Anda di halaman 1dari 18

RESUME ULUMUL QUR’AN

Dosen Pengampu:
DR. ALRUDI YANSYAH, M.Pd.I

DI KETIK OLEH

1. JAYA HERYANA

YAYASAN NURUL ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM MUARA BUNGO

FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN

TAHUN AKADEMIK

2022
SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL QUR’AN

A. Pengertian ‘Ulumul Qur’an


1. Arti Kata ‘Ulum
Secara etimologi, kata ‘Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang
terdiri dari dua kata, yaitu “Ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ‘ulum adalah
bentuk jamak dari kata “ilmu” yang berarti ilmu-ilmu.[1] Kata ulum yang
disandarkan pada kata Al-Qur’an telah memberikan pengertian bahwa ilmu
ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-
Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi
pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya.
2. Arti Kata Qur’an
Menurut bahasa, kata “Al-Qur’an” merupakan bentuk mashdar yang
maknanya sama dengan kata “qira’ah” yaitu bacaan. Bentuk mashdar ini
berasal dari fi’il madhi “qoro’a” yang artinya membaca.
Menurut istilah, “Al-Qur’an” adalah firman Allah yang bersifat mu’jizat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril,
yang dimulai surah Al-Fatihah dan diakhiri surah An-Nas, yang dinukil
dengan jalan mutawatir dan yang membacanya merupakan ibadah.
Sedangkan ”al-Qur’an” menurut ulama ushul, fiqih, dan ulama bahasa
adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai
ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf,
mulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nas, dengan demikian, secara
bahasa, ’ulum al-Qur’an adalah ilmu-ilmu (pembahasan-pembahasan) yang
berkaitan dengan al-Qur’an.[2]
3. Arti Kata Ulumul Qur’an
Kata ulum yang disandarkan kepada kata “al-Qur’an” telah memberikan
pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang
berhubungan dengan al-Qur’an, baik dari segi kberadaannya sebagai al-
Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di
dalamnya. Secara istilah, para ulama telah merumuskan berbagai defenisi
Ulumul Qur’an.
B. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an

A. persoalan nuzul. Persoalan ini menyangkut tiga hal, yaitu waktu dan
tempat turunnya Al Qur’an, sebab-sebab turunnya Al Quran, dan
sejarah turunnya Al quran.
B. persoalan sanad. Persoalan ini meliputi hal-hal yang menyangkut
sanad yang mutawatir, yang ahad, yang syaz, bentuk-bentuk qiraat
Nabi, para periwayatnya dan para penghafal Al-Quran, dan cara
tahammul (penerimaan riwayat).
C. persoalan ada’ al qiroah (cara membaca al quran) hal ini menyangkut
waqof (cara berhenti), Ibtida’ (cara memulai) imalah, madd (bacaan
yang dipanjangkan), takhfif hamzah (meringankan bacaan hamzah)
idghom ( memasukkan bunyi huruf yang sakin kepada bunyi huruf
sesudahnya)
D. pembahasan yang menyangkut lafal al quran yaitu tentang yang
ghorib (pelik), mu’rob (menerima perubahan akhir kata), majaz
(metafora), musytarak (lafal yang mengandung lebih dari satu
makna), murodif (sinonim), isti’arah (metaphor), dan tasbih
(penyempurnaan).
E. Persoalan makna al quran yang berhubungan dengan al quran, yaitu
ayat yang bermakna ‘amm (umum) dan tetap dalam keumumannya,
‘amm (umum) yang dimaksud khusus, ‘amm (umum) yang
dikhususkan oleh sunnah, yang nas, yang dzahir, yang
mujmal(bersifat global), yang mufassal (dirinci), yang mantuq
(makna yang berdasarkan pengutaraan) yang mafhum (makna yang
berdasarkan pemahaman), mutlaq (tidak terbatas), yang muqoyyad
(terbatas), yang muhkam (kukuh, jelas) mutashabih (samar), yang
muskhil (maknanya pelik), yang nasikh (menghapus), dan mansukh
(dihapus), muqaddam (didahulukan), muakhor ( dikemudiankan),
ma’mul (diamalkan) pada waktu tertentu, dan yang hanya ma’mul
(diamalkan) oleh seorang saja.
C. persoalan, makna al quran yang berhubungan dengan lafal yaitu fasl
(pisah) wasl (berhubungan) ijaz (singkat) itnab (panjang) musawah
(sama) dan qosr (pendek).
C. Cabang- Cabang Pokok Pembahasan
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, ada tujuh belas ilmu-ilmu Alquran yang
terpokok.
1. Ilmu Mawathin al-Nuzul
2. Ilmu Tawarikh al-Nuzul
3. Ilmu Asbab al-Nuzul
4. Ilmu Qiraat
5. Ilmu Tajwid
6. Ilmu Gharib Alquran
7. Ilmu I’rab Alquran
8. Ilmu Wujuh wa al-Nazair
9. Ilmu Ma’rifah al-Muhkam wa al- Mutasyabih
10. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh
11. Ilmu Badai’ Alquran
12. Ilmu I’jaz Alquran
13. Ilmu Tanasub Ayat Alquran
14. Ilmu Aqsam Alquran
15. Ilmu Amtsal Alquran
16. Ilmu Jidal Alquran
17. Ilmu Adab Tilawah Alquran

D. Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an

1. Perkembangan Ulumul Quran Pada Masa Rasulullah SAW


2. Perkembangan Ulumul Quran Pada Masa Khulafa al Rasyidin
3. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad III H
4. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad IV H
5. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad VII H
6. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad VIII H
7. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad IX H
8. Perkembangan Ulumul Qur’an Pada Abad XIV H
Sejarah turun dan penulisan Al Qur’an

Nama-nama lain Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain
yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur’an itu sendiri. Berikut adalah
nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:

 Al-Kitab: QS. (2:2), QS. (44:2)[2]


 Al-Furqan (pembeda benar salah): QS. (25:1)
 Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS. (15:9)[3]
 Al-Mau’idhah (pelajaran/nasihat): QS. (10:57)
 Al-Hukm (peraturan/hukum): QS. (13:37)
 Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS. (17:39)
 Asy-Syifa’ (obat/penyembuh): QS. (10:57), QS. (17:82)
 Al-Huda (petunjuk): QS. (72:13), QS. (9:33)
 At-Tanzil (yang diturunkan): QS. (26:192)
 Ar-Rahmat (karunia): QS. (27:77)
 Ar-Ruh (ruh): QS. (42:52)
 Al-Bayan (penerang): QS. (3:138)
 Al-Kalam (ucapan/firman): QS. (9:6)
 Al-Busyra (kabar gembira): QS. (16:102)
 An-Nur (cahaya): QS. (4:174)
 Al-Basha’ir (pedoman): QS. (45:20)
 Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS. (14:52)
 Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS. (28:51) (makalah)

Turunnya Al-Qur’an dan Penulisan Al-Qur’an

Permulaan turun al-Qur’anul Karim adalah tanggal 17 Ramadhan tahun ke-40


dari kelahiran Nabi SAW, yaitu pada saat beliau sedang bertahannuts
(beribadah) di Gua Hira. Pada saat itu turun wahyu beberapa ayat al-Qur’anul
Karim yang dibawa oleh Jibril al-Amin. Jibril mendekap nabi lalu
melepaskannya, hal ini dilakukan sebanyak tiga kali, sambil mengatakan “iqra”
pada setiap kalinya, dan Rasul SAW menjawabnya “ma ana bi qaari”. Pada
dekapan yang ketiga kalinya Jibril membacakan Al-Qur’an tidak turun
sekaligus. Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22
hari. Hikmah Al-Qur’an itu turunnya itu berangsur-angsur ialah supaya dapat
dihafal oleh para sahabat pada waktu itu. Maksud pertama ialah menukar akidah
kepada akidah. Keluar dari penyembahan terhadap berhala kepada yang benar,
agama yang turun dari langit. Dari angan-angan dan sangkaan-sangkaan belaka
kepada suatu kepastian. Dan dari tidak beriman kepada beriman.Sedangkan
hikmah lain dibalik turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur

Sejarah danPenulisanAl-Qur’an

Penulisan Al-Qur’an Di Masa Nabi


Pada masa Nabi wahyu yang diturnakan oleh Allah kepadanya tidak hanya
dieksprersikan dalam betuk hafalan tapi juga dalam bentuk tulisan.

Sekretaris Pribadi Nabi yang bertugas mencatat wahyu yaitu Abu Bakar, Umar
bin Kahtab, Khalid Bin Walid dan Mua`wiyah Bin Abi Sofyan. Mereka
menggunakan alat tulis sederhana yaitu lontaran kayu, pelepah kurma, tulang-
belulang, dan batu.

Penulisan Al-Qur’an Di Masa Khulafaur Rasyidin


Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq

Sepeningal Rasulullah SAW, istrinya `Aisyah menyimpan beberapa naskah


catatan (manuskrip) Al-Quran, dan pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a
terjadilah Jam’ul Quran yaitu pengumpulan naskah-naskah atau manuskrip Al-
Quran yang susunan surah-surahnya menurut riwayat masih berdasarkan pada
turunnya wahyu (hasbi tartibin nuzul).

Usaha pengumpulan tulisan Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi setelah
Perang Yamamah pada tahun 12 H. Peperangan yang bertujuan menumpas habis
para pemurtad dan juga para pengikut Musailamah Al-Kadzdzab itu ternyata
telah menjadikan 70 orang sahabat penghafal Al-Qur’an syahid. Khawatir akan
hilangnya Al-Qur’an karena para penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur dalam
medan perang. Lalu Umar bin Khattab menemui Khalifah Abu Bakar Ash-
Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai sumber, baik yang
tersimpan didalam hafalan maupun tulisan.
Penulisan Al-Qur’an pada Masa Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat
keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur’an (qira’at) yang disebabkan oleh
adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-
beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil
kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang
dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar
tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani
yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh
mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk
dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya
laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan
dan pembacaan Al-Qur’an.

Sejarah dan Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Setelah Khalifah

Mushaf yang ditulis pada masa khalifah Usman tidak memiliki harakat dan tanda
titik, sehingga orang non arab yang memeluk islam merasa kesulitan membaca
mushaf tersebut.
Oleh karena itu pada masa khalifah Abd Al-Malik ( 685-705 ) dilakukan
penyempurnaan oleh dua tokoh berikut;

 Ubaidilllah bin Ziyad melebihkan alif sebagai pengganti dari huruf yang
dibuang.
 Al-Hajjad bin yusuf Ats- Tsaqafi penyempurnaan mushaf Usmani pada
sebelas tempat yang memudahkan pembaca mushaf.
Orang yang pertama kali meletakkan tanda titik pada mushaf Usmani ; Abu Al-
Aswad Ad- Du`Ali , Yahya Bin Ya`Mar, Nashr Bin Asyim Al-Laits
Orang yang pertama kali meletakkan hamzah , tasdid, arrum dan Al-Isyamah
adalah: al-Khalid bin Ahmad Al- Farahidi Al-Azdi.
ULUMUL QUR’AN ASBAB AN-NUZUL

A. Pengertian asbab an nuzul


Asbābun Nuzūl (Arab: ‫ النزول اسباب‬,Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah
ilmu Al-Qur’an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu
atau beberapa ayat al-Qur’an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul
memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat
dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami
ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah di balik kisah diturunkannya
suatu ayat.1 Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul
suatu ayat dapat membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan
tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kukuh untuk
menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.
B. Urgensi asbab an nuzul
Dilihat dari judul besar poin kedua ini yaitu urgensi asbab an nuzul, di tinjau
dari makna atau arti urgensi sendiri yaitu Urgensi adalah kata serapan dari
Bahasa Inggris 4 yaitu “urgent” yang berarti kepentingan yang mendesak atau
sesuatu yang bersifat mendesak dan harus segera ditunaikan. Asbab an-nuzul
mempunyai arti penting dalan menafsirkan al-qur’an. Seseorang tidak akan
mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat asbab an-nuzul
suatu ayat. Al-Wahidi (W.468H/1075M.)seorang ulama klasik dalam bidang ini
mengemukakan; “pengetahuan tentang tafsir dan ayatayat tidak mungkin, jika
tidak dilengkapi dengan pengetahuan tentang peristiwa dan penjelasan dengan
turunnya suatu ayat. Sementara ibnu daqiq al-id menyatakan bahwa penjelasan
asbab an-nuzul Merupakan salah satu jalan yang baik dalam rangka memahami
al-qur’an.4 Pendapat senada di ungkapkan oieh ibnu taimiyah bahwa
mengetahui asbab an-nuzul akan menolomg seorang dalam upaya memahami
ayat, karena pengetahuan tentang sebab akan melahirkan pengetahuan tentang
akibat. Pemahaman asbab an-nuzul akan sangat membantu dalam memahami
Konteks turunnya ayat. Ini sangat penting untuk menerapkan ayat-ayat pada
kasus Dan kesempatan yang berbeda. Peluang terjadinya kekeliruan akan
semakin besar Jika mengabaikan riwayat asbab an-nuzul.
C. CARA MENGETAHUI ASBAB AN-NUZUL
Untuk mengetahui Sebab Nuzul tidak boleh hanya dengan melalui akal atau
pendapat, iaitu Bi al-Ra’yi ‫ بالرأى‬tetapi mestilah dengan riwayat yang sahih dan
pendengaran, juga hendaklah mereka itu menyaksikan sendiri ayat itu
diturunkan atau pun 12 mereka yang mengetahui sebab-sebabnya dan mengkaji
tentangnya terdiri daripada sahabat, tabi’in dan mereka yang bertukus-lumus
mengkaji ilmu ini yang terdiri daripada kalangan ulama yang dipercayai. Untuk
itu, ulama Salaf dan ahli Tafsir begitu teliti dan sangat berhati-hati dalam
perkara ini, di mana ulama mengetahui Asbab Nuzul dan perkara yang berkaitan
dengan sebab penurunan al-Quran dengan melalui riwayat para Tabi’in dan para
sahabat atau juga melalui riwayat yang secara sah berasal daripada Nabi. Apa
yang jelas dan pastinya, walaupun dalam setengah keadaan, ulama mengetahui
Asbab Nuzul dengan berdasarkan riwayat daripada tabi’in dan sahabat, namun
riwayat yang diterima itu bukanlah sebagai pendapat biasa, tetapi ia merupakan
riwayat yang marfu’, iaitu riwayat yang berdasarkan kepada Nabi, maka ia dapat
diterima sebagai riwayat yang sahih. Berkaitan dengan pentingnya riwayat yang
sah bersandarkan kepada Nabi atau riwayat yang marfu’ itu, adalah untuk
diterima sebagai hukum atau sah. Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh
al-wahidi: Adalah tidak sah menyatakan sesuatu pendapat berkaitan dengan
Asbab Nuzul, kecualilah dengan bersandarkan kepada riwayat yang sah ataupun
dengan mendengar sendiri secara langsung daripada mereka yang menyaksikan
turunnya ayat, mengetahui sebabnya serta berusaha bersungguh-sungguh untuk
menelitinya.
D. Macam macam asbab an nuzul Pernyataan
sebuah asbab an-nuzul ada beberapa konsep dan aspek yang haruis diketahui
terlebih dahulu untuk memahami konteks asbb an-nuzul itui sendiri, diantaranya
adalah:
1) Dalam hadits yang dipilih harus tau dalam sudut pandang kejelasannya, dari
segi Riwayatnya ataupun lainnya, ditinjau dari segi perawi asbab an-nuzul ada
yng jelas ataui visionable (sharih), dan kemungkinan atau impossible
(mumtamilah). Dapat diktaan sebuiah pernytaan yang sharih yakni apbila perawi
menyatakan: “sebab turun ayat ini adalah……” Kemudian yang kedua apabila
sebuiah pernyataan itu menggunakan kata “maka”, seperti: ➢ “Telah terjadi…
maka turunlah ayat ini….” ➢ ‘Rasulullah pernah ditanya tentang… maka
turunlah ayat….” Kemudian ciri-ciri yang digunakan dalam pernyataan
mumtamilah yakni apabila perawi menyatakan: ➢ “Ayat ini turun berkenaan
dengan…” ➢ “Saya kira ayat ini turun berkenaan dengan…”
2) Melihat pernyataan asbab an-nuzul dari segi sudut pandangnya, ada dua sudut
pandang yang berbeda yang digunakan dalam menyatakan sebuah peristiwa
asbab an-nuzul, yang pertama yakni yang ditinjau dari sebuah peristiwa
(haditsah/waqi’ah), kemudian yang kedua yakni berdasarkan sebuah 9
pernyataan (su’al), adanya kedua bentuk tersebut karena diturunkan sebuah ayat
al-qur’an itu adalah sebuah jawaban sebagai penjelas kejadian atau peristiwa
tertentu yang telah terjadi.
MUNASABAH AL QUR 'AN

A. PENGERTIAN MUNASABAH
Munasabah adalah menerangakan hubungan dengan ayat atau surat, apakah
hubungan itu berupa atau antara Am dan Khos atau antara abstrak dan kongkrit,
antara sebab akibat antara Illat dan mu'ulnya antara rasional dengan irasional.
bahkan antara dua hal yang kontradeksi sekalipun. Pengetahuan tentang
munasabah dalam Al-Qur'an adalah sangat penting, karena memahami Al-
Qur'an dengan pengetahuan tentang munasabah akan diketahui bersama dan
kebalaghohan Al-Qur'an. Selain itu munasabah atau korelasi antara ayat/surat
dengan ayat/surat juga membantu memahami dan mengawasi Al-Qur'an dengan
baik dan cermat. Oleh sebab itu tidak mungkin orang dapat mengkolerasikan
ayat-ayat, akan tetapi melalui ketentuan-ketentuan yang berlaku jika ayat itu
ternyata memang satu persambungan. Seandainya ayat itu datang karena
berbagai sebab, sedangkan di situ tidak ada kolerasi maka seperti ada orang yang
mengkolerasikan maka hal itu seperti pemandangan
B. CARA MENGETAHUI MUNASABAH

1. Harus memperhatikan tujuan suatu pembahasan suatu surat yang


menjadi tujuan pencarian.
2. Memperhatikan penjelasan ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang
dibahas dalam surat.
3. ditentukan berdasarkan uraian-uraian itu, apakah ada atau tidak.
4. Dalam kesimpulannya, memperhatikan ungkapan-ungkapan
bahasannya dengan benar dan tidak berlebihan
.
C. MACAM MACAM MUNASABAH

Ditinjau dari sifatnya, munasabah terbagi menjadi dua yaitu:  Zhahir


Irtibath  (penyesuaian yang nyata) dan  Khafy Irtibath  (persesuaian yang tidak
nyata)
1. Zhahir Irtibath
Munasabah yang terjadi karena bagian al-Qur'an yang satu dengan yang
lain tampak jelas dan kuat karena kuatnya kaitan kalimat yang satu
dengan yang lain.

2. Khafy Irtibath
Munasabah yang terjadi karena antara bagian-bagian al-Qur'an tidak
ada penyesuaian, sehingga tidak tampak adanya hubungan antara

D. CARA MENGETAHUI MUNASABAH

5. Harus memperhatikan tujuan suatu pembahasan suatu surat yang


menjadi tujuan pencarian.
6. Memperhatikan penjelasan ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang
dibahas dalam surat.
7. ditentukan berdasarkan uraian-uraian itu, apakah ada atau tidak.
8. Dalam kesimpulannya, memperhatikan ungkapan-ungkapan
bahasannya dengan benar dan tidak berlebihan.

E. MACAM MACAM MUNASABAH


Ditinjau dari sifatnya, munasabah terbagi menjadi dua yaitu:  Zhahir
Irtibath  (penyesuaian yang nyata) dan  Khafy Irtibath  (persesuaian yang tidak
nyata)
3. Zhahir Irtibath
Munasabah yang terjadi karena bagian al-Qur'an yang satu dengan yang
lain tampak jelas dan kuat karena kuatnya kaitan kalimat yang satu
dengan yang lain.

4. Khafy Irtibath
F. Munasabah yang terjadi karena antara bagian-bagian al-Qur'an tidak
ada penyesuaian, sehingga tidak tampak adanya hubungan antara CARA
MENGETAHUI MUNASABAH

9. Harus memperhatikan tujuan suatu pembahasan suatu surat yang


menjadi tujuan pencarian.
10. Memperhatikan penjelasan ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang
dibahas dalam surat.
11. ditentukan berdasarkan uraian-uraian itu, apakah ada atau tidak.
12. Dalam kesimpulannya, memperhatikan ungkapan-ungkapan
bahasannya dengan benar dan tidak berlebihan.

G. MACAM MACAM MUNASABAH


Ditinjau dari sifatnya, munasabah terbagi menjadi dua yaitu:  Zhahir
Irtibath  (penyesuaian yang nyata) dan  Khafy Irtibath  (persesuaian yang tidak
nyata)
5. Zhahir Irtibath
Munasabah yang terjadi karena bagian al-Qur'an yang satu dengan yang
lain tampak jelas dan kuat karena kuatnya kaitan kalimat yang satu
dengan yang lain.

6. Khafy Irtibath
Munasabah yang terjadi karena antara bagian-bagian al-Qur'an tidak
ada penyesuaian, sehingga tidak tampak adanya hubungan antara keduanya
H. URGENSI DAN KEGUNAAN MEMPELAJARI MUNASABAH
dalam penafsiran al-Qur’an yang berfungsi untuk menunjukkan keserasian
antara satu surah dengan surah berikutnya, keserasian antara kalimat dengan
kalimat dalam satu ayat, dan juga keserasian antara satu ayat dengan ayat
berikutnya. Ketika kita menemukan ayat-ayat yang nampaknya tidak punya
kaitan sama sekali, sebagian orang yang tidak memahami munasabah akan
langsung mempertanyakan kenapa penyajian al-Qur'an melompat-lompat dari
satu tema ke tema yang lain atau dari satu masalah ke masalah lain secara tidak
sistematis. Setelah mengetahui munasabah, orang menyadari betapa al-Qur'an
tersusun dengan sangat serasi dan sistematis, tetapi tentu saja sangat berbeda
dengan sistematika penyusunan dan penulisan bukubuku serta karya ilmiah
buatan manusia saat ini.
Menurut al-Suyuti, ilmu munasabah adalah ilmu yang sangat penting dalam
proses penafsiran al-Qur'an, namun hanya sedikit di antara para mufassir yang
memberikan perhatiannya karena ilmu ini dinilai sangat memerlukan ketelitian
dan kejelian bagi orang menafsirkan al-Qur’an. Di antara mufassir yang banyak
memberikan perhatian terhadap ilmu munasabah adalah Imam Fakhruddin al-
Razi.
MAKKIYAH DAN MADANIYYAH

A. Makkiyah dan Madaniyyah


1. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah
Makkiyah diambil dari nama kota makkah tempat islam lahir dan
tumbuh. Kata makkiyah merupakan kata sifat yang disandarkan kepada kota
tersebut. Dan sesuatu yang disebut makkiyah apabila ia mengandung kriteria
yang berasal dari mekah atau yang berkenaan dengannya. Begitu pula dengan
madaniyah, ia diambil  dari nama kota madinah, tempat rasululloh berhijrah dan
membangun masyarakat islam serta mengembangkan islam ke segala penjuru
dunia.
Sekalipun kemudian dakwah Rasululloh melewati batas-batas wilayah kedua
kota tersebut, namun mekaha dan madinah tetap mempunyai peran yang
siginifikan dalam setiap proses pengembangan islam. Karenanya pengertian
makkiah dan madaniyah tidak hanya terbata pada ruang linngkup tempat atau
penduduk yang berdiam di kedua kota tersebut, melainkan mencakup di
dalamnya priode waktu. Dari sini kemudian para ulama dalam mendefenisikan
makkiyah dan madaniyah tidak hanya terpaku pada pengertian yang sangat
sempit, mmelainkan juga memasukkan unsur waktu yang yak terspisahkandari
sejarah Rasululloh.
2. Perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah
1. Dari segi tata bahasa:
a. Surat makkiyah secara umum gaya bahasanya kuat dan keras
pembicaraanya, sebab kebanyakan yang diajak bicara orang-orang yang
berpaling dari kebenaran dan sombong. Contoh dalam surat al-mudatsir
dan al-qomr. Dan adapun madaniyah secara umum gaya bahasanya
lembut dan pembicaraanya halus, sebab yang menerima kebenaran
secara terbuka. Contoh dalam surat al-maidah.
b. Umunya surat-surat makkiyah ayatnya pendek-pendek dan kuat
pendalilannya. Sedangkan madaniyah ayatnya panjang-panjangdan
menyebutkan hukum-hukum secara khusus.
2. Dari segi isinya:
Umumnya surat-surat makkiyah menetapkan tentang tauhid dan akidah
yang selamat secara khusus yang berkaitan dengan tauhid uluhiya dan
percaya dengan hari kebangkitan, sedangkan madaniyah secara umum
menerangkan tentang perician ibadah dan mu’amalah karena yang diajak
bicara orang-orang telah terikrar dalam jiwa mereka tauhid dan aqidah yang
selamat.
3. Ciri-ciri Spesifik Makkiyah dan Madaniyah
1. Makkiyah
a. Di dalamnya terdapat ayat sajdah
b. Ayat-ayatnya dimulai dengan kata “kalla”
c. Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuhan nas” dan tidak ada ayat dimulai
dengan ungkapan “ya ayyuahl ladzina”, kecuali dalam surat al-hajj
karena di penghujung surat itu terdapat sebuah ayat yang dimulai dengan
ungkapan “ya ayyyuhal ladzina”.
d. Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat-umat
terdahulu
e. Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah nabi Adam dan iblis, kecuali surat
al-baqarah
f. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong seperti alif
lam mim dan sebagainya, kecuali surat al-baqarah dan ali-imran.
2. Madaniyah
Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had
Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum muanafik, kecualai surat
al-. ankabut Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitabin
4. Klasifikasi Ayat-ayat dan Surat-surat Al-Qur’an
Untuk mengetahui dan menentukan makkiyah dan madaniyah, para
ulama bersandar pada dua cara utama: sima’i naqli (pendengaran seperti apa
adanya) dan qiyashi ijtihad (bersifat ijtihad). Cara pertama berdasarkan pada
riwayat shahih dari para sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan
turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang menerima dan mendengar dari para
sahabat  bagaimana, dimana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya
wahyu itu.
Cara qiyashi ijtihad didasarkan pada ciri-ciri makkiyah dan madaniyyah.
Apabila dalam surat makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat
madani atau mengandung peristiwa madani, maka dikatakan ayat itu madani.
Begitu pula sebaliknya apabila dalam surat madaniyah terdapat suatu ayat yang
mengandung sifat makki atau peristiwa makki, maka ayat tadi dikatakan sebagai
ayat makkiyah. Oleh karena itu, para ahli mengatakan, “setiap surat yang
dalamnya mengandung kisah para nabi atau uamt-umat terrdahulu, maka surat
itu adalah makkiyah.dan seretiap surat di dalamnya mengandung kewajiban atau
ketentuan hukum, maka surat itu adalah madaniyah.
5. Tujuan mempelajari Makkiyah dan Madaniyah
a. Untuk menambah keyakinan bahwa al-qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan di bawah otoritas Allah semata bukan berdasarkan keinginan
nabi
b. Untuk mempermudah memahami al-Qur’an
c. Agar bisa memahami nasikh (hukum yang menghapus) dan mansukh
(hukum yang dihapus) jika terdapat dua ayat yaitu madaniyah dan makkiyah
yang keduanya memenuhi syarat nasakh maka ayat mmadaniyah tersebut
menjadi nasakh bagi ayat makkiyah karena ayat madaniyah datang
belakangan setelah ayat makkiyah
d. Untuk mengetahui kronologis penurunan syari’ah yang berangsur-angsur
e. Untuk mengetahui perjalanan Rasulullah
f. Untuk mengetahui kesungguhan para sahabat dan generasinya dalam
menjaga otensitas al-qur’an.
Qashash Al Qur’an

A. Pengertian Etimologi Qashash al-Qur’an


merupakan kata yang tersusun dari dua kalimat yang berasal dari bahasa
arab, yakni dari kata Qashash dan al-Qur’an. Kata qashash merupakan
jamak dari qishshah yang berarti kisah, cerita, atau hikayat . Kalimat
qishash bentuk plural dari kata qish-shah,18apabila disambung dengan
al-Qur’an maka boleh dibaca qashash atau qishash, maka menjadi
qashashul Qur’an atau Qishashul Qur’an, kedua-duanya dalam bahasa
Indonesia berarti kisah-kisah al-Qur’an

B. MACAM-MACAM KISAH DALAM AL-QUR’AN


1. Kisah para Nabi terdahulu
Kisah mengandung informasi mengenai dakwah mereka kepada kaumnya,
mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang
memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-
akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang
mendustakan syariat yang dibawa Nabi mereka, seperti kisah Nabi Nuh, Hud,
Shaleh, Nabi Isa dan Nabi-Nabi yang lainnya
2. Kisah orang-orang dan umat terdahulu
Kisah yang menyangkut pribadi-pribadi yang bukan termasuk Nabi dan
golongan-golongan dengan segala kejadiannya yang dinukil oleh Allah untuk
dijadikan pelajaran, seperti kisah Maryam, Dzulqarnain, Lukmanul Hakim, dan
Ashabul Kahfi.
3. Kisah-kisah pada masa Rasul, SAW. Yang menyangkut peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa Rasulallah, seperti perang Badar, Uhud, Ahzab, dan
perang Bani Nadzir, Isra Mi’raj, dan lain sebagainya.

C. HIKMAH KISAH DALAM AL-QUR’AN


Membuktikan kesamaan misi dakwah al-Qur’an dengan Nabi terdahulu;
Memantapkan hati Nabi, Saw., dan umatnya atas agama;
Membenarkan kenabian dan mengenang jasa nabi terdahulu;
Membuktikan kebenaran dakwah Nabi, Saw.;
Membantah ahli kitab atas upaya mereka dalam menghilangkan fakta-fakta
kebenaran

Anda mungkin juga menyukai