Disusun Oleh :
KELOMPOK 12
Mukhtar (12030313885)
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
banyak nikmat, nikmat yang tak terhingga banyaknya, Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Digitalisasi Naskah-naskah
Nusantara di Indonesia” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tak lupa pula penulis
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari ibu Dr. Khotimah, M.Ag pada
mata kuliah Filologi Melayu di UIN SUSKA RIAU. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis pribadi maupun bagi para
pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Baik dalam pengejaan dan juga
kesalahan – kesalahan lain. Mengingat akan pengetahuan penulis yang masih terbatas.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan – masukan
yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini dan makalah – makalah yang
akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
A. Pengertian Digitalisasi........................................................... 3
B. Perkembangan Digitalisasi Naskah Nusantara ....................... 4
C. Bentuk Digitalisasi Naskah ................................................... 9
D. Tahapan-tahapan Digitalisasi Naskah .................................... 11
E. Problematik Digitalisasi Naskah Nusantara ........................... 12
A. Kesimupulan ......................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Digitalisasi merupakan sebuah upaya penyelamatan naskah dari kemusnahan
akibat iklim dan kelembaban udara yang tidak bersahabat. Oleh karena itu, para
pemerhati, peminat, peneliti, dan pemilik naskah serta pemerintah harus bersatu padu
untuk membangun sinergi dalam hal penyelamatan dan pemeliharaan naskah. Dengan
demikian, program digitalisasi yang kini sedang digalakkan oleh berbagai pihak atau
instansi benar-benar dapat menyelamatkan khazanah intelektual bangsa yang
terkandung di dalam naskah. Setidaknya, Perpustakaan Nasional dan Manassa
(Masyarakat Pernaskahan Nusantara) dapat tampil sebagai garda depan dalam urusan
digitalisasi naskah ini. Dengan pelibatan komunitas pernaskahan dan lembaga resmi
negara, diharapkan ada semacam roadmap digitalisasi sebagai wujud penyelamatan
naskah secara nasional yang berkesinambungan. 1
Nusantara memiliki warisan berupa naskah-naskah lama. Disiplin ilmu yang
mengkaji naskah-naskah tersebut disebut filologi. Filologi sebagai suatu bentuk
kegiatan sudah cukup lama dilakukan orang. Ilmu itu mulai berkembang sejak abad
ke-2 sebelum Masehi di Yunani kuno. Pada masa itu, di Museum Iskandariyah,
Yunani, terdapat kegiatan pengkajian terhadap naskah-naskah klasik. Pada masa itu,
museum berarti kuil untuk Dewi Muses yang merupakan dewi kesenian dan ilmu
pengetahuan. Filologi yang melanjutkan tradisi Yunani itu disebut filologi tradisional
yang ingin menjaga teks tetap asli. Seiring dengan berkembangnya waktu, khususnya
pada abad ke-20, para pengkaji menemukan bahwa teks seringkali tidak ada yang asli.
Perubahan teks juga merupakan hal yang sangat penting untuk menggambarkan
perkembangan kebudayaan. Muncullah kemudian teori baru dalam bidang filologi
yang fokusnya justru ingin menggambarkan perkembangan perubahan teks akibat
perubahan dinamika budaya. Selanjutnya, pada abad ke-21 muncul teknologi digital.
Dalam filologi, teknologi sangat membantu dalam usaha menggandakan naskah.
Melalui teknologi, naskah dimasukkan ke dalam dokumen digital melalui foto
sehingga nantinya dapat diedit, digandakan, dan disebarkan dalam jumlah tidak
1
Wirajaya, Asep Yudha. 2007. “Digitalisasi Naskah: Sebuah Bagian Konservasi yang Perlu Dilakukan” dalam
Nuansa Indonesia. Volume. XIII, Nomor. 1, Februari 2007. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa –
Universitas Sebelas Maret.hal.25
1
2
terbatas. Kegiatan itu merupakan kegiatan digitalisasi naskah yang sangat bermanfaat
bagi usaha preservasi. 2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas pada makalah kali ini,
diantaranya yakni :
1. Apa pengertian digitalisasi?
2. Bagaimana perkembangan digitalisasi naskah nusantara ?
3. Apa saja bentuk-bentuk digitalisasi naskah?
4. Apa saja tahapan-tahapan digitalisasi naskah?
5. Apa yang menjadi probelematik dalam digitalisasi naskah nusantara?
C. Tujuan
2
Mu’jizah dan Maria Indra Rukmi. 1998. Penelusuran Penyalinan Naskah-Naskah Riau Abad XIX: Sebuah
Kajian Kodikologi. Jakarta: Program Penggalakan Kajian Sumber-Sumber Tertulis Nusantara, Fakultas Sastra,
Universitas Indonesia. Hal.12
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Digitalisasi
Istilah digitalisasi (digitalization) dapat disebut juga dengan digitization.
Apabila merujuk pada Library of Congress Authorities, istilah yang digunakan adalah
digitization.3
Menurut Memenemy dan Poulter dalam bukunya yang berjudul "Delivering
Digital Sevices" definisi paling mudah untuk digitalisasi adalah menciptakan kopi
digital dari sebuah objek analog. Dia menambahkan bahwa dengan mendigitalkan
sebuali dokumen, banyak keuntungan yang bisa didapatkan, yakni dapat dengan
mudah diakses, dicari, ataupun diindeks. Artikel yang didapatkan dari info komputer
menguraikan bahwa Proses digitalisasi dokumen adalali Proses perubahan dari
dokumen tercetak (printed document/ hardcopy) menjadi dokumen elektronik. 4
Sumber lain yang didapatkan pada Online Dictionary For Library and
Information Science memberikan pengertian yang serupa, yakni digitikası adalah
menkonversi sebuah dara ke dalam format digital dengan menggunakan computei.
Dalam sistem informasi digitisasi biasanya merujuk pada pengkonversiau dari teks
tercetak (fotografi, ilustrasi peta dan sebagainya) ke dalam sinyal biner dengan
menggunakan alat scanning yang memungkinkan hasilnya dapat ditampilkan melalui
layar komputer.
Digitalisasi merupakan suatu proses yang kompleks, dan terdapat berbagai
manfaat yang dapat diwujudkan dari berbagai jenis kegiatan digitalisasi. Menurut Lee
Alasan utama dari institusi untuk mendigitalisasikan koleksi museum adalah untuk
meningkatkan akses. Bahkan dalam beberapa kasus, suatu bahan pustaka yang dipilih
untuk digitalisasi adalah bahan pustaka yang tergolong langka atau unik. Dalam
bentuk analog, bahan pustaka tersebut akan disimpan secara hati-hati dan hal itu akan
menyebabkan bahan pustaka tersebut menjadi sesuatu yang spesial sehingga aksesnya
terbatas.
3
Library of Congress (2008), Library of Congress datherine, Diakses pada tanggal 17 Mei 2023 pukul 19.00
Wib, dari http Wauthorities.loc.gov/
4
Memenemy, David & Alan Poulter: (2005), Delivering Digital Sevices. à Handbook fof Public Services and
Learning Centres, London: Facet Publishing, hal.159
3
4
Dengan adanya digitalisasi pada bahan pustaka tersebut, maka aksesnya akan
menjadi lebih luas sehingga tidak terbatas pada kalangan tertentu saja. Selain itu
yakni mengusahakan agar bahan pustaka asli tidak mengalami kerusakan, untuk
menjaga nilai yang terkandung dalam bahan pustaka seperti nilai historis, bahan
pustaka langka, kuno dan sebagainya. Jika suatu bahan pustaka dialih media dari
bentuk analog menjadi bentuk digital dengan hasil yang berkualitas tinggi, maka
dapat dikatakan kegiatan digitalisasi dapat memelihara bahan pustaka asli tersebut. 5
B. Perkembangan Digitalisasi Naskah Nusantara di Indonesia
Nusantara adalah kawasan yang termasuk Asia Tenggara. Kawasan ini,
sebagai kawasan Asia pada umumnya, sejak kurun waktu yang lama memiliki
peradaban tinggi dan mewariskan kebudayaan kepada anak ke- turunannya melalui
berbagai media, antara lain, media tulisan yang berupa naskah-naskah. Kawasan
Nusantara terbagi dalam banyak kelompok etnis yang masing-masing memiliki
bentuk kebudayaan yang khas, tanpa me ninggalkan sifat kekhasan kebudayaan
Nusantara. Kekayaan Nusantara akan naskah-naskah lama dibuktikan dengan jumlah
koleksinya yang dewa sa ini terdapat di berbagai pusat studi kebudayaan timur pada
umumnya.6 Berikut perkembangan naskah di nusantara yaitu:
a) Naskah Nusantara dan Para Pedagang Barat
5
Lee, S. D. (2001), Digital Imaging: A Practical Hand Book, Neal-Schuman Publishers.hal.20
6
Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal. 42-43
5
bergerak dalam usaha perdagangan naskah adalah Peter Floris atau Pieter Willemsz.
Van Elbinck yang per nah tinggal di Aceh pada tahun 1604. 7
Sehubungan dengan hal ini, perlu dicatat nama Frederik de Houtman, saudara
laki-laki dan teman seperjalanan Cornelis de Houtman, yang minatnya terhadap
kebudayaan Nusantara telah dibuktikan dalam karangan- nya berjudul Spraeck ende
Woordboeck, inde Maleysche ende Madagaskarsche Talen (terbit tahun 1603). Buku
ini banyak menarik perhatian bangsa Eropa sehingga diterjemahkan dalam bahasa
Latin, Inggris, dan Prancis. 8 Dapat diduga bahwa kemahirannya dalam bahasa
Melayu, antara lain, disebabkan oleh membaca dan mempelajari naskah-naskah
Melayu.
Pada tahun 1629, tiga puluh tiga tahun setelah tibanya kapal Belanda pertama
di kepulauan Nusantara, terbitlah terjemahan Alkitab yang pertama dalam bahasa
Melayu. Nama penerbitnya Jan Jacobsz, Palenstein, sedang nama penerjemahnya
7
Reynold LD. & N.G. Wilson. 1975; Scribes and Scholars. Clarendon: Ox- ford University Press. hal.5
8
Teeuw, A. 1961. A Critical Survey of Studies on Malay and Bahasa Indonesia. s'Gravenhage: Martinus
Hijhoff. Hal.9-10
6
Albert Cornelisz, Ruil (atau Ruyl), dan judulnya Het Nieuwe Testament in
Nederduyts ende Malays, na de Grieckscher waar- heyt overgeset - Jang
Testamentum. Ruyl ini seorang pedagang yang pada tahun 1600 bersama- sama Jacob
van Neck datang di Nusantara dan sebelumnya ia telah menerbitkan Spiegel van de
Maleise Tale dengan mengambil bahan dari karangan Frederik de Houtman serta
beberapa terjemahan ajaran gereja.
9
Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal. 44-45
7
Nusantara dan menyusun kamus dan buku tata bahasa Melayu yang baik, serta besar
perhatiannya kepada bahasa Melayu dan sastranya.
Penginjil lain yang dikenal akrab dengan bahasa dan kesastraan Melayu adalah
G.H. Werndly. Dalam karangannya yang berjudul Maleische Spraak- kunst, terbit
pada tahun 1736, dalam lampirannya yang diberi nama "Maleische Boekzaal" dia
menyusun daftar naskah-naskah Melayu yang dikenalnya sebanyak 69 naskah. Bahwa
dia mempelajari dan mengerti isi kandungannya terbukti dengan adanya ringkasan isi
dan deskripsi setiap naskah itu meskipun sangat pendek.
Kehadiran tenaga penginjil yang dikirim oleh NBG ke Indonesia dengan bekal
ilmu pengetahuan linguistik telah mendorong tumbuhnya kegiatan untuk meneliti
naskah-naskah dari berbagai daerah Nusantara. Kalau pada mulanya mereka
mempelajari naskah itu untuk tujuan mengenal bahasanya, guna kepentingan
penyiaran dan penerjemahan Alkitab, maka selanjutnya mereka ada yang berminat
mengkaji naskah untuk memahami kandungan isinya dan seterusnya berminat
menyuntingnya agar isi naskah dapat diketahui oleh golongan yang lebih luas.
Suntingan-suntingan nas- kah penting dapat membuka beberapa hal yang elementer
mengenai kandungannya.
10
Teeuw, A. 1961. A Critical Survey of Studies on Malay and Bahasa Indonesia. s'Gravenhage: Martinus
Hijhoff. hal.11
8
Minat terhadap naskah Nusantara juga timbul pada para tenaga Belanda yang
memberi pelajaran bahasa-bahasa Nusantara kepada calon pegawai sipil sebelum
mereka dikirim ke Indonesia. Mereka itu perlu dibekali pengetahuan dalam bidang
bahasa, ilmu bumi, dan ilmu bangsa-bangsa (taal, land-en volkenkunde). Mimbar
kuliah untuk disiplin tersebut mula-mula diadakan di Konninklijke Militaire
Academie (KMA) di Breda mulai tahun 1836 dan di Delft pada tahun 1842 dengan
mengangkat Taco Roorda dan Roorda van Eysinga sebagai guru besar dalam Bahasa
Melayu, ilmu Bumi, dan ilmu bangsa-bangsa Hindia Belanda masing-masing di Breda
dan Deft. Akhirnya, mimbar kuliah ini dipindah ke Fakultas Sastra Universitas Lei-
den. Taco Roorda dikenal sebagai tenaga yang memiliki dedikasi dalam bidang
penerjemahan Alkitab, dalam pendidikan kepangrehprajaan, dan dalam ilmu
pengetahuan murni. Di samping tenaga peneliti dari Belanda, dikenal juga tenaga
peneliti dan ahli filologi dari Inggris, misalnya John Leyden, J. Logan, W. Marsden,
Thomas Stamford Raffles, J.Crawfurd, RJ. Wilkinson, R.O. Winstedt, dan Shellabear.
11
Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal. 47-51
10
Selain itu, preservasi juga sering dianggap sebagai upaya pemeliharaan bahan
pustaka selama hal tersebut memang diperlukan. Jadi, dalam konsep tersebut
preservasi memang benar-benar merupakan masalah pokok dalam bidang
pernaskahan dan kepustakawanan modern, serta sekaligus menjadi masalah pokok
yang harus dihadapi di akhir abad ini dan abad-abad selanjutnya. 14
12
Restinaningsih, Lilis. tt. “Konservasi dan Restorasi terhadap Naskah: Naskhah sebagai Warisan Budaya”
dalam http://www.academia.edu/7664480/Konservasi_Naskah. diakses 17 Mei 2023, pukul 20:00 WIB.
13
Wirajaya, Asep Yudha, dkk. 2015. “Inventarisasi dan Digitalisasi Naskah-naskah Kuna di Wilayah Eks-
Karesidenan Surakarta sebagai Upaya Penyelamatan Intangible Asset Bangsa”dalam Etnografi: Jurnal
Penelitian Budaya Etnik. Vol. XV, Nomor 1, Tahun 2015. ISSN 411 – 7258. Surakarta: Fakultas Ilmu Budaya –
Universitas Sebelas Maret.
14
Harvey, R. 1993. Preservation in Libraries: Priciples, Strategies and Practicesfor Librarians. London:
Bowker-Saur.hal.25
15
Tygeler, Rene. 2001. Preservation of Archives in Tropical Climate, A Annotated Bibliography. Paris:
International Council on Archive.hal.12
11
16
Djamaris,Edward, 2002, Metode penelitian Filologi. Jakarta: Monasco.hal.20
17
Wirajaya, Asep Yudha, 2007, “Digitalisasi Naskah: Sebuah Bagian Konservasi yang Perlu Dilakukan” dalam
Nuansa Indonesia. Volume. XIII, Nomor. 1, Februari 2007. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa –
Universitas Sebelas Maret.hal.30
18
Wirajaya, Asep Yudha, 2010. “Pelestarian Naskah-naskah Nusantara melalui Teknologi Digital” dalam
Kuliah Perdana Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Tahun 2010. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa –
Universitas Sebelas Maret.hal.15
12
mengandalkan dana dari pemerintah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
melakukan proses digitalisasi naskah. Dengan digitalisasi naskah, diharapkan akan
dapat menjadi alternatif penyelamatan naskhah di tengah kurangnya perhatian dari
pemerintah.
Setidaknya, melalui proses digitalisasi yang dilakukan, pemilik naskah sudah
berperan serta dalam penyelamatan naskah. Dengan demikian, apabila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan terhadap naskah aslinya, maka pemilik dapat membuat naskah
repro dari hasil printing softfile yang telah dimilikinya, baik dalam bentuk CD, DVD
maupun Blueray. Selain itu, dengan adanya proses digitalisasi tersebut, keberadaan
naskah tidak akan banyak “terganggu” oleh peneliti pemula atau pembaca awam yang
tidak mengerti etika dan tatacara penanganan naskah kuna. Di sisi lain, dengan selesai
dilakukannya proses inventarisasi, deskripsi, dan digitalisasi naskah-naskah kuna
yang masih tersimpan dalam koleksi-koleksi pribadi tersebut, maka keberadaan
naskah-naskah tersebut akan segera diketahui oleh para mahasiswa calon peneliti,
pemerhati, peminat, dan peneliti. Dengan demikian, diharapkan akan segera lahir
penelitian-penelitian baru yang dapat memberikan kontribusi positif bagi alternatif
solusi permasalahan pembangunan bangsa.
E. Problematik Digitalisasi Naskah Nusantara
usaha untuk menduplikasi naskah dilakukan sebagai upaya menyelamatkan isi naskah.
Tahap-tahap itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Menyalin naskah. Menyalin naskah adalah suatu usaha klasik dalam duplikasi
naskah. Naskah disalin dengan bahan yang sama dengan naskah, misalnya
bahan lontar, daluang, kulit binatang, bambu, dan batang pohon. Penyalinan
naskah menjadikan naskah kuno mempunyai duplikat dengan bahan alas
penulisan yang hampir sama. Usaha itu masih diusahakan di Bali dengan
menyalin naskah-naskah lontar. Saat ini Tedi Permadi dari Universitas
Pendidikan Indonesia juga berusaha membuat alas naskah dari kulit kayu yang
nantinya akan menjadi naskah daluang.
2) Teknik grafis. Duplikasi naskah dengan teknik grafis pada awalnya dilakukan
dengan suatu usaha yang disebut dengan cetak batu. Naskah dicetak dengan
menggunakan cap yang dibuat secara manual dengan huruf yang sama dengan
huruf aslinya di atas kertas Eropa. Duplikasi model ini dahulu banyak
ditemukan di Singapura dan Pulau Bintan.
3) Printing klise. Seiring dengan ditemukannya teknis pencetakan dengan
menggunakan master klise, cetak naskah dengan sistem klise pun berkembang.
Klise atau film merupakan hasil foto yang dapat digunakan untuk mencetak
naskah. Klise tersebut juga dapat dibuat rol yang dapat dibaca tanpa dicetak
dengan alat yang disebut microreader. Pada awalnya naskah difoto hitam putih
lalu difoto berwarna.
4) Foto digital. Langkah ini dikenal dengan konsep digitalisasi naskah. Langkah
duplikasi naskah yang terakhir ialah pembuatan fail foto digital dengan teknis
foto digital. Naskah difoto kemudian dibuat aplikasi sehingga mudah dibaca
atau dicetak. Fail juga dapat diunggah di internet sehingga tersimpan di dunia
maya serta dapat digunakan khalayak yang lebih luas.19
19
Ikram, A. 1980. Hikayat Seri Rama: Suntingan Naskah Disertai Telaah Amanat dan Struktur. Jakarta:
Percetakan Universitas Indonesia.hal.15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
15
B. Saran
Sebagai seorang manusia tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Oleh sebab itu, dalam memandang segala sesuatu penulis sarankan agar dengan hati
yang jernih sehingga mudah bagi kita menerima kebenaran, karena segala sesuatu
mempunyai manfaat. Dan juga, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak, oleh sebab itu
penulis masih memerlukan banyak masukan yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Ikram, A. 1980. Hikayat Seri Rama: Suntingan Naskah Disertai Telaah Amanat dan Struktur.
Library of Congress (2008), Library of Congress datherine, Diakses pada tanggal 17 Mei
Memenemy, David & Alan Poulter: (2005), Delivering Digital Sevices. à Handbook fof
Mu’jizah dan Maria Indra Rukmi. 1998. Penelusuran Penyalinan Naskah-Naskah Riau Abad XIX:
Reynold LD. & N.G. Wilson. 1975, Scribes and Scholars. Clarendon: Ox- ford University Press.
Restinaningsih, Lilis. tt. “Konservasi dan Restorasi terhadap Naskah: Naskhah sebagai
Teeuw, A. 1961. A Critical Survey of Studies on Malay and Bahasa Indonesia. s'Gravenhage:
Martinus Hijhoff.
16
17
Wirajaya, Asep Yudha, 2007, “Digitalisasi Naskah: Sebuah Bagian Konservasi yang Perlu
Dilakukan” dalam Nuansa Indonesia. Volume. XIII, Nomor. 1, Februari 2007. Surakarta:
Digital” dalam Kuliah Perdana Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Tahun 2010.
Wirajaya, Asep Yudha, dkk. 2015. “Inventarisasi dan Digitalisasi Naskah-naskah Kuna di
Bangsa”dalam Etnografi: Jurnal Penelitian Budaya Etnik. Vol. XV, Nomor 1, Tahun
2015. ISSN 411 – 7258. Surakarta: Fakultas Ilmu Budaya – Universitas Sebelas Maret