Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DIGITAL DAN

PERPUSTAKAAN HIBRIDA

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Manajemen Perpustakaan
Dosen Pengampu :Drs. Uhen Lukman Mursalin, M.M.Pd.

Disusun Oleh:
Rian Rinaldi (2020110041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-JAWAMI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Segala Puji dan Syukur ke hadirat Allah Subhannahu Wa Ta’ala atas Rahmat
dan Pertolongannya Penulis telah menyelesaikan Makalah “Manajemen Perpustakaan
Hibdrida & Perpustakaan Digital” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas Mata Pelajaran “Manajemen Perpustakaan”. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang menejemen perpustakaan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis Mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Drs. Uhen Lukman Mursalin,
M.M.Pd. Dosen pengampu di mata pelajaran Manajemen Perpustakaan. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadar malah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 05 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II ISI
A. Perpustakaan Digital
B. Perpustakaan Hibrida
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan menjadi modal dasar bagi penerus bangsa untuk dapat berperan
aktif dalam majunya globalisasi dunia. Buku-buku dalam berbagai bahasa yang
membahas dan menerangkan tentang pengetahuan dan ilmu sudah banyak dan berbagai
jenis pengarang, tetapi sarana untuk menunjang kualitas dan kemajuan dunia
pendidikan yang mengikuti perkembangan jaman belum begitu memadai, padahal
dunia pendidikan di perkembangan dunia sudah lebih maju dari tahun ke tahun.
Walau demikian untuk mengejar kemajuan pendidikan di Negara Indonesia
tidak perlu dengan mengubah paradikma pengertian sistem yang sudah ada, tetapi
sarana penunjang perlu di tingkatkan agar dunia pendidikan di Indonesia dapat
berkembang. Tidak hanya itu saja, gaya hidup masyarakat juga mengalami pergeseran
dan semakin beragam sehingga menimbulkan suatu kompleksitas.
Kemajuan inilah yang mengharuskan manusia untuk terus berbenah dan
berupaya mengembangkan kemampuan serta potensi yang ada didalam dirinya,
mengingat pola dan taraf hidup sebuah masyarakat sangat dipengaruhi oleh
kemampuan masyarakan itu sendiri
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud perpustakaan Digital
2. Apa yang dimaksud perpustakaan Hibrida

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Perpustakaan Digital
2. Untuk mengetahui apa itu Perpustakaan Hibrida
D. MANFAAT
1. Dapat mengetahu apa itu Perpustakaan Digital
2. Dapat mengetahu apa itu Perpustakaan Hibrida
BAB III
PEMBAHASAN

A. Perpustakaan Digital

1. Hakikat Perpustakaan Digital

Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek
informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital
(Sismanto, 2008). Layanan ini diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di
dalam koleksi obyek informasi seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital
dengan cepat, tepat, dan akurat. Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan
terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di
seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidaklah terbatas pada dokumen elektronik
pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup koleksinya malah sampai pada artefak digital
yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Koleksi menekankan pada isi informasi,
jenisnya dari dokumen tradisional sampai hasil penelusuran. Perpustakaan ini melayani
mesin, manajer informasi, dan pemakai informasi. Semuanya ini demi mendukung
manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan bantuan penelusuran informasi.
Lesk (dalam Pendit, 2007) memandang perpustakaan digital secara sangat umum
sebagai semanat-mata kumpulan informasi digital yang tertata. Arms (dalam Pendit, 2000)
memperluas sedikitnya dengan menambahkan bahwa koleksi tersebut disediakan sebagai
jasa dengan memanfaatkan jaringan informasi.
Sismanto (2008) juga mengungkapkan bahwa gagasan perpustakaan digital ini diikuti
Kantor Kementerian Riset dan Teknologi dengan program Perpustakaan Digital yang
diarahkan memberi kemudahan akses dokumentasi data ilmiah dan teknologi dalam bentuk
digital secara terpadu dan lebih dinamis. Upaya ini dilaksanakan untuk mendokumentasikan
berbagai produk intelektual seperti tesis, disertasi, laporan penelitian, dan juga publikasi
kebijakan. Kelompok sasaran program ini adalah unit dokumentasi dan informasi skala kecil
yang ada di kalangan institusi pemerintah, dan juga difokuskan pada lembaga pemerintah
dan swasta yang mempunyai informasi spesifik seperti kebun raya, kebun binatang, dan
museum.
Perbedaan ”perpustakaan biasa” dengan ”perpustakaan digital” terlihat pada
keberadaan koleksi. Koleksi digital tidak harus berada di sebuah tempat fisik, sedangkan
koleksi biasa terletak pada sebuah tempat yang menetap, yaitu perpustakaan. Perbedaan
kedua terlihat dari konsepnya. Konsep perpustakaan digital identik dengan internet atau
kompoter, sedangkan konsep perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu
tempat. Perbedaan ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja
dan kapan saja, sedangkan pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan
dengan jam-jam yang telah diatur oleh kebijakan organisasi perpusakaan.

2. Dasar Pemikiran Perpustakaan Digital

Ada beberapa hal yang mendasari pemikiran tentang perlunya dilakukannya digitasi
perpustakaan adalah sebagai berikut:
a) Perkembangan teknologi informasi di Komputer semakin membuka peluang-peluang
baru bagi pengembangan teknologi informasi perpustakaan yang murah dan mudah
diimplementasikan oleh perpustakaan di Indonesia. Oleh karena itu, saat ini teknologi
informasi sudah menjadi keharusan bagi perpustakaan di Indonesia, terlebih untuk
mengahadapi tuntutan kebutuhan bangsa Indonesia sebuah masyarakat yang berbasis
pengetahuan - terhadap informasi di masa mendatang.
b) Perpustakaan sebagai lembaga edukatif, informatif, preservatif dan rekreatif yang
diterjemahkan sebagai bagian aktifitas ilmiah, tempat penelitian, tempat pencarian
data/informasi yang otentik, tempat menyimpan, tempat penyelenggaraan seminar dan
diskusi ilmiah, tempat rekreasi edukatif, dan kontemplatif bagi masyarakat luas. Maka
perlu didukung dengan sistem teknologi informasi masa kini dan masa yang akan datang
yang sesuai kebutuhan untuk mengakomodir aktifitas tersebut, sehingga informasi dari
seluruh koleksi yang ada dapat diakses oleh berbagai pihak yang membutuhkannya dari
dalam maupun luar negeri.
c) Dengan fasilitas digitasi perpustakaan, maka koleksi-koleksi yang ada dapat
dibaca/dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik di Indonesia, maupun dunia
internasional.
d) Volume pekerjaan perpustakaan yang akan mengelola puluhan ribu hingga ratusan ribu,
bahkan bisa jutaan koleksi, dengan layanan mencakup masyarakat sekolah (peserta
didik, tenaga kependidikan, dan masyarakat luas), sehingga perlu didukung dengan
sistem otomasi yang futuristik (punya jangkauan kedepan), sehingga selalu dapat
mempertahanan layanan yang prima.
e) Saat ini sudah banyak perpustakaan, khususnya di perguruan tinggi dengan
kemampuan dan inisiatifnya sendiri telah merintis pengembangan teknologi informasi
dengan mendigitasi perpustakaan (digital library) dan library automation yang saat ini
sudah mampu membuat Jaringan Perpustakaan Digital Nasional (Indonesian Digital
Library Network).
f) Awal adanya perpustakaan digital di Indonesia adalah eksperimen sekelompok orang di
perpustakaan pusat Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka memprakarsai Jaringan
Perpustakaan Digital Indonesia bekerja sama dengan Computer Network Research
Group (CNRG) dan Knowledge Management Research Group (KMRG). Proyek ini
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi, menumbuhkan semangat
berbagi pengetahuan antar pendidikan tinggi dan lembaga penelitian melalui
pengembangan jaringan nasional perpustakaan. Proyek kecil ini kemudian mendapat
sambutan positif dari berbagai pihak sehingga marak. Perpustakaan yang beralamat di
www.indonesiadln.org itu melibatkan seratus lembaga lebih untuk menjadi mitra dalam
penyebaran pengetahuan berupa koleksi file digital melalui jaringan internet. Para
anggota, di antaranya Litbang Depkes, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),
Magister Manajemen (MM ITB), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas
Cendrawasih (Uncen), Papua, Universitas Tadulako (Untan), Sulawesi Tengah, dan
Universitas Yarsi, Jakarta, aktif melakukan tukar-menukar data.

3. Keunggulan dan Kelemahan Perpustakaan Digital

Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah sebagai berikut.


Pertama, long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa
menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun. Kedua, akses yang mudah. Akses
pepustakaan digital lebih mudah dibanding dengan perpustakaan konvensional, karena
pengguna tidak perlu dipusingkan dengan mencari di katalog dengan waktu yang lama.
Ketiga, murah (cost efective). Perpustakan digital tidak memerlukan banyak biaya.
Mendigitalkan koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan dengan membeli buku.
Keempat, mencegah duplikasi dan plagiat. Perpustakaan digital lebih “aman”, sehingga
tidak akan mudah untuh diplagiat. Bila penyimpanan koleksi perpustakaan menggunakan
format PDF, koleksi perpustakaan hanya bisa dibaca oleh pengguna, tanpa bisa
mengeditnya. Kelima, publikasi karya secara global. Dengan adanya perpustakaan digital,
karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet.
Selain keunggulan, perpustakaan digital juga memiliki kelemahan. Pertama, tidak
semua pengarang mengizinkan karyanya didigitalkan. Pastinya, pengarang akan berpikir-
pikir tentang royalti yang akan diterima bila karyanya didigitalkan. Kedua, masih banyak
masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi. Apalagi, bila perpustakaan digital ini
dikembangkan dalam perpustakaan di pedesaan. Ketiga, masih sedikit pustakawan yang
belum mengerti tentang tata cara mendigitalkan koleksi perpustakaan. Itu artinya butuh
sosialisasi dan penyuluhan tentang perpustakaan digital.

4. Proses Perpustakaan Digital

Suryandari (2007) mengungkapkan proses digitalisasi yang dibedakan menjadi tiga


kegiatan utama, yaitu:
a) Scanning, yaitu proses memindai (men-scan) dokumen dalam bentuk cetak dan
mengubahnya ke dalam bentuk berkas digital. Berkas yang dihasilkan dalam contoh ini
adalah berkas PDF.
b) Editing, adalah proses mengolah berkas PDF di dalam komputer dengan cara
memberikan password, watermark, catatan kaki, daftar isi, hyperlink, dan sebagainya.
Kebijakan mengenai hal-hal apa saja yang perlu diedit dan dilingdungi di dalam berkas
tersebut disesuaikan dengan kebijakan yang telah ditetapkan perpustakaan. Proses OCR
(Optical Character Recognition) dikategorikan pula ke dalam pross editing. OCR
adalah sebuah proses yang mengubah gambar menjadi teks. Sebagai contoh, jika kita
memindai sebuah halaman abstrak tesis, maka akan dihasilkan sebuah berkas PDF
dalam bentuk gambar. Artinya, berkas tersebut tidak dapat dioleh dengan program
pengolahan kata.
c) Uploading, adalah proses pengisian (input) metadata dan meng-upload berkas dokumen
tersebut ke digital library. Berkas yang di-upload adalah berkas PDF yang berisi full
text karya akhir dari mulai halaman judul hingga lampiran, yang telah melalui proses
editing.
Di bagian akhir, ada dua buah server. Server pertama yaitu sebuah server yang
berhubungan dengan intranet, berisi seluruh metadata dan full text karya akhir yang dapat
diakses oleh seluruh pengguna di dalam Local Area Network (LAN) perpustakaan yang
bersangkutan. Sedangkan server kedua adalah sebuah server yang terhubung ke internet,
berisi metadata dan abstrak karya tersebut. Pemisahan kedua server ini bertujuan untuk
keamanan data. Dengan demikian, full tekt sebuah karya hanya dapat diakses dari LAN,
sedangkan melalui internet, sebuah karya hanya dapat diakses abstraknya saja.
5. Infrastruktur Perpustakaan Digital

Berikut ini akan dijelaskan beberapa infrastruktur perpustakaan digital. Kebutuhan


dalam perpustakaan digital adalah perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komputer
sebagai elemen-elemen penting infrastruktur sebuah perpustakaan digital.
Perangkat utama yang diperlukan dalam perpustakaan digital adalah komputer personal (PC),
internet (inter-networking), dan world wide web (WWW). Ketiga hal tersebut memungkinkan
adanya perpustakaan digital.
Perpustakaan digital juga memerlukan sistem informasi. Sucahyo dan Ruldeviyani (2007)
mengungkapkan bahwa ada tiga elemen penting yang diperlukan dalam pengembangan sistem
informasi, yaitu pernagkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan manusia (brainware).
Perangkat keras yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Web server, yaitu server yang
akan melayani permintaan-permintaan layanan web page dari para pengguna internet;
(2) Database server, yaitu jantung sebuah perpustakaan digital karena di sinilah keseluruhan
koleksi disimpan; (3) FTP server, yaitu untuk melakukan kirim/terima berkas melalui jaringan
komputer; (4) Mail server, yaitu server yang melayani segala sesuatu yang berhubungan dengan
surat elektronik (e-mail); (5) Printer server, yaitu untuk menerima permintaan-permintaan
pencetakan, mengatur antriannya, dan memprosesnya;
(6) Proxy server, yaitu untuk pengaturan keamanan penggunaan internet dari pemakai- pemakai
yang tidak berhak dan juga dapat digunakan untuk membatasi ke situs-situs yang tidak
diperkenankan.
Perangkat lunak yang paling banyak digunakan adalah Apache yang bersifat open source
(bebas terbuka-gratis). Untuk yang mengunakan Microsoft, terdapat perangkat lunak untuk web
server yaitu IIS (Internet Information Sevices).
Sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam sistem informasi ini adalah (1) Database
Administrator, yaitu penanggungjawab kelancaran basis data, (2) Network Administrator, yaitu
penanggungjawab kelancaran operasional jaringan komputer, (3) System Administrator, yaitu
penanggungjawab siapa saja yang berhak mengakses sistem,
(4) Web Master, yaitu penjaga agar website beserta seluruh halaman yang ada di dalamnya tetap
beroperasi sehingga bisa diakses oleh pengguna, dan (5) Web Designer, yaitu penanggungjawab
rancangan tampilan website sekaligus mengatus isi website.
B. Perpustakaan Hibrida (Hybrid Library)

1. Perpustakaan Hibrida (Hybrid Library)

Perpustakaan hibrda (hybrid library) merupakan perpustakaan yang memiliki dua


wajah, koleksi buku dalam bentuk fisik masih dipertahankan dan dilayankan bagi
pengguna perpustakaan. Dengan perkembangan teknologi perpustakaan hibrida
membangun dengan konten digital (bahan koleksi digital). Konten digital yang dibangun
bersifat public domain (milik umum), literatur kelabu (gray literatur), hak cipta buku
milik lembaga itu sendiri atau dengan membeli hak cipta buku tersebut. Perpustakaan
hibrida (hybrid library) bersifat humanis dan perpustakaaan hibrida (hybrid library) juga
berupaya menjembatani pengguna yang belum mengerti menggunakan perpustakaan
digital atau memang lebih senang dengan karakteristik perpustakaan konvensional
Selain itu, perpustakaan hibrida (hybrid library) adalah perpustakaan yang
memiliki dua muka, yaitu merupakan perpaduan antara koleksi digital dan konvensional
Definisi lain yakni yang di jelaskan oleh Brogman” hybrid libraries are designed
to brings of technologies from different sources together in the context of a working
library, and also to begin to explore integrated systems and services and services in both
the electronic and print environments.” Artinya perpustakaan hibrida didesain untuk
mengelola teknologi dari dua sumber yang berbeda, yaitu sumber elektronik dan sumber
yang tercetak yang dapat diakses melalui jarak jauh dan dan jarak dekat.
Selain itu Cgowdhury GG berpendapat “Hybrid library has been defined as a
library where digital and printed information service accessible locally as well as
remotely.” Menurut cgowdhury perpustakaan hibrida perpustakaan hibrida sebagai
perpustakaan layanan bahan koleksi informasi, informasinya berbentuk digital dan
dicetak, dan dapat diakses secara lokal maupun dengan jarak jarak jauh.
Purwono berpendapat bahwa perpustakaan hibrida (hybrid library) adalah
perpaduan antara perpustakaan baru dengan perpustakaan elektronik, perpustakaan baru
yang berbasis elektronik dan perpustakaan tradisional yang berbasis cetak. Dan kedua
perpustakaan dan bahan koleksi tersebut saling berdampingan dan bersama-sama secara
integrasi dalam memberikan layanan informasi. Selain itu akses yang disediakan dapat
melalui pintu gerbang elektronik yang tersambung dengan internet (LAN) maupun
sebagaimana layaknya perpustakaan tradisional.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka Perpustakaan hibrida (Hybrid
Library) merupakan sistem perpustakaan dengan menggunakan pelayanan bahan koleksi
perpustakaan menggabungkan antara koleksi tercetak dan digital. hal ini, yang
menyebabkan perpustakaan tersebut menjadi perpustakaan bermuka dua. Antara kedua
koleksi tersebut saling melengkapi antar keduanya, dengan tujuan agar lebih
memaksimalkan layanan perpustakaan terhadap kebutuhan pemustaka.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, perpustakaan hibrida (hybrid library)
merupakan salah satu perpustakaan yang mampu menyesuaikan peran perpustakaan bagi
kebutuhan pemustaka, karena dengan kedua koleksi perpustakaan hibrida, pemustak
dapat lebih mudah dalam menelusur kebutuhan bahan koleksi yang mereka butuhkan.
Sistem perkuliahan online yang ada di Universitas Terbuka, merupakan sistem
perkuliahan yang berbeda dengan sistem perkuliahan pada Universitas-Universitas
lainnya. Dengan adanya sistem perkuliahan online, UT memaksimalkan kebutuhan
informasi bagi mahasiswa, dosen dan staf UT, dengan menyediakan perpustakaan/
Puslata UT.
Puslata bisa terbilang perpustakaan hibrida, karena pada koleksi yang dimiliki
Puslata memiliki kelengkapan koleksi baik tercetak dan digital. Kedua koleksi tersebut
sangat membantu dalam memenuhi
kebutuhan informasi dalam menunjang sistem perkuliahan online. Maka dari itu,
Puslata Universitas Terbuka harus mampu mengembangkan bahan koleksi dari berbagai
format, baik yang tercetak maupun digital. Dengan tujuan menyesuaikan kebutuhan
bahan koleksi mahasiswa dan dosen. Kedua koleksi tersebut akan mampu membantu
kegiatan perkuliahan bagi para mahasiswa dan dosen dalam melaksanakan sistem
perkuliah online.

I. Kelebihan Dan Kekurangan Perpustakaan Hibrida (Hybrid Library)

1 Kelebihan perpustakaan Hibrida (Hybrid Library)

2 Sumber data yang tersedia lebih banyak dan beraneka ragam, selain itu dapat digunakan
oleh beberapa macam orang dalam waktu yang sama

3 Biaya yang dikeluarkan jauh lebih rendah dari perpustakaan yang sekarang sudah ada,
karena lebih banyak mengeluarkan biaya untuk perawatan data, membayar pekerja,
menyimpan berbagai macam jenis buku

4 Lebih efektif, pengguna perpustakaan tidak harus memilih mencari buku dengan
melihat satu-satu di perpustakaan, tetapi dapat juga melihat koleksi buku dengan indeks
catalog yang sudah diterapkan dengan system informasi digital.

5 Lebih efektif, pengguna perpustakaan tidak harus memilih mencari buku dengan
melihat satu-satu di perpustakaan, tetapi dapat juga melihat koleksi buku dengan indeks
catalog yang sudah diterapkan dengan system informasi digital
6 Lebih efektif, pengguna perpustakaan tidak harus memilih mencari buku dengan
melihat satu-satu di perpustakaan, tetapi dapat juga melihat koleksi buku dengan indeks
catalog yang sudah diterapkan dengan system informasi digital

7 Pendekatan lebih berstruktur, memberikan kandungan data yang lebih kaya dan dapat
berpindah dari catalog ke catalog buku yang lain.

8 Berbagai istilah yang terangkum dalam suatu buku dapat dengan cepat di cari arti serta
maknanya.

9 Penyimpanan data dapat bertahan lama dan dapat diperbaharui dengan mudah, serta
tempat penyimpanannya memerlukan sedikit tempat.

10Jaringan untuk mendapatkan data yang lebih akurat dapat dilakukan dengan lebih
mudah.

II. Kekurangan perpustakaan Hibrida (Hybrid Library

1. Bahan-bahan yang ada kadang keaslian datanya masih ada yang belum bisa
dipertanggung jawabkan (data digital).

2. Pengetahuan tentang perpustakaan hybrid pada masyarakat masih kurang, terutama


sistem yang ada

3. Keterampilan masyarakat akan penggunaan sarana teknologi digital masih belum


merata
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep Hybrid Library juga dapat diperluas menjadi lingkungan informasi Hibrida (hibrida
hybrid information environment). Di dalam lingkungan seperti ini, maka jenis koleksi bukan
satu-satunya penentu karakteristik dari jasa sebuah perpustakaan. Artinya, apa pun jenis
koleksinya, sebuah perpustakaan harus dapat mengembangkan suasana yang memungkinkan
pemakai memanfaatkan koleksi tersebut.
Jika suatu saat sebuah perpustakaan memiliki lebih dari satu jenis koleksi, maka saat itulah
perpustakaan tersebut memikirkan lingkungan campuran alias lingkungan hybrid. Kalau
penambahan jenis koleksi yang baru tersebut adalah koleksi digital, maka koleksi lama dengan
jenis lama tidak perlu disingkirkan, melainkan digabung menjadi bagian dari satu layanan
hybrid. Demikian seterusnya, ketika jenis koleksi diperluas menjadi koleksi jarak jauh, maka
koleksi lokal atau koleksi jarak dekat tidak perlu dihapus, melainkan digabung lagi menjadi
bagian dari lingkungan hybrid. Dengan demikian akhirnya, Hybrid Library dan perpustakaan
digital berkembang tanpa harus terlalu sibuk memikirkan kapan tahap satu diganti dengan tahap
tang lain, kapan perpustakaan biasa akan lenyap diganti dengan perpustkaan digital
sepenuhnya.

B. SARAN
Menurut pendapat penulis, konsep digital dan hibrida sangat lah penting untuk
pengelolaan sebuat perpustakaan, jika suatu saat sebuah perpustakaan memiliki lebih dari satu
jenis koleksi , maka saat itulah perpustakaan tersebut memikirkan lingkungan dan kemajuan
modern untuk tetap menjalankan menejemen perpustakaan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai