Anda di halaman 1dari 13

GUDANG MAKALAH HUKUM

telusuri
SEP
27
POLITIK ISLAM HINDIA BELANDA

POLITIK ISLAM HINDIA BELANDA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN PENELITIAN 4
D. SISTEMATIKA PENULISAN 5

BAB II PEMBAHASAN 6
E. APA ITU POLITIK ISLAM HINDIA BELANDA 6
F. Siapa Snouck Hurgronje ? 7
G. APA DASAR PEMIKIRAN S.H.MENGENAI (P.I.H.B) 12
H. APA Pemikiran Snouck Hurgronje Tentang Islam
di Indonesia 14

BAB III PENUTUPAN 18


I. KESIMPULAN 18
J. SARAN 18
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada mulanya orang-orang belanda yang beragama Kristen protestan dating ke kepulauan
nusantara tidak ada kaitannya dengan masalah hukum agama mereka mendara di banten pada
tahun 1596 bergabung dengan portugis , inggris dan spanyol untuk memburu keuntungan terutama
rempah-rempah, komoditi yang laku di pasaran eropa
Sedang agama nasrani pembawa pertama kali oleh portugis dan spaanyol ke wilayah Maluku pada
tahun 1552
Menurut bushar Muhammad, penjajah belanda sebelum datang ke Indonesia mengira
bahwa di Indonesia(hindia belanda) waktu itu masih hutan belantara penuh dengan satwa tanpa
hukum di dalamnya namun yang ia lihat ternyata tiddak demikian mereka menyaksikan bahwa di
hindia belanda sudah ada hukum yang berlaku yaitu hukum agama dar masing-masing agamanya
seperti islam, hindu dan nasrani (di Maluku) di samping hukum adat mereka, hukum islam telah
menjadi hukum yang di taati oleh umat islam di Indonesia bahkan sudah menjadi hukum nasional
pada kerajaan islam mataram(1613-17645 M) di bawah sultan agung.

Pada perkembangan selanjutnya pemeritah hindia belanda sebagai penjajah yang


kebetulan beragama nasrani mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia yang beragama islam.
Masa perlawanan terhadap penjajah yang di lakukan oleh umat islam ini secara kebetulan
berbarengan dengan periode kebangkitan umat islam sehingga perjuangan bangsa Indonesia yang
mayoritas agama islam utuk mengusir orang – orang belanda yang beragama nasrani. Keadaan
ini ternyata membawa pengaruh bagi hubungan antara umat beragama penduduk yang di jajah
(islam) dengan pemeluk agama yang menjajah (nasrani). Keadaan ini nampaknya membawa
pengaruh yang kurang baik antara pemeluk agama antara penduduk yang di jajah(islam)dengan
pemeluk penjajah(nasrani), di banding dengan hubungan antara pemeluk agama yang di jajah
tersebut dengan agama lain di luara agama penjajah.(selain agama nasrani, umpama hindu atau
bad
Perlawanan dari bangsa Indonesia yang mayoritas dari agama islam terhadap agama penjajah
dengan agama nasrani ini menyebabkan penjajah mengambil sikap dalam menghadapi agama
islam tersebut bagi kepentingan penjajah.

Keadaan ini menyebabkan kegiatan mereka tidak bias terhindar dari terjadinya persetujuan dengan
masalah agama islam yang di anut oleh sebagian besar bangsa Indonesia. Bagi penjajah belanda
umat islam Indonesia merupakan musuh dari penghambat dari kepentingan mereka. H Aqib
suminto dalam hal ini menulis :

“keinginan keras pemerintah hindia belanda untuk tetap berkuasa di hindia belanda
mengharuskan mereka untuk menemukan politik islam yang tepat, karena sebagian besan
penduduk kawasan ini beragama islam. Dalam perang menaklulan bangsa Indonesia
selama sekian lama, belanda menemukam perlawanan keras justru dari pihak-pihak raja-
raja islam terutama, sehingga tidaklah mengherankan bila kemudian islam di anggap
sebagai ancaman yang harus di kekang dan di tempatkan di bawah pengawasan yang
ketat”

politik islam hindia belanda tidak bias di pisahkan dari perang yang di mainkan oleh seorang
penasihat pemerintah hindia belanda (1899—1906) yang bernama C. Snouck Hurgronje (1857—
1936). C. Snouck Hurgronje memperoleh gelar Doctor dalam bidang sastra sempit (1880)pada
usia yang relative masih muda. Dia mendalami bahasa arab dan hukum islam, kawin dengan
seorang putrid penghulu dia pernah bermukim di mekah selama 1 tahun (28 agustus 1884 s/d 1
agustus 1885. Mengaku beragama islam dengan nama ABDUL GAFFAR dan menyamar sebagai
dokter dan tukang potret namun samarannya terbongkan dan selanjutnya dia di usir dari mekah.

Politik islam hindia belanda menemukan bentuknya setelah kedatangan C. Snouck Hurgronje pada
akhir abad ke 19. Ia berhasil memberikan alternative jalan keluar pada pemerintahan hindia
belanda dalam mengahadapi orang islam C. Snouck Hurgronje memberikan saran agar pemerintah
hindia belanda bersikap netral terhadap kepentingan agama(ibadah ritual) agama. Mereka
memberikan fasilitas untuk kegiatan ibadahnya namun tetap harus bersikap tegas terhadap
perlawanan orang-orang islam tersebit. Kebijakan ini di buat untuk memebangun ketentraman
hidup beragama, khususnya orang-orang islam agar tidak mengganggu pemerintahan hindia
belanda. Politik islam C. Snouck Hurgronje di dasarkan atas anggapan pemisahan antara agama
dan Negara(politik). Agama di pahami secara sempit sebatas kegiatan ibadah ritual saja.
Sedangkan kegiatan politik di pandangnya bukan kegiatan agama.

Snouck Hurgronje sebagai arsitek politik islam hindia belanda mengetahui pengetahuan cukup
luas tentang agama islam Indonesia ia berhasil melawan ketakutan belanda terhadap islam paling
tidak untuk sementara.
Dan ternyata dalam perkembangan selanjutnya ternyata pendapat dan saran Snouck Hurgronje
tidak lagi sesuai dengan situasi dan kondisi umat islam di hindia belanda, umat islam dalam
melaksanakan agamanya ternyata tidak mengabaikan kegiatan politik karena memang masalah
politik masuk dalam agama islam
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa ITU POLITIK ISLAM HINDIA BELANDA
2. Siapa Snouck Hurgronje ?
3. APA DASAR PEMIKIRAN S.H.MENGENAI (P.I.H.B)
4. APA Pemikiran Snouck Hurgronje Tentang Islam di Indonesia

C. Maksud dan tujuan penelitian


Maksud dan tujuan saya membuat makalah ini untuk mengetahui politik islam
hindia belanda dan siapa itu snouck hurgronje apa saja pemikirannya tentang islam di indonesia
D. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam menyusun makalah ini sistematika yang di gunakan yaitu :

BAB I Pendahuluan

Bab yang ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, maksud
dan tujuan, serta sistematika penulisan

BAB II Pembahasan

Dalam bab ini menguraikan tentang mengetahui apa itu politik islam hindia
belanda dan seluk beluknya

BAB III Penutup

Dalam bab ini di uraikan : kesimpulan dan saran yang mudah-mudahan


berguna bagi yang membacanya

BAB II

PEMBAHASAN

E. APA ITU POLITIK ISLAM HINDIA BELANDA


Pada mulanya orang-orang belanda yang beragama Kristen protestan dating ke kepulauan
nusantara tidak ada kaitannya dengan masalah hukum agama mereka mendara di banten pada
tahun 1596 bergabung dengan portugis , inggris dan spanyol untuk memburu keuntungan terutama
rempah-rempah, komoditi yang laku di pasaran eropa
Sedang agama nasrani pembawa pertama kali oleh portugis dan spaanyol ke wilayah Maluku pada
tahun 1552
Menurut bushar Muhammad, penjajah belanda sebelum datang ke Indonesia mengira
bahwa di Indonesia(hindia belanda) waktu itu masih hutan belantara penuh dengan satwa tanpa
hukum di dalamnya namun yang ia lihat ternyata tiddak demikian mereka menyaksikan bahwa di
hindia belanda sudah ada hukum yang berlaku yaitu hukum agama dar masing-masing agamanya
seperti islam, hindu dan nasrani (di Maluku) di samping hukum adat mereka, hukum islam telah
menjadi hukum yang di taati oleh umat islam di Indonesia bahkan sudah menjadi hukum nasional
pada kerajaan islam mataram(1613-17645 M) di bawah sultan agung.

Pada perkembangan selanjutnya pemeritah hindia belanda sebagai penjajah yang


kebetulan beragama nasrani mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia yang beragama islam.
Masa perlawanan terhadap penjajah yang di lakukan oleh umat islam ini secara kebetulan
berbarengan dengan periode kebangkitan umat islam sehingga perjuangan bangsa Indonesia yang
mayoritas agama islam utuk mengusir orang – orang belanda yang beragama nasrani. Keadaan
ini ternyata membawa pengaruh bagi hubungan antara umat beragama penduduk yang di jajah
(islam) dengan pemeluk agama yang menjajah (nasrani) di banding dengan hubungan antara
pemeluk agama yang di jajah tersebut dengan agama lain di luara agama penjajah.

Perlawanan dari bangsa Indonesia yang mayoritas dari agama islam terhadap agama penjajah
dengan agama nasrani ini menyebabkan penjajah mengambil sikap dalam menghadapi agama
islam tersebut bagi kepentingan penjajah

F. Siapa Snouck Hurgronje ?

portret-snouck-hurgronjeProf. Dr. Snouck Hurgronje (1857-1936) selama ini merupakan tokoh


yang sangat kontroversial. Disanjung dipuja sebagai sarjana Islam yang cemerlang, tetapi juga
dicaci maki sebagai seorang ahli muslihat yang hendak menghancurkan Islam dari dalam dengan
pura-pura masuk Islam. Betapapun diakui oleh semua pihak bahwa pemerintah Belanda baru
mempunyai garis kebijaksanaan tentang Islam didaerah jajahannya yang bernama Hindia Belanda
(Indonesia) setelah Snouck Hurgronje menjadi penasehat pemerintah dalam hal-hal yang berkaitan
dengan Islam.
Christiaan Snouck Hurgronje , lahir pada 8 Februari 1857, di Oosterhout, dari pasangan pendeta
J.J. Snouck Hurgronje dan Anna Maria de Visser. Christiaan adalah nama kakeknya sehingga
namanya adalah gabungan nama kakeknya dan bapaknya. Ia mengawali pendidikan dasar (lagere
school) di tempat kelahirannya, Oosterhout. Kemudian ia melanjutkan ke Hogere Burgerschool
(HBS) di Breda. Setelah selesai di HBS, ia melanjutkan ke Universitas Leiden, dan menyelesaikan
Sarjana Muda bidang teologi pada tahun 1878.
Setelah menyelesaikan Sarjana Muda dibidang teologi, Snouck Hurgronje mengalihkan studinya
ke ilmu Sastera Samiyah dengan spesialisasi bahasa Arab dan Islam. Ia mengakhiri studinya dalam
bidang itu pada tanggal 24 November 1880 dengan yudicium cum laude dan menjadi Doktor
dalam bidang ilmu tersebut berdasarkan sebuah disertasi yang berjudul Het Mekkaansche feest.
Di sini, ada satu hal yang menarik untuk dicermati, yaitu pengalihan bidang studi Snouck
Hurgronje dari ilmu teologi ke ilmu Sastera Samiyah. Peralihan ini menunjukkan adanya
perkembangan pemikiran pada diri Snouck Hurgronje. Namun, perkembangan itu bukan
disebabkan oleh perpecahannya dengan kekristenan, melainkan agaknya disebabkan oleh
perkembangan teologi Kristen pada Universitas Leiden ketika itu. Perkembangan inilah yang
menentukan gagasan-gagasannya tentang Islam dan politik kolonial Belanda di kemudian hari.
Misi politik Islam Snouck Hurgronje diawali pada tahun 1884, ketika ia pergi ke Mekkah untuk
memperoleh pengetahuan praktis Bahasa Arab dan mempelajari kehidupan Islam di kota pusatnya.
Di pusat kota Muslim ini, ia meneliti pengaruh Mekkah terhadap dunia Islam lainnya, terutama
Hindia Belanda. Dalam salah satu suratnya kepada Th. Noldeke (1-8-1885), ia menyatakan tujuan
utamanya pergi ke Mekkah adalah menelaah kehidupan Islam dengan mengamati cara berpikir,
cara berbuat, dan perilaku kaum ulama dan bukan ulama di pusat kehidupan Muslimin.
Saat tinggal di Jedah, ia berkenalan dengan dua orang Indonesia yaitu Raden Abu Bakar
Jayadiningrat dan Haji Hasan Musthafa. Dari keduanya Snouck belajar bahasa Melayu dan mulai
bergaul dengan para haji jemaah Dari Indonesia untuk mendapatkan informasi yang ia butuhkan.
Pada saat itu pula, ia menyatakan ke-Islam-annya dan mengucapkan Syahadat di depan khalayak
dengan memakai nama “Abdul Ghaffar.” Seorang Indonesia berkirim surat kepada Snouck
yang isinya menyebutkan “Karena Anda telah menyatakan masuk Islam di hadapan orang
banyak, dan ulama- ulama Mekah telah mengakui keIslaman Anda”. “Seluruh aktivitas Snouck
selama di Saudi tercatat dalam dokumen-dokumen di Universitas Leiden, Belanda.
Ada cerita bahwa H Hasan Mustapa-lah yang mengislamkan Snouck Hurgronje. Tapi cerita yang
lebih dapat diterima mestinya Aboebakar Djajadiningratlah–paman Pangeran Ahmad
Djajadiningrat dan Prof Dr Hoesein Djajadiningrat–yang mengislamkannya atau yang mengatur
pengislamannya.
Pada waktu itu, Aboebakar Djajadiningrat bekerja di Kantor Konsulat Belanda di Jeddah. Dialah
yang banyak memberikan bahan-bahan tentang Mekkah sehingga Snouck Hurgronje berhasil
menulis bukunya Mekka dalam bahasa Jerman dua jilid yang dipuji banyak orang–dan Snouck
samasekali tidak menyebut Aboebakar Djajadiningrat sebagai sumbernya.
Mestinya Snouck lebih dahulu berkenalan dengan Aboebakar Djajadiningrat daripada dengan H
Hasan Mustapa yang ditemuinya di Jeddah daripada H Hasan Mustapa yang mungkin baru
ditemuinya ketika dia ke Mekkah–beberapa lama setelah tinggal di Jeddah.
Dr. P. Sj. Van Koningsveld dalam bukunya Snouck Hurgronje dan Islam (Girimukti Pasaka,
Jakarta, 1989) menggambarkan kemungkinan Snouck masuk Islam oleh Qadi Jeddah dengan dua
orang saksi setelah Snouck pindah tinggal bersama-sama dengan Aboebakar Djajadiningrat (1989:
95-107).
Snouck menetap di Mekah selama enam bulan dan disambut hangat oleh seorang ‘Ulama besar
Mekah, yaitu Waliyul Hijaz. Ia lalu kembali ke negaranya pada tahun 1885. Selama di Saudi
Snouck memperoleh data-data penting dan strategis bagi kepentingan pemerintah penjajah.
Informasi itu ia dapatkan dengan mudah karena tokoh-tokoh Indonesia yang ada di sana sudah
menganggapnya sebagai saudara seagama. Kesempatan ini digunakan oleh Snouck untuk
memperkuat hubungan dengan tokoh-tokoh yang berasal dari Aceh yang menetap di negeri Hijaz
saat itu.
Snouck kemudian menjabat sebagai penasihat pemerintah (Hindia Belanda) untuk urusan Islam
dari 1889 hingga 1906. Karena dianggap mualaf dan dengan reputasinya sebagai sarjana teologi,
Snouck ditemani oleh sahabat Sunda-nya dari Mekah, Haji Hasan Moestapha, dengan mudah bisa
berkeliling dan meninjau pesantren-pesantren di Jawa. Di Aceh tahun 1891, Snouck berhasil
memperoleh kepercayaan dari ulama Tengkoe Noerdin.
Di Jawa Barat, Snouck alias Abdul Ghaffar dengan perantaraan Haji Hasan Moestapha menikah
dengan dua putri ulama terkenal. Jika dia tidak diakui sebagai seorang Muslim, mustahil diizinkan
menikah dengan gadis Sunda. Dia memenuhi segala persyaratan dari Islam. “Dia telah disunat
(besneden), melakukan salat, berpuasa di bulan Ramadan, dan menjauhi makanan serta minuman
yang terlarang”
Snouck mempunyai dua istri orang Sunda. Yang pertama, bernama Sangkana, anak tunggal
Penghulu Besar Ciamis. Raden Haji Muhammad Ta’ib, dan dari pernikahan ini lahir empat anak
yaitu Ibrahim, Aminah, Salmah Emah, dan Oemar. Yang kedua setelah Sangkana meninggal
adalah Siti Sadijah, putri penghulu Bandung Haji Muhammad Soe’eb yang dikenal dengan nama
Kalipah Apo, Snouck berusia 41 tahun dan Sadijah 13 tahun tatkala pernikahan berlangsung tahun
1898. Dari pernikahan dengan Siti Sadiyah melahirkan seorang anak bernama Joesoef.
Van Koningsveld juga memberikan petunjuk-petunjuk yang memberikan kesan ketidaktulusan
Snouck Hurgronje masuk Islam. Dia masuk Islam hanyalah untuk melancarkan tugasnya atau
tujuannya yang hendak mengukuhkan kekuasaan Belanda di Indonesia, jadi bersifat politik–
bukan ilmiah murni.
Tentu saja ketidaktulusan Snouck dalam memeluk agama Islam itu tidak diberitahukan dan tidak
diketahui oleh kawan-kawannya orang Islam, termasuk H Hasan Mustapa. Dalam naskah yang
ditulis H Hasan Mustapa berjudul Istilah terdapat bagian yang melukiskan hubungannya dengan
guru-gurunya baik di Mekah maupun di Tanah Air, dan juga dengan beberapa orang pejabat
Belanda yang dikenalnya, seperti K F Holle, Branders, van Ronkel, dan terutama tentang Snouck
Hurgronje.
Dia mengatakan bahwa Snouck adalah “dulur kaula”, tur “sili bélaan salawasna keur deukeut
keur jauh,” (”saudaraku” serta “selamanya saling jaga dan saling bela baik waktu berdekatan
maupun waktu berjauhan”) (H Hasan Mustapa jeung karya-karyana, oleh Ajip Rosidi, Pustaka,
Bandung, 1989: 56).
H Hasan Mustapa menjadi Penghulu Besar (Hoofdpenghoeloe) di Kotaraja (Banda Aceh) atas
desakan Snouck Hurgronje kepada Gubernur Militer dan Sipil Acéh, Jenderal Deykerhoff.
Menurut Snouck dalam suratnya kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 8 Maret 1896,
tidaklah mudah dia membujuk H Hasan Mustapa supaya mau menduduki jabatan di lingkungan
pemerintahan. Dari H Hasan Mustapa lah Snouck mengetahui dan mengikuti perkembangan Aceh
dengan seksama meskipun Snouck berada di Batavia melalui laporan-laporan yang dikirim oleh
Hasan Mustapa.
Dalam meneliti Islam, menurut G.W.J. Drewes, ada tiga hal masalah penting yang menarik
perhatian Snouck Hurgronje :
- Pertama, dengan cara bagaimana sistem Islam didirikan
- Kedua, apa arti Islam di dalam kehidupan sehari-hari dari pengikutnya yang beriman
- Ketiga, bagaimana cara memerintah orang Islam sehingga melapangkan jalan untuk menuju
dunia modern dan bila mungkin mengajak orang-orang Islam bekerjasama guna membangun suatu
peradaban universal.

G. APA DASAR PEMIKIRAN S.H.MENGENAI POLITIK ISLAM HINDIA BELANDA


(P.I.H.B)

Dasar pemikiran SH.


Musuh Kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama, melainkan Islam sebagai doktrin politik
SH membedakan Islam dalam artu “ibadah” dengan Islam dalam arti “kekuatan sosial
politik”. Dengan membagi masalah Islam atas tiga katagori : 1. Bidang agama murni atau ibadah;
2. Bidang sosial kemasyarakatan dan 3. Bidang politik; dimana masing-masing bidang menuntut
alternatif kulturpemecahan masalah yang berbeda. Resep inilah yang kemudian dikenal sebagai
Islam Politiek, atau kebijaksanaan pemerintahan kolonial dalam menangani masalah Islam di
Indonesia.
Politik Islam yang menurut SH yaitu 1. Terhadap dogma dan perintah hukum yang murni agama,
hendaknya pemerintah bersikap netral. 2. Masalah perkawinan dan pembagian warisan dalam
Islam, menuntut penghormatan. 3. Tiada satupun bentuk Pan Islam boleh diterima oleh kekuasaan
Eropa.
Prinsip politik Islam SH di bidang kemasyarakatan adalah menggalakan pribumi agar
menyesuaikan diri dengan kebudayaan Belanda demi kelestarian penjajahannya. Ini dikenal
dengan Asosiasi Kebudayaan ( Istilah Asosiasi mengandung maksud mengikat daerah jajahan
dengan negeri penjajah) . SH adalah seorang yang mendambakan kesatuan antara Indonesia dan
Belanda dalam satu ikatan Belanda Raya.
Dalam rangka menerapkan politik asosiasi SH memprakarsai pendidikan anak-anak bangsawan.
Pada tahun 1890 ia memperoleh murid pertama Pangeran Aria Ahmad Djajadiningrat (Hoesein
Djajadiningrat) (lahir 1877), anak Bupati Serang yang dengan susah payah berhasil ditempatkan di
sekolah Belanda (ELS dan HBS) setelah diubah namanya menjadi Willem van Banten .
SH optimis bahwa Islam tidak akan sanggup bersaing dengan pendidikan Barat. Agama islam
dinilai sebagai beku dan penghalang kemajuan, sehingga harus di imbangi dengan meningkatkan
taraf kemajuan pribumi. Maka pendidikan Barat diformulasikan sebagai faktor yang akan
menghancurkan kekuatan Islam di Indonesia
Tentang Mukimin Haji dan Kota Makkah, SH menyimpulkan, “ di kota Makkah inilah terletak
jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memompakan darahsegar
ke seluruh tubuh penduduk muslimin di Indonesia”. Usulan SH kepada para pejabat kolonial,
yakni dengan cara mengalirkan semangat pribumi ke arah lain. “ Setiap langkah pribumi menuju
kebudayaan kita, berarti menjauhkan dari keinginan untuk naik haji”

H. APA pemikiran Snouck Hurgronje Tentang Islam di Indonesia

Pemikiran Snouck Hurgronje Tentang Islam di Indonesia

Christiaan Snouck Hurgronje merupakan tokoh peletak dasar kebijakan “Islam Politiek” yang
merupakan garis kebijakan “Inlandsch politiek” yang dijalankan pemerintah kolonial Belnda
terhadap pribumi Hindia Belanda. Konsep strategi kebijakan yang diciptakan Snouck terasa lebih
lunak dibanding dengan konsep strategi kebijakan para orientalis lainnya, namun dampaknya
terhadap umat Islam terus berkepanjangan bahkan berkelanjutan sampai dengan saat ini.
Berdasarkan konsep Snouck, pemerintah kolonial Belanda dapat mengakhiri perlawanan rakyat
Aceh dan meredam munculnya pergolakan-pergolakan di Hindia Belanda yang dimotori oleh umat
Islam. Pemikiran Snouck -berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya- menjadi landasan dasar
doktrin bahwa “musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai Agama, melainkan Islam sebagai
Doktrin Politik”.
Konsep Snouck berlandaskan fakta masyarakat Islam tidak mempunyai organisasi yang
“Hirarkis” dan “Universal”. Disamping itu karena tidak ada lapisan “Klerikal” atau
kependetaan seperti pada masyarakat Katolik, maka para ulama Islam tidak berfungsi dan
berperan pendeta dalam agama Katolik atau pastur dalam agama Kristen. Mereka tidak dapat
membuat dogma dan kepatuhan umat Islam terhadap ulamanya dikendalikan oleh dogma yang ada
pada Al-Qur’an dan Al-Hadits -dalam beberapa hal memerlukan interprestasi- sehingga
kepatuhan umat Islam terhadap ulamanya tidak bersifat mutlak.
Tidak semua orang Islam harus diposisikan sebagai musuh, karena tidak semua orang Islam
Indonesia merupakan orang fanatik dan memusuhi pemerintah “kafir” belanda. Bahkan para
ulamanya pun jika selama kegiatan Ubudiyah mereka tidak diusik, maka para ulama itu tidak akan
menggerakkan umatnya untuk memberontak terhadap pemerintah kolonial Belanda. Namun disisi
lain, Snouck menemukan fakta bahwa agama Islam mempunyai potensi menguasai seluruh
kehidupan umatnya, baik dalam segi sosial maupun politik.
Snouck memformulasikan dan mengkategorikan permasalahan Islam menjadi tiga bagian, yaitu ;
bidang Agama Murni, bidang Sosial Kemasyarakatan, bidang Politik. Pembagian kategori
pembidangan ini juga menjadi landasan dari doktrin konsep “Splitsingstheori”.
Pada hakikatnya, Islam tidak memisahkan ketiga bidang tersebut, oleh Snouck diusahakan agar
umat Islam Indonesia berangsur-angsur memisahkan agama dari segi sosial kemasyarakatan dan
politik. Melalui “Politik Asosiasi” diprogramkan agar lewat jalur pendidikan bercorak barat dan
pemanfaatan kebudayaan Eropa diciptakan kaum pribumi yang lebih terasosiasi dengan negeri dan
budaya Eropa. Dengan demikian hilanglah kekuatan cita-cita “Pan Islam” dan akan
mempermudah penyebaran agama Kristen.
Dalam bidang politik haruslah ditumpas bentuk-bentuk agitasi politik Islam yang akan membawa
rakyat kepada fanatisme dan Pan Islam, penumpasan itu jika perlukan dilakukan dengan kekerasan
dan kekuatan senjata. Setelah diperoleh ketenangan, pemerintah kolonial harus menyediakan
pendidikan, kesejahteraan dan perekonomian, agar kaum pribumi mempercayai maksud baik
pemerintah kolonial dan akhirnya rela diperintah oleh “orang-orang kafir”.
Dalam bidang Agama Murni dan Ibadah, sepanjang tidak mengganggu kekuasaan, maka
pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran
agamanya. Pemerintah harus memperlihatkan sikap seolah-olah memperhatikan agama Islam
dengan memperbaiki tempat peribadatan, serta memberikan kemudahan dalam melaksanakan
ibadah haji.
Sedangkan dibidang Sosial Kemasyarakatan, pemerintah kolonial memanfaatkan adat kebiasaan
yang berlaku dan membantu menggalakkan rakyat agar tetap berpegang pada adat tersebut yang
telah dipilih agar sesuai dengan tujuan mendekatkan rakyat kepada budaya Eropa. Snouck
menganjurkan membatasi meluasnya pengaruh ajaran Islam, terutama dalam hukum dan
peraturan. Konsep untuk membendung dan mematikan pertumbuhan pengaruh hukum Islam
adalah dengan “Theorie Resptie”. Snouck berupaya agar hukum Islam menyesuaikan dengan
adat istiadat dan kenyataan politik yang menguasai kehidupan pemeluknya. Islam jangan sampai
mengalahkan adat istiadat, hukum Islam akan dilegitimasi serta diakui eksistensi dan kekuatan
hukumnya jika sudah diadopsi menjadi hukum adat.
Sejalan dengan itu, pemerintah kolonial hendaknya menerapkan konsep “Devide et Impera”
dengan memanfaatkan kelompok Elite Priyayi dan Islam Abangan untuk meredam kekuatan Islam
dan pengaruhnya dimasyarakat. Kelompok ini paling mudah diajak kerjasama karena ke- Islaman
mereka cenderung tidak memperdulikan “kekafiran” pemerintahkolonial Belanda.
Kelompok ini dengan didukung oleh konsep “Politik Asosiasi” melalui program jalur
pendidikan, harus dijauhkan dari sistem Islam dan ajaran Islam, serta harus ditarik kedalam orbit
“Wearwenization”. Tujuan akhir dari program ini bukanlah Indonesia yang diperintah dengan
corak adat istiadat, namun Indonesia yang diper-Barat-kan. Oleh karena itu orang-orang Belanda
harus mengajari dan menjadikan kelompok ini sebagai mitra kebudayaan dan mitra kehidupan
sosial.
Kaum pribumi yang telah mendapat pendidikan bercorak barat dan telah terasosiasikan dengan
kebudayaan Eropa, harus diberi kedudukan sebagai pengelola urusan politik dan administrasi
setempa. Mereka secara berangsur-angsur akan dijadikan kepanjangan tangan pemerintah kolonial
dalam mengemban dan mengembangkan amanat politik asosiasi.
Secara tidak langsung, asisiasi ini juga bermanfaat bagi penyebaran agama Kristen, sebab
penduduk pribumi yang telah berasosiasi akan lebih mudah menerima panggilan misi. Hal itu
dikarenakan makna asosiasi sendiri adalah penyatuan antara kebudayaan Eropa dan kebudayaan
pribumi Hindia Belanda. Asosiasi yang dipelopori oleh kaum Priyayi dan Abangan ini akan
banyak menuntun rakyat untuk mengikuti pola dan kebudayaan asosiasi tersebut.
Pemerintah kolonial harus menjaga agar proses transformasi asosiasi kebudayaan ini seiring
dengan evolusi sosial yang berkembang dimasyarakat. Harus dihindarkan, jangan sampai
hegemoni pengaruh dimasyarakat beralih kepada kelompok yang menentang program peng-
asosiasi-an budaya ini.
Secara berangsur-angsur pejabat Eropa dikurangi, digantikan oleh pribumi pangreh praja yang
telah menjadi ahli waris hasil budaya asosiasi hasil didikan sistem barat. Akhirnya Indonesia akan
diperintah oleh pribumi yang telah ber-asosiasi dengan kebudayaan Eropa.
Konsep-konsep Snouck tidak seluruhnya dapat dijalankan oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda, sehingga tak seluruhnya dapat mencapai hasil yang maksimal. Namun setidaknya selama
itu telah mampu meredam dan mengurangi aksi politik yang digerakkan oleh umat Islam. Pada
akhirnya, umat Islam pula yang menjadi motor penggerak gerakan kemerdekaan Indonesia di
tahun 1945.
Tanggal 12 Maret 1906 Snouck kembali ke negeri Belanda. Ia diangkat sebagai Guru Besar
Bahasa dan Sastra Arab pada Universitas Leiden. Disamping itu ia juga mengajar para calon-calon
Zending di Oestgeest. Snouck meninggal dunia pada tanggal 26 Juni 1936, diusianya yang ke 81
tahun.
Kebesaran Snouck selalu dikenang, dialah ilmuwan yang dijuluki `dewa” dalam bidang
Arabistiek-Islamologi dan Orientalistik, salah satu pelopor penelitian tentang Islam, Lembaga-
Lembaganya, dan Hukum-Hukumnya. Ia “berjasa” menunjukkan “kekurangan-kekurangan”
dalam dunia Islam dan perkembangannya di Indonesia. Di Rapenburg didirikan monumen
“Snouck Hurgronjehuis” untuk mengenang jasa-jasanya dan kebesarannya. Christiaan Snouck
Hurgronje, tokoh penting peletak dasar kebijakan “Islam Politiek” merupakan “Pembaratan
Islam Pribumi” kini diteruskan oleh para pewarisnya di Indonesia yang dikenal sebagai
cendekiawan Islam Liberal Indonesia.Dan ternyata dalam perkembangan selanjutnya ternyata
pendapat dan saran Snouck Hurgronje tidak lagi sesuai dengan situasi dan kondisi umat islam di
hindia belanda, umat islam dalam melaksanakan agamanya ternyata tidak mengabaikan kegiatan
politik karena memang masalah politik masuk dalam agama islam

BAB III

PENUTUPAN

I. KESIMPULAN
Setelah kita lakukan pengamatan data ternyata dapat kita ketahui

a. Snouck Hurgronje adalah tokoh yang sangat kontroversial. Disanjung dipuja sebagai
sarjana Islam yang cemerlang, tetapi juga dicaci maki sebagai seorang ahli muslihat yang hendak
menghancurkan Islam dari dalam dengan pura-pura masuk Islam. Betapapun diakui oleh semua
pihak bahwa pemerintah Belanda baru mempunyai garis kebijaksanaan tentang Islam didaerah
jajahannya yang bernama Hindia Belanda (Indonesia) setelah Snouck Hurgronje menjadi
penasehat pemerintah dalam hal-hal yang berkaitan dengan Islam.
Dan ternyata dalam perkembangan selanjutnya ternyata pendapat dan saran Snouck Hurgronje
tidak lagi sesuai dengan situasi dan kondisi umat islam di hindia belanda, umat islam dalam
melaksanakan agamanya ternyata tidak mengabaikan kegiatan politik karena memang masalah
politik masuk dalam agama islam

SARAN

Kita sebagai mahasiswa harus benar-benar mempejari sejarah-sejarah islam hindia belanda
karena selain memperluas pengetahuan kita juga dapat mengetahui sejarah awal ketidak
harmonisan antara umat islam dengan umat nasrani

DAFTAR PUSTAKA

-- Usman, suparman, Prof. Dr. M.A, S.H, 2002, Hukum Islam, Jakarta selatan: gaya media
pratama Jakarta

- http:/google.com. Strategi Belanda Melumpuhkan Islam Biografi C. Snouck Hurgronje, ( di


akses pada 03 juni 2010)
- indrayogi.blog.friendster.com

- indrayogi.multiply.com

- http://ajip-rosidi.com/esai-bahasa-indonesia/snouck-hurgronje-dan-h-hasan-mustapa

- http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=10681
Diposting 27th September 2015 oleh Unknown

Anda mungkin juga menyukai