Anda di halaman 1dari 16

SUMBER UTAMA AJARAN

ISLAM

Disusun Oleh
1.
2.
3.
4.
5.

Fadhil Rizal Ahmad


(11)
Fatin Sakinah
(12)
Muh. Fitrah Safaruddin
(21)
Muhammad Roychannul Faruq Noor (22)
Nurhaeda
(24)

PAJAK C

AL QURAN
A. Pengertian Al quran
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran merupakan firman Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya.
Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam
hingga saat ini. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam
mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.
1. Pengertian Al Qur'an secara etimologi (bahasa)
Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda
(masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang
dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu surah
al Qur'an yaitu pada surat al Qiyamah ayat 17 - 18.
2. Pengertian Al Qur'an secara terminologi (istilah islam)
Secara istilah, al Qur'an diartikan sebagai kalm Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri
dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah swt.
B. Bagian Bagian Al quran
Al-Quran mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah,
dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-Ashr, Al-Kautsar, dan An-Nashr.
Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al-Quran adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan
6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat
Basmalah pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka
surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang
memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat. Untuk
memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Quran dalam 30 juz yang
sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir Al-Quran). Masing-masing
hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub (seperempat), an-nisf (seperdua),
dan as-salasah (tiga perempat).
Selanjutnya Al-Quran dibagi pula dalam 554 ruku, yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat.
Setiap satu ruku ditandai dengan huruf ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi

beberapa ruku, sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku.
Nisf Al-Quran (tanda pertengahan Al-Quran), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19 pada lafal
walyatalattaf yang artinya: hendaklah ia berlaku lemah lembut
C. Sejarah Turunnya Al Quran
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:
1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa
memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di
dalam hatinya.
2. Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di
hadapan Nabi SAW.
3. Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW
mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
4. Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.
Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi wahyu
yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya. Hafalan Nabi SAW ini
selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.
Al-Quran diturunkan dalam 2 periode, yang pertama Periode Mekah, yaitu saat Nabi SAW
bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan
pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surat.
Kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah (622-632 M).
Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat
dan mencakup 25 surat.
D. Ciri-ciri Ayat ayat Makkiyah dan Madaniyyah
Makkiyah Madaniyyah
Ayat-ayatnya pendek-pendek, Ayat-ayatnya panjang-panjang,
Diawali dengan yaa ayyuhan-ns (wahai manusia), Diawali dengan yaa ayyuhal-ladzna man
(wahai orang-orang yang beriman).
Kebanyakan mengandung masalah tauhid, iman kepada Allah SWT, hal ihwal surga dan neraka,
dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi), Kebanyakan tentang
hukum-hukum agama (syariat), orang-orang yang berhijrah (Muhajirin) dan kaum penolong
(Anshar), kaum munafik, serta ahli kitab.

Ayat Al-Quran yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW adalah 5 ayat pertama surat
Al-Alaq, ketika ia sedang berkhalwat di Gua Hira, sebuah gua yang terletak di pegunungan
sekitar kota Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 610). Kala itu usia Nabi SAW 40
tahun.
Kodifikasi Al-Quran
Kodifikasi atau pengumpulan Al-Quran sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan
sejak Al-Quran diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW membacakannya di
hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Quran kepada
mereka.
Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang diajarkannya, Nabi SAW juga
memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-pelepah kurma, lempenganlempengan batu, dan kepingan-kepingan tulang.
Setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup satu surat, Nabi SAW memberi nama surat tsb untuk
membedakannya dari yang lain. Nabi SAW juga memberi petunjuk tentang penempatan surat di
dalam Al-Quran. Penyusunan ayat-ayat dan penempatannya di dalam susunan Al-Quran juga
dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Cara pengumpulan Al-Quran yang dilakukan di
masa Nabi SAW tsb berlangsung sampai Al-Quran sempurna diturunkan dalam masa kurang
lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Untuk menjaga kemurnian Al-Quran, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW untuk
memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya
mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga
melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan demikian
terpeliharalah Al-Quran dari kesalahan dan kekeliruan.
Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Quran
Pada masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Quran),
baik hafal sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah Abu
Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Saad, Huzaifah,
Abu Hurairah, Abdullah bin Masud, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin Abbas, Amr bin
As, Muawiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar,
Ummu Salamah, Ubay bin Kab, Muaz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darba, dan Anas bin
Malik.
Adapun sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu Bakar as-Siddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay
bin Kab, Muawiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin As.

Tulisan ayat-ayat Al-Quran yang ditulis oleh mereka disimpan di rumah Rasulullah, mereka juga
menulis untuk disimpan sendiri. Saat itu tulisan-tulisan tsb belum terkumpul dalam satu mushaf
seperti yang dijumpai sekarang. Pengumpulan Al-Quran menjadi satu mushaf baru dilakukan
pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, setelah Rasulullah SAW
E. Kenapa Al-Quran Tidak Dibukukan Dalam Satu Mushhaf (Pada Masa Nabi)
Pengumpulan Al-Quran yang tidak dilakukan secara sekaligus, melainkan melalui beberapa
masa, dimana kemudian menjadi suatu mushhaf yang utuh.
Di sini kami bertanya: Kenapa Al-Quran pada masa Nabi SAW tidak dikumpulkan dan disusun
dalam bentuk satu mushhaf?. Jawabnya adalah:
Pertama: Al-Quran diturunkan tidak sekaligus, tetapi berangsur-angsur dan terpisah-pisah.
Tidaklah mungkin untuk membukukannya sebelum secara keseluruhannya selesai.
Kedua: Sebagian ayat ada yang dimansukh. Bila turun ayat yang menyatakan nasakh, maka
bagaimana mungkin bisa dibukukan datam satu buku.
Ketiga: Susunan ayat dan surat tidaklah berdasarkan urutan turunnya. Sebagian ayat ada yang
turunnya pada saat terakhir wahyu tetapi urutannya ditempatkan pada awal surat. Yang
demikian tentunya menghendaki perubahan susunan tulisan.
Keempat: Masa turunnya wahyu terakhir dengan wafatnya Rasululah SAW adalah sangat
pendek/dekat

F. NAMA NAMA AL QURAN


Tidak ada kesepakatan di antara para ulama tentang berapa jumlah sebenarnya dari nama Al
Quran.Walaupun, telah banyak ulama yang mencoba mengumpulkan dan menghitung namanama Al Quran dalam kitab yang mereka karang.Ketidaksepakatan mengenai jumlah nama Al
Quran tersebut dikarenakan adanya perbedaan pendapat mengenai pengelompokkan mana
yang sebenarnya merupakan nama Al Quran dan mana yang sebenarnya hanyalah sifat dari Al
Quran.
Terlepas dari berbagai pendapat mengenai berapa jumlah sebenarnya dari nama-nama Al
Quran, hal yang perlu disepakati adalah bahwa nama dan sifat dari Al Quran bersifat tauqiffiyah.
Artinya, nama dan sifat yang disematkan kepada Al Quran haruslah berdasarkan Al Quran dan
hadis nabi, tidak dibenarkan untuk dibuat-buat sendiri. Berikut beberapa nama lain dari Al Quran
:
1. Al Quran (Bacaan/Yang Mengumpulkan)
...

Nama ini merupakan nama yang paling utama dan digunakan oleh Allah di banyak tempat, misal
disebutkan dalam firman Allah(yang artinya) :Sesungguhnya Kami menurunkan kepadanya
(Muhammad) Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf: 2).
Al Quran berasal dari kata kerja qoro-a yang bisa memiliki dua makna, yaitu ism maful dan ism
fail.Jika dimaknai sebagai ism maful, maka arti dari Al Quran adalah sesuatu yang dibaca
(bacaan).Namun jika dimaknai sebagai ism fail maka arti dari Al Quran adalah sesuatu yang
mengumpulkan (pengumpul).Al Quran merupakan pengumpul khabar-khabar dan hukumhukum Allah.
2. Al Kitab (Buku/Sesuatu yang ditulis)

Nama Al Kitab Allah gunakan dalam awal surat Al Baqoroh (yang artinya): Inilah Al Kitab yang
tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah: 2). Nama
ini mengandung isyarat agar firman Allah ditulis Nabi serta mengandung prediksi bahwa Al
Quran merupakan mushaf yang abadi yang dapat dibaca manusia.
3. Adz-Dzikr (Pemberi Peringatan)

Allah menyebut nama Adz Dzikr di antaranya dalam surat Al Hijr (yang artinya): Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya
(QS. Al Hijr: 9).Nama ini mengandung peringatan untuk manusia agar selalu konsisten dalam
kebajikan dan beramal baik karena segala amal akan diminta pertanggungjawabannya kelak
4. Al-Furqan (Pembeda)

Disebut sebagai Al Furqon (Pembeda) karena Al Quran membedakan antara kebenaran dan
kebatilan. Allah menyebut nama ini dalam firmanNya (yang artinya): Maha suci Allah yang telah
menurunkan Al-Furqaan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan
kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan: 1).
5. Al-Kalam (Ucapan)
Dikutip dari At Taubah 9:6
.
Nama ini menunjukkan bahwa isi Al Quran seluruhnya adalah ucapan Allah SWT.Dalam
kaitannya terkandung jaminan bahwa Al Quran itu suci dan lurus sebab datang daru Yang
Mahasuci dan Mahabenar.
6. 50 Nama lainnya

Berikut lima puluh nama lainnya dari Al Quran beserta ayat dimana Allah menggunakan nama
tersebut, yang dikumpulkan oleh AbulMaali Al-Uzaizi bin Abdul Malik dalam kitabnya Al Burhan:
Al Mubn (Yang Menjelaskan; QS. AdDukhan: 2), Al Karm (Yang Mulia; QS. Al Waqiah: 77),
AnNr (Cahaya; QS. AnNisa: 174), Al Hud (Petunjuk; QS. Yunus: 57), ArRahmah (Kasih
Sayang; QS. QS. Yunus: 57), AsySyif (Obat; QS. Al Isro: 82), Al Mauidhah (Nasehat; QS.
Yunus: 57), Al Mubrak (Yang Diberkahi; QS. Al Anbiya: 50), Al Aliy (Yang Tinggi; QS.
AzZukhruf: 4), Al Hikmah (Himah; QS. Al Qomar: 5), Al Hakm (Hakim; QS. Yunus: 2), Al
Muhaimin (QS. Al Maidah: 48), Al Habl (Ikatan; QS.Ali Imron: 103), Ash ShirthMustaqm (Jalan
Yang Lurus; QS.Al Anam: 153), Al Qayyim (Bimbingan yang Lurus; QS. Al Kahfi: 3), Al Qaul
(Perkataan; QS. At Thoriq: 13), Al Fashl (Yang Merinci; QS.At Thoriq: 13), An Naba al Adhm
(Berita Yang Besar; QS.AnNaba: 2), AhsanalHadts (Perkataan Terbaik; QS. Az Zumar: 23), Al
Matsany (Yang Diulang-ulang; QS. Az Zumar: 23), Al Mutasybih (Yang Sreupa; QS. Az Zumar:
23), Ar Ruh (Ruh; QS. AsySyuro: 52), Al Wahyu (Wahyu; QS. Al Anbiya: 45), Al Araby (Yang
Berbahasa Arab; QS. Yusuf: 2), Al Bashir (Bukti; QS. Al Arof: 203), Al Bayn (Penjelasan;
QS.Ali Imron: 138), Al Ilmu (Ilmu; QS.Al Baqoroh: 145), Al Haq (Kebenaran; QS.Ali Imron: 62), Al
Hdi (Petunjuk; QS. Al Isro: 9), Al Ajab (Yang Menakjubkan; QS. Al Jin: 1), At Tadzkiroh
(Peringatan; QS. Al Haqqoh: 48), Al UrwatulWutsq (Ikatan Yang Kuat; QS.Al Baqoroh: 256),
Ash Shidq (Kebenaran; QS.Az Zumar: 33), Al Adl (Keadilan; QS. Al Anam: 115), Al Amr
(Perintah; QS. At Tholaq: 5), Al Mundy (Yang Menyeru; QS. Ali Imron: 193), Al Busyr (Kabar
Gembira; QS.Al Baqoroh: 97)), Al Majid (Yang Mulia; QS. Al Buruj: 21), AzZabr (Zabur; QS. Al
Anbiya: 105), Al Basyir (Pemberi Kabar Gembira; QS. Al Fushilat: 4), AnNadzr (Pemberi
Peringatan; QS. Fushilat: 4), Al Azz (Yang Mulia; QS. Fushilat: 41), Al Balgh (Penjelasan;
QS.Ibrohim: 52), Al Qashash (Kisah-kisah; QS. Yusuf: 3), Ash Shuhf (Lembaran-lembaran; QS.
Abasa: 13), Al Mukarramah (Yang Dimuliakan; QS.Abasa: 13), Al Marfah (Yang Ditinggikan;
QS.Abasa: 14), Al Muthahharah (Yang Disucikan; QS. Abasa: 14).
7. Nama-nama Al Quran dari Hadis
Fairuz Abadi juga menyebutkan beberapa nama Al Quran yang beliau klaim berasal dari hadishadis Rasulullah (namun beliau tidak menyebutkan teks dan sanad dari hadis yang dimaksud),
di antaranya: Hablullah Al Matin (Tali Allah yang Kuat), Syifaullah An Nafi (Obat Allah yang
Bermanfaat), Al Mursyid, Al Muaddil, Al Mutashom, Al Hadi (Petunjuk), Al Ishmah,
QoshimuzZhor, Qishmatullah, An Naba Al Khobar, Ad Dafi (Penghalang), dan SohibulMumin
(sahabat bagi orang yang beriman).

G. KANDUNGAN ALQURAN
1. Pokok pokok keyakinan atau keimanan terhadap Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul rasul,
dan hari akhir. Dari pokok-pokok yang terkandung dalam Al Quran ini lahir teologi atau ilmu
kalam.
2. Pokok peraturan atau hukum, yaitu garis-garis besar aturan tentang hubungan dengan
Allah, antar manusia dan hubungan manusia dengan alam yang melahirkan syariat, hukum
atau ilmu fikih.
3. Pokok pokok aturan tingkah laku atau nilai-nilai dasar etika tingkah laku

4. Petunjuk dasar tentang tanda tanda alam yang menunjukkan eksistensi dan kebesaran
Tuhan sebagai pencipta. Petunjuk dasar ini merupakan isyarat-isyarat ilmiah yang
melahirkan ilmu pengetahuan
5. Kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu
6. Informasi tentang alam gaib seperti adanya jin, kiamat, surga, dan neraca
1.

H. KEISTIMEWAAN AL QURAN
Akan bernilai ibadah bagi siapa saja yang membacanya, berdasarkan hadits Rasulullah
Shallallahu alaihiwasallam:

Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Quran maka baginya satu kebaikan dan
setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat.Saya tidak mengatakan ialah satu
huruf, akan tetapi satu huruf, satu huruf dan satu huruf. [HR. Bukhari].
2.

Al-Quran terpelihara dari tahrif (perubahan) dan tabdil (penggantian) sesuai dengan
firman Allah AzzawaJalla :

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benarbenar memeliharanya. [al-Hijr:9]
Adapun kitab-kitab samawi lainnya seperti Taurat dan Injil telah banyak dirubah oleh
pemeluknya.
3.

Al-Quran terjaga dari pertentangan/kontrakdiksi (apa yang ada di dalamnya) sesuai


dengan firman Allah Subhanahu waTaala :

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran?Kalau kiranya Alquran itu bukan dari
sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya. [an-Nisa: 82]
4.

Al-Quran mudah untuk dihafal berdasarkan firman Allah:


Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran. [al-Qamar: 32]

5.

Al-Quran merupakan mujizat dan tidak seorangpun mampu untuk mendatangkan yang
semisalnya.

Allah Subhanahu waTaala telah menantang orang Arab (kafir Quraisy) untuk
mendatangkan semisalnya, maka mereka menyerah (tidak mampu). Allah Subhanahu waTaala
berfirman:
Atau (patutkah) mereka mengatakan: Muhammad membuat-buatnya. Katakanlah:
(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah suratseumpamanya
. [Yunus: 38]
6.

Al-Quran mendatangkan ketenangan dan rahmat bagi siapa saja yang membacanya,
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam :

Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam suatu majelis kecuali turun pada mereka
ketenangan dan diliputi oleh rahmat dan dikerumuni oleh malaikat dan Allah akan menyebutkan
mereka di hadapan para malaikatnya. [HR. Muslim].
7.

Al-Quran akan memintakansyafaat (kepada Allah) bagi orang yang membacanya,


berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam :

Bacalah al-Quran, karena sesungguhnya ia akan datang di


memohonkansyafaat bagi orang yang membacanya (di dunia). [HR. Muslim].
8.

hari

kiamat

Al-Quran sebagai hakim atas kitab-kitab sebelumnya, sebagaimana firman Allah


AzzawaJalla :

Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu
ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. [al-Maidah: 48]
Al-Quran adalah kitab yang paling mencakup dan sempurna, yang diturunkan sebagai penutup
kitab-kitab sebelumnya, yang mencakup seluruh kebaikan (pada kitab-kitab) sebelumnya.Dan
ditambah dengan kesempurnaan-kesempurnaan yang tidak (ada dalam kitab) yang lainnya.

AS-Sunnah

A. Pengertian As-Sunnah
Ditinjau dari segi bahasa, sunnah (sunnah) berarti cara, jalan, kebiasaan, dan tradisi. Kebiasaan
dan tradisi mencakup yang baik dan buruk. Arti sunnah yang populer adalah at-tariqah almutadah hasanah kanat am sayyiah yaitu suatu cara yang berlaku, baik cara itu bersifat
terpuji atau tercela.
Kata sunnah dalam Al-Quran diulang 16 kali pada 11 surat. 14 kali dalam bentuk mufrad
(tunggal(, yaitu sunnah dan dua kali dalam bentuk jamak yaitu sunan. Penyebutan kata sunnah
dalam Al-Quran pada umumnya merujuk kepada pengertian bahasa, yakni cara atau tradisi,
misalnya :

Artinya : (Yaitu) sunnah (cara) Allah yang telah lewat sebelum (ini) dan engkau tidak akan
mendapati perubahan bagi sunnah (cara) Allah itu. (Q.S Al- Fath, 48:23)
Lafaz sunnah dalam hadis Nabi pun mengandung makna bahasa antara lain dalam hadis
berikut yang artinya barang siapa membuat sunnah (suatu cara) yang baik-baik dalam Islam,
maka Ia akan mendapatkan pahala dari perbuatannya dan pahala sebesar yang diberikan
kepada pengikutnya dengan tidak berkurang sedikitpun darinya. Dan barang siapa membuat
sunnah atau cara ygn buruk dalam Islam, maka Ia akan menerima dosanya dan dosa sebesar
yang diberikan kepada pengikutnya dengan tidak berkurang sedikitpun darinya.
Bilamana kalian tidak bisa menegakkan Al haq dan menghancukan Al-batil, maka kalian akan
meniru sunan (cara-cara) orang-orang sebelum kalian (Yahudi dan Nasrani) sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka memasuki lubang biawakpun
kalian akan turut memasukinya pula .
As-Sunnah secara etimologi menurut Muhammad Ajaj Al-Khatib (1975) identik dengan hadis,
yaitu informasi yang disandarkan kepada Rasulullah SAW berupa ucapan, perbuatan, atau
keizinan. Hal ini ditegaskan oleh Asy-Syaukani dalam Al-Irsyad .
Sunnah merupakan salah satu nama dari dalil-dalil hukum. Apabila suatu hukum ditetapkan
berdasarkan sunnah maksudnya adalah dasar dari ketetapan hukum tersebut ialah keterangan
dari Nabi Muhammad, baik berupa ucapan (sunnah qauliyah), perbuatan (sunnah fi-liyah),
maupun ketetapan atau keizinanya sunnah taqri riyah).
Istilah sunnah dominan dalam bidang fiqh (fikih) dan digunakan untuk menunjukkan sifat dari
suatu hukum, misalnya apabila dikatakan bahwa perbuatan itu sunnah, artinya perbuatan
tersebut merupakan ketetapan agama yang derajat hukumnya sunnah , yaitu ma yusabu ala
filihi wala yuaqabu ala tarkihi(perbuatan yang diberi pahala) perbuatan yang diberi pahala
bagiyang mengerjakannya dan tidak disiksa bagi yang meninggalkannya

B. Kedudukan As-Sunnah
Nabi Muhammad sebagai Rasul diberi tugas untuk membacakan dan mengajarkan wahyu
kepada umat manusia, menerangkan makna yang tersurat dan tersirat, menjelaskan hukumhukum dan memberikan contoh penerapannya. Sejalan dengan tugas tersebut, segala
keterangan dari dari Rasul yang berkaitan dengan syariat yang terbukti syahih merupakan
bagian dari wakyu itu sendiri. Oleh karena itu, dalam aplikasi hukum, hadis-hadis yang termasuk
kategori daif (lemah) tidak bisa dijadikan dasar dalam menetapkan hukum. As-Sunnah atau
hadis sahih inilah yang menjadi pedoman pengamalan Islam dan merupakan sumber hukum
kedua setelah Al-Quran.

Ke-hujjah-an As Sunnah didukung argumen-argumen sebagai berikut :


1. Pengamalan As-Sunnah sebagai konsekuensi iman kepada Rasul
Iman kepada kerasulan Muhammad adalah salah satu akidah Islam. Perintah Allah
mengenai keimanan kepada kerasulan Muhammad antara lain tersurat dalam firman Allah SWT.

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya,rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauhjauhnya. (Q.S An-Nisaa , 4:136)
Dalam menjalankan tugas kerasulannya, Muhammad mendapat jaminan pemeliharaan dari
Allah atas kesalahan-kesalahan (maksum) serta memperoleh bimbingan dan petunjuk-Nya. Atas
dasar ini, maka keimanan kepada Rasul menuntut keimanan pula terhadap keberadaan sunnah
Rasul dan menjadikannya dasar hukum dan mengamalkan syariat Allah.

2. Keterangan Al-Quran tentang Rasul


Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menyatakan keberadaan dan posisi Rasul dalam
syariat Islam, yaitu sebagai juru baca kitab, hakim pemutus perkara, contoh dan teladan. Hal itu
terungkap terungkap dalam firman Allah :

Artinya : Dan Kami tidak menurunkan kepadamu kitab (Al-Quran) ini, melainkan agar kamu
dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk
dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S An-Nahl 16:64)

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah (Q.S Al-Ahzab 33:21)

Artinya : Dan apa saja yang diperintahkan Rasul kepadamu, maka laksanakanlah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah sangat keras hukuman-Nya. (Q.S Al-Hasyr, 59:7)

Artinya : Barang siapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang
siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka. (Q.S An-Nisaa , 4:80)
3. Pernyataan Rasul mengenai As-Sunnah
Rasulullah menerangkan keberadaan dirinya sebagai sumber agama serta rujukan
pengamalan syariat.
Ketahuilah, sesungguhnya aku telah diberi Al-Kitab dan sesuatu sejenisnya. (Hadis
riwayat Abu Daud dari Al-Miqdam bin Madi Kariba)
Rasulullah menyatakan bahwa beliau sendiri yang menjadi pola dan rujukan
pengamalan syariat sebagaimana sabdanya :
Jika perkara itu bagian dari duniamu, maka sesungguhnya engkau lebih
mengetahuinya. Dan jika perkara itu bagian dari agamamu, maka sesungguhnya
akulah yang lebih mengetahuinya (Hadis riwayat Ahmad dari Anas)
Rasul menegaskan keharusan kaum muslimin berpegang teguh kepada sunnahnya
supaya tidak sesat dalam mengamalkan syariat.
Sesungguhnya aku telah meninggalkan padamu dua perkara yang apabila kamu
berpegang teguh kepadanya maka kamu tidak akan sasat selamanya, yaitu Kitabullah
dan sunnah Nabi-Nya. (Hadis riwayat Hakim dari Ibn Abbas)
Rasulullah memerintahkan kaum muslimin supaya melaksanakan sunnahnya
Apabila aku melarang kamu dari (berbuat) sesuatu, maka jauhkanlah dirimu darinya.
Dan apabila aku memerintahmu untuk (berbuat) sesuatu, maka penuhilah sebatas
kemampuanmu (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
4. Ijmak sahabat untuk mengamalkan As-Sunnah

Para sahabat menjadikan Sunnah Rasul sebagai pijakan untuk memperoleh kejelasan
dan perincian hukum dan dalil-dalil Al-Quran yang bersifat umum, serta menjadikan
Sunnah sebagai rujukan bagi penyelesaian urusan yang hukumnya tidak tersurat dalam
Al-Quran
5. Keberadaan Al-Quran mengharuskan adanya As-Sunnah
Sebagian besar syariat Al-Quran yang diturunkan Allah melalui Al-Quran bersifat umum
atau berupa garis-garis besar saja, seperti kewajiban shalat, zakat, puasa, dan haji yang
diungkapkan dalam bentuk perintah. Karena itu hukum-hukum tersebut tidak mungkin
diaplikasikan tanpa merujuk kepada penjelasan teoritis maupun praktis dari Rasulullah.
C. Posisi As-Sunnah dalam Syariat Islam
As-Sunnah menempati tempat kedua setelah Al-Quran. Penempatan ini disebabkan karena
perbedaan sifat di antara keduanya. Dilihat dari segi periwayatan Al-Quran bersifat qati al wurud
(kualitas periwayatannya bersifat pasti), sementara As-Sunnah bersifat zanni al wurud (kualitas
periwayatannya bersifat relatif).
Al-Syatibi memberikan argumentasi lain terhadap As-Sunnah. Beliau menyatakan bahwa
kenyataan As Sunnah sebagai penjelas dan penjabar Al-Quran menunjukkan bahwa yang
menjelaskan itu lebih rendah kedudukannya dari yang dijelaskan. Hal itu secara logika dapat
dijelaskan bahwa jika tidak ada mubayyan (yang dijelaskan), maka bayan (penjelasan)
mestilah tidak ada, tetapi jika tidak ada bayan, maka mubayyan tidak mesti tidak ada

D. Macam-macam As-Sunnah
1. Sunnah Qauliyah
Yaitu sunah yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw dalam bentuk perkataan . Artinya
adalah , sunah yang terdapat dalam hadist - hadist yang bersifat perintah dalam bentuk ucapan
Nabi Muhammad SAW.
Contoh:

"Setiap amal perbuatan tergantung pada niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang
dia niatkan. Barang siapa berhijrah ( menuju kebenaran) karena Allah dan Rasul-Nya ,
maka sesungguhnya hijrah yang dia lakukan benar - benar menuju Allah swt dan RasulNya. Dan barang siapa berhijrah karena dunia atau wanita yang hendak dinikahi , maka
dia akan mendapatkannya " (HR. MuttafaqAlaih)
"Termasuk hal yang dapat menyempurnakan keislaman seseorang ialah kerelaannya
untuk meninggalkan apa yang tidak berguna" (HR.Muslim)

2. SunnahFiliyah
Yaitu segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw dalam bentuk perbuatan.Sunah ini
dapat ditemukan dalam hadist - hadist Nabi yang memerintahkan kepada sahabat untuk

mengikuti perbuatan nabi Muhammad SAW.

Contoh:
Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat saya melaksanakan shalat (HR.
Bukhari dan Muslim)
Ambillah daripadaku cara cara mengerjakan haji (HR. Muslim)

3. SunnahTaqririyah
Yaitu perbuatan sahabat yang mendapatkan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW.
Contoh:
ketika dihidangkan kepada beliau makanan daging biawak oleh sahabat Khalid bin
Walid, dalam salah satu jamuan makan. Beliau bersama para undangan dipersilakan
makan, namun beliau menjawab: Tidak (maaf). Berhubung binatang ini tidak terdapat di
kampung kaumku, aku jijik padanya. Kata Khalid: Segera aku memotongnya dan
memakannya, sedang Rasulullah saw. melihat kepadaku. (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam peristiwa itu Khalid bin Walid dan beberapa sahabat lainnya memakan daging biawak
tersebut dan disaksikan oleh Rasulullah saw. Dalam redaksi yang lain dikatakan: Tidak, hanya
binatang ini tidak ada di negeri saya karena itu saya tidak suka memakannya. Makanlah,
sesungguhnya dia itu halal. (HR Bukhari dan Muslim).

E. FUNGSI AS-SUNNAH
Fungsi-fungsi dari hadits atau as-Sunnah terkait dengan al-Quran adalah:
1) As-Sunnah sebagai pemerinci, penafsir ayat-ayat yang mujmal (global) dari al-Quran.
2) As-Sunnah memberikan taqyiid (batasan).
3) As-Sunnah memberikan takhshiish (pengkhususan) terhadap ayat-ayat al-Quran yang mutlak
dan aam.

Ibnu Qoyyimrahimahullah berkata: Hubungan as-Sunnah dengan al-Quran ada tiga macam:
1) Terkadang as-Sunnah berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada di dalam al-Quran
2) Terkadang as-Sunnah berfungsi sebagai penafsir dan pemerinci hal-hal yang disebut
mujmal (global) dalam al-Quran
3) Terkadang as-Sunnahmenetapkan dan membentuk hukum yang tidak terdapat dalam al-

Quran.

IJTIHAD
A. Pengertian Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau bekerja
semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala kemampuan
berfikir untuk mengeluarkan hukum syari dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil
dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan
apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun hadist.

B. Macam-macam ijtihad yang dikenal dalam syariat islam, yaitu

1)
2)
3)
4)
5)

Ijma
Qiyas
Mushalat Murshalah
Sududz Dzariah(Zarai)
Urf

C. Macam-macam Ijtihad
a. Ijmak.
Ijmak berarti menghimpun, mengumpulkan, atau bersatu dalam pendapat, dengan kata lain
ijmak merupakan consensus yang terjadi di kalangan para mujtahid terhadap suatu masalah
sepeninggal Rasulullah SAW. Ahli ushul fikih mengemukakan bahwa ijmak adalah kesepatan
para mujtahid kaum muslimin dalam suatu masa sepeninggal Rasulullah SAW terhadap suatu
hukum syariat mengenai suatu peristiwa. Apabila terjadi suatu peristiwa yang memerlukan
ketentuan hukum yang tidak ditemukan dalam kedua sumber sebelumnya (Al-Quran dan
sunnah) maka para mujtahid mengemukakan pendapatnya tentang hukum suatu peristiwa dan
jika disetujui atau disepakati oleh para mujtahid lain, kesepakatan itulah yang disebut ijmak.
Ijmak merupakan salah satu sumber hukum Islam yang memiliki posisi kuat dalm menetapkan
hukum dari suatu peristiwa. Bahkan telah diakui luas sebagai sumber hukum yang menempati
posisi ketiga dalam hukum Islam. Sejumlah ayat dan hadits nabi menjadi pembenaran teologis
kekuatan ijmak sebagai sumber hukum dalam Islam. Pemberian warisan kepada nenek laki-laki
(jadd) ketika ia berkumpul dengan laki-laki orang yang meninggal dunia yang dalam keadaan
seperti ini nenek laki-laki tersebut menggantikan ayah (orang yang meninggal) untuk menerima
seperenam dari harta warisan atau harta peninggalannya merupakan contoh penetapan hukum
berdasarkan ijmak sahabat.

Dalam transaksi jual beli, misalnya istishna atau pemesanan barang yang baru akan dibuat
yang seharusnya tidak boleh,karena dinilai sama seperti halnya membeli barang yang tidak ada,
merupakan contoh hukum yang bersumber dari hasil ijmak sahabat (Hanafi, 1995: 61)
b. Qiyas
Secara harfiah berarti analogi atau mengumpamakan. Adapun menurut pengertian para ahli
fikih, qiyas adalah menetapkan hukum tentang sesuatu yang belum ada nash atau dalilnya yang
tegas, dengan sesuatu hukum yang sudah ada nash atau dalilnya yang didasarkan atas
persamaan illat antara keduanya. Misalnya, menetapkan haramnya minuman bir yang tidak ada
dalilnya dalam Al-Quran dengan khamar yang ada hukumnya di dalam Al-Quran. Menyamakan
atau menganalogikan bir dengan khamar ini didasarkan pada adanya persamaan illat antara
keduanya, yaitu memabukkan.
c. Al-mashlahat al-mursalah
Secara harfiah berarti sesuatu yang membawa kebaikan bagi orang banyak. Adapun menurut
para ahli hukum Islam, Al-mashlahat al-mursalah adalah sesuatu yang didalamnya mengandung
kebaikan bagi masyarakat, sehingga walaupun pada masa lalu hal tersebut tidak diberlakukan,
namun dalam keadaan masyarakat yang sudah makin berkembang, keadaan tersebut dianggap
perlu dilakukan. Misalnya, pembukuan Al-quran dalam bentuk mushaf seperti yang ada
sekarang perlu dilakukan, mengingat jumlah para penghafal Al-Quran makin sedikit karena
meninggal dunia, serta pertentangan dalam membaca Al-Quran sering terjadi.
d. Urf
Secara harfiah berarti sesuatu yang berlaku atau yang sudah dibiasakan. Adapun menurut para
ahli hukum Islam, urf adalah sesuatu yang berlaku dimasyarakat atau tradisi yang mengandung
nilai-nilai kebaikan bagi masyarakat. Contonya kebiasaan merayakan hari raya yang pada
zaman sebelum Islam, namun dinilai mengandung kebaikan, maka tetap dilanjutkan.

e. Saddudz-Dzariah
Saddudz-Dzariah ialah menutup perkara yang lahiriyahnya mubah, karena perkara
itu membuka jalan atau mendorong kepada perbuatan yang dilarang oleh agama.
Contohnya yaitu diperbolehkanya mengonsumsi daging ular atau babi disaat
ditengah hutan belantara karena saat itu memang hanya ada itu untuk apat
dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai