Anda di halaman 1dari 12

Pengertian, kedudukan dan sejaarah pertumbuhan dan perkembangan

mushaf Al-Qur’an

Istilah mushaf Alquran tentu tidak lagi asing terdengar di telinga kaum muslim.
Mushaf sendiri bisa diartikan sebagai lembaran yang dijilid dan berisi himpunan
ayat Alquran serta ditulis ke dalam urutan yang jelas dan dengan kebutuhan
yang tetap terjaga. Mushaf standar Indonesia sendiri terdiri dari 3 macam,
seperti penjelasan yang berikut ini:

Mushaf Alquran Standar Usmani

Mushaf Standar Braille untuk Para Tunanetra

Mushaf Standar Bahriyah untuk Para Penghafal Alquran

Al-Qur'an merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman
umat manusia hingga akhir zaman. Dalam sumber hukum Islam, kedudukan dan
fungsi Al-Qur'an adalah sebagai sumber hukum yang pertama.
Mengutip buku Al-Qur'an Hadits oleh H. Aminudin dan Harjan Syuhada, Al-Qur'an
tertulis dalam mushaf-mushaf yang dimulai dari surah Al Fatihah dan diakhiri surah
An-Nas. Kitab suci ini diturunkan secara mutawatir (berangsur-angsur) dalam
bahasa Arab.

Kedudukan Al-Quran adalah sebagai pedoman utama bagi umat Islam. maksud dari
pedoman utama ini adalah tidak boleh ada satu aturan pun yang bertentangan dengan Al-
Qur'an.

Tujuan Diturunkannya Al-Qur'an

1. Petunjuk bagi manusia


2. Sumber pokok ajaran Islam

3. Peringatan dan pelajaran bagi umat manusia

1) Pada Masa Rasulullah SAW

Pada masa Rasulullah Saw, para sahabat dapat merasakan keindahan usul-
usul bahasaarab yang tinggi dan memahami ayat-ayat yang terang dan jelas pengertiannya
yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Apabila terjadi kemusykilan, mereka segera
bertanya kepada beliau, dan beliau langsung menjawabnya. Para sahabat pada saat itu tidak
merasa perlu untuk menuliskan dalam ilmu-ilmu al-Qur`an karena segala permasalahan yang
berhubungan dengan pemahaman, bacaan, maksud dan segala hal yang berhubungan dengan
Al-Qur`an dapat ditanyakan langsung kepada Beliau. Hal ini juga didukung karena pada saat
itu alat-alat tulis tidak mudah mereka peroleh. Selain itu juga pada masa Rasulullah Saw ada
larangan untuk menuliskan apa yang mereka dengar dari Beliau selain dari Al-Qur`an, karena
beliau khawatir akan bercampur antara Al-Qur`an dengan yang bukan Al-Qur`an.
2) Pada Masa Sahabat
Pada masa Abu Bakar ra.dan Umar ra. Al-Qur`an disampaikan dengan jalan talqin dan
musyafahah dari mulut ke mulut Sedangkan pada masa Usman bin Affan, Islam sudah
semakin luas dan berkembang ke luar bangsa Arab, sehingga timbul bahasa-bahasa arab dan
selain arab ( azam), ditambah lagi para penghafal Al-Qur`an dari kalangan sahabat sudah
banyak yang gugur di medan perang dalam perluasan dan penyebaran Islam. Percekcokan
dialek cara membaca Al-Qur`an sudah mulai ditemukan, Usman mengambl tindakan
mengumpulkan para penghafal Al-Qur`an dan segera membentuk panitia penulisan Al-
Qur`an dengan menunjuk sekretaris Rasulullah yaitu Zaid bin Sabit menjadi ketua panitia
pembukuan Al-Qur`an.

Karena kekhawatiran itulah, Khalifah Usman Bin Affan memerintahkan kaum muslimin agar
seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dikumpulkan dalam satu mushaf, Kemudian dikenal
Mushaf Usman.

asbab nuzulul quran

Memahami Asbabun Nuzul membantu kita untuk menggali konteks sejarah


dan latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi serta menjadi latar
belakang turunnya ayat-ayat Al-Quran. Asbabun Nuzul adalah istilah Arab
yang terdiri dari dua kata: "Asbab" (‫ )أسباب‬yang berarti sebab atau penyebab,
dan "Nuzul" (‫ )نزول‬yang berarti penurunan atau turun. Jadi, Asbabun Nuzul
secara harfiah berarti sebab-sebab penurunan atau turunnya ayat-ayat Al-
Quran. Ini mencakup keadaan, peristiwa, atau kondisi tertentu yang
menyebabkan Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran kepada Nabi
Muhammad SAW.

Macam - Macam Asbabun Nuzul

1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid Asbabun Nuzul Ta’addud Al-Asbab


Wa Al-Nazil Wahid adalah sejumlah penyebab yang hanya menjadi latar
belakang dari penurunan satu ayat atau wahyu.

2. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid Satu sebab yang mekatarbelakangi


turunnya beberapa ayat.

contoh ayat Al-Qur'an yang memiliki asbabunnuzul:

1. Surah Al-Maidah Ayat 51 ۞ ‫ٰٓي َاُّيَه ا اَّلِذْي َن ٰا َم ُن ْو ا اَل َت َّت ِخُذ وا اْلَي ُهْو َد َو الَّن ٰص ٰٓر ى َاْو ِلَي ۤا َء ۘ َب ْع ُضُهْم َاْو ِلَي ۤا ُء َب ْع ٍۗض‬
٥١ ‫َو َم ْن َّي َت َو َّلُهْم ِّم ْنُك ْم َفِاَّن ٗه ِم ْن ُهْم ۗ ِاَّن َهّٰللا اَل َي ْهِدى اْلَقْو َم الّٰظ ِلِمْي َن‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang


Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia[-mu]. Sebagian mereka menjadi teman
setia bagi sebagian yang lain. Siapa di antara kamu yang menjadikan mereka
teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim,” (QS. Al-Maidah [5]:
51).

2. Surah Ad-Duha Ayat 1-3 ٣ ‫ َم ا َو َّد َعَك َر ُّبَك َو َم ا َقٰل ۗى‬٢ ‫ َو اَّلْي ِل ِاَذ ا َس ٰج ۙى‬١ ‫َو الُّض ٰح ۙى‬

Artinya: “Demi waktu duha dan demi waktu malam apabila telah sunyi,
Tuhanmu [Nabi Muhammad] tidak meninggalkan dan tidak [pula] membencimu,”
(QS. Ad-Duha [93]: 1-3).

Manfaat Mengetahui Asbabun nuzul

Mengetahui asbabun nuzul memiliki manfaat yang sangat besar bagi seseorang yang ingin
mempelajari lebih dalam tentang al-quran beserta makna yang terkandung didalamnya.
Manfaat mengetahui asbabun nuzul yaitu yang paling utama memberikan manfaat menuntut
ilmu dan beberapa manfaat lainnya sebagai berikut

1. Mengetahui Hikmah dari hukum didalam turunnya suatu ayat


2. Mengetahui sebab turunnya al-quran dan hadist
3. Mengetahui sasaran obyek dari ayat al-quran
4. Mempermudah dalam mempelajari al-quran
5. Mempermudah menafsir
6. Membantu dalam menghafal al-quran
7. Mengetahui pengkhususan suatu hukum
8. Mengatasi ketidakpastian

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa surah-surah yang terdapat di dalam


Alquran terbagi menjadi dua bagian, yaitu surat-surat makkiyah dan surat-surat
madaniyah. Dalam studi ilmu Alquran, ilmu makkiyah dan madaniyah merupakan
bidang kajian yang berupaya untuk membedakan masa penting turunnya al-Alquran
baik dari segi isi maupun struktur surah al-Quran.
Jika kita mendasarkan pengertian Makiyah dan Madaniyah pada tempat turunnya ayat, maka
pengertian makkiyah adalah ayat-ayat al-Alquran yang turun di Makkah dan daerah-daerah di
sekitarnya (Mina, Arafah, Hudaibiyah, dll.), baik waktu turunnya sebelum Nabi Saw.
melakukan hijrah maupun sesudah hijrah.

Sebaliknya, surah-surah madaniyah adalah ayat-ayat alAlquran yang turunnya di Madinah


atau sekitarnya (Badar, Sal’, Uhud, dll.), baik waktu turunnya sebelum Nabi Muhammad
Saw. berhijrah atau sesudahnya.
Menurut pengertian dari sebagian ulama lain, makkiyah adalah ayat yang turun sebelum Nabi
Muhammad Saw. hijrah, sedangkan madaniyah adalah ayat yang turun kepada nabi
Muhammad saw. setelah Nabi berhijrah. Pendapat ini cukup memiliki banyak pendukung,
baik dari mayoritas ulama klasik, modern, maupun ulama kontemporer.

Hal ini berarti, dimanapun tempat turunnya surah atau ayat al-Quran itu, jika turun sebelum
nabi Hijrah maka disebut dengan surah Makiyah dan apabila sesudah nabi Hijrah disebut
dengan Madaniah, meskipun turunnya al-Quran itu ada di Mekah saat fathul Mekah
misalnya.
Dilihat dari karakteristik atau tanda-tanda dari Makiyah dan Madaniyah itu, maka pengertian
Makkiyah juga dapat dimaknai sebagai ayat-ayat yang arah perintah disebutkan kepada
penduduk Kota Makkah, sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang khitabnya atau arah
perintah ditunjukkan kepada penduduk kota Madinah dengan menggunakan panggilan ‫َٰٓيَأُّيَها‬
‫( ٱَّلِذ يَن َء ا ُنو۟ا‬wahai orang-orang yang beriman).
‫َم‬
Dalam pandangan ini, rumusan makkiyah dan madaniyah menjadi lebih simpel dan lebih
mudah dimengerti dan dikenali karena kita hanya tinggal melihat pada kriteria panggilan
(nida’) yang khas dari keduanya tersebut. Namun, pendapat ini masih memiliki kejanggalan
setelah kita mengetahui secara singkat pengertian dari Makkiyyah dan Madaniyyah. Kita juga
perlu tahu alasan pengkategorian atau lebih tepatnya manfaat kita mengetahui kategorisasi
dari tiap ayat-ayat Al-Qur’an:

1. Membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an


2. Mengetahui metode Al-Qur’an saat menyeru kepada Allah
3. Menjadi sumber asli dari sirah nabawiyah

Perbedaan Ayat Makkiyah dan Madaniyah

1. Ayat dan surat Makkiyah umumnya pendek-pendek, sedangkan ayat dan surat
Madaniyah umumnya panjang-panjang.

2. Ayat dan surat Makkiyah umumnya dimulai dengan sapaan ya ayyuhannas (hai
sekalian manusia), sedangkan ayat dan surat Madaniyyah dimulai oleh ungkapan ya
ayyuha al-aladzina amanii (hai orang-orang yang beriman).

3. Ayat dan surat Makkiyah umumnya berbicara tentang ketauhidan (iman), sedangkan
ayat dan surat Madaniyyah umumnya berbicara tentang sosial-kemasyarakatan dan
hukum.

4. Setiap surat yang di dalamnya mengandung ayat sajdah berarti termasuk Makkiyah,
sedangkan setiap surat yang mengandung kata kalla (jangan begitu) adalah Makkiyah.

5. Surat-surat yang mengandung kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu, kecuali surat
Al-Baqarah, adalah Makkiyah.

6. Setiap surat yang didahului oleh huruf-huruf muqaththa'ah, kecuali surat Al-Baqarah
dan Ali Imran, adalah Makkiyah; sedangkan surat Ar-Ra'd masih diperselisihkan oleh
ulama tafsir.

Contoh Ayat Makkiyah dan Madaniyah

Ayat Makkiyah
‫اْقَتَرَبِت الَّساَع ُة َو اْنَشَّق اْلَقَم ُر‬
Artinya: “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.” (QS. Al Qamar: 1).
Ayat Madaniyyah
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأْو ُفوا ِباْلُع ُقوِد ۚ ُأِح َّلْت َلُك ْم َبِهيَم ُة اَأْلْنَع اِم ِإاَّل َم ا ُيْتَلٰى َع َلْيُك ْم َغْيَر ُمِح ِّلي الَّصْيِد َو َأْنُتْم ُحُر ٌم ۗ ِإَّن َهَّللا َيْح ُك ُم َم ا‬
‫ُيِريُد‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagi kalian
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepada kalian. (Yang demikian itu) dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kalian sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al Maidah: 1).
Manfaat Makkiyah dan Madaniyah
Pertama, Manfaat mempelajari Makkiyah dan Madaniyah adalah dapat digunakan
sebagai alat bantu bagi mufassir (pentafsir) untuk menafsirkan al-Quran.
Kedua, manfaat yang diperoleh dari Makkiyah dan Madaniyah adalah dapat
mendalami gaya bahasa al-Quran dan mengaplikasikannya sebagai metode
berdakwah.
Ketiga, manfaat yang didapat dari Makkiyah dan Madaniyah adalah dapat
mengetahui sejarah hidup Nabi Muhammad melalui turunnya ayat-ayat al-Quran.

Tafsir, ta’wil dan tarjamah

Pengertian Tafsir secara bahasa adalah berasal dari kata ‫ َت ْف ِس ْيًر ا‬- ‫ ُيَفِّسُر‬- ‫َفَّسَر‬
yang artinya penjelasan, keterangan, atau uraian. Secara istilah, Abu Hayan
mendefinisikan tafsir sebagai ilmu yang membahas tata cara pengungkapan
kata-kata yang ada dalam Al-Qur'an, baik petunjuk yang ada di dalamnya,
hukum yang terkandung secara tunggal ataupun jamak, dan mengungkapkan
makna yang terkandung dalam takrib yang menjadi kesempurnaannya.

Pengertian Ta'wil secara lughowi bermakna "ar-raj'u" kembali. Secara istilah, Ta'wil adalah
memalingkan lafal dari makna dzahir kepada makna lain yang dimiliki oleh lafadz tersebut,
jika makna lain tersebut sesuai dengan Qur'an dan sunnah.

Pengertian Terjemah secara bahasa berasal dari kata "tarjama" yang artinya menerangkan
dengan bahasa lain. Muhammad bin Salih al-'Asimaini menyatakan dalam kitab Ushul fi at-
Tafsil bahwa "Terjemah yaitu menerangkan suatu kalam atau pembicaraan dengan bahasa
yang lain"

Perbedaan tafsir, ta'wil, dan terjemah.

 Tafsir menjelaskan makna ayat dengan panjang lebar dan lengkap dengan
penjelasan hukum, hikmah, seringkali juga berisi kesimpulan kandungan
suatu ayat.
 Ta'wil itu mengalihkan lafal-lafal dari makna lahiriyah dan rajih, kepada
arti lain yang samar dan marjuh.
 Terjemah hanya mengubah atau transliterasi dari bahasa Arab ke dalam
bahasa lain, hanya memindah arti saja.

Alquran itu memiliki banyak dimensi seperti dimensi hukum atau syariat, dimensi
teologi atau akidah, hingga dimensi moralitas atau akhlak. Maka menurut ustaz
Mulawarman agar makna Alquran itu tepat pemahamannya dan lebih mendalam
pemahamannya maka dibutuhkan ahli tafsir.

Contoh-Contoh Tafsir
1. Tafsir Tahlily (Adaby): Al Maragy
QS.al-Bayyinah ayat 1 (Madaniyyah)

‫لم يكن اّلذين كفروا من أهل الكتب والمشركين منفكين حّت ى تأتيهم البّينة‬

Penjelasan:
`Orang-orang yang mengingkari risalah Muhammad saw dan meragukan
kenabiannya, yakni kaum musyrikin dan Nasrani,
selamanya tidak akan mau meninggalkan pegangan mereka karena kekafiran yang
sudah keterlaluan. Mereka telah meninggalkan kebenaran dan lebih menyukai
pegangan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Sekalipun pada
kenyataannya nenek moyang itu tidak mengerti sama sekali permasalahan agama.
Rasulullah hadir di tengah-tengah mereka dengan membawa ajaran yang
menggoncangkan terhadap ajaran yang sudah berakar di dalam keyakinan mereka,
disamping sudah menjadi kebiasaan yang membudaya. Karenanya, mereka
berupaya terus mencari alasan karena didorong oleh sikap ingkar mereka. Mereka
mengemukakan hujjah yang mengatakan bahwa apa yang didatangkan Muhammad
adalah sama dengan yang ada di tangan mereka dan bukan merupakan kebaikan
jika apa yang didatangkan itu diikuti. Menurut mereka, dengan berpegang pada apa
yang ada pada mereka dan berjalan sesuai dengan tata aturan nenek moyang
mereka adalah lebih baik dan patut, bahkan lebih disukai oleh perasaan mereka
karena dianggap akan membawa keselamatan.

contoh-contoh takwil berdasarkan metod salaf dan khalaf.


i)Firman Allah
‫َي َخ اُفوَن َر‌َّبُهم ِّم ن َفْو ِقِهْم َو َي ْف َع ُلوَن َم ا ُيْؤ َم ُر‌وَن‬
Ertinya : Mereka (para malaikat) takut kepada Tuhan mereka Yang di atas
mereka (dengan kekuasaanNya), serta mereka mengerjakan apa Yang
diperintahkan.(Annahli16:50)

Takwil salaf – Kita tidak mengetahui maksud ‘di atas’ di dalam ayat
tersebut.Kita serahkan maknanya kepada Allah dan maha suci Allah itu
daripada keadaannya berpihak samada di atas atau di bawah.
Takwil khalaf – Maksud ‘di atas’ itu ialah ‘ketinggian dan kebesaran’.Maka
jadilah maksudnya para malaikat takut dengan ketinggian dan kebesaran
Allah.

Manfaat Membaca dan Memahami Tafsir Al-Quran bagi Muslim


1. Menghindari Kesesatan di Dunia
2. Memahami Al-Quran Lebih Dalam
3. Memberikan Manfaat Bagi Orang Lain
4. Lebih Berhati-hati dalam Berbuat
5. Menjaga Kesucian Al-Quran

Nasikh wa mansukh

A. Pengertian Nasikh-Mansukh

Secara bahasa, Nasikh dan Mansukh berasal dari kata: nasakha-


yansakhu-naskhan. Artinya ada dua, yaitu: menghapus dan
memindahkan.

Nasikh artinya hukum syar’i yang menghapus. Bisa berupa ayat al-
Qur’an atau hadits.

Mansukh artinya hukum syar’i yang dihapus. Juga berupa ayat atau
hadits.

Ada beberapa macam ayat yang dihapus:

Pertama, dihapus bacaannya saja. Hukumnya masih berlaku.


Misalnya ayat yang menjelaskan hukuman hadd bagi pezina yang
sudah menikah. Ayat yang menerangkan hukuman ini sudah dihapus
bacaannya, sudah dikeluarkan dari barisan ayat-ayat al-Qur’an.
Namun hukumnya masih berlaku.

Kedua, dihapus hukumnya saja. Bacaannya masih ada. Misalnya


ayat yang memberikan perintah kepada kita untuk meninggalkan
wasiat bagi kedua orangtua dan kerabat. Ayat ini masih ada dalam
al-Qur’an, namun hukumnya sudah tidak berlaku.

Ketiga, dihapus bacaan dan hukumnya. Misalnya ayat menjelaskan


batasan minimal tentang jumlah susuan yang menjadikan hubungan
susuan (radha’ah), yaitu sepuluh kali susuan. Ayat ini sudah dihapus
bacaan maupun hukumnya, diganti dengan ayat yang menjelaskan
bahwa jumlah susuan tersebut minimal adalah lima kali susuan.
1. Perombakan Hukum Dari Rasulullah SAW Secara Jelas

‫ُكْن ُت َن َهْي ُتُك ْم َع ْن ِز َي اَر ِة اْلُقُبْو ِر َفُز ْو ُرْو َها َفِاَّن َه ا ُتَذ ِّك ُر اٰاْل ِخَر َة‬

"Aku telah melarang kaliang untuk berziarah kubur, maka (sekarang) berziarah
kuburlah kalian, karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan akhirat".
Mansukh hukum :

Rasululllah SAW pernah melarang untuk berziarah kubur pada awal hingga
pertengahan islam di masa Beliau. Hal itu dikarenakan iman para sahabat masih
kurang kuat, di mana adat dan budaya jahiliyyah masih melekat di kalangan
sahabat, jadi dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang menyimpang dari syariat saat
berziarah.

Nasikh hukum :

Namun, setelah berjalannya waktu kekhawatiran tersebut sudah mulai menghilang,


karena iman para sahabat sudah dibilang cukup kuat. Jadi, Rasulullah SAW
kemudian menganjurkan untuk berziarah kubur.

2. Perombakan Hukum Dari Sahabat

Dalam hukum mengenai batal atau tidaknya wudlu karena memakan makanan yang
dimasakan dengan api, ada sebuah perombakan hukum, sebagai berikut :

Mansukh Hukum :

‫َك اَن ٰا ِخُر اَأْلْمَر ْي ِن ِمْن َر ُسْو ِل ِهّٰللا َص َّلى ُهّٰللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َت ْر ُك اْلُو ُضْو ِء ِم َّم ا َمَّس ِت الَّن اُر‬

"Ada 2 perkara terakhir dari Rasulullah SAW yaitu meninggalkan wudlu sebab
mamakan masakan yang dimasak dengan api".

Hadits tersebut diriwayatkan dari Sahabat Jabir ra, hadits tersebut memberikan
hukum bahwa seseorang yang memasak masakan yang dimasak dari api, baik
dipanggang, digoreng, dan sebagainya, maka wudlunya menjadi batal.

Nasikh Hukum :

Memang hadits tersebut menjadi perselisihan pendapat di kalangan ulama' fiqih, ada
yang berpendapat memang wudlunya bisa batal. Tetapi, jumhur ulama' merombak
hukum dalam hadits tersebut, seperti pendapat Imam An-Nawawi dalam Kitab
Majmuk juz 4 hal 43 :

‫ُثَّم ِإَّن َه َذ ا اْلِخاَل َف اَّلِذي َح َك ْي َن اُه َك اَن ِفي الَّص ْد ِر اَأْلَّو ِل ُثَّم َأْج َمَع اْلُع َلَم اُء َبْع َد ٰذ ِلَك َع َلى َاَّن ُه اَل َي ِجُب اْلُو ُضْو ُء ِبَأْك ِل َم ا َمَّس ْت ُه‬

‫ َو ُهّٰللا َأْع َلُم‬، ‫الَّن اُر‬

"Kemudian, sesungguhnya masalah perselisihan pendapat ini yang telah kami


ceritakan, terjadi pada generasi awal. Kemudian, ulama' bersepakat setelah hal itu
bahwa tidak wajib wudlu sebab memakan makanan yang dimasak dengan api, Allah
SWT lebih mengetahui".

A. Pengertian Munasabah.

Secara etimologi, kata munasabah sering dipakai dalam tiga pengertian. Kata ini dipakai
dengan makna musyakalah atau muqarabah (dekat). Kata munasabah juga diartikan
dengan an-nasib (kerabat atau sanak keluarga). Pengertian munasabah secara
terminologis menurut beberapa ulama adalah sebagai berikut: a. Menurut Ibn ‘Arabi
munasabah adalah hubungan ayat-ayat al-Qur`an antara suatu bagian dengan lainnya,
sehingga bagaikan satu kalimat yang maknanya harmonis dan strukturnya yang rapi. b.
Menurut Az-Zarkasyi adalah merupakan usaha pemikiran manusia untuk menggali
rahasia hubungan antar ayat atau surat yang dapat diterima akal.

B. Bentuk-Bentuk dan Contoh Munasabah.

1. Hubungan Kata Demi Kata dalam Satu Ayat.

Munasabah ini terjadi karena antara bagian-bagian al-Qur`an tidak ada


kesesuaian, sehingga tidak tampak adanya hubungan di antara keduanya,
bahkan tampak masingmasing ayat berdiri sendiri, baik karena ayat yang
dihubungkan dengan ayat lain maupun karena yang satu bertentangan
dengan yang lain. Hal tersebut baru tampak ada hubungan yang ditandai
dengan huruf ‘atf, sebagai contoh, terdapat dalam QS. al-Gasyiyah : 17-20: ‫َأ‬
‫ َو ِإَلى ٱَأْلْر ِض‬. ‫ َو ِإَلى ٱْلِج َب اِل َك ْي َف ُن ِص َب ْت‬. ‫ َو ِإَلى ٱلَّسَم ٓاِء َك ْي َف ُر ِفَع ْت‬. ‫َفاَل َي نُظ ُروَن ِإَلى ٱِإْلِبِل َك ْي َف ُخ ِلَقْت‬
‫“ َك ْي َف ُسِط َح ْت‬Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia
diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggikan? dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan? dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.”

2. Hubungan antara Kandungan Ayat al-Qur’an dengan Fasilah (Penutup


Ayat).

Dalam satu surat terdapat korelasi antara awal surat dan akhirannya.
Misalnya, dalam surat al-Qasas dimulai dengan kisah Nabi Musa As. dan
Fir’aun serta pasukannya, sedangkan penutup surat tersebut
menggambarkan pernyataan Allah Swt agar umat Islam jangan menjadi
penolong bagi orang-orang kafir, sebab Allah Swt lebih mengetahui tentang
hidayah.

3. Hubungan Ayat dengan Ayat Berikutnya.

Hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surat.
Contoh dalam masalah ini misalnya dalam surat al-Mu’minun, ayat 1 yang
berbunyi “qad aflaḥa al-mu’minun” lalu di bagian akhir surat tersebut
berbunyi “innahu la yufliḥu alkafirun”. Ayat pertama menginformasikan
keberuntungan dalam orang-orang mukmin, sedangkan ayat kedua di
bagian akhir shalat tentang ketidakberuntungan orang-orang kafir.
Munasabah antar ayat ini juga dijumpai dalam contoh pada QS. al-
Baqarah : 45 terdapat kata al-khasyi’in yang kemudian di jelaskan pada
ayat berikutnya yang memberi informasi tentang maksud dari kata al-
khasyi’in tersebut: ‫ ٱَّلِذيَن َي ُظ ُّن وَن‬. ‫َو ٱْس َت ِعيُنو۟ا ِبٱلَّصْب ِر َو ٱلَّص َلٰو ِة ۚ َو ِإَّن َه ا َلَك ِبيَر ٌة ِإاَّل َع َلى ٱْلَٰخ ِش ِعيَن‬
‫“ َأَّن ُهم ُّم َٰل ُقو۟ا َر ِّب ِه ْم َو َأَّن ُهْم ِإَلْيِه َٰر ِج ُعوَن‬Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu’. (yaitu) orangorang yang meyakini, bahwa
mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya.”

4. Hubungan Mukadimah Satu Surat dengan Surat Berikutnya.

Misalnya antara surat al-Fatiḥah dan surat al-Baqarah. Dimana dalam surat
al Fatiḥah berisi tema global tentang aqidah, muamalah, kisah, janji, dan
ancaman. Sedangkan dalam surat al-Baqarah menjadikan penjelas yang
lebih rinci dari isi surat al-Fatiḥah.

5. Hubungan Penutup Satu Surat dengan Mukaddimah Surat Berikutnya.


Misalnya permulaan surat Al-Hadid : 1 dengan penutupan surat Al-Waqi’ah :
96 memiliki relevansi yang jelas, yakni keserasian dan hubungan dengan
tasbih ‫“ َفَس ِّبْح ِبٱْس ِم َر ِّب َك ٱْلَع ِظ يِم‬Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama
Rabbmu yang Maha besar.” Dengan, ‫َسَّبَح ِهَّلِل َم ا ِفى ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِض ۖ َو ُه َو ٱْلَع ِز يُز ٱْلَح ِكيُم‬
“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada
Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS. al-Hadid :1)

6. Hubungan Kandungan Surat dengan Surat Berikutnya.

Al-Qur`an sebagai satu kesatuan yang bagian-bagian strukturnya terkait


secara utuh. Pembahasan tentang munasabah antar surat dimulai dengan
memposisikan surat al-Fatiḥah sebagai Ummul Kitab (induk al-Qur`an),
sehingga penempatan surat tersebut sebagai surat pembuka (al-Fatiḥah)
adalah sesuai dengan posisinya yang merangkum keseluruhan isi al-
Qur`an Surat al-Fatiḥah menjadi ummul kitab, sebab di dalamnya
terkandung masalah tauhid, peringatan dan hukum-hukum, yang dari
masalah pokok itu berkembang sistem ajaran Islam yang sempurna melalui
penjelasan ayat-ayat dalam surat-surat setelah surat al-Fatiḥah. Ayat 1-3
surat al-Fatiḥah mengandung isi tentang tauhid, pujian hanya untuk Allah
Swt karena Dia-lah penguasa alam semesta dan Hari Akhir, yang penjelasan
rincinya dapat dijumpai secara tersebar di berbagai surat al-Qur`an. Salah
satunya adalah surat al Ikhlas yang dikatakan sepadan dengan sepertiga al-
Qur`an Ayat 5 surat al-Fatiḥah ‫ ِإَّياَك َن ْع ُبُد َو ِإَّياَك َن ْس َت ِعيُن‬dijelaskan secara rinci
tentang apa itu jalan yang lurus, di permulaan surat al-Baqarah ‫ َٰذ ِلَك ٱْلِك َٰت ُب‬. ‫آلٓم‬
‫اَل َر ْي َب ۛ ِفيِه ۛ ُه ًد ى ِّلْلُم َّت ِقيَن‬. Atas dasar itu dapat disimpulkan bahwa teks dalam
surat al-Fatiḥah dan teks dalam surat al-Baqarah berkesesuaian (ada
munasabah).

C.Manfaat Mempelajari Ilmu Munasabah.

Di antara manfaat mempelajari ilmu munasabah ialah sebagai berikut:

a. Dapat mengembangkan anggapan orang yang menganggap bahwa tema-tema al


Qur’an tidak mempunyai hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.

b. Mengetahui hubungan antara bagian al-Qur’an, baik antara kalimat-kalimat atau ayat-
ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih memperdalam
pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab al-Qur’an dan memperkuat keyakinan
terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.

c. Dapat mengetahui ketinggian (keindahan) bahasa al-Qur’an dan konteks


kalimatkalimatnya yang satu dengan yang lainnya, serta penyesuaian antara ayat atau
surat yang satu dari yang lain.

d. Dapat membantu menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an setelah diketahui hubungan suatu


kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain.

Anda mungkin juga menyukai