Arab Hijaz dan sangat sedikit orang yang bisa menulis. Rasululah saw
meminta bantuan mereka yang bisa menulis untuk menulis wahyu. Beliau memotifasi
kaum muslimin agar belajar menulis. Karena itu, orang-orang yang belajar menulis
Dua khat Naskhi dan Kufi masih digunakan kaum muslimin. Mereka bekerja
keras untuk merubah, memperbaiki dan memperindah dua khat itu. Ibnu Miqlah pada
ah
awal abad keempat Hijriah berusaha keras memperindah khat Naskhi, kemudian dia
menjadikan khat Naskhi sesempurna mungkin, sehingga sampai sekarang khat ini
i
Sy
masih digunakan.
Berbeda dengan khat Naskhi, khat Kufi pernah mengalami kemunduran dan
hanya digunakan selama, kurang-lebih, dua abad saja. Kemudian menghilang dari
a
peredaran. Sejak saat itu hingga seterusnya mushhaf-mushhaf ditulis dengan khat
k
Khat yang dikutip dari Suryani dan Nabthi oleh orang-orang Arab tidak
menggunakan titik. Hingga sekarang khat-khat Suryani juga tanpa titik. Orang-orang
P
Arab, sampai pertengahan abad pertama menulis khat-khat tanpa titik. Setelah itu
283
Dairatul Ma’arif al-Qarnil Isyrin; jilid 3, hal. 621. George Zaidan; Tarikh-e Tamaddun-e Islami;
jilid 3, hal. 58-60. Ibnu Kholdun; al-Mukaddimah; hal. 417-421. Khalil Yahya al-Nami; Ashlul Khat
al-Arabi; jilid 3. Athiyyah Turki; Al-Khat al-Arabi al-Islami; hal. 22. Abdul Fattah Ubadah; Intisyar al-
Khat al-Arabi; hal. 13-15. Naji al-Mashraf; Mushur al-Khat al-Arabi; hal. 338. Muhammad Thahir al-
Maliki al-Kurdi;Tarikh al-Khat al-Arabi wa Adabihi; hal. 54.
183
Ketika Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi menjadi wali kota Irak dari pihak Abdul
Malik bin Marwan (75-86 H.), dia menggunakan titik dalam tulisan. Saat itu
masyarakat dapat membedakan huruf-huruf yang bertitik dengan yang tidak bertitik.
Pekerjaan ini dipopulerkan oleh Yahya bin Ya’mur dan Nashr bin Ashim, dua orang
murid Abul Aswad al-Duali. 284 Alasan pekerjaan ini dilakukan adalah karena mawali
(budak-budak Ajam) yang pada waktu itu jumlahnya terus bertambah. Akibatnya
negeri Islam dihuni oleh orang-orang asing, namun mereka harus menggunakan
bahasa Arab. Sebagian dari mereka masuk dalam jajaran ulama dan Qurra’, padahal
bahasa asli mereka bukan bahasa Arab dan sudah pasti banyak terdapat kesalahan
ah
dalam mengujarkannya. Karena itu terjadi banyak perubahan dalam bacaan.
i
Sy
Abu Ahmad al-Askari 285 mengisahkan bahwa selama lebih dari empat puluh
tahun masyarakat masih menggunakan mushhaf Usman sampai pada zaman Abdul
Malik bin Marwan. Selama rentang waktu itu telah terjadi banyak perubahan dalam
a
bacaan al-Quran. Perubahan ini menyebar hingga ke Irak. Hajjaj bin Yusuf
k
menyampaikan kekhawatiran terhadap masalah ini kepada para penulis dan meminta
a
kepada mereka agar meletakkan tanda-tanda untuk huruf-huruf yang mirip antara satu
st
dengan yang lain agar dapat dibedakan. Sebelumnya sudah dikatakan bahwa Nashr
u
bin Ashim yang menjalankan tugas ini. Dia juga yang menggunakan titik dalam
P
284
Dairatul Ma’arif al-Qarnil Isyrin; jilid 3, hal. 722. Manahilul Irfan; jilid 1, hal. 399-400. Tarikh al-
Quran; hal. 68.
285
Abu Ahmad al-Askari; Al-Tashhif wa al-Tahrif; hal. 13.
286
Ibnu Khalkan; Wafayat al-A’yan; jilid 2, hal. 32.
184
Ustad Zarkani berkata, “Orang pertama yang mengunakan titik dalam mushhaf
adalah Yahya bin Ya’mur dan Nashr bin Ashim, mereka berdua adalah murid Abul
tanda harokat dan i’rab. Pada awal-awal masa masa Islam, banyak sekali orang yang
ah
tengah-tengah mereka—dengan benar, karena itu al-Quran terjaga dari kesalahan.
Apalagi mereka memiliki perhatian yang sangat besar kepada al-Quran dengan
i
Sy
mempelajarinya dari sahabat-sahabat besar terdekat Rasulullah saw . Pada saat itu
juga sudah tersedia sarana-sarana untuk menghafal dan mencatat al-Quran dengan
benar.
a
tengah masyarakat Islam. Mereka juga asing dari bahasa Arab. Hal ini menyebabkan
a
tidak salah dalam membaca al-Quran. Sebagai contoh, setiap orang Arab akan
u
membaca kalimat ﻛﺘﺐyang ada dalam ayat; ( ﻛﺘﺐ ﺭﺑﻜﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔAl-An’am : 54).
P
dalam bentuk ma’lum (kataba). Kalimat yang sama juga disebutkan di ayat lain dalam
bentuk majhul (kutiba) ( ﻛﺘﺐ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡAl-Baqarah : 183). Selain orang Arab tidak
“Rasuluhu” dalam ayat, “Sesunguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari
287
Manahilul Irfan; jilid 1, hal. 399.
185
orang-orang musyrikin” dengan kasroh [Rasulihi]. Dengan bacaan seperti itu artinya
adalah bahwa Allah berlepas diri dari orang-orang musyrikin dan Rasul-Nya. Melihat
kesalahan fatal ini Abul Aswad berkata, “Saya tidak mengira kalau kesalahan itu
sampai sefatal ini.” Kemudian dia memberitahu masalah ini kepada Ziyad bin Abih,
Sebelumnya, Ziyad bin Abih pernah meminta Abul Aswad mencari jalan
keluar masalah ini, namun Abul Aswad tidak ingin dilibatkan secara langsung untuk
melakukan pekerjaan tersebut. Setelah dia mendengar sendiri kesalahan fatal dalam
firman Allah tersebut, dia menyambut keinginan Ziyad bin Abih 288 dan berkata, “Saya
ah
akan menjalankan apa yang Anda perintahkan.”
i
Sy
apa yang diujarkannya. Beberapa orang penulis dihadirkan, namun tidak berkenan di
hatinya. Hingga kemudian datanglah seorang penulis ahli yang diterima oleh Abul
Aswad.
a
Abul Aswad berkata kepada penulis tersebut, “Letakkan titik di atas setiap
k
huruf yang saya baca maftuh (dengan mulut terbuka). Jika saya merapatkan mulut
a
saya (dhammah), maka letakkanlah titik di atas huruf itu. Jika saya membaca huruf
st
dengan kasrah, maka tulislah titik di bawah huruf itu.” 289 Ibnu Iyadh menambahkan
u
bahwa Abul Aswad berkata kepada penulis itu, “Seandainya aku membaca suatu
P
Sejak saat itu hingga seterusnya, masyarakat menggunakan titik sebagai tanda
untuk menunjukkan harokat huruf dan kalimat. Titik-titik tersebut ditulis dengan
warna yang berbeda sesuai warna khat mushhaf. Kebanyakan warnanya adalah merah.
288
Disebutkan bahwa Ziyad bin Abih memerintah seseorang dengan sengaja agar membaca suatu ayat
di depan Abul Aswad dengan salah supaya dia tergerak untuk menjalankan keinginan Ziyad. (Al-Khat
al-Arabi l-Islami; hal. 26).
289
Al-Fihrist; hal. 46
290
Hasan Shadr; Ta’sis al-Syi’ah li Ulumil Islam; hal. 52.
186
Setelah Nashr bin Ashim menggunakan titik sebagai tanda pembeda dengan
George Zaidan pernah melihat mushhaf bertitik seperti itu, di Darul Kutub
Mesir. Dia berkata, “Pertama, mushhaf ini berada di Masjid Amr bin Ash, di dekat
khatnya ditulis dengan tinta hitam dan titik-titiknya berwarna merah. Mushhaf itu
tidak berbeda dengan apa yang telah disifatkan oleh Abul Aswad. Titik-titik di atas
huruf-huruf adalah tanda fathah dan titik-titik dibawah adalah tanda kasrah, titik-titik
ah
Di Andalusia, mushhaf-mushhaf itu ditulis dengan empat warna; warna hitam
untuk huruf-huruf, warna merah untuk titik-titik yang menjadi tanda harakat, warna
i
Sy
kuning untuk hamzah-hamzah dan warna hijau digunakan untuk alif-alif washal.292
a
Jalaludin Suyuthi berkata, “Pada awal zaman Islam, tidak ada tanda harakat-
a
harakat huruf dalam bentuk titik. Titik awal huruf, sebagai tanda fathah dan titik yang
st
ada di akhir huruf adalah tanda dhammah, titik di bawah huruf adalah tanda kasrah.”
u
huruf. Huruf-huruf tersebut merupakan temuan Khalil bin Ahmad. Dalam sistim ini
tanda fathah berbentuk panjang yang diletakkan di atas huruf dan kasrah dengan
bentuk yang sama dan diletakkan di bawah huruf. Dhommah adalah wawu kecil di
atas huruf, sedangkan tanwin adalah bacaan fathah atau kasrah atau dhommah.
291
Tarikh-e Tamaddun-e Islami; jilid 3, hal. 61.
292
Al-Khat al-Arabi al-Islami; hal. 27. Abu Amr Usman bin Said Dani; Al-Muqni’ fi Rasmil Mashahif.
Tarikh al-Quran; hal. 68.
187
Suyuthi menambahkan, “Orang pertama yang membuat tanda hamzah dan tasydid,
Mereka terus melakukan perubahan dalam khat dan kaligrafi. Pada akhir abad ketiga,
khat dan kaligrafi mencapai puncak keindahannya. Banyak orang saling berlomba
menggunakan permulaan huruf kho’ sebagai alamat huruf sakin. Ini menunjukkan
bahwa huruf sakin lebih ringan dari huruf ber-harokat, sebagian memilih permulaan
huruf mim untuk alamat sakin. Untuk huruf musyaddad (ber-tasydid) digunakan
ah
alamat tiga lengkungan dan untuk alif-alif washal, telah ditentukan huruf shad. Juga
penyulisan khat dan hasyiyah (tulisan di pinggir kitab) semakin berkembang dan
i
Sy
digunakan dalam mushhaf-mushhaf dengan ciri masing-masing. 294
Konon, terbaginya al-Quran menjadi sepersepuluh dan seperlima, hizib, juz dan
alasan semua itu adalah atas perintah Makmun al-Abbasi, ada juga yang
a
meriwayatkan yang memerintahkan hal itu adalah Hajjaj. Ahmad bin al-Husain
k
berkata, “Hajjaj mengumpulkan para Qari dari Bashrah dan memilih suatu kelompok
a
dari mereka, kemudian meminta kepada mereka agar menghitung huruf-huruf al-
st
Quran. Mereka telah menyelesaikan pekerjaan ini dalam tempo empat bulan dan
u
menujukkan bahwa al-Quran memiliki 77.439 kata dan 323.015 huruf, menurut
P
sebuah pendapat lain julah kata 340.740 huruf, kata terakhir dari paruh pertama al-
Quran diakhiri dengan kalimat ﻭﻟﻴﺘﻠﻄﻒdari surah al-Kahfi, setelah itu mulaih paruh
293
Al-Itqan; jilid 2, hal 171. Abu Amr al-Dani; Kitab al-Nuqath; hal. 133.
294
Ta’sis al-Syi’ah li Ulumil Islam; hal. 52.
188
Sudah sangat terkenal bahw Al-Quran mengandung 120 hizib dan 30 juz. Hal
pendidikan.
Abul Hasan Ali bin Muhammad Sakhawi (w. 643 H.) adalah seorang ulama
besar di bidang sastra, fiqih dan Qira’at. Dia menjalani kehidupan di Damaskus. Di
dalam kitab Jamalul Qurra’, beliau menisbahkan kepada Abu Usman Amr bin Ubaid
al-Nami (w. 144 H.) bahwa al-Quran yang dibagi dalam 30 juz, setiap juz dibagi
menjadi 12 bagian, hingga keseluruhannya 360 bagian. Dia berkata, “Dia melakukan
pekerjaan ini atas keinginan Manshur (khalifah Abbasi). Manshur meminta kepadanya
ah
agar membagi al-Quran menurut hari-hari supaya bisa digunakan untuk
mempersiapkan hafalan dan bacaan harian. Dia memberikan jawaban positif atas
i
Sy
permintaan Manshur, kemudian mengerjakannya dengan rapi dengan memberi tanda
di akhir setiap juz dengan garis bawah. Manshur mengajarkan hal itu kepada
putranya, Mahdi. Setelah itu diikuti oleh orang lain dan akhirnya pembagian ini
a
Surah al-Quran yang paling besar dan panjang adalah al-Baqarah. Surah yang
a
paling pendek adalah al-Kautsar. Ayat al-Quran yang paling panjang adalah ayat
st
“Dain [hutang]” yaitu ayat 282 dari surah al-Baqarah yang mengandung 128 kata dan
u
Kata terpanjang dalam al-Quran, adalah ayat 22, surah al-Hijr yang memiliki
Ahmad meriwayatkan dari Aus bin Hudzaifah bahwa dia berkata, “Aku berada
di antara kelompok dan rombongan Bani Malik yang memeluk Islam dan sempat
menghadap Rasulullah saw . Pada waktu itu kami tinggal di perkemahan. Setiap hari
295
Jamalul Qurra’ wa Kamalul Iqra’; Beirut, 1993, jilid 1, hal. 378-379.
296
Al-Burhan; jilid 1, hal. 249-252.
189
sepulang dari masjid sebelum masuk ke rumahnya, Rasulullah selalu mampir ke
tempat kami. Beliau bersama kami setelah shalat isya dan berbicara kepada kami
tentang perilaku kaumnya ketika beliau berada di Mekkah dan setelah beliau hijrah ke
Madinah. Pada suatu malam, tidak seperti biasanya beliau datang terlambat ke tempat
kami, kami pun bertanya tentang sebab keterlambatan beliau, Nabi berkata, ‘Aku
membawakan suatu hizib (bagian) dari al-Quran dan aku harus menyelesaikan suatu
ah
bagian. Setiap bagian terdiri dari susunan berikut; tiga surah, lima surah, tujuh surah,
sembilan surah, sebelas surah dan tiga belas surah dan hizib yang terakhir terdiri dari
i
Sy
surah Qaf hingga akhir al-Quran.’” 297
Kalimat terakhir dari riwayat ini menunjukkan ujaran Aus yang berhubungan
dengan keterangan para sahabat Nabi saw, karena pada waktu itu al-Quran masih
a
belum terjilid. Surah-surah al-Quran pada waktu itu sudah lengkap. Untuk
k
waktu.
st
u
makna yang dimaksud melalui perantara lafazh. Sebenarnya tulisan itu adalah
dimaksud. Oleh karena itu tulisan harus sesuai secara sempurna dengan lafazh yang
dan harus ditulis sama persis dengan apa yang dibicarakan agar khat itu bisa menjadi
297
Musnad Ahmad; jilid 4, hal. 343.
190
tolok ukur bagi lafazh, tanpa sedikitpun mengurangi atau menambahnya. Metode-
menjadi istilah baku dan semua orang mengamalkan sesuai dengan itu, maka tidak
akan muncul suatu masalah dan tidak mengurangi maksud yang diinginkan.
al-Quran tidak tercatat dalam hafalan yang diperoleh dengan cara mendengar yang
mutawatir, kemudian bacaannya tidak dihafal oleh muslimin terdahulu yang memiliki
ah
perhatian ekstra dalam hal ini, maka kebanyakan ayat mustahil dibaca dengan benar.
Indikasi dari masalah tersebut adalah pada waktu itu orang-orang Arab tidak
i
Sy
berpengetahuan tentang seni khat dan metode penulisan, bahkan kebanyakan dari
mereka tidak bisa menulis. Khat yang ditulis pada saat itu adalah khat dasar dan
Selain itu, orang-orang yang dipilih oleh Usman untuk menulis mushhaf tidak
k
mengerti metode penulisan. Meskipun pada saat itu khat masih berbentuk sangat
a
Sudah kita bahas bahwa setelah semua naskah mushhaf itu lengkap, mereka
u
dan indahnya (mushhaf) yang telah kalian buat.” Kemudian Usman melihat suatu
dengan benar. Dia berkata, “Seandainya orang yang mendiktekan itu berasal dari suku
Hudzail dan penulisnya dari suku Tsaqif, tentunya kesalahan seperti ini tak akan
terjadi.”
298
Mukadimah Ibnu Kholdun; hal. 419 dan 438.
191
Dari riwayat ini dapat disimpulkan bahwa Usman sudah tahu kalau pada
waktu itu, suku Hudzail sudah memiliki pengetahuan tentang metodologi penulisan
dan suku Tsaqif terkenal dengan keindahan tulisannya. Mushhaf yang diperlihatkan
mengapa untuk melakukan pekerjaan penting ini dia tidak memilih orang-orang dari
keduanya ini benar-benar tukang sihir, menjelaskan bahwa Usman berkata, “Di
dalam mushhaf ini ada kesalahan, sementara setiap orang Arab pasti mengujarkan
ah
bahasanya sendiri dengan benar.” Ada yang bertanya kepada Usman, “Apakah kamu
akan membenahinya?” Dia berkata, “Tidak perlu, sebab (di dalamnya) tiada suatu
i
Sy
halal yang diharamkan dan tiada (pula) haram yang di halalkan.” 299
Dalam hal ini Ibnu Ruzbahan berkata, “Tidak dibenahinya lafazh al-Quran oleh
Usman dikarenakan dia harus meneliti bentuk khat. Lafazh ini telah tertulis dalam
a
mushhaf-mushhaf dengan bentuk seperti itu dan tidak bisa dirubah lagi, karena
k
(lafazh itu) adalah bahasa sebagian orang Arab, maka dia tidak merubahnya.” 300
a
mushhaf telah tertulis seperti itu”? Mushhaf-mushhaf yang mana? Apa relasi antara
u
pada waktu itu memunculkan problem bagi umat Islam untuk selamanya. Tentu,
alasan tidak dibenahinya kesalahan-kesalahan ini adalah bahwa pada masa-masa yang
akan datang musuh-musuh Islam tidak bisa menyimpangkan al-Quran dengan dalih
299
Muhammad Hasan Muzhaffar; Dalail al-Shidq; jilid 3, hal. 196.
300
Ibid: jilid 3, hal. 197.
192
Berkenaan dengan hal ini Imam Ali as berkata, “Mulai saat ini al-Quran tidak
boleh diubah-ubah lagi.” Inilah al-Quran yang diterima oleh semua kaum muslimin
cela dalam fondasi dan kemuliaan al-Quran. Alasannya adalah sebagai berikut:
Satu. Kenyataan al-Quran adalah apa yang dibaca, bukan apa yang ditulis.
Tulisan dengan segala macam metodologinya, selama bacaannya masih tetap benar
ah
sebagaimana yang dibaca pada zaman Rasulullah saw dan para sahabatnya, maka
tidak akan menyebabkan bahaya apapun. Tidak diragukan lagi bahwa kaum muslimin
i
sejak awal masa Islam hingga sekarang, telah menghafal al-Quran dengan cara yang
Sy
benar.
terhadap masalah ini adalah terkait dengan para penulis terdahulu, bukan terkait
k
dengan isi tulisan itu sendiri. Yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan
a
maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi
st
Tiga. Kesalahan-kesalahan imla’ dalam mushhaf terus ada dan tidak dibenahi.
P
kepada keselamatan kitabnya dan tidak ada penyimpangan (di dalamnya) selama
dibenahi, namun demi menjaga kehormatan para penulis terdahulu, mereka tidak
menyentuhnya.
193
Kalimat dengan imla’ yang benar Kalimat dengan imla’ yang salah
ah
ﻻ ﻳﻴﺌﺎﺱ -8ﺍﻧﻪ ﻻ ﻳﺎﻳﺌﺲ .ﻳﻮﺳﻒ 87
i
Sy
ﺍﻟﻀﻌﻔﺎء -10ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻀﻌﻔﺆﺍ .ﺍﺑﺮﺍﻫﻴﻢ 21
194
Ketika kita perhatikan bahwa mushhaf-mushhaf pada waktu itu—tidak
menggunakan titik, tidak memiliki semua tanda baca untuk membedakan huruf
bertitik dengan tidak bertitik yang menjadi petunjuk harokat dan ejaan kalimat-
kalimat—maka mushhaf-mushhaf itu sangat sulit untuk bisa dibaca. Sebagai contoh,
bagiaman pembaca bisa tahu jika alif yang ada dalam ayat, ﻻﺍﺫﺑﺤﻨﻪitu adalah
tambahan dan tidak boleh dibaca. Bagaimana pembaca bisa tahu kalau salah satu dari
dua “Ya’”ya ﺑﺄﻳﻴﺪdalam ayat ﻭﺍﻟﺴﻤﺎء ﺑﻨﻴﻨﺎﻫﺎ ﺑﺄﻳﻴﺪadalah tambahan atau dalam kalimat ﻧﺸﺆﺍ
yang tanpa tanda apapun. Bagiaman pembaca bisa mengerti bahwa ﻭdi situ adalah
tambahan alif di situ mamdudah (panjang) dan hamzahnya diujarkan setelah alif?
ah
Dalam kaligrafi mushhaf Usmani banyak terdapat perbedaan. Satu kalimat
ditulis dalam suatu bentuk tertentu, sementara kalimat itu juga ditulis di tempat lain
i
Sy
dengan bentuk yang berbeda. Hal ini ini menunjukan seberapa jauh kemampuan dasar
para penulis terdahulu. Dengan menganggap remeh mereka gunakan satu cara dalam
imla’ dan penulisan kalimat. Sebagaimana kalimat yang tercantum dalam ayat 247,
a
surah al-Baqarah ﺑﺴﻄﺔditulis dengan huruf “Sin” dan dalam ayat 69, surah al-A’raf
k
dengan “Shad” ﺑﺼﻄﺔbegitu juga dengan kalimat ﻳﺒﺴﻂyang ada dalam ayat 26, surah
a
al-Ra’du yang ditulis dengan huruf “Sin” dan dalam ayat 245, surah al-Baqarah ditulis
st
dengan huruf “Shad.” Penulisan yang tidak konsisten seperti ini banyak ditemui
u
Kalimat dengan imla’ yang benar Kalimat dengan imla’ yang salah
195
ﻟﻴﺲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎء .ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ 91 -3ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻀﻌﻔﺆﺍ .ﺍﺑﺮﺍﻫﻴﻢ 21
.ﺍﻟﺮﻋﺪ 14 ﻭﻣﺎ ﺩﻋﺎء ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ -5ﻭﻣﺎ ﺩﻋﺆﺍ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ .ﺍﻟﻐﺎﻓﺮ 50
ﻟﻴﺲ ﺑﻈﻼ ﻡ ﻟﻠﻌﺒﻴﺪ .ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ 182 ﺣﺞ 10 -6ﻟﻴﺲ ﺑﻈﻠﻢ ﻟﻠﻌﺒﻴﺪ .
ah
ﺿﺮﺑﻮﺍ ﻟﻚ ﺍﻻﻣﺜﺎﻝ .ﺍﻻﺳﺮﺍء 48 -7ﺿﺮﺑﻮﺍ ﻟﻚ ﺍﻻﻣﺜﻞ .ﺍﻟﻔﺮﻗﺎﻥ 9
i
Sy
.ﺍﻟﺮﻋﺪ 39 301
F 30 ﻭﻳﻤﺤﻮﺍ ﷲ ﻣﺎ ﻳﺸﺎء ﺍﻟﺸﻮﺭﻯ 24 -8ﻭﻳﻤﺢ ﷲ ﺍﻟﺒﺎﻁﻞ .
F301
st
ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍ ﻡ .ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ 150 . ﻁﻪ 94 -11ﻗﺎﻝ ﻳﺒﻨﺆﻡ .
u
P
ﻓﻰ ﺍﻻﺭﺣﺎﻡ ﻣﺎ ﻧﺸﺎء .ﺣﺞ 5 -12ﻓﻰ ﺍﻣﻮﺍﻟﻨﺎ ﻣﺎ ﻧﺸﺆﺍ .ﻫﻮﺩ 87
ﻭﺍﻥ ﺗﻌﺪﻭﺍ ﻧﻌﻤﺔ ﷲ .ﺍﻟﻨﺤﻞ 18 -13ﻭﺍﻥ ﺗﻌﺪﻭﺍ ﻧﻌﻤﺖ ﷲ .ﺍﺑﺮﺍﻫﻴﻢ 34
301
“Yamhu” adalah mufrad, maka alif-nya adalah tambahan
2- Dihapusnya alif dari “Li Îlâf” juga salah.
196
23 ﺍﻟﻔﺘﺢ. ﻭﻟﻦ ﺗﺠﺪ ﻟﺴﻨﺔ ﷲ 43 ﻓﺎﻁﺮ. ﻓﻠﻦ ﺗﺠﺪ ﻟﺴﻨﺖ ﷲ-14
ah
33 ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻮﻥ. ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﻠﻸ 24 ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻮﻥ. ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻤﻠﺆﺍ-19
i
Sy
59 ﻳﺲ. ﺍﻳﻬﺎ ﺍﻟﻤﺠﺮﻣﻮﻥ 31 ﺍﻟﺮﺣﻤﺎﻥ. ﺍﻳﻪ ﺍﻟﺜﻘﻼﻥ20
a
Pandangan berlebihan
k
beranggapan bahwa kaligrafi mushhaf dengan bentuk sekarang ini disusun atas
st
perintah Rasulullah saw . Para penulis terdahulu mereka anggap tidak memiliki
u
Kemudian semua kesalahan dalam tulisan ini dianggap suatu misteri dan hikmah
“Kaligrafi al-Quran adalah rahasia Allah. Rasulullah saw yang memerintahkan kalau
al-Quran harus mereka tulis dengan bentuk seperti ini dan para penulis itu tidak
menambah dan tidak mengurangi apa yang telah mereka dengar dari Rasulullah saw .
Para sahabat dan selainnya, meski selembar rambutpun tidak memiliki andil dalam
197
kaligrafi mushhaf. Kaligrafi itu adalah sesuatu yang sudah ditentukan oleh Rasulullah
saw . Beliaulah yang memerintahkan agar disusun dengan bentuk seperti ini. Di suatu
tempat mereka harus menulis dengan alif dan di tempat lain tanpa alif. Ini semua
adalah rahasia-rahasia yang tidak bisa dicerna oleh akal dan termasuk salah satu
rahasia Ilahi yang hanya dimiliki oleh kitab-Nya yang mulia dan tidak dimiliki oleh
Bagaimana akal bisa mengetahui rahasia tulisan alif yang ada di dalam ﻣﺎ ﺋﺔ
dan dihapusnya tulisan alif itu dari ﻓﺌﺔdan ditambahkannya ﻳﺎءke ﺑﺎﻳﺪdan ﺑﺎﻳﻜﻢyang
ah
keduanya ditulis dalam bentuk ﺑﺎﻳﻴﺪdan ? ﺑﺎﻳﻴﻜﻢ
i
Sy
tetapi kalimat yang sama dalam surah Saba’ ditulis tanpa alif? ﺳﻌﻮ
Mengapa kalimat ﻋﺘﻮﺍdi semua tempat ditambahkan alif kecuali hanya dalam
Bagiamana bisa tambahan alif dalam ﺍﻣﻨﻮﺍdan dihapus dari kalimat ﺑﺎ ﺅdan ﺟﺎ ﺅ
k
Semua itu adalah misteri Ilahi dan bagian dari tujuan Nabi saw yang penuh
st
hikmah tersembunyi dari semua manusia. Semua ini adalah misteri batiniah yang
u
tidak bisa diketahui melainkan melalui jalan karunia Ilahi. Sama seperti lafazh-lafazh
P
dan huruf-huruf muqaththa’ah yang ada di awal surah, memiliki rahasia-rahasia besar
tersebut. Mereka juga tidak mengetahui arti di balik makna Ilahiah yang
302
Manahilul Irfan; jilid 1, hal. 375-376.
198
Sebagian ulama berusaha melakukan investigasi atas maslah kaligrafi ini.
ﻭﺍﻟﺴﻤﺎء ﺑﻨﻴﻨﺎﻫﺎ ﺑﻴﺄﻳﻴﺪuntuk menunjukkan keagungan kuasa Ilahi yang dengan itu Dia
dirikan langit, kekuasaan-Nya tidak serupa dengan kekuasaan dan kekuatan selain-
Nya. Pendapat ini sesuai dengan kaidah terkenal yang menegaskan bahwa banyaknya
Dalam hal ini Abul Abbas al-Marakisyi yang dikenal dengan Ibnul Bina’ (w.
ah
721 H.) dalam kitabnya Unwan al-Dalil fi Marsum al-Tanzil menjelaskan dengan
detail bahwa posisi huruf-huruf tersebut dalam khat ini adalah berdasarkan perbedaan
i
Sy
dan bentuk makna kalimat yaitu misteri-misteri serta hikmah-hikmah yang
terselubung yang di antaranya ialah perhatian kepada alam-alam gaib dan alam nyata
Berikut akan kami paparkan beberapa pendapat berlebihan tentang khat yang
k
menunjukkan sembelihan yang disebutkan di awal ayat itu, yaitu suatu azab yang
u
paling pedih, Sungguh Aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras,
P
fi’il lebih berat memikul dhamir fa’il daripada isim, oleh sebab itu ketika fi’il
dianggap ringan meskipun ia berupa kata jamak, maka alif dihapus, seperti;
303
Mukadimah Ibnu Kholdun; hal 419. Manahilul Irfan; jilid 1, hal. 367.
199
( ﺳﻌﻮ ﻓﻰ ﺍﻳﺎﺗﻨﺎ ﻣﻌﺎﺟﺰﻳﻦSaba’: 5), orang-orang yang berusaha untuk (menentang) ayat-
ayat Kami dengan anggapan bahwa mereka dapat melemahkan, sebab usaha disini
tersembunyi dan tak tertutupi dari sesuatu, oleh karena itu dalam ayat ( ﻛﺎ ﻧﻬﻢ ﻟﺆﻟﺆAl-
- Alif dalam ﻣﺎﺋﺔadalah tambahan tetapi dalam ﻓﺌﺔtidak da alifnya, karena ﻣﺎﺋﺔ
ah
- Alif yang ada dalam ayat ( ﻭﺟﺊ ﻳﻮ ﻣﺌﺬ ﺑﺠﻬﻨﻢAl-Fajr: 23) adalah tambahan dan
ditulis dengan bentuk ﻭﺟﺎﻯء ﻳﻮﻣﺌﺬuntuk menunjukkan bahwa kedatangan itu benar-
i
Sy
benar tampak.
- Wawu yang ada dalam ayat ( ﺳﺄﻭﺭﻳﻜﻢ ﺁﻳﺎﺗﻰAl-Anbiya’: 37) adalah tambahan
untuk menunjukkan bahwa alam wujud ini berada pada tingkatan kejelasan yang
a
paling tinggi.
k
- Ya’ yang ada dalam ayat ( ﻭﺍﻟﺴﻤﺎء ﺑﻨﻴﻨﺎﻫﺎ ﺑﺄﻳﻴﺪAl-Dzariyat: 47) adalah tambahan
a
untuk menunjukkan adanya perbedaan dengan ﺍﻻﻳﺪﻱyang merupakan jamak dari ﻳﺪ,
st
sebab yang dimaksud dalam ayat itu bukanlah Yad yang berarti tangan, melainkan
u
kekuatan dan kemampuan yang dengan itu Allah membangun langit. Kemampuan ini
P
jauh lebih layak menetap di dunia daripada “al-Aidi” yang merupakan kata jamak
200
- Wawu dihapus dari ayat( ﻭﻳﺪﻉ ﺍﻻﻧﺴﺎﻥ ﺑﺎﻟﺸﺮAl-Isra’: 11) untuk menunjukkan
bahwa melakukan perbuatan buruk bagi manusia adalah hal mudah dan bisa
- Dalam surah al-Baqarah ayat 247, kalimat ﺑﺴﻄﺔditulis dengan huruf “Sin”
dan dalam ayat 69 dari surah al-A’raf, ditulis dengan huruf “Shad”, karena dengan
huruf “Sin” bermakna kelapangan parsial sedangkan dengan Shad berarti kelapangan
universal.304
P304F
Berkaitan dengan masalah ini Dr. Shubhi Shalih berkata, “Tidak diragukan
lagi bahwa ini adalah pendapat berlebihan sekaitan dengan kaligrafi mushhaf Usmani.
ah
Tidak logis jika kita harus mengakui bahwa kaligrafi itu masalah tauqifi dan atas
perintah Rasulullah saw, atau kita menganggap kaligrafi itu mengandung misteri
i
Sy
yang sama dengan awal sebagian surah yang juga misteri. Tiada satu kasuspun yang
mutawatir. Semua ini adalah istilah yang dibuat-buat oleh para penulis pada zaman itu
a
P305F P
bahwa para sahabat mengetahui seni tulis dengan baik dan sempurna. Sebagian dari
st
hikmah dan misteri. Berkenaan dengan tambahan alif dalam ayat ﻷﺫﺑﺤﻨّﻪalasannya
P
perhatian kepada kesempurnaan kuasa Ilahi. Pendapat seperti ini sama sekali tidak
berdasar. Pendapat seseorang yang tanpa dalil, tidak perlu diperhatikan.” 306P306F P
304
Al-Burhan; jilid 1, hal. 380-430.
305
Mabahits fi Ulum al-Quran; hal. 277.
306
Mukadimah Ibnu Kholdun; bab kelima, hal. 419 dan bab keenam, hal. 438.
201
Muhammad Thahir al-Kurdi berpendapat tentang kaligrafi mushhaf Usmani
Usmani serta kontradiksi yang ada di dalamnya, dia berkata, “Adalah tugas kita
mushhaf tidak menggunakan satu sistim saja? Ini adalah pertanyan yang harus
dijawab oleh mereka yang menulis mushhaf atas perintah Usman. Tetapi mereka
semua telah meninggal dunia dan oleh karena itu para ulama berkata, ‘Kaligrafi
mushhaf adalah sebuah rahasia dari rahasia-rahasia (Ilahi) yang tak seorangpun
ah
mengetahuinya. Janganlah kalian menyangka mereka lupa, salah dan tidak mengerti
tentang dasar-dasar ilmu tulis, karena prasangka tersebut adalah khayalan yang tidak
i
Sy
benar. Kita memiliki keyakinan pasti bahwa para sahabat mengetahui kaidah-kaidah
imla’ dan tulis menulis sebagaimana mestinya.’ Untuk pendapat ini kita memiliki tiga
dalil;
a
bawha secara zhahir, para sahabat mengerti kaligrafi dan kaidah-kaidah penulisan
a
dengan baik, kecuali dalam sebagian kasus, dengan sengaja dan karena suatu hikmah
st
atau falsafah tertentu, mereka menulis sesuatu yang bertentangan dengan kaidah-
u
kaidah tersebut.
P
Ketiga, pada masa Usman, lebih dari seperempat abad orang-orang Jazirah
Arabia menyibukkan diri dengan urusan tulisan. Logiskah dalam waktu yang panjang
307
Muhammad Thahir al-Kurdi; Tarikh al-Khath al-Arabi; hal. 101-102.
202
Perkataan Ibnu Kholdun, “Janganlah kalian perhatikan khayalan-khayalan
orang-orang bodoh ini” membuat kita tidak merasa perlu menjawab pertanyaan
tersebut.
yang berkata, “Manfaatnya yang paling besar adalah menjadi penghalang bagi Ahlul
Khathib berkomentar, “Salah satu dari para pemuka Qurra’, berbicara tentang
sesuatu yang tidak berdasar seperti itu. Dengan berbicara seperti itu berarti dia
ah
kesalahan dalam (mushhaf) al-Quran. Padahal, kesalahan dan ketidakberdasaran
pendapat itu sangat jelas. Di dalam al-Quran banyak sekali ayat-ayat diperuntukkan
i
Sy
Ahlul Kitab untuk mengajak mereka beriman, kemudian, bagaimana mungkin ia
Pendapat yang paling jorok sekalipun, selama itu menggunakan akal sehat dan
a
pengetahun yang benar niscaya tidak akan berlebihan, seperti pendapat Shabbagh
k
antaranya adalah (kaligrafi itu) tidak bisa dibaca. Namun sebuah pesan yang penting
st
untuk dibaca dan mengandung pengetahuan sangat berharga hendaknya tetap terjaga
u
Ibnu Khathib berkomentar, “Oh musibah! Apakah al-Quran juga sama seperti
logaritma, jimat, ilmu ramal, astronomi, ilmu nujum dan ilmu-ilmu lainnya yang
mereka anggap kadarnya terletak kepada misteri-misteri terselubung di dalam ilmu itu
sendiri. Sehingga, tidak bisa digapai kecuali dengan usaha keras dengan
menghabiskan waktu yang sangat panjang? Allah berfirman, Dan sungguh Kami telah
203
mengatakan al-Quran tidak bisa dijangkau oleh manusia! Pemahaman seperti tidak
benar, bohong dan mengandung kepalsuan! Apakah mushhaf itu ditulis untuk dibaca
atau untuk jimat, sehingga hanya para Qurra’ saja yang membacanya?”
Ibnu Khathib berpendapat bahwa dia pernah melihat banyak orang alim dan
harus dibenahi dan ditulis dengan khat yang bisa dibaca oleh semua orang dan ulama
kontemporer, berarti dia memiliki keyakinan yang sama dengan semua peneliti yang
ah
membolehkan kaligrafi kuno diubah dengan kaligrafi baru. Alasannya adalah kaligrafi
kuno itu ditulis bukan atas perintah Rasulullah saw, melainkan para penulis yang
i
Sy
melakukannya, sementara pada waktu itu adalah masa awal tradisi penulisan yang
telah mempermudah semua orang yang ingin membacanya. Tiada cara lain kecuali
k
merubah kaligrafi kuno dengan kaligrafi baru yang diketahui oleh semua orang
a
sehingga al-Quran bisa disuguhkan kepada semua orang. Inilah tujuan yang menjadi
st
sebab al-Quran diturunkan, yaitu menjadi petunjuk dan pembimbing semua manusia
u
untuk selamanya.
P
Qadhi Muhammad bin al-Thayyib Abu Bakar al-Baqillani (w. 403 H.) dalam
tulisan untuk manusia. Tentang tulisan al-Quran dan para penulis mushhaf-mushhaf,
tidak ada ketentuan kaligrafi tertentu untuk mencatat al-Quran, juga tidak ada
larangan menggunakan kaligrafi selain kaligrafi awal. Keharusan hanya berlaku dan
308
Al-Furqan; hal. 63-86.
204
berhubungan bagi rujukan dan nash al-Quran. Bahkan ada hadis menyebutkan bahwa
al-Quran bisa ditulis dengan segala bentuk yang lebih mudah, sebab Rasulullah saw
hanya memerintahkan untuk menulis al-Quran saja, tidak menentukan cara dan
kaligrafi khusus untuk menulisnya. Tidak seorang pun dilarang untuk menulis al-
Quran oleh beliau. Karena itulah khat-khat mushhaf itu berbeda-beda dan setiap
sendiri. Oleh sebab itu khat ditulis dengan huruf Kufi dan khat dasar (Lam ditulis
dengan bentuk Kaf dan Alif ditulis melengkung). Khat bisa ditulis dengan bentuk lain,
ah
Jika khat-khat dalam mushhaf itu huruf-hurufnya berbeda satu sama lain dan
bentuknya juga tidak sama, itu disebabkan oleh orang-orang yang pada waktu itu
i
Sy
tidak mempermasalahkannya. Mereka tidak melarang siapa saja untuk menulis al-
Quran dengan sesuai dengan khat yang populer di kalangan mereka sendiri. Setiap
cara yang lebih mudah dan lebih masyhur dapat diterima oleh orang-orang dan sama
a
sekali tidak ada masalah, karena tidak ada cara dan khat khusus yang ditentukan untuk
k
bacaan bisa mengunakan bentuk apa saja, karena khat itu sama dengan alamat dan
st
simbol yang menunjukkan suatu kalimat. Setiap alamat dan tanda yang
u
Ringkasnya, siapa saja yang berpendapat bahwa al-Quran harus ditulis dengan
kaligrafi tertentu, dia harus memiliki dasar yang benar untuk, sementara dalil untuk
Masalah di atas adalah ringkasan dari pendapat Qadhi Abu Bakar al-Baqillani
yang dinukil Syekh Abdul Azhim Zarqani dalam Manahilul Irfan. Setelah menukil
205
Baqillani, Zarqani menegaskan bahwa kelemahan dan tidak berdasarnya pendapat-
keyakinan Qadhi Abu Bakar dalam masalah ini sangat beralasan dan dapat diterima.
Dia memiliki bukti-bukti yang sangat kuat dan pandangan yang sangat jauh. Dia tidak
mendahulukan emosinya di atas dalil untuk menghargai para pendahulu dan tidak
mencampuradukkan keduanya. Mereka yang mengakui bahwa kaligrafi itu tauqifi dan
abadi adalah orang-orang emosinal yang menyertakan perasaan dan selera pribadi
pada pendapatnya. Padahal emosi dan selera pribadi itu relatif dan tidak boleh
ah
dicampur dengan urusan-urusan agama. Hakikat syariat bukan disimpulkan dari
i
Sy
Dalam bagan dibawah ini akan dibandingkan kaligrafi lama dan kaligrafi
ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦdan ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ yang huruf Alif-nya telah dihapus yang banyak ditemui dalam
a
mushhaf Usmani. Dihapusnya Alif dari kalimat-kalimat ini sesuai dengan khat Kufi.
k
Ada juga kalimat-kalimat yang di dalamnya sebagai ganti dari Alif, ditulis dengan
a
wawu dan ya’ seperti ﺻﻠﻮﺓ, ﺯﻛﻮﺓdan ﺗﻮﺭﻳﺔyang tidak disebutkan dalam bagan ini
st
karena jumlahnya sangat banyak dan sering diulang-ulang. Dari kalimat-kalimat yang
u
diulang-ulang, hanya satu kalimat saja yang kami sebut di ayat pertama sebagai
P
309
Manahilul Irfan; jilid 1, hal. 373-378.
310
Mabahits fi Ulum al-Quran; hal. 279.
206
2-Al-Baqarah/40 ﺍﺳﺮﺍءﻳﻞ )ﻙ( ﺍﺳﺮﺁﺋﻴﻞ
ah
11- Ali Imran/35 ﺍﻣﺮﺃﺕ )ﻙ( ﺍﻣﺮﺃﺓ
i
Sy
13- Ali Imran/79 ﺭﺑّﻨﻴﻴﻦ ﺭﺑّﺎﻧﻴﻴﻦ
ﺗﻠﻮﻥ ﺗﻠﻮﻭﻥ
a
17- Al-Nisa’/23
st
207
16- Al-An’am/94 ﺷﺮﻛﺆﺍ )ﻙ( ﺳﺮﻛﺎء
ah
25- Al-Anfal/38 ﺳﻨّﺖ ﺳﻨّﺔ
i
Sy
27- Yunus/15 ﺗﻠﻘﺎءﻯ ﺗﻠﻘﺎء
29- Yunus/35
k
31- Hud/87
st
208
40- Ibrahim/21 ﺍﻟﺼﻌﻔﺆﺍ ﺍﻟﺼﻌﻔﺎء
ah
49- Al-kahfi/48 ﺍﻟﻦ ﺍﻥ ﻟﻦ
i
Sy
51- Al-Kahfi/77 ﻟﺘﺨﺬﺕ ﻻﺗﺨﺬﺕ
53- Al-Kahfi/110
k
55- Maryam/44
st
209
64- Al-Mu’minun/44 ﻛﻞ ﻣﺎ ﻛﻠﻤﺎ
ah
73- Al-Naml/21 ﻻﺍﺫﺑﺤﻨﻪ ﻷﺫﺑﺤﻨﻪ
i
Sy
75- Al-Naml/92 ﺍﺗﻠﻮﺍ ﺍﺗﻠﻮ
77- Al-Qashash/4
k
ﺷﻔﻌﺆﺍ ﺷﻔﻌﺎء
a
79- Al-Rum/13
st
210
88- Fushshilat/29 ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻟﻠﺬﻳﻦ
ah
97- Al-Mujadilah/9 ﻣﻌﺼﻴﺖ ﻣﻌﺼﻴﺔ
i
Sy
99- Al-Tahrim/11 ﺍﻣﺮﺃﺕ ﺍﻣﺮﺃﺓ
ﺑﺎﻳﻴﻜﻢ ﺑﺄﻳّﻜﻢ
a
101- Al-Qalam/6
k
ﻳﺪﻋﻮﺍ ﻳﺪﻋﻮ
a
103- Al-Insyiqaq/11
st
211
Periode Kesempurnaan dan Keindahan Khat Al-Quran
Sejak masa awal Islam, khususnya dari segi tulisan dan keindahan khat, al-
Quran pernah mengalami proses penyempurnaan. Para kaligrafer besar memiliki andil
khat, adalah Khalid bin Abil Hayyaj salah seorang sahabat Amirul Mukminin Ali bin
Abu Thalib as yang meninggal dunia sekitar tahun ke seratus Hijriah. Dia dikenal
dengan tulisannya yang bagus dan indah. Diriwayatkan bahwa Sa’ad, Maula dan
Hajib Walid, meminta bantuan kepadanya untuk menuliskan mushhaf, puisi dan
ah
berita-berita di istana Walid bin Abdul Malik (86-96 Hijriah). Dia adalah orang yang
menulis surah Al-Syams dengan emas di atas mihrab masjid Nabawi yang kemudian
i
Sy
direnofasi dan diperluas oleh Umar bin Abdul Aziz. Renofasi ini selesai pada tahun
90 H.311
Umar bin Abdul Aziz meminta kepada Khalid agar menuliskan sebuah
a
mushhaf untuknya dengan khat yang sama. Khalid memenuhi permintaan itu dengan
k
menulis khat sangat indah. Umar bin Abdul Aziz menerimanya dan mengucapkan
a
terima kasih kepadanya. Khalid meminta imbalan yang sangat besar atas hasil jerih
st
payahnya, namun Umar bin Abdul Aziz tidak memenuhi permintaan Khalid, akhirnya
u
Muhammad bin Ishaq (Ibnu Nadim) berkata, “Aku pernah melihat mushhaf
yang ditulis dengan khat Khalid bin Abil Hayyaj, salah seorang sahabat Ali as.
Mushhaf ini berada dalam kumpulan khat-khat bersejarah milik Muhammad bin al-
311
Tarikh Ya’qubi; jilid 3, hal. 30 dan 36.
212
Husain yang dikenal dengan nama Ibnu Abi Ba’rah yang kemudian mushhaf itu
Para kaligrafer menulis dengan khat Kufi hingga akhir abad ketiga Hijriah.
Setelah itu, pada awal abad keempat, khat Kufi diganti dengan khat Naskhi yang
indah. Mushhaf pertama yang ditulis dengan khat Naskhi ditulis seorang kaligrafer
terkenal, Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Miqlah (272-328 H.). Diriwayatkan
bahwa dialah orang pertama yang menulis dengan khat Tsulus dan Naskh. Dia
Seorang ahli geometri. Dia merubah khat Arab Islam dan memberikan keindahan di
ah
dasar-dasarnya. Hanya dia yang melakukannya, hingga saat ini belum tampak di
kalangan umat Islam seorang kaligrafer sehebat dia. Ada beberapa manuskrip
i
Sy
bersejarah, seperti mushhaf yang ada di museum Heart di Afganistan yang
dinisbahkan kepadanya dan disebutkan bahwa dia dua kali menulis al-Quran.313
oleh Yaqut bin Abdullah Mosuli (w. 689 H.). Dia telah menulis tujuh mushhaf dengan
k
khat indah. Mushhaf-mushhaf itu ditulis dengan berbagai bentuk khat yang kemudian
a
menjadi panduan para kaligrafer lainnya. 314 Sampai pada abad kesebelas hijriah
st
seluruh mushhaf ditulis sesuai dengan sistim khat Yaqut. Pada awal abad kedua belas,
u
orang-orang Turki Usmani, khususnya setelah penaklukan Mesir oleh Sultan Sulaim,
P
memberikan perhatian khusus kepada khat Arab dan disempurnakan oleh para
mengumpulkan semua kaligrafer, para pemahat dan seniman di ibu kotanya. Mereka
membuat berbagai macam khat Arab yang baru. Tulisan-tulisan itu sampai sekarang
masih berlaku, seperti khat Riq’i, Diwani, Thughra’i dan khat Istanbuli.
312
Al-Fihrist; hal 9. Al-Fannul Awwal; makalah pertama, hal 46. Al-Fannul Awwal; makalah kedua.
313
Al-Khath al-Arabi al-Islami; hal. 155. Al-Khaththath al-Baghdadi; hal. 16.
314
Al-Khath al-Arabi; hal. 171. Mushur al-Khath al-Arabi; hal. 92.
213
Sebagian dari kaligrafer Usmani yang sangat terkenal adalah; 1. Hafiz Usman
(w. 1110 H.), 2. Sayid Abdulah Afandi (w. 1144 H.), 3. Ustad Rasim (w. 1169 H.). 4.
Abu Bakar Mumtaz Bik Musthafa Afandi, beliau adalah pencipta khat Riq’i dan khat
ini adalah khat Arab yang paling mudah. Abu Bakar Mumtaz Bik memunculkan khat
ini pada zaman Sultan Abdul Majid Khan pada tahun 1280 H.
menyempurna dari zaman ke zaman. Untuk pertama kali, kira-kira pada tahun 950 H,
ah
itu, pada tahun 1104 H, bertepatan tahun 1692 M, Hincklemann mencetak al-Quran di
Hamburg. Setelah dia, Maracci mencetak al-Quran pada tahun 1108 H, bertepatan
i
Sy
tahun 1696 M di Padoue.
Pada tahun 1200 H atau tahun 1785 M, di Peterzburg, Rusia, Maula Usmani
mencetak al-Quran, cetakan al-Quran ini adalah yang pertama dari pihak Islam. Sama
a
Pada tahun 1252 H atau tahun 1836 M, di kota Leipzig, Flugel juga mencetak
a
khusus al-Quran. Cetakan al-Quran ini mendapat sambutan luar biasa dari orang-
st
orang Eropa, karena ejaannya yang mudah. Tetapi seperti halnya cetakan-cetakan
u
adalah Iran. Negara Islam ini menyediakan dua cetakan batu yang begitu indah dan
dalam ukuran besar disertai terjemahan yang ditulis di bawah setiap garis dengan
disertai berbagai macam indeks. Salah satu dari kedua al-Quran tersebut dicetak di
Teheran pada tahun 1243 H atau tahun 1827 M dan yang lain dicetak di Tabriz pada
tahun 1248 H atau tahun 1832 M. Di India, al-Quran juga dicetak dan sudah beredar.
214
Setelah itu mulai tahun 1294 H atau tahun 1877 M, Turki Usmani mencetak
Pada tahun 1323 H atau tahun 1905 M, kerajaan Rusia mulai mencetak al-
Quran dengan khat Kufi dalam ukuran besar yang diperkirakan termasuk salah satu
mushhaf pertama Usmani. Al-Quran ini tidak bertitik serta tidak memiliki alamat-
alamat fathah dan kasrah. Beberapa lembar dari al-Quran itu hilang dan pada bagian
akhirnya juga memiliki kekurangan. Al-Quran ini dimulai dari ayat kedelapan, surah
al-Baqarah, Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah
dan hari kemudian.” Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
ah
beriman, diakhiri dengan ayat keempat dari surah al-Zukhruf, Dan sesungguhnya al-
Quran itu dalam induk al-Kitab di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi dan sarat
i
Sy
mengandung hikmah. Al-Quran ini dtemukan di Samarkand, di perpustakaan kerajaan
Teheran ada satu naskah al-Quran ini dengan nomor seri 14403 DSS.
a
Pada tahun 1342 H atau tahun 1923 M, di Mesir, para Syekh Al-Azhar dan
st
panitia yang ditunjuk Departemen Wakaf, mencetak al-Quran dengan begitu indah
u
yang diterima oleh dunia Islam. Kemudian dicetak dalam jumlah yang banyak.
P
Pada tahun 1370 H atau tahun 1950 M, di Irak juga dicetak al-Quran yang
sangat bagus. Kemudian dunia Islam mulai mencetak dan menerbitkan al-Quran
dengan sebaik-baik bentuk dan berbagai macam cetakan indah dan hal ini terus
berlangsung berkesinambungan.
Ada bentuk al-Quran lain yang dipopoulerkan kaligrafer Syiria, Usman Thaha.
Al-Quran ini dicetak di negara-negara seperti Syiria, Saudi Arabia, Iran, Lebanon dan
215
negara-negara Islam lainnya. Keistimewaan cetakan ini adalah penataan ayat-ayat di
dalam halaman dan pembagian hizib-hizib begitu rapi hingga tiga puluh juz al-
Quran.315
Bab IV
Bacaan al-Quran termasuk salah satu masalah al-Quran yang paling penting.
ah
seperti Abdullah bin Mas’ud, Ubai bin Ka’b, Abu darda’ dan Zaid bin Tsabit adalah
generasi pertama. Abdullah bin Abbas, Abul aswad al-Duali, Alqamah bin Qais,
i
Sy
Abdullah bin Saib, Aswad bin Yazid, Abu Abdur Rahman al-Sulami dan Masruq bin
Ajda’ adalah generasi kedua. Hingga kemudian mereka melahirkan generasi ketiga
sampai kedelapan. Sejak saat itulah masa penyusunan Qira’at dimulai dan setelah itu,
a
Mata rantai para Qari’ ternama al-Quran terus berkesinambungan dari abad ke
a
abad sampai permulaan abad keempat. Abu Bakar bin Mujahid (245-324 H), Syekhul
st
Qurra’ Baghdad, mengesahkan Qira’at dalam tujuh bacaan dari tujuh Qari’ ternama.
u
Selanjutnya pada masa berbeda, ditambahkan lagi tujuh Qari’ lainnya yang
P
diriwayatkan oleh dua perawi. Dengan demikian yang berlaku adalah dua puluh
delapan bacaan.
tersebut yang memunculkan pertanyaan, apakah semua bacaan itu dinukil dari
315
Bahaudin Khurram Syahi; Quran Pasyuhi; hal. 657.
216
Rasulullah saw secara mutawatir ataukah tidak? Dari pembahsan tersebut bisa
disimpulkan bahwa Qiraat tersebut tidak mutawatir. Menurut pendapat para peneliti,
bahwa yang dinukil dari Rasulullah saw itu tidak lebih dari satu bacaan, yaitu bacaan
yang populer dikalangan publik muslimin, setiap bacaan yang sesuai dengan bacaan
Definisi Qira’at
Qira’at adalah tilawah dan bacaan al-Quran yang secara etimologis bisa
disebut dengan tilawah al-Quran yang memiliki ciri khusus. Dengan kata lain, setiap
ah
kali tilawah al-Quran itu diujarkan dari nash wahyu Ilahi dan sesuai dengan ijtihad
salah satu Qari’ terkenal, serta sesuai dengan kaidah ilmu Qira’at, maka Qira’at al-
i
Sy
Quran itu telah terlaksana. Tentunya al-Quran memiliki satu nash dan perbedaan yang
ada di kalangan para Qari’ berkisar antara masalah cara memperoleh hingga
Imam Ja’far Shadiq berkata, “Sesungguhnya al-Quran itu satu, diturunkan dari
k
Yang Maha Satu. Namun perbedaan itu datang dari sisi para perawi.” 317 Para Qari’ al-
a
Quran itu adalah para perawi dan penukil al-Quran yang diturunkan kepada
st
Rasulullah saw . Perbedaan mereka terletak pada nukilan dan riwayat nash. Hal ini
u
2. Tidak layaknya khat dan tulisan-tulisan al-Quran yang ketika itu tidak
316
Al-Tamhid; jilid 2, hal. 42, hal. 218-226.
317
Ushul al-Kafi; jilid 2, hal. 630, hadis 12.
217
3. Khat di kalangan bangsa Arab masih asing pada saat itu.
sahabat, setelah wafatnya Rasulullah saw . Pada zaman itu, para sahabat berselisih
tentang pengumpulan dan penyusunan al-Quran. Masalah ini menjadi sebab adanya
perbedaan bacaan al-Quran dikalangan para pembaca dari dua kelompok. Setiap
kelompok merasa bacaannya lebih benar dari selainnya. Sering kali adu mulut tidak
ah
Perbedan-perbedaan ini menyebabkan Usman memerintahkan para penulis al-
Quran agar menyediakan satu mushhaf dan membuat banyak naskah al-Quran yang
i
Sy
bentuknya sama, kemudian mengirimkannya ke pusat-pusat penting negara Islam.
sesuai dengan
u
Al-Maidah 54 ...ﻣﻦ ﻳﺮﺗﺪﺩ ﻣﻨﻜﻢ ﻋﻦ ﺩﻳﻨﻪ ... ﻣﻦ ﻳﺮﺗﺪّ ﻣﻨﻜﻢ ﻋﻦ ﺩﻳﻨﻪ
ﻓﺮﻋﻮﻥ
218
Berbagai upaya penyatuan mushhaf-mushhaf tersebut, sepertinya tak
membuahkan hasil. Semakin hari perbedaan semakin banyak. Pada waktu itu,
mushhaf tersebut, perbedaan yang ada adalah tentang mushhaf-mushhaf itu sendiri.
diberikan kepadanya itu. Dia menegur para penulis mushhaf karena banyak terdapat
hal yang tidak pantas. Usman berkata, “Saya melihat bahwa di dalamnya terdapat
ah
kesalahan tulis.” Mereka menimpali, “Tidakkah kita rubah saja kesalahan-kesalahan
itu?” Usman menegaskan, “Tidak perlu! Sudah terlambat. Orang-orang Arab bisa
i
Sy
membacanya dengan benar.” Tetapi dia tidak berpikir, kelak bangsa-bangsa yang
berbeda dengan bahasa yang berbeda juga harus membaca al-Quran, sementara
mereka tidak memahami ragam gaya bahasa Arab, bahkan orang Arab sendiri pada
a
Pada waktu itu, khat dikalangan Arab masih berbentuk sangat sederhana.
P
Karenanya dasar-dasarnya masih belum kuat. Apalagi orang-orang Arab masih belum
mengetahui seni tulis dan cara penulisan yang benar. Banyak sekali kata-kata yang
tersisa bekas-bekas itu. Dalam kaligrafi itu, kalimat ditulis dengan bentuk yang bisa
dibaca dengan beberapa alasan, “Nun” yang ada di akhir kalimat ditulis dengan
318
Al-Tamhid; jilid 2, hal. 4-8.
219
bentuk yang tidak berbeda dengan “Ra’”, demikian juga dengan bentuk “Wawu” atau
“Ya” yang pada saat itu adalah satu. Betapa banyak “Mim” di akhir kalimat ditulis
dengan bentuk “Wawu”, dan “Dal” dengan bentuk “Kaf” dalam khat Kufi dan “‘Ain”
yang berada di tengah ditulis dengan bentuk “Ha’”. Kadangkala mereka menulis satu
kalimat yang satu sama lain saling berpisah. Mereka memisahkan “Ya’” dari kalimat,
seperti; ﻳﺴﺘﺤﻰ ﻯ dan ﻧﺤﻰ ﻱdan ﺍ ﺣﻰ ﻯatau terkadang mereka menghapus “Ya’”
sebagaimana dalam ﺍﻳﻼﻓﻬﻢditulis dengan bentuk ﺇﻻﻓﻬﻢ, hal ini dapat menimbulkan
Oleh karena itu para Qari’ membacanya sama seperti yang tertulis (tanpa Ya’) seperti
ah
Abu ja’far yang membaca ayat ﻻﻳﻼﻑ ﻗﺮﻳﺶdengan menghapus huruf Hamzah dan
menetapkan “Ya’” ﻟﻴﻼﻑ ﻗﺮﻳﺶdan membaca ayat ﺍﻳﻼﻓﻬﻢ ﺭﺣﻠﺔ ﺍﻟﺸﺘﺎء ﻭﺍﻟﺼﻴﻒdengan
dan mematikan Lam karena kaligrafinya tidak bagus, maka masing-masing Qari’
a
membacanya dengan cara yang aneh. Terkadang mereka menulis Tanwin dengan
k
bentuk Nun dan Nun dengan bentuk Alif. Seperti contoh ( ﻟﻨﺴﻔﻌﻦAl-‘Alaq: 15) dengan
a
ّ
bentuk ﻟﻨﺴﻔﻌﺎ, dan ayat ﻭﻟﻴﻜﻮﻧﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺎﻏﺮﻳﻦ (Yusuf: 32) ditulis dengan bentuk ... ﻟﻴﻜﻮﻧﺎ.
st
Dengan kata lain mereka menggunakan Alif Tanwin sebagai ganti dari Nun Ta’kid.
u
Mereka juga menulis ayat ( ﻭﺇﺫﻥ ﻷﺗﻴﻨﺎﻫﻢ ﻣﻦ ﻟﺪﻧّﺎ ﺍﺟﺮﺍ ﻋﻈﻴﻤﺎAl-Nisa’: 67) dengan bentuk ﺇﺫﺍ
P
(idzan). 320P320F P
Wawu atau Ya’ dihapus tanpa alasan yang jelas. Hal ini adalah salah satu
sebab munculnya perbedaan dalam bacaan, bahkan dalam penafsiran yang paling
penting. Sebagai contoh, dalam ayat ( ﻭﺻﺎﻟﺤﻮﺍ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦAl-Tahrim: 4), wawu dihapus
319
Tafsir habarsi; jilid 1, hal. 544. Syarah maurid al-Zhamân; hal. 143.
320
Syarhu Maurid al-Zham’ân; hal. 186.
220
dan ditulis dengan bentuk ﻭﺻﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ. Inilah yang menyebabkan kalimat itu tidak
jelas, apakah dalam bentuk mufrad ataukah jamak yang mudhaf.321 P321F
Alif dihapus dalam ayat ( ﻋﺎﺩﺍ ﺍﻻﻭﻟﻰAl-Najm: 50) ditulis dengan bentuk
ﻋﺎﺩ ﺍﻻﻭﻟﻰ, akibatnya pembaca tidak megetahui bahwa kalimat ﻋﺎﺩitu fi’il atau isim. 322 P32F
Pada ﺟﺎء ﻧﺎditambahkan Alif dan berubah bentuk menjadi ﺟﺎءﺍ ﻧﺎyang tidak
jelas apakah kalimat ini mufrad (bentuk atau arti yang menunjukan satu) atau
tatsniyah (bentuk atau arti yang menunjukkan dua). 323 Banyak Alif yang diletakkan
P32F P
setelah wawu akhir kalimat (Lamul Fi’il), hal ini menunjukkan bahwa Wawu adalah
tanda jamak, dari sisi lain mereka menghapus Alif dari Wawu jamak. Contoh-contoh
ah
dari kasus pertama; ﺍﻧّﻤﺎ ﺍﺷﻜﻮﺍ ﺑﺜّﻰ, ﻓﻼ ﻳﺮﺑﻮﺍ, ﻧﺒﻠﻮﺍ ﺍﺧﺒﺎﺭﻛﻢ, ﻣﺎ ﺗﺘﻠﻮﺍ ﺍﻟﺸﻴﺎﻁﻴﻦ. Contoh dari
kasus kedua; ﻓﺎﺅﻭ, ﺟﺎﺅﻭ, ﺗﺒﺆﻭ ﺍﻟﺪﺍ ﺭ, ﺳﻌﻮ, dan ﻋﺘﻮ
i
Sy
Hal-hal yang tidak selayaknya terjadi pada kaligrafi mushhaf-mushaf
pendahulu tidak meyakininya. Mereka seringkali salah sangka terhadap hal-hal yang
a
tidak jelas dalam al-Quran dan menganggapnya sebagai salah satu dari kesalahan-
st
kesalahan yang dilakuakn oleh para penulis al-Quran. Sebagaimana yang telah
u
berbentuk seperti ini. Karena Wawu kedua menempel kepada Shad, maka orang-
orang membacanya ﻭﻗﻀﻰ. Sudah jelas bahwa tulisan-tulisan terdahulu tidak bertitik,
321
Tafsir Thabarsi; jilid 10, hal. 316. Syarh Maurid al-Zham’ân; hal. 47.
322
Syarh Maurid al-Zham’ân; hal. 125.
323
Ibid; hal. 128.
221
Ibnu Asytah berkata, “Penulis dalam menulis kalimat ﻭﻗﻀﻰtelah
menggunakan murakkab dan hasilnya adalah Wawu melekat pada Shad.” 324 P324F P
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia membaca ayat 31 surah al-Ra’du seperti
berikut; ﺍﻓﻠﻢ ﻳﺘﺒﻴّﻦ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ. Dikatakan kepadanya bahwa yang tertera dalam mushhaf
ialah; ﺍﻓﻠﻢ ﻳﻴﺄﺱ. Dia berkata, “Menurutku, penulisnya yang salah, dia tidak menulis
mereka meletakkan lengkungan, oleh karena itu ﻳﻴﺌﺲdengan ﻳﺘﺒﻴّﻦtidak begitu ada
ah
2. Tidak adanya titik sebagai pembeda huruf
Salah satu faktor penyebab munculnya banyak masalah dalam bacaan al-
i
Sy
Quran adalah tidak adanya titik pada huruf-huruf Mu’jamah dan huruf-huruf
Muhmalah (tidak bertitik). Oleh karena itu antara ﺱdan ﺵsama sekali tidak ada
bedanya dalam penulisan, begitu pula antara ﺏ, ﺕ, ﺙ, ﺝ, ﺡ, ﺥ, ﺹ, ﺽ, ﻁ, ﻅ, ﻉ, ﻍ
a
, ﻑ, ﻕ, ﻥ, dan ﻯ. Pembaca harus bisa membedakannya setelah tahu makna kata
k
sesuai dengan yang diujarkan dengan jeli, apakah huruf ini adalah Jim atau Ha’ atau
a
Kha’, begitu pula dengan Ba’ atau Ta’, atau Tsa’, Nun atau Ya’.
st
Oleh sebab itu, dalam ayat 6, surah al-Hujurat dalam bacaan Kisa’i,
u
326
P326F P Ibnu Amir dan para Qari’ Kufah membaca...( ﻧﻨﺸﺰﻫﺎAl-Baqarah: 259) sedangkan
yang lain membacanya ... ﻧﻨﺸﺮﻫﺎ. 327 Ibnu Amir dan Hafsh membaca ( ﻭﻳﻜﻔّﺮ ﻋﻨﻜﻢAl-
P327F P
Baqarah: 271) sedangkan yang lain membaca ﻧﻜﻔّﺮ. 328 Ibnu Sumaiqa’ membaca
P328F P
324
Al-Itqan; jilid 1, hal. 180. Al-Durrul Mantsur; jilid 4, hal. 170.
325
Fathul Bari; jilid 8, hal. 282-283. Tafsir ath-Thabari; jilid 13, hal. 104. Al-Itqan; jilid 1, hal. 185.
326
Abi Hafsh al-Anshari; Al-Mukarrar; hal .141.
327
Al-Kasyf ‘An Wujuhil Qira’at al-Sab’; jilid 1, hal. 310.
328
Ibid; jilid 1, hal. 316.
222
ﻓﺎﻟﻴﻮﻡ ﻧﻨﺤّﻴﻚ ﺑﺒﺪﻧﻚsedangkan yang lain membaca;... ﻧﻨﺠّﻴﻚ329. P329F P
Para Qari’ Kufah, selain ‘Ashim, membaca ﻟﻨﺜﻮﻳﻨّﻬﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨّﺔ ﻏﺮﻓﺎsedangkan yang
i’rab dan harokat, wazan dan harokat i’rab serta bina’ kalimat tidak jelas. Karenanya
sulit bagi pembaca selain orang Arab untuk membedakan bagaimanakah wazan dan
harokat kalimat itu. Bahkan bagi orang-orang yang mengetahui bahasa Arab pun juga
ah
sulit untuk mengetahui bagaimanakah bentuk kalimat itu. Sebagai contoh, pada waktu
itu tidak jelas apakah ﺍﻋﻠﻢitu fi’il Amar atau fi’il Mutakallim Mudhari’ , apakah Af’alut
i
Sy
Tafdhil atau fi’il Madhi untuk masalah if’âl.
mebacanya dengan fi’il Mudhari’ Mutakallim (A’lamu). 331 Sama seperti Nafi’ yang
k
P31F P
ﻭﻻ ﺗﺴﺄﻝ ﻋﻦ ﺍ ﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺠﺤﻴﻢdengan bentuk Nahi (Wala Tas’al), sedangkan yang lain
st
membacanya dengan fi’il Mudhari’ Majhul (Wala Tus’alu). 332 Hamzah dan Kisa’i P32F P
u
dengan Ta’ dan Tha’ Maftuh dan Mukhaffaf dalam bentuk fi’il Madhi
329
Yunus: 92. Tafsir Thabarsi; jilid 5, hal. 130. Qurtubi; Al-Jami’ li Ahkam al-Quran; jilid 8, hal. 379.
330
Al-Ankabut: 58. Tafsir Thabarsi; jilid 8, hal. 290.
331
Al-Kasyfu ‘An Wujuh al-Qira’at al-Sab’; jilid 1, hal. 312.
332
Ibid; jilid 1, hal. 262.
333
Ibid; jilid 1, hal. 268.
223
Ibnu Abi Hasyim berkata, “Sebab terjadinya perbedaan dalam Qira’at Sab’ah,
markas Islam, kosong dari segala bentuk tanda penjelas, titik dan lambing. Mushhaf-
Ustad Ayatullah Khu’i berkata, “Tidak jelas alasan perbedaan dalam Qira’at
itu dinisbahkan kepada saduran Naql (teks ayat atau riwayat). Perbedaan itu
dinisbahkan kepada ijtihad-ijtihad para Qari’ dan pendukung pendapat ini yaitu para
ulama besar. Bahkan kalau diperhatikan bahwa mushhaf-mushhaf awal itu tidak
ah
bertitik dan berbentuk (i’rab dan harakat), maka (hal ini) akan memperkuat
i
Sy
4. Tidak adanya Alif dalam kalimat-kalimat
adanya Alif dalam kaligrafi pada saat itu. Khat Arab Kufi diambil dari khat Suryani.
k
Dalam khat Suryani, tidak lazim menulis Alif di tengah-tengah kalimat dan Alif itu
a
dihilangkan. Karena al-Quran pada awalnya ditulis dengan khat Kufi, maka para
st
penulis mushhaf itu tidak menulis Alif di tengah kalimat seperti ﺳﻤﺎﻭﺍﺕ, mereka
u
menulisnya ﺳﻤﻮﺕ. Kemudian ketika tanda-tanda penjelas itu sudah di buat, maka
P
mereka menentukan Alif hanya dengan tanda Alif kecil di atas kalimat, seperti ﺳﻤﻮﺕ.
menjadi sumber banyaknya perbedaan bacaan. Sebagai contoh, Nafi’, Abu Amr dan
334
Al-Tibyan; hal. 86.
335
Al-Bayan; hal. 181.
224
ﻭﻣﺎ ﻳﺨﺎﺩﻋﻮﻥ ﺇﻻّ ﺍﻧﻔﺴﻬﻢdengan alasan bahwa kalimat ini sudah tercantum di awal ayat
dengan wazan seperti ini, tanpa Alif. Dengan demikian mereka menyangka bahwa
kalimat ini juga seperti itu. 336 Padahal makna yang dimaksud adalah tanpa Alif.
P36F P
Demikian juga dengan ayat ( ﻭﺣﺮﺍﻡ ﻋﻠﻰ ﻗﺮﻳﺔ ﺍﻫﻠﻜﻨﺎﻫﺎ ﺍﻧّﻬﻢ ﻻ ﻳﺮﺟﻌﻮﻥAl-Anbiya’: 95)
karena tertera tanpa Alif, maka Hamzah, Kisa’i dan Syu’bah membacanya ﺣﺮﻡdengan
Abu Ja’far dan para Qari’ Bashrah membaca ( ﻭﺍﺫﺍ ﻭﺍﻋﺪ ﻧﺎ ﻣﻮﺳﻰ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺳﻨﺔAl-
Baqarah: 51) di surah ini, surah al-A’raf dan Thaha tanpa Alif ( ﻭﻋﺪ ﻧﺎfi’il Madhi
Tsulatsi Mujarrad) sedangkan selainnya membaca ayat tersebut dengan Alif. Nafi’
ah
membaca ayat ( ﻓﻰ ﻏﻴﺎ ﺑﺖ ﺍﻟﺠﺐYusuf: 10) seperti berikut, ... ﻓﻰ ﻏﻴﺎﺑﺎﺕ ﺍﻟﺠﺐ, dengan
anggapan jamak, karena dalam mushhaf terdahulu kalimat ini ditulis seperti
i
berikut ﻏﻴﺒﺖ ﺍﻟﺠﺐ, oleh sebab itu setiap orang membacanya jamak atau mufrad sesuai
Sy
dengan ijtihadnya sendiri. Masing-masing dari mereka menyampaikan alasan-alasan
P38F
Qari’ semakin bertambah dari tahun ke tahun, seluruh bacaan yang ada dipilih
menjadi tujuh oleh Ibnu Mujahid. Masing-masing memiliki dua perawi sbb:
336
Al-Kasyf ‘An Wujuh al-Qira’at al-Sab’; jilid 1, hal. 224.
337
Syarh Maurid al-Zham’ân; hal. 126.
338
Al-Kasyf ‘An Wujuh al-Qira’at al-Sab’; jilid 2, hal. 5.
225
1. Ibnu Amir. Abdullah bin Amir Yahshubi (w 118 H.) Qari’ dari Syam. Dua
perawinya adalah Hisyam bin Ammar (153-245 H.) dan Ibnu Dzakwan (173-242 H.).
2. Ibnu Katsir. Abdullah bin Katsir al-Darimi (w. 120 H) Qari’ dari Mekah.
Dua orang perawinya adalah Bazzi (170-250 H.) dan Qunbul (195-291 H.) keduanya
tidak sezaman.
3. Ashim. Ashim bin al-Nujud al-Asadi (w. 128 H.) Qari’ dari Kufah. Dua
perawinya adalah Hafsh bin Sulaiman, anak angkatnya (90-180 H.)) dan Syu’bah bin
Ayyasy (95-193 H.). Hafsh mengakui bahwa bacaan Ashim lebih jeli dan lebih
ah
terjaga, serta bacaan Ashim ini bisa tersebar luas berkat Hafsh dan sampai sekarang
i
Sy
4. Abu Amr. Abu Amr bin ‘Ala’ al-Mazni. Nama beliau adalah Zaban (w. 154
H.),Qari’ dari Bashrah. Dua perawinya adalah Duri Hafsh bin Umar (w. 246 H.) dan
Susi Shalih bin Ziyad (w. 261 H.). Kedua perawi ini tidak sezaman dengan Abu Amr,
a
5. Hamzah. Hamzah bin Habib Zayyat (w. 156 H.) Qari’ dari Kufah. Dua
a
perawinya adalah Khalaf bin Hisyam (150-229 H.) dan Khallad bin Khalid (w. 220
st
H.). Mereka berdua meriwayatkan bacaan Hamzah tidak secara langsung, tapi melalui
u
perantara.
P
6. Nafi’. Nafi’ bin Abdur Rahman al-Laitsi (w. 169 H.), Qari dari Madinah.
Dua perawinya adalah Isa bin Mina’ (120-220 H.) yang dikenal dengan sebutan
Qalun, anak angkat Nafi’ dan Warasy, dan kedua Usman bin Said (110-197 H.),
226
7. Kisa’i. Ali bin Hamzah (w. 189 H.) Qari’ dari Kufah. Dua perawinya
adalah Laits bin Khalid (w. 240 H.) dan Duri, Hafsh bin Umar yang juga perawi dari
Qurra’ ‘Asyrah
sebelumnya:
8. Khalaf. Khalaf bin Hisyam, perawinya Hamzah (w. 229 H) Qari dari
Baghdad. Dua perawinya adalah Abu Ya’qub (w. 286 H) dan Abul Hasan (wafat
ah
292).
9. Ya’qub. Ya’qub al-Hadhrami (w. 205 H) Qari dari Bashrah. Dua perawinya
i
Sy
adalah Ruwais (w. 238 H) dan Ruh (w. 235 H).
10. Abu Ja’far. Abu Ja’far al-Makhzumi (w. 130 H) Qari dari Madinah. Dua
perawinya adalah Ibnu Wirdan (w. 160 H) dan Ibnu Jammaz (w 170 H).
a
Empat Qari’ lain yang membaca dengan bacaan syadz (yang berbeda dengan
k
11. Hasan al-Bashri. Hasan bin Yasar (w. 110 H) Qari’ dari Bashrah. Dua
st
perawinya adalah Syuja’ al-Balkhi (120-190 H) dan Duri (w. 246 H) yang tidak
u
12. Ibnu Muhaishan. Muhammad bin Abdur Rahman (w. 123 H.) Qari’ dari
Mekah. Dua perawinya adalah Bazzi (170-250 H) dan Ibnu Syanbudz (w 328 H) yang
13. Yazidi. Yahya bin Mubarak (w. 202 H) Qari’ dari Bashrah. Dua
perawinya adalah Sulaiman bin Hakam (w. 235 H) dan Ahmad bin Faraj Dharir (w.
227
14. A’masy. Sulaiman bin Mihran al-Asadi (w. 148 H) Qari’ dari Kufah. Dua
Empat belas bacaan terkenal yang masing-masing dinukil melalui dua perawi
tersebut berjumlah dua puluh delapan bacaan. Mereka semua harus diketahui.
Lima orang dari Qurra’ Sab’ah selain Ibnu Amir dan Abu Amr bersal dari
Iran. Ibnu Amir adalah orang yang nasabnya tidak jelas sedangkan Abu Amr berasal
dari suku Mazn Tamim. Tetapi Qadhi Asad Yazidi berkata, “Dia berasal dari Pars
(suku di Iran yang pada zaman dahulu berdomisili di selatan Iran. Nama daerah
ah
tempat tinggal mereka adalah Persi—penerjemah) Syiraz dari desa Kazroun.”
i
Sy
ke-Syiah-annya. Ibnu Katsir dan Nafi’ adalah orang Iran, kemungkinan besar mereka
adalah Syiah. Ibnu Amir adalah orang yang dibesarkan dalam keluarga Umawi dan
termasuk orang yang suka berbohong dan tidak segan melakukan segala macam
a
bacaan-bacaan ini mutawatir dan memiliki hujjah yang qath’i? Jika bacaan-bacaan itu
P
mutawatir dan diriwayatkan oleh semua orang, maka tidak diragukan hujjiahnya.
Kemutawatiran Qira’at Sab’ah dibahas oleh para penulis dan juga sebagian
para fuqaha. Mereka mengira semua Qira’at ini adalah mutawatir dan memiliki hujjah
syar’i. Karena itu, orang yang bersembahyang bisa memilih salah satu dari bacaan-
bacaan ini. Namun para peneliti menolak kemutawatiran Qira’at dan mereka
339
al-Tamhid; jilid 2, hal. 226-231.
228
menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak bisa di teliti, karena tidak jelas maksud
Seandainya orang yang menukil Qira’at ini adalah para Qari’ itu sendiri maka
hal ini tidak akan bermakna, karena sumber utama kemutawatiran harus makshum
agar semua yang dinukil itu bisa menjadi hujjah. Jika yang dimaksud menukil dari
Rasulullah saw itu hanya berhubungan dengan para Qari’, maka masalah ini tidak
terbukti kebenarannya, karena kebanyakan para Qari’ itu tidak memiliki sanad
Qira’ah, apalagi mutawatir. Selain dari itu, kebanyakan Qira’at berdasarkan ijtihad
pribadi dan tidak pernah bersandar kepada naql dan riwayat. Seandainya ia mutawatir
ah
supaya kita bisa menerima para Qari’ tersebut, maka kemutawatiran ini tidak akan
berdampak apa-apa, sebab kemutawatiran bagi seseorang akan memiliki hujjah kalau
i
Sy
ada kaitannya dengan dirinya bukan berkaitan dengan selainnya.
Seandainya apa yang dinukil dari Nabi Muhammad saw dinisbahkan kepada
para Qari’, kemudian banyak orang menyampaikannya, maka hal ini tidak memiliki
a
syarat mutawatir, karena syarat mutawatir yang paling mendasar adalah sumber utama
k
Misalkan, masing-masing dari Qira’at Sab’ah melalui jalur Nabi saw sampai
st
kepada seorang Qari’ adalah mutawatir, kemudian dari Qori’ tersebut sampai kepada
u
orang lain. Berarti pada masa Qari’ tersebut juga banyak orang lain yang menukil
P
Qira’at ini. Sementara dalam hal ini tidak demikian, hanya si Qari’ tersebut yang
menukil Qira’at ini, hanya dia yang menukil mutawatir. Hal ini telah kehilangan
syarat utama kemutawatiran, karena di semua lapisan tidak terdapat nukilan banyak
orang.
Kemutawatiran Qira’at Sab’ah tidak bisa dilacak dan tidak logis, karena pada
zaman masing-masing dari tujuh Qari’, penukil yang mutawatir hanya Qari’ tersebut
229
bukan orang-orang lain. Jika tidak, maka Qira’at itu tidak dinisbahkan kepadanya dan
dalam tujuh huruf.” Hadis ini dianggap ditujukan untuk Qira’at Sab’ah.
Mereka mengartikan Ahruf jamak dari huruf sebagai Qira’at. Namun sudah
kita jelaskan bahwa huruf dalam hadis ini, berarti logat. Suku-suku Arab melakukan
ah
menggunakan aksen Quraisy yang merupakan aksen Arab yang paling fasih.
i
Sy
Arab dan orang-orang sedunia harus membaca menurut logat Quraisy?”
Beliau saw menjawab, “Tidak, al-Quran telah diturunkan dengan tujuh logat
Apakah Qira’at Sab’ah memiliki hujjah, nilai dan pengakuan? Apakah keika
u
melaksanakan shalat orang dapat memilih salah satu dari bacan-bacaan Qira’at
P
Sab’ah?
Qira’at Sab’ah. Almarhum Sayid Muhammad Kazhim Yazdi dalam Urwatul Wutsqa
dan almarhum Sayid Abul Hasan al-Isfahani dalam Wasilatun Najat, memilih ihtiyath
230
(berhati-hati) yang menganjurkan agar melakukan shalat dengan membaca sesuai
Ayatullah Khu’i memperbolehkan Qira’at yang berlaku pada masa para Imam
yang dibaca oleh orang-orang” sebagai bacaan yang berlaku pada zaman itu.
Qira’at Sab’ah, meskipun dalam riwayat Imam Ja’far Shadiq as disebutkan, “Al-
ah
Quran itu satu, diturunkan dari Yang Maha Satu dan sesungguhnya perbedaan itu
i
Sy
Sebagian orang berpendapat bahwa para maksum membolehkan membaca
sesuai dengan riwayat, “Bacalah sebagaimana yang dibaca oleh orang-orang.” Inilah
dalil mereka. Oleh karena itu untuk mempermudah, mereka tidak mengharuskan
a
membaca sesuai dengan Qira’at sab’ah dan tidak melampaui batas Qira’at Sab’ah.
a
Imam Khomeini juga memilih jalan ihtiyath. Ada kemungkinan bahwa hadis
st
Mustamsikul Urwah berpendapat bahwa hadis tersebut tidak bisa dikaitkan dengan
Qira’at Sab’ah, karena pembatasan Qira’at hanya pada tujuh orang Qari’ terjadi pada
awal abad keempat, yaitu dua abad setelah munculnya hadis tersebut. 343 Beliau
340
Urwatul wutsqa; Adabul Qira’at Wa Ahkamuha; masalah 50. Wasilatun Najat; Qira’at; masalah 14.
341
Minhaj al-Shalihin; jilid 1. Kitab al-Shalat; hal. 167; masalah 119.
342
Tahrir al-Wasilah; jilid 1; Kitab al-shalat; hal. 152; masalah 14.
343
Mustamsikul Urwah al-Wustha; jilid 6, hal; 242-245.
231
menguhubungkan hadis tersebut dengan bacaan-bacaan terkenal pada masa para
Imam makshum as yang jumlahnya jauh lebih banyak dari Qira’at Sab’ah. Dengan
demikian setiap Qiraat yang sudah termasyhur pada masa para Imam makshum boleh
dibaca.
Kita semua yakin bahwa al-Quran yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad saw adalah satu dan Qira’at yang benar sesuai dengan orang-orang yang
bersambung dengan Rasulullah Muhammad saw . Al-Quran sama sekali tidak ada
Ulama-ulama besar seperti imam Badrudin Zarkasyi 344 dan ustad Khu’i345
ah
berpendapat bahwa al-Quran dan Qira’at adalah dua hakikat berbeda, yang pertama
adalah wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad saw . Perbedaan
i
Sy
para Qari’ tentang pengetahuan tentang wahyu adalah karena ijtihad-ijtihad pribadi
mereka. Oleh karena itu hadis yang beredaksi “Bacalah sebagaimana yang dibaca
Muhammad saw, bukan yang keluar dari lisan para Qari’ dan hasil ijtihad-ijtihad
k
mereka. Oleh karena itu sesuatu yang diakui dan memiliki hujjiah syar’i adalah
a
bacaan yang umum dan mewakili semua orang. Bacaan tersebut selalu ada tanpa
st
Semua al-Quran yang ditulis tangan dan dicetak dalam beberapa abad terakhir
P
adalah sama. 346 Semuanya sesuai bacaan Hafsh yang sejak dahulu hingga sekarang
menjadi bacaan terkenal di kalangan kaum muslimin. Hafsh mengambil bacaan itu
dari gurunya yang bernama Ashim dari gurunya Abu Abdir Rahman al-Sulami yang
344
Al-Burhan; jilid 1, hal. 318.
345
Al-Bayan; hal; 173.
346
Perlu diingat bahwa bacaan Warasy menurut riwayat Qalun baru-baru ini hanya dicetak di Negara
Arab Libia dan menuai kritik dari kaum muslimin dan para petingi Negara-negara Islam.
232
belajar dari dari Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib as yang sudah pasti berasal
dari Rasulullah Muhammad saw yang disaksikan dan dinukil semua orang.
tidak berseberangan dengan apa yang ada dalam al-Quran yang berada ditengah-
Qira’at Hafsh
banyak orang adalah bacaan Hafsh yang pada masa lalu hingga masa kini terus
ah
berlaku ditengah-tengah kaum muslimin karenakan beberapa sebab:
1. Memiliki sanad sahih karena Hafsh menukil dari Ashim dari Abu Abdir
i
Sy
Rahman al-Sulami dari Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib as dan semua sanadnya
kepada Hafsh bacaan yang paling kuat dan benar yang dia peroleh dari jalur sahih,
k
terkenal dan di percaya oleh banyak orang. Setiap kali dia belajar suatu bacaan,
u
bacaan itu ia sampaikan kepada beberapa orang dari kalangan sahabat dan tabi’in.
P
Ashim tidak akan menerima bacaan apapun selama belum mendapatkan keyakinan
akan kebenaran bacaan itu. 348 Bahkan dalam semua periode sejarah disebutkan bahwa
347
Tahrir al-Wasilah; jilid 1, hal. 152, masalah 14.
348
Ma’rifatul Qurra’ al-Kibar; jilid 1, hal. 75.
233
mengajarkan bacaan Ashim dari guru Qira’ah yang bernama Ibrahim bin Muhammad
Imam Ahmad bin Hanbal hanya menerima bacaan Ashim. Hafsh adalah orang
yang paling mengerti tentang bacaan Ashim dan bacaannya selalu mendapat pujian
Bab V
ah
dahulu dan selalu ditolak oleh para ulama dan para pengkaji Islam, kecuali hanya
i
Sy
mencari-cari alasan dikarenakan pengetahuan mereka akan dasar-dasar akidah Islam
sangat minim.
Ahlusunnah dan Syiah yang secara lahiriah menunjukkan adanya tahrif kalam Ilahi.
k
memiliki takwil. Ketika riwayat tersebut tidak bisa ditakwil, maka akan disingkirkan.
st
Keraguan tentang tahrif al-Quran itu penting untuk dikaji. Alasannya adalah
u
karena ada keterkaitan dengan hujjiah lahiriah al-Quran. Karenanya, kata dasar tahrif
P
harus dievaluasi agar benar dan salahnya riwayat tersebut dapat diketahui.
Pembahasan ini akan kami sampaikan dalam tiga bagian; pertama, adanya
bukti-bukti dari para pengkaji tentang penafian tahrif al-Quran. Kedua, pandangan-
pandangan para ulama besar Islam tentang keraguan ini. Ketiga, meneliti riwayat-
349
Ibid; jilid 1, hal. 217. Ibnu Hajar Asqalani; Lisanul Mizan; jilid 1, hal. 109.
350
Al-Tamhid; jilid 2, hal. 232-236.
234
Tahrif secara kebahasaan
Tahrif berasal dari kata dasar “Harf”, artinya pinggir atau tepi. Dalam surah
al-Hajj ayat 11 disebutkan “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah
Allah dengan berada di tepi, maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam
keadaan itu dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana berbaliklah ia ke belakang.”
berada di tepi agama, tidak berada di tengah dan di jantung agama. Hal ini
dikarenakan keraguan mereka dalam agama. Mereka sama sekali tidak pernah merasa
ah
tenang, sama seperti tentara yang bergerak menyamping agar bisa meraih harta
rampasan ketika meraih kemenangan dalam suatu pertempuran, namuan jika kalah dia
i
Sy
bisa segera melarikan diri. 351
Tahriful kalam ialah memalingkan perjalanan alaminya. Sebuah teks dan frase
tujuan yang sebenarnya. Di sini, tahrif akan terjadi ketika teks-teks dan frase-frase itu
k
Oleh karena itu tahriful kalam bermakna menafsirkan sesuatu, berbeda dengan
st
lahiriah teks atau frase. Tahrif seperti ini disebut dengan tahrif maknawi, karena pada
u
Di dalam al-Quran, setiap kali tercantum kata tahrif maka yang dimaksud dari
kata itu adalah tahrif maknawi. Thabarsi ketika menafsirkan ayat Mereka merubah
351
Al-Kasysyaf; jilid 2, hal. 142.
235
berpendapat bahwa banyak orang menafsirkannya berbeda dengan apa yang
menyelewengkan teks dari tempatnya. Jika teks itu tidak ditafsirkan dan dijelaskan
sesuai makna sebenarnya, berarti ia telah diselewengkan dari posisi aslinya. Sya’rani,
dalam Hasyiah Majma’ al-Bayan berpendapat bahwa posisi teks itu adalah makna-
makna teks itu sendiri. Alasannya adalah karena setiap teks sesuai makna yang
melekat kepadanya, jika teks itu sudah beralih posisi dan memiliki makna lain yang
tidak sesuai dengan keadaan lafazh itu akibat penafsiran, maka teks tersbut telah
ah
beralih posisi atau diselewengkan. Zamakhsyari menjelaskan bahwa teks tersebut
i
Sy
Karenanya, jika teks tersebut telh melenceng jauh jauh dari maknanya, maka ia tidak
hukumnya.” 354 Maksud dari ungkapan ini adalah mereka yang telah menafsirkan dan
a
menakwilkan keliru.
st
u
menakwilkan sesuai dengan keinginan mereka. Oleh karena itu penakwilan yang tidak
bersanad seperti ini dianggap sebagai takwil batil dan tafsir bir ra’yi (penafsiran
352
Tafsir Thabarsi; jilid 2, hal. 173.
353
Muhammad Hadi Ma’rifat; Shiyanatul Quran Min al-Tahrif; hal. 15.
354
Al-Kafi; jilid 8, hal. 53, nomor 16.
236
sekehendak hati). Rasulullah Muhammad saw bersabda “Barangsiapa menafsirkan al-
2. Mencatat ayat atau surah di dalam mushaf tidak sesuai dengan urutan
turunnya.
3. Perbedaan bacaan yang tidak sesuai dengan bacaan masyhur. Fenomena ini
terus berlangsung sejak masa awal masa Islam sampai sekarang. Ada banyak Qari’
ah
khusus dan mereka membaca al-Quran dengan logat yang berbeda dengan logat
i
Sy
Muhammad saw mengizinkan perbedaan logat ini. Hadis yang mengatakan bahwa al-
Quran itu diturunkan dengan tujuh huruf berkaitan dengan perbedaan logat-logat ini.
Quran yang sulit dimengerti dengan kata-kata yang lebih mudah, dengan syarat kata
st
6. Menambah suatu masalah (baik itu surah, ayat, perkataan dan kata) dalam
P
al-Quran. Telah diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud seringkali menyebut kata lain di
sela-sela ayat sebagai penafsiran dengan tujuan menjadikan ayat tersebut menjadi
lebih jelas maksudnya, sebagaimana yang ada dalam ayat tabligh yang ditambah
perkataan, “Sesungguhnya Ali adalah pemimpin orang-orang yang beriman,” dan dia
membaca ayatnya seperti ini; “Hai rasul, sampaikanlah apa yang akan diturunkan
355
Ghawalil La’ali; jilid 4, hal. 194, nomor 154.
237
kepadamu (bahwa sesungguhnya Ali adalah pemimpin orang-orang yang beriman)
dan jikalau kamu tidak menyampaikannya maka sama saja kamu tidak menyampaikan
mengikuti ‘Ajrad) yang beranggapan bahwa surah Yusuf adalah sesuatu yang
lebih banyak dari ukuran yang ada, atau al-Quran itu dikurangi karena lupa, kesalahan
adalah masalah pengurangan al-Quran. Apakah ada sesuatu yang dikurangi dari al-
ah
Quran ataukah tidak? Jika bersandar pada sebagian riwayat Ahlusunnah yang
i
Sy
Akhbari 358, maka muncullah masalah pengurangan al-Quran. Tetapi sudah menjadi
konsensus umat bahwa al-Quran sama sekali tidak pernah ditambah atau dikurangi.
a
keraguan tahrif al-Quran yang disebutkan di dalam kitab-kitab ilmu kalam dan ushul
st
Fiqh:
u
P
356
Abdul Karim Syahristani; al-Milal wa al-Nihal; jilid 1, hal. 128.
357
Mereka disebut Hasyawiyah karena mencatat riwayat ke dalam kantong-kantong yang terbuat dari
kulit kambing setiap kali mereka mendapatkan sesuatu dari hadis-hadis. Al-Hasywu adalah isi. Ibnu
Jauzi berkata, “Cara yang mereka gunakan adalah menyebarluaskan hadis-hadisnya meskipun hadis-
hadis itu selayak tumpukan barang-barang tak berharga.” Jauzi menganggap perbuatan mereka ini
sangat buruk, karena Rasulullah Muhammad saw bersabda, “Sesiapa menukil suatu hadis dariku
sementara dia mengetahui kalau hadis itu bohong, maka dia adalah seorang pembohong.” (al-
Maudhu’at; jilid 1, hal. 240).
358
Dahulu, Akhbariyun itu adalah sebutan bagi mereka yang selalu mengumpulkan berita-berita
sejarah. Sejak abad kesebelas hingga sekarang, kelompok itu disebut dengan Muhadditsin. Mereka
terlalu meremehkan dalam pengumpulan riwayat-riwayat, mereka melakukan pencampuradukan
riwayat dari siapa pun. (Shiyanatul Quran min al-Tahrif; hal. 109 dan hal. 157).
238
1. Kesaksian sejarah
Al-Quran dari sejak awal sudah mendapat perhatian semua orang, khususnya
kaum muslimin. Rasulullah Muhammad saw adalah penjaga al-Quran dan selalu
memerintahkan untuk menghafal dan mencatatnya. Kaum muslimin pada waktu itu
mengumpulkan banyak naskah yang mereka simpan di dalam peti atau kantong
khusus di rumah mereka masing-masing. Sejak saat itu, menghafal al-Quran menjadi
ah
mushhaf-mushhaf.
i
Sy
mereka tidak melalaikannya walaupun sejenak dan selalu berusaha menjaganya.
diperhatikan. Kitab ini berperan penting sebagai penyelesai beragam masalah serta
a
menjadi penentu nasib kaum muslimin. Kitab ini adalah dasar dari berbagai ilmu
k
Islam. Setiap ulama yang berkonsentrasi mengkaji ilmu-ilmu Islam, petunjuk jalannya
a
yang tersebar di tengah-tengah muslimin bersumber dari al-Quran. Oleh karena itu
u
ulama Islam selalu membutuhkan al-Quran dan menjadikannya sebagai basis dari
P
program-programnya.
meyakini saduran al-Quran, sama seperti meyakini kota-kota besar dunia serta
terkenal. Sama juga seperti membaca puisi-puisi dari para sastrawan besar yang tak
lekang oleh pergantian waktu sepanjang zaman dan berada dalam kondisi terlindungi.
239
Apalagi al-Quran, kitab ini selalu mendapatkan perhatian yang lebih dan selalu
mendapat penjagaan. Al-Quran adalah mukjizat Islam dan dalil kebenaran nubuwah,
serta sumber semua pengetahuan agama dan hukum-hukum syariat. Ulama selalu
berusaha menjaganya hingga kepada masalah yang paling detail sekalipun, seperti
ah
keseluruhan al-Quran, sama juga dengan kitab-kitab lain yang terkenal di dunia,
seperti kitab Sibawaih dan Mazni. Setiap orang alim mengetahuinya. Perhatian ulama
i
Sy
dan para ilmuan kepada dua kitab ini akan memberi pemahaman, sehingga jika terjadi
pengurangan atau penambahan terhadap isinya, maka bagian itu akan teriidentifikasi.
Sangat jelas bahwa perhatian terhadap al-Quran melebihi Sibawaih dan Mazni dan
a
telah ditolak dan lahiriahnya sama sekali tidak bisa diterima. Khususnya riwayat-
u
riwayat yang menduga bahwa sepertiga al-Quran (lebih dari dua ribu ayat) atau
P
banyak ayat-ayatnya yang hilang. Jika hal itu terjadi, sudah sepatutnya diketahui oleh
banyak orang dan musuh-musuh Islam akan selalu menjadikannya alasan untuk
muslimin berusaha semaksimal mungkin menjaga dan mencatat ayat-ayat dan huruf-
hurufnya? Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa pada awalnya di dalam al-
359
Tafsir Thabarsi; jilid 1; Mukadimah, al-fannul Khamis, hal. 15.
240
Quran tercantum banyak nama orang-orang munafik, namun sekarang nama-nama itu
sudah tidak ada lagi. Bagaimana bisa pernyataan ini dipercaya? Bukankah Rasulullah
saw dengan sikap arif dan akhlaknya yang mulia sama sekali tidak pernah
mengutarakan hal itu secara terang-terangan kepada mereka dan menyikapi mereka
sekarang masih terjaga dengan alasan karena pesan-pesan beliau selalu diucapkan dan
tercatat dalam kitab-kitab. Hadis beliau selalu terjaga lebih dari seribu tahun. Mereka
menambah alasannya bahwa seandainya di dalamnya terdapat suatu cela, sudah pasti
ah
diketahui oleh semua orang. Namun, mereka tidak meyakini bahwa al-Quran
i
Sy
kekurangan (ayat-ayat). Bukankah perhatian kepada al-Quran melebihi hadis-hadis?
Bukankah al-Quran lebih sering diucapkan dan pencatatannya lebih rapi? 360
Salah satu bukti penting untuk menepis keraguan tahrif adalah keharusan
k
dari tangan ke tangan dan dari hafalan ke hafalan dalam jumlah yang banyak. Oleh
P
sebab itu, permasalahan tahrif tentang suatu kalimat atau perkataan adalah bagian dari
al-Quran, karena riwayat itu dinukil oleh perorangan, maka tidak bisa diterima dan
yang tertolak. Pemahaman ini adalah salah satu masalah Islam yang sangat penting
dan menjadi kesepakatan para ulama yang merupakan khabar wahid (hadis yang
360
Syekh Ja’far Kabir; Kasyiful Ghitha’; Kitabul Quran, Kitabus Shalat; pembahasan 7 dan 8, hal.
298-299. Al-Haqqul Mubin; hal. 11.
241
diriwayatkan oleh lebih dari satu orang perawi), bukan masalah Ushul Fiqh dan ilmu
Ulama bersepakat bahwa apa saja yang sampai kepada kita dari al-Quran
secara mutawatir adalah hujjah dan yang sampai kepada kita tidak secara
nubuwah dan mukjizat Islam yang abadi. Dengan demikian ketika sanad itu
tidak sampai kepada batas mutawatir, maka kebenaran nubuwah tidak bisa
diyakini. Oleh karena itu kita tidak bisa menerima apa yang di riwayatkan oleh
ah
para perawi tentang yang mereka dengar secara tidak mutawatir. Satu perawi,
meskipun dia seorang yang jujur, seandainya apa yang dia nukil adalah al-
i
Sy
Quran sudah pasti dia telah berbuat kesalahan, seandainya yang dinukil adalah
selain al-Quran maka hal itu meragukan. Alasannya adalah tidak ada kejelasan
apakah itu adalah riwayat yang telah didengarnya dari Rasulullah saw atau
a
dalam kitab Syarhul Irsyad dan Sayid Muhammad Jawad Amili dalam kitab Miftahul
u
berpendapat bahwa mukjizat al-Quran adalah dalil terkuat untuk menolak keraguan
tahrif. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh kaum Khawarij bahwa surah Yusuf
secara keseluruhan adalah sesuatu yang ditambahkan ke dalam al-Quran, karena isi
361
Brujurdi; Al-Burhan; hal. 111.
362
Shiyanatul Quran min al-Tahrif; hal. 38-39.
242
surah itu adalah sebuah biografi percintaan. Mereka berpendapat bahwa hal itu tidak
boleh ada di dalam al-Quran. Mereka juga berpendapat telah terjadi pengurangan
sebagaimana yang diperkirakan oleh sahabat besar Abdullah bin Mas’ud bahwa dua
surah Mu’awwidzatain adalah dua doa penolak sihir dan dua surah ini bukan bagian
dari al-Quran. Semua itu, secara keseluruhan tidak ada di dalam al-Quran. Ada
Quran dari sisi kefasihan dan balaghah, penjelasan dan kandungannya? Selamanya
ah
Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan mampu membuat yang serupa
i
Sy
dengannya, sekalipun mereka membantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra: 88).
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah saja yang semisal
a
kepada Allah.” Katakanlah, “(kalau kalian berkata benar) buatlah satu surah seperti
st
demikian, apabila orang-orang tertentu telah membuat surah Yusuf atau surah-surah
gugur.
sebagaimana yang diperkirakan oleh Syekh Nuri dan pendahulunya Sayid Jazairi.
Segala bentuk perubahan dalam susunan dan perangkaian kata-kata al-Quran adalah
243
akibat dari ulah orang yang merubahnya sehingga ia keluar dari bentuk wahyu. Oleh
karena itu menisbahkan perubahan ini kepada orang yang merubahnya lebih pantas
daripada kita harus menyebutnya sebagai firman Ilahi. Mereka mengira bahwa ayat
Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka
mengetahui yang gaib (Saba’; 14), redaksi semula adalah “Tahulah manusia itu
bahwa kalau sekiranya jin itu mengatahui ilmu gaib” 363, begitu pula dengan ayat
Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (Ali Imran : 110) asalnya
ah
kerusakan dan sirnanya susunan kalimat awal. Tentu, hal ini berdampak kepada gaya
balaghah dan susunan baru yang tidak sempurna tidak akan memiliki gaya balaghah
i
Sy
yang pertama. Oleh karena itu tidak bisa dikatakan bahwa susunan baru ini adalah
susunan Ilahi dan wahyu. Pendapat terlemah yang diutarakan ini adalah ungkapan
mereka yang menyangka bahwa ditengah-tengah satu ayat ada lebih dari sepertiga al-
a
Quran yang hilang. Mereka berpendapat bahwa ditengah-tengah ayat, Dan jika kamu
k
takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) anak-anak yatim, maka
a
kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi… (An-Nisa : 3) ada lebih dari dua ribu
st
ayat telah hilang. Dengan demikian, menurut mereka susunan ayat telah pudar dan
u
kacau. Pengakuan yang berkaitan dengan al-Quran seperti ini, bersumber dari otak
P
363
Bihar a- Anwar; jilid 90. Tafsir Nu’mani; hal. 26-27.
364
Sayid Jazairi; Manba’ al-Hayat; hal. 67.
365
Manba’ al-Hayat; hal. 66.
244
4. Jaminan Ilahi
Salah satu bukti yang paling jelas akan keselamatan al-Quran dan penolakan
tentang keraguan tahrif adalah jaminan Tuhan yang tak pernah lalai memperhatikan
al-Quran, menjaganya dari segala cela, Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-
Dzikr (al-Quran) dan Kami (pula) yang menjaganya. Ayat ini benar-benar menjamin
keselamatan al-Quran. Benar bahwa maksud dari kaidah luthf adalah demikian. Al-
Quran adalah dokumen hidup Islam dan dalil kebenaran nubuwah yang kuat, sudah
sepatutnya selalu terjaga dari segala cela. Segala bentuk kemungkinan perubahan al-
Quran berarti goyahnya fondasi dan dasar Islam yang tentunya hal ini bertentangan
ah
dengan pentingnya peranan akal dan agama.
Tentunya al-Quran yang sekarang ada di tangan kaum muslimin adalah al-
i
Sy
Quran yang telah mendapat jaminan dari Allah dan hal ini adalah dalil
kemukjizatannya. Tidak seperti prasangka Haji Nuri bahwa al-Quran itu tersimpan di
dalam Lauh al-Mahfuzh atau di dalam dada Rasulullah Muhammad saw dan para
a
washi-nya. 366 Penyimpanan seperti itu tidak ada. Menjaga al-Quran yang ada inilah
k
yang disebut Allah sebagai keagungan. Dia berfirman, Dan sesungguhnya al-Quran
a
itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya kebatilan bai dari depan
st
maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi
u
Maha Terpuji (Fushshilat : 42). Ayat ini lebih tegas dari ayat sebelumnya ketika
P
menegaskan bahwa al-Quran selalu terjaga dari segala kejadian buruk. Al-Quran akan
tetap terjaga dari peristiwa yang tidak diinginkan pada masa depan. Selamanya tidak
akan ada sesuatu yang dapat melenyapkan al-Quran. Al-Quran terjaga dari peristiwa
366
Muhammad Husain Nuri; Fashlul Khithab; hal. 360.
245
Allah Maha Bijaksana, tidak akan pernah melakukan perbuatan sia-sia. Dia
Maha Terpuji, semua perbuatan-Nya patut dipuji. Al-Quran yang diturunkan dengan
kondisi seperti ini, masa depannya sudah diperhitungkan oleh-Nya dan akan tetap
terjaga untuk selamanya, Sesunguhnya Allah tidak akan mengingkari janji-Nya (Ar-
Ra’du : 31).
kebenaran, ada suatu hakikat yang akan menampakkan kebenaran itu dan pada setiap
ah
kebenaran itu terdapat cahaya yang akan memandu jalannya. Apapun yang datangnya
dari hadis yang sesuai dengan al-Quran, ambillah dan yang bertentangan dengan al-
i
Sy
Quran, tinggalkanlah.” 367
tidak bisa dianggap murni lagi, apakah ia masih bisa dijadikan tolok ukur pembeda
a
dan menjadi dalil yang jelas untuk kebenaran dan kesalahan riwayat?” Tidak akan
k
pernah bisa. Sudah sangat logis bahwaal-Quran selalu menempuh jalan keselamatan
a
6. Nash-nash Ahlulbayt
P
Dalam hal penafian tahrif, ada banyak riwayat khusus dari Ahlulbayt as yang
secara universal menolak kemungkinan terjadinya tahrif. Keraguan tahrif di dalam al-
367
Ushul al-Kafi; jilid 1, hal. 69.
246
Riwayat pertama. Imam Muhammad Baqir as menulis surat kepada Sa’dul
Khair. Redaksinya adalah sebagai berikut, “Satu contoh dari pencampakan al-Quran,
terjamah. Ada hadis serupa sebagai ganti dari tahriful hudud (menyelewengkan
ah
peraturan-peraturannya.” 368
Riwayat kedua. Abu Bashir bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq as,
i
Sy
“Orang-orang bertanya, ‘Mengapa Allah berfirman, Taatilah Allah dan Taatilah
Rasulullah serta Ulil Amri dari kalian?’ (An-Nisa : 59). Namun Dia tidak menyebut
nama Ali beserta keluarganya?” Imam as menjawab, “Di dalam al-Quran telah
a
syaratnya supaya hal itu dijelaskan oleh Nabi saw .” 369 Dalam hadis yang mulia ini,
a
dijelaskan bahwa pokok masalah tersebut telah terbukti, al-Quran telah melimpahkan
st
menjelaskan bahwa nama Ali dan keluarganya sama sekali tidak pernah disebut di
dalam al-Quran. Karena hal ini adalah tugas Rasulullah saw untuk menjelaskannya
sama seperti menjelaskan rakaat-rakaat dan syarat-syarat shalat. Oleh karena itu,
segala bentuk riwayat dengan sanad lemah yang menyebutkan bahwa nama Ali dan
368
Ushul al-Kafi; jilid 2, hal. 627, nomor 1.
369
Ibid: jilid 1, hal. 286.
247
keluarganya pernah tercantum di dalam al-Quran kemudian nama-nama itu hilang,
Muhammad Baqir as bahwa beliau as bersabda, “Ketika Imam Mahdi af muncul, dia
akan mengajarkan al-Quran kepada orang-orang. Pada saat itu pekerjaan yang paling
sulit dalam perkara ini ialah masalah susunan mushhaf. Sebab susunan mushhaf
beliau berbeda dengan susunan mushhaf yang ada sekarang.” 370 Hadis ini
menunjukkan bahwa al-Quran yang dibawa oleh Imam Mahdi af, sama sekali tidak
ada bedanya dengan mushhaf yang ada sekarang, kecuali dalam susunan dan bentuk
ah
penyusunan ayat-ayat dan surah-surahnya.
i
Sy
Kami akan memaparkan sebagian pernyataan-pernyataan ulama besar Syiah
tentang masalah ini. Tujuannya agar ada kejelasan bahwa ulama Syiah sama sekali
tidak pernah berpendapat bahwa al-Quran telah mengalami perubahan. Jika ada yang
a
menisbahkan pendapat demikian kepada Syiah maka itu adalah tuduhan bohong.
k
Tentu, sebagian ulama Akhbari yang melampaui batas—yang tidak berada dalam
a
barisan ulama Syiah menonjol—telah berpendapat tentang hal ini dan tidak boleh
st
Seandainya kita ingin membagi, ulama besar Syiah ada dua kelompok;
P
muhaqqiqin dan muhadditsin. 371 Sejak awal sampai sekarang, keduanyan bersepakat
menolak keraguan tahrif. Para ulama muhadditsin sejak periode rais al-muhadditsin
370
Al-Irsyad; hal. 365
371
Perbedaan antara muhaqqiqin dan muhadditsin ialah para muhaqqiqin memperbolehkan ijtihad
dalam hukum-hukum syariat dan menyertakan pemikiran akal untuk mengetahui pengetahuan-
pengetahuan agama. Berbeda dengan muhadditsin, mereka hanya mengikuti hadis-hadis yang
datangnya dari para makshum dengan meneliti seluruh ushul dan furu’udin menurut hadis-hadis
tersebut, mereka memperbolehkan penggunaan sistim Itqan untuk bersandar kepada riwayat dan dalam
hal ini mereka tidak bermalas-malasan dan meremehkannya. Muhaqqiqin bebas dalam berijtihad dan
menyampaikan pendapatnya, selalu mengedepankan bimbingan-bimbingan akal dan pemikiran yang
berbeda dengan muhadditsin yang hanya berpedoman kepada hadis-hadis para makshum secara
tekstual namun tetap jeli dalam memilih dan memperoleh kesahihannya.
248
Abu Ja’far al-Shaduq sampai zaman khatamul muhadditsin Syekh al-Hur al-Amili dan
tahrif al-Quran.
telah diganti dengan nama muhadditsin, mengetengahkan masalah tahrif al-Quran dan
menciptakan kericuhan ini. Karenanya pernyataan salah ini tidak boleh dinisbahkan
ulama besar:
ah
1. Syekhul Muhadditsin Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husain bin
Babwaih Shaduq (w. 381 H) dalam Risalah I’tiqadat berpendapat, “Kami yakin
i
Sy
bahwa al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah saw adalah al-Quran yang
sekarang ada di tangan orang-orang dengan berisikan 114 surah, tidak kurang. Sesiapa
yang menisbahkan kepada kami pernyataan bahwa al-Quran itu lebih banyak dari
a
dengan Syekh Mufid (w. 413 H) dalam kitabnya yang sangat berharga, Awail al-
st
sedikitpun dari al-Quran yang berkurang, baik kalimat, ayat dan surahnya. Kecuali
P
apa yang ada di dalam mushhaf Ali as yang memiliki penjelasan dan penafsiran.
Beliau mengeaskan, “Pendapat ini, bagi saya lebih mendekati kebenaran daripada
telah hilang dan pendapat saya adalah tidak sedikitpun dari al-Quran yang berkurang.”
Sampai kapanpun tidak pernah terjadi penambahan mushhaf, masalah ini adalah
372
Shaduq; I’tiqadat. Syarh-e Bab Hadi Asyar; hal. 93-94.
249
masalah ijma’ ulama. Jika yang dimaksud adalah bertambahnya suatu surah maka hal
ini bertentangan dengan masalah i’jaz. Jika yang dimaksud adalah bertambahnya
kalimat atau beberapa kalimat maka hal ini juga tertolak dengan alasan tidak adanya
dalil yang kuat. Dengan demikian al-Quran selamat dari segala bentuk tambahan.
Selain dari argumentasi tersebut kami juga memiliki riwayat dari Imam Ja’far Shadiq
3. Sayid Murtadha Ali bin Husain Alamul Huda (w. 436 H.) dalam jawaban
kebenaran nukilan al-Quran sama seperti pengetahuan tentang adanya kota-kota besar
ah
dan peristiwa-peristiwa bersejarah yang terkenal dan kitab-kitab yang terkenal di
dunia, atau syair-syair para pujangga Arab, karena perhatian kepada al-Quran, selalu
i
Sy
lebih mendalam dari masalah-masalah tersebut.”
4. Syekh al-Thaifah Abu Ja’far Muhammad bin Hasan al-Thusi (w. 460 H.)
konsensus umat berpendapat bahwa tidak ada tambahan dalam al-Quran. Berkenaan
a
dengan adanya keyakinan tentang sesuatu yang kurang dari al-Quran, maka ini juga
st
diyakini bahwa di dalam al-Quran tidak pernah ada tambahan dan pengurangan.
P
Pendapat Sayid Murtadha dan teks riwayat menunjukkan masalah ini. 374
5. Jamaludin Abu Manshur Hasan bin Yusuf bin al-Muthahhar Allamah Hilli
Muhana. Beliau berpendapat, “Pendapat yang benar adalah bahwa di dalam al-Quran
tidak pernah terjadi perubahan, penundaan dan percepatan. Begitu juga tidak ada
373
Awail al-Maqalat; hal. 54-56.
374
Al-Tibyan; jilid 1, mukadimah, hal. 3.
250
tambahan dan kekurangan. Aku berlindung kepada Allah dari orang yang memiliki
keyakinan seperti ini. Hal itu menyebabkan cela dalam mukjizat Islam yang abadi dan
kitab Shiyanatul Quran min al-Tahrif. Agar tidak berkepanjangan menukil pendapat
para ulama tentang masalah ini, maka kami hanya mencukupkan dengan menyebut
1. Allamah Abu Ali Fadhl bin Hasan al-Thabarsi (w. 548 H), Majma’ al-
ah
2. Muhaqqiq Ardabili (w. 993 H), Majma’ al-Faidah; jilid 2, hal. 218.
3 Syekh Ja’far Kabir Kasyiful Ghitha’ (w. 1228 H), Kasyful Ghitha’ Wa
i
Sy
Risalah-e al-Haqqil Mubin; hal. 11.
4. Syekh Muhammad Husain Âli Kasyiful Ghitha’ (w. 1373 H.), Ashlus Syi’ah
Tafsir al-Shafi dan Ilmul Yaqin; jilid 1, hal. 565 dan al-Wafi; jilid 2, hal. 273-274.
a
1104 H.) telah menulis masalah ini dalam sebuah risalah berbahasa Persi, seperti yang
u
dinukil oleh Syekh Rahmatullah Dahlawi dalam bukunya yang sangat berharga,
P
Izhharul Haq; jilid 2, hal. 208 dan Al-Fushulul Muhimmah, karya Sayid Syarafudin,
hal 166.
7. Allamah Syekh Muhammad Jawad Balaghi (w. 1353 H.), Âla’ al-Rahman;
375
Ajwibatul Masail al-Muhanawiyah; hal. 121, masalah 13.
251
8. Muhaqqiq Tsani Syekh Ali bin Abdul ‘Âli al-Karaki (w. 940 H.) dalam
risalahnya yang ditulis berkenaan dengan masalah ini, menurut saduran Sayid Muhsin
9. Sayid Syarafudin al-Amili (w. 1381 H.), Al-Fushul al-Muhimmah; hal. 163
10. Sayid Muhsin Amin al-Amili (w. 1371 H.), A’yan al-Syi’ah; jilid 1, hal.
41.
11- Allamah Thabathaba’i (w. 1402 H.), Al-Mizan; jilid 12, hal. 106-137.
12. Imam Khomeini dalam kitab Tahdzibul Ushul; jilid 2, hal. 165 dan dalam
ah
syarah dan ta’liq atas Kifayatul Ushul.
i
Sy
hal. 215-254.
Menepis tudingan
a
tahrif al-Quran berpendapat bahwa Syiah Imamiah bersih dari tudingan berpendapat
a
tentang tahrif.
st
Orang pertama yang bersaksi tentang bersihnya posisi Syiah adalah Abul
u
Hasan Ali bin Ismail al-Asy‘ari (w. 324 H.). Seluruh Ahlusunnah di dunia adalah
P
pengikut aliran Asy‘ari. Beliau berpendapat bahwa Syiah Imamiah ada dua kelompok;
kelompok pertama terdiri dari orang-orang berpandangan dangkal dan tekstualis yang
tidak memiliki pikiran dan tidak memiliki pandangan mendalam dalam masalah-
masalah keagamaan. Mereka meyakini adanya tahrif dari segi kurangnya sebagian
kalimat-kalimat al-Quran. Dalil mereka ialah riwayat-riwayat yang tidak diakui oleh
252
penambahan dalam al-Quran dan mereka berkata, “Di dalam al-Quran tidak pernah
terjadi penambahan.” Kelompok kedua adalah para muhaqqiq dan pemilik pendapat
dan ijtihad yang mengingkari tahrif baik dari sisi tambahan dan kekurangan. Mereka
berkata, “Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah saw sampai sekarang masih
tak terjamah dan secara absolut aman dari gangguan tahrif, di dalamnya tidak terjadi
berharga, Izhharul Haq membahas secara detail tentang bersihnya Syiah dari pendapat
tentang tahrif. 377 Kumpulan pendapatnya ini telah kami sebutkan dalam kitab
ah
Shiyanatul Quran Min al-Tahrif.
i
Sy
Syiah dalam kitabnya, Madkhal Ila al-Quran al-Karim.378 Ustad Syekh Muhammad
dalam kitabnya Risalatul Islam 379 dengan membbuktikan secara rinci dan universal
a
dengan berpendapat bahwa tudingan yang dinisbahkan kepada Syiah ini adalah
k
tercantum dalam kitab-kitab hadis Ahlusunnah dan Syiah yang secara teksual
menunjukkan tentang tahrif. Ulama dan para pengkaji Sunni dan Syiah selalu
berusaha mencari jalan keluarnya. Sebagian ulama, satu sama lain sangat berbeda
376
Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari; Maqalat al-Islamiyyin; jilid 1, hal. 119-120. Shiyanatul
Quran Min al-tahrif; hal. 79-81.
377
Izhharul Haq; jilid 2, hal. 206-209.
378
Madkhal Ila al-Quran al-Karim; hal. 39-40.
379
Risalatul Islam; nomor 44, hal. 382-385.
380
Shiyantul Quran Min al-Tahrif.
253
pemahaman. Selain dari itu, kebanyakan sanad dari riwayat-riwayat ini berujung
kepada orang-orang yang menurut ulama lemah secara argumentatif, bobrok secara
mazhab dan telah memaniupulasi riwayat. Sebagian dari mereka dikenal sebagai
pembohong. Riwayat dari mereka sama sekali tidak diperbolehkan diikuti. Mereka
adalah sekelompok orang yang memilih sikap diam ketika para Imam dizalimi dan
bahkan memusuhi para Imam. Sifat-sifat ini sudah cukup mebuktikan bahwa riwayat
Dengan mengkaji semua riwayat tersebut, baik yang dinukil dari jalur
Ahlusunnah maupun Syiah, kami mendapati bahwa riwayat itulah yang menyebabkan
ah
cela syariat. Biasanya itu adalah riwayat-riwayat buatan yang diproduksi musuh-
musuh agama, atau riwayat-riwayat yang masih bisa ditakwil dengan berbagai alasan
i
Sy
dan tidak berkaitan dengan masalah tahrif.
Riwayat-riwayat Ahlusunnah
k
banyak hadis tanpa memperhatikan kandungannya. Oleh sebab itu di antara hadis-
hadis yang telah mereka kumpulkan, sahih dan tidaknya bercampur aduk, bahkan
sering mennuturkan masalah-masalah yang tak berguna. Kelompok ini, pada masa
lalu disebut dengan nama Hasyawiyah dan saat ini dikenal dengan nama
381
Tafsir Âla’ al-Rahman; jilid 1, hal. 25.
254
Salafiyyun. 382 Sebagaimana halnya dikalangan Syi’ah terdapat kelompok serupa yang
dikenal dengan nama Akhbariyyun. Kebanyakan dan mungkin seluruh riwayat tahrif,
dikumpulkan, disusun dan dicatat oleh kelompok ini dan perbuatan kelompok ini
tidak boleh dimasukkan dalam kategori muhqqiqin dan pakar dari kalangan
1. Ayat Rajam.
ah
yang dicantumkan. Oleh karena itu hukuman rajam bagi pria dan wanita yang berzina
dalam syarat-syarat tertentu 383 telah disebutkan di dalam sunnah dan sudah disepakati
i
oleh umat. Tetapi Umar mengira bahwa ayat rajam pernah ada di dalam al-Quran dan
Sy
ayat itu tidak dibawa oleh para sahabat pada saat pengumpulan al-Quran. Umar selalu
yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ketika Zaid bin Tsabit mengumpulkan al-
k
Quran, Umar berusaha agar pendapatnya diterima untuk dikumpulkan. Dia membawa
a
ungkapan, “Apabila seorang tua laki-laki dan seorang tua perempuan berzina maka
st
rajamlah keduanya, sebagai suatu azab dari sisi Allah dan sesungguhnya Allah itu
u
Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.” Ungkapan ini dia minta untuk diletakkan ke dalam
P
al-Quran sebagai ayat. Sebagaimana biasa mereka meminta saksi kepadanya, namun
dia tak dapat membawakannya. Karena itu pendapatnya ini tidak bisa diterima. Tetapi
382
Salafiyyun disebut untuk mereka yang hanya mengikuti orang-orang salaf (terdahulu). Apa saja
yang sampai kepada para pendahulu, apakah itu benar atau bohong, mereka jadikan sebagai pegangan
hidup. Mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk membedakan sahih dan tidak sahih.
Mereka tidak mengizinkan siapapun untuk membedakan hadis-hadis itu. Saat ini sebagian dari mereka
membentuk kelompok bernama Wahhabi.
383
Orang yang berbuat zina apabila pernah melakukan hal yang halal (sudah pernah menikah).
255
dia menekankan diatas mimbar, “Wahai manusia! Jangan sampai kelak di hari kiamat
kalian berkata, ‘Umar tidak berkata kepada kami.’ Ya Allah, bersaksilah bahwa aku
Sepertinya, Umar telah berbuat kesalahan dan tidak bisa membedakan hadis
dengan ayat al-Quran, sebab Zaid bin Tsabit berkata, “Aku mendengar bahwa
Rasulullah saw pernah bersabda, “Seandainya ada seorang tua laki-laki dan seorang
tua perempuan berzina, maka rajamlah keduanya.” Mungkin saja Umar juga
mendengarnya dari Rasulullah dan mengira yang dibaca oleh Nabi Muhammad itu
ah
2. Ayat Raghbah.
i
Umar mengira bahwa di dalam al-Quran pernah ada suatu ayat dengan nama
Sy
Raghbah dan telah hilang. Dia berkata, “Salah satu ayat yang dahulu sering kita baca
Mungkin ungkapan tersebut adalah sebuah hadis yang pernah didengarnya dari
a
3. Ayat Jihad.
u
Umar juga menyangka bahwa ungkapan berikut ini, adalah ayat al-Quran dan
P
4. Ayat al-Firasy.
384
Shahih Bukhari; jilid 8, hal. 208-211. Shahih Muslim; jilid 4, hal. 167 dan jilid 5, hal. 116. Musnad
Ahmad; jilid 1, hal. 23 dan jilid 5, hal. 132 dan 183. Abu Daud (23 hadis), Turmudzi (7 hadis), Ibnu
Majah (9 hadis), Darimi (16 hadis), Muwaththa’ (10 hadis). Seluruh kitab enam Ahlusunnah
menyebutkan hadis tentang ayat rajam.
385
Shahih Bukhari; jilid 8, hal. 208-211. Shahih Muslim; jilid 4, hal. 167 dan jilid 5, hal. 116.
386
Al-Durrul Mantsur; jilid 1, hal. 106.
256
ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻟﻠﻔﺮﺍﺵ ﻭ ﻟﻠﻌﺎ ﻫﺮ ﺍﻟﺤﺠﺮ 387
P387F P adalah salah satu dari ayat-ayat al-Quran, padahal
ungkapan tersebut adalah sebuah hadis mutawatir dari Rasulullah saw bahwa anak itu
milik orang yang memiliki ranjang (ranjang atau tempat tidur, adalah idiom dari
suami yang sah menurut syariat) sedangkan pelacur layak mendapat lemparan batu.
Umar mengira bahwa huruf-huruf al-Quran itu ada 1. 027. 000. Padahal huruf
itu tidak lebih dari 323.671. Diriwayatkan darinya bahwa al-Quran memiliki beribu-
ribu huruf dan dua puluh tujuh ribu huruf. Siapa saja yang membaca al-Quran dengan
ah
kesabaran, maka setiap huruf yang dibacanya akan diganjar dengan seorang isteri dari
bidadari.388 Dzahabi berkata, “Hadis yang batil ini hanya diriwayatkan oleh
P38F P
Muhammad bin Ubaid sedangkan dia sendiri tidak bisa dipercaya.” 389
i P389F P
Sy
6. Prasangka Abdullah bin Umar.
Dia mengira banyak ayat al-Quran yang hilang dengan berkata, “Jangan ada di
a
antara kalian yang berkata, ‘Aku telah mengumpulkan seluruh al-Quran.’ Darimana
k
dia mengetahui keseluruhan al-Quran itu? Padahal banyak dari al-Quran yang telah
a
hilang. Hendaknya kalian berkata, ‘Aku telah mengumpulkan apa yang ada.’” 390
st
P390F P
u
7. Perang Yamamah.
P
al-Quran. Karena itu sepeninggal mereka tiada seorangpun yang mengetahui nasib
387
Ibid; hal. 106. Fathul Bari; jilid 12, hal 127. Tafsir Ibnu Katsir; jilid 3, hal. 261. Al-Burhan; jilid 2,
hal. 36-37.
388
Al-Itqan; jilid 1, hal. 198.
389
Mizanul I’tidal; jilid 3, hal. 639.
390
Al-Itqan; jilid 3, hal. 72.
257
sisa al-Quran. Tak seorangpun yang menulis dan mencantumkannya di dalam
mushhaf al-Quran. Ibnu Abi Daud menyebutkan masalah ini dari Ibnu Syihab. 391
8. Mushhaf Aisyah.
Dalam mushhaf yang dipilih oleh Aisyah untuk dirinya, terdapat tambahan
ﺇﻥ ﷲ ﻭﻣﻼﺋﻜﺘﻪ ﻳﺼﻠﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﻳﺎ ﺍﻳّﻬﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﺻﻠّﻮﺍ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻤﻮﺍ ﺗﺴﻠﻴﻤﺎ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺼﻠﻮﻥ ﺍﻟﺼﻔﻮﻑ
ّ
.ﺍﻻﻭﻟﻰ
ah
Hamidah binti Abi Yunus, pembantu Aisyah, berkata, “Tentunya (tambahan ayat ini
masih ada) sampai ketika Usman, belum merubah mushhaf-mushhaf.” 392 P392F P
i
Sy
9. Pernyataan Aisyah tentang adanya ayat yang hilang.
Aisyah mengira bahwa di dalam al-Quran pernah ada ayat yang mengatur
batasan menyusui yang bisa menyebabkan muhrim. Namun ketika orang-orang sibuk
a
menguburkan Rasulullah saw ada seekor kambing masuk ke dalam kamar beliau
k
(tentang menyusui anak). Pertama ayat itu berbunyi, “Sepuluh susuan bisa
menyebabkan muhrim.” Namun kemudian ayat tersebut mendapat naskh oleh ayat,
u
“Lima susuan bisa menyebabkan muhrim.” Aisyah berkata, “Ketika wafatnya nabi
P
saw, dua ayat ini dibaca sebagai bagian dari ayat-ayat al-Quran.” 393 P39F P
10. Pernyataan Abu Musa al-Asy’ari tentang adanya ayat yang hilang.
Dia mengira bahwa di dalam al-Quran pernah ada suatu surah yang
panjangnya sama dengan surah al-Barâah dan juga ada surah lain yang panjangnya
391
Muntakhab Kanzil Ummal dar Hasyiah-e Musnad Ahmad; jilid 2, hal. 50.
392
Al-Itqan; jilid 3, hal. 73.
393
Shahih Muslim; jilid 4, hal. 167. Darimi; jilid 2, hal. 157. Abu Daud; jilid 1, hal. 224.
258
sama dengan surah-surah Musabbahat. Dia mengira surah-surah itu telah hilang dari
al-Quran. Dia berkata, “Sekarang saya ingat bahwa ada satu dari ayat-ayat surah yang
. ” ﻟﻮﻛﺎﻥ ﻻﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﻭﺍﺩﻳﺎﻥ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﻻﺗﺒﻐﻰ ﻭﺍﺩﻳﺎ ﺛﺎﻟﺜﺎ ﻭﻻ ﻳﻤﻸ ﺟﻮﻑ ﺍﺑﻦ ﺁﺩ ﻡ ﺍﻻ ﺍﻟﺘﺮﺍﺏ
Sepertinya Abu Musa tidak bisa membedakan hadis nabi dengan al-Quran
ketika dia juga berkata, “Saya ingat satu ayat dari surah yang seurutan surah-surah
”ﻳﺎ ﺍﻳّﻬﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﻟﻢ ﺗﻘﻮﻟﻮﻥ ﻣﺎﻻ ﺗﻔﻌﻠﻮﻥ ﻓﺘﻜﺘﺐ ﺷﻬﺎﺩﺓ ﻓﻰ ﺍﻋﻨﺎﻗﻜﻢ ﻓﺘﺴﺄﻟﻮﻥ ﻋﻨﻬﺎ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ394
P394F P
Perlu dimengerti bahwa ungkapan-ungkapan ini adalah salah satu dari hadis
ah
Qudsi yang dikira Abu Musa sebagai bagian dari al-Quran. 395 P395F P
i
11. Pernyataan yang dinisbahkan kepada Ubai bin Ka’b dan Aisyah.
Sy
Ada suatu pernyataan yang dinisbahkan kepada Ubai bin Ka’ab, “Surah al-
Ahzab yang saat ini memiliki 73 ayat, sebelumnya memiliki sekitar 286 ayat serupa
a
dengan surah al-Baqarah.” Perkataan ini juga dinisbahkan kepada Aisyah yang
k
mungkin tujuannya adalah menggerakkan massa untuk menentang Usman. 396 P396F P
a
hilang.
u
Malik bin Anas mengira bahwa lebih dari seperempat surah al-Barâah yang
P
tidak tersisa. Dia berkata, “Surah ini setara dengan surah al-Baqarah, namun dari
awalnya banyak yang hilang dan Bismillahirrahmanirrahim juga adalah bagian dari
394
Shahih Muslim; jilid 3, hal. 120.
395
Musnad Ahmad; jilid 5, hal. 219.
396
Musnad Ahmad; jilid 5, hal. 132. Al-Itqan; jilid 2, hal. 72. Shiyanatul Quran Min al-Tahrif; hal. 170-
171.
259
ayat yang telah hilang.” Dalam hal ini, dia menyebutkan banyak riwayat, semuanya
riwayat seperti ini, bahkan mereka bereaksi. Mereka berkeyakinan bahwa sejak
mushhaf itu, banyak sekali ayat-ayat dan surah-surah al-Quran yang mengalami
ah
tahrif al-Quran.
Salah satu dari mereka yang terpengaruh oleh keyakinan-keyakinan tak layak
i
Sy
ini adalah Muhyidin bin Arabi (w. 638 H.) penulis kitab Futuhat Makkiah. Dia
berkeyakinan bahwa al-Quran telah di-tahrif, banyak sesuatu yang berkurang darinya.
Dia berkata, “Seandainya tidak ada orang-orang yang berhati lemah yang mudah
a
membolehkan hikmah perbuatan seperti ini, sudah sepatutnya aku jelaskan semua
a
Ada pernyataan parah mendengung pada era kontemporer yang tertulis dalam
u
kitab dengan judul al-Furqan, penulisnya Muhammad Abdul Lathif yang dikenal
P
dengan Ibnul Khathib dari Mesir. Dia salah seorang ulama terkenal Mesir. Kitab ini
mengkoleksi kumpulan keyakinan tidak benar, namun diberi label shahih hanya
karena tercantum dalam Shihah al-Sittah (enam kitab shahih). Kitab ini menimbulkan
Azhar meminta kepada negara untuk menarik kitab itu dari peredaran dan naskah-
397
Al-Itqan; jilid 1, hal. 184. Al-Mustadrak; jilid 2, hal. 330-331. Al-Durrul Mantsur; jilid 3, hal. 209.
398
Pernyataan ini dinukil dari Syekh Abdul Wahhab Sya’rani dalam kitab Al-Kibrit al-Ahmar dalam
hasyiah Kitab Al-Yawaqit wa Al-Jawahir; jilid 1, hal. 139.
260
naskah yang belum diedarkan pun ditarik. Namun meski sempat beredar dalam waktu
singkat, kitab itu meninggalkan bekas yang buruk dan tersebar di dunia. Sekarang ini
oleh Hajjaj bin Yusuf. Dia juga berpendapat tentang adanya catatan berbeda pada
zaman Usman. Dia berkata, “Dalam kisah Nuh di dalam surah al-Syu’ara, sebelumnya
ah
diusir.”
i
Sy
“Termasuk orang-orang yang di rajam.” Namun Hajjaj merubahnya dengan,
“Termasuk orang-orang yang di rajam,” yang dicantumkan ke dalam kisah Nuh. Hajaj
juga menulis: “Termasuk orang-orang yang diusir” ke dalam surah Luth, itu dia
a
P39F P
a
Riwayat-riwayat Imamiah
st
Orang pertama yang menulis kitab tentang masalah tahrif adalah Sayid
u
Ni’matullah al-Jazairi (w. 1112 H.), di bahas dalam kitab Manba’ al-Hayat cetakan
P
Baghdad dan Beirut. Dia membawakan beberapa bukti untuk memaparkan masalah
tahrif dalam al-Quran. Kemudian setelah lebih dari 200 tahun, Haji Nuri (w. 1320 H.)
masalah ini. Namun keberadaan riwayat tersebut tidak bisa diakui dan tidak
399
Al-Furqan; hal 50-52.
261
Haji Nuri memperkenalkan almarhum Tsiqatul Islam Muhammad bin Ya’qub
al-Kulaini (w. 328.) sebagai salah seorang ulama yang berpendapat tentang adanya
tahrif al-Quran. Dia menyebut riwayat dalam kitab al-Kafi dan memaparkan salah
satu dari beberapa bab Ushul al-Kafi sebagai contoh untuk membuktikan bahwa
almarhum Kulaini mengakui adanya tahrif. Lebih khusus, dia menyebut ada satu bab
benar atau tidaknya pendapat itu menjadi jelas. Almarhum Kulaini menyampaikan
bab itu dengan ungkapan, “Tidak ada yang mengumpulkan al-Quran secara
ah
menyeluruh kecuali para Imam as dan mereka mengetahui semua ilmu al-Quran.”
Sangat jelas, maksud ungkapan itu adalah mengumpulkan seluruh tafsir dan
i
Sy
takwil al-Quran. Bagian kedua dari ungkapan di atas, menjelaskan bagian pertama.
Para Imam as itulah yang mengetahui seluruh ilmu al-Quran. Inilah makna ungkapan
Quran sama seperti yang telah diturunkan, melainkan seorang pembohong, karena
st
tiada seorangpun yang mengumpulkan dan menjaga al-Quran sama seperti yang
u
diturunkan, melainkan Ali bin Abi Thalib as dan para Imam as setelahnya.”
P
Maksud dari “Sama seperti yang diturunkan” adalah makna dan tafsiran yang
benar. Makna dan tafsir yang kehendaki Allah adalah maksud riwayat tersebut, bukan
lafazh dan kalimat al-Quran, karena al-Quran yang dikumpulkan oleh Imam Ali as
tidak hanya diperhatikan urutan turunnya (ayat dan surah). Dalam beberapa kasus
diberikan penjelasan terhadap hal-hal yang kabur. Dalam beberapa kasus yang rumit
400
Fashlul Khithab, mukadimah ketiga, hal. 25.
262
diberi penafsiran. Penjelasan dan penafsiran itu tidak dimiliki oleh mushhaf yang ada
ditangan sahabat yang lain. Kemudian sepeninggal Imam Ali as, mushhaf itu berada
ditangan para Imam as dan sekarang berada ditangan Imam Mahdi af, sampai
Oleh karena itu, Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Sesiapa saja yang mengaku
telah mengumpulkan dan mencatat al-Quran, persis seperti yang telah diturunkan,
selain Ali dan keluarganya as, adalah pembohong.” Dengan demikian hadis ini tidak
ah
al-Quran di sisinya, lahir dan batinnya, selain para Washi as.”
Dalam hadis ini sangat jelas. Maksud dari “Keseluruhan al-Quran” adalah
i
Sy
seluruh ilmu al-Quran, pengetahuan lahir dan batinnya al-Quran. Dengan demikian,
ilmu-ilmu al-Quran secara menyeluruh, baik ilmu lahir maupun batin, tafsir dan
takwil al-Quran, semuanya berada di sisi para Imam as. Hadis ini sama sekali tidak
a
Hadis keempat. “Sungguh aku mengetahui seluruh isi al-Quran, dari awal
u
Hadis kelima. “Demi Allah, di sisi kami (Ahlulbayt as)lah seluruh ilmu al-
Quran.
Hadis keenam. Dalam penafsiran ayat, Dan di sisinya ilmu al-Kitab, beliau
berkata, “Orang yang menghetahui ilmu al-Kitab (al-Quran) adalah kami dan kamilah
263
Jika diperhatikan dengan jeli dan teliti, semua hadis tersebut menunjukkan
ilmu dan pengetahuan tentang seluruh ilmu al-Quran. Tidak ada kaitnnya dengan
masalah tahrif.
Haji Nuri mengikuti jejak Sayid Jazairi dengan menukil riwayat-riwayat yang
secara umum dinukil dari kitab-kitab yang tidak diakui. Dari 1122 riwayat yang dia
sebutkan dalam kitab Fashlul Khithab, terdapat 815 riwayat yang dinukil dari kitab-
ah
2. Kitab al-Saqifah. Kitab ini dinisbahkan kepada Sulaim bin Qais yang telah
i
Sy
3. Kitab al-Qira’at, karya Ahmad bin Muhammad Sayyari yang dikenal
4. Tafsir Abil Jarud dari kalangan Syiah Ghulat yang dilaknat Imam Ja’far
a
Shadiq as.
k
5. Tafsir yang dinisbahkan kepada Ali bin Ibrahim al-Qomi, namun kitab ini
a
bukan karyanya, melainkan karya orang lain dan sudah mengalami perubahan.
st
6. Kitab al-Istighatsah, karya Ali bin Ahmad al-Kufi yang dikenal dengan
u
7. Kitab al-Ihtijaj, Thabarsi, kitab yang tak bersanad dan penulisnya tidak
jelas.
8. Tafsir yang dinisbahkan kepada Imam Hasan Askari, namun ini adalah klai
264
9. Sebagian kitab-kitab tafsir yang tidak memiliki sanad diakui dan gugur dari
hujjiah dan kemungkinan bersanad, seperti Tafsir al-Ayyasyi, Tafsir Furat bin
Kitab yang tersebut di atas itulah yang dijadikan sumber rujukan oleh Haji
Nuri. Dia sendiri mengetahui bahwa kitab-kitab tersebut tidak bisa dijadikan
sandaran. Sebagaimana yang dikatakan pepatah, “Orang yang nyaris tenggelam akan
Dari 307 sisa riwayat yang dinukil dari kitab-kitab yang diakui, 107
riwayatnya berhubungan dengan bab Qira’at. Perlu diketahui bahwa sebagian dari
ah
Imam-imam suci, dalam hal bacaan, mereka mengujarkan secara berbeda. Jelas bahwa
perbedaan bacaan tidak ada kaitannya dengan masalah tahrif. Sebab perbedaan
i
Sy
Qira’at Sab’ah atau empat belas Qira’at selalu berlaku di tengah-tengah kaum
Kami tidak mengerti mengapa Haji Nuri berbuat kesalahan besar ini. Sebagai
a
contoh, dia menukil dari Majma’ al-Bayan bahwa Imam Ali as dalam surah al-
k
Madinah dan juga Imam Ja’far Shadiq as membaca ﻭﻻ ﻳﺨﺎﻑ ﻋﻘﺒﻴﻬﺎdengan “Ya’”.
u
Dalam surah al-Fajr, Ya’qub, Kisa’i dan Sahl membaca ﻭﻻﻳﻮﺛﻖdengan mem-fathah-
P
kan “Tsa’”. Bacan-bacaan seperti ini, jika memang terjadi, adalah hal yang wajar dan
sama sekali tidak pernah dianggap sebagai tahrif al-Quran. Mereka menganggapnya
Dua ratus riwayat yang tersisa dan dijadikan sebagai sandaran oleh ahli tahrif,
masalah-masalah yang lain. Sebagai contoh, riwayat Jabir bin Abdillah al-Anshari
265
yang mengisahklan Rasulullah saw berkata kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi
Thalib, “Wahai Ali, manusia diciptakan dari pepohonan yang beraneka ragam
sedangkan aku dan kamu diciptakan dari satu pohon. Allah berfirman, ‘Dan di bumi
terdapat berbagai bidang tanah yang berdekatan… (sampai pada) disirami dengan satu
air…’” Haji Nuri mengira bahwa kata “sampai pada” adalah bagian dari ayat yang
dibaca Rasulullah saw membacanya. 401 Padahal susunan kata tersebut adalah
penjelasan si perawi.
Imam Ja’far Shadiq as juga bersabda, “Di dalam shalat seusai membaca surah
Tauhid, Ayahku selalu membaca susunan kata ini: ” ﻛﺬﻟﻚ ﷲ ﺭﺑّﻰDalam sebagian
ah
riwayat di-mustahab-kan membaca tiga kali. Haji Nuri mengira bahwa susunan kata
tersebut adalah bagian dari surah Tauhid yang selalu diucapkan oleh Imam as di akhir
i
Sy
surah Tauhid. 402
P402F P
dikaji lebih dalam—tidak menunjukkan adanya indikasi itu. Riwayat tersebut terbagi
a
Namun, menurut orang-orang seperti Haji Nuri, penafsiran disela bacaan seperti ini
u
dianggap sebagai bagian dari al-Quran dan memahaminya sebagai tahrif. 403 Kami P403F P
P
Dalam al-Kafi, dinukil sebuah riwayat dari Imam Ali as bahwa beliau
membaca ayat ini: ﻭﺇﺫﺍ ﺗﻮﻟّﻰ ﺳﻌﻰ ﻓﻰ ﺍﻻﺭﺽ ﻟﻴﻔﺴﺪ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﻳﻬﻠﻚ ﺍﻟﺤﺮﺙ ﻭﺍﻟﻨﺴﻞ, kemudian beliau
menambahkan: ( ﺑﻈﻠﻤﻪ ﻭﺳﻮء ﺳﺮﻳﺮﺗﻪusaha berbuat onar di muka bumi ini dikarenakan
401
Fashlul Khithab; hal. 296. Dinukil dari Abu Said Neisyaburi; Riwayat Arba’in; nomor 31.
402
Fashlul Khithab; hal. 349. Dinukil dari Tafsir al-Burhan; jilid 4, hal. 521-523.
403
Ibid; hal. 275.
266
kezaliman dan perangainya yang buruk). Susunan kata yang berada setelah ayat ini
Diriwayatkan dari Imam Musa bin Ja’far as bahwa beliau membaca ayat:
... ﺍﻭﻟﺌﻚ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻌﻠﻢ ﷲ ﻣﺎ ﻓﻰ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﻓﺄﻋﺮﺽ ﻋﻨﻬﻢ, kemudian beliau menambahkan:
ﻓﻘﺪ ﺳﺒﻘﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻛﻠﻤﺔ ﺍﻟﺸﻘﺎء, kata ini diucapkan beliau sebagai penjelasan dan penafsiran
tahrif maknawi dan penafsiran yang tak pantas, tetapi Haji Nuri mengira bahwa yang
ah
Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda, “Kelak pada hari
kiamat akan datang tiga hal sambil mengadu; al-Quran, masjid dan al-Ithrah (keluarga
i
Sy
suci Nabi as). Al-Quran berkata, ‘Ya Rab, mereka telah menyelewengkan aku dan
merobek-robekku.’ Masjid akan berkata, ‘Ya Rab, mereka telah mencampakkan dan
meremehkan aku.’ Ithrah akan berkata, ‘Ra Rab, mereka telah membantai dan
a
mengusir kami.”
k
membakarku” sebagai ganti dari “mereka telah menyelewengkan aku”, namun kita
st
tidak ditujukan makna hakikinya, karena secara lahiriah, masjid-masjid itu ramai.
orang-orang yang benar-benar menegakkan shalat. Tahrif dalam al-Quran juga berarti
404
Ibid; hal. 23-24.
267
merubah jalan dan mengganti hukum-hukum, tidak pernah bisa dijadikan sebagai dalil
tahrif lafzhi.
ayat. Dalam al-Kafi diriwayatkan Imam Ja’far Shadiq as bersabda, “Sesungguhnya al-
Quran yang diturunkan Jibril kepada Muhammad saw adalah tujuh belas ribu ayat.”
Berbeda dengan riwayat yang tercantum dalam kitab al-Wafi—yang merangkum Al-
Almarhum Faidh adalah orang yang jeli dalam menukil riwayat. Di dalam
ah
naskah-naskah al-Kafi yang ada sekarang, kemungkinan terdapat kesalahan. Selain itu
sanad yang disebutkan diragukan dan dari segi ini riwayat hal itu tidak bisa dijadikan
i
Sy
sandaran. 406
yang mengabarkan bahwa beliau akan membawa al-Quran baru yang berbeda dengan
a
al-Quran yang ada. Riwayat-riwayat ini menganggap bahwa perbedaan yang ada
k
hanya dalam hal susunan. Sebagian riwayat lain menunjukkan adanya tambahan-
a
bersabda, “Pada saat Imam Mahdi as muncul, beliau akan mengajarkan al-Quran,
P
dalam pengajaran itu akan menghadapi kesulitan, karena al-Quran yang dibawanya
susunan kalimat, “Seandainya al-Quran itu diperhatikan dengan jeli, maka akan jelas
keutamaan-keutamaan Ahlulbayt.”
405
Muhsin Faidh Kasyani; Al-Wafi; cetakan batu, jilid 2, juz lima, hal. 274 dan 232 dan cetakan
Maktabah Amirul Mukminin; jilid 5, hal. 1781.
406
Shiyanatul Quran Min al-Tahrif; hal. 263-267.
268
Di riwayatkan bahwa Imam Ja’far Shadiq as bersabda, “Sesiapa yang tidak
mengetahui kedudukan wilayah kami (Ahlulbayt), niscaya ia tidak akan selamat dari
Ahli tahrif mengira maksud riwayat di atas adalah bahwa di dalam al-Quran
dan mendalami al-Quran yang ada ini akan mendapatkan kejelasan kedudukan-
kedudukan wilayah para Imam as. Sebagai contoh, ayat-ayat Ulil Amri, Dzawil Qurba
dan sebagainya, akan memperjelas kedudukan tinggi wilayah jika ditelaah dengan
ah
jujur, meskipun para penentang tidak mau memperhatikannya.
i
Sy
tercantum di dalam al-Quran yang tidak mereka akui. Tujuan kami adalah
Katakanlah, “Aku tidak meminta imbalan kepada kalian atas risalah yang aku
k
risalah, ayat yang paling menonjol menyebut keutamaan Ahlulbayt karena mencintai
u
mereka ini, berusaha menutupi keutamaan Ahlulbayt. Dia berpendapat bahwa ayat ini
P
ditujukan kepada Quraisy untuk mengingat hubungan keluarga mereka dengan Nabi,
agar mereka melindungi Nabi dan menjaganya dari kejahatan musuh-musuh. Karena
407
Tafsir al-Ayyasyi; jilid 1, hal. 13.
269
Thabari melanjutkannya dengan bepernadapat bahwa sebelumnya Nabi
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan seluruh Quraisy. Karena mereka
mendustai beliau, mereka tidak membaiatnya, beliau saw berkata kepada mereka,
membelaku sementara kalian tidak.” Kemudian beliau mejelaskan tiga hal lain;1.
Allah. 3. Meminta untuk menjalin tali silaturahmi agar satu sama lain saling
mengasihi. Setelah itu, untuk menguatkan pilihannya atas tiga hal ini, dia berpendapat
ah
bahwa dalil atas kebenaran pilihan pendapat yang sebelumnya, ialah “fi” dalam ayat
ﺍﻟﻤﻮﺩّﺓ ﻓﻰ ﺍﻟﻘﺮﺑﻰ, karena yang pertama dari tiga bentuk di atas adalah maksud yang
i
diinginkan, seharusnya disebut tanpa “Fi” yaitu ﻣﻮﺩّﺓ ﺍﻟﻘﺮﺑﻰ. Seandainya yang kedua
Sy
maksudnya, maka seharusnya dikatakan ﺍﻟﻤﻮﺩّﺓ ﺑﺎﻟﻘﺮﺑﻰ. Jika yang ketiga yang dimaksud
P408F P
Penafsiran dan sikap ini sangat jauh dari kebenaran. Bagaimana mungkin
k
pembangkang, yang nyata-nyata menolak beliau. Penegasan ayat ini beliau jelaskan
st
Pendapat mereka berdua ini sangat aneh. Bukankah mereka (Qurays) tidak
P
menerima risalah Nabi saw dan mendustakan beliau. Rasulullah mengetahui hal ini.
Sangat tidak logis jika Rasulullah saw berkata kepada mereka, “Peliharalah pahala
risalahaku di dalam tali persaudaraan kita dan dukunglah aku.” Nabi saw tahu bahwa
musuhnya yang paling getol adalah Quraisy. Akal dan sikap bijaksana Nabi saw tidak
408
Tafsir ath-Thabari; jilid 25, hal. 15-17.
270
Zamakhsyari, seorang guru sastra Arab berkata, “Maksud dari ‘Fil Qurba’
adalah perintah meletakkan orang-orang terdekat dan Ahlulbayt Nabi saw dalam
posisi kecintaanmu dan cintailah mereka, karena mereka berada pada posisi
hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat
dan menunaikan zakat dalam keadaan rukuk (Al-Maidah; 55). Ayat ini yang
diturunkan berkenaan dengan pemberian cincin yang dilakukan Imam Ali as. Hal ini
merupakan keutamaan yang sangat tinggi. Dia ingin menutupi keutamaan tersebut.
ah
Dia menegaskan bahwa ayat ini bersifat umum, mencakup setiap orang yang
mendirikan shalat dan pemberi zakat. Ketika ayat ini di turunkan, bertepatan dengan
i
Sy
dengan shalatnya Ali dan pemberian cincin oleh beliau, tetapi ayat ini tidak
Abdullah bin Zubair selalu mengklaim bahwa surah al-Dahr yang merupakan
a
keutamaan terbesar Ahlulbayt adalah surah Makki. Diaz menegaskan ini untuk
k
Ringkasnya, di dalam al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang jika dikaji lebih
st
direnungkan sebagaimana yang di inginkan Allah dan (sesuai dengan apa yang)
409
Al-Kasysyaf; jilid 4, hal. 219-220. Shiyanatul Quran Min al-Tahrif; hal. 372-375.
410
Tafsir Tsa’alibi; jilid 1, hal. 471.
271
dijelaskan-Nya.” 411 Hadis ini adalah contoh-contoh dari riwayat-riwayat Syiah yang
tercantum dalam kitab-kitab yang diakui. Namun dijadikan hujjah bagi orang yang
berpendapat tentang tahrif. Padahal sudah jelas bahwa riwayat-riwayat tersebut sama
Bab VI
Terjemahan al-Quran
ah
lain?
Alasan diajukan pertanyaan ini adalah bahwa al-Quran adalah Kalam Ilahi dan
i
Sy
diturunkan dalam bentuk yang sangat ringkas dengan sastra menjulang sebagai
mukjizat. Oleh karena itu, bahasa lain tidak akan pernah bisa memiliki semua
keistimewaan al-Quran itu tidak terkandung oleh teks hasil terjemahan, apakah ia bisa
st
disebut sebagai al-Quran, sebagaimana halnya dengan dua perjanjian yang mereka
u
anggap sebagai Taurat dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Musa as dan Nabi Isa
P
as?
Pertanyaan ketiga, apakah hukum syar‘i teks yang telah diterjemahkan itu
sama dengan hukum al-Quran itu sendiri? Sebagai contoh, apakah orang yang tidak
bisa berbahasa dan membaca huruf Arab, ketika shalat diperbolehkan membaca
411
Tafsir al- ‘Ayyasyi; jilid 1, hal. 13.
272
terjemahannya? Sebagaimana ayat-ayat al-Quran tidak boleh disentuh tanpa bersuci,
berlangsung dengan serius, terutama di kalangan para ulama. Dalam bab ini, setelah
Pengertian terjemah
Tarjamah adalah masdar fi’il ruba’I, artinya adalah penjelasan. Oleh karena
itu, tulisan-tulisan yang menjelaskan biografi orang-orang besar, diberi nama Kutub
ah
al-Tarajim dan biografi masing-masing orang besar itu disebut dengan
i
Sy
dalam terjemahan, disyaratkan beberapa bahasa. Terjemah ialah pengalihbahasaan
dari suatu bahasa ke bahasa lain, seperti dari bahasa Arab ke bahasa Parsi.
perkataan dari satu bahasa ke bahasa lain. Seandainya satu makna disebutkan
k
pertama, maka ini tidak disebut dengan terjemah, namun disebut menjelaskan kalimat.
st
Syarat penerjemahan yang benar ialah mendekati makna asalnya dengan sempurna.
u
Terjemah ialah menjelaskan apa yang diinginkan oleh kalimat dalam bahasa asalnya,
P
sebagainya. Seandainya teks seperti ini diterjemahkan, maka terjemahan itu harus
menunjukkan arti-arti tersebut. Terjemahan itu harus sedemikian akurat hingga bisa
273
mengalihbahasakan makna penyesalan dan kesedihan, tidak hanya memindahkan
Terkadang sebuah kata bisa dimengerti ketika berada dalam susunan kalimat.
Oleh karena itu syarat bagi penerjemah ialah harus mengerti dua bahasa untuk bisa
aslinya dengan sempurna agar tidak terjadi kekurangan sedikitpun. Tentunya setiap
kali teks asli memiliki kriteria-kriteria tertentu, seperti teks-teks yang berkaitan
ah
Dibandingkan dengan menerjemahkan teks-teks lainnya, menerjemahkan teks
al-Quran sangat sulit karena nilai mukjizatnya. Karenanya, banyak sekali terjadi
i
Sy
kesalahan dalam terjemahan-terjemahan al-Quran yang contoh-contohnya akan kita
Metode terjemahan
k
dalam bahasa lain, maka teks yang sudah diterjemahkan itu bersifat penafsiran dan
st
memiilih artikulasi yang akurat untuk memperoleh pemahaman akurat seperti yang
P
diinginkan bahasa aslinya. Hal ini bisa dilakukan dengan tiga cara; 1. Penerjemahan
aslinya ke dalam kata dari bahasa penerjemah. Susunan-susunan kalimat, satu demi
274
Contoh, kalimat; ﺍﻋﻮﺫ ﺑﺎﷲ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢditerjemahkan; aku berlindung
kepada Allah dari setan yang terkutuk, �� ��﷽ , diartikan; Dengan nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Terjemahan seperti ini sangat sulit
sekali, karena menemukan kata-kata yang sama, dengan kriteria-kriteria yang sama
dalam dua bahasa asli adalah pekerjaan yang tidak mudah. Kebanyakan penerjemah,
karena alasan ini, mengalami banyak kesulitan. Selain itu, dalam banyak kasus,
Hal ini disebabkan oleh ketidaksepadanan makna kata dalam bahasa asli dengan
ah
Kami tidak perlu membahas penerjemahan teksual ini tidak mampu
i
Sy
dianggap sebagai metode penerjemahan yang paling tidak layak dan tidak mendapat
tempat di hati para ilmuwan dan peneliti, khususnya yang berkaitan dengan buku-
pembahasan ilmiah dan panjang, maka metode ini tidak akan pernah bisa
a
Penerjemahan al-Quran secara tekstual akan menuai hasil yang buruk. Karena,
u
analogi dan ekstensi. Kiasan dan analogi setiap bahasa hanya khusus untuk bahasa itu
sendiri dan hal itu tidak bisa digunakan ke dalam bahasa lain.
Kalau kita ingin menerjemahkan ayat 29, surah al-Isra’ dengan metode
tekstual:
ﻭﻻ ﺗﺠﻌﻞ ﻳﺪﻙ ﻣﻐﻠﻮﻟﺔ ﺍﻟﻰ ﻋﻨﻘﻚ ﻭﻻ ﺗﺒﺴﻄﻬﺎ ﻛ ّﻞ ﺍﻟﺒﺴﻂ ﻓﺘﻘﻌﺪ ﻣﻠﻮﻣﺎ ﻣﺤﺴﻮﺭﺍ
275
Artinya adalah sebagai berikut, “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu
pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi
tercela dan menyesal.” Pembaca terjemahan ini akan kebingungan, mengapa Allah
memindahkan suatu makna dari suatu wadah ke wadah yang lain. Tujuannya adalah
mencerminkan makna awal dengan sempurna. Maksud dari kalimat awal bisa
ah
diartikan tanpa harus mengurangi makna dengan sedapat mungkin menyesuaikan
dengan makna dalam bahasa terjemahan. Terjemahan seperti ini disebut dengan
i
Sy
terjemahan maknawi, karena usahanya tercurah untuk mengalihbahasakan pengertian-
seperti ini, selama tidak merusak makna, penerjemah tidak harus mengikuti susunan
a
kata dalam teks aslinya. Metode ini seringkali digunakan dalam buku-buku ilmiah,
k
metode ini adalah metode penerjemahan terbaik dan bisa menjaga amanah dengan
a
baik. Bukankah maksud penulis buku adalah menjelaskan makna serta masalah-
st
mengurai masalah yang tercantum dalam bahasa asli dengan menggunakan bahasa
lainnya.
Penerjemahan dengan metode tekstual sama sekali tidak bagus, karena tidak
276
juga dengan penerjemahan metode penafsiran yang keluar dari batas, juga tidak
sekali sejak dahulu hingga saat ini terjemahan-terjemahan al-Quran, jika tidak
menerjemahkan al-Quran.
ah
Tiga kriteria dasar al-Quran
Al-Quran memiliki tiga kriteria yang tak boleh dilupakan. Tiga kriteria inilah
i
Sy
yang memberi kesakralan kepada kitab samawi ini dan membuatnya berbeda dari
Allah dan hasil karya-Nya. Oleh karena itu membacanya adalah satu bentuk
k
Kriteria kedua. Al-Quran adalah kitab petunjuk bagi semua manusia yang
st
Kriteria ketiga. Al-Quran adalah mukjizat kekal Islam yang selalu menjadi
P
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa al-Quran ditopang dengan tiga kriteria
ungkapan al-Quran kedalam bahasa lain juga dapat memindahkan semua kriteria
tetap terjaga dengan pengertian yang sempurna, apakah mungkin sisi mukjizat,
277
khususnya i’jaz bayani (penjelasan), juga bisa tercerminkan dalam teks yang sudah
dimilikinya yang telah dijelaskan oleh Allah Swt, bisa bermakna sama secara
sempurna ketika dituangkan ke dalam bentuk terjemahan. Oleh karena itu sejeli dan
sepandai apapun, terjemahan al-Quran itu hanya bisa menampakkan sisi al-Quran
yang sangat kecil dan tidak akan bisa memiliki sisi kesakralan al-Quran. Karena
ah
terjemahan adalah perkataan makhluk sedangkan al-Quran adalah perkataan al-Haq.
i
Sy
fuqaha, khususnya fuqaha Imamiah, tak ada satupun dari hukum-hukum syar‘i al-
Quran yang berlaku pada terjemahannya. Tentu, terjemahan al-Quran yang dianggap
sebagai al-Quran memiliki nilai terhormat, sama seperti seluruh tafsir. Namun,
a
mambaca surah al-Hamdu dengan bahasa Arab. Syarat ini juga berlaku bagi mereka
st
yang tak mampu mengucapkannya dengan bahasa Arab. Alasan beliau adalah karena
u
Ada banyak riwayat Nabi Muhammad saw dan para Imam suci as yang
412
Mishbahul Faqih; kitab al-Shalat; bab Qira’at, hal. 273-277.
278
Imam Ja’far Shadiq as bersabda, “Belajarlah bahasa Arab, karena ia adalah
kalamullah yang dengannya Dia berbicara kepada makhluk-Nya dan berbicara kepada
1. Sesiapa yang tidak bisa membaca surah al-Hamdu, wajib baginya untuk
2. Sesiapa yang tidak bisa belajar surah al-Hamdu, maka dia harus membaca
3. Sesiapa yang sama sekali tidak bisa membaca al-Quran hendaknya dia
ah
membaca zikir-zikir dan doa-doa berbahasa Arab, tentunya (bacaan zikir dn doa itu)
i
Sy
4. Seandainya terjemahan itu memiliki sisi zikir dan doa, menurut pendapat
yang membolehkan membaca doa dengan selain bahasa Arab, maka diperbolehkan
membaca terjemahan doa dan untuk berhati-hati adalah tidak meninggalkannya (tidak
a
kecuali Abu Hanifah dan para pengikutnya yang membolehkan bacaan terjemahan
surah al-Hamdu. Dalam hal ini mereka berpedoman kepada sebuah riwayat yang
413
Wasailus Syiah; jilid 4, bab Qira’atil Quran, pembahasan 30, hadis 1 dan 2.
279
Yaman agar mereka membaca (terjemahan)nya dalam shalat dan perlahan-lahan
terbiasa.414
membaca al-Quran dalam shalat dengan bahasa Persi, karena lisannya tidak bisa
penduduk Transfal, yaitu ketika mereka tak mampu menggunakan terjemahan di Comment [aa6]: Benarkah?
ah
Pentingnya terjemahan al-Quran
i
Sy
mengenalkan bahasa Arab dan hakikat pengetahuan Qurani kepada bangsa-bangsa
asing, harus menjadi salah satu alasan keharusan berdakwah. Para mubalig Islam
selalu membimbing manusia ke jalan yang lurus dengan terjemahan dan tafisran ayat-
a
ayat dan surah-surah al-Quran. Hingga saat ini tak ada satupun ulama dan faqih yang
k
berdakwah tentang agama Islam dan memperkenalkan syariat dan hakikat al-Quran
st
Penerjemahan al-Quran sudah terjadi sejak dahulu hingga sekarang dan sudah
P
menjadi bagian dari sejarah yang digeluti para ilmuan muslim, bahkan non muslim.
berbicara tentang al-Quran yang merupakan kitab samawi dan petunjuk agama yang
mengajak seluruh bangsa kepada Islam. Meskipun al-Quran bukan hanya untuk
414
Syamsudin Sarkhasi; Al-Mabsuth; jilid 1, hal. 37.
415
Maraghi; Syarh Musallam al-Tsubut; hal. 17.
416
Muhammad farid al-Wujdi; Al-Adillah al-Ilmiah; hal. 58.
280
bangsa Arab saja, tidak ada paksaan bagi bangsa-bangsa selain Arab untuk belajar
bahasa Arab, meskipun jika mereka mau belajar hal itu adalah suatu keutamaan.
Sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya, saat ini salah satu sarana tablig
dan ilmu-ilmu al-Quran berikut syarah dan tafsirnya kepada penduduk dunia.
membuat bangsa-bangsa dengan budaya beraneka ragam menjadi satu bangsa dan
ah
dunia untuk bisa mereka miliki agar mengambil manfaat dari al-Quran secara
langsung. Tentunya pekerjaan ini harus mendapat bimbingan orang-orang ahli dan
i
Sy
shalih.
berikut ini:
a
keaslian Taurat dan Injil yang hilang karena banyaknya naskah terjemahan dan saat
u
ini tidak ada bekas keaslian dua kitab ini yang tersisa.
P
yang menyebabkan orang-orang yang ingin merujuknya tersesat, karena mereka tidak
3. Dalam banyak ayat, khususnya ayat-ayat yang berkenaan dengan alam dan
mencapainya. Oleh karena itu, setiap orang akan menerjemahkan ayat-ayat seperti ini
281
menurut pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian orang-orang yang merujuk
Seperti dalam ilmu moderen, ayat-ayat seperti ini akan diterjemahkan dan ditafsirkan
terjemahan itu harus diubah. Hal ini akan menyebabkan tidak adanya konsistensi
dua kitab perjanjian (Taurat dan Injil). Terjemahan dua kitab perjanjian itu berindikasi
ah
adanya usaha untuk menyembunyikan keaslian dua kitab, tujuannya adalah hanya
i
Sy
serampangan.
(perjanjian lama dan perjanjian baru), Katakanlah, “Siapakah yang menurunkan kitab
k
(Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu
a
jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan
st
417
Muhammad Mushthafa Syathir al-Mishri; Al-Qaul al-Sadid fi Hukmi Tarjumati al-Quran al-Majid;
hal. 17-18.
282
al-Quran. Pekerjaan penting ini harus dilakukan dibawah bimbingan para ahli
dibidangnya.
berpegang teguh kepada hadis-hadis yang menegaskan bahwa al-Quran harus dibaca
dengan bahasa Arab. Hadis-hadis ini mengharuskan setiap muslimin untuk membaca
al-Quran dengan bahasa Arab. Sebenarnya mereka tidak memahami hadis. Hadis itu
muslimin bisa langsung memahami al-Quran dengan cara belajar bahasa Arab.
ah
Fatwa-fatwa Ulama
i
Sy
kecuali hanya dalam kasus-kasus parsial. Cara mereka menerjemahkan, menafsirkan
ayat-ayat dan surah-surah al-Quran adalah dengan menjelaskan pada saat ceramah.
Saat ini masalah propaganda sudah semakin meluas. Al-Quran dan Islam
a
Sebagian besar memperbolehkan dan menganggap penting pekerjaan ini dan sebagian
P
lain menentangnya.
Qurandi terima di Mesir, karena hal ini difatwakan oleh ulama terhebat al-Azhar.
283
Fatwa Kasyiful Ghitha’
dalam bahasa-bahasa lain, tidak akan mampu mewakili al-Quran itu sendiri. Karena
penerjemahan itu dilakukan dengan sempurna dan tidak memiliki kekurangan, maka
ah
hukumnya boleh, bahkan untuk mereka yang mampu melakukannya, baik indifidual
maupun kelompok. Bahkan hukumnya adalah wajib dan harus. Karena tablig dan
i
Sy
berdakwah itu bergantung kepada hal terseut dan tercakup dalam ayat ini, Dan
hendaknya di antara kalian ada umat yang mengajak kepada kebaikan (Ali Imran :
104). Kebaikan manakah yang lebih tinggi dan lebih penting daripada mengajak
a
kepada Islam? Sejak dahulu hingga sekarang, penerjemahan al-Quran dengan bahasa
k
Persi adalah hal biasa dan tak satupun ulama yang melarangnya. Seandainya
a
terjemahan al-Quran ke dalam bahasa Persi ini, menurut ajaran yang berlaku,
st
diperbolehkan. Oleh karena itu tidak perlu lagi berpegangan kepada Ashlul Bara’ah
P
atau Ashlul Ibahah. Masalahnya lebih jelas dari keharusan istidlal atau al-Ashlul
418
Ashlul Bara’ah ialah mukallaf tidak bertanggung jawab dalam hal taklif-taklif yang masih
diragukan. Ashlul Ibahah ialah bahwa hukum asalnya mubah). Al-Ashlul Amali adalah ilmu yang
mempelajari unsur-unsur yang sama ketika seorang faqih mendapati dalil yang menunjukkan suatu
hukum dan hukum itu tetap majhul.
419
Abdul Rahim Muhammad Ali al-Najafi; Al-Quran wa al-Tarjumah; hal. 3-4.
284
Pendapat Ayatullah Khu’i
berikut:
Allah membekali Nabi Muhammad saw dengan al-Quran yang mengandung sumber
ah
kesempurnaan. Hal ini adalah lutf dari Allah yang melingkupi semua orang, tidak ada
kaitannya dengan kelompok atau bangsa tertentu. Allah menghendaki bahwa al-Quran
i
Sy
diturunkan sesuai dengan bahasa kaum Nabi Muhammad saw, meskipun ajaran-
ajarannya bersifat universal dan mencakup seluruh lini kehidupan. Karenanya, semua
mendapat petunjuk. Tidak diragukan lagi bahwa penerjemahan al-Quran adalah salah
k
harus menguasai bahasa asli dan bahasa tujuan secara sempurna. Seakurat apapun
u
sebuah terjemahan, masalah balaghah berlaku. Harus diperhatikan dengan jeli agar
P
dasar mereka.
285
2. Menjunjung tinggi rasionalitas untuk memahami ilmu-ilmu menjulang al-
Quran, karena ilmu-ilmu al-Quran selamanya tidak pernah jauh dari akal.
menguasai ilmu-ilmu al-Quran dengan sempurna agar makna-makna al-Quran bisa dia
pindahkan kedalam bahasa lain dengan baik dan teliti. Ketika memahami al-Quran
tangan pendapat pribadi tidak akan sesuai dengan kaidah apapun dan ia termasuk
ah
kategori tafsir birra’yi yang tidak bisa diakui. Seandainya syarat-syarat tersebut
i
Sy
pengetahuan Ilahi yang ada di dalamnya bisa ditransformasikan ke bangsa-bangsa
lain. Karena al-Quran diturunkan untuk semua orang. Tidak layak jika bangsa-bangsa
selain Arab tidak mendapatknnya. Al-Quran untuk semua orang dan semua orang
a
Dalam sebuah surat resmi yang ditulis oleh rektor Universitas al-Azhar yang
u
lama, Syekh Mushthafa al-Maraghi, untuk perdana menteri Mesir pada tahun 1355 H,
P
disebutkan:
dalam bahasa lain. Penrjemah-penerjemah ini mengenal betul bahasa mereka, tetapi
tidak demikian dengan bahasa Arab, mereka tidak mengetahui istilah-istilah dan
kaidah-kaidah bahasa ini, mereka juga tidak banyak menguasai istilah-istilah Islam
420
Al-Bayan; Ta’liqat, nomor 50, hal. 540.
286
untuk bisa mengetahui pengetahuan-pengetahuan al-Quran sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, dalam terjemahan-terjemahan yang ada sekarang ini, terlihat banyak
kekurangan inilah yang dimiliki oleh kebanyakan orang, sementara mereka tidak
ajarannya mulia.
Umat Islam pada umumnya dan penduduk Mesir pada khususnya harus
ah
bergegas mengambil tindakan terhadap perbuatan yang berbahaya ini. Kemudian
i
Sy
bangsa-bangsa yang tidak berbahasa Arab naskah-naskah terjemahan tanpa cela dan
tanpa kekurangan. Hal ini dikarenakan kedudukan tinggi yang dimiliki Islam.
Jika langkah ini dilakukan dengan serius akan berdampak bagus untuk
a
mengajak kepada Islam, bertumpu kepada penyampaian hujjah yang jelas dan
a
argumen yang kuat. Di dalam al-Quran terdapat banyak sekali hujjah-hujjah serta
st
argumen-argumen yang jelas dan puncak yang bagi orang-orang yang jujur memiliki
u
penerjemahan al-Quran agar pekerjaan ini secara resmi dilakukan oleh ulama-ulama
al-Azhar yang ahli dengan bantuan departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta
dukungan dana negara. Saya memohon agar Anda memikirkan masalah ini.
287
Surat resmi dengan nada yang sama ditulis oleh departemen Pendidikan dan
Kebudayaan yang ditujukan kepada perdana menteri. Surat dari ulama al-Azhar
ah
mukadimah yang tercantum di dalamnya, silahkan berikan pendapat Anda berkenaan
i
Sy
1. Tidak diragukanlagi kalau al-Quran al-Karim adalah nama sebuah kitab
yang memiliki susunan dan metode khusus yang diturunkan kepada Rasulullah saw
dengan bahasa Arab. Tidak diragukan pula bahwa seandainya makna-makna al-Quran
a
dipahami dengan benar dan diterjemahkan kedalam bahasa lain, maka terjemahan
k
tersebut bukanlah al-Quran itu sendiri, melainkan hanya terjemahan dan tak ubahnya
a
2. Tidak ada perselisihan bahwa terjemahan tekstual yang sesuai dengan dari
u
kata per kata yang ada dalam al-Quran adalah tidak mungkin.
P
Sementara sebagian kaum muslimin tidak mengetahui bahasa Arab. Banyak orang
yang tidak mengetahui bahasa Arab bersandar kepada naskah-naskah terjemahan ini.
Bahkan para pemuka agama non muslim yang ingin mengetahui ilmu-ilmu
288
4. Untuk memahami makna-makna al-Quran, harus melalui ulama terbaik al-
Azhar. Setelah merujuk pendapat-pendapat salaf dan para mufassir besar, makna-
memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan jujur, sehinga mereka bisa
ah
Tentu, harus ada penjelasan bahwa naskah tersebut adalah terjemahan dan
bukan al-Quran itu sendiri. Naskah tersebut sama sekali tidak memiliki keistimewaan-
i
Sy
keistimewaan al-Quran. Naskah terjemahan tersebut bukanlah apa yang selama ini
dipahami oleh para ulama tentang al-Quran. Naskah terjemahan tersebut akan
diletakkan di samping aslinya atau terjemahan tersebut tidak dicetak terpisah dengan
a
teks aslinya.
k
Jawab: Setelah menghaturkan puji syukur kehadirat Allah dan shalawat dan
a
salam kepada Muhammad dan keluarganya, kami telah memahami semua yang Anda
st
Rektor universitas al-Azhar pada saat itu adalah Muhammad Mushthafa al-
Maraghi. Beliau membenarkan fatwa ini dan menambahkan kalimat berikut dibawah
Setelah diumumkannya fatwa para ulama al-Azhar dan adanya dukungan dari
289
Para penentang penerjemahan al-Quran di Mesir
yang dipimpin oleh Syekh Muhammad Sulaiman yang saat itu menjabat sebagai wakil
Zhawahiri, mantan rektor Universitas al-Azhar dan beberapa anggota majelis para
ulama.
ah
ulma untuk menjalankan proses penerjemahan. Diaz tidak menunjukkan sikap sepakat
atas upaya tersebut. Dia menulis surah yang berisi motifasi pencegahan uapaya
i
Sy
tersebut kepada Ali Mahir Pasya, mantan perdana menteri.
dan menebar angket yang kemudian dikirimkan kepada lembaga yudikatif negara.
k
Mereka meminta agar lembaga yudikatif negara untuk mencegah penerjemahan al-
a
Para ulama penentang itu di antaranya terdiri dari mantan ketua mahkamah
P
agung, beberapa hakim dan beberapa jaksa. Di dalam lembaga yudikatif negara juga
Jamal, wakil pembela syariat dan beberpa anggota lainnya bekerja sama sebagai
oposan. Mereka berupaya agar anggaran yang sudah ditetapkan untuk menerjemahkan
al-Quran itu dihapus. Selain itu kelompok oposisi ini juga mengkoordinasi beberapa
ulama besar Syam, Palestina dan Irak agar mereka menulis surat kepada perdana
290
menteri Nahhas Pasya yang berikan peringatan atas upaya yang sedang dilakukan itu.
Mereka bersumpah atas nama iman dan keyakinan dalam dada, atas nama al-Quran
jalan lebar penyebarluasan ajaran-ajaran Islam harus terhenti hanya karena pandangan
ah
sempit suatu kelompok.421
i
Sy
Terjemahan al-Quran adalah sebuah risalah
berbagai bahasa dunia adalah satu hal yang penting. Alasannya adalah sebagai
a
berikut:
k
kepada semua manusia dan harus bisa di mengerti oleh mereka, Bulan Ramadhan
st
yang didalamnya telah diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
u
kebatilan)… Ini adalah sebuah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan nasihat bagi
menganutnya. Tidak ada suatu bangsa yang lebih mulia dari bangsa yang lain
sehingga mereka harus diutamakan. Al-Quran adalah kitab petunjuk dan penjelasan
421
Silahkan merujuk ke Majalah Al-Rawabith al-Arabiyah al-Mishriyyah; Shafar dan Rabi’ul Awwal,
tahun 1355 H.
291
tentang Islam. Semua manusia dan bangsa-bangsa dunia adalah sama, Kami tidak
mengutusmu kecuali untuk semua manusia sebagai pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan… (Saba’ : 28). Maha Suci Allah yang telah menurunkan al-
telinga orang-orang sedunia dan menjalankan sebuah risalah yang dibebankan al-
Quran ke atas pundaknya, Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang tengah-tengah agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
ah
dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu (Al-Baqarah :
143). …dan Kami telah menurunkan al-Dzikr (al-Quran) kepadamu supaya kamu
i
Sy
menjelaskan kepada mereka apa yang telah diturunkan kepada mereka dan siapa
semua orang. Bukan hanya untuk dibaca. Al-Quran bukan hanya diperuntukkan bagi
k
bangsa tertentu. Al-Quran untuk semua orang. Semua orang harus mengetahui dan
a
supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang
u
manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh semua
292
Penerjemahan pada masa lalu
untuk menerjemahkan surah al-Hamdu ke dalam bahasa Parsi agar orang-orang yang
berbahasa Persi dapat membacanya dalam shalat dan perlahan-lahan mereka bisa
terbiasa membacanya. Tindakan terpuji ini terus berlangsung pada zaman Nabi
Muhammad saw. Sekelompok sahabat menerjemahkan sebagian ayat atau bagian dari
al-Quran untuk mereka yang baru memeluk Islam agar mereka bisa mengetahui
Pada masa Hijrah pertama, kaum muslimin pergi ke Habasyah. Ja’far bin Abi
ah
Thalib menerjemahkan penggalan surah Maryam untuk Najjasyi, para menteri dan
para pembesar yang hadir di dalam majlis. Tauldan ini menyebabkan mereka tertarik
i
Sy
kepada Islam dan kebenarannya. Ustad Muhaqqiq Shadr al-Afadhil berkeyakinan
bahwa Ja’far mengetahui bahasa Amhari yaitu bahasa orang-orang Habasyah (baca: Comment [aa7]: Benarkah?
pasti bahwa membaca al-Quran dengan bahasa Arab yang tidak mereka ketahui, tidak
k
akan bisa mempengaruhi mereka. Oleh karena itu, ketika al-Quran dibacakan di
a
menjadikan jiwa orang-orang yang hadir dimajlis terpesona, khususnya Najjasyi yang
u
saat itu berkata, “Demi Allah, perkataan Muhammad tidak ada bedanya dengan
P
Raja Raik Mahruq, kepala daerah Rur di India, pada tahun 230 H, meminta Comment [aa8]: Benarkah?
Comment [aa9]: Benarkah?
Abdullah bin Umar bin Abdul Aziz utusan khalifah di daerah itu, untuk
Pekerjaan ini dilakukan oleh seorang penulis yang hebat. Si penerjemah berkata,
“Ketika aku sedang menafsirkan dan menerjemahkan surah Yasin sampai pada ayat,
293
Katakanalah; ‘Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali.
Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk (Yasin; 79), yang aku terjemahkan ke
dalam bahasa Sansekerta, tiba-tibaRaja jatuh dari singgasananya sambil berlinang air
mata, sampai-sampai lantai dan wajahnya basah oleh air matanya. Dalam keadaan
menangis ia berkata, ‘Ini adalah Tuhan Yang layak disembah. Tidak ada tuhan yang
menyamai-Nya.’ Sebelum kejadian itu dia sudah memeluk Islam secara sembunyi-
sembunyi. Setelah peristiwa ini, dia selalu bermunajat kepada Allah dan menyembah-
Pada masa Sultan Manshur bin Nuh Samani (350-365 H.), atas perintah
ah
ulama-ulama Mawara’an Nahr, menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Persi.
Penerjemahan ini dilakukan di terjemahan tafsir Muhammad bin Jarir al-Thabari (w.
i
Sy
310 H.) yang dikirim dari Baghdad untuk sang Sultan. Dalam mukadimah terjemahan
ini disebutkan, “Ini adalah kitab tafsir besar yang kabarnya telah diterjemahkan oleh
Muhammad bin Jarir al-Thabari ke dalam bahasa Persi dan bahasa Dari yang benar.
a
Ketika kitab ini dibawa dari Baghdad berjumlah empat puluh mushhaf. Kitab ini
k
ditulis dengan bahasa Tazi (Arab) dengan sanad-sanad yang panjang dan diberikan
a
kepada Sultan Said Muzhaffar Abu Shalih Manshur bin Nuh bin Nashr bin Ahmad bin
st
menggunakan bahasa Tazi dan sangat ingin agar aku menerjemahkannya ke dalam
P
meminta fatwa mereka apakah diperbolehkah membaca dan menulis tafsir al-Quran
dengan bahasa Persi, karena beliau adalah orang yang tidak memahami bahasa Tazi
(Arab)? Allah berfirman, Dan Kami tidak mengutus seorang rasul kecuali dengan
422
Silahkan merujuk ke Majalah Tauhid; Makalah Shadrul Afadhil, tahun kedua, nomor 9, hal. 216.
Ramharmazi-e Buzurg bin Syahriyar; Ajaib al-Hindi; cetakan Lidan, 1883 M.
294
lisan kaumnya. Bahasa yang digunakan di sini adalah bahasa Persi dan semua raja-
Nahr berdiskusi untuk menerjemahkan kitab ini. Dari kota Bukhara, hadir al-Faqih
Abu Bakar bin Ahmad bin Hamid dan Khalil bin Ahmad Sajistani. Dari kota Balkh,
hadir Abu Ja’far bin Muhammad bin Ali. Dari India, hadir al-Faqih Hasan bin Ali
Mandus dan Abul Jahm Khalid bin bin Hani’ al-Muttafaqah. Demikian juga ulama-
ulama dari kota Samakand, kota Sapijab, kota Farghanah dan setiap kota berkumpul
di Mawara’an Nahr.
ah
Kemudian Sultan Said Malik Muzhaffar Abu Shalih memerintahkan kepada
jamaah tersebut agar memilih siapa di antara mereka yang lebih alim untuk
i
Sy
menerjemahkan kitab ini. Akhirnya penerjemahanpun berlangsung.
Penerjemahan al-Quran yang ditulis dalam bahasa Persi, Dari, adalah naskah
st
terjemahan al-Quran berbahasa Persi pertama yang kami miliki. Boleh jadi ia adalah
u
naskah terjemahan al-Quran berbahasa Persi paling sempurna dan terbaik, meskipun
P
Ada juga naskah terjemahan lain yang menggunakan bahasa Persi kuno yang
dikerjakan oleh seorang alim faqih bermazhab Hanafi, Abu Hafsh Najmudin Umar
bin Muhammad Nasafi (462-538 H.). Dia salah seorang ulama Mawara’an Nahr. Dia
memiliki tafsir berbahasa Persi yang sangat bagus. Pertama-tama dia menerjemahkan
295
ayat-ayat al-Quran, kemudian tafsirnya. Tafsir ini berbeda dengan tafsir nasafi yang
terkenal yang ditulis oleh Abul Barakat Abdullah bin Ahmad bin Mahmud al-Nasafi.
Syarah dan tafsir berbahasa Persi yang paling sempurna ialah yang ditulis oleh
Syekh Jamaludin Abul Futuh Husain bin Ali bin Muhammad al-Razi. Dia salah
seorang ulama abad keenam. Keluarganya berdomisili di Neisyapor. Dalam tafsir ini,
ayat-ayatnya. Sejak pertama ditulis hingga sekarang, tafsir ini mendapat perhatian
ah
menulis sebuah tafsir Gharaib al-Quran wa Raghaib al-Furqan dengan bahasa Arab.
i
Sy
menafsirkan sisi lahiriahnya, setelah itu sisi batinnya. Metode ini telah memberikan
keindahan tersendiri kepada tafsir ini. Tafsir ini dicetak di Mesir dan sangat di
sayangkan bahwa mereka menghapus bahasa Persi yangh ada di dalamnya. Namun
a
ada, kita perlu melihat kembali syarat-syarat penerjemahan yang bagus agar kita bisa
P
menampakkan tolok ukur untuk menjustifikasi. Di bawah ini kami sampaikan syarat-
Syarat-syarat terjemah
dari satu bahasa ke bahasa yang lain dengan tetap menjaga akurasi kedua bahasa itu
296
secara mendetail. Setiap kali teks asli dalam naskah yang hendak diterjemahkan
memiliki kedalaman makna, maka naskah terjemahannya juga harus memiliki kadar
yang sama dengan teks aslinya. Misalakan, teks aslinya berkaitan dengan Pencipta
alam yang hendak memberi petunjuk kepada manusia, maka naskah terjemahannya
harus selengkap naskah aslinya dan pemahaman menjulang dalam teks asli harus
terbebas dari pendapat pribadi serta istimbat tanpa dalil sahih. Tujuannya adalah
menghindari kesalahan.
ah
1. Setiap kandungan ayat secara lahiriah, baik naskah asli atau naskah
terjemahan, harus diperhatikan dengan jeli. Tentang makna ayat yang menyertakan
i
Sy
rasionalitas dan membutuhkan istidlal, maka hal ini harus dimasukkan dalam kategori
penafsiran.
2. Memilih padanan makna seakurat mungkin dan idiom yang tepat untuk
a
penguasaan cukup terhadap ilmu-ilmu agama agar teks terjemahan itu terjaga dari
P
28 surah Yusuf, Dâbbah dalam ayat 82 surah al-Naml dan A’raf dalam ayat 46 surah
297
5. Tidak menggunakan istilah-istilah ilmiah dan sulit dalam naskah
terjemahan. Karena, naskah terjemahan itu untuk konsumsi umum. Tidak boleh
6. Penerjemahan al-Quran layak dilakukan oleh tim. Setiap anggota tim harus
pekerjaannnya masing-masing.
7. Naskah terjemahan al-Quran harus berada di sebelah teks bahasa Arab agar
orang yang merujuk al-Quran, ketika mendapati kesulitan bisa langsung menilik
ah
terjemahan itu, agar tidak muncul anggapan bahwa naskah terjemahan bisa
i
Sy
Syarat-syarat seorang penerjemah
1. Penerjemah al-Quran harus menguasai dua bahasa (bahasa asli dan bahasa
a
harus bisa merujuk tafsir-tafsir yang diakui dengan tidak merasa puas terhadap hasil
u
awal terjemahannya.
P
penting ini hendaknya tidak melakukannya. Tentu, mereka yang berhak melakukan
298
pekerjaan tersebut harus merasa bertanggungjawab mengawasi naskah penerjemahan
sebutkan, dapat dipahami mengapa sejak dahulu hingga kini kebanyakan naskah
terjemahan pribadi tidak terhindar dari kesalahan. Karena, semua syarat tersebut
mustahil dimiliki oleh satu orang saja. Oleh karena itu, setiap naskah terjemahan al-
dan kelemahan.
ah
ada, dengan tetap memperhatikan dan memeberi penghargaan tinggi terhadap
i
Sy
pengetahuan Ilahi.
dikerjakan oleh tim ahli yang diawasi secermat mungkin oleh pakar yang
k
berkelayakan.
a
Jalaludin Suyuthi, seorang alim ternama dibidang sastra Arab, mebahas kalimat:
u
ﻫﺪ ﻧﺎ, yang tercantum dalam ayat ... ( ﻭﺍﻛﺘﺐ ﻟﻨﺎ ﻓﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺣﺴﻨﺔ ﻭﻓﻰ ﺍﻻﺧﺮﺓ ﺍ ﻧّﺎ ﻫﺪ ﻧﺎ ﺍﻟﻴﻚAl-
P
A’raf : 156). Mereka menganggap kalimat tersebut berasal dari kata dasar “Hada
Yahdi.” 423 Namun sesuai dengan mutakallim ma’al ghair (yang menunjukan arti
P423F P
423
Zarkasyi menyebutkan ada tujuh belas arti “Hada.” Dia berkata, “Dan salah satu dari makna “Hada”
adalah taubat. Al-Burhan; jilid 1, hal. 103-104.
299
Bahwa “Hudna” satu wazan dengan “Qulna”, berasal dari kata dasar “Hada
Yahudu” yang satu wazan dengan “Qola Yaqulu”, artinya “kembali”. Maka dalam
lembut, berasal dari kata dasar ﺗﻬﻮﻳﺪ yang berarti berjalan dengan tenang dan
perlahan, sebagaimana jalannya seekor semut. Kata ini oleh masyarakat umum
ah
Allah berfirman, ﺇﻧّﺎ ﻫﺪﻧﺎ ﺍﻟﻴﻚartinya, kami bertaubat kepada-Mu.425 P425F P
Raghib, dengan keilmuannya yang tinggi di bidang sastra dan bahasa Arab,
Padahal kata itu berasal dari kata dasar ‘( ﻋﻨﻰAnia) yang berarti merendahkan
a
diri dan pasrah. Karena itulah seorang tawanan disebut dengan ‘ani yang artinya
k
Sangat mengherankan bahwa Raghib juga menyebut ayat ini berasal dari kata
424
Al-Kasysyaf; jilid 2, hal. 165.
425
Al-Mufradat; hal. 546.
426
Tafsir Thabarsi; jilid 7, hal. 31.
5- al-Mufradat; hal 349 dan 350.
300
( ﻓﺄﺗﺖ ﺑﻪ ﻗﻮﻣﻬﺎ ﺗﺤﻤﻠﻪ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻳﺎ ﻣﺮﻳﻢ ﻟﻘﺪ ﺟﺌﺖ ﺷﻴﺌﺎ ﻓﺮﻳّﺎMaryam : 27). Dia mengira bahwa
kaumnya Sayidati Maryamlah yang datang untuk membawa serta Maryam bersama
untuk membawanya pergi bersama mereka, mereka berkata, ….” Padahal makna
ayatnya adalah seperti ini, Maka maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan
Demikian juga ketika menerjemahkan ayat, ...( ﻭﻛﻨﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺷﻬﻴﺪﺍ ﻣﺎ ﺩﻣﺎ ﻓﻴﻬﻢAl-
ah
diterjemahkan seperti ini, “Dan Kamu menjadi saksi atas (perbuatan) mereka selama
i
Sy
mutakallim, seharusnya diterjemahkan, “Dan selama aku berada ditengah-tengah
mereka, aku memantau dan menjadi saksi mereka…” Apalagi “memantu” di sini
bukan pantauan Tuhan, khususnya pada masa kehidupan Nabi Isa. Dalam
a
menerjemahkan ayat, (Al-Fajr : 25-26). Dia mengira bahwa dua fi’il ( ﻻﻳﻌﺬﺏtidak ada Comment [aa10]: Mana teks Arabnya?
k
yang menyiksa) dan ( ﻭﻻﻳﻮﺛﻖdan tiada yang mengikat) ialah mabni majhul, maka
a
dibaca dengan fathah “dzal” dan “tsa’”. Karenanya, dia menerjemahkannya seperti
st
ini, “Maka pada hari itu tidak ada seorangpun yang disiksa seperti siksaan orang kafir
u
dan tiada seorangpun yang diikat (dengan ikatan kehancuran) selain orang kafir.”
P
Padahal dua fi’il tersebut adalah fi’il ma’lum. Kasus seperi ini adalah salah satu dari
dan tafsir al-Quran juga tidak terhindar dari banyak kesalahan. Di antaranya ketika
menerjemahkan ayat, ... ( ﺣﺘﻰ ﻳﺘﺒﻴّﻦ ﻟﻜﻢ ﺍﻟﺨﻴﻂ ﺍﻻﺑﻴﺾ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻴﻂ ﺍﻻﺳﻮﺩ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺠﺮAl-Baqarah :
187). Beliau mengartikan seperti ini, “Sampai ketika benang putih dapat dibedakan
301
dari benang hitam dikarenakan terangnya cahaya fajar.” Dia menyangka makna ﺍﻟﺨﻴﻂ
adalah makna harfiahnya, yaitu “benang”. Padahal yang dimaksud dalam ayat itu
tidak demikian, melainkan tampak benang putih yang berada di atas ufuk, dari benang
Kesalahan ini pernah dilakukan oleh salah seorang sahabat Nabi Muhammad
saw yang meletakkan dua potong benang hitam dan putih di bawah bantalnya dan
selalu memandanginya untuk bisa melihat waktu ketika bisa dibedakannya benang
putih dengan benang hitam. Pada hari itu juga dia pergi menemui Rasulullah saw dan
berkata, “Aku tak mampu membedakannya.” Rasulullah saw tersenyum dan berkata,
ah
“Kamu salah, maksudnya adalah putihnya fajar yang terpisah dari kegelapan
i
Demikian juga dengan ayat ( ﺫﻟﻚ ﻧﺘﻠﻮﻩ ﻋﻠﻴﻚ ﻣﻦ ﺍﻵﻳﺎﺕ ﻭﺍﻟﺬﻛﺮ ﺍﻟﺤﻜﻴﻢAli Imran : 58).
Sy
Beliau mengartikan seperti ini, “… dan suatu peringatan dari al-Quran yang ahli.”
“Al-Hakim” yang posisinya sebagai sifat al-Quran, dalam ayat ini, tidak benar
a
terjemahan itu dapat dibenarkan. Al-Hakim dalam ayat ini berarti tegak atau yang
a
ini, Semua yang Kami bacakan kepadamu itu adalah sebagian dari bukti-bukti
u
(kebenaranmu sebagai Rasul) dan sebuah peringatan yang penuh dengan hikmah.”
P
Beliau juga menerjemahkan ayat ( ﻓﻤﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﻣﺜﻘﺎﻝ ﺫ ّﺭﺓ ﺧﻴﺮﺍ ﻳﺮﻩAl-Zilzal : 7).
yang dimaksud ialah atom-atom yang bertebaran yang dapat dilihat dari cahaya
427
Tafsir Thabarsi; jilid 1, hal. 281.
302
Ayat ( ﺳﺄﻝ ﺳﺎﺋﻞ ﺑﻌﺬﺍﺏ ﻭﺍﻗﻊAl-Ma’arij : 1) beliau artikan seperti ini, “Benda cair
telah mengalir bersama dengan azab yang turun.” Diaz mengira bahwa bacaan ayat itu
... ﺳﺎﻝ ﺳﺎﺋﻞyang berarti “benda cair yang mengalir”. Padahal bacaan ayat itu hanya
dasarnya. 428
P429F P
kesalahan. Sebagian dari kesalahan-kesalahan itu bisa dilihat dalam terjemahan ayat,
ّ ﻲ
... ﺇﻥ ﷲ ﺍﺻﻄﻔﻰ ﻟﻜﻢ ﺍﻟﺪﻳﻦ ّ ﺻﻰ ﺑﻬﺎ ﺍﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻨﻴﻪ ﻭﻳﻌﻘﻮﺏ ﻳﺎ ﺑﻨ
ّ ( ﻭﻭAl-Baqarah; 132). Disebutkan
seperti ini, “Dan Ibrahim berpesan kepada putra-putra dan Ya’qub tentang agama,
ah
‘Wahai putra-puterku, Allah telah memilih agama untuk kalian…” Si penerjemah
i
Sy
Ya’qub itu di-athaf-kan ke “Ibrahim” dan dibaca rafa’. Terjemahan ayat itu dengan
menjaga urutannya ialah seperti ini, “Dan (dalam masa-masa terakhir umur) Ibrahim
Dia telah menerjemahkan ayat ... ( ﻭﺍﺧﺘﻼﻑ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﺍﻟﻨﻬﺎﺭAl-Baqarah : 164) sebagai
st
perbedaan malam dan siang. Padahal maksudnya ialah datangnya siang berlalunya
u
malam yang berarti pergeseran. 429 Ia berasal dari kata dasar ( ﺧﻠﻒbelakang) bukan
P430F P
P
bermacam pernerjemahan yang telah dilakukan pada era kontemporer dalam bagan
428
Husain ustad Wali; Fashl Nameh-e Mutarjim; tahun ke 3, nomor 10, hal. 112-114, musim panas
1372.
429
Ibid; nomor 19, hal. 156-157.
430
Payam-e Quran; hal; 44, 45.
303
Urutan Penerjemah Bentuk terjemahan
1 Syah Waliullah Dehlawi Persi kuno tapi mendetail dan tekstual
2 I’timadul Salthanah Tekstual
3 Bashirul Mulk Muqayyad (tidak bebas), dibawah
pengawasan Mahdi Ilahi Qamsyei
4 Mahdi Ilahi Qamsyei Tafsiri dan termasuk terjemahan
kontemporer terlaris yang sebenarnya itu
adalah terjemahan Bashirul Mulk dengan
menambahkan poin-poin tafsiri.
5 Abul Qasim Payandeh Terjemahan ayat-ayatnya diperhatikan
dengan baik.
6 Muhammad Kazhim Ma’azzi Tekstual
7 Mahmud Yasiri Tafsiri
8 Abbas Mishbah Zadeh Terjemahan yang diambil dari terjemahan-
terjemahan zaman Qajar dan tafsir Abul
Futuh.
9 Ali Naqi Faidhul Islam Tafsiri dan kemungkinan kajian.
ah
10 Ridha Siraj Tafsiri dan kajian
11 Jamaludin Astar Abadi Tekstual dengan tambahan sedikit
penjelasan-penjelasan.
12 Husain Imad Zadeh Tafsiri
13 Hikmat Âli Agha
i
Tidak bebas dan diambil dari terjemahan
Sy
Ilahi Qamsyei dan tafsir Abul Futuh.
14 Zainal Abidin Rahnema Disertai dengan keterangan dan
kemungkinan terjemahan yang detail.
15 Asadullah Mushthafawi Tafsiri.
a
bangsa-bangsa lain. Karena belajar bahasa Arab pada waktu itu tidaklah mudah, maka
304
para penerjemah mulai menerjemahkan kitab samawi ini. Sampai kini, al-Quran telah
diterjemahkan dengan sempurna lebih dari enam puluh lima bahasa dunia.431
Sebagian dari terjemahan ini mengalami puluhan bahkan ratusan kali cetak. Selain
dari naskah-naskah terjemahan berbahasa Jerman, Itali, Perancis, Turki, Urdu, Cina
dan bahasa-bahasa dunia lainya, hanya satu dari tiga ratus terjemahan al-Quran
berbahasa Inggris yang dilakukan oleh George Sail yang telah dicetak sampai lebih Comment [aa11]: Benarkah?
Tentunya tidak bisa diyakini bahwa semua penerjemah ini memiliki niat yang
baik. Niat busuk sebagian dari mereka sangat jelas, karena sebagian dari mereka
ah
pernah bermusuhan dengan agama Islam dan kaum muslimin. Dengan niatan inilah
i
Sy
cukup sebagai penerjemah, maka seringkali hasil terjemahan mereka melenceng dan
salah. Hal ini terjadi karena tidak ada pengawasan. Perbuatan salah seperti ini, tingkat
bahanya tidak lebih sedikit dengan unsur sengaja merubah al-Quran. Bagaimanapun
a
juga dampak-dampak negatif kesalahan ini akan kembali kepada dasar dan akar Islam.
k
Hal seperti ini akan menyimpangkan Islam. Hal ini adalah malapetaka yang
a
Oleh karena itu orang-orang yang berwenang dalam masalah ini tidak boleh
u
persekongkolan.
putera seorang Nasrani”, salah seorang petinggi gereja yang menerjemahkan dengan Comment [aa12]: Benarkah?
431
Ishmet Binaraq; Kitab Syenasi-e Jahani-e Tarjumehha wa Tafsirha-e Capi-e Quran-e Majid;
terjemahan Muhammad Ashif Fikrat, Bunyad-e Pasyuhesyha-e Astan-e Qods; 1373, hal. 58.
305
bahasa Suryani, sudah pasti (al-Quran itu) diterjemahkan dengan niat tidak baik.
Latin pertama (bahasa di Eropa) dilakukan pada tahun 1143 M oleh Kint, dibantu oleh
Petrus Thalithle dan seorang ilmuan Arab. Penerjemahan ini dilakukan untuk
diberikan kepada Dickluni. Tujuannya adalah membantah al-Quran. Pada tahun 1594
M, Henkilman menerbitkan terjemahan al-Quran dan selanjutnya pada tahun 1598 M Comment [aa13]: Benarkah nama2 ini?
ah
Dengan memperhatikan beberapa contoh tentang naskah-naskah terjemahan
al-Quran yang tak layak, maka tugas para ulama dan pakar di bidang ilmu-ilmu
i
Sy
keislaman semakin berat, terutama dalam bidang penerjemahan al-Quran secara
benar.
Untuk menambah pengetahun para pembaca, pada akhir bab ini kami akan
a
1 Âsami Satu
P
terjmah
2 Afrikans 2 1
3 Albania 3
4 Jerman 65 naskah 24 Loudik
Oulman; 16
kali.
Maks
432
Tarikh al-Quran; hal 69.
306
Hening; 12
kali.
Rudy Part;
11 kali.
Shuager; 4
kali.
5 Urdu 300 naskah Rafiudin
Dehlawi; 30
kali.
Abdul kadir
Dehlawi; 22
kali.
ah
6 Armania 3 naskah 1 Abraham
Amir
i
Canjans; 2
Sy
kali.
7 Spanyol 31 naskah 4 Tak dikenal;
7 kali.
a
Khan
k
Warent; 4
kali.
a
Hernandes
st
Kata; 3 kali.
8 Spranto 2 naskah 2 Dengan
u
tulisan Latin .
P
307
Mahmud
Yunus; 9
kali.
Muhammad
Hasbi
Shiddiqi;6
kali.
11 Inggris 295 naskah 131 Georg Sail; Kami
105 kali. memiliki
Radwel; 32 lebih dari 300
kali. macam
terjemahan
ah
dalam bahasa
Inggris tapi
i kami hanya
Sy
akan
menunjukkan
beberapa
a
terjemahan
k
yang terkenal
saja.
a
Piktsal; 24 Seorang
st
kali. muslim
Sunni.
u
Palmar; 15
P
kali.
Arbrai; 40 Seorang
kali. penerjemah
nasrani.
Yusuf Seorang
Abdullah; 50 muslim
kali. Sunni.
Syakir; 30 Seorang
308
kali. penulis Syiah.
12 Italia 20 naskah 4 Luigi
Lounli; 6
kali.
13 Braho 1 naskah 4
14 Birma 1 naskah
15 Bulgaria 1 naskah 1
16 Balujistan 1 naskah Terjemahan
Persi Dehlawi
telah
diterjemahkan
ke dalam
ah
bahasa
Balujistan.
17 Banggali 39 naskah 95
i
Girish
Sy
(Bangladesh) Candrasen; 7
kali.
18 Bugini 1 naskah
a
Dokastro; 6
kali.
a
diterjemahkan
P
ke dalam
bahasa
Pashto.
21 Punjabi 15 naskah 45 Muhammad
Habibullah;
6 kali.
22 Tamil 12 naskah 3 Abdul Tulisan
Hamid berbahasa
309
Naqawi; 5 Arab dan
kali. tulisan
khusus.
23 Thai 2 naskah
24 Turki 107 naskah 197 Muhammad Telah dicetak
Tafsiri dalam bahasa
Dabbagh Turki dengan
Zadeh; 11 berbagai
kali. aksen
Hasan Istanbuli,
Bashri juga dengan
Cantai; 10 berbagai
ah
kali. macam
Fikri tulisan Arab,
i
Yawarz; 7 Kuril dan
Sy
kali. Latin.
25 Talogar 4 naskah 7 Kaocilkuri
Narayana; 2
a
kali.
k
26 Jawa 1 naskah 4
27 Jurjani 4 naskah Alvin Ricard Berasal dari
a
dengan
tulisan Latin.
u
5 kali. kawasan
Afrika
dengan
tulisan Arab
dan Latin.
29 Cina 1 naskah
30 Husah 5 naskah 2 Abdul Salam
Shadiq
310
Madsen; 3
kali.
31 Denmark Dari kawasan
Afrika
dengan khat
Latin.
32 Doyula
33 Rusia 16 naskah 3 Nikolayef; 5
kali.
Simir Nuic
Sablokuf; 4
kali.
ah
34 Romania 1 naskah Yasonara-
Osamuikada;
i
2 kali.
Sy
35 Jepang 9 naskah Tusyihikawa
Yazutsu; 2
kali.
a
Konici
k
Sakamoto; 2
kali.
a
tulisan
khusus.
u
37 Suryani 1
P
311
Zitersten; 2
kali.
41 Sundani 1 naskah 5 Kawasan
pacific dan
ditulis
dengan khat
Arab.
42 Sinegal 2 Kawasan
pacific dan
tulisan khusus
43 Serbia dan 11 naskah 6 Muhammad
Kroasia Panca –
ah
Jamaludin
Caosyuic; 6
i
kali.
Sy
44 ‘Ibri 4 naskah 2 Juzef Juil
Reolin; 3
kali.
a
Waliullah sebutkan di
Dehlawi; 34 depan secara
a
kali. khusus.
st
Mulla
Husain
u
Kasyifi; 19
P
kali.
46 Perancis 116 naskah 21 Kazimirski;
29 kali.
Andareh
Duriah; 22
kali.
saw ari; 21
kali.
312
47 Finlandia 3 naskah Jusi Aro –
Armas
Salonan –
Knot
Talkulist; 2
kali.
48 Kamboja 1 Dengan khat
khusus.
49 Karoul Di kawasan
Afrika
dengan khat
Latin.
ah
50 Kurdi 2 naskah 2 Dengan khat
khusus.
51 Korea 1 naskah
i
Sy
52 Kasymir 2 naskah
53 Kutukuli Dengan khat
Latin di
a
kawasan
k
Afrika.
54 Kanada 1 naskah
a
Baha’i –
Sulaiman
u
Jam’ani; 20
P
kali.
56 Latin 5 naskah 28 Robertus
Kotenslis –
Hermanus
Dalmata; 3
kali.
57 Luganda 1 naskah
58 Lituania 1 naskah 5
313
59 Makasar 2 Di kawasan
Pasific
dengan khat
khusus.
60 Malayalama 1 naskah 3 Di kawasan
Asia dengan
khat Arab dan
Latin.
61 Mali 14 naskah 37 Ahmad
Hasan; 6
kali.
62 Majari 2 naskah 2
ah
63 Marati 2 naskah 1
64 Maranao 1 Di kawasan
i Asia dengan
Sy
khat Arab dan
khat khusus.
65 Meimani Di kawasan
a
Asia dengan
k
khat Arab.
66 Norwegia 1 naskah 1
a
Makr; 8 kali.
68 Hindi 6 naskah 3
u
69 Hanggaduy Di kawasan
P
Eropa dengan
khat Latin.
70 Yuruba 4 naskah M.S. Kul; 2 Di kawasan
kali. Afrika
dengan khat
Latin.
71 Yunani 8 naskah 1 Pentaki
314
Data ini diambil dari buku ilmu bibliografi terjemahan-terjemahan sampai
pada tahun 1980 M yang diambil dari kitab bibliografi dunia dari Yayasan Ihsan
Ughlu.
i ah
Sy
a
a k
st
u
P
315