Anda di halaman 1dari 21

Makalah

PROSES DIGITALISASI NASKAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah: Digitalisasi Naskah

Dosen Pengampu: Dra. Retno Sayekti, MLIS

Disusun Oleh: Sem. V/SPI A

Nama: Faisal Nugraha Sitorus (0602172028)

Rivayatul Akhyariyah (0602172029)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada ibu
dosen yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam ini terdapat kekurangan.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang
telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
lain. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan. Hanya Allah yang maha sempurna dan hanya kepada Allah kami mohon ampun.
Wallahu a’lam bisshawab.

Medan, 30 September 2019

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Pengertian Digitalisasi ..................................................................................4


B. Peralatan Yang digunakan Proses Digitalisasi Naskah ...........................4
C. Tahap Perencanaan Digitalisasi .................................................................6
D. Proses Sistem Digitalisasi Naskah ..............................................................7
E. Kegiatan Preservasi Digital .........................................................................
F. Kendala Preservasi Digital ...........................................................................
BAB III KESIMPULAN........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Naskah merupakan sebuah bentuk peninggalan budaya yang sampai sekarang


masih dapat dirasakan keberadaannya. Naskah kuno atau manuskrip merupakan dokumen
dari berbagai macam jenis yang ditulis dengan tangan tetapi lebih mengkhususkan kepada
bentuk yang asli sebelum dicetak. Barried menyatakan bahwa naskah merupakan semua
bentuk tulisan tangan berupa ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa
pada masa lampau. 1

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai kekayaan budaya


yang sangat beraneka ragam, dari Sabang sampai Merauke. Sudjiman (1995)
mengemukakan bahwa sebagian kebudayaan bangsa Indonesia pada masa lampau tergali
dari peninggalan purbakala, termasuk prasasti dan naskah kuno yang ditulis tangan. Di
dalam naskah kuno, terkandung suatu peristiwa dan unsur-unsur lain yang mengandung
nilai-nilai luhur yang cukup penting pada masa lampau. Dari peninggalan-peninggalan
tersebut dapat diketahui informasi tentang keberadaan dan kehidupan mereka. Seiring
berjalannya waktu, naskah-naskah kuno yang merupakan salah satu warisan budaya
Indonesia itu mengalir ke luara negeri tanpa alasan yang jelas.

Baried dalam Mu’jizah mengemukakan bahwa sejak abad ke-18 hingga masa
kini, naskah kuno sudah masuk dalam perdagangan gelap benda-benda antik. Beberapa kali
dalam media massa diungkap masalah jual beli manuskrip Indonesia di berbagai daerah di
Indonesia, di antaranya: Kompas: “Sebanyak 83 naskah Jawa yang tersimpan di Inggris (75
dari British Library, 8 dari Royal AsiaticSociety dan juga John RylandsUniversityLibrary,
Manchester), dimikrofilmkan dan menghasilkan 60 rol mikrofilm”. Republika:
“Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menyebutkan bahwa ribuan naskah kuno Indonesia
dikuasai oleh instansi pemerintahan maupun warga asing, sehingga Pemerintah Indonesia
terus berupaya mengambil kembali naskah bernilai sejarah nusantara tinggi tersebut”.

1
Bermansyah & Yoyok Antoni, 2016, “Digitalisasi Naskah Kuno Dalam Upaya Pelestarian Dan Menarik
Minat Generasi Muda”, Vol. 10 No.1, PDF
Meskipun begitu, pemerintah Indonesia telah berusaha melakukan segala
macam upaya untuk mempertahankan budaya luhur bangsa dari pengaruh negatif budaya
luar. Salah satu upaya nyata yang ditempuh adalah dengan menggali kembali puncak-
puncak kebudayaan daerah yang mengandung nilainilai luhur. Misalnya berbagai koleksi
naskah kuno yang tersimpan di Museum Radya Pustaka Surakarta, Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, Museum Ali Hasjmy Banda Aceh, dan museum atau perpustakaan
lainnya.

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen


Pasal 32 Ayat 1 dikemukakan sebagai berikut. “Negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Oleh karena itu, peran
pemerintah juga harus didukung oleh masyarakat, khususnya para filolog Indonesia selaku
pemerhati ilmu kebudayaan dalam naskah kuno sebagai upaya pemeliharaan dan
pengembangan nilai-nilai budaya dalam naskah tersebut.

Sehubungan dengan itu, berbagai upaya pemeliharaan naskah kuno telah


dilakukan oleh para filolog atau pemerhati kebudayaan berdasarkan naskah kuno. Wirajaya
mengemukakan bahwa pemeliharaan naskah itu antara lain: mengatur suhu udara tempat
naskah itu disimpan sehingga tidak cepat lapuk; melapisi kertas-kertas yang sudah lapuk
dengan kertas yang khusus untuk itu sehingga kuat kembali; dan menyemprot naskah-
naskah itu dalam jangka waktu tertentu dengan bahan kimia yang dapat mengawetkan dan
membunuh kutu-kutu yang memakan kertas itu. Namun, berbagai penanganan naskah kuno
seperti itu membutuhkan tingkat keuletan yang sangat tinggi. Jika petugas naskah lalai
sedikit saja, maka naskah malah menjadi rusak akibat penanganan itu sendiri, baik secara
sengaja maupun tidak. Selain itu, dibutuhkan biaya yang cukup banyak untuk melakukan
itu semua. Bermula dari biaya membeli bahan kimia, membeli kertas lapisan khusus, biaya
pembelian dan perawatan lemari atau tempat khusus penyimpanan naskah kuno, sampai
membayar biaya operasional atau tenaga ahli yang bertugas menangani hal itu semua.
Seiring dengan perkembangan zaman, hadirlah sebuah inovasi teknologi yang disebut
dengan digitalisasi, seperti komputer atau proyektor, scanner atau fotokopi, kamera digital
atau camcorder, dan sebagainya. Dengan hadirnya digitalisasi yang makin canggih dari
masa ke masa, proses penanganan naskah kuno menjadi lebih mudah. Kumpulan foto
digital dapat disimpan ke dalam komputer atau ke dalam email yang memungkinkan

penyimpanan data dalam jumlah yang besar dan dalam jangka waktu yang cukup lama. 2

Beberapa koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan Nasional yang dirawat dan
dilestarikan dari zaman dahulu adalah berupa naskah kuno, peta, gambar, lukisan, dan
bukulangka. Semua jenis koleksi kuno dan lama ini sebagian besar sudah didigitalkan
didalam perpustakaan Nasional. Tujuan pendigitalan ini adalah agar nilai informasi yang
ada didalam naskah ataupun koleksi kuno ini tetap terawat dan terlestarikan guna
pemenuhan kebutuhan informasi diwaktu mendatang. Selain dalam bentuk digital,
perpustakaan Nasional Republik Indonesia ini memiliki naskah/koleksi kuno yang dapat
dilihat aslinya. Walaupun sebelum di digitalkan, jika koleksi tersebut sudah tidak bisa
dibaca lagi, maka akan diperbaiki sesuai dengan pedoman dan standar yang dimiliki oleh
perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan transformasi
digital untuk seluruh koleksi dalam perpustakaan ini diterapkan dalam sebuah
perpustakaan. Ini dilakukan agar isi dan nilai dari seluruh koleksi tersebut tetap dapat
digunakan di masa yang akan datang. Terlebih ketika kita melihat genarasi yang semakin
hari semakin maju, pengguna di era sekarang lebih menyukai adanya koleksi digital.
Koleksi digital yang terdapat dalam sebuah perpustakaan adalah hasil dari transformasi
digital yang dilakukan oleh pustakawan dalam perpustakaan tersebut.

Berawal dari hobi masyarakat di zaman sekarang yang memang lebih menyukai
segala sesuatu yang berbentuk digital termasuk informasi-informasi digital yang dapat
diakses kapanpun dan dimanapun, membuat para pustakawan dan staff yang bekerja di
bidang perpustakaan untuk mengembangkan informasi atau koleksi yang mereka miliki
dalam bentuk digital. Perpustakaan Nasional merupakan tempat dimana sumber informasi
tentang Indonesia dimuat. Salah satu koleksi yang ada di perpustakaan Nasional ini adalah
Naskah Kuno.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian digitalisasi?
2. Apa saja alat-alat proses digitalisasi naskah?
3. Jelaskan bagaimana proses digitalisi naskah?

2
Dhimas Muhammad Yasin, 2016, “Digitalisasi Dan Deskripsi Naskah Kuno Sebagai Upaya Memperkokoh
Kedaulatan Indonesia: Studi Kasus Naskah Al-Mutawassimīn”, Vol. 2, No,1. PDF
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Digitalisasi
Menurut Terry Kuny “digitalisasi adalah mengacu pada proses
menterjemahkan suatu potongan informasi seperti sebuah buku, rekaman suara, gambar
atau video, ke dalam bit‐bit. Bit adalah satuan dasar informasi di dalam suatu sistem
komputer. Sedangkan menurut Marilyn Deegan “digitisasi adalah proses konversi dari
segala bentuk dokumen tercetak atau yang lain ke dalam penyajian bentuk digital”.
Dalam bidang perpustakaan, proses digitalisasi adalah kegiatan mengubah dokumen
tercetak menjadi dokumen digital. Proses digitalisasi ini dapat dilakukan terhadap
berbagai bentuk koleksi atau bahan pustaka seperti, peta, naskah kuno, foto, karya seni
patung, audio visual, lukisan, dan sebagainya. Untuk mendigitalisasi masing‐masing
bentuk koleksi tersebut tentunya digunakan cara yang berbeda. Misalnya untuk karya
seni patung dan lukisan, biasanya menggunakan kamera digital atau merekamnya
dalam bentuk gambar bergerak sehingga menghasilkan foto digital atau video.
Sedangkan untuk dokumen cetak lain biasanya menggunakan mesin scanner.3

B. Peralatan Yang digunakan Proses Digitalisasi Naskah


1. Perangkat Keras dan Peralatan
Untuk dapat melaksanakan proyek digitalisasi ini diperlukan perangkat
keras yang juga merupakan komponen utama yang mendukung terlaksananya proyek
ini. Selain perangkat keras dasar seperti layar komputer, CPU, printer dan hardik,
menurut hukum Hughes diperlukan peralatan yang harus dimiliki, yakni:
1. Scanner untuk material yang rata (untuk lembaran-lembaran lampiran yang
kemungkinan dimiliki oleh dokumen utama)
2. Scanner untuk buku
3. Scanner untuk transparansi atau mikrofilm
4. Kamera digital
Sebagai tambahan, Hughes menuturkan bahwa untuk perangkat keras
untuk komputer, sangat disarankan untuk memilih yang kualitas berkualitas tinggi, dan

3
Bermansyah & Yoyok Antoni, 2016, “Digitalisasi Naskah Kuno Dalam Upaya Pelestarian Dan Menarik
Minat Generasi Muda”, Vol. 10 No.1, PDF
juga untuk memaksimalkan kecepatan profesor, RAM dan kapasitas penyimpanan atau
(disk Space).
Proses digitalisasi naskah dengan kamera, perlengkapan yang

diperlukan adalah:

- Kamera.

Kamera reflex dengan lensa tunggal (DSLR/ Digital Single Lens

Reflex). Kamera DSLR tersebut harus: Memiliki resolusi terendah 5.1 megapixel;

Mampu menghasilkan foto dalam format RAW, yakni format foto mentah yang

menyerap semua karakter objek foto seperti warna, cahaya, dan tulisan. Sebuah foto

dalam format RAW perlu diolah dan dikonversi menjadi format JPEG (Joint

Photographic Expert Group) atau TIFF (Tagged Image File Format); Memiliki fitur

remote live view shooting yang memudahkan pengambilan gambar melalui komputer,

PC atau laptop.

- Tripod.

Alat yang berkaki tiga yang berfungsi untuk menahan beban kamera

agar bisa melakukan perekaman tanpa dipegang oleh pemilik atau pemakainya

sehingga kamera tidak bergerak serta menghasilkan foto yang stabil dan bagus.

- Lampu untuk pencahayaan

Melakukan digitalisasi dengan menggunakan kamera, harus

menggunakan pencahayaan yang stabil. Untuk itu digunakan lampu yang dipasang

menyesuaikan posisi naskah dan usahakan untuk tidak membuat munculnya bayangan

naskah. Pada proses ini dianjurkan menggunakan lampu studio (studio lighting) agar

mendapatkan hasil yang maksimal.

- Satu set komputer atau laptop beserta software.

Spesifikasi komputer untuk digitalisasi naskah kuno ialah:

Menggunakan prosesor dengan kecepatan yang maksimal. Kecepatan diperlukan


ketika proses konversi puluhan ribu file foto RAW ke TIFF atau JPEG; Jika

menggunakan PC sebaiknya menggunakan layar datar (LCD) agar kerja menjadi lebih

efisien. Lengkapi komputer dengan software yang disediakan oleh perangkat kamera.

- Harddisk

Harddisk digunakan untuk menyimpan file-file foto yang dihasilkan.

- Second battery

Sediakan baterai cadangan untuk kamera agar tidak terjadi gangguan

ketika baterai habis.

- Kabel ekstension

Kabel ekstention digunakan untuk menggubakan berbagai alat elektonik

secara bersamaan, seperti laptop atau komputer, battery charger dan lainnya.

- Compact flash (CF) dan card reader

Alat penyimpanan manual jika pengambilan foto dilakukan secara

manual dan cardreader untuk memindahkan data ke harddisk.

- Kain latar

Kain latar digunakan untuk menghilangkan fokus objek di sekeliling

naskah yang akan difoto sehingga objek (naskah) tampak jelas. Untuk hasil yang

maksimal gunakan kain latar yang berwarna gelap dan tidak mengkilap. Kemudian

lakukan pemotretan di ruang terbuka.

- Kaca

Gunakan kaca untuk menghasilkan foto dengan permukaan yang datar.

Setiap halaman naskah ditindih menggunakan kaca polos yang berukuran lebih besar

dari naskah sehingga bisa menutupi halaman naskah yang kan difoto. Kaca yang

digunakan sebaiknya kaca khusus museum yang tidak memiliki efek pantul.

- Colour checker dan penggaris


Colour checker adalah alat yang digunakan untuk mengukur akurasi,

kualitas, konsistensi warna objek yang dihasilkan. Colour checker digunakan untuk

mengatur standar pencahayaan yang kurang alami. Penggaris digunakan untuk

mengukur ukuran naskah yang difoto.

- Pengganjal penyeimbang

Pengganjal ini digunakan untuk menyeimbangi sisi salah satu naskah

sehingga tetap rata ketika memotret sebuah naskah yang tebal. Biasanya pengganjal

yang digunakan berupa busa atau benda yang cukup elastis sehingga dapat mengikuti

keseimbangan ketebalan naskah.

- Kuas

Kuas digunakan untuk membersihkan atau menyapu naskah yang rusak

sehingga naskah menjadi lebih bersih dan terlihat jelas. Terutama untuk membersihkan

debu-debu yang menempel pada naskah.

- Masker

Untuk menghindari debu yang berhambuaran saat membersihkan

naskah gunakanlah masker.

- Lembar isian metadata

Dalam setiap aktivitas digitalisasi naskah harus selalu disediakan lembar

isian metadat atau borang yang harus diisi seiring denagan kegiatan pengambilan

gambar.

- Cakram padat atau DVD

Cakram dan DVD digunakan untuk keperluan penggandaan foto hasil

digitalisasi.4

4
https://www.academia.edu/34638305/Naskah_Dan_Teks?auto=download
2. Perangkat Lunak
Setelah perangkat keras yang telah dimiliki, selanjutnya dibutuhkan
perangkat lunak sesuai yang mendukung terlaksananya proyek ini. Sebagai contoh,
apabila kita telah memiliki dokumen-dokumen digital yang telah discan dengan
scanner, maka kita memerlukan perangkat lunak atau software yang dapat mengedit
atau menampilkan hasil-hasil tersebut.
Perangkat lunak yang dibutuhkan untuk menjalankan proyek digitalisasi
ini dapat dipilih dan disesuaikan dengan pihak perpustakaan sesuai dengan kebutuhan.
Akan tetapi, terdapat beberapa perangkat lunak yang umum digunakan untuk mengedit
serta menampilkan dokumen hasil digitalisasi, seperti dicontohkan oleh Suryandari
yakni:
- Adobe Acrobat reader
- Digital Library Software
- Omnipage Software (OCR software). OCR adalah proses pengubahan gambar
menjadi teks.
3. Jaringan
Dari sisi perangkat keras, Yova & Yudho menuturkan bahwa selain perangkat
komputer untuk menyimpan data dibutuhkan sebuah jaringan yang akan membuat
komputer tersebut dapat diakses oleh komputer komputer lain yang ada di dalam
jaringan tertentu. Hughes berpendapat bahwa untuk saran akses terdapat terhadap hasil
digitalisasi, sangatlah penting bagi kapasitas jaringan yang dimiliki oleh institusi
mendukung proyek gambar digital berskala besar. Institusi kemungkinan akan
menemukan bahwa proyek ini akan meminta porsi terhadap jaringan yang ada, dan akan
berpengaruh terhadap keseluruhan organisasi. Oleh karena itu, kerja sama yang baik
dalam administrator jaringan sangatlah penting dilakukan pada tahap perencanaan.
Adapun, untuk mencapai kinerja yang maksimum setidaknya perpustakaan
harus memiliki server server yang mendukung transfer dan penyimpanan data. Adapun
beberapa jenis server yang dimiliki oleh perpustakaan digital menurut Yova & Yudho
adalah
- Web server
- Database server
- FTP server
- Mail server
- Printer server
- Proxy server5

C. Tahap Perencanaan Digitalisasi


Sebelum melakukan proyek digitalisasi perlu dijabarkan tahap
perencanaannya seperti: merumuskan aturan dan mekanisme, kebutuhan teknis
(hardware dan software), kebutuhan sumber daya manusia, menyusun waktu
pelaksanaan, dan dukungan dana. Yang perlu diperhatikan dalam tahapan perencanaan
ini yaitu menyesuaikan kondisi yang ada pada perpustakaan masing‐masing, termasuk
mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan dan kemampuan dalam melaksanakannya.
Dalam merumuskan aturan dan mekanisme sebaiknya dibuatkan Prosedur Operasi
Standar (SOP= Standard Operating Procedure). Menetapkan kebutuhan teknis
(hardware) seperti komputer server, komputer personal, jaringan internet, mesin
pemindai (scanner), dan lain sebagainya. Kebutuhan teknis (software) seperti Adobe
Acrobat, Scansoft Omnipage Pro, DSpace, dan lain‐lain. Sedangkan dari sisi kebutuhan
sumber daya manusia tentunya ditetapkan jumlahnya sesuai dengan kualifikasinya

D. Proses Sistem Digitalisasi Naskah


Menurut Pendit proses digitalisasi adalah proses mengubah dokumen
tercetak menjadi dokumen digital. Proses digitalisasi untuk naskah kuno ataupun buku
langka yang sangat tua dapat dilakukan dengan kamera yang memiliki resolusi tinggi
agar mampu memotret setiap detail dari naskah tersebut. Tetapi, untuk koleksi naskah
yang sudah sangat rapuh dibutuhkan laminating dengan plastik khusus sebelum difoto
atau di-scan. Proses digitalisasi secara singkat adalah dengan melakukan kegiatan
seleksi, pemisahan halaman satu per satu, melakukan kegiatan foto atau scan pada
koleksi, melakukan kegiatan edit pada gambar, melakukan pemindahan file kedalam
bentuk CD dan kedalam bentuk lain sesuai kebijakan perpustakaan, dan terakhir
melakukan penjilidan ulang koleksi.

5
Artitis Undari, Skripsi: “Proyek Digitalisasi Naskah dan Skripsi Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia: Sebuah Evaluasi Perencanaan dan Pelaksanaan” (Depok: UI, 2009), hal. 23-
25.
Start

Objek Naskah

Foto, Scan Film

Database Naskah

Editing N

Multi proc/doc Naskah

Tampilan Naskah

End

Gambar.1 Proses Digitalisasi Naskah


Gambar.2 Menu Admin kategori Naskah

Gambar 1. Gambar atau obyek Naskah terlebih dahulu dikelompokan kedalam bentuk
kategori naskah yang kemudian dimasukan kemasing-masing sub-item sebagai berikut:

- Kelompok naskah, antara lain :Sejarah, Keagamaan, Cerita Rakyat, Cerita


Pewayangan, Obat-obatan.
- Bahan (media), antara lain: Lontar, Kertas Watermark, Daluang (Kulit Kayu), Kayu,
Bambu.
- Bahasa, antara lain :Jawa, Bali, Sasak (Jejawan), Arab Melayu.

Gambar 2. Tahap proses selanjutnya adalah pengaturan masing-masing kategori naskah


dan dimasukan kedalam sub-sub menu manajemen naskah sebagai berikut: Naskah, Draft
Naskah, Photo Naskah.

- Pada sub-menu Naskah : User/pengguna dapat melakukan input berupa : Jenis Bahan,
Kategori Naskah, Jenis Naskah.
- Pada sub-menu Draft Naskah user/pengguna dapat melakukan :penyortiran naskah dan
pembuatan daftar naskah.
- Pada sub-menu Photo Naskah user/pengguna dapat menampilkan obyek-obyek Naskah
yang sudah di input melalui sub-menu Input Naskah.
- Pada sub-menu Input Naskah ini selain memasukan obyek atau gambar naskah
pengguna juga dapat melakukan atau menetapkan hal-hal berikut ini:Jenis Bahan,
Kategori Naskah, Judul Naskah, Jilid, No. Registrasi.
- Foto atau obyek naskah yaitu berupa obyek gambar yang sudah di proses melalui
Camera Digital, HandyCam, Camera PC dan lain sebagainyadengan format standar.
- Sedangkan untuk pemberian No.Registrasi ditentukan sesuai dengan ketentuan yang
berlakupada Museum Propinsi NTB kecuali obyek gambar naskah yang didapat dari
tangan masyarakat sendiri.6

6
Bermansyah & Yoyok Antoni, 2016, “Digitalisasi Naskah Kuno Dalam Upaya Pelestarian Dan Menarik
Minat Generasi Muda”, Vol. 10 No.1, PDF
Gambar.3 Sub-menu Input Naskah

E. Kegiatan Preservasi Digital


Setelah kegiatan digitalisasi naskah selesai dilakukan, maka tahap
selanjutnya ada melakukan perawatan atau preservasi terhadap naskah tersebut. Peneliti
menemukan bahwa dalam kegiatan preservasi yang dilakukan Badan Arsip dan
Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah terhadap naskah kuno/manuskrip adalah:
- Preservasi Teknologi
Preservasi Teknologi adalah kegiatan perawatan secara seksama
terhadap semua perangkat keras dan lunak yang dipakai untuk membaca, mengolah
atau menjalankan sebuah materi digital tertentu. Materi dapat hilang atau mungkin
tidak dapat dipakai lagi apabila mesin yang berupa hardware dan program yang
berupa software kadaluwarsa (Pendit, 2008: 253). Badan Asip dan Perpustakaan
Daerah Provinsi Jawa Tengah melakukan kegiatan preservasi teknologi terhadap
hardware dan software yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan naskah
kuno/manuskrip yang sudah didigitalisasi. Hardware yang digunakan adalah
komputer dengan sistem operasi Windows, sedangkan untuk softwarenya adalah
File Basic Renamer yang digunakan untuk pemberian nomor, nama, penggabungan
file, pengecilan ukuran file, dan alih format dari JPG ke PDF.
Preservasi teknologi yang dilakukan adalah terhadap naskah
kuno/manuskrip yang sudah didigitalisasi. Naskah yang sudah didigitalisasi
tersimpan di CD, mikrofilm, dan hard disk. Naskah yang tersimpan berjumlah
sekitar 725 keping pada CD da, 1 CD dapat memuat 20 judul, dan 250 roll pada
mikrofilm, dan ada juga yang tersimpan di hard disk eksternal. Hard disk eksternal
yang dipakai adalah merk WD dengan kapasitas penyimpanan 1 terrabyte. Untuk
saat ini, sebagian besar koleksi naskah kuno yang tersimpan di dalam CD dan
microfilm sudah banyak yang dipindahkan ke dalam hard disk eksternal, kecuali jika
ada naskah baru yang belum didigitalisasi.
- Penyegaran (Refreshing)
Strategi yang selanjutnya adalah penyegaran. Kegiatan
penyegaran (refreshing) merupakan kegiatan yang paling mudah untuk
diimplementasikan. Karena kegiatan ini tidak memerlukan banyak biaya, hanya saja
menghabiskan banyak waktu mengingat banyaknya koleksi yang ada. Kegiatan
penyegaran dilakukan pada koleksi naskah yang sudah tersimpan di dalam CD,
disket, atau hard disk. Kegiatan preservasi ini penting karena sifat media
penyimpanan yang semakin hari semakin mengalami pesatnya perkembangan
teknologi. Untuk menghindari kehilangan data karena tempat penyimpanan yang
tidak layak, maka perlu dilakukan penyegaran.
“Kalau yang sudah dilakukan di sini, paling tadi pengkopian data
karena data di sini ada 2 yaitu dari CD yang kemudian dipindah ke hard disk
eksternal, dan yang satu adalah dari hard disk dipindah lagi ke hard disk yang
satunya. Jadi ada 2 hard disk eksternal.”
Kegiatan penyegaran ini memang membutuhkan waktu yang lama,
karena harus menyalin dari CD yang jumlahnya 700-an ke dalam hard disk eksternal.
Setelah itu naskah yang jumlahnya mencapai 300-an di dalam hard disk yang
mencapai ukuran kurang lebih 885 gigabyte tersebut, harus disalin lagi ke hard disk
eksternal lain milik pihak IT sebagi back-up. Penyalinan ini membutuhkan waktu
berhari-hari. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah pengguna karena tidak
harus melihat naskah aslinya. Kegiatan penyegaran juga dianggap efektif karena
penyalinan data yang dilakukan bersifat keseluruhan tanpa mengubah konten data
sedikit pun, sehingga setelah dipindahkan, data akan terlihat sama. Untuk saat ini,
kegiatan penyegaran (refreshing) adalah kegiatan preservasi digital yang paling
cocok digunakan di Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah.
- Migrasi (Migration)
Kegiatan migrasi menurut Borghoff dan Rodig dalam Ramadhaniati
(2012: 46) adalah pemindahan materi digital secara berkala dari satu konfigurasi
hardware/software ke konfigurasi lainnya atau dari satu generasi komputer ke
generasi yang lebih mutakhir. Seperti kegiatan migrasi pada arsip digital yang
dilakukan di Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah adalah
arsip yang sudah didigitalisasi ke dalam bentuk hard disk eksternal. Koleksi tersebut
merupakan koleksi yang mulanya berbentuk CD kemudian dipindahkan ke dalam
hard disk eksternal. Selain itu, kegiatan migrasi dilakukan karena perubahan
software yang awalnya menggunakan Windows dan sekarang menggunakan
Macintosh. Karena software yang biasa digunakan dalam mengolah file digital di
komputer Windows sekarang tidak bisa digunakan lagi pada Macintosh.
“Pada waktu preservasi file digitalnya paling kesulitannya pas
awal-awal saja ya. Itu karena butuh adaptasi dari sistem operasi lama ke
sistem operasi baru. Tapi kita kan tetep pakenya Adobe ya, dan tampilannya
di semua computer itu sama. Hanya saja, yang di Macintosh tidak bisa
digunakan file basic renamer…”

Pada kegiatan migrasi ini tidak begitu mengalami kesulitan, hanya saja
perlu dilakukan adaptasi pada sistem operasi (hardware) yang baru. Karena sistem
operasi yang baru yaitu menggunakan Macintosh harus menggunakan Adobe
Acrobat Professional. Selain migrasi adaptasi yang dilakukan, kegiatan migrasi juga
dilakukan untuk formatting yaitu mengubah suatu format file digital dari satu format
ke format yang lain, dalam hal ini yang dilakukan adalah mengubah format file
digital JPG menjadi format PDF. Setelah itu, ukuran dari file tersebut juga harus
diperkecil menggunakan software yang sama agar lebih mudah dalam pengunduhan.

F. Kendala Preservasi Digital


Kegiatan preservasi digital terhadap manuskrip/naskah kuno seperti yang
dilakukan di Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. Kendala-
kendala tersebut adalah:
- Kebijakan
Setiap organisasi atau lembaga pasti memiliki kebijakan untuk mengatur
seluruh kegiatan yang ada di organisasi tersebut. Kebijakan tersebut dibuat untuk
memberikan batasan dan acuan dari kegiatan yang harus dilaksanakan agar sesuai
dengan tujuan.
“Kalau untuk kendala yang pertama mungkin mengenai kebijakan.
Sebenarnya kebijakan khusus di sini belum ada, jadi kita mesti membuat
kebijakan sendiri, biasanya berdasarkan pelatihan-pelatihan yang pernah kita
ikuti. “
Tidak adanya kebijakan baku mengenai preservasi digital
mengakibatkan kesulitan dalam melakukan kegiatn preservasi digital pada setiap
lembaga kearsipan. Akibatnya lembaga kearsipan (Barpusda Jateng) harus membuat
Standar Operasional Prosedur (SOP) sendiri. Hal ini sangat disayangkan mengingat
kegiatan preservasi yang sangat penting. Walaupun naskah kuno/manuskrip telah
diperbaiki apabila rusak, tetapi kebijakan secara mendetail tidak ada. Hal ini
menunjukkan bahwa kurangnya perhatian terhadap kegiatan preservasi digital.
- Anggaran
Dalam melakukan setiap kegiatan dalam suatu lembaga atau organisasi
pasti membutuhkan anggaran dana, termasuk kegiatan preservasi. Kegiatan
preservasi digital dilakukan untuk menyelamatkan dan memperpanjang usia arsip
yang berbentuk digital. kegiatan ini tentunya membutuhkan dana yang cukup banyak
mengingat alat-alat yang digunakan adalah alat digital. ketersediaan dana juga akan
berpengaruh pada kualitas dan pilihan strategi yang baik untuk preservasi digital.
“Kalau untuk anggaran juga menjadi kendala sebenarnya. Lancar
tidaknya kegiatan preservasi juga dipengaruhi dengan dana yang dianggarkan.
Nah, disini anggarannya juga termasuk sangat minim. Makanya, saya sebisa
mungkin melakukan preservasi dengan cara yang sangat sederhana. Jadi tidak
butuh uang banyak. Ya kayak di foto ulang itu….”
Berdasarkan wawancara tersebut bisa disimpulkan bahwa informan
melakukan kegiatan preservasi dengan menyesuaikan keadaan keuangan. Karena
untuk melakukan strategi preservasi digital yang baik membutuhkan anggaran yang
banyak. Meskipun begitu, masih ada strategi lain yang murah yang bisa dipilih untuk
melakukan kegiatan preservasi. Hanya saja membutuhkan waktu yang lama. Karena
tidak mau bergantung kepada ada dan tidaknya anggaran untuk preservasi ini,
informan yang tidak lain adalah petugas preservasi tetap melakukan kegiatan
preservasi seadanya dan sebisa mungkin. Melalui upaya yang sederhana namun
dijalankan dengan kontinuitas dan teliti, informan berharap dapat menjalankan
kegiatan preservasi dengan baik.
- Sumber Daya Manusia
Salah satu bagian yang penting dalam menjalankan suatu kegiatan adalah
sumber daya manusia. Karena merekalah yang bertanggung jawab dalam kegiatan
tersebut. Sumber daya manusia dalam hal preservasi digital ini adalah petugas atau
pengelola ruang preservasi yang menjalankan semua kegiatan preservasi. Dari segi
kuantitas SDM yang mengelola ruang preservasi tergolong kurang, karena yang
bertugas hanya ada 3 (tiga) orang. Sedangkan arsip yang harus dikerjakan jumlahnya
sangat banyak. Sehingga harusnya membutuhkan SDM yang banyak pula.
“Ya tenaga dan dana ya saya kira. Kalau dananya banyak dan cepat
turun kan tidak perlu berlama-lama. Selain itu juga pasti akan mudah
mendatangkan tenaga kerja. Kalau banyak orang kan makin cepat selesai
juga.”
Dengan jumlah petugas tiga orang, mereka harus menyelesaikan
pekerjaan mereka. Padahal kegiatan preservasi juga sangat banyak dan
membutuhkan waktu yang lama. Petugas harus melakukan digitalisasi terlebih
dahulu dengan memotret ulang arsip-arsip rusak dan tidak terbaca yang jumlahnya
ratusan judul. Padahal dalam satu judul/naskah terdapat ratusan halaman juga. Dan
itu harus difoto satu per satu. Kemudian mereka harus memindahkan dari satu tempat
penyimpanan ke tempat penyimpanan yang lain. Setelah naskah tersebut difoto,
maka hasilnya dimasukkan ke dalam komputer untuk diolah yaitu digabungkan
dengan menggunakan File Basic Renamer. Kemudian file arsip yang berbentuk JPG
harus dialihformatkan ke dalam bentuk PDF. Dan kegiatan terakhir adalah
memperkecil ukuran file tersebut agar lebih mudah dalam pengunduhan.
Sampai saat ini kegiatan tersebut masih dilakukan oleh (3) tiga orang
petugas tersebut. Hal ini merupakan kendala karena begitu banyak arsip yang harus
dikerjakan. Apabila ada penambahan tenaga kerja yang bisa membantu sehari-
harinya, maka pengerjaan tersebut akan lebih mudah dan lebih cepat selesai.
Sehingga pelayanan informasi dari hasil preservasi digital bisa lebih cepat untuk
diberikan kepada pengguna.
“Kalau orangnya si sudah memenuhi kualifikasi. Tapi jumlahnya yang
masih kurang. Karena kan tidak mudah mencari orang yang mau bekerja di
sini.”
Dari segi kualitas, petugas di preservasi sudah memenuhi standar. Karena
mereka sudah mampu mengerjakan berbagai macam strategi dalam preservasi digital
ini. Selain itu, petugas yang sekaligus dari informan sudah sering mengikuti
beberapa pelatihan di tingkat pusat terkait dengan kegiatan preservasi baik
konvensional maupun digital.7

7
https://www.academia.edu/8571473/PRESERVASI_DIGITAL_NASKAH_KUNO_TUGAS_
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dapat kita ketahui bersama bahwa dalam melakukan sebuah proses digitalisasi
ini harus melakukan dengan cara teknologi cangih seperti mengunakan kamera khusus,
juga melakukan alih media dengan cara memindahkan data digitalisasi tersebut kedalam
media cetak seperti VCD,DVD serta media wibsite dan sebagainya,didalam prosesan
digitalisasi naskah ini kita harus memperolehkan data dengan cara memotret naskah setiap
jepretan pada setiap halaman dengan mengunakan kamera autofokus digital tanpa
mengunakan blitz (lampu kilat) hal ini bertujuan agar naskah tidak rusak akibat cahaya
yang ditimbulkan dari lampu kilat kamera autofokus digital tersebut.

Naskah kuno menjadi preservasi yang sangat penting untuk menjaga kedaulatan
negara dengan cara pelestarian dan pengkajian naskah kuno. Digitalisasi naskah kuno
merupakan salah satu warisan nenek moyang kita yang sangat berharga buat kita semua,ini
menjadi sebuah keharusan kita anak bangsa indonesia melestarikan nya, yang sangat
bernilai adalah naskah kuno manuskrip yang ditulis dalam berbagai aksara dan bahasa.
warisan ini menjadi kebudayaan yang masih bernilai dalam bahasa.

Kendala yang dihadapi dalam kegiatan preservasi digital ini di antaranya adalah
kurangnya anggaran untuk kegiatan preservasi ini, tidak adanya kebijakan baku untuk
pelaksanaan teknis preservasi digital sehingga mengharuskan membuat SOP sendiri, dan
kurangnya Sumber Daya Manusia yang membantu sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama dalam penyelesaiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bermansyah & Yoyok Antoni, 2016, “Digitalisasi Naskah Kuno Dalam Upaya Pelestarian Dan
Menarik Minat Generasi Muda”, Vol. 10 No.1, PDF

Artitis Undari, Skripsi: “Proyek Digitalisasi Naskah dan Skripsi Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia: Sebuah Evaluasi Perencanaan dan Pelaksanaan” (Depok: UI, 2009).

Dhimas Muhammad Yasin, 2016, “Digitalisasi Dan Deskripsi Naskah Kuno Sebagai Upaya
Memperkokoh Kedaulatan Indonesia: Studi Kasus Naskah Al-Mutawassimīn”, Vol. 2, No,1. PDF

https://www.academia.edu/34638305/Naskah_Dan_Teks?auto=download

https://www.academia.edu/8571473/PRESERVASI_DIGITAL_NASKAH_KUNO_TUG
AS_

Anda mungkin juga menyukai