Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU AL_LUGHAH AL-FALSAFY

“John Austin dan Linguistic phenomology”

Dosen Pembimbing :

Dr. H. Muhsin,. M.Ag

Disusun Oleh :

Gustira 40100120068

Nur Tarbiyah Tella 401001200

JURUSAN BAHASA DAN DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul John Austin dan
Linguistic phenomology
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas dosen pada bidang studi ILMU
AL_LUGHAH AL-FALSAFY. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat

menambah wawasan bagi pembacanya.


Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak
Dr.H.Muhsin,.M.Ag. selaku dosen mata kuliah. Penulis berharap kritik dan masukan

dari segenap pembaca dan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca dan mendapat ridha Allah.. Amin.

2
Daftar isi

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
Daftar isi......................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
A. Biografi John Langshaw Austin............................................................................................................5
B. Linguistic Phenomology menurut john austin.....................................................................................7
Ucapan konstatif (Picture Theory)..................................................................................................7
Ucapan Performative (Primitive Language) ..................................................................................8
BAB III........................................................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan produk terbesar manusia. Ia merupakan kekayaan yang
melahirkan produk-produk lain. Ia juga merupakan bentuk verbal pikiran manusia.
Selain itu bahasa adalah alat dan sarana untuk berkomunikasi. Mempunyai
kemampuan berbahasa yang baik memungkinkan terjadinya komunikasi yang baik
pula, begitupun sebaliknya. Bahasa mampu menyatukan ribuan bahkan jutaan
orang, tetapi sebaliknya bahasa (ucapan) mampu memecahbelah kesatuan. Bahasa
merupakan ekspresi senang, cinta, dan sebaliknya bahasa digunakan juga untuk
mengumpat, sumpah serapah, percekcokan, dan lain-lain. Pendeknya bahasa tidak
bisa lepas dari hidup manusia. Bahasa adalah salah satu unsur terpenting dalam
hidup manusia.
Bahasa tak pernah lengkap atau sempurna, tetapi selalu mengalami
perkembangan seturut perkembangan jaman. Bahasa itu dinamis sebagaimana
manusia dinamis. Oleh karena itu, pengetahuan berbahasa harus dikembangkan
agar tetap relevan dengan jaman yang selalu berkembang. Pembahasan tentang
bahasa telah ada sejak jaman dahulu dan hingga sekarang masih terus berkembang.
Banyak orang memberi perhatian terhadap bahasa. Banyak orang berusaha
memberi penjelasan tentang bahasa agar semakin dipahami oleh orang banyak. Di
antara pemerhati itu terdapat sejumlah filsuf. John Langshaw Austin adalah salah
satu filsuf yang membicarakan bahasa. Pemikirannya sangat menarik sebab
menyangkut pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pembahasannya tentang bahasa, Austin membedakan dua jenis ucapan dan
tindakan.
B. Rumusan Masalah
1. Biografi John Austin
2. Bagaimana Linguistic Phenomology menurut john austin

C. Tujuan
1. Mengetahui biografi John Austin
2. Mengetahui Linguistic Phenomology menurut john austin
4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Biografi John Langshaw Austin
John Langshaw Austin lahir di Lancaster pada 26 Maret 1911 dan meninggal
pada 8 Februari 1960 dalam usia 48 tahun. Ia adalah ahli filsafat bahasa
berkebangsaan Britania Raya.1 Ia juga seorang profresor di Universitas Oxford
yang nampaknya meneruskan garis pemikiran filsafat bahasa biasa Wittgenstein.
Namun demikian, Austin memiliki perhatian sangat kuat terhadap bahasa biasa
dalam arti penggunaanya dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Austin mengambil beasiswa di Klasik Shrewsbury School pada tahun 1924.
Pada tahun 1929, ia melanjutkan studi Classics di Balliol College-Oxford. Ia
pertama kali mengajar di Magdalen College-Oxford pada tahun 1935. Selama
Perang Dunia II, Austin bertugas di British Intelligence Corps. Pada saat itu,
Austin meninggalkan ketentaraan pada bulan September 1945 dengan pangkat
letnan kolonel.
Setelah Perang, Austin kembali ke Oxford. Ia menjadi Profesor Filsafat
Moral pada tahun 1952. Pada tahun yang sama, ia mengambil peran delegasi ke
Oxford University Press dan menjadi Ketua Komite Keuangan pada tahun 1957.
Pekerjaan administrasi lain untuk universitas adalah termasuk perannya sebagai
Junior Proctor (1949-1950), dan Ketua Sub-Fakultas Filsafat (1953-1955). Ia
adalah presiden dari Aristotelian Masyarakat (1956-1957) dan pernah memberikan
kuliah pada William James di Harvard pada tahun 1955.
Biarpun Austin menerbitkan sedikit sekali tulisan tentang pemikirannya,
namun dengan kuliah-kuliah dan diskusi-diskusinya yang berkala, ia mempunyai
pengaruh besar dalam kalangan filosofis Oxford. Sesudah ia meninggal, tiga buku
tentangnya diterbitkan oleh J.O. Urssin dan G.J. Warnock. Mereka mengumpulkan
paper yang pernah dibawakan Austin pada pelbagai kesempatan; bahkan memuat
bahan kuliah yang diberikannya di Oxford dan dalam How to do thing with words
(1962) dicantumkan The William Jame Lecturs yang pernah ia bawakan di
Universitas Harvard pada tahun 1955.

5
Pemikiran-pemikiran John Langshaw Austin

Pemikiran John Austin ini bertolak belakang dari Filsafat Wiigenstein yang
memiliki perhatian terhadap bahasa biasa atau bahasa sehari-hari. Ia berpendapat
bahwa banyak pelajaran yang dapat diambil dari bahasa pergaulan sehari-hari.

Ada ungkapan yang terkenal dari biografi John Langshaw Austin yaitu What to say
When. Arti ungkapan tersebut adalah, unsur bahasa (what) sama pentingnya
dengan fenomena-fenomena (when).

Dari ungkapan tersebut ia menamakan konsepnya dengan fenomenologi linguistik


karena menjelaskan fenomena-fenomena melalui penyelidikan bahasa. John Austin
memberikan perhatiannya pada pembedaan jenis-jenis ucapan dan pembedaan
tentang tindakan-tindakan bahasa. Lebih jelasnya, saya memiliki beberapa
pemikiran tentang bahasa, antara lain sebagai berikut.

 Jenis Ucapan,

Jenis ucapan tersebut terdiri dari dua jenis yaitu ucapan konstatif (ucapan konstatif)
dan ucapan performatif (ucapan performatif). Ia berpendapat bahwa ucapan
konstatif digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang faktual, sedangkan
ucapan performatif tidak dapat dikatakan benar atau salah seperti ucapan konstatif.

 Tindakan Bahasa

John Austin membedakan ini menjadi 3 bagian yaitu tindakan lokusi (tindakan
lokusi), tindakan illokusi (tindakan lokusi), dan tindakan perlokusi (tindakan
perlokusi).

Tindakan lokusionari (locusionary act) dalam pandangan John Austin yaitu ketika
penutur melakukan tindakan bahasa dengan sesuatu yang pasti. Sedangkan
tindakan illokusi (illocusionary) lebih menitikberatkan pada tindakan dalam
pengetahuan sesuatu karena si penutur harus melakukan tuturannya.

6
“Bagaimanapun kita berbicara tentang orang-orang yang 'berlindung'
dalam ketidakjelasan -semakin tepat Anda, secara umum semakin besar
kemungkinan Anda salah, sedangkan Anda memiliki peluang bagus untuk
tidak salah jika Anda membuatnya cukup kabur.”

Sementara itu berpendapat bahwa tindakan perlokusi (perlocutionary act) ketika


tuturan dari seseorang lebih mengena pada dirinya tersebut, dalam artian melihat
pada pengaruh yang ditimbulkannya baik nyata maupun tidak.

B. Linguistic Phenomology menurut john austin

John Langshaw Austin kerap melontarkan ungkapan “What to say


when”. Yang memaknainya bahwa unsur bahasa (What) sama pentingnya
dengan dunia fenomena-fenomena (When). Ungkapan ini oleh Austin
dinamainnya linguistic phenomenology. Nama itu dinyatakan
percobaannya untuk menjelaskan fenomena-fenomena dengan melalui
penyelidikan bahasa.

Phenomenology berasal dari bahasa Yunani phaenaesthai. Berarti


menunjukkan dirinya sendiri, menampilkan. Fenomenologi juga berasal
dari bahasa Yunani, pahainomenom, yang secara harfiah berarti “Gejala”.
Atau apa yang telah menampakkan diri sehingga nyata bagi si
pengamat. Phenomenology, sesuai dengan namanya adalah ilmu (logos)
mengenai sesuatu yang tampak (phenomenom).

Dengan ini fenomenologi adalah pendekatan filsafat yang berpusat


pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran manusia. Ide
utama dari konsep fenomenologi adalah penggunaan realita murni sebagai
rujukannya. Dan mencari hakikat dari realitas tersebut kemudian hakekat
tersebut diakui oleh sang pelaku. Beberapa teori dalam filsafat
fenomenologi menurut Aunstin sebagai berikut:

7
Ucapan konstatif (Picture Theory)

Austin mengatakan bahwa proporsi harus menggambarkan keadaan


faktual dari realitas. Austin menyebut ucapan ini dengan  constantive
utterance. Ucapan ini digunakan ketika menjelaskan keadaan faktual
menyertakan sesuatu, dan menjelaskan bahasa-bahasa logis.

Istilah constative digunakan Austin untuk menggambarkan semua


pernyataan yang dapat dinilai benar atau salahnya. Untuk mengetahui
kebenarannya, maka arus diuji ucapan tersebut diverifikasi secara empiris
berdasarkan fakta yang terjadi. Dikatakan benar jika berkorespondensi
positif dengan realitas dan salah jika bertentangan dengan keadaan yang
sebenarnya.

Contoh ucapan konstatif adalah ; (1) UUD 1945 disyahkan tanggal


18 Agustus 1945. Contoh ini mengungkapkan fakta atau kejadian pada
waktu yang telah lampau. Hal ini dibuktikan benar atau salahnya
berdasarkan fakta atau kejadian itu sendiri. Untuk mrmbuktikannya bisa
dilakukan dengan menyelidiki dan membuktikannya.

Ucapan Performative (Primitive Language)

Ucapan ini tidak ditentukan benar atau salah berdasarkan peristiwa


atau fakta yang telah lampau melainkan ucapan yang memiliki
konsekuensi perbuatan bagi penuturnya. Dengan suatu ucapan performatif
seseorang bukanya memberitahukan suatu peristiwa, melainkan seseorang
tersebut sungguh-sungguh berbuat sesuatu itu.

Contoh ucapan performatif adalah;  Saya berjanji akan memberi


hadiah pada saudara, jika saya naik pangkat. Ucapan semacam itu tidak
dibuktikan benar atau salahnya baik berdasarkan logika maupun fakta
yang terjadi melainkan berkaitan dengan layak atau tidaknya   untuk
diucapkan oleh seseorang. Ucapan ini akan tidak layak diucapkan
manakala seseorang tersebut tidak memiliki kewenangan dalam
mengucapkannya.

Austin membagi tindak tuturnya ke dalam tiga jenis, yakni :

8
o Tindak lokusi (locutonary acts), yaitu tindak untuk menyampaikan
suatu makna tertentu.
o Aksi ilokusi (illocutionary acts), yaitu  merupakan suatu tindakan
bahasa yang membuat si penutur bertindak karena yang diucapkan.
o Tindak perlokusi (perlocutionary acts), yaitu suatu tindakan bahasa
menimbulkan suatu reaksi, efek, pikiran atau tindakan bagi yang
mendengar.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
John Langshaw Austin lahir di Lancaster pada 26 Maret 1911 dan
meninggal pada 8 Februari 1960 dalam usia 48 tahun. Ia adalah ahli filsafat
bahasa berkebangsaan Britania Raya.1 Ia juga seorang profresor di
Universitas Oxford yang nampaknya meneruskan garis pemikiran filsafat
bahasa biasa Wittgenstein. Namun demikian, Austin memiliki perhatian
sangat kuat terhadap bahasa biasa dalam arti penggunaanya dalam pergaulan
hidup sehari-hari.
John Langshaw Austin kerap melontarkan ungkapan “What to
say when”. Yang memaknainya bahwa unsur bahasa (What) sama
pentingnya dengan dunia fenomena-fenomena ( When). Ungkapan
ini oleh Austin dinamainnya linguistic phenomenology. Nama itu
dinyatakan percobaannya untuk menjelaskan fenomena-fenomena
dengan melalui penyelidikan bahasa.
Phenomenology berasal dari bahasa Yunani phaenaesthai.
Berarti menunjukkan dirinya sendiri, menampilkan. Fenomenologi
juga berasal dari bahasa Yunani, pahainomenom, yang secara
harfiah berarti “Gejala”. Atau apa yang telah menampakkan diri
sehingga nyata bagi si pengamat. Phenomenology, sesuai dengan
namanya adalah ilmu (logos) mengenai sesuatu yang tampak
(phenomenom).
Dengan ini fenomenologi adalah pendekatan filsafat yang
berpusat pada analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran
manusia. Ide utama dari konsep fenomenologi adalah penggunaan
realita murni sebagai rujukannya. Dan mencari hakikat dari realitas
tersebut kemudian hakekat tersebut diakui oleh sang pelaku.

10
DAFTAR PUSTAKA

Joko, Filsafat Bahasa Biasa dan Tokohnya, (Yogyakarta: Liberty, 1997), hlm. 53

Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, (Yogyakarta: Paradigma,


Cet.III, 2002), hlm163

Rizal Mustansyir, Filsafat Analitik, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), hlm. 103

http://elisa.ugm.ac.id/community/show/filsafatkomunikasiolehprofdrlasiyomamm/#!/section
9402/1384948504/diaskespada/19/04/2015/20:53

https://tanwir.id/fenomenologi-linguistik-jhon-l-austin-membaca-al-quran/

11

Anda mungkin juga menyukai