Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ULUMUL QUR’AN

Mata Kuliah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu:

Dr. Anwar Mujahidin, S. Ag., M.A.

Disusun Oleh: Kelompok 9/IAT C

Nur Azmi Intan Fantini (301210071)

JURUSAN ILMU AL QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI IAIN PONOROGO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam.
Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, namun yang menjadi masalah dan
pangkal perbedaan adalah kapasitas manusia yang sangat terbatas dalam
memahami alQur’an. Karena pada kenyataannya tidak semua yang pandai
bahasa Arab, sekalipun orang Arab sendiri,mampu memahami dan
menangkap pesan Ilahi yang terkandung di dalam al-Qur’an secara sempurna.
Terlebih orang ajam (non-Arab). Bahkan sebagian para sahabat nabi, dan
tabi’in yang tergolong lebih dekat kepada masa nabi, masih ada yang keliru
menangkap pesan al-Qur’an.
Kesulitan-kesulitan itu menyadarkan para sahabat dan ulama generasi
berikutnya akan kelangsungan dalam memahami al-Qur’an. Mereka merasa
perlu membuat rambu-rambu dalam memahami al-Qur’an. Terlebih lagi
penyebaran Islam semakin meluas, dan kebutuhan pada pemahaman al-
Qur’an menjadi sangat mendesak. Hasil jerih payah para ulama itu
menghasilkan cabang ilmu al-Qur’an yang sangat banyak. Adanya
permasalahan tersebut menjadi urgensi dari ilmuilmu al-Qur’an sebagai
sarana menggali pesan Tuhan, serta untuk mendapat pemahaman yang benar
terhadap al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka
permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an?
2. Bagaimana sejarah pertumbuhan Ulumul Qur’an?
3. Apa saja ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ulumul Qur’an.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Ulumul Qur’an.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup Ulumul Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Qur’an
Al Qur’an adalah kitab Allah yang berisi kalam dari Yang Maha Suci,
mukjizat Nabi Muhammad yang abadi, diturunkan kepada seorang Nabi yang
terakhir yakni Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul dengan
perantara Malaikat Jibril.
Istilah Ulumul Qur’an berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata Ulum
dan al Qur’an. Kata Ulum merupakan bentuk jamak dari kata ilmu. Adapun
Al Qur’an sebagaimana didefinisikan oleh ulama ushul, ulama fiqih,dan
ulama bahasa yakni kalam Allah yang diturunkan kepada NabiNya
Muhammad SAW yang lafadz-laafadznya mengandung mukjizat,
membacannya mengandung nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir dan di
tulis pada mushaf, mulai dari awal surah Al Fatihah sampaai akhir surah
Annas.1
Dalam kajian islam ungkapan Ulumul Qur’an ini telah menjadi nama
bagi suatu disiplin ilmu, dan secara bahasa artinya ilmu-ilmu Al Qur’an. Di
Indonesia ilmu ini kadang-kadang di sebut “Ulum Al Qur’an” dan kadang-
kadang disebut “ilmu-ilmu Al Qur’an”. Hal ini dapat dilihat umpamanya
dalam karya Fahd Abdurrahman ar-Runi Dirast fi Ulum AL-Qur’an yang
telah diterjemahkan oleh Amirul Hasan Dan Muhammad Halabi dengan
diberi judul Ulum Al-Qur’an, Studi Kompleksitas Al-Qur’an,
Secara bahasa para ulama telah merumuskan beberapa definsi Ulumul
Qur’an ini. Di antarannya Az-Zarqani mengemukakan sebagai berikut:
“Pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan, Al-Qur’an
dari segi turunnya, urutan-urutannya, pengumpulannya, penulisannya,
bacaannya, penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya, dan
penolakan hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan terhadap Al-Qur’an
dan lain sebagainya.”2

1
Syaamsu Nahar, Studi Ulumul Qur’an,(Medan:Perdana Publishing,2015),hal.1
2
Oom Mukarramah,Ulumul Qur’an,(Jakarta:Rajagrafindo Persada,2013),hal.3
Manna Al-Qaththan memberikan definisi Ulumul Qur’an:“Ilmu yang
mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an
dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya, pengumpulan Al-
Qur’an dan urutan-urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat Makiyah dan
Madaniyah, nasikh mansukh, muhkam, dan mutasyabih dan hal-hal lain
yang ada hubungannya dengan Al-Qur’an.”3
Sedangkan Ali ash-Shabuni memberikan definisi Ulumul Qur,an:
“Yang dimaksud dengan Ulumul Qr’an ialah pembahasan-
pembahasan yang berhubungan dengan kitab yang mulia ini dari segi
turunnya, pengumpulannya, penertibannya, pembukaannya, mengetahui
sebab turunnya, Makiyah dan Madaniyahnya, naskh dan mansukhnya,
muhkam dan mutasyabihnya dan lain-lain pembahasan yang berkaitan
dengan Al-Qur’an”
B. Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an
Al quran yang diturunkan secara berangsur angsur kepda nabi
Muhammad saw. Mempunyai perjalanan yang panjang baik dari segi
turunnya maupun dari segi perkembangannya. Pertumbuhan dan
perkembangan al quran ketika itu terus berlangsung karena apa yang diterima
nabi, beliau sampaikan kepadaa para sahabat, dan sahabatpun menyampaikan
pula kepada sahabat lainnya. Proses perkembangan dan pertumbuhan yang
begitu cepat isebabkan karena al quran turun dengan menggunakan bahasa
arab , sehingga para sahabat yang memang orang arab cepat memahaminya,
apabila mereka menemukan kesulitan mereka dapat bertanya langsung
kepada nabi sehingga perkembangannya cukup menggemberikan. Untuk
melihat pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Quran, dapat ditelusuri dari
fase – fase berikut :
1. Fase Sebelum Kodifikasi
Sebelum Ulumul Quran dikodifikasikan, ulumul Quran telah
dikenal para sahabat sejak masa Nabi. Hal itu dapat dilihat dari antusias

3
Manna Al-Qaaththan, Mahabits Fi Ulum Al-Qur’an,(Riyad, Mansyurat al- Ashr al-
Hadits, 1973),hal.15-16.
para sahabat Nabi untuk mempelajari al-Quran dengan semangat tinggi.
Apabila mereka menemukan kesulitan dalam memahami al-Quran,
mereka bertanya langsung kepada Nabi SAW. Nabi bagi para sahabat
adalah sebagai kamus berjalan dan sumber ilmu. Hanya kepada Nabi
mereka menanyakan segala sesuatu mereka tidak pahami termasuk makna
atau pengertian ayat-ayat al-Quran. Sebagai ilustrasi berikut ini
dikemukakan beberapa contoh.
Nabi menjelaskan semua makna ayat yang belum dapat dipahami
para sahabat, jika mereka bertanya kepadanya. Hal ini menunjukkan
bahwa ulumul Quran mulai tumbuh semenjak masa nabi . Nabi adalah
mufassir awal .akan tetapi penafsiran nabi terhadap ayat-ayat tersebut
tidak ditulis secara resmi oleh para sahabat. Penafsiran nabi hanya
disampaikan kepada sahabat yang lain dan tabi’in dengan periwayatan
dari mulut kemulut. Ada beberapa sebab mengapa penafsiran nabi
sebagai bagian dari Ulumul Quran tidak ditulis para sahabat, yaitu:
a. Ada larangan dari rasul menulis sesuatu selain al Quran, karena
dikhawatirkan perhatian para sahabat menjadi terbagi ,tidak
sepenuhnya kepada al Quran, padahal proses penuruna al Quran
ketika itu masih berlangsung. Atau khawatir bercampurnya Al-Quran
dengan sesuatu yang bukan Al-Quran .
b. Para sahabat tidak merasa perlu menulisnya,sebab mereka orang
dihabit, dan jika ada problem mereka dapat langsung bertanya
kepada Nabi.
c. Banyak sahabt yang tidak pandai menulis.
Demikianlah perjalanan Ulumul Quran sampai pada masa Umar bin
Khatab. Adapun para perintis Ulumul Quran pada abad 1 (sebelum
kodifikasi) dapat dijelaskan sebagai berikut;
1) Dari kalangan sahabat: Khulafa’ al-Rasyidin, Ibn ‘Abas, Ibn
Mas’ud, zaid bin Tsabit, ubay bin Ka’ab, Abu Musa al-‘As’ari,
dan Abullah bin Zubair.
2) Dari kalangan tabi’in: Mujahid, Atha’ bin Yasar, Ikrimah,
Qatadah, Al-Hasan Al- Bashri, Sa’id bin Jubar, Zaid bin Aslam.
3) Dari kalangan tabi’ut tabi’in: Malik bin Anas.
Periode sebelum kodifikasi tersebut terjadi pada abad 1 H.
2. Fase Kodifikasi
Sebenarnya ulumul Quran dan ilmu-ilmu lainnya belum
dikodifikasikan pada saat itu bukan Ulumul Quran. Seiring berjalannya
waktu twrus berlangsung sampai ketika Ali bin Abi Thalib
memerintahkan Abu al-Aswad al-Da’uli.untuk menulis ilmu nahwu.
Perintah Ali inilah yang mengawali semangat untuk mengkodifikasikan
ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Pengkodifikasian ini semakin
berkembang ketika kejayaan islam berada dibawah pemerintahan Bani
Umayyah dan pemerintahan Badi Abbasiyah.
Adapun kondisi pertumbuhan Ulumul Quran sebagaimana ditulis para
ulama adalah sebagai berikut:
a. Abad II H
Pada abad ini para ulama memberikan prioritas penyusunan
tafsir sebab tafsir merupakan induk Ulumul Quran. Diantara ulama
abad II ini adalah yang menyusun tafsir adalah sebagai berikut:
1) Sufyan bin Uyainah (w. 198 H)
2) Sufyan al-Tsauri (w. 161 H)
3) Waqi’ bin al-Jarrh (w. 197 H)
4) Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H)
5) Ibn Jarir Ath-Thabari (w. 310 H)
6) Syu’bah al-Hajjaj (w 160 H)
b. Abad III H
Pada abad ini, selain tafsir dan ilmu tafsir, para ulama mulai
menyusun Ulumul Qur’an. Di antaranya :
1) ‘Ali bin al-Madini (w. 234 H).
2) Abu Ubaid al-Qasimi bin Salam (w. 224 H) menyusun ilmu
Nasikh wa Mansukh, ilmu Qira’at, dan Fadha’il al-Quran.
3) Muhammad bin Ayyub al-Dhurraits (w. 294 H) menyusun ilmu
Makki wa al-Madani.
4) Muhammad bin Khalaf al-Marzuban (w. 309 H) menyusun
kitab al-Hawi fi Ulum al-Quran.
5) Ibn Jarir al-Thabari (w. 310 H) menyusun tafsir Jami’ Al-
Bayan fi Tafsir al-Quran.
c. Abad IV H
Di antara ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul
Qur’an pada abad ini aadalah :
1) Abu Bakar al-Sijistani (w. 330 H) menyusun kitab Gharib al-
Quran.
2) Abu Bakar Muhammad bin al-Qasim al-Anbari (w. 328 H)
menyusun kitab “ajaib Ulum al-Quran.
3) Abu al-Hasan al-Asy’ari (w. 324 H) menyusun kitab al-
Mukhtazam fi Ulum al-Quran.
4) Muhammad bin Ali al-Adfawi (w. 388 H) menyusun kitab al-
Istighna’ fi Ulum al-Quran.
d. Abad V H
Di antara ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul
Qur’an pada abad ini adalah :
1) Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w. 430 H) menyusun kitab
al-Burhan fi Ulum al-Quran.
2) Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H) menyusun kitab al-Taisir fi
Qira’at al-Sab’ah dan kitab al-Muhkam fi al-Naqth.
e. Abad VI H
Ulama yang terkenal pada abad ini antara lain :
1) Abu al-Qasim bin Abdu al-Rahman al-Suhaili (w. 581 H)
menyusun kitab Mubhamat al-Quran, kitab ini menjelaskan
maksud kata-kata alQuran yang tidak jelas, apa atau siapa yang
dimaksudkan.
2) Ibn al-Jauzi (w. 597 H) menyusun kitab Funun al-Afnan fi
‘Aja’ib al-Quran dan kitab al-Mujtab fi ‘Ulum tata’allaq bi al-
Quran.
f. Abad VII H
Pada abad ini mulai berkembang ilmu Majas al-Qur’an dan ilmu
Qiro’at. Ulama yang menaruh perhatian dalam bidang ini adalah :
1) Alamuddin al-Sakhawi (w. 643 H) menyusun kitab Hidayat al-
Murtab fi Mustasyabih.
2) Ibn ‘Abd al-Salam (w. 660 H) ia mempelopori penulisan ilmu
Majaz al-Quran.
3) Abu Syamah (w. 655 H) menyusun kitab al-Mursyid al-Wajiz
fi Ulum al-Quran tata’allaq bi al-Quran al-‘Aziz.
g. Abad VIII H
Mereka yang bergiat dalam penulisan Ulumul Qur’an abad ini
antara lain :
1) Ibn Abi al-Isba’ menyusun ilmu Bada’i al-Quran yakni ilmu
badi’ (tentang keindahan bahasa yang kandungan al-Quran).
2) Ibn al-Qayyim (w. 752 H) menyusun Ilmu Aqsam al-Quran
(tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam al-Quran).
3) Najmuddin al-Thufi (w. 716 H) menyusun Ilmu Hujaj al-Quran
atau Ilmu Jadal al-Quran (membahasa bukti atau argumentasi
yang dipakai al-Quran untuk menetapkan sesuatu.
4) Abu al-Hasan al-Mawardi, menyusun Ilmu Amtsal al-Quran.
5) Badruddin al-Zarkasy (w. 794 H) menyusun kitab al-Burhan fi
Ulum al-Quran.
6) Taqiyuddin Ahmad bin Taimiah al-Harrani (w. 728 H)
menyusun kitab Ushul al-Tafsir.
h. Abad IX dan X H
Perkembangan Ulumul Qur’an pada masa ini dipandang telah
mencapai kesempurnaan. Para ulama abad ini adaah :
1) Jalaluddin al-Bulqini (w. 824 H) menyusun kitab Mawaqi’ al-
Ulum min Mawaqi; al-Nujum.
2) Muhammad bin Sulaiman al-Kafiyaji (w. 879 H) menysun
kitab al-Taisir fi Qawa’id al-Tafsir.
3) Jalaluddin ‘Abd al-Rahman bin Kamaluddin al-Suyuthi (w. 911
H) menyusun kitab al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir. Kemudian ia
juga menyusun kitab yang lebih sempurna lagi yang bernama
al-Itqan fi Ulum al-Quran, membahas 80 macam ilmu al-
Quran. Kitab ini belum ada yang menandingi mutunya
sehingga diakui sebagai kitab standard dalam mata pelajaran
Ulumul Quran.
Setelah al-Suyuthi wafat, terjadilah stagnasi dalam
perkembangan ilmu al-Qur’an sampai akhir abad XIII H.
i. Abad XIV H
Pada masa ini Universitas Al-Azhar Mesir diakui telah
memicu kebangkitan kembali penyusunan kitab-kitab yang
membhas tentang al-Qur’an setelah memasuki abad XIV H karena
telah membuka jurusan bidang studi tafsir hadits. Para ulama yang
berjasa pada abad ini terkait penyusunan Ulumul Qur’an antara
lain:
1) Syekh Thahir al-Jaziri, yang menyusun kitab al-Tibyan fi Ulum
alQuran.
2) Jalaluddin al-Qasimi, (w. 1332 H) menyusun kitab Mahasin
alTa’wil.
3) Muhammad Abd al-‘Azhim al-Zarqani, menyusun kitab
Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran.
4) Muhammad ‘Ali Salamah, menyusun kitab Manhaj al-Furqon
fi Ulum al-Quran.
5) Syeikh Tanthawi Jauhari, menyusun kkitab al-Jawahir fi Tafsir
al-Quran dan al-Quran wa Ulum ‘Ashriyyah.
6) Mushthafa Sadiq al-Rafi’i, menyusun kitab I’jaz al-Quran.
7) Sayyid Quthub, menyusun kitab al-Tashwir al-Fani fi al-Quran.
8) Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha, menyusun kitab
Tafisr al-Quran al-Hakim yang terkenal dengan nama tafsir al-
Manar.
8) Dr. Subhi al-sahlih, guru besar Islamic Studies dan Fiqhu
Lughah pada fakulatas Adab Universitas Libanon, menyusun
kitab Mabahits fi’Ulum al-Quran.
9) Syeikh Muhammad Mushthafa al-Maraghi, menyusun sebuah
risalah yang menerangkan kebolehan kita menterjemahkan al-
Quran, ia menulis kitab tafsir al-Maraghi (Anwar, 2000: 21 -
28).4
C. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an
Mengingat banyaknya ilmu yang ada kaitan dengan pembahasan Al-
Qur’an, ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an itu jumlahnya sangat
banyak, bahkan, menurut abu Bakar Al-“Arabi, ilmu-ilmu Al-Qur’an itu
mencapai 77.450. Hitungan ini di peroleh dari hasil perkalian jumlah kalimat
Al-qur’an dengan empat, karena masing-masing kalimat mempuntyai makna
zhahir, batin, had, dan matlha’. Jumlah itu akan semakin bertambah jika
melihat urutan kalimat di dalam Al-Qur’an serta hubungan antarurutan itu.
Jika sisi itu yang dilihat, ruang lingkup pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an tidak
dapat dihitung (tak terhingga lagi).5
Berkenaan dengan persoalan ini, M. Hasbi Ash-Shidieqy berpendapat
bahwa ruang lingkup pembahasan Ulum Al-Qur’an terdiri dari enam hal
pokok berikut ini.
1. Nuzul, aspek ini membahas tentang tempat dan waktu turunnya ayat atau
surah Al-Qur’an. Misalnya, makkiyah, madniyah, safariyaH, hadhariyah,
syita’iyah, lailiyah, shaifiyah, dan firasyiah. Pembahasan ini juga meliputi
hal yang menyangkut asbab an-nuzul dan sebagainya.

4
Syamsu Nahar, Studi Ulumul Qur’an, (Medan: perdana Publishing, 2015),hal. 6-13
5
Rosihon Anwar, Ulum al-qur’an, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), hal. 14
2. syadz, ahad, bentuk-bentuk qiro’at (bacaan) Nabi, para penghafal dan
Sanad, aspek ini meliputi hal-hal yang membahas sanad yang mutawatir,
periwayat Al-Qur’an serta cara tahammul (penerimaan riwayat).
3. Ada’ Al-Qiro’ah, aspek ini menyangkut tata cara membaca Al-Qur’an
seperti waqaf, ibtida’, madd, imalah, hamzah, takhlifi, dan idgham.
4. Aspek pembahasan yang berhubungan dengan lafadz Al-Qur’an, yaitu
tentang gharib, mu’rab, musytarak, majaz, muradif, isti’arah, dan tasybih.
5. Aspek pembahasan makna Al-qur’an yang berhubungan dengan hukum,
misalnya ayat yang bermakna ‘amm dan tetap dalam keumumannya, ‘amm
yang di maksudkan khusus, ‘amm yang dikhususkan oleh sunnah, nash,
zhahir, mujmal, mufashshal, mafhum, manthuq, muthlaq, muqayyad,
muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh mansukh, mu’akhar, muqadam,
ma’mul pada waktu tertentu, dan mu’mal oleh seorang saja.
6. Aspek pembahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafadz,
yaitu fashl, washl, ithnab, ijaz, musawah, dan gashir.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan secara garis besar pokok
pembahasan Ulumul Qur’an terbagi menjadi dua aspek. Yang pertama, ilmu
yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang
mempelajari tentang jenis-jenis bacaan (qira’at), tempat dan waktu turunnya
ayat-ayat atau surah Al-Qur’an (makkiyah-madaniyah), dan sebab-sebab
turunnya Al-Qur’an (asbab- an-nuzul). Kedua, yaitu ilmu yang berhubungan
dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara
mendalam, misalnya pemahaman terhadap lafadz, yang gharib (asing) serta
mengetahui makna ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum.6

6
Muhammad Rifki Juliana, “Ulumul Qur’an Sebagai Ilmu”, Banten
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ulumul Qur’an adalah sejumlah pengetahuan yang berkaitan dengan Al-
Qur’an. Dan Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad,
Baik dari segi penurunannya ataupun perkembangannya. Untuk mengetahui
perkembangan Ulumul Qur’an, bisa dilhat dari dua fase. Fase yang pertama, yaitu
fase sebelum koodifikasi. Dan fase yang kedua, yaitu fase koodifikasi. Ruang
lingkup Ulumul Qur’an jumlahnya sangat banyak. Menurut pendapat M. Hasbi
Ash-Shidieqy ada 6 aspek yaitu : Nuzul, Sanad, Ada’ Al-qiro’ah, pembahasan
berhubungan dengan lafadz Al-Qur’an, pembahasan makna Al-Qur’an dengan
hukum, pembahasan makna Al-Qur’an berhubungan dengan lafadz.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaaththan, Manna. Mahabits Fi Ulum Al-Qur’an. Riyad, Mansyurat al- Ashr


al-Hadits. 1973.
Anwar, Rosihon. Ulum al-qur’an. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2007.
Juliana, Muhammad Rifki. “Ulumul Qur’an Sebagai Ilmu”, Banten.
Mukarram, Oom. Ulumul Qur’an. Jakarta:Rajagrafindo Persada. 2013.
Nahar, Syaamsu. Studi Ulumul Qur’an. Medan:Perdana Publishing. 2015.
Nahar, Syamsu. Studi Ulumul Qur’an. Medan: perdana Publishing. 2015.

Anda mungkin juga menyukai