Anda di halaman 1dari 11

Derivasi (Al-Isytiqaq) ‫اإلشتقاق‬

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Lughah

Kelompok 8
Anggota :

Taufik Rahman 111802100000162


Arina salsabila 11180210000073
Zaenal Amaludin 11180210000181

Dosen Pengampu :
Dr. Zubair, M.Ag.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Fakultas Adab dan Humaniora
Bahasa dan Sastra Arab
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan alam
semesta sekaligus sebagai penguasa, pengatur alam semesta. Tak lupa, Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW berserta
keluarga, para sahabat dan umat-Nya hingga akhir zaman.
Dangan berkat rahmat dan karunia-Nya alhamdulilah kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Adab Muqaran dengan judul “Derivasi (Isytiqaq)”.
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini, semoga dapat menjadi titik terang untuk
pengetahuan kita.
Akhir kata, kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan karya tulis ini.
Atas segala perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Ciputat, 22 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4

LATAR BELAKANG ............................................................................................................4

RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................4

TUJUAN PENULISAN ..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................5

DEFINISI DERIVASI (ISYTIQAQ) ....................................................................................5

SEBAB-SEBAB TERJADINYA ............................................................................................6

KLASIFIKASI DAN PEMBAGIANNYA ............................................................................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................................10

KESIMPULAN .....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Istilah Fiqh Lughah merupakan murni istilah Arab yang terdiri dari dua kata yakni
fiqh dan al-lughah. Secara etimologi fiqh itu berasal dari bahasa Arab al-fiqh yang berarti
alfahm (pemahaman). Fiqih juga berarti pengetahuan, pengertian, dan kecerdasan, dan
bersinonim dengan kata ilmu (`ilm), Fiqh al-Lughah berarti ilmu bahasa. Fiqh lughah adalah
sebuah mata pelajaran yang skop kajiannya adalah apa-apa yang ada disebalik bahasa. Dengan
kata lain fiqh lughah adalah ilmu yang membahas atau memahami bahasa secara mendalam.
Figh lughah adalah salah satu ilmu tinggi dalam pembelajaran bahasa Arab. Ada banyak
hal yang harus dipelajari oleh seseorang yang ingin memantapkan ilmu bahasa Arabnya di dalam
ilmu Fiqh lughah. Figh lughah secara istilah bahasa adalah pemahaman terhadap bahasa (bahasa
Arab) serta mengetahui substansinya. Adapun secara terminilogi, Fiqh lughah adalah ilmu yang
mempelajari tentang hukum-hukum bahasa, cara memahami bahasa, dan objek bahasa baik dari
segi suara, kosakata, susunan frasa dan kalimat, intonasi, nahwu dan sharaf, dan juga
mempelajari dalil-dalil yang terkait tentang bahasa. Berbicara dengan Fiqh lughah, Fiqh lughah
juga membahas salah satunya yaitu derivasi yang akan dibahas lebih lanjut oleh pemateri untuk
dijelaskan lebih jauh lagi.

2. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan derivasi (isytiqaq)?
2) Bagaimana sebab-sebab terjadinya?
3) Bagaimana klasifikasi pembagiannya?

3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang terurai, tujuan dari penulisan ini adalah :
1) Menjelaskan tentang definisi pengertian derivasi (isytiqaq)
2) Menjelaskan tentang sebab-sebab terjadinya
3) Menjelaskan tentang klasifikasi pembagiannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Derivasi (Isytiqaq)


Definisi Isytiqâq dalam Bahasa Arab Isytiqâq (derivasi) secara etimolgi berasal dari
kata isytaqqa- yasytaqqu - isytiqâqan yang berarti mengeluarkan. Seperti kalimat
‫ الكلمة من الكلمة اشتقت‬yang berarti dikeluarkan (diturunkan)nya sebuah kata dari
kata yang lain.1 Adapun secara terminologi isytiqâq (derivasi) ini memiliki arti
yang beragam dengan berbedanya bidang di mana istilah ini dipergunakan dan dengan
berlainannya tujuan kelompok orang yang menggunakannya. Derivasi menurut ahli lughah
(linguis) akan berbeda dengan ahli sharf (morfologis) dan ahli nahwu (grammarian),
demikian pula sebaliknya. Perbedaan cara pandang dan tujuan ini pula yang membentuk
perbedaan macam atau jenis isytiqâq (derivasi) itu sendiri. Isytiqâq menurut para ahli
bahasa (linguis) Arab yaitu mentashrif sebuah kata dari kata lain yang memiliki kesamaan
dalam jumlah huruf asli dan jenisnya meskipun berbeda dalam susunannya. Contohnya
adalah kata-kata ‫ ملح‬،‫ مدل‬،‫ اإلذ‬،‫ لحم‬،‫ حمل‬،‫ حلم‬semuanya tersusun dari huruf-huruf ‫ ل‬,‫ م‬,‫ ح‬dalam
kondisi yang bagaimanapun. Artinya, setiap kata asli dalam bahasa Arab yang berasal dari
tiga huruf bisa berubah dan tersusun menjadi enam kata.2 Isytiqâq (derivasi) inilah yang
termasuk isytiqâq kabîr/akbar (derivasi besar).
Ibnu Jinnî, orang yang membuat istilah ini, menjelaskan bahwa isytiqâq kabîr/akbar
yaitu mengasalkan/ mengasaskan ketiga huruf asas tsulâtsî dan meletakkannya beserta
keenam perubahannya di atas sebuah makna, lalu terhimpunlah di atas makna yang satu itu
enam susunan beserta setiap perubahannya. Jika sesuatu perubahan menjauh darinya,
hendaknya dikembalikan dengan luwes dan diusahakan untuk ditakwil. Sebagai contoh
susunan (‫ س ق و‬،‫ س و ق‬،‫ و ق س‬،‫ ق و س‬،‫)ق س و‬, yang semuanya menunjukkan arti kuat dan
kumpul/himpun. Semisal ‫ القسوة‬bermakna keras dan menyatunya hati, ‫ القوس‬berarti kerasnya
busur dan berkumpulnya kedua ujungnya, ‫ الوقس‬berarti menyebarnya kudis, dikarenakan
kudis menyatukan kulit dan mengeringkannya.

1 Luis Ma‟lûf, Al-Munjid fî al-Lughah wa al-‘Alam, Cet. 37 (Beirut: Dâr al-Masyriq, 2002), hal. 396.
2 ʻAbdullâh Darwis, Dirâsât fî ‘Ilm al-Sharf (Mekkah: Maktabah al-Thâlib al-Jâmiʻî, 1987), hal. 43.

5
Adapun isytiqâq menurut para ahli sharf (morfologis) yaitu menghubungkan
(mengikutkan) satu kata dengan kata lainnya dalam makna umum, jenis huruf asli,
jumlah, dan susunannya. Jadi, perkara “susunan” inilah yang membedakan makna
isytiqâq antara istilah ahli bahasa (linguis) dengan istilah ahli sharf (morfologis).3
Contohnya huruf-huruf ‫ ع ل م‬bisa saja dibuat atau diturunkan menjadi kata-kata turunan
seperti: ‫ عالمة‬،‫ معلوم‬،‫ متعلم‬،‫ يعلم‬،‫ علم‬. Isytiqâq menurut ahli sharf ini termasuk jenis isytiqâq
shagîr/ashgar (derivasi kecil). Al-Suyûthî menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
isytiqâq shagîr yaitu mengambil (membentuk) sebuah shîghah (bentuk kata) dari shîghah
yang lain karena adanya kesesuaian antara keduanya dalam aspek makna, materi (huruf)
asli, dan bentuk susunannya. Agar kata kedua (turunannya) menunjukkan makna asal,
maka ditambah dengan tambahan yang bermakna sehingga keduanya terdapat perbedaan
dari segi huruf atau bentuk susunan seperti kata ‫ارب‬
ِ ‫ض‬َ turunan dari kata ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ , dekimian
juga ‫ َحذِر‬turunan dari kata ‫ َحذ َِر‬. Pendapat Ulama Barat yang menyatakan bahwa etimologi
(isytiqaq) bila ditinjau dari aspek makna, maka diklasifikasikan pada ilmu nadzahri
‘amaliy, artinya ilmu yang bersifat teoritis lagi praktis yaitu ilmu yang bisa difahami
dengan disertai ilmu sejarah tentang kata dan adanya penelusuran perkembangannya
melalui masa yang berbeda-beda.4 Istilah Isytiqaq disepadankan dengan istilah Linguistik
Modern, yang dikenal dengan etimologi, yang artinya suatu cabang ilmu yang mengkaji
tentang asal usul suatu kata. Adapun klasifikasi Isytiqaq dalam linguistik Arab menjadi
salah satu perdebatan di kalangan ulama Bahasa Arab. Pro dan kontra di kalangan ulama
tentang keberadaan isytiqaq dalam wawasan dunia Ilmu Bahasa Arab inilah yan menjadi
hal yang paling menarik untuk dikaji.

B. Sebab-Sebab Terjadinya Derivasi (Isytiqaq)


Mambahas tentang Isytiqaq atau yang disebut juga dengan derivasi kata atau
penurunan kata yaitu mengambil satu kata atau sebagiannya dari kata dasarnya. Penurunan
kata berlaku pada bentuk kata benda yang biasa disebut dengan mashdar. Sebab terjadinya
isytiqaq yaitu disebabkan karena aktifitas atau peristiwa yang berkaitan dengan
pembentukan dari suatu keadaan sesuai dengan perbedaan sifat, waktu atau tempat terjadi.
Seperti al-kitabah, merupakan mashdar yang menunjukkan suatu peristiwa. Jika dari kata

3 ʻAbdullâh Darwis, Dirâsât fî ‘Ilm al-Sharf (Mekkah: Maktabah al-Thâlib al-Jâmiʻî, 1987), hal. 43.
4 Tawwab, (thn.1999).

6
itu diambil kata yaktubu maka kata itu menunjukkan pekerjaan yang dilakukan pada masa
yang akan datang dan masa sekarang. Jika dibentuk dengan kata kataba, maka pekerjaan
itu menunjukkan pada masa yang lewat.

C. Klasifikasi dan Pembagian Derivasi (Isytiqaq)


Setelah diketahui makna dari derivasi dalam bahasa Arab, maka perlu kiranya
dipaparkan juga mengenai jenis-jenis dari derivasi dalam bahasa Arab tersebut. Para ahli
bahasa (linguis) Arab klasik dan modern berbeda pandangan tentang jenis-jenis derivasi
ini. Dalam karya-karya para linguis Arab klasik seperti Al-Khashâ’ish karya Ibnu Jinni,
Kitab Isytiqâq karya Ibnu al-Sarrâj dan Al-Muzhir karya al-Suyûthî, derivasi hanya
dibagi menjadi dua jenis yaitu derivasi kecil dan besar. Kedua jenis derivasi inilah yang
terlihat dalam uraian-uraian mereka. Mereka memaknai isytiqâq lebih terbatas daripada
pemaknaan yang diberikan oleh para ahli linguis Arab modern. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa para linguis Arab klasik lebih terbatas dalam memaknai isytiqâq
daripada para linguis Arab modern. Para linguis Arab modern memperluas cakupan
makna isytiqâq itu dan hal ini tampak pada jenis-jenis isytiqâq yang menurut mereka
tidak hanya dua tapi lebih. . Seperti ʻAbdullâh Amîn dalam kitabnya Al-Isytiqâq
menyatakan ada empat jenis isytiqâq yaitu 1) shagîr (kecil), 2) kabîr (besar), 3) akbar
(lebih besar), dan 4) kubbâr (sangat besar). Para ulama Bahasa Arab, sebenarnya tidak
semua sepakat terhadap fenomena isytiqaq ini. Karena adanya perbedaan cara pandang
dan alasan mereka dalam memahami dan memberikan contoh isytiqaq. Perbedaan
pandangan tentang Isytiqaq ini mulai dari pemahaman mereka tentang definisi, ruang
lingkup dan asal usul kata-kata yang dibentuk. Kajian tentang isytiqaq ini sudah mulai
muncul pada abad ketiga Hijrah yang dibuktikan dengan lahirnya Kitab karya al-Zujjaj
dan al-Mubarrad. Sehingga pada pertengahan abad ke-4, kajian tentang isytiqaq ini hanya
sampai pada kajian tentang adanya kesesuaian antara kata-kata terhadap lafaz dan
maknanya serta urutan huruf pada kata-kata tersebut. Menyikapi adanya isytiqaq shaghir,
sebagian ulama berbeda pendapat tentang batasan atau ruang lingkup Isytiqaq dimana
kata-kata sebagian musytaq dan sebagian bukan musytaq. Pendapat ini didukung oleh
Sibawaih, dan al-Zujjaaj. Sedangkan Ulama Modern berpendapat bahwa semua kata

7
adalah musytaq. Ulama lain yang agak ekstrim mengatakan semua kata adalah asli, tidak
dibentuk dan tidak diambil dari kata manapun. Pendapat ini didukung oleh Ibn Faris.
Terlepas dari pro dan kontra tentang Isytiqaq ini, Ulama Bashrah juga mempunyai
pendapat yang hampir senada dengan ulama sebelumnnya, bahwa mashdar merupakan
asal dari semua kata sedangkan Ulama Kuffah berpendapat bahwa fiil adalah bentuk asal
semua kata. Dan Salah seorang ulama yang menentang adanya Isytiqaq Kabir adalah
Jalaluddin Suyuthi pengarang kitab alMuzhir fiy ‘Ulum al-Lughah karena menurutnya
sangat melelahkan dalam hal penerapannya dan terlalu dibuat-buat. Menurut hemat
penulis, alasan Suyuthi ini agaknya karena Suyuthi termasuk penganut Mazhab Tauqifiy
dimana menurutnya kita tidak bisa merubah ketentuan yang sudah dibuat oleh para ulama
sebelumnya karena akan merusak hakikat bahasa.

• Isytiqaq Shaghir
Isytiqaq Shaghir artinya membentuk beberapa kata dari sebuah kata dasar dengan tetap
melihat kesamaan urutan morfemnya seperti pada kata dasarnya. Isytiqaq Shagir terjadi
pada tashrif lughawi dan tashrif ishthilahiy pada fiil madhi, fiil mudhari’, fiil amar,
mashdar dan seterusnya. Adapun contohnya: ‫"اسم القاعل "كاتب" واسم المفعول "مكتوب‬
‫والفعل "تضارب" والخ‬. Sebagian Ulama Kuffah menggunakan istilah Isytiqaq, sebagai ganti
dari sharaf. Begitu pula Ibn Jinniy, menurutnya antara kedua istilah Isytiqaq dan tashrif
mempunyai kaitan yang sangat erat. Istilah Tashrif berarti mendatangkan satu kata lalu
merubahnya ke bentuk yang lain, sama halnya dengan istilah Isytiqaq. Pandangan ini ada
benarnya, jika yang dimaksud oleh Ibn Jinny istilah Tashrif atau sharaf adalah bahagian
dari Isytiqaq Shagir.
• Isytiqaq Kabir
Isytiqaq kabir adalah dua kata yang mempunyai persamaan lafaz dan makna tetapi susunan
hurufnya tidak sama. Atau dengan kata lain adalah dua kata yang mempunyai persamaan
lafaz dan makna namun berbeda dalam urutan huruf.
Contoh: ‫ حمد‬-‫مدح‬, ‫ جذب‬- ‫جبذ‬, Isytiqaq Kabir ini disebut pula dengan qalb artinya memutar
atau menukar pola tiga huruf menjadi enam pola yang berbeda. Contoh isytiqaq ini, yang
dikemukakan oleh Ibn Jinni adalah pemutaran tiga huruf : ‫ج ب ر‬, Dari susunan huruf ini,
bagaimanapun posisinya, inti maknanya tetap sama, yaitu: kuat dan sangat.
• Isytiqaq Akbar

8
Isytiqaq Akbar adalah menukar suatu huruf dengan huruf lain yang mirip makhrajnya
sehingga mudah diucapkan. Contoh Menukar huruf ‫ واو‬menjadi ‫ ألف‬, pada lafaz ‫ صوم‬menjad
‫ صام‬dan menukar huruf ‫ ط‬menjadi ‫ ت‬pada lafaz ‫ اصتنع‬, menjadi ‫ اصطنع‬.
• Isytiqaq Kubbar
Isytiqaq Kubbar atau al-Naht adalah membentuk satu kata dari dua kata atau lebih dengan
maksud untuk menyingkat dan memudahkan ucapan.
Adapun contohnya dibagi pada empat klasifikasi: 1. Naht Nisbiy adalah menisbahkan atau
memberi sifat kepada sesuatu atau kepada seseorang atau terhadap pekerjaan pada dua
bentuk isim. Seperti kata ‫ عبد الشمس‬disingkat menjadi ‫ عبشمي‬dan kata ‫ بلحارث‬disingkat
menjadi ‫ بني احالرث‬dan sebagainya.
2. Naht fi’liy artinya membentuk kata dengan mempersingkat suatu kalimat (jumlah) yang
diucapkan. Adapun contohnya adalah ‫ بسم هللا الرحمن الحيم‬disingkat menjadi ‫ بسمل‬dan kata
‫ الحوال والقوة إال باهللا‬disingkat menjadi ‫ حوقل‬dan sebagainya.
3. Naht isim artinya mempersingkat dua kata menjadi satu isim. Contohnya ‫جلد وجمد‬
disingkat menjadi ‫جلمود‬.
4. Naht Washfiy adalah membentuk dari dua kata menjadi satu kata yang menunjukkan
suatu sifat. Adapun contohnya:‫ ضبط وضبر‬disingkat menjadi ‫ ضبطر‬artinya menunjuk sifat
lakilaki yang kuat.

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Definisi Isytiqâq dalam Bahasa Arab Isytiqâq (derivasi) secara etimolgi berasal dari kata
isytaqqa- yasytaqqu - isytiqâqan yang berarti mengeluarkan. Seperti kalimat
‫ الكلمة من الكلمة اشتقت‬yang berarti dikeluarkan (diturunkan)nya sebuah kata dari
kata yang lain. Mambahas tentang Isytiqaq atau yang disebut juga dengan derivasi kata atau
penurunan kata yaitu mengambil satu kata atau sebagiannya dari kata dasarnya. Penurunan kata
berlaku pada bentuk kata benda yang biasa disebut dengan mashdar. Sebab terjadinya isytiqaq
yaitu disebabkan karena aktifitas atau peristiwa yang berkaitan dengan pembentukan dari suatu
keadaan sesuai dengan perbedaan sifat, waktu atau tempat terjadi. Seperti al-kitabah, merupakan
mashdar yang menunjukkan suatu peristiwa. Jika dari kata itu diambil kata yaktubu maka kata
itu menunjukkan pekerjaan yang dilakukan pada masa yang akan datang dan masa sekarang. Jika
dibentuk dengan kata kataba, maka pekerjaan itu menunjukkan pada masa yang lewat. Para ahli
bahasa (linguis) Arab klasik dan modern berbeda pandangan tentang jenis-jenis derivasi ini.
Dalam karya-karya para linguis Arab klasik seperti Al-Khashâ’ish karya Ibnu Jinni, Kitab
Isytiqâq karya Ibnu al-Sarrâj dan Al-Muzhir karya al-Suyûthî, derivasi hanya dibagi menjadi dua
jenis yaitu derivasi kecil dan besar. Para linguis Arab modern memperluas cakupan makna
isytiqâq itu dan hal ini tampak pada jenis-jenis isytiqâq yang menurut mereka tidak hanya dua
tapi lebih. . Seperti ʻAbdullâh Amîn dalam kitabnya Al-Isytiqâq menyatakan ada empat jenis
isytiqâq yaitu 1) shagîr (kecil), 2) kabîr (besar), 3) akbar (lebih besar), dan 4) kubbâr (sangat
besar).

10
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Al-Tawwâb, Ramadhân. “Fushûl fî Fiqh al-‘Arabiyah”. (Kairo: Maktabah al-Khanjî,


1999).
‘Aliy ‘Abd al-Wahid Wafiy. “Fikh al-Lughah”. (Kairo: Lajnah al-Bayan, 1962).
Al-Suyûthî, ʻAbdurrahmân Jalâluddîn. “Al-Muzhir fî ‘Ulûm al-Lughah wa Anwâʻihâ”, Juz I,
(Kairo: Maktabah Dâr al-Turâts).
Darwîsy, ʻAbdullâh. “Dirâsât fî ‘Ilm al-Sharf”. (Mekah: Maktabah al-Thâlib al-Jâmiʻî, 1987).
Jinnî, Ibnu. “Al-Khashâ’ish”. (Mesir: al-Hai‟ah al-Mishriyah al-„Âmmah li al-Kitâb, 1999). Juz
II, Cet. Ke-4.
Ma‟lûf, Luis. “Al-Munjid fî al-Lughah wa al-‘Âlam”. (Beirut: Dâr al-Masyriq, 2002). Cet. 37.

11

Anda mungkin juga menyukai