ASUHAN KEPERAWATAN
KEMAMPUAN DALAM KOMUNIKASI
KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN FISIK
Pahami keseluruhan situasi klien
Informasi lengkap : masa lalu, saat
ini & potensi masalah klien (Gordon,
1987;1994)
klien sebagai sumber informasi
primer.
Sumber informasi sekunder
Kemampuan komunikasi
Komunikasi Intrapersonal
Digunakan untuk berpikir, belajar, merenung,
meningkatkan motivasi, introspeksi diri.
Komunikasi Interpersonal
warna
mudah rontok,
Linea sternalis
Linea medio-clavicularis
Linea scapularis
Linea vertebralis
Suara tambahan
Vesicular, suara napas vesicular terdengar disemua lapangan
paru yang normal. Bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih
panjang dari expirasi.
– Palpasi
– Pada ictus cordis, Hitung frekuensi jantung / heart rate (HR)
– frekuensi jantung (HR) selama 1 menit penuh serta diamati
teratur tidaknya denyut jantung. Kemudian membandingkan
HR dengan frekuensi nadi yang telah kita hitung sebelumnya.
Perkusi
– batas-batas jantung, karena daerah jantung terdengar pekak.
Auskultasi
– Mula-mula gunakanlah sisi membrane dengan tekanan kuat untuk mendengar
nada-nada yang lebih tinggi, kemudian sisi bell dengan tekanan ringan untuk
mendengar nada-nada yang lebih rendah.
Bising Jantung/Murmur
– Murmur adalah fibrasi/getaran yang terjadi didalam jantung atau pembuluh darah besar
yang diakibatkan oleh bertambahnya arus turbulensi darah. Arus darah yang normal
adalah stream line.
– Bila darah melewati celah yang sempit terjadilah arus turbulensi, hal inilah yang
menimbulkan bising
Abdomen
Auskultasi
Palpasi Lien
– Teknik palpasi lien dengan cara bi-manual (=2 tangan), jari-jari tangan
kiri mengangkat dengan cara mengait dinding perut kiri atas arah
belakang, sedangkan jari-jari tangan kanan berupaya meraba lien dari
arah depan abdomen kiri atas, mencari/meraba lien yang ditandai
dengan adanya incissura linalis. Pembesaran lien mengikuti arah garis
yang melewati umbilicus menuju kwadran kanan bawah abdomen.
Lien membesar didapat pada Thypoid fever. Dengue fever, Leucemia,
dan lain sebagainya. Harus hati-hati melakukan palpasi pada lien yang
membesar karena mengakibatkan rupture lien.
Pemeriksaan anus
– Anus diperiksa bersamaan dengan genetalia pada wanita. Pada pasien
laki-laki, posisi pasien berbaring miring dengan lulut terlipat
menempel diperut/dada.
– Diperiksa adanya : haemoroid externa, fissure, fistula, tanda
keganasan
Lengan dan Tungkai (ekstremitas)
– Pemeriksaan oedema
– Menilai rentang gerak (ROM = Range of Motion)
– Uji kekuatan otot
Diawali dengan memeriksa Tonus Otot (ketegangan
otot). Trofi otot (ukuran otot) dengan cara inspeksi
palpasi. Bandingkan antara kiri dan kanan.
Kekuatan otot dinilai dengan angka 0 - 5 :
– Palpasi
Lengan kanan pasien ditopang dengan kiri pemeriksa, tangan
kanan
pemeriksa melakukan palpasi pada setiap kwadran mamae pasien dan
fossa axilarisnya. Hal-hal yang perlu diperiksa adalah :
– Ukuran massa, diuraikan dalam centimeter, dan posisinya dicatat (ekor,
atas luar, atas dalam, bawah luar, bawah dalam)
– Bentuk massa
– Delimitasi, apakah mempunyai tepi yang jelas, seperti pada kista? Atau
difus seperti pada karsinoma?
– Kosistensi, karsinoma sekeras batu, kista lebih elastis
– Mobilitas lesi. Apakah lesi itu dapat digerakkan dengan bebas,
sedangkan karsinoma biasanya biasanya melekat pada kulit, otot
dibawahnya atau dinding dada.
Columna Vertebralis
– Pasien pada posisi duduk, membelakangi
pemeriksa
– Inspeksi
Amati bentuk dan susunan Columna Vertebralis akan
adanya kelainan-kelainan seperti scoliosis, kyposis,
lordosis, spina bivida.
– Palpasi
Tekanlah prosesus spinosus dari cervical sampai
lumbo sacral mencari tanda nyeri yang mungkin
didapat, seperti pada pasien HNP.
Uji Saraf Cranial
Uji saraf cranial sudah merupakan pemeriksaan khusus
neurologik yang rutin bagi pasien penyakit saraf.
Nervus I Olfactorius-penghidu
– Fungsi penghidu diperiksa dengan bau-bauan seperti terasi,
tembakau, wangi-wangian, dengan mata tertutup pasien
diminta untuk menyebutkan aroma apa yang dicium.
Nervus II Opticus-penglihatan
– Digunakan kartu Snellen yang dipasang pada jarak 6 meter
dari pasien. Visus ditentukan dengan kemampuan membaca
jelas deretan huruf-huruf yang ada.
– Diperiksa dengan pemeriksaan visus terhadap setiap mata.
Nervus III Okulomotorius
– Diperiksa dengan meminta pasien membuka dan menutup
kelopak mata, memeriksa refleks pupil terhadap cahaya, refleks
akomodasi dan diameter pupil.
Nervus IV Troclearis
– Diperiksa dengan meminta pasien menggerakkan bola mata
kearah atas dan bawah.
Nervus V Trigeminus
– Diperiksa dengan meminta pasien membuka dan menutup
rahang, menggerakkan rahang lateral, memeriksa refleks,
cornea, sensori wajah dengan memberi rangsang nyeri (jarum),
suhu (panas atau dingin), texture (kain, kertas, wool).
Nervus VI Abducens
– Diperiksa dengan meminta pasien untuk
menggerakkan bola mata kearah lateral.
Nervus VII Fasialis
– Diperiksa dengan meminta pasien untuk
menggerakkan otot-otot wajahnya, dan memberi
rangsang rasa pada 2/3 lidah anterior (asam, manis,
asin) dan minta pasien untuk menyebutkan dengan
mata tertutup.
Nervus VIII Vestibulokoklearis
– Fungsi keseimbangan dengan tes Romberg;
penderita berdiri tegak dengan mata tertutup, bila
pasien terhuyung-huyung dan jatuh artinya
keseimbangan tidak baik (tes Romberg positif).
Keseimbangan juga diperiksa dengan berdiri satu
tumit atau berjalan pada garis lurus.